Anda di halaman 1dari 62

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

A DENGAN DIAGNOSA
DEMAM TIFOID DI RUANG CEMARA RUMAH
SAKIT UMUM KOTA TARAKAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH :

ANIRA ANGGRAINI

NPM: 1830702023

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A DENGAN DIAGNOSA
DEMAM TIFOID DI RUANG CEMARA RUMAH
SAKIT UMUM KOTA TARAKAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH :

ANIRA

ANGGRAINI NPM:

1830702023

Laporan Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ahli Madya Keperawatan

Pada

Universitas Borneo

Tarakan

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

2021
PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir dengan judul
Asuhan Keperawatan Pada An.A Dengan Diagnosa Demam Tifoid Di Ruang
Cemara Rumah Sakit Umum Kota Tarakan adalah karya saya dengan arahan dari
dosen pembimbing dan belum di ajukan dalam bentuk apapun kepeda perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau di kutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak di terbitkan dari penulis lain telah di sebut dalam teks
dan di cantumkan dalam bagian daftar pustaka bagian akhir Laporan Tugas Akhir
ini. Penulisan ini di tulis dengan mengikuti kaidah penulisan ilmiah.

Tarakan, 17 juni 2021

Anira Anggraini
NPM. 1830702023

i
ii
HALAMAN PENGESAHAN

Telah di ujiankan pada tanggal 17 juni 2021

Dan disetujui untuk disusun sebagai Laporan Tugas Akhir dengan judul

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir
ini yang berjudul “Asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa demam tifoid
yang dirawat di ruang Irna Cemara rumah sakit kota Tarakan pada tanggal 16 april
sampai 18 April 2021.

Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini penulis mengalami hambatan


dalam berbagai kesulitan namun demikian penulis berusaha menyelesaikan
penyusunan laporan tugas akhir ini berkat bimbingan bantuan dan dorongan yang
diberikan sebagai pihak dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih pada :

1. Prof. Dr. Adri Patton, M.Si selaku Rektor Universitas Borneo Tarakan.
2. Sulidah, S.Kep,Ns.,M.Kep, selaku dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Borneo Tarakan dan juga selaku penguji satu yang telah memberikan
bimbingan, masukan, serta dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan
laporan tugas akhir ini.
3. Yuni retnowati, S.ST.,M.Keb, selaku wakil dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Borneo Tarakan
4. Alfianur, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku ketua jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas borneo tarakan dan selaku pembimbing 1 yang telah
memberi motivasi selama penulis mengikuti perkuliahan di Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Borneo Tarakan dan yang telah memberikan bimbingan,
masukan, serta dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan laporan
tugas akhir ini dan yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
dapat mengikuti ujian akhir program ini sampai dengan selesai.
5. Fitriya Handayani S.Kep,Ns.,M.Kep, selaku sekertaris Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.
6. Paridah S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku ketua program studi D3 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.

iv
7. Anna Damayanti, S.Kep.Ns.,M.K.M, selaku coordinator mata kuliah atas
saran, masukan dan motivasi untuk terus berjuang untuk menyelesaikan mata
kuliah ini dengan baik dan tepat waktu yang telah memberikan masukan dan
juga dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan laporan tugas akhir ini
8. Ramdyah Akbar Tukan,S.Kep.Ns.,M.Kep, selaku dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan pengarahan serta bimbingan selama
perkuliahan.
9. Nurman Hidaya,S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, masukan, serta dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
10. Dewi Wijayanti S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku penguji II yang telah memberikan
bimbingan, masukan, serta dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan
laporan tugas akhir ini.
11. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan staf diploma III jurusan Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.
12. Keluarga klien An.A yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam
memberikan informasi penulis butuhkan.
13. Orang tua dan saudara-saudara tercinta serta keluarga yang penuh dengan
cinta serta keluarga yang dengan penuh kesabaran dalam memberikan
dukungan dengan baik moral maupun materi yang tak ternilai harganya
kepada penulis selama menempuh pendidikan di D III Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan hingga akhir dapat
menyelesaikan program pendidikan ini. Terimakasih banyak atas semuanya.
14. Rekan-rekan Departemen Anak yang telah bekerja sama dan memotivasi
penulis selama proses ujian terimakasih atas kebersamaan suka duka selama
PKK dan dalam menyusun LTA ini.
15. Sahabat selaku teman penulis yang selalu ada dan bersedia menemani penulis
dalam kondisi apapun hingga dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
16. Angkatan 2018 mahasiswa Diploma III Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Borneo Tarakan untuk teman-teman lokal C1 yang
telah bersama-sama selama 3 tahun berkuliah dan menjalani senang dan susah
bersama.

v
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan tugas akhir masih belum
sempurna dan masih banyak membutuhkan banyak perbaikan, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran. Semoga laporan tugas akhir ini
dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan khusus bagi perawat
dalam usaha meningkatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan standard
profesi keperawatan.

Tarakan, 17 juni 2021

Anira Anggraini

vi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A DENGAN DIAGNOSA DEMAM
TIFOID DI RUANG CEMARA RUMAH SAKIT UMUM KOTA
TARAKAN

Anira Anggraini, Alfianur, Nurman Hidaya

ABSTRAK

Demam tifoid merupakan masalah keseshatan yang penting di berbagai


Negara yang sedang berkembang. Besarnya angka pasti demam tifoid di dunia
ini sangat sukar ditentukan, sebab penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan
spectrum klinisnya sangat luas. Tujuan penulis: Dapat memberikan manfaat
kepada masyarakat dan dapat memberikan penerapan asuhan keperawatan secara
komperehensif pada An.A. dengan demam tifoid yang di rawat di ruang irna
cemra di Rumah Sakit Kota Tarakan. Hasil Laporan tugas akhir ini menggunakan
metode deskriptif dengan studi kasus disajikan dalam bentuk naratif, pada studi
kasus pada An.A dengan demam tifoid yang dirawat di ruang perawatan cemara
rumah sakit kota Tarakan didapat tiga masalah diagnosa keperawatan yaitu
hipertermi berhubungan dengan proses penyakit, defisit nutrisi berhubungan
dengan faktor psikologis (keenganan untuk makan), konstipasi berhubungan
dengan ketidak cukupan asupan serat. Berdasarkan intervensi yang dilakukan dan
criteria hasil yang telah disusun berdasarkan prioritas masalah maka hasil evaluasi
yang telah dicapai ke tiga diagnosa keperawatan.

