Oleh:
BARAN PALANIMUTHU
070100287
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
2010
TINGKAT PENGETAHUAN DIET PASIEN DIABETES
MELLITUS SERTA KOMPLIKASINYA DI POLI-
ENDOKRINOLOGI, DEPARTMEN ILMU PENYAKIT
DALAM, RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN, TAHUN 2010.
Oleh:
BARAN PALANIMUTHU
070100287
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
2010
2
TINGKAT PENGETAHUAN DIET PASIEN DIABETES
MELLITUS SERTA KOMPLIKASINYA DI POLI-
ENDOKRINOLOGI, DEPARTMEN ILMU PENYAKIT
DALAM, RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN, TAHUN 2010.
Oleh:
BARAN PALANIMUTHU
070100287
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
3
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 070100287
Pembimbing Penguji
4
ABSTRAK
Diabetes mellitus atau penyakit gula merupakan satu penyakit kronis yang
disebabkan berkurangnya produksi insulin dari pankrease maupun insulin yang
dihasilkan tidak efektif dalam mengurangi kadar gula darah. Keadaan ini akan
meningkatkan kadar gula darah sehingga merusakkan kebanyakkan sistem badan.
Penyakit dengan prevalensi yang tinggi ini tidak dapat diobati secara tuntas, tetapi
dapat dicegah atau.dikontrol supaya tidak menjadi kronik. Tujuan utama dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan diet Diabetes Mellitus
serta komplikasinya di Poli-Endokrinologi, RSUP Haji Adam Malik, Medan.
Manakala, tujuan khusus penelitian ini meliputi sejauh mana masyarakat faham
akan kepentingan diet diabetes serta komplikasi dari perjalanan penyakit ini. Jenis
penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif
dengan desain cross sectional. Kesemua 75 orang responden yang menjadi sampel
dalam penelitian ini merupakan pasien yang berobat ke Poli-Endokrinologi dan
dipilih dengan metode simple random sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahawa seramai 43 orang (57,3%) responden mempunyai tingkat pengetahuan
yang sedang, manakala 26 orang (34,7%) responden memiliki tingkat
pengetahuan yang kurang dan hanya 6 orang (8%) responden mempunyai tingkat
pengetahuan yang baik mengenai diet Diabetes Mellitus serta komplikasinya.
Kesimpulannya kebanyakan ahli masyarakat mempunyai pengetahuan yang baik
serta sedang mengenai diet Diabetes Mellitus serta komplikasinya. Namun, masih
ada sebahagian besar lagi masih mempunyai pengetahuan yang kurang mengenai
perkara ini yang boleh memperparah perjalanan penyakit DM mereka.
5
ABSTRACT
6
KATA PENGANTAR
Rasa hormat, cinta dan terima kasih yang dalam saya persembahkan
kepada kedua orang tua saya, serta kakak-kakakku atas doa dan dukungannya
selama ini kepada saya selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Soegiarto Gani, Sp.PD selaku
dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini yang telah menyediakan waktu, tenaga,
pemikiran dan kesabarannya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan baik. Dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini, saya juga
mendapatkan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dosen penguji seminar proposal dan hasil penelitian dr. Johny Marpuang,
SpOG dan dr. Lita Feriyawati, M.Kes.
3. Pimpinan RSUP Haji Adam Malik yang telah memberikan peluang kepada
saya untuk melaksanakan penelitian di Poli-Endokrinologi RSUP Haji
Adam malik, Medan.
4. Loga, Simran, Kavitha, Mugin ,Kam Hong dan Akash yang sudah sangat
membantu baik moral atau materi, memberikan masukan serta motivasi
demi selesainya Karya Tulis Ilmiah ini.
7
6. Semua pasien di poli-endokrin, Departemen Penyakit Dalam, Rumah
Sakit Haji Adam Malik yang sudi menjadi responden pada penelitian
ini.
7. Orang tua saya yang memberi semangat kepada saya sepanjang
pelaksanaan penelitian saya, saya ucapkan ribuan terima kasih.
Saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan
baik dari segi isi maupun bahasanya. “Tak ada gading yang tak retak”. Untuk itu
saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini di masa yang akan datang. Akhirnya
peneliti mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat membawa manfaat
terutama bagi peneliti sendiri dan para pembaca sekalian.
Baran Palanimuthu
NIM : 070100287
8
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN............................................................ ii
ABSTRAK...................................................................................... iii
ABSTRACT.................................................................................... iv
DAFTAR TABEL………………………………………………..………. x
DAFTAR KATA…………………………………………………………... xi
BAB I PENDAHULUAN....................................................... 1
9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................... 5
2.1.1. Definisi................................................................. 5
2.1.3. Epidemologi…...……...……............................ 6
2.1.5. Klasifikasi………………................................. 8
2.1.6. Patofisiologi…………..................................... 8
2.1.8. Diagnosa.............................................................. 10
2.1.9. Penatalaksanaan................................................... 11
2.1.10. Komplikasi......................................................... 14
10
BAB 4 METODE PENELITIAN............................................. 20
5.2. Pembahasan.................................................................. 35
6.1. Kesimpulan.................................................................. 40
6.2. Saran............................................................................ 40
LAMPIRAN
11
DAFTAR GAMBAR
Halaman
12
DAFTAR TABEL
Halaman
4.1 Uji validitas dan Reliabilitas……………………………… 25
5.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin………. 29
5.2 Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur……. 29
5.3 Pecahan berdasarkan kategori tingkat pengetahuan diet
pasien Diabetes…………………………………………… 30
5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden………………... 34
DAFTAR KATA
13
AIDS Acquired Immunodeficiency Syndrome
n Jumlah/ frekuensi
DM Diabetes Mellitus
P Nilai signifikan uji t
R Nilai koefisien korelasi
CRP Community Resarch Program
FK USU Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
HIV Human immunodeficiency Virus
KIPDI III Kompetensi Pendidikan Kedokteran Dasar Indonesia
WHO World Health Organization
BMR Basal Metabolism Rate
Alpha value
M Mean
Etc Et cetera
DAFTAR LAMPIRAN
14
4 Kuesioner penelitian
5 Uji validitas dan reliabilitas kuesioner
6 Data masukan
7 Data SPSS (hasil output)
BAB 1
PENDAHULUAN
15
% dalam keadaan puasa dan ≥ 200 mg % saat 2 jam setelah makan (Haznam,
1996).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan Indonesia menduduki
kedudukan ke-4 di dunia dalam hal jumlah penderita diabetes. Indonesia dengan
populasi 230 juta penduduk, merupakan negara ke-4 terbesar penderita diabetes
setelah China, India dan Amerika Serikat (Xinhua, 2007).
Pada tahun 2000, jumlah penderita diabetes mencapai 8,4 juta dan
diperkirakan pada tahun 2030 jumlah penderita diabetes di Indonesia akan
berjumlah 21,3 juta, kata Sidartawan Soegondo, konsultan diabetik & metabolik
endokrin dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (Xinhua, 2007).
Lebih lanjut dikatakan oleh Soegondo bahwa kasus pre-diabetes di Indonesia
juga sangat tinggi yaitu mencapai 12,9 juta orang, angka ini merupakan yang ke-5
terbesar di dunia, diperkirakan akan naik hingga 20,9 juta di tahun 2025 (Xinhua,
2007).
Ironisnya, hanya 50% dari penderita diabetes di Indonesia menyadari bahwa
mereka menderita diabetes, dan hanya 30% dari penderita melakukan
pemeriksaan secara teratur (Xinhua, 2007).
Sementara di Medan pula,penyakit Diabetes Mellitus menempati urutan
pertama dalam tabel penyakit yaitu diatas penyakit jantung koroner. Sejak bulan
September hingga Oktober 2009, DM merupakan penyakit yang mencatatkan
angka penderita terbanyak dan jumlahnya terus meningkat jika dibandingkan
dengan jumlah pasien Penyakit Jantung Koroner atau penyakit yang lainnya ulas
kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, Edwin Effendi (Waspada Online, 2009).
Berdasarkan data 10 besar diagnosa penyakit di RSU Pirngadi Medan
(RSPM), Edwin mengatakan, pada Oktober 2009 kunjungan pasien rawat jalan
sebanyak 1470 kunjungan, atau meningkat bila dibanding dengan jumlah
kunjungan pasien rawat jalan di bulan September 2009, yaitu sebanyak 1403.
Selain jumlah kunjungan pasien rawat jalan yang mengalami peningkatan, jumlah
pasien rawat inap pun mengalami peningkatan, yaitu pada bulan September
sekitar 58 orang kemudian pada bulan Oktober naik menjadi 112 orang (Waspada
Online,2009).
16
Edwin menjelaskan, penyakit DM cenderung disebabkan adanya perilaku
penderita yang tidak menjalani pola hidup sehat sehingga mengakibatkan
meningkatnya kadar gula darah dalam tubuh. Penyakit diabetes juga menjadi
penyebab utama kebutaan, amputasi, kanker pankreas, stroke, serangan jantung
dan ginjal. Bahkan DM membunuh lebih banyak dibandingkan dengan HIV/AIDS
(Waspada Online, 2009).
Menurut Pranadji (2000), tujuan diet DM adalah bagi membantu diabetesi
atau penderita diabetes memperbaiki kebiasaan gizi dan olah raga untuk
mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik. Selain itu terdapat beberapa
tujuan khusus antaranya ialah memperbaiki kesehatan umum penderita,
Memberikan jumlah energi yang cukup untuk memelihara berat badan ideal atau
normal dan memberikan sejumlah zat gizi yang cukup untuk memelihara tingkat
kesehatan yang optimal dan aktivitas normal. Antara lain dari tujuan diet DM
ialah menormalkan pertumbuhan anak yang menderita DM, Mempertahankan
kadar gula darah sekitar normal serta Menekan atau menunda timbulnya penyakit
angiopati diabetik .
Dengan banyaknya kasus DM dengan kontrol yang kurang baik, maka
penyuluhan tentang diet haruslah ditingkatkan hingga ke tahap maksimum agar
penderita dapat mengelakkan diri dari prognosis yang jelek dari DM. Oleh sebab
hal ini, saya tertarik untuk mengetahui tingkat pengetahuan diet pasien DM serta
komplikasinya dikalangan pengunjung Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu
Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan.
17
Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Diet Pasien Diabetes Mellitus
Serta Komplikasinya pada pengujung di Poli-Endokrinologi, Departemen Ilmu
Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan.
18
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
19
Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu mengendalikan
jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan hiperglikemia,
suatu keadaan gula darah yang tingginya sudah membahayakan (Setiabudi, 2008)
Faktor utama pada diabetes ialah insulin, suatu hormon yang dihasilkan
oleh kelompok sel beta di pankreas. Insulin memberi sinyal kepada sel tubuh agar
menyerap glukosa. Insulin, bekerja dengan hormon pankreas lain yang disebut
glukagon, juga mengendalikan jumlah glukosa dalam darah. Apabila tubuh
menghasilkan terlampau sedikit insulin atau jika sel tubuh tidak menanggapi
insulin dengan tepat terjadilah diabetes (Setiabudi, 2008)
Diabetes biasanya dapat dikendalikan dengan makanan yang rendah kadar
gulanya, obat yang di minum, atau suntikan insulin secara teratur.Meskipun
begitu, penyakit ini lama kelamaan minta korban juga, terkadang menyebabkan
komplikasi seperti kebutaan dan stroke (Setiabudi, 2008)
2.1.2. Etiologi
Penyebab diabetes mellitus sampai sekarang belum diketahui dengan pasti
tetapi umumnya diketahui karena kekurangan insulin adalah penyebab utama dan
faktor herediter memegang peranan penting.
20
herediter, juga dipercaya memainkan peran munculnya penyakit ini (Bare &
Suzanne, 2002)
2.1.3. Epidemologi
Menurut data terkini dari International Diabetes Federation (IDF), seramai
285 juta orang di seluruh dunia menghidap diabetes. Angka ini dikemukakan pada
20th World Diabetes Congress di Montreal, Canada. Hanya di asia tenggara
sahaja seramai 59 juta orang menghidap diabetes. Daripada jumlah itu Indonesia
merupakan salah satu negara dengan kasus diabetes yang paling tinggi yaitu
seramai 7 juta orang (International Diabetes Federation, 2008)
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menempati
urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Melitus (DM). Sementara
di Medan sendiri menempati urutan pertama diatas penyakit jantung koroner
(WaspadaOnline,2009).
21
Pada tahun 2009 ini diperkirakan terdapat lebih dari 14 juta orang dengan
diabetes, tetapi baru 50% yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru
sekitar 30% yang datang berobat teratur (Waspada Online, 2009)
Menurut kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, Edwin Effendi. Penyakit
DM di Medan, sejak September-Oktober 2009 merupakan penyakit dengan
penderita terbanyak, yang terus mengalami peningkatan jumlahnya, jika
dibanding dengan jumlah pasien Penyakit Jantung Koroner atau yang lainnya kata
(Waspada Online, 2009).
Dengan makin majunya keadaan sosio ekonomi masyarakat Indonesia
serta pelayanan kesehatan yang makin baik dan merata, diperkirakan tingkat
kejadian penyakit diabetes mellitus (DM) akan makin meningkat. Penyakit ini
dapat menyerang segala lapisan umur dan sosio ekonomi. Dari berbagai
penelitian epidemiologis di Indonesia di dapatkan prevalensi sebesar 1,5-2,3 %
pada penduduk usia lebih besar dari 15 tahun. Pada suatu penelitian di Manado
didapatkan prevalensi 6,1 %. Penelitian di Jakarta pada tahun 1993 menunjukkan
prevalensi 5,7% (Hiswani, 2001).
Melihat pola pertambahan penduduk saat ini diperkirakan pada tahun 2020
nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia di atas 20 tahun dan dengan
asumsi prevalensi Diabetes Mellitus sebesar 2 %, akan didapatkan 3,56 juta pasien
Diabetes Mellitus, suatu jumlah yang besar untuk dapat ditanggani sendiri oleh
para ahli DM (Hiswani, 2001)
22
3. Pernah melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4 kilogram.
2.1.5. Klasifikasi
2.1.6. Patofisiologi
a. DM Tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan pankreas menghasilkan
insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau langerhans. Dalam hal ini
menimbulkan hiperglikemia puasa dan hiperglikemia post prandial (Corwin,
2000).
Dengan tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka akan muncul
glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotic) sehingga pasien akan
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia)
(Corwin, 2000).
Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak
sehingga terjadi penurunan berat badan akan muncul gejala peningkatan selera
makan (polifagia). Akibat yang lain yaitu terjadinya proses glikogenolisis
(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukogeonesis tanpa hambatan sehingga
efeknya berupa pemecahan lemak dan terjadi peningkatan keton yangdapat
23
mengganggu keseimbangan asam basa dan mangarah terjadinya ketoasidosis
(Corwin, 2000).
b. DM Tipe II
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor kurang
dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat
masuk kedalam sel sehingga sel akan kekurangan glukosa (Corwin, 2000).
Mekanisme inilah yang dikatakan sebagai resistensi insulin. Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah yang
berlebihan maka harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan.Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu mengimbanginya
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadilah DM tipe II (Corwin, 2000)
b. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler
menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel.
Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi
menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia) ( Bare &
Suzanne, 2002).
24
c. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar
insulin maka produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa
lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan
(poliphagia) ( Bare & Suzanne, 2002).
2.1.8. Diagnosa
Kriteria untuk diagnosis termasuk pengukuran kadar A1c hemoglobin
(HbA1c), kadar glukosa darah sewaktu atau puasa, atau hasil dari pengujian
toleransi glukosa oral. The American Diabetes Association mendefinisikan
diabetes mempunyai dua kemungkinan yaitu pada pengukuran kadar glukosa
darah puasa,ia menunjukkan bacaan sebanyak minimal 126 mg / dL setelah puasa
selama 8 jam. Kriteria lainnya adalah kadar glukosa darah sewaktu minimal 200
mg / dL dengan adanya kelainan berupa poliuria, polidipsia, penurunan berat
badan, kelelahan, atau gejala karakteristik lain dari diabetes. Pengujian kadar
glukosa sewaktu dapat digunakan untuk skrining dan diagnosis, namun
sensitivitas hanyalah 39% hingga 55% (Barclay,2010).
Uji diagnostik yang utama untuk diabetes adalah tes toleransi glukosa oral,
di mana pasien akan diminta untuk berpuasa selama 8 jam dan kemudian
ditambah dengan beban 75 g glukosa. Diagnosis terhadap diabetes akan
ditegakkan sekiranya kadar glukosa darah melebihi 199 mg / dL. Selain itu,
kadar glukosa darah puasa dianggap abnormal sekiranya berkisar antara 140-199
mg / dL selepas 2 jam mengambil beban glukosa. American Diabetes
25
Association mendefinisikan terdapat gangguan pada kadar glukosa darah puasa
sekiranya KGD diantara 100-125 mg / dL (Barclay,2010).
Pengujian tingkat HbA1c, yang tidak memerlukan puasa sangat berguna
baik untuk diagnosis atau skrining. Diabetes dapat didiagnosa sekiranya kadar
HbA1c adalah minimum 6,5% pada 2 pemeriksaan yang terpisah. Antara
keterbatasannya adalan, mempunyai uji sensitivitas yang rendah dan terdapat
perbedaan pada interpretasi mengikut ras, ada tidaknya anemia, danpada
penggunaan obat-obatan yang tertentu ( Barclay L,2010).
Dengan demikian, meminum larutan glukosa 50 g (Glucola; Ames
Diagnostik, Elkhart, Indiana) adalah tes yang paling umum dilakukan untuk
Gestational Diabetes dimana diperlukan 75-g atau 100-g uji toleransi glukosa oral
untuk mengkonfirmasi hasil tes skrining yang positif ( Barclay L,2010).
2.1.9. Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak untuk meningkatan
pelayanan kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha,
antaranya:
a. Perencanaan Makanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang
dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi baik
yaitu :
1) Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %
2) Protein sebanyak 10 – 15 %
3) Lemak sebanyak 20 – 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut
dan kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah kalori
dipakai rumus Broca yaitu Barat Badan Ideal = (TB-100)-10%, sehingga
didapatkan =
26
1) Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal
2) Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal
3) Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal
4) Gemuk = > 120% dari BB Ideal.
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan kalori
basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg BB, kemudian
ditambah untuk kebutuhan kalori aktivitas (10-30% untuk pekerja berat). Koreksi
status gizi (gemuk dikurangi, kurus ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress
akut sesuai dengan kebutuhan.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut diatas dibagi
dalam beberapa porsi yaitu :
1) Makanan pagi sebanyak 20%
2) Makanan siang sebanyak 30%
3) Makanan sore sebanyak 25%
4) 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya.
(Iwan S, 2010)
b. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang
lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit
penyerta (Iwan S, 2010).
Sebagai contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit,
olehraga sedang berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga berat jogging (Iwan
S, 2010).
c. Obat Hipoglikemik :
1) Sulfonilurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
27
a) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan.
b) Menurunkan ambang sekresi insulin.
c) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB normal dan
masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.Klorpropamid kurang
dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal dan orangtua karena resiko
hipoglikema yang berkepanjangan, demikian juga gibenklamid. Glukuidon juga
dipakai untuk pasien dengan gangguan fungsi hati atau ginjal.
(Iwan S, 2010)
2) Biguanid
Preparat yang ada dan aman dipakai yaitu metformin.Sebagai obat tunggal
dianjurkan pada pasien gemuk (imt 30) untuk pasien yang berat lebih (IMT 27-30)
dapat juga dikombinasikan dengan golongan sulfonylurea (Iwan S, 2010).
3) Insulin
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM) dalam
keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis (Bare & Suzanne,
2002).
28
d) Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu
pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan
menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan
penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat yang optimal.
Penyesuaian keadaan psikologik kualifas hidup yang lebih baik. Edukasi
merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan diabetes (Bare & Suzanne,
2002).
2.1.10. Komplikasi
Diabetes Mellitus bila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan
komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh
darah kaki, saraf, dan lain-lain (Iwan S, 2010).
29
Program perbaikan gizi di Indonesia, diarahkan pada peningkatan
kuantitas dan kualitas makanan. Belum adanya pedoman yang nyata akan taraf
gizi yang dianggap optimal membuka peluang terjadinya gizi lebih dan yang
diketahui cenderung lebih mudah jatuh dalam Diabetes Mellitus. Disamping itu,
usaha diversifikasi menu makanan rakyat, perlu diimbangi dengan kegiatan-
kegiatan lain untuk membebaskan bahan makanan yang potensial untuk dimakan
dari racun yang dapat merugikan pertumbuhan jaringan dalam tubuh manusia
( Hiswani, 2010).
Di negara maju DM termasuk dalam kelompok 5 penyebab utama kematian.
Indonesia sebagai negara luas dengan jumlah penduduk menempati urutan ke
empat terbesar di dunia sedang berkembang menuju taraf yang lebih maju. Tak
dapat dipungkiri bahwa pada suatu saat DM akan menjadi penyebab kematian
yang penting seperti halnya dengan negara maju yang lain, apabila tidak ada
upaya pencegahannya yang terarah ( Hiswani, 2010).
Kemajuan suatu daerah antara lain ditandai oleh peningkatan daya beli serta
perubahan gaya hidup masyarakat yang bersangkutan. Kemudahan-kemudahan
dalam memperoleh bahan makanan yang memenuhi selera akan mempercepat
terjadinya ketidak-seimbangan antara masukan zat gizi melalui makanan dengan
jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidup sehat ( Hiswani, 2010).
30
kebutuhan dan kemampuan jaringan tubuh, gejala DM akan teratasi. Pada orang
dewasa, makanan yang mana membekalkan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh.
Kebutuhan makanan yang harus dimakan umumnya disesuaikan dengan jumlah
tenaga yang harus dikeluarkan (WHO, 1974). Variasi kebutuhan enersi ini
dipengaruhi oleh jenis kegiatan fisik yang dilakukan, umur serta ukuran tubuh
masing-masing (Hiswani,2010).
Kelebihan jumlah tenagai yang dimakan akan disimpan dalam bentuk lemak
tubuh. Makin tinggi jumlah kelebihan tenaga, makin besarlah jumlah cadangan
lemak, yang mana akan memperbesar ukuran tubuh seseorang. Jumlah energi
yang diperlukan untuk menggerakkan tubuh, misalnya berjalan atau mengerjakan
pekerjaan, akan meningkat sebanding dengan besarnya ukuran tubuh. Sebaliknya
bila terjadi defisit dalam intake tenaga, maka untuk memenuhi kebutuhan basal
serta kegiatan fisik akan dipergunakan cadangan yang tersedia (lemak tubuh)
( Hiswani, 2010).
Pemecahan lemak tubuh yang berlangsung terus menerus akan menurunkan
ukuran tubuh yang berasangkutan. Proses pembentukan cadangan dan pengurasan
cadangan dengan rentang variasi yang luas dan terjadi berulang kali suatu saat
akan tidak berlangsung dengan sempurna, sehingga timbul gejala ketidak-
seimbangan metabolisme seperti halnya pada Diabetes Mellitus ( Hiswani, 2010).
Pada orang dewasa proses pertumbuhan sudah berhenti. Oleh karena itu
jumlah protein yang dibutuhkan dimaksudkan hanya untuk keperluan penggantian
sel-sel tubuh yang haus atau rusak akibat usia atau penyakit (regenerasi).
Demikian pula halnya dengan vitamin dan mineral yang jumlah kebutuhannya
disesuaikan dengan jumlah tenaga, protein dan lemak yang dimakan. Berbagai
penelitian melaporkan bahwa kebutuhan enersi erat kaitannya dengan jumlah sel
otot yang aktif untuk keperluan yang dimaksud, yang pada pria jumlahnya lebih
tinggi dibandingkan dengan pada wanita. Oleh karena itu perhitungan jumlah
kebutuhan enersi seseorang akan lebih tepat apabila ukuran tubuh yang digunakan
adalah berat badan bebas lemak (lean body mass), yang pada praktek sehari-hari
dinyatakan dalam bentuk BMI (body mass index) ( Hiswani, 2010).
31
Zimmet dan King (1984) dalam penelitiannya pada masyarakat Mikronesia
mendapatkan korelasi yang kuat antara intake enersi, hidrat arang dan lemak.
Intake lemak seseorang dapat dipakai sebagai petunjuk terjadinya NIDDM.
Menurut peneliti penemuan ini perlu ditinjau kembali dengan penelitian lanjutan.
Interaksi antara gizi, aktivitas fisik dan ukuran tubuh bersifat kompleks, dan akan
sulit membedakan apakah mekanisme faktor yang satu lebih menonjol
dibandingkan dengan yang lain, terutama dalam kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi, bahwa perubahan gaya hidup seseorang dapat mempengaruhi
timbulnya NIDDM sudah dilaporkan oleh beberapa peneliti antara lain oleh
Watkin (1986). Untuk memastikan adanya interaksi yang sama diantara
masyarakat Indonesia perlu dilakukan pengamatan dengan cara-cara yang tidak
berbeda dengan metode yang pernah diikuti oleh pengamat sebelumnya ( Hiswani,
2010).
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASONAL
Definisi Operasional:
33
Kategori: Pengukuran tingkat pengetahuan diet pasien DM serta
komplikasinya dan berdasarkan pertanyaan yang diberikan responden
menggunakan skala pengukuran Pratomo (1966) maka dapat dibahagi menjadi
tiga kategori yaitu:
Pengetahuan baik apabila jawaban responden benar lebih dari 75% dari
nilai tertinggi.
Pengetahuan sedang apabila jawaban responden benar antara 40% sampai
75% dari nilai tertinggi.
Pengetahuan kurang apabila jawaban responden benar kurang dari 40%
dari nilai tertinggi.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian survei
deskriptif dengan desain cross sectional. Di mana, penelitian ini akan
menggambarkan tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien DM yang mengunjungi
Poli-Endokrinologi RSUP Haji Adam Malik tentang diet DM serta komplikasinya.
34
Survei adalah suatu cara penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap
sekumpulan objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan atau
menguraikan suatu keadaan di dalam komunitas atau masyarakat (Notoatmodjo,
2005).
Menurut Sastroasmoro (1995) penelitian cross sectional merupakan
penelitian yang di mana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel
pada satu saat. Satu saat di sini artinya, setiap subjek hanya di observasi satu kali
saja dan pengukuran variabel subjek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut.
35
4.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua penderita DM laki-laki dan perempuan
yang mengunjungi Poli-Endokrinologi bagi tujuan kontrol.
Lokasi ini dipilih karena RSUP Haji Adam Malik merupakan rumah sakit
rujukan utama di kota Medan.
Terdapat beberapa jenis random sampling yang bisa digunakan untuk mencari
besar sampel. Dalam penelitian ini digunakan metode simple random sampling, di
mana setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama
untuk diseleksi sebagai sampel. (Notoatmodjo, 2005).
Perkiraan besar sample yang minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan
rumus dibawah ini.
n = Za²PQ
d²
36
n = besar sampel
Za = deviat baku alfa
P = proporsi kategori variable yang diteliti
Q = 1- Q
d = persisi (5%)
n = Za²PQ
d²
n = 1,96² (0,05) (1-0,05)
(0,05)²
n = 72,9904
n ~ 73
1. Metode Dokumentasi
Data-data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan atau laporan,
jurnal, buku, koran atau berbagai artikel tentang topik penelitian dicari dan
dikumpul untuk tujuan kepustakaan dan memperoleh informasi tentang penelitian
ini. Dokumen-dokumen tersebut digunakan untuk mendapatkan data sekunder
(Arikunto,prosedur).
2. Metode Angket
37
Data penelitian ini dikumpul dengan metode angket. Pada penelitian ini,
lembaran kuesioner diberikan kepada responden dan responden sendiri akan
mengisikan jawabannya. Angket pada penelitian ini adalah berstruktur dan
berbentuk pilihan. Di mana, kuesioner yang diberikan disusun secara tegas,
definitif, terbatas dan konkret serta pilihan jawabannya juga telah diberi agar
responden mudah menjawab pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan yang
ditanyakan adalah tentang diet pasien DM serta komplikasi dan diajukan sebanyak
15 pertanyaan. Dan responden hanya perlu menjawab jawaban yang benar sahaja
(Notoatmodjo, 2005). Maka kuesioner sebagai instrument pengumpul data dalam
penelitian ini perlu diuji validitas dan reliabilitas dengan cara melakukan uji cobe
pada sekelompok responden yang hampir sama cirinya dengan populasi penelitian
ini.
38
tersebut dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel untuk jumlah responden
20 orang dengan taraf signifikasi 0.1 adalah 0.444. Jika nilai koefisien korelasi
Pearson dari suatu pertanyaan tersebut berada di atas nilai r tabel, maka
pertanyaan tersebut valid.
Menurut Notoatmodjo (2005), reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan
sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan.Uji reliabilitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0. Uji reliabilitas
ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010. Uji reliabilitas dilakukan pada semua
pertanyaan yang valid dengan koefisien Reliabilitas Alpha pada aplikasi SPSS
17.0. Jika nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel,maka pertanyaan tersebut
reliabel.
Tabel 4.1 Uji validitas dan Reliabilitas
39
2. Menguji validitas dan realibilitas alat ukur kuesioner.
3. Melakukan penelitian dengan memberikan kuesioner kepada semua
responden.
4. Memeriksa atau menyeleksi kelengkapan data kuesioner.
5. Melakukan analisa data
BAB 5
40
Penelitian ini dilakukan di Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit
Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan. Rumah Sakit ini merupakan Rumah
Sakit Umum Kelas A di Medan yang berdasarkan pada Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 335/Menkes/SK/VII/1990. Namun, nama
rumah sakit ini mengalami perubahan yang pada mulanya bernama Rumah Sakit
Umum Kelas A di Medan menjadi Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik.
Perubahan nama rumah sakit ini berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor: 775/MENKES/SK/IX/1992. Adapun alasan
pergantian nama rumah sakit ini disebabkan karena perlunya pencantuman nama
Pahlawan Nasional Sebagai Nama Rumah Sakit Umum Pemerintah yang
merupakan bagian penghargaan dan kebangganan rakyat Indonesia. Nama Haji
Adam Malik perlu diabadikan pada rumah sakit umum pemerintah sebagai
penghargaan dan kebanggan terhadap Pahlawan Nasional, terlebih lagi Adam
Malik merupakan ikon kebanggaan masyarakat Sumatera Utara yang mana
namanya tidak hanya dikenal di Indonesia saja, tetapi juga di Internasional.
RSUP H. Adam Malik ini beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17, Medan,
terletak di kelurahan Kemenangan, kecamatan Medan Tuntungan. Letak RSUP H.
Adam Malik ini agak berada di daerah pedalaman yaitu berjarak +- 1 Km dari
jalan Djamin Ginting yang merupakan jalan raya menuju ke arah Brastagi. Rumah
sakit ini merupakan Rumah Sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.
335/Menkes/SK/VIII/1990. Di samping itu, RSUP H. Adam Malik adalah Rumah
Sakit Rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Propinsi Sumatera
Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. RSUP H. Adam Malik juga ditetapkan
sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991 dan secara resmi pusat
pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dipindahkan ke
RSUP H. Adam Malik pada tanggal 11 Januari 1993. Dengan ditetapkannya
RSUP H. Adam Malik sebagai Rumah Sakit Pendidikan, maka Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara dapat menggunakannya sebagai Pusat
Pendidikan Klinik calon dokter dan Pendidikan Keahlian calon dokter spesialis.
RSUP H. Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan
41
pelayanan rawat jalan dan untuk pelayanan rawat inap mulai berfungsi tepatnya
pada tanggal 2 Mei 1992. Rumah Sakit ini mulai beroperasi secara total pada
tanggal 21 Juli 1993 yang diresmikan oleh mantan Presiden RI, H. Soeharto.
Jumlah responden yang terlibat dalam studi ini adalah sebesar 75 responden
yang merupakan semua penderita DM laki-laki dan perempuan yang mengunjungi
Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik,
Medan bagi tujuan kontrol. Jumlah sampel ini adalah sama dengan jumlah sampel
yang diperlukan yaitu seramai 75 orang. Lebih dari setengah responden yang
terpilih adalah laki-laki dengan persentase 57,3 % yaitu seramai 43 orang
sedangkan perempuan berjumlah 32 orang dengan persentase 42,7 % seperti yang
dilampirkan pada tabel 5.1.
Pria 43 57,3
Wanita 32 42,7
Total 75 100
42
Tabel 5.2 Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur
21-30 4 5
31-40 22 29
41-50 14 19
51-60 22 29
61-70 11 15
71-80 2 3
Total 75 100
Tabel 5.3 Pecahan berdasarkan kategori tingkat pengetahuan diet pasien Diabetes
Jumlah Persentase
Kategori Total Skor
Responden Responden(%)
Baik 23-30 6 8
Sedang 12-22 43 57.3
Kurang <12 26 34.7
43
Total 75 100
44
Seramai 38 orang dengan persentase 50,7% tidak berpendapat penyakit
Diabetes Mellitus sudah pasti bisa diobati, 38,7% dengan frekuensi 29 orang
berpendapat penyakit Diabetes Mellitus sudah pasti dapat diobati dan 10,7% atau
seramai 8 orang responden tidak pasti dengan jawaban mereka.
Sebanyak 18,7% atau 14 orang mengakui bahwa jus buahan yang tidak
dicampur gula akan tetap menaikkan kadar gula darah.Seramai 57 orang (76 %)
berpendapat jus buahan yang tidak dicampur gula tidak akan menaikkan kadar
gula darah.Sisanya seramai 4 orang dengan persentase 5,3 % tidak pasti dengan
jawaban mereka.
45
Seramai 61,3 % atau 46 orang dari jumlah responden setuju dengan
pernyataan insulin merupakan hormon utama yang mengatur kadar gula darah. 16
% atau 12 orang tidak setuju dengan pernyataan ini. Manakala 17 orang lagi
dengan persentase 22,7 % tidak pasti dengan jawaban mereka.
Selain itu, lebih dari separuh responden yaitu seramai 41 orang sengan
persentase 54,7 % berpendapat kekurangan insulin atau penurunan dari kerja
insulin menyebabkan kadar gula darah naik (Diabetes Mellitus). Manakala 18
orang atau 24 % lagi tidak bersependapat dan sisanya seramai 16 orang ( 21,3 % )
tidak pasti dengan jawaban mereka.
46
sisanya seramai 5 orang dengan persentase 6,7 % tidak pasti dengan jawaban
mereka.
NO PERTANYAAN JAWABAN
BENAR TIDAK SALAH
PASTI
F % F % F %
1. Memakan terlalu banyak 15 20 5 6,7 55 73,3
gula(glukosa) merupakan
faktor utama DM
47
3. Penyakit DM sudah pasti bisa 38 50,7 8 10,7 29 38,7
diobati
48
10. Kekurangan insulin atau 41 54,7 16 21,3 18 24
penurunan dari kerja insulin
menyebabkan kadar gula darah
naik (Diabetes Mellitus)
5.2. Pembahasan
49
soalan kuensioner yang dipakai oleh Julie D. West adalah lebih spesifik dan
dalam.
50
Sebanyak 55 orang responden dengan persentase 73,3 % masih berpendapat
memakan terlalu banyak gula (glukosa) merupakan faktor utama DM dan hanya
15 orang atau 20 % dari responden tidak menyetujui pernyataan tersebut.
Sebenarnya, Faktor utama pada diabetes ialah insulin, suatu hormon yang
dihasilkan oleh kelompok sel beta di pankreas. Insulin memberi sinyal kepada sel
tubuh agar menyerap glukosa. Insulin, bekerja dengan hormon pankreas lain yang
disebut glukagon, juga mengendalikan jumlah glukosa dalam darah. Apabila
tubuh menghasilkan terlampau sedikit insulin atau jika sel tubuh tidak
menanggapi insulin dengan tepat terjadilah diabetes. (Setiabudi, 2008)
51
terjadi sekiranya insulin yang dihasilkan tubuh kurang sensitif terhadap
reseptornya di sel-sel tubuh. Maka glukosa kurang diserap oleeh sel-sel ini maka
akan terjadi pengumpulan glukosa di darah ,suatu keadaan yang dipanggil
hiperglikemi. (Setiabudi, 2008)
Dari jumlah 75 orang responden , sebanyak 33,3 % berpendapat DM
merupakan faktor utama yang menyebabkan badan seseorang penderita sangat
penat walaupun hanya melakukan kerja yang ringan. Sebaliknya,sekitar 32%
berpendapat sebaliknya dan 34,7 % tidak pasti dengan jawaban mereka. Perkara
ini terjadi kerana masyarakat masih kurang faham mengenai fakta-fakta berkaitan
peryakit DM ini. Seseorang penderita mengalami kekurangan energi sehari-hari.
Walaupun seseorang pasien DM makan secukupnya, tetapi energi hanya akan
dihasilkan sekiranya glukosa darah (dari makanan) memasuki sel-sel tubuh bagi
tujuan metabolisme. Proses metabolisme akan menghasilkan energi untuk
aktivitas sehari-hari. Sekiranya insulin kurang dihasilkan atau kerja insulin kurang
di tingkat seluler, maka glukosa darah tidak akan dapat diambil oleh sel-sel tubuh.
Maka,kurang glukosa di dalam sel akan menyebabkan kurang energi dihasilkan.
Maka dengan hanya membuat kerja yang ringan ,badan seseorang penderita DM
akan mengalami malaise atau kelemahan ( Bare & Suzanne, 2002)
Seramai 36 orang (48%) dari jumlah sampel berpendapat tindakan terbaik
untuk memeriksa kadar gula penderita DM adalah dengan periksa urin.
Sebaliknya, 33 orang lagi (44%) berpendapat memeriksa urin bukanlah suatu
tindakan terbaik untuk memeriksa kadar gula pasien DM. Sisanya 6 orang (8%)
tidak pasti dengan jawaban mereka. Masyarakat berpendapat bahwa, oleh karena
gula tubuh keluar bersama urin,maka urin boleh diperiksa sebagai indikator kadar
gula tubuh mereka berpandukan jumlah atau konsentrasi glukosa yang keluar
bersama urin. Sebenarnya, glukosa yang keluar bersama urin (glukosuria) adalah
disebabkan darah menjadi terlalu pekat karena konsentrasi glukosa yang
tinggi.Maka darah tekanan di kapsul bowman di ginjal terlalu tinggi sehingga ada
molekul-molekul glukosa yang turut difiltrasi keluar bersama urin. Namun jumlah
gula yang keluar bersama urin adalah jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan
parameter yang sepatutnya yaitu darah pasien. Kriteria untuk diagnosis termasuk
52
pengukuran kadar A1c hemoglobin (HbA1c) ,kadar glukosa darah sewaktu atau
puasa, atau hasil dari pengujian toleransi glukosa oral. ( Barclay L,2010).
Lebih separuh dari jumlah responden yaitu sekitar 65,3% berpendapat
bahwa berolahraga secara teratur akan meningkatkan kebutuhan insulin atau obat-
obatan insulin sehari-hari. Sejumlah 14,7 % berpendapat sebaliknya dan sisa 20%
lagi tidak pasti dengan jawaban mereka. Pendapat responden adalah, sekiranya
mereka berolahraga, maka badan mereka akan berasa sangat lemah sehingga
membutuhkan mereka untuk mengambil lebih obat-obatan insulin. Sebenarnya,
berolahraga secara teratur akan meningkatkan konsentrasi protein GLUT-4 yaitu
reseptor insulin di tingkat selular. Maka, dengan hanya sedikit obat-obatan,
mampu memberikan efek yang secukupnya kepada pasien (Yaspelkis, Ben B.,
2006)
Seramai 45 orang responden (60%) berpendapat menggeletar (shaking) dan
berkeringat merupakan tanda dari peningkatan kadar gula darah. Manakala
seramai 25 orang responden (33,3%) tidak berpendapat sedemikian dan seramai 5
orang lagi (6,7%) tidak pasti dengan jawaban mereka. Menggeletar adalah efek
dari kurangnya kadar gula darah. Tubuh akan kompensasi dengan menggeletar
supaya lebih energi dihasilkan oleh otot-otot tubuh. (International Diabetes
Institute, 2004)
53
BAB 6
6.1. Kesimpulan
54
Seramai 26 orang responden dengan persentase 35% mempunyai tingkat
pengetahuan yang kurang mengenai diet pasien DM serta komplikasinya dan
kelompok ini merupakan kelompok kedua terbesar dari total sampel.
6.2. Saran
55
DAFTAR PUSTAKA
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi
8), EGC Jakarta.
56
Haznam, MW. 1996. Kepatuhan Berobat pada Diabetes Mellitus. Sub. Unit.
Endokrinologi, Laboratorium/UPF Ilmu Penyakit Dalam FK Unpad / RSHS
Bandung. Dalam: Siregar, R. 2004. Pengaruh Penyuluhan Gizi. Fakultas
Kedokteran Masyarakat Universitas Indonesia.
Iwan S, 2010. Askep Klien dengan gangguan Sistem Endokrin: Diabetes Mellitus.
Available from: http://ahmadyozi.blogspot.com/2010/01/askep-klien-dengan-
gangguan-sistem.html. [Accessed 15 April 2010]
Pranadji DK. 1997. Perencanaan Menu untuk Diabetes Melitus. Jakarta: Penebar
Swadaya.
57
Sastroasmoro, S., Gatot, D., Kadri, N., Pujiarto, P.S, 2008 Usulan Penelitian.
Dalam : Sastroasmoro, S., Ismael, S., Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Klinis. Edisi Ketiga. Jakarta : Sagung Seto. 46-51
Yaspelkis, Ben B., 2006. Resistance Training Improves Insulin Signaling and
Action in Skeletal Muscle. Available from : http://journals.lww.com/acsm-
essr/Abstract/2006/01000/Resistance_Training_Improves_Insulin_Signaling_
and.9.aspx [Accessed 10 April 2010]
58
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
59
Nama : Baran Palanimuthu
Agama : Hindu
LEMBAR PENJELASAN
60
contohnya penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal, atau lain-lain penyakit
sistemik selain memperburuk perjalanan penyakit yang sedia ada seperti infeksi
dan lain-lain.
61
(Baran Palanimuthu.)
LAMPIRAN
SURAT PERNYATAAN
PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
62
Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam
Malik.
Name Peneliti : BARAN PALANIMUTHU
Jenis Penelitian : Deskriptif dengan pendekatan cross sectional
Lokasi Penelitian : Poli-Endokrinologi, Departmen Ilmu Penyakit
Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan.
(______________________)
Nama dan tanda tangan
Lampiran 2
KUISIONER
JUDUL: TAHAP PENGETAHUAN DIET PASIEN DIABETES MELITUS
SERTA KOMPLIKASINYA DI POLI-ENDOKRINOLOGI, DEPARTMEN
ILMU PENYAKIT DALAM, RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN.
Saya adalah peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat
pengetahuan pasien Diabetes Mellitus serta komplikasinya di Poli-Endokrinologi,
Departmen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Haji Adam Malik, Medan.
63
Untuk mendukung penelitian ini, saya menyebarkan kuisioner ini untuk
mendapatkan data – data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis. Oleh itu saya
berharap kesedian setiap partisipan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar sesuai dengan nurani
anda. Anda bebas memilih jawaban. Kerjasama partisipasi sangat dihargai.
DATA RESPONDAN
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Perkerjaan :
Tingkat Pendidikan :
64
C. TIDAK PASTI
4. Jika anda mengambil insulin pada pagi hari tetapi tidak memakan sarapan
kadar gula darah anda akan menurun
A. YA
B. TIDAK
C. TIDAK PASTI
5. Jus buahan yang tidak dicampur gula akan menaikkan kadar gula darah.
A. YA
B. TIDAK
C. TIDAK PASTI
65
B. TIDAK
C. TIDAK PASTI
10. Kekurangan insulin atau penurunan dari kerja insulin menyebabkan kadar
gula darah naik (Diabetes Mellitus)
A. YA
B. TIDAK
C. TIDAK PASTI
11. Makanan segera (seperti Mie Instant) mempunyai kalori yang lebih tinggi jika
dibanding dengan semangkok nasi.
A. YA
B. TIDAK
C. TIDAK PASTI
13. Berolahraga secara teratur akan meningkatkan kebutuhan insulin atau obat-
obatan insulin sehari-hari.
A. YA
B. TIDAK
66
C. TIDAK PASTI
15. Selalu BAK dan dahaga merupakan tanda dari kadar gula darah yang rendah.
A. YA
B. TIDAK
C. TIDAK PASTI
Data SPSS
PERTANYAAN 1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
67
PERTANYAAN 2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PERTANYAAN 3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
68
PERTANYAAN 4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PERTANYAAN 5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
69
PERTANYAAN 6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PERTANYAAN 7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
70
PERTANYAAN 8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PERTANYAAN 9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
71
PERTANYAAN 10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PERTANYAAN 11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PERTANYAAN 12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
72
PERTANYAAN 10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PERTANYAAN 11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PERTANYAAN 12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
73
PERTANYAAN 10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PERTANYAAN 11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PERTANYAAN 12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
74
PERTANYAAN 10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PERTANYAAN 11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PERTANYAAN 12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
75
PERTANYAAN 14
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PERTANYAAN 15
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
76
UMUR NEW
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
77
TINGKAT PENGETAHUAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Count
TINGKAT PENGETAHUAN
KURAN
G SEDANG BAIK Total
Total 26 43 6 75
78
Case Processing Summary
N %
Excludeda 0 .0
Total 75 100.0
79
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.707 15
Count
TINGKAT PENGETAHUAN
KURAN
G SEDANG BAIK Total
UMURNE 21-30 1 3 0 4
W
31-40 8 11 3 22
41-50 6 8 0 14
51-60 7 12 3 22
61-70 4 7 0 11
71-80 0 2 0 2
Total 26 43 6 75
80
TINGKAT PENDIDIKAN * TINGKAT PENGETAHUAN
Crosstabulation
Count
TINGKAT PENGETAHUAN
KURAN
G SEDANG BAIK Total
TINGKAT SD 5 4 0 9
PENDIDIKAN
SMP 8 11 0 19
SLTA 6 3 0 9
SMA 7 14 0 21
S-1 0 11 6 17
Total 26 43 6 75
81