BANYUWANGI
(Periode Januari-Maret 2022)
PROPOSAL SKRIPSI
SUCAHYO HADI
NIM.1012017009
i
PROFIL PERESEPAN OBAT ANTI HIPERTENSI DI KLINIK “ E “
BANYUWANGI
(Periode Januari-Maret 2022)
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Farmasi
Program Studi Farmasi
SUCAHYO HADI
NIM. 1012017009
ii
PROFIL PERESEPAN OBAT ANTI HIPERTENSI DI KLINIK “ E “
BANYUWANGI
(Periode Januari-Maret 2022)
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
SUCAHYO HADI
NIM. 1012017009
Jember,…..April 2022
iii
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN PROPOSAL SKRIPSI
Proposal Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Proposal Skripsi
Program Studi Farmasi Sekolah tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Bangsa, pada hari
……….., tanggal………..…..2022, dengan hasil Memuaskan. Skripsi ini telah
diperbaiki sesuai dengan saran dan masukan Tim Penguji
Tim Penguji
Proposal Skripsi ini telah disahkan pada hari …………….. 2022 oleh Ketua
Program Studi Farmasi dan Ketua STIKes Harapan Bangsa.
Mengesahkan
Ketua Program Studi S1 Farmasi
Assalamualaikum Wr. Wb
v
7. Rekan dan sahabat saya yang bersedia membantu dan senantiasa bersedia
bertukar pendapat yaitu, semua teman-teman yang telah memberikan
segala macam dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal skripsi ini masih
terdapat kekurangan dan penulis berharap semoga skripsi ini bisa memberikan
manfaat kepada para pembaca khususnya bagi penulis secara pribadi. Amin Ya
Rabbal Alamin.
Wassalamualaikum Wr. Wb
vi
DAFTAR ISI
SAMPUL..................................................................................................................i
SAMPUL PROPOSAL SKRIPSI............................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI..........................................iii
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN PROPOSAL SKRIPSI...............................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian..............................................................................................5
1.4. Manfaat Penelitian............................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hipertensi.....................................................................................................40
2.2. Klinik..............................................................................................................40
2.3. Resep..............................................................................................................42
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian................................................................................................48
3.2. Tempat Dan Waktu Penelitian........................................................................48
3.3. Variabel Penelitian..........................................................................................48
3.4. Populasi Dan Sampel......................................................................................48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Demografi pasien……..…..……………………………………………53
4.2. Pembahasan………………………………………………………………….59
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan…………………………………………………………………….62
5.2. Saran………………………………………………………………………...62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
dekade terakhir, yaitu dari penyakit menular yang semula menjadi beban utama
meningkat dan mulai mengancam segala usia muda. Penyakit tidak menular yang
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi dibawa oleh darah
hipertensi sebesar 9,5%. Sehingga terdapat 0,1% penduduk yang tidak pernah
Prevelensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada usia >
44,13%.
1
2
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit
lain. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas),
jarang berolahraga, kurang makan buah, dan sayuran, mengkonsumsi garam dapur
yang berlebihan, minum kopi, merokok, dan minum minuman keras. Penderita
hipertensi tercatat banyak pada usia 50-60 tahun disebabkan pada usia lanjut
pada saat istirahat melebihi 160 mmHg atau dimana tekanan diastolik melebihi
hipertensi apabila tekanan sistolik melebihi 140 mmHg dan diastolik melebihi
90mmHg.
umum ditemui pada pasien hipertensi adalah hipertrofi vertikal kiri, infark
miokard, gagal jantung, stroke, penyakit ginjal kronis, penyakit arteri perifer dan
tepat untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas yang akan terjadi atau
3
mencegah kerusakan lebih lanjut yang sedang terjadi. (JNC VIII 2014, ESH and
ESC,2013)
diet. Dalam penanganannya, diperlukan kerjasama antara tim medis, pasien, serta
kardiovaskuler lainnya.
proses memilih jenis dan menetapkan jumlah perkiraan kebutuhan obat dimana
1. Bagaimana profil peresepan obat anti hipertensi pada pasien rawat jalan
1.3.1.Tujuan Umum
rawat jalan periode Januari – Maret tahun 2022 di Klinik “E” Banyuwangi.
1.3.2.Tujuan Khusus
1. Mengkaji peresepan obat anti hipertensi pada pasien rawat jalan periode
anti hipertensi pada pasien rawat jalan periode Januari-Maret tahun 2022 di
selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hipertensi
Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir
didalam tubuh manusia. Darah yang beredar dengan lancar dalam pembuluh darah
berfungsi sangat penting dalam transport oksigen dan zat-zat lain yang dibutuhkan
bagi kehidupan sel tubuh dan sebagai pengangkut zat sisa hasil metabolisme yang
Tekanan darah dibedakan menjadi dua bagian yaitu tekanan darah sistolik
merupakan tekanan darah yang terjadi pada waktu jantung mengucup dan tekanan
darah diastolik merupakan tekanan darah pada waktu jantung mengendor kembali
(Tjay dan Rahardjo, 2002). Menurut WHO tekanan darah pada manusia
dibedakan menjadi tiga bagian yaitu tekanan darah rendah (hipotensi) dengan
mmHg, dan tekanan darah tinggi (hipertensi) dengan range >140/>90 mmHg
(Gunawan, 2001).
6
7
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah untuk usia 18 tahun atau lebih berdasarkan
JNC VII
Darah
yang belum jelas atau diketahui tersebut sering dihubungkan dengan faktor
gaya hidup yang kurang sehat. Hipertensi primer merupakan 90% dari
a. Faktor keturunan
b. Kebiasaan hidup
konsumsi garam yang tinggi, kegemukan ataupun makan yang berlebihan dan
stres (Gunawan,2001).
d. Kehamilan
banyak (oleh janin) dan menerima kurang darah, maka dilepaskan zat yang dapat
e. Merokok
tekanan darah. Merokok dapat memperkuat efek buruk dari hipertensi terhadap
f. Umur
Hipertensi meningkat seiring bertambah umur, semakin tua usia seseorang maka
banyaknya zat kapur yang beredar bersama aliran darah. Akibatnya darah menjadi
tekanan darah.
g. Jenis kelamin
sering mengalami tanda tanda hipertensi pada usia akhir tiga puluhan. Pria diduga
hipertensi pada wanita meningkat, wanita memiliki resiko lebih tinggi untuk
Bensoon, 2012).
2.1.3 Patofisiologi
terjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga
10
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kel-
enturanya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat
jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah di setiap denyutan jantung
dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebab-
kan naiknya tekanan. inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arteri
nya telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis. Dengan cara yang sama, te
kanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arter kecil
(arteriola) untuk sementara waktu untuk mengerut karena perangsangan saraf atau
meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terhadap kelainan fungsi ginjal
sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh men
pa jantung berkurang arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirku
didalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang me-
ngatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal me-
ngendalikan tekanan darah melalui beberapa cara: jika tekanan darah meningkat,
ginjal akan mengeluarkan garam dan air yang akan menyebabkan berkurangnya
volume darah dan mengembalikan tekanan darah normal. Jika tekanan darah me
nurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume da
11
rah bertambah dan tekanan darah kembali normal. Ginjal juga bisa meningkatkan
tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pem
rena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya
tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu gin
jal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera pa
da salah satu atau kedua ginjal juga bias menyebabkan naiknya tekanan darah (Tri
system pembuluh perifer bertanggung pada perubahan tekanan darah yang terjadi
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,yang pada
komodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume secukupnya), menga
2014).
memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah meng
12
memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi
utama(Noviyanti,2015).
dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH sangat sedikit
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intra seluler. Akibatnya
volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan
darah.
kut :
a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekananan tinggi diotak, atau akibat em-
bolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke
dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
tekena struke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti orang binggung atau ber
tingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit
digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara
b. Infrak miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arteriosklerosis tidak
yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi kro
nik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokard mungkin tidak da
pat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infrak. Demi
c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
ngalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, me
dengan cepat dengan mengakibatkan caitan terkumpul diparu, kaki dan jaringan
lain sering disebut edema. Cairan didalam paru-paru menyebabkan sesak napas,
timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan ede
ma. Ensefolopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang
cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan
kapiler dan mendorong cairan kedalam ruangan intertisium diseluruh susunan sar
seperti stoke, serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal, target kerusakan
renin akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-
memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi
utama(Noviyanti,2015).
dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH sangat sedikit
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intra seluler. Akibatnya
volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan
darah.
2.1.5 GejalaHipertensi
umnya tidak menyadari kehadirannya. Bila ada gejala, penderita darah tinggi mun
pengelihatan, keringat berlebihan, kulit pucat atau merah, mimisan, cemas atau ge
lisah, detak jantung keras atau tidak beraturan (palpasi), suara berdenging di telin
gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa : pengeli
hatan kabur karena kerusakan retina,nyeri pada kepala,mual dan muntah akibatnya
tekanan kapiler.
pun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhub
lahan yang bisa saja terjadi pada penderita hipertensi maupun pada seseorang de
d. Tidak merokok.
e. Menghindari stress(Kemenkes,2014).
a. Penurunan tekanan darah dapat dilakukan dengan melakukan pola hidup sehat
yaitu denga membatasi asupan garam, alcohol, memperbanyak asupan sayur dan
buah, menurunkan berat badan dan menjaga berat badan ideal, olahraga teratur
disarankan tidak boleh melebihi 2 gram/hari ( setara dengan 5-6 gram NaCl atau 1
disarankan agar penderita tekanan darah tinggi memiliki pola makan yang
lemak, gandum, ikan dan asam lemak tak jenuh (terutama minyak zaitun), serta
pengendalian berat badan bertujuan untuk mencegah terjadinya obesitas (IMT >25
kg/m2) dan berat badab ideal (IMT 18,2-22,9 kg/m2). Untuk pria lingkar
e. Olahraga teratur
f. Berhenti merokok
Faktor resiko terjadinya kanker adalah merokok, oleh karena itu status atau
g. Menghilangkan stress
Ketika tuntutan lingkungan sekitar melebihi kemampuan kita, maka akan terjadi
Menurut Konsesus Tata Laksana Hipertensi Tahun 2019 bahwa untuk terapi
1. Terapi initial (kombinasi dua obat) yaitu ACE Inhibitor atau ARB + CCB
hipertensi derajat 1 resiko rendah TDS< 150 mmHg atau usia sangat tua (>
yang terdiri dari RAS bloker (ACEi atau ARB), CCB, dan diuretic jika
A. Diuretik
panan natrium tubuh. Awalnya diuretik menurunkan tekanan darah dengan menu-
runkan volume darah dan curah jantung,tahanan vaskular perifer mungkin mening
kat. Setelah 6-8 minggu curah jantung kembali normal karena tahanan vaskuler pe
an pembuluh darah dan rekativitas saraf yang diduga berkaitan dengan terjadinya
intraseluler. Efek tersebut dapat dikurangi dengan pemberian diuretik atau pengu
.rangan natrium.
20
rikan efek yang memadai untuk hipertensi esensial ringan dan sedang. Pada hiper
tensi yang berat diuretik digunakan dalam kombinasi dengan obat vasodilator.
Tingkat respon vaskuler misalnya kemampuan konstriksi atau dilatasi ditia dakan
oleh obat vasodilator yang tidak fleksibel. Sebagai akibatnya tekanan darah menja
di sangat sensitif terhadap volume darah. Sehingga pada hipertensi berat apa bila
digunakan kombinasi obat tekanan darah dapat dikontrol dengan baik pada sa at
volume darah 95 % dari normal, tetapi terlalu tinggi ketika volume darah 105 %
dari normal.
a. Pemilihan Diuretik
1. Diuretik thiazide
Tepat digunakan pada sebagian besar pasien dengan hipertensi ringan atau sedang
serta dengan fungsi jantung dan ginjal normal. Diuretik yang lebih kuat diperluk
an untuk hipertensi berat,apabila digunakan dalam kombi nasi obat yang menye-
babkan retensi natrium, pada insufisiensi ginjal, bila tingkat filtrasi glomelurel ku
rang dari 30 atau 40 mL/mnt dan pada gagal jantung atau sirosis, ketika terdapat
retensi natrium.
2.Diuretik Loop
21
Mekanisme kerja Diuretk Loop adalah pada henle cabang asenden tebal (CAT).
CAT adalah bagian yang mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mereabsorb
Diuretik hemat kalium berguna untuk menghindari terjadinya deplesi kalium yang
memperkuat efek natriuretik diuretik lain. Mekanisme kerja Diuretik Hemat Kali
ke tubulus distal dan influx natrium melalui kanal ion dimembran lumen /triamter
tan dengan reseptor aldosterone seingga reabsorbsi NaCl menurun. Dosis awal
sehari (PERHI,2019)
b. Penentuan Dosis
tetapi titik akhir efek terapeutik dalam pengobatan hipertensi umumnya adalah pa
tunak( seperti pada penanganan jangka panjang hipertensi), ekskresi natrium hari
22
an sama dengan pemasukan natrium dari makanan. Diuretik diperlukan untuk mel
awan kecenderungan terjadinya retensi natrium pada pasien dengan deplesi na tri
um yang relatif. Walaupun diuretik Thiazide lebih bersifat natriuretik pada dos is
dosis rendah ( 25-50 mg ) memberikan efek antidiuretik seperti halnya dosis ting-
gi. Sehingga deplesi natrium tubuh sampai pada suatu nilai ambang yang diduga
darah tehadap diuretik loop terus meningkat pada dosis yang beberapa kali lebih
c. Toksisitas Diuretik
Pada pengobatan hipertensi ,sebagian besar efek samping yang paling ser-
ing terjadi ( kecuali diuretik hemat kalium ) adalah deplesi kalium. Walaupun hi-
ya pada pasien yang menggunakian digitalis, pasien dengan aritmia kronis, pada
infark miokard akut atau disfungsi ventrikel kiri. Kehilangan kalium diimbangi de
ngan reabsorbsi natrium, oleh karenanya pembatasan asupan natrium dapat memi-
um. Diuretik dapat meningkatkan konsentrasi uric acid dan menyebabkan terjadi-
nya gout ( pirai ). Penggunaan dosis rendah dapat meminimalkan efek metabolik
B. Antagonis Adrenoseptor
Propranolol
untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi ringan sampai sedang. Pada hi-
pertensi berat propranolol berguna untuk mencegah refleksi takikardi yang sering
terjadi akibat pengobatan dengan vasodilator langsung. Obat penyekat beta tebukti
dapat menurunkan kematian pada pasien dengan gagal jantung dan obat tersebut
maupun beta 2, efikasinya dalam penanganan hipertensi, seperti juga dengan seba
tahanan vaskuler perifer dalam berbagai tingkat, bergantung pada selektivitas dan
Penyekatan beta di otak, ginjal, dan saraf adrenergic perifer diduga sebagai
contributor pada efek antihipertensi yang terjadi pada penyakat reseptor penyekat
beta. Walaupun bukti bukti bertentangan diduga otak bukan tempat utama dari ef-
ek hipotensi tersebut, karena beberapa penyekat beta yang tidak dapat menyebera
di melalui reseptor beta ). Diduga efek propranolol sebagian di sebabkan oleh dep
pasien dengan aktivitas plasma renin yang tinggi, Propranolol juga dapat menurun
kan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan aktivitas renin yang normal atau
bahkan rendah. Penyekat beta di duga juga bekerja pada adrenoreseptor beta pra-
nurunan bermakna pada tekanan darah tanpa disertai hipotensi postural yang men-
colok.
Dosis efektif propranolol oral lebih besar daripada dosis intravena, sebagai
akibat inaktivasi lintas pertama hepar. Efek yang mencolok dari lintas pertama se-
ndapatka efek yang dapat digunakan di klinik. Waktu paruhnya 3-6 jam.
lam dosis terbagi. Dosis antihipertensiyang efektif dalam rentang 80-840 mg/hari.
Bradikardi dalam keadaan istirahat dan penurunan denyut jantung pda saat olahra
ga merupakan indikasi efek penyekat beta dari propranolol. Pengukuran respon ter
sebut dapat digunakan sebagai acuan dalam pengaturan dosis. Propranolol dapat
3.Toksisitas
teratur dalam jangka lama, beberapa pasien mengalami sindroma putus obat, de-
katan tekanan darah. Hal terakhir propranolol dapat meningkatkan trigliserida plas
sis.
Selain efek antiangina dan efek antiaritmik. Penyekat kanal kalsium juga
kerja pada hipertensi (dan sebagian di dalam angina) adalah hambatan aliran ma-
dan berbagai formula dewasa ini telah disetujui penggunaannya di Amerika Seri-
kat.
D. Penghambat Angiotensin
Rilis renin dari korteks ginjal di stimulasi oleh penurunan tekanan arteri
ginjal, stimulasi saraf simpatis dan penurunan pengiriman natrium atau pening-
26
katan konsentrasi natrium atau peningkatan konsentrasi natrium pada tubulus dista
lis ginjal. Renin bekerja terhadap angiotensin untuk melepaskan angiotensin I de-
kapeptida yang tidak aktif. Angiotensin I kemudian di konversi, terutama oleh en-
onstriktor arterial, yang pada gilirannya akan di konversi menjadi angiotensin III
pada hipertensi yang dihubungkan dengan aktivitas tinggi dari renin plasma, seper
ti pada stenosis arteri ginjal, beberapa tipe penyakit ginjal intrinsic, dan hipertensi
maligna, seperti pula pada hipertensi esensial setelah pengobatan dengan pengura
Captopril dan obat lain didalam kelas ini menghambat enzim pengonversi
babkan inaktivasi bradykinin, suatu vasodilator kuat, yang paling sedikit sebagian,
bekerja dengan cara menstimulasi rilis nitric oxide dan prostacyclin. Aktivitas hi-
potensi captopril terjadi baik dari efek hambatan pada system angiotensin renin
dan efek stimulasi pada system klini-kallikrein. Mekanisme yang kedua telah di-
menurunkan tahanan vaskuler perifer. Curah jantung dan kecepatan denyut jan-
tung tidak berubah secara bermakna. Tidak seperti vasodilator langsung,obat ter
tersebut tidak menyebabkan aktivasi reflex simpatis dan dapat di gunakan secara
aman pada orang dengan penyakit jantung iskemik. Tidak terjadinya reflex taki-
aktivitas parasimpatis.
pasien dengan nefropati diabetes karena dapat mengurangi proteinuria dan mensta
bilkan fungsi ginjal bahkan walaupun tidak terjadi penurunan tekanan darah. Ke-
an penuruna tahanan arterioler eferen gromeruler dan hasil penurunan tekanan kap
iler intragromeruler. Penghambat ACE juga telah terbukti sangat berguna dalam
pengobatan gagal jantung kongestif dan setelah infark miokard. Pada kasus yang
terakhir Penghambat ACE menghasilkan pengisian yang lebih baik dan fungsi ven
trikuler kiri pada masa setelah terjadinya infark, efeknya terjadi dengan mengura
1.Farmakokinetika
berpuasa. Bioavailabilitas dapat menurun jika obat di minum bersama dengan ma-
kanan, tetapi efek anti hipertensi captopril tidak berubah, captopril terutama di
28
fhydryl lain. Kurang dari separuh dari satu dosis oral captopril di ekskresi dalam
bentuk tidak berubah pada urine. Captopril di distribusi pada sebagian besar jaring
an tubuh, dengan perkecualian pada system saraf pusat. Waktu paruh captopril ku
rang dari tiga jam. Kadar dalam darah hanya sedikit berkaitan dengan respon kli
nis.
Captopril pada awalnya di berikan pada dosis 25 mg, dua atau tiga kali se
hari, 1-2 jam sebelum makan. Respon pada tekanan darah maksimal terjadi 2-4
jam setelah pemberian obat. Pada interval 1-2 minggu dosis dapat ditambah se-
Waktu paruh enalapril sekitar sebelas jam. Dosis enalapril yang lazim adalah 10-
setelah pemberian. Waktu paruhnya adalah 12 jam. Dosis 10-80 mg pada pembe
rutama oleh ginjal, dosis obat harus dikurangi pada pasien dengan insufisiensi
ginjal.
2.Toksisitas
29
Hipotensi dapat terjadi pada pemberian dosis awal dari semua penghambat
ACE pada pasien dengan hipovolemik karena diuretic, membatasi masukan garam
atau kehilangn cairan dari saluran cerna. Efek samping lain lazim terjadi pada pen
gunaan semua Penghambat ACE termasuk gagal ginjal akut (khususnya pada pasi
en dengan stenosis arteri ginjal bilateral atau stenosis arteri ginjal pada ginjal soli
ter), hyperkalemia, batuk kering kadangkala diikuti dengan gangguan napas dan
ginjal atau diabetes. Bradykinin dan substansi P diduga bertanggung jawab terha
ma yang dipasarkan. Akhir akhir ini Candesartan, Eprosartan, Irbesartan dan Tel
misartan telah dirilis. Obat tersebut tidak memiliki efek terhadap metabolisme bra
dykinin dan oleh karenanya merupakan penyekat yang lebih selektif terhadap ef
ek angiotensin dari pada Penyekat ACE. Mereka juga memiliki potensi pengham
30
batan efek angiotensin yang lebih lengkap dari pada Penyekat ACE karena terda
pat enzim lain selain ACE yang dapat membentuk angiotensin II(Bertram,2001)
menunjukkan adanya 8,8 % kejadian Drug Related Problem (DRP) yang terjadi
bahwa 17 % dari masalah terapi obat yang telah diidentifikasi dan di kategorikan
atau resiko yang dialami oleh pasien, yang melibatkan atau diduga melibatkan
terapi obat (Strand et al., 1990). Terjadinya DRP dapat mencegah atau menunda
pasien dari pencapaian terapi yang diinginkan. Sebuah DRP sebenarnya adalah
peristiwa yang telah terjadi pada pasien , sedangkan DRP potensial adalah suatu
intervensiyang tepat (Rovert et al., 2004). DRP adalah tantangan besar untuk
. mencegahnya
Hal ini terjadi jika pasien menggunakan obat tanpa indikasi yang tepat, terapi
dengan dosis toksis, kondisi pengobatan lebih tepat, terapi dengan dosis toksis,
kondisi pengobatan lebih tepat ditangani dengan terapi non farmakologi, terapi
obat diberikan untuk menghindari efek merugikan dari pengobatan yang lain dan
ya terapi tunggal dan terapi efek samping akibat suatu obat yang sebenarnya dapat
pasien mendapatkan terapi tidak tepat seperti obat bukan yang paling efektif dan
aman, pasien alergi atau kontra indikasi, sudah resisten terhadap infeksi, dan
penyebab terjadinya ialah dosis terlalu rendah untuk menghasilkan respon yang
diinginkan, interaksi obat mengurangi jumlah ketersediaan obat yang aktif, durasi
obat terlalu singkat untuk menghasilkan respon yang diinginkan, pemilihan obat,
hal ini terjadi ketika dosis yang diberikan terlalu tinggi untuk memberi efek, dosis
obat dinaikkan cepat, frekuensi pemberian, durasi terapi, cara pemberian obat
pada pasien yang tidak tepat, dan konsentrasi obat diatas kisaran terapi.
jika pasien tidak menerima obat sesuai regimen karena medication error
(peresepan, penyerahan obat dan monitoring pasien), tidak taat pada instruksi,
pasien tidak membeli obatyang disarankan karena mahal, tidak mengambil obat
karena tidak kepercayaan dengan obat yang dianjurkan (Strand. et al, 1998).
penyebabnya ialah pasien menerima produk yang menyebabkan reaksi alergi atau
idiosinkrasi, pengaturan dosis obat diganti terlalu cepat, bioavailabilitas atau efek
obat diubah oleh obat lain atau makanan dan interaksi obat.
Salah satu yang menjadi kriteria terjadinya DRP Adverse Drug Reaction
adalah terjadinya interaksi obat. Tidak semua obat bermakna secara klinis.
Beberapa interaksi obat secara teoritis mungkin terjadi, sedangkan ineraksi obat
lain yang harus dihindari atau memerlukan pemantauan yang cermat. Tatro(2001)
33
a) Peringkat Signifikasi
adalah interaksi yang parah dan telah terdokumentasi dengan baik. Derajat
unlikely.
b) Onset
Onset adalah mulai efek kerja interaksi suatu obat yang terbagi dalam 2
kelompok yaitu rapid dan delayed. Onset rapid ialah efek akan terjadi
kelompok yaitu major, moderat, dan minor. Tingkat keparahan major ialah
d) Dokumentasi
34
probable ialah sangat mungkin terjadi interaksi tetapi tidak ada bukti
klinis. Yang ketiga yaitu suspected ialah interaksi obat munggkin terjadi
dan terdapat beberapa data yang baik, tetapi membutuhkan studi enelitian
lebih lanjut. Kelompok keempat yaitu possible ialah interaksi obat dapat
terjadi tetapi data masih sangat terbatas. Dan yang kelima yait unlikely
ialah derajat kepercayaan yang meragkan untuk terjadi interaksi obat dan
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (2015), interaksi obat adalah dua
atau lebih obat yang diberikan secara bersamaan dapat memberikan efek masing
masing atau saling berinteraksi. Interaksi yang terjadi dapat bersifat potensiasi at
au antagonis satu obat oleh obat lainnya, terkadang juga dapat memberikan efek
35
Interaksi obat dengan obat dapat terjadi ketika dua obat atau lebih diberikan pada
hibitor dengan Beta Blocker, yakni dapat meningkatkan efek penurunan tekanan
darah. Sedangkan interaksi yang merugikan terjadi pada kombinasi ACE Inhibitor
hipotensi, kerusakan ginjal, dan hiperkalemi pada pasien gagal jantung (Stockley,
2008).
dan efikasi terapi obat. Selain itu, efikasi terapi obat-obatan yang banyak tergan-
tung pada status gizi masing-masing individu. Dengan kata lain,ada atau tidaknya
nutrisi dalam saluran pencernaan dan atau sistem fisiologis tubuh,dapat mening-
Ismail, 2009).
A. Interaksi Farmakokinetik
Interaksi farmakokinetik adalah interaksi yang terjadi apabila satu obat mengubah
penyerapan, distribusi, metabolisme, atau ekskresi obat lain. Interaksi ini dapat me
ningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia(dalam tubuh) untuk dapat
a. Penyerapan
Interaksi yang mempengaruhi penyerapan suatu obat terjadi melalui beberapa me-
bahan motilitas gastrointestinal dan induksi atau inhibisi protein transfer. Penye-
rapan obat ditentukan oleh nilai pKa obat, kelarutannya dalam lemak, dan sejuml
obat lain akan mempengaruhi proses penyerapan. Adapun contoh interaksi yang
b. Distribusi
Interaksi juga dapat mempengaruhi proses distribusi obat dalam tubuh. Dua obat
yang berikatan dengan protein atau albumin akan bersaing untuk mendapatkan te
mpat pada protein atau albumin tersebut sehingga akan terjadi penurunan pada ik
atan protein salah satu atau lebih obat. Hal tersebut mengakibatkan banyak obat
bebas yang beredar dalam plasma dan dapat menyebabkan toksisitas. Obat yang
(Stockley, 2008).
c. Metabolisme
Agar mendapatkan efek farmakologi, obat harus mencapai situs reseptor yang ber-
arti obat tersebut harus mampu melintasi membran plasma lipid. Peran metabolis-
me adalah untuk mengubah senyawa aktif yang larut dalam lipid menjadi senyawa
tidak aktif yang larut didalam air sehingga dapat diekskresikan secara efisien. Seb
agian besar enzim di tubuh manusia terdapat di permukaan endothelium hati. Sal-
ah satu enzim mikrosomal hati yang penting yaitu isoenzim sitokrom p-450 yang
bertanggung jawab dalam oksidasi kebanyakan obat dan enzim tersebut paling se
ring diinduksi oleh suatu obat lain. Sedangkan penghambatan enzim metabolisme
obat umumnya dapat mengurangi laju metabolisme suatu obat. Hal ini dapat meng
akibatkan peningkatan konsentrasi serum obat tersebut dan terutama apabila obat
tersebut memiliki indeks terapi yang sempit akan berpotensi menyebabkan toksisi
d. Ekskresi
Ekskresi obat sebagian besar terjadi lewat ginjal melalui urin dan juga melalui em
pedu. Interaksi obat pada proses ekskresi dapat terjadi karena dipengaruhi oleh be
berapa faktor antara lain kompetisi untuk sekresi aktif di tubulus ginjal. Hambatan
sekresi aktif di tubulus ginjal terjadi akibat kompetisi antara obat dan metabolit ob
at untuk sistem transpor aktif yang sama, yakni P-glikoprotein untuk kation organ
ik dan zat netral, dan Multidrug Resistance Protein(MRP) untuk anion organic dan
(1) Fraksi obat yang diekskresi utuh oleh ginjal cukup besar (lebih besar 30%)
(2) Obat berupa basa lemah dengan pKa 6,0-12,0 atau asam lemah dengan p
saat beta blocker digunakan bersamaan dengan teofilin yang akan mengura
B. Interaksi Farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang bekerja pada system
reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi efek yang
yang aditif, sinergistik atau antagonistik, tanpa terjadi perubahan kadar obat dalam
plasma. Interaksi ini merupakan sebagian besar dari interaksi obat yang penting
seringkali dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan dengan obat yang
aditif, sinergis (potensiasi), atau antagonis jika dua obat atau lebih yang mempuny
ai kerja yang serupa atau tidak serupa diberikan (Nafrialdi, 2007 ; Tatro, 2009).
Interaksi terjadi apabila pemberian dua atau lebih obat yang memiliki efek farma
kologi yang sama saat diberikan secara bersamaan, akan memberikan efek yang
39
merupakan penjumlahan dari efek masing-masing obat. Terkadang efek aditif ber
sifat toksik yang mengakibatkan depresi sumsum tulang, nefrotoksik, dan ototok-
sik. Interaksi aditif terjadi pada penggunaan supplemen kalium dan obat golongan
Interaksi yang terjadi apabila dua obat atau lebih yang tidak memiliki ataupun me-
miliki efek farmakologi yang sama diberikan secara bersamaan akan memperkuat
efek obat lain. Interaksi sinergis yang terjadi antara furosemid dan ramipril yang
yang bekerja memperbanyak pengeluaran kalium dan air (Stockley, 2008 ; Tatro,
2009).
Efek yang dihasilkan dari interaksi obat yang terjadi antara dua atau lebih obat ya
ng memiliki efek antagonis atau efek farmakologi yang berlawanan. Efek dari ob
at-obat yang berinteraksi tersebut akan saling meniadakan efek obat satu sama la
in jika diberikan secara bersamaan. Interaksi antagonis dapat terjadi antara kom
binasi ACE Inhibitor atau diuretik loop dengan obat golongan obat antiinflamasi
2008).
40
2.2. KLINIK
lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis
(Permenkes RI No.9,2014).
A. Kinik Pratama
medik dasar yang dilayani oleh dokter umum dan dipimpin oleh seorang dokter
umum. Bedasarkan perijinannya klinik ini dapat dimiliki oleh badan usaha
B. Klinik Utama
golongan umur, organ atau jenis penyakit tertentu. Klinik ini dipimpin oleh
klinik ini hanya dapat dimiliki oleh badan usaha berupa CV ataupun PT
(Permenkes RI No.9,2014).
41
Visi :
Misi :
Motto :
Pelayanan farmasi klinik adalah pelayanan sediaan farmasi berpusat pada individu
yang di lakukan oleh apoteker secara mandiri atau bersama tenaga medis dan/atau
2.3. Resep.
menyatakan resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter
berlaku kepada Apoteker Pengelola Apotek ( APA ) untuk menyiapkan dan atau
43
kualitas peresepan resep yang ditulis oleh dokter harus memenuhi syarat antara la
in kelengkapan resep,penulisan obat dengan nama generic, dan tidak ada efek
samping membahayakan.
dan jumlah yang diminta,cara pemakaian yang jelas dan informasi lainnya yang
Hal yang penting dalam penulisan resep adalah tulian harus jelas seinga
mudah untuk dimengerti. Hal seperti penulisan resep yang tidak jelas maupun
salah pengertian mengenai nama obat sebisa mungkin dihindari. Pengobatan yang
tidak efektif, tidak aman, serta membahayakan pasien dapat disebabkan karena
kebiasaan buruk dokter dalam menulis resep dengan tulisan yang tidak jelas
(Zunilda,1994).
7. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
Penulisan nama dan alamat praktek dokter sangat berguna ketika apoteker
akan bertanya mengenai resep yang ditulis oleh dokter terkait. Fungsi penulisan
tanggal dari penulisan resep adalah adanya expired date dari resep tersebut,
sehingga ketika resep tersebut akan digunakan untuk mengambil obat pada
tanggal yang telah melewati batas expired date dari resep maka obat tidak dapat
diserahkan kepada pasien. Penulisan nama, dan kekuatan obat merupakan hal
terpenting dari bagian resep dan ditulis setelah tanda R/ (Recipe atau yang
memiliki arti “ambil”). Penulisan nama obat sebaiknya ditulis dalam nama
generiknya untuk memudahkan emilihan dari produk obat dari segi harga dan
(WHO, 1994)
Resep yang ditulis harus tepat, aman, dan rasional. Resep dapat dikatakan rasional
jika resep tersebut memenuhi enam tepat, yaitu: tepat obat, tepat indikasi, tepat
dosis, tepat bentuk sediaan, tepat waktu pemberian, dan tepat pasien (Lestari, et
al., 2002)
a. Persyaratan administratif :
5) Diagnosis
8) Nomor ruang jika pasien rawat inap (Alomar, 2014; Depkes, 2004).
(dosis, durasi, jumlah obat). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya
penulisan resep sering tidak sesuai dengan kaidah formulatorium. 3 faktor tersebut
46
dari dokter,pasien dan obat. Keputusan dokter dalam penulisan resep dipengaruhi
Menurut Syamsuni (2006) resep asli harus disimpan selama 3 tahun di apo
tik dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain kecuali yang berhak, antara la
in:
sa.
Resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang artinya recipe = ambillah. Dibelakang
tanda ini biasanya baru tertera nama,jmlah obat dan signatura. Umumnya resep di
tulis dalam bahasa latin. Jika tidak jelas atau tidak lengkap, apoteker/tenaga kefar
atas kertas resep,ukuran kertas resep yang ideal umumnya berbentuk empat perse
arsip dokter mengenai terapi yang diberikan kepada pasien sebaiknya ditulis rang-
kap dua. Menurut Kode Etik kedokteran Indonesia resep memiliki ukuran maksi-
mum folio 10,5 cm x 16 cm dengan mencantumkan nama gelar yang sah, SIP,ala
a. Tipe Officinalis, yaitu resep yang komposisinya telah dibakukan dan di tuang -
kan ke dalam buku farmakope atau buku standar lainnya. Penulisan resep sesuai
b. Resep magistrales (R/. Polifarmasi), yaitu komposisi resep yang ditulis sendiri
oleh dokter berdasarkan pengalamannya dan tidak ditemukan dalam buku standar
c. Resep Medicinal, yaitu resep obat jadi, bisa berupa obat paten, merek dagang
d. Resep Obat Generik, yaitu penulisan resep obat dengan nama generik atau na-
ma resmi dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu, dalam pelayanannya bisa at
METODE PENELITIAN
suatu penelitian tentang profil peresepan anti hipertensi berdasarkan resep yang
3.3.Variabel penelitian
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah resep obat anti hipertensi.
b. Variabel Tergantung
Variabel tergantung dari penelitian ini adalah profil peresepan obat anti
3.4.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua resep anti hipertensi yang
48
49
3.4.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah resep yang mengandung obat anti hipertensi
adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi.
Alasan mengambil total sampling karena jumlah populasi yang kurang dari 100
maret 2022
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah resep yang masuk
pengumpulan data.
kembali resep kemudian mengumpulkan data dan mencatat resep yang diambil
Teknik analisa data pada penelitian ini adalah menggunakan data deskriptif,
dimana peneliti menyajikan datanya dalam bentuk table presentasi. Setelah data
terkumpul diolah dan disajikan dengan bentuk tabel distribusi frekuensi dengan
mentah menjadi data yang lebih berarti. Dari data nantinya dapat digunakan seb
Tentukan jumlah obat masing masing obat anti hipertensi yang diresepkan(a).
Setelah itu tentukan jumlah obat anti hipertensi keseluruhan yang diresepkan
Tentukan nama obat anti hipertensi yang diresepkan(a). Setelah itu tentukan
Tentukan jumlah golongan masing masing obat anti hipertensi (a). Setelah itu
tentukan jumlah obat anti hipertensi (b). Hasil persentase dihitung dengan :
Tentukan kekuatan obat untuk masing-masing anti hipertensi (a). Setelah itu
tentukan jumlah obat anti hipertensi yang tersedia (b). Hasil persentase
dihitung dengan:
Identifikasi Masalah
Studi Literatur
Pelaksanaan Penelitian
Pengolahan Data
Analisa Data
Kesimpulan
BAB IV
Laki-laki 50 43.4
Perempuan 65 56.5
Pada tabel 4.1 di peroleh data bahwa pasien terbanyak pada jenis kelamin
perempuan, yaitu sebanyak 65 pasien ( 56.5 %). Hal ini disebabkan adanya
hubungan faktor hormonal yang lebih besar pada perempuan dibandingkan laki-
4.1.2. Usia
Data dasar pasien hipertensi berdasarkan kriteria usia terdapat pada tabel. 4.2
(tahun)
53
54
(tahun)
Pada tabel 4.2 diperoleh data bahwa pasien terbanyak pada masa lansia akhir (56-
65 tahun) yaitu sebanyak 50 pasien ( 45.4 %). Faktor usia sangat berpengaruh
hipertensi, hal ini disebabkan karena adanya perubahan alamiah di dalam tubuh
yang mempengaruhi cara kerja jantung dan pembuluh darah (Triyanto, 2014)
(Tablet)
(Tablet)
Pada table 4.3 obat antihipertensi yang digunakan yaitu Captopril 12.5 mg,
Pada tabel 4.4 Penggunaan antihipertensi berdasar nama obat yang paling banyak
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa jumlah obat yang banyak digunakan adalah
Tabel 4.6 golongan obat yang banyak digunakan yaitu golongan ACE Inhibitor
sebanyak 40 resep. Golongan ACE Inhbitor yang digunakan antara lain Captopril
Lasix 40 mg 1x1 7 6
Antagonis Angiotensin Candesartan 8 mg 1x1 4 3.4
II
Micardis 40 mg 1x1 4 3.4
Pada tabel 4.7 kekuatan obat yang banyak digunakan adalah Captopril 12.5 mg
sebanyak 18 resep atau sebesar 15.6 %.
59
4.2 Pembahasan
bih banyak menderita hipertensi ketika memasuki usia menopause hal ini terjadi
endotel akan hancur karena kandungan estrogen menipis, kerusakan endotel memi
Pada kelompok usia yang terbanyak adalah lansia akhir ( 56-65 thn ) seba-
nyak 50 pasien ( 45.4 % ). Penyakit hipertensi lebih banyak diderita oleh pasien
lanjut usia karena pada usia ini terjadi proses penuaan yang terjadi penurunan
fungsi organ organ tubuh. Pada usia lanjut terjadi proses pecahnya pembuluh da-
rah dikarenakan adanya penyumbatan pada pembuluh darah yang sudah rapuh.
Pembuluh darah yang rapuh karena faktor bertambahnya usia. Kerapuhan pem-
plak dalam pembuluh darah,akan lebih parah disertai dengan gejala tekanan darah
tinggi. Hipertensi jarang terjadi pada wanita muda dibandingkan dengan pria,teta
pi angka kejadian meningkat lebih pesat pada wanita setelah usia 50 tahun dan
pada usia 60 tahun dapat menyamai atau bahkan lebih tinggi dari pria
(Nugroho,2008).
12.5 mg, Captopril 25 mg, Farmoten 12.5 mg,Farmoten 25 mg, Amlodipin 5 mg,
1.25 mg, Furosemide 40 mg, Gralixa 40 mg, Lasix 40 mg, Candesartan 8 mg,
Micardis 40 mg
Berdasarkan tabel 4.4 obat anti hipertensi yang banyak digunakan adalah
Captopril 12.5 mg sebanyak 18 resep atau 15.6 %. Obat tersebut golongan ACE
61
pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah dapat memicu tekanan darah ting
gi dan memaksa jantung bekerja lebih keras. Angiotensin II juga perlu dikendali
Berdasarkan tabel 4.5 jumlah obat terbanyak adalah Captopril 12.5 mg seb
anyak 220 tablet atau 142 %. Obat ini golongan ACE Inhibitor. Obat ini harganya
Pada tabel 4.5, tabel 4.6, tabel 4.7 obat yang banyak digunakan adalah gol
kan terjadinya ekskresi natrium dan air serta retensi kalium. Akibatnya ter jadi
5.1 Simpulan
1. Pasien perempuan lebih banyak menderita penyakit hipertensi yang dilihat pada
lembar resep yaitu sebanyak 65 resep ( 56.5 % ), dan pada kelompok usia lansia
5.2 Saran
1. Dalam hal ini sebaiknya Instansi terkait Dinas Kesehatan mengadakan penyu-
luhan tehadap masyarakat tentang manajemen hipertensi dan pola hidup yang se-
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang peresepan obat yang berbeda di Kli
nik “ E “ Banyuwangi atau obat anti hipertensi di Klinik atau apotek yang berbeda
62
63
Tabel 4.4 Lembar pengumpulan data berdasarkan nama obat
Tanggal Nama Obat
NO
Resep A B C D E F G H I J K L M N O
2 jan
1
2022 v v v v
3 jan
2
2022 v v v
5 jan
3
2022 v v v
6 jan
4
2022 v v v v v
8 jan
5
2022 v v v
9 jan
6
2022 v v v
11 jan
7
2022 v v v v
13 jan
8
2022 v v v
14 jan
9
2022 v v v
15 jan
10
2022 v v v v v
19 jan
11
2022 v v
20 jan
12
2022 v v
22 jan
13
2022 v v v v
25 jan
14
2022 v v v
27 jan
15
2022 v v v v
28 jan
16
2022 v v v v
30 jan
17
2022 v v v v
1 feb
18
2022 v v v v
2 feb
19
2022 v v v
4 feb
20
2022 v v v
64
Tanggal Nama Obat
NO
Resep A B C D E F G H I J K L M N O
5 feb
21
2022 v v v v
6 feb
22
2022 v v v v
8 feb
23
2022 v v v
10 feb
24
2022 v v v
15 feb
25
2022 v
18 feb
26
2022 v
20 feb
27
2022 v
22 feb
28
2022 v
23 feb
29
2022 v
26 feb
30
2022 v
28 feb
31
2022 v
2 mar
32
2022 v
6 mar
33
2022 v
8 mar
34
2022 v
10 mar
35
2022 v v
12 mar
36
2022 v v
14 mar
37
2022 v v
16 mar
38
2022 v v
65
jumlah 18 16 8 9 10 5 6 5 5 5 6 7 7 4 4
Keterangan :
A. Captopril 12.5 mg
B. Captopril 25 mg
C. Amlodipin 5 mg
D. Amlodipin 10 mg
E. Nifedipin 10 mg
F. Propranolol 10 mg
G. Farmoten 12.5 mg
H. Farmoten 25 mg
I. Farmalat 10 mg
J. Concor 1.25 mg
K. Furosemide 40 mg
L. Gralixa 40 mg
M. Lasix 40 mg
N. Candesartan 8 mg
O. Micardis 40 mg
Pada tabel 4.4 antihipertensi yang banyak digunakan adalah Captopril 12,5 mg
69
Tanggal Golongan Obat
NO
Resep 1 2 3 4 5 6
13 22 jan 2022 v v
14 25 jan 2022 v v
15 27 jan 2022 v v
16 29 jan 2022 v v v
17 30 jan 2022 v v
18 1 feb 2022 v v
19 2 feb 2022 v v
20 4 feb 2022 v v v
21 5 feb 2022 v v
22 6 feb 2022 v v
23 8 feb 2022 v v v
24 10 feb 2022 v v
25 12 feb 2022 v v
26 13 feb 2022 v v
27 14 feb 2022 v v
28 16 feb 2022 v v
29 17 feb 2022 v
30 19 feb 2022 v v
31 21 feb 2022 v v
32 24 feb 2022 v v
33 25 feb 2022 v v
34 26 feb 2022 v
35 27 feb 2022 v v
36 28 feb 2022 v v
37 1 mar 2022 v
38 2 mar 2022 v v
39 3 mar 2022 v v
40 6 mar 2022 v v
41 7 mar 2022 v v
42 8 mar 2022 v v
43 9 mar 2022
70
44 11 mar 2022 v
45 13 mar 2022 v v
46 14 mar 2022
47 15 mar 2022 v v v
48 16 mar 2022 v
49 17 mar 2022 v v
50 19 mar 2022 v
51 21 mar 2022 v v
52 22 mar 2022 v v
53 23 mar 2022
54 24 mar 2022 v v v
55 26 mar 2022 v v v
56 27 mar 2022 v
57 28 mar 2022 v v
58 29 mar 2022 v v
59 30 mar 2022 v v v
Total 40 30 20 15 10
71
72
Tanggal Nama Obat
NO
Resep 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
10 feb
24
2022 v v v
15 feb
25
2022 v
18 feb
26
2022 v
20 feb
27
2022 v
22 feb
28
2022 v
23 feb
29
2022 v
25 feb
30
2022 v
28 feb
31
2022 v
2 mar
32
2022 v
6 mar
33
2022 v
8 mar
34
2022 v
10 mar
35
2022 v v
12 mar
36
2022 v v
14 mar
37
2022 v v
16 mar
38
2022 v v
17 mar
39
2022 v v
19 mar
40
2022 v
22 mar
41
2022 v v v
73
Tanggal Nama Obat
NO
Resep 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
24 mar
42
2022 v
25 mar
43
2022 v v
26 mar
44
2022 v
29 mar
45
2022 v v
30 mar
46
2022 v v
jumlah 18 16 6 5 8 9 10 5 5 5 6 7 7 4 4
Keterangan :
1. Captopril 12.5 mg
2. Captopril 25 mg
3. Amlodipin 5 mg
4. Amlodipin 10 mg
5. Nifedipin 10 mg
6. Propranolol 10 mg
7. Farmoten 12.5 mg
8. Farmoten 25 mg
9. Farmalat 10 mg
10. Concor 1.25 mg
11. Furosemide 40 mg
12. Gralixa 40 mg
13. Lasix 40 mg
14. Candesartan 8 mg
15. Micardis 40 mg
Pada tabel 7.7 kekuatan obat yang banyak digunakan adalah Captopril 12.5 mg
sebanyak 18 resep.
DAFTAR PUSTAKA
Adib M, 2009. Cara Mudah Memahami Dan Menghindari Hipertensi, Jantung, Dan
Stroke. Yogyakarta : Dianloka
Ahmad NR,2011. Cara Mencegah Dan Mengobati Asam Urat Dan Hipertensi. Jakarta :
Rineka Cipta
Alomar, M., 2014, Community Pharmacy Prescription Screening in the UAE, Al Ain
Univercity, 2014, 5, pp. 83-91
Anief, 2010. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gajah Mada Univercity Press
Anief, Moh., 1997. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Universitas Gajah
Mada. Yogyakarta.
Bertram, G dan Katzung. 2001. Farmakologi dasar dan klinik. Salemba medika, Jakarta,
Indonesia. Hal 269-307
74
75
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Dirjen PP dan PL, 2015. Pedoman
Teknis Penemuan Tatalaksana Penyakit Hipertensi. Jakarta : Depkes RI
ESH and ESC, 2013. ESH/ESC. Guidelines for The Management of Arterial
Hypertension. Journal of hypertension 2013, vol 31, 1281-1357
Jas, A., 2009. Perihal Resep dan Dosis serta Latihan Menulis Resep. Universitas
Sumatera Utara. Medan
Lestari, C.S., Rahayu, S., Rya, H., Suhardjono, Maisunah, Soewarni, S., Sunarsih, E.S.,
2002, Seni Menulis Resep Teori & Praktek, Perca, Jakarta,pp. 3,6,7.
Purwanti, A., Harianto, Supardi, S., 2004, Gambaran Pelaksanaan Standar Pelayanan
Farmasi Di Apotek DKI Jakarta Than 2003, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol.
I,pp. 102-115.
Syamsuni, H.A., 2006. Ilmu Resep. Penerbit: Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
The Eight Joint National Committee. Evidence Based Guidelines for The Management of
High Blood Pressure in Adult-Report from The Panel Members Appointed to the Eight
Joint National Committee. 2014
Tatro, D. 2009. Drug Interaction Facts. United States America : Woltres Kluwer
Company
T Jay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2002. Obat Obat Penting khasiat Penggunaan Dan
Efek Samping. Jakarta : Elex Media Computindo
Yaheya, M., and Ismail, M. 2009. Drug-Food Interaction and Role of Pharmacist.
Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research Vol. 2 Issue 4
77
Zunilda, S., 1994, Guide to Good Prescribing, ITB, Bandung, pp. 66
78
LAMPIRAN
79
Lembar pengumpulan data berdasarkan nama obat
Keterangan :
A. Captopril 12.5 mg
B. Captopril 25 mg
C. Amlodipin 5 mg
D. Amlodipin 10 mg
E. Nifedipin 10 mg
F. Propranolol 10 mg
G. Farmoten 12.5 mg
H. Farmoten 25 mg
I. Farmalat 10 mg
J. Concor 1.25 mg
K. Furosemide 40 mg
L. Gralixa 40 mg
M. Lasix 40 mg
N. Candesartan 8 mg
A. Micardis 40 mg
80
Lembar Pengumpulan Data Berdasarkan Jumlah obat
Tanggal Jumlah Obat dalam resep
NO
Resep A B C D E F G H I J K L M N O P
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
dst
Total
Keterangan :
A. Captopril 12.5 mg
B. Captopril 25 mg
C. Amlodipin 5 mg
D. Amlodipin 10 mg
E. Nifedipin 10 mg
F. Propranolol 10 mg
G. Farmoten 12.5 mg
H. Farmoten 25 mg
I. Farmalat 10 mg
J. Concor 1.25 mg
K. Furosemide 40 mg
L. Gralixa 40 mg
M. Lasix 40 mg
N. Candesartan 8 mg
O. Micardis 40 mg
81
Lembar Pengumpulan data berdasarkan golongan obat
Keterangan:
1. ACE Inhibitor
2. Penyekat Beta
3. Antagonis Kalsium
4. Antagonis Angiotensin II
5. Diuretik