Kata kunci: Asuhan keperawatan, Demam Tifoid

Mengetahui,

Alfianur, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIP. 197908232005021004

vii
viii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER
PERNYATAAN ORISINALITAS........................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.............................Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
ABSTRAK............................................................................................................vii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR BAGAN................................................................................................xi
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................xii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2 Tujuan penulisan.......................................................................................... 3
1.3 Metode Penulisan......................................................................................... 3
1.4 Sistematika penulisan...................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5
2.1 Konsep Dasar Demam Tifoid........................................................................5
2.1.1 Pengertian Demam Tifoid...................................................................5
2.1.2 Etiologi................................................................................................ 5
2.1.3 Klasifikasi Demam tifoid.................................................................... 5
2.1.4 Manifestasi klinis................................................................................ 6
2.1.5 Patofisiologi.........................................................................................7
2.1.6 Penyimpangan KDM..........................................................................8
2.1.7 Komplikasi.......................................................................................... 9
2.1.8 Penatalaksanaan...................................................................................9
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Demam Tifoid..........................10
2.2.1 Pengkajian......................................................................................... 10
2.2.2 Diagnosa keperawatan.......................................................................11
2.2.3 Intervensi keperawatan............................Error! Bookmark not defined.
2.2.4 Implementasi keperawatan............................................................... 12

ix
2.2.5 Evaluasi keperawatan....................................................................... 16
BAB 3 LAPORAN KASUS.................................................................................18
3.1 Pengkajian.................................................................................................. 18
3.2 Klasifikasi Data.......................................................................................... 26
3.3 Analisa Data............................................................................................... 27
3.4 Diagnosa keperawatan................................................................................29
3.5 Perencanaan.................................................................................................29
3.6 Implementasi............................................................................................... 30
3.7 Evaluasi...................................................................................................... 34
BAB 4 PEMBAHASAN....................................................................................... 36
4.1 Pengkajian................................................................................................... 36
4.2 Diagnosa keperawatan.................................................................................37
4.3 Perencanaan.................................................................................................38
4.4 Implementasi............................................................................................... 38
4.5 Evaluasi....................................................................................................... 39
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................40
5.1 Kesimpulan..................................................................................................40
5.2 Saran............................................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 42
LAMPIRAN……………………………………………………………………...

x
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1.6 Penyimpangan KDM.........................................................................8

Bagan 3.1 Genogram keluarga An. A...................................................................23

xi
DAFTAR SINGKATAN

An : anak

ASI : air susu ibu

RSUKT : Rumah sakit umum kota tarakan

BAB : buang air besar

BAK : buang air kecil

BB : berat badan

BCG : becile calmeter guerin

CM : centi meter

CRT : capillary refill time

DM : diabetes melitus

DPT : defitri pertusis tetanus

DT : demam tifoid

IV : intra vena

Kg : kilogram

M : motorik

Ml : mili liter

N : nadi

O : objektif

S : subjektif

S : suhu

xii
TPM : tetes per menit

PPNI : persatuan perawat nasional indosnesia

RI : Republik Indonesia

xiii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan. Pemerintah berusaha untuk mewujudkan suatu kondisi
lingkungan secara fisik, kimia, biologi maupun sosial dapat memungkinkan setiap
orang dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan yang penting di dunia dan
di berbagai negara yang sedang berkembang. Besarnya angka pasti demam tifoid
didunia ini sangat sukar di tentukan, sebab penyakit ini di kenal dengan
mempunyai gejala dengan spectrum klinisnya sangat luas. Diperkirakan angka
kejadian dari 150/100.000/tahun di amerika selatan dan 900/100.000/tahun di asia
Demam tifoid masih menjadi permasalahan diberbagai Negara seperti Afrika,
Amerika, Asia termasuk Indonesia, demam tifoid sangat erat hubungannya dengan
hygiene perorangan yang kurang baik, sanitasi lingkungan yang jelek (seperti
penyediaan air bersih yang kurang memadai, pembuangan sampah dan kotoran
manusia yang kurang memenuhi syarat kesehatan, pengawasan makanan dan
minuman yang tidak sempurna) serta fasilitas kesehatan yang tidak terjangkau
oleh sebagian masyarakat. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan menurunnya
kualitas hidup. Demam tifoid merupakan penyakit menular yang dapat menyerang
banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah.
Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut pada manusia yang
disebabkan oleh bakteri salmonella typi dengan tanda-tanda demam,
roseole,splenomegaly, intestinal limphadenopati dan disertai komplikasi paru,
komplikasi kardiovaskuler. Masuknya bakteri salmonella typi kedalam tubuh
melalui mulut merupakan fakta yang tidak dapat dibantah kebenarannya.
Selama masa inkubasi banyak keluhan penderita yang dirasakan seperti rasa
lelah, kepala pusing, anoreksia, mual, muntah, tidak enak badan, batuk. Keluhan
ini berkembang sesuai progresivitas penyakit. Gejala-gejala demam tifoid hamper

1
sama dengan demam berdarah dengue yaitu ditandai dengan demam yang tinggi
mencapai 38 OC khususnya pada malam hari, tetapi pada demam tifoid panas akan
turun pada pagi hari. Keluhan dan gejala lain yang akan terjadi adalah konstipasi
atau diare yang terjafi pada sepertiga penderita demam tifoid.
Penularan terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri
salmonella typi dari tinja dan urine penderita atau carier. Di beberapa Negara
pencemaran terjadi karena mengonsumsi kerang-kerangan yang berasal dari air
yang tercemar. Buah-buahan dan sayuran mentah yang dipupuk dengan kotoran
manusia. Lalat dapat juga berperan sebagai perantara penularan memindahkan
mikroorganisme dari tinja ke makanan. Didalam makanan organisme berkembang
biak memperbanyak diri mencapai dosis infektif.
Demam tifoid tersebar merata diseluruh dunia. Insiden penyakit tifoid
menurut WHO mencapai 17 juta orang dengan jumlah kematian sebanyak
600.000 orang setahun dan 70 % kematian terjadi dibenua asia, angka kematian
menurut WHO mencapai 10 – 20 %, sebelum ditemukan antibiotic yang tepat,
tetapi setelah ditemukan antibiotic yang tepat angka kematian berkurang sampai 1
%. Pada penderita demam tifoid yang berat. Salmonella thypi menyerang usus,
yang selanjutnya juga akan menyerang organ lain yang menyebabkan adanya
komplikasi pada organ lain seperti hati, limpa atau kantung empedu.
Angka kejadian demam tifoid di Indonesia mencapai 350-810 kasus per
10.000 populasi, di Negara berkembang serti di Indonesia identifikasi faktor
resiko demam tifoid sangat penting. Hal ini berkaitan dengan pengambilan
kebijakan arah pembangunan dibidang kesehatan. Kejadian demam tifoid
berhubungan dengan kondisi masyarakat . masyarakat yang tidak memiliki WC
didalam rumah mempunyai potensi terkenan demam tifoid sebesar 2,2 kali
dibandingkan dengan yang memiliki WC.
Anak usia sekolah yang sudah bisa jajan sendiri merupakan kelompok yang
rentan, mudah terkenan infkesi demam tifoid. Perilaku yang tidak sehat seperti
kebiasaan jajan juga mempengaruhi penularan penyakit tifoid, kebiasaan makan
makanan yang dipinggir jalan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Vollard
AM tentang faktor resiko demam tifoid mempunyai nilai OR 3,34 dengan CI

2
95%. Ini menunjukkan bahwa kebiasaan makan makanan di pinggir jalan
mempunyai resiko 3,34 kali lebih besar untuk terkena penyakit Demam tifoid.
Dalam hal seperti inilah peran peran perawata sangat dibutuhkan yaitu
melakukan upaya promotif dan preventif., upaya promotif perawat merupakan
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan
upaya preventif merupakan upaya mnghindari suatu kejadian sebelum terjadi (
Anderson & Mcfarlen, 2006 ). Berdasarkan kondisi pasien yang dikelola oleh
praktikan maka upaya yang dilakukan adalah preventif tersier dimana tujuan
pencegahan adalah mengembalikan pasien pada status fungsi yang maksiaml
dalam keterbatasan yang diakibatkan oleh penyakit dan ketidakmampuan
masyarakat., upaya promotif tersebut dapat tercapai dengan analisis praktik yang
dilakukan oleh perawat.
1.2 Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Dapat memberikan manfaat kepada masyarakat dan dapat memberikan
penerapan asuhan keperawatan secara komperehensif pada An.A. dengan demam
tifoid yang di rawat di ruang inap Irna Cemara Rumah Sakit Umum Kota Tarakan.
2. Tujuan khusus
Penulisan karya tulis ilmiah agar pembaca mengetahui tentang Pelaksanakan
proses keperawatan pada An. A. dengan diagnosa demam tifoid.
1) Membandingkan antara teori dan praktik asuhan keperawatan pada An.A.
dengan diagnosa demam tifoid
2) Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan
proses keperawatan pada An.A. dengan diagnosa demam tifoid
3) Melkasanakan pemecahan masalah pada klien An.A . dengan diagnosa
demam tifoid.
1.3 Metode Penulisan
Penulisan Laporan Tugas Akhir ini menggunakan deskripsi studi kasus
dengan pendekatan proses keperawatan dan studi kepustakaan dengan tahapan
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

3
1) Metode wawancara, penulis melakukan wawancara, penulis melakukan
wawancara dengan keluarga klien, dokter dan perawat yang bertanggung jawab
dalam perawatan An.A
2) Observasi, Dalam penggumpulan data ini penulis menggadakan penggamatan
dengan cara observasi secara langsung kepada keluarga An.A sebagai data
untuk menegakan diagnosa keperawatan.
3) Pemeriksaan fisik, memerlukan keadaan umum klien dengan teknik ataupun
cara sebagai berikut
4) Dokumentasi, Untuk menggumpulkan data-data yang berhubungan dengan
materi pembahasan seperti rekapitulasi kasus data dari Riskesdas
5) Studi kepustakaan, Dalam penulisan ini penulis menggambil informasi dari
buku-buku dan jurnal sebagai sumber dan pedoman untuk memperoleh materi
penyakit demam tifoid.
1.4 Sistematika penulisan
Pada penulisan Laporan Tugas Akhir ini, sistematika yang di gunakan adalah:
Bab 1, yaitu pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang masalah,
tujuan penulis, metode penulisan, sistematika penulisan. Bab 2, yaitu landasan
teori yang menguraikan tentang konsep dasar penyakit terdiri dari pengertian,
etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan, kompikasi, penyimpangan KDM teori,
dan konsep dasar asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Bab 3, yaitu laporan kasus
yang mengguraikan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada An.A dengan
febris di ruang irna cemara Rumah Sakit Kota Tarakan dan penyimpangan konsep
dasar medis sesuai kasus. Pelaksanaan tersebut meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Bab 4, yaitu pembahasan
yang menguraikan tentang kesenjangan antara asuhan keperawatan pada An.A
irna cemara Rumah Sakit Kota Tarakan dalam praktik nyata dengan konsep
asuhan keperawatan pada klien dengan febris secara teoritis. Pembahasan tersebut
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi. Kemudian bab 5, yaitu penutup yang menguraikan tentang kesimpulan
dan saran.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Demam Tifoid


2.1.1 Pengertian Demam Tifoid
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenaisaluran mencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu,
gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Mansjor, 2000).
Demam thypoid dan demam paratyphoid adalah infeksi akut usus halus
(Juwono, 1996).
Demam thypoid adalah infeksi emam sistemik akut yang nyata pada fogosit
mononuclear dan membutuhkan tatanama yang terpisah (Smeltzer, 2001).
Berdasarkan berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahawa thypoid
adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman salmonella thyposa
ditandai dengan demam satu minggu.
2.1.2 Etiologi
Penyebab demam thypoid adalah salmonella thyposa, basilgram negative,
bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, mempunyai sekurang-kurangnya
empat macam antigen yaitu O (somatic), H (flagella), Vi, dan protein membrane
hialin (Mansjoer, Arief, 2000).
Menurut Sarwono (1996) penyebaran tifoid tidak bergantung pada iklim,
teteapi banyak di jumlah Negara yang beriklim tropis , hal I I disebabkan karenan
penyediaan air bersih, sanitasi lingungan dan kebersihan individu dan
lingkungan.
2.1.3 Klasifikasi Demam tifoid
Menurut todar, (2012) Bakteri salmonella typhi termasuk dalam family
enterobacteracase. bakteri salmonella typhi dapat di klasifikasikan adalah sebagai
berikut :
1) Kingdom : bacteria
2) Phylum : proteobacteria
3) Class : gama protebacterua

5
4) Order : enterobacteriales
5) Family : enterobacteracase
6) Ganus : salmonella
7) Species : s.enterica
8) Serovar : typhi
Bakteri s.typhi penyebab deman tifoid (Todar, 2012)
s.typhi adalah bakteri gram(-), tanpa memiliki spora, tidak mempunyai
simpai, fimbria, dengan tipe finggel adalah tipe fingel peritrik, sifat bakteri ini
antara lain dapat bergerak (motil), dapat tumbuh pada suasana acrob dan anecrob
fakultatif, memberikan hasil positif pada reaksi fermentasi manitol dan sorbitol,
memberikan hasi negatif pada reaksi indol, DNAse, VP, dan reaksi fermentasi
sakrosa dan laktosa. s.typhi tumbuh pada suhu 15-41℃ dengan suhu pertumbuhan
opium adalah 37,5℃ dengan pH media berkisar antara 6-8. Dalam media
pembenihan SSAgar, endo agar, dan MacConkey koloni s.typhi akan berwarna
hitam. s.typhi akan mengalami kematian pada suhu 56℃ dan pada keadaan
kering. Didalam air, s.typhi dapat bertahan selama 4 minggu (Radji, 2010).
2.1.4 Manifestasi klinis
Demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan darai pada orang dewasa.
Masa tunas 10 – 20 hari. Yang yang trrsingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui
makanan, sedangkan melalui minuman yang terlama30 hari. Selama mas inkubasi
mungkin ditemukan gejala prodnormal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu,
nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang. Menyusul
gambaran klinik yang biasa ditemukan yaitu : (Ngastiyah 1997)
1) Demam
2) Gangguan pada saluran pencernaa
3) Gangguan kesadaran
Gejala dapat timbul secara tiba-tiba/berangsur-angsur yaitu antara 10
sampai 14 hari. Mulainya samar-samar bersama nyeri kepala, malaise, anoreksia
dan demam, rasatidak enak di perut dan nyeri di seluruh badan. Minggu pertama
keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu:
demam, nyerikepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, konstipasi/diare,
perasaan tidak enak pada perut, batuk dan epistaksis. Pada minggu kedua gejala-

6
gejala menjadi lebih jelas yaitu : demam, bradikardi relative, lidah yang khas
(kotor ditengah, tepid an ujung merah dan tremor), hepatomegaly, meteorismus,
gangguan mental, (Sarwono, 1996).
2.1.5 Patofisiologi
Kuman salmonella typosa masuk melalui mulut, setelah melewati aliran
selanjutnya akan kedinding usus halus melalui aliran limfake kelenjar mesentrium
mengadakan multipikasi (bakterimia) seperti mual, muntah, tidak enak badan,
nafsu makan menurun, pusing karena diserbu sel system retikulo endotetial.
Tetapi kuman masih hidup, selanjutnyamelalui duktus toraksikus masuk kedalam
peredaran darah mengalami bakterimia sehingga tubuh merangsang untuk
mengeluarkan sel pirogen akibatnya terjadi lekositopenia.
Sel pirogen inilah yang mempengaruhi pusat termoregulasi dihipotalamus
sehingga timbul gejala demam dan apabila demam tinggi tidak segera diatasi
maka dapat terjadi gangguan kesadaran dalam berbagai tingkat. Setelah dari
peredaran darah , kuman menuju ke organ-organtersebut (hati, limfa, emepedu).
Sehingga timbul peradangan yangmenyebabkan membesarnya organ tersebut dan
nyeri tekan, terutama pada folikel limfosial dan apabila kuman tersebut
dihancurkan oleh sel-sel tersebut maka penyakit berangsur-angsur mengalami
perbaikan dan apabila tidak dihancurkan akan menyebar ke seluruh organ
sehingga timbul komplikasi dapat memperburuk kondisi pasien. (Rahmat juwono,
1996).

7
2.1.6 Penyimpangan KDM

baasil salmonella typosa

menginfeksi saliuran cerna demam hipertermi

tifus abdominalis

mual nafsu makan menurun diserap usus tukak di usus nyeri

masuk dalam peredaran darah perdarahan dan perforasi

Nutrisi
kurang
dari menyerap keseluruh tbuh risiko hipovolemia
kebutuha
n

badan lemah dan lesu intoleransi akttifitas


cairan kurang dari kebutuhan

Patwey demam tifoid


Sumber: Hidayat 2006

8
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada demam tifoid adalah perdrahan usus
dan perforasi. Perdarahan usus perforasi merupakan komplikasi serius dan perlu di
waspadai. Sekitar 5% penderita demam tifoid mengalami komplikasi ini.
Komplikasi lain yang lebih jarang, antara lain pembengkakan dan peradangan
pada otot jantung (miokarditis), pneumonia, peradangan pangkreas (pankreatitis),
infeksi atau kandung kemih, infeksi pada pembengkakan selaput otak
(meningitis), serta timbulnya masalah psikiatri seperti mengigau, halusinasi, dan
paronoid psikosis (Tjipto et al.m, 2009).
2.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan demam tifoid meliputi tiga aspek berikut, yaitu:
2.1.8.1 Istirahat
Bedrest atau berbaring tempat tidur bertujuan untuk mencegah komplikasi
dari demam tifoid. Istirahat yang cukup juga akan mempercepat proses
penyembuhan (Djoko w, 2009).
2.1.8.2 Diet dan terapi penunjang
Penderita demam tifoid di sarankan untuk mengonsumsi bubur untuk
menghindari komplikasi perdarahan cerna atau perforasi usus. Penderita juga di
anjurkan untuk tidak mengonsumsi makanan berserat seperti sayur-sayuran dan
buah-buahan (Djoko w, 2009).
2.1.8.3 Antibiotik
Ada beberapa jenis obat antibiotik yang sering di serapkan untuk penderita
demam tifoid, diantaranya :
1) Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan obat yang masih menjadi pilihan utama dalam
demam tifoid. Dosis yang di berikan yaitu 4 x500 mg per hari secara oral atau
intravena dan di berikan sampai dengan 7 hari bebas panas
2) Kotrimokrazol
Dosis yang di berikan pada obat ini adalah 2 x 2 tablet yang di berikan selama
dua minggu. Efektifitas obat ini di laporkan hampir sama dengan
kloramfenikol
3) Sefalosporin generasi ketiga

9
Sefalosporin generasi ketiga yang efektif untuk demam tifoid adalah saftriason,
dengan dosis yang di berikan selama 3-5 hari
4) Azitromisin
Azitromisi mampu membuat konsentrasi antibiotika dalam jaringan tetap
tinggi, wlaupun konsentrasi dalam darah rendah. Antibiotika akan
terkonsentrasi dalam sel, sehingga antibiotika ini ideal dalam penggunaan
pengobatan infeksi salmonella typhi yang merupakan bakteri intraseluler.
Dosis yang di sarankan adalah 2 x 500 mg
5) Ampisilin dan amoksilin
Kedua obat ini memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam menurunkan
demam di bandigkan dengan kloramfenokol. Dosis yang di sarankan adalah
50-150/kg berat badan selama dua minggu
6) Golongan floroquionolon
Obat golongan ini memiliki beberapa jenis bahan sediaan yaitu norfloksasin (2
cx 400 mg/hari selama 14 hari), siprofloksasin(2 x 500 mg/hari selama 6 hari),
ofloksasin (2 x 400 mg/hari selama 7 hari), peroflokasin (2 x 400 mg/hari
selama 7 hari), dan fleroksasin di berikan dengan dosis 400 mg/ hari selama 7
hari
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Demam Tifoid
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses perawatan. Tahap ini
sangat penting dan menentukan dalam tahap-tahap selanjutnya. Tujuan dari
pengkajian adalah didapatkannya data yang komperhensif yang mencakup data
biopsiko dan spiritual (Tarwoto & wartonah, 2015), teori pengkajian pada anak
demam typhoid menurut (Rekawati & nursalam, 2013) yaitu :
1) Identitas, sering di temukan pada anak berumur sering ditemukan pada anak
berumur diatas 1 tahun.
2) Keluhan utama seperti perasaan tidak enak badan, lesu, pusing, nyeri kepala
dan kurang bersemangat, serta nafsu makan menurun (terutama pada saat masa
inkubasi)

10
3) Status imunisasi anak Status imunisasi anak adalah simana anak pernah
mendapatkan imunisasi seperti BCG, difteri, partussis, tetanus, polio dan
campak atau tambahan imunisasi lainnya yang dianjurkan oleh petugas.
4) Pertumbuhan dan perkembangan
1) Pertumbuhan fisik
Mengkaji perkembangan anak, perlu dilakukan pengukuran antropometri
dan pemeriksaan fisik. Pengukuran antropometri yang sering di gunakan di
lapangan untuk mengukur pertumbuhan anak adalah TB, BB, dan lingkar
kepala. Sedangkan lingkar lengan dan lingkar dada baru di gunakan bila
dicurigai adanya gangguan pada anak.
2) Perkembangan anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak usia 1 bulan-72 bulan, dapat
di lakukan dengan menggunakan koesioner pra skrining perkembangan
(KPSP), untuk menilai dalam 4 sektor perkembangan pada anak yang
meliputi : motoric kasar, motoric halus, bicara/bahasa dan
sosialisasi/kemandirian.
5) Suhu tubuh
Refremiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu
tubuh berangsur-rangsur naik setiap harinya biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat pada sore menjelang malam hari. Pada minggu kedua, pasien
terus dalam keadaan demam, dan pada minggu ketiga deamam berangsur turun
dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
6) Kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menerun walaupun tidak berapa dalam, yakni
apatis dan somnolen. Selain gejala-gejala yang di uraikan diatas mungkin
terdapat gejala lainnya seperti pada selain gejala-gejala yang di uraikan diatas
mungkin terdapat gejala lainnya seperti pada anggota gerak lainnya.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut Marylin E Doenges 2000 diagnosa keperawatan yang sering
muncul pada pasien dengan diagnosa demam tifoid yaitu :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,
muntah,nafsu makan menurun.

11
2. Difisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan Gangguan
rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan nyeri tekan (Pandanganpada usus).
1) Gangguan eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan penurunan
aborsidindingn usus.
2) Gangguan eliminasi BAB : diare berhubungan dengan aborsi dinding usus
sekunder, infeksi salmonella thyposa.
3) Peningkatan suhu tubuh : berhubungan dengan proses peradangan pada
usus halus Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan
kurangnyainformasi
Menurut Teori Ngastiyah 1997 diagnosa keperawatan yang sering muncul pada
anak dengan diagnose demam tifoid yaitu :
1) Kebutuhan nutrisi atau cairan dan elektrolit
2) Gangguan suhu tubuh
3) Gangguan rasa aman dan nyaman
4) Resiko terjadi komplikasi
5) Kurangnya pengetahuan mengenaia penyakit
2.2.3 Intervensi keperawatan
1) Rencana keperawatan pada pasien dengan demam tifoid menurut teori
Marylin E Doenges 2000 yaitu :
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah,
nafsu makan menurun.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pemenuhan
kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil: BB stabil/peningkatan BB, tidak ada tanda malnutrisi, nafsu
makan meningkat.
Intervensi :Timbang erat badan tiap hari.
Rasional : memberikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan therapy.
Intervensi : Dorong tirah baring/pembatasan aktifitas selama fase sakit akut
Rasional : menurunkan kebutuhan metabolic untuk mencegah penurunan kalori
dan simpanan energi.
Intervensi :Anjurkan klien istrahat sebelum makan.
Rasional : menenangkan paristaltik dan meningkatkan energi untuk makan.

12
Intervensi :Sedikan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan
menyenangkan, dengan situasi tidak terburu-buru.
Rasional : lingkungan yang menyenangkan menurunkan stress dan lebih
kondusif untuk makan.
Intervensi : catat masukkan dan perubahan symtomologi.
Rasional: memberikan masa control pada klen dan memberikan
kesempatan untuk memilih makanan yang di inginkan, dinikmati, dapat
meningkat masukan.
Intervensi : berikan nutrisi parental total, therapy IV sesuai indikasi.
Rasional : dapat mengistiratkan saluran sementara memberikan nutria penting
2) Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan cairan
terpenuhi Kriteria hasil : mempertahankan volume cairan adekuat. :
Intervensi : Kaji tanda-tanda vital
Rasional : Hipotensi, takikardi, demam, dapat menunjukkan respon
terhadap,efek kehilangan cairan.
Intervensi :Observasi kulit kering berlebihan dan membrane mukosa,
penurunan turgor kulit.
Rasional : dapat mengetahui kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi.
Intervensi: Pertahankan pembatasan per oral, tirah baring, hindari
kerja/batasiaktifitas.
Rasional : kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan
kehilangan caira usus.Intervensi :Bservasi perarahan dan tes feses tiap hari
untuk adanya darah samar. Rasional : diet tak adekuat dan penurunan aborsu
dapat memasukkan defisiensi vitamin K dan merusak koaguulasi, potensial
resiko perdarahan.
Intervensi : Berikan cairan parenteral transfuse darah sesuai indikasi
Rasional : mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggatian cairan
untuk memperbaiki kehilangan/anemia.
3) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan nyeri tekan (peradangan
pada usus)

13
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri hilang/berkurang.
Kriteria hasil :- klien hilang/berkurang, Klien tampak rileks.
Intervensi : dorong klien untuk melaporkan nyeri. Rasional : untuk dapat
mentoleransi nyeri.
Intervensi : kaji laporan kram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya
identitas(skala 0 -10). Laporkan perubahan karakteristik nyeri.
Rasional : nyeri selama defekasi sering terjadi pada klien dengan tiba-tiba
dimanadapat berat dan tiidak dimana dapat berat dan terus menerus. Perubhan
pada karakteristik nyeri dapat menunjuukkan penyebaran penyakit/terjadi
kompikasi.
Intervensi : tentukan stres luar , misal keluarga, teman, ligkungan kerja/sosial.
Rasional : stres dapat menganggu respon saraf otonomik. Meskipun tujuan
kemandirianlah pada klien menjadi penambah stresor.
Intervensi : menganjurkan klien isitirahat/tidur yang cukup.
Rasional : kelebihan karena penyakit cenderung menjadi masalah berarti,
mempengaruhi kemampuan mengatasinya.
Intervensi : mendorong penggunaan keterampilan menangani stres misal
teknikrelaksai, latihan nafas dalam.
Rasional : memberatkan kembali perhatian, meningkatkan relaksasi dan
meningkatkan kemampuannya koping.
Intervensi berikan obat sesuai indikasi.
Rasional : bantuan dalam istirahat pskoogi/fisik, menghemat energy, dan
dapatmenguatkan kemampuan koping.
4) Gangguan Eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan
penurunanaborsidinding usus.
Tujuan : selama dalam perawatan kebutuhan eliminasi terpenuhi.
Hasil kriteria : tidak terjadi gangguan pada eliminasi, BAB kembali normal.
Intervensi : mengkaji pola BAB pasien.
Rasional : untuk mengetahui pola BAB pasien. Intervensi : memantau dan catat
BAB setiap hari.
Rasional : mengetahui konsistensi dari feses dan perkembamgan pola BAB
pasien.

14
Intervensi : mempertahankan intake caian 2-3 liter/hari.
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan dan membantu memperbaiki
konsistensifeses.
Intervensi : berkolaborasi dengan ahli gizi pemberian diet tinggi serat
rendah lemak.
Rasional : serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorbsi air dalam
alirannyatraktus intestinal.
Intervensi : berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pencahar.
Rasional : obat itu untukmelunakkan feses yang keras sehingga pasien dapat
defekasi dengan mudah.
Intervensi : gangguan eliminasi BAB : diare berhubungan dengan absorbs
dindingusus sekunder, infeksi salmonella thyposa.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tdak mengalami
diare,BAB normal.
Kriteria Hasil : BAB normal 1-2x/hari, konsistensi berbentuk, perut tidak
mulas.
Intervensi : kaji frekuensi, bau, warna feses.
Rasional : untuk mengetahui adakah perdarahan. Intervensi : observasi tanda
dehidrasi.
Rasional : untuk mengetahui tanda dehidrasi. Intervensi : observasi peristaltik
usus.
Rasional : untuk mengetahui perubahan peristaltic.
Intervensi : observasi/monitor intake output cairan. Rasional : untuk
mengetahui balance cairan.
Intervensi : anjurkan klien untuk banyak minum.
Rasional : untuk mengganti cairan tubuh yang hilang melalui diare. Hindarkan
pemberian makanan/minuman yang dapat menimbulkan diare.
Rasional : mengurangi resiko diare.
5) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses peradangan pada usus
halus.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan suhu tubuh normal.
Kriteriahasil : suhu tubuh normal (36-37°C).

15
Intervensi : kaji peningkatan suhu.
Rasional : suhu 38,9 menunjukkan proses penyakit infeksi akut.
Intervensi : pantau suhu lingkungan batasi/tambah linen tempat tidur sesuai
indikasi.
Rasional : suhu lingkungan/jumlah selimut harus dibatasi untuk
mempertahankansuhu mendekati normal.
Intervensi : berikan air hangat, hindari penggunaan air es.
Rasional : membantu mengurangi demam (penggunaan air es menyebabkan
peningkatan suhu secara normal.
Intervensi :kolaborasi pemberian antipiretik. Rasional : digunakan untuk
mengurangi demam.
Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mengerti
tentang penyakitnya
Kriteria hasil : klien menyatakan paham tentang informasi yang diberikan
Intervensi :beri pendidikan kesehatan tentang penyakitnya.
Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat
pilihanberdasarkan informasi
Intervensi :kaji tingkat pendidikan klien
Rasional : membantu klien atau orang terdekat membuat pilihan berdasarkan
informasi tentang masa depan, biblioterapi dapat menjadi tambahan yang
bermanfaat bagi pendekatan terapi.
Intervensi : kaji ulang mengenai pengetahuan klien tentang informasi yang
diberikan.
Rasional : membantu dalam merncanakan perubahan jagka panjang yang perlu
untuk mempertahankan status pantangan atau bebas obat, klien mungkin
memilikipengetahuan tentang obat bebas tapi mengabaikan kenyataan medis.
2.2.4 Implementasi keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah pelaksanaan tindakan keperawatanyang
disesuaikan dengan keadan klien. Tindakan keperawatan ini dilakukan dengan
pendekatan independent, dependent dan interdependent. Independent adalah
tindakan keperawatan yang dilakukan sendiri tanpa ada ketergantungan dengan

16
tim kesehatan lain seperti mengukur tanda – tanda vital, mengkaji pola makan.
Dependent adalah tindakan keperawatan yang dilakukan dengan kolaborasi
dengan tim kesehatan lainnya seperti dokter, analis, dan dokter gizi, sedangkan
interdependent adalah tindakan keperawatan yang dilakukan dengan kolaborasi
dengan tim kesehatan yang terlibat dalam keperawatan klien seperti konsultasi
tentang kesehatan klien, dengan dependent lain seperti penyakit dalam, bedah, dan
lain – lainnya.
2.2.5 Evaluasi keperawatan
Proses evaluasi mencangkup perbandingan antara data yang telah terkumpul
dengan kriteria hasil, memeriksa ulang rencana asuhan keperawatan dan
memodifikasi rencana keperawatan. Evaluasi merupakan tahapan akhirn dari
proses keperawatan, dimana penulis menilai sejauh mana tujuan keperawatan
dapat tercapai yang didokumentasikan menggunakan format SOAP yaitu
subyektif, obyektif, analisa, planning. Sejalan dengan telah di evaluasinya tujuan,
penyesuaian terhadap rencana asuhan dubuat sesuai dengan keperluan. Jika tujuan
terpenuhi dengan baik, perawat menghentikan rencana asuhan keperawatan
tersebut dan mendokumentasikannya.

17
BAB 3
LAPORAN KASUS

Bab ini penulis akan menguraikan hasil dari pelaksanaan asuhan


keperawatan pada An.A dengan diagnosa demam tifoid yang dirawat di Ruang
Irna Cemara Rumah Sakit Umum Kota Tarakan selama 2 hari dimulai pada
tanggal 16 april 2021. Asuhan keperawatan terdiri dari lima tahap yaitu
pengkajian, perumusan Diagnosa, perencanaan tindakan, pelaksanaan dan
evaluasi.
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas klien
Nama klien An.A umur 1 tahun, jenis kelamin perempuan, beraga islam,
alamat RT.04 Juata Laut. Klien masuk rumah sakit pada tanggal 16 april 2021
dengan diagnosa demam tifoid.
3.1.2 Riwayat kesehatan
3.1.2.1 Keluhan utama
Ibu klien mengatakan klien demam selama 5 hari
3.1.2.2 Riwayat kesehatan sekarang
Ibu klien dan klien datang ke IGD Rumah Sakit Kota Tarakan pada
tanggal 16 april 2021 denggan keluhan demam selama lima hari. Orang tua klien
mengatakan klien tiba-tiba muntah 1x, batuk dan pilek. Orang tua klien
mengatakan klien tidak ada BAB selama 1 minggu. Saat dilakukan pengkajian
tanggal 16 april 2021 orang tua klien mengatakan saat di bawa ke IGD klien
demam dan tampak lemah, dan di tangani perawat dan dr jaga klien dipasang
infuse KA-EN 3B 12 tpm kemudian klien di bawa ke ruang irna cemara kamar
perawatan. Orang tua klien mengatakan jika demam pada klien tinggi klien
tampak menggigil, suhu badan klien 38,5◦C diatas nilai normal, kulit klien tampak
berwarna merah, klien tampak lemah, Orang tua klien mengatakan BB awal klien
awalnya 10kg dan sejak sakit beberapa hari yang lalu BB anaknya menurun saat
di timbang di IGD yaitu 8,1 kg. saat dikaji klien sadar, nadi 116x/menit, suhu
38,5◦C.

18
3.1.2.3 Riwayat kesehatan dahulu
1) Prenatal
Ibu klien mengatakan rajin melakukan pemeriksaan setiap bulan selama hamil,
Ibu klien mengatakan selama hamil : ibu klien mengataka selama hamil tidak
pernah mengalami mual muntah, perdarahan, infeksi, ngidam,demam, Riwayat :
ibu klien mengatakan tidak pernah terkena sinar dan terapi obat, Kenaikan BB
selama hamil : ibu klien mengatakan dari BB 43-60kg, Imunisasi TT : ibu klien
mengatakan sudah 2x imunisasi TT sebelum hamil, golongan darah ibu : A
golongan darah ayah B.
2) Natal
Ibu klien mengatakan melahirkan secara normal dirumah sakit, ibu klien
mengatakan melahirkan secara spontan, ibu klien mengatakan melahirkan di bantu
oleh bidan dan ada pemberian obat perangsang, ibu klien mengatakan melahirkan
anaknya semua dalam kondisi normal.
3) Post natal
Ibu klien mengatakan berat badan anaknya 3,4 gram dengan panjang badan 52
cm, saat lahir kondisi anaknya sehat, tidak ada penyakit penyerta saat melahirkan,
klien tidak perna mengonsumsi obat bebeas.
4) Riwayat berhubungan dengan cacat bawaan/penyakit/alergi/kecelakaan
Ibu klien mengatakan klien tidak ada cacat bawaan, klien pernah mengalami
batuk, pilek, dan demam. Saat ini klien mengalami mual dan muntah lemah dan
tidak mau makan dan demam atau febris, ibu klien mengatakan klien tidak ada
alergi makanan dan minuman.
5) Riwayat penyakit yang pernah di derita
Ibu klien mengatakan klien pernah mengalami batuk, pilek, dan demam.
6) Riwayat hospitalisasi
Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah di rawat di rumah sakit kota
tarakan dan baru dibawa masa sekarang karena demam sejak lima hari yang lalu
dan dirawat di rumah sakit kota tarakan di ruang irna cemara.
3.1.2.4 Riwayat kesehatan keluarga
Ibu klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit menular
ataupun penyakit menular.

19
Genogram

x x
x x

35
29 33 ? 33

10 1

Gambar 3.1 Genogram keluarga An.A


Keterangan :

: laki-laki

? : umur tidak di ketahui

: klien

: tinggal satu rumah

: perempuan

X : meninggal

Penjelasan :
G1 : Nenek dan kakek sudah meninggal, nenek dan kakek klien meninggal karena
sakit, tidak di ketahui penyakit yang di derita.
G2 : ayah klien anak ke 1 dari 3 bersaudara dan semua saudara ayah klien sehat,
sedang ibu klien anak pertama dari 2 bersaudara dan saudara ibu klien sehat.
G3 : klien 2 bersaudara dan klien anak ke 2, saudra klien sehat tidak ada penyakit
bawaaan atau penyakit menular. Kondisi klien sekarang sakit dan di rawat di
rumah sakit.

20
3.1.3 Riwayat imunisasi
Tabel 3.1 riwayat pemberian imunisasi pada An.A
No Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Setelah pemberian
1 BCG 1 bulan Tidak ada
2 DPT (I,II,III) 2 bln, 3 bln, 4 bln Demam
3 Polio(I,II,III,IV) 0 bln, 2 bln, 4 bln 6 Tidak ada
4 Hepatitis 2 bln, 3 bln, 4 bln Tidak ada
5 Campak 9 bln Tidak ada
3.1.4 Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan klien dengan berat 8,1 kg tinggi badan 78 cm, dan waktu
tumbuh gigi pada usia 9 bulan. Perkembangan tiap tahap pada klien dimulai dari
usia 6 bulan sudah mulai duduk, 7 bulan sudah mulai merangkak, 1 tahun sudah
mulai berdiri. Klien senyum pertama kali pada orang tua 1 bulan setelah lahir.
Klien sekarang sudah berusia 1 tahun 4 bulan. Ibu klien mengatakan klien
berpakaian masih dengan bantuan penuh.
3.1.5 Riwayat Nutrisi
Ibu klien mengatakan klien pertama kali di beri ASI, cara pemberian setiap
kali menanggis, pemberian ASI dilakukan sampai saat ini selain ASI klien juga di
berikan bubur dan sayur dan susu formula.
3.1.6 Riwayat psikososial
Ibu klien mengatakan klien tinggal bersama kedua orang tuanya dan 1
saudara kandungnya, tempat tinggalnya berada di area kota dan klien masih tidur
bersama orang tuanya.
3.1.7 Riwayat spiritual
Ibu klien mengatakan beribadah dengan cara sholat dan mengaji, tetapi klien
belum bisa mengaji dan sholat.
3.1.8 Riwayat hospitalisasi
Ibu klien mengatakan klien pernah di bawa ke dr.umum praktik untuk
berobat, dan saat ini baru di bawa ke rumah sakit karena sakit dan harus di rawat
inap, ibu klien mengatakan anaknya di bawa kerumah sakit 1 hari yang lalu
dengan keluhan mual, muntah, lemah, demam,dan belum ada BAB sama sekali
selama 7 hari menyebabkan konstipasi dan rewel. Ibu klien mengatakan merasa

21
cemas akan kondisi anaknya yang sedang sakit, perasaan keluarga saat ini merasa
cemas dan khawatir dan hanya berharap anaknya dapat sembuh, orang tua klien
terlihat selalu menemani klien, dan terkadang ayah dan ibu klien bergantian untuk
menjaga klien.
3.1.9 Aktifitas sehari-hari
3.1.9.1 Nutrisi
Sebelum sakit, ibu klien mengatakan selera makan kliem baik. Ibu klien
mengatakan klien makan bubur dan sayur 3 kali, pagi, siang, dan sore. Ibu klien
mengatakan klien tidak mempunyai makanan pantangan, ibu klien mengatakan
klien makan dengan cara di suap. Saat sakit, ibu klien mengatakan selera makan
klien berkurang. Klien terlihat makan bubur dan di suap oleh ibunya. Ibu klien
mengatakan klien hanya makan bubur sebanyak 2-4 sendok sekali makan, klien
tetap makan 3 kali sehari.
3.1.9.2 Cairan
Sebelum sakit, ibu klien mengatakan klien sering minum air putih
sebanyak 3 kali sehari dengan jumlah 400 ml per hari. Ibu klien mengatakan klien
minum ASI sehari 4-6 kali perhari dan di selingi susu formula jika klien ingin.
Saat sakit ibu klien mengatakan klien jarang minum air putih, ibu klien
mengatakan klien hanya minum ASI sehari 2 kali dan kadang muntah. Tangan kiri
klien terpasang infuse KA-EN 3B 12 tpm/menit.
3.1.9.3 Eliminasi
Sebelum sakit, ibu klien mengatakan BAB klien lancar 2-3 kali sehari
dengan konsistensi padat dan tidak ada kesulitan. Klien BAK kurang lebih 4-5
kali sehari dengan menggunakan pempers dengan warna kuning jernih. Saat sakit,
ibu klien mengatakan klien belum ada BAB sama sekali selama seminggu dan
rewel.
3.1.9.4 Istirahat tidur
Sebelum sakit ibu klien klien tidur siang dari jam 13.00-16.00, tidur
malam dari jam 20.00-05.30. ibu klien mengatakan tidak ada kebiasaan sebelum
tidur selain dinajarkan berdoa. Saat sakit, ibu klien mengatakn klien sering
terbangun karena BAK namun menggunakan pempers. Ibu klien mengatakan
klien tidur siang dari jam 13.00-16.30, tidur malam dari jam 20.00-02.00.

22
3.1.9.5 Olahraga
Sebelum sakit, ibu klien mengatakan klien sering main dengan saudaranya
dan juga sepupu dan tetangganya. Saat sakit, ibu klien mengatakan klien rewel
dan hanya ingin di gendong dan berbaring, apabila ingin bermain klien meminta
di gendong.
3.1.9.6 Personal hygine
Sebelum sakit, ibu klien mengatakan klien mandi sehari 2 kali pagi dan
sore, klien mandi di bantu oleh ibunya, klien mandi mengunakan sabun dan
shampo, ibu klien mengatakan setiap mandi klien selalu kramas, klien memotong
kuku saat kukunya panjang kurang lebih seminggu sekali. Saat sakit, ibu klien
mengatakan klien hanya di seka-seka saja dengan air hangat dan di bantu oleh
ibunya.
2.1.9.7 Aktifitas Mobilitas Fisik
Sebelum sakit, ibu klien mengartakan klien selalu bermain dengan
saudaranya dan sepupu dan tetangganya dan klien beraktifitas tidak menggunakan
alat bantu dan tidak ada kesulitan waktu bergerak. Saat sakit, ibu klien
mengatakan anaknya hanya ingin berbaring dan jika ingin bermain di gendong
dan bermain dengan ayahnya atau ibunya.
3.1.9.8 Reaksi
Waktu luang di isi dengan bermain dengan tetangga dan orang-orang
terdekat.
3.1.10 Pemeriksaan fisik
3.1.10.1 Keadaan umum
Klien terlihat lemah dan hanya berbaring dan rewel, kesadaran
composmentis. Tinggi badan 78 cm, berat badan 8,1 kg, lingkar kepala 41,2 cm,
lingkar dada 47 cm, lingkar perut 44 cm.
1) Tanda-tanda vital
Suhu : 38℃
Nadi : 116x/menit
Respirasi : 24x/menit
Tekanan darah : tidak di ukur
Spo2 :99%

23
2) Sistem pernapasan
Simetris lubang hidung kanan dan kiri, terdapat sekret, tidak ada polip dan
epiktaksis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tumor.
Dada
Inspeksi : bentuk dada normo chest tidak ada lesi pada dada, gerakan dinding
pada dada simetris kiri dan kanan tidak terdapat retraksi dinding dada.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : terdengar sonor di seluruh lapang paruh
Auskultasi : suara napas vesikuler, tidak ada suara napas tambahan
3) Sistem cardiovaskuler
Inspeksi : konjungtiva tampak pucat, bibir terlihat kering, arteri carotis teraba,
tenana vena jugularis tidak menonjol.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan masa dan
benjolan. Perkusi : terdengar pekak di ICS 3 dan 4
Auskultasi : terdengar suara S1 “Lup” dan S2 “Dup”
4) Sistem pencernaan
Seclera tidak ikterik, bibir tampak kering, tidak ada palatokozis, sedikit
kesulitan menelan karena keenganan makan.
Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi
Auskultasi :terdengar bising usus 4x/menit
Palpasi : ibu klien mengatakan jika perut anaknya di pegang akan menanggis
Perkusi : tidak di lakukan, karena klien merasa sakit ketika di pegang dan di
periksa.
5) Sistem indera
(1) Mata klien simetris kiri dan kanan, kelopak mata simetris kiri dan kanan.
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, penyebaran bulu mata
merata, pupil klien isokor.
(2) Hidung simetris kiri dan kanan, terdapat sekret pada hidung, tidak
terdapat polip pada hidung.
(3) Telinga simetris kiri dan kanan, tidak terdapat serumen pada telinga
klien, fungsi pendengaran klien baik.

24
6) Sistem saraf tidak dapat di lakukan pengkajian karena klien menanggis
dan tidak bisa diam.
7) Sistem muskolokeletal bentuk kepala normo chepal, wajah sedikit pucat
tidak ada edema. Tidak terdapat kelainan pada tulang belakang, tidak ada
kesulitan bergerak, tidak ada pembengkakan, tidak ada kaku dan gerak
aktif pada lutut, kaki dan tangan.
8) Sistem integumen rambut berwarna hitam ikal, dan penyebaran merata
dan tidak mudah rontok.warna kulit putih, tidak ada lesi. Kulit lembab
dan akrat terasa hangat 38℃. Warna kuku putih, bersih.CRT<dari 2
detik.
9) Sistem endoktrin tidak terdapat bpembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
riwayat keringat berlebih, tidak ada ekresi urin berlebih.
10) Sistem reproduksi. Perempuan, labia minora dan labia miyora klien
bersih.
11) Sistem perkemihan tidak ada edema pelperbal, tidak terdapat nyeri tekan,
tidak ada kesulitan berkemih.
12) Sistem imun ibu klien mengatakan klien tidak mempunyai riwayat aleri
makanan, cuaca dan obat.
3.1.11 Pemeriksaan tingkat perkembangan
1) Motorik kasar : klien tidak dapat bergerak secara bebas karena merasa
lemah dan hanya berbaring dan duduk rewel saja dan di gendong.
2) Motorik halus : klien hanya berdiam diri saja
3) Bahasa : klien hanya berdiam diri saja, klien menanggis dan memanggil
mama
4) Personial sosial : pada saat klien di panggi klien biasanya menatap
pemeriksa dan dapat menatap wajah ibunya. Klien tidak dapat main
bersama temannya.

25
3.1.12 Pemeriksaan penunjang
Table 3.1.12 Pemeriksaan darah lengkap pada tanggal 16 april 2021
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
keterangan
Hema automatic 3Diff/darah rutin
-Hb (HGB) 10,1 g/dl L=14-18 p=12-16
-Leukosit (WBC) 11.100 ribu/cc 4.000-11.000
-Eritrosit (RBC) 5,04 juta/cc L=4.5-6,5p=3.0-6.0
-Trombosit (PLT) 226.000 ribu/cc 150.000-450.000
-Hit.jenis : Basofil - % 0-1
-Hit.jenis : Eosirofil % 1-3
-Hit.jenis : neotrofil 69,1 % 50-70
-Hit.jenis : limfosit 40,5 % 20-40
-Hit.jenis : monosit 9.3 % 2-8
-Hematokrit (HCT) 30.4 % L=40-48p=37-43
-MCV 60.5 fl 82,9-92,9
-MCH 20.0 pg 27,0-33,0
-MCHC 33,2 g/dl 30,1-38,1
-S.Typhi O (+) 1:80 positif
-S.Paratyphi CO (+) 1:160
-S.Typhi H (+) 1:80
Rapid test covid 19 antibody
-igm nonreaktif - non reaktif
-igG reaktif - non reaktif

3.1.13 Pelaksnaan therapy


Therapi pada An. A sebagai berikut :
1) Ambroxol syr 3 x 2 ml
2) Sanvita syr 1 x 5 ml
3) Ceririzen 1 amp 2 x 1
4) IV FD KA-EN 3B 12 tpm
5) Ceftriaxone 2 x 500mg
6) Paracetamol 90 mg
3.1 Klasifikasi Data
Data subjektif
1) Ibu klien mengatakan anaknya demam selama 5 hari
2) Ibu klien mengatakan klien tiba-tiba muntah
3) Ibu klien mengatakan klien batuk, pilek
4) Ibu klien mengatakan klien sudah tidak BAB selama 1 minggu lebih

26
5) Ibu klien mengatakan selera makan klien berkurang dan cepat kenyang
6) Ibu klien mengatakan klien hanya makan 3 sampai 5 sendok saja
7) Ibu klien mengatakan jika demam pada anaknya tinggi anaknya menggigil
dan rewel
8) Ibu klien mengatakan klien malas makan
Data objektif
1) Klien terlihat lemah
2) Klien tampak rewel
3) Klien tampak mengigil
4) Klien tampak terpasang KA-EN 3B
5) Suhu tubuh klien 38,5℃
6) IMT klien :
2 x 1,4 + 8
2 x 1,4 = 3,4
3,4 + 8 = 11,4
IMT 2 X 1,4 + 8 = 10,8
7) BB klien sekarang 8,1
8) BB klien awal 10 kg
9) Bising usus klien 4x/menit
10) Suhu : 38℃
11) Nadi : 116x/menit
12) -S.Typhi O (+) 1:80
13) -S.Paratyphi CO (+) 1:160
14) -S.Typhi H (+) 1:80
3.2 Analisa Data
3.2.1. Analisa Data 1(tanggal 16 april
2021) Data subjektif :
1) Ibu klien mengatakan anaknya demam selama 5 hari
2) Ibu klien mengatakan klien tiba-tiba muntah
3) Ibu klien mengatakan klien batuk, pilek
Data objektif :
1) Klien terlihat lemah

27
2) Klien tampak rewel
3) Klien tampak terpasang KA-EN 3B
4) Suhu tubuh klien 38,5℃
Masalah keperawatan :
Hipertermia Penyebab : proses
penyakit
3.2.2. Data subjektif
1) Ibu klien mengatakan klien hanya makan 3-5 sendok saja
2) Ibu klien mengatakan selera makan klien berkurang dan cepat kenyang
3) Ibu klien mengatakan klien tiba-tiba muntah
Data objektif :
1) IMT klien :
2 x 1,4 + 8
2 x 1,4 = 3,4
3,4 + 8 = 11,4
IMT 2 X 1,4 + 8 = 10,8
2) Klien tampak terpasang KA-EN 3B
3) BB klien sekarang 8,1
4) BB klien awal 10 kg
Masalah keperawatan : Defisit nutrisi
Penyebab : faktor psikologis(keengganan untuk makan)
3.2.3. Data subjektif
1) Ibu klien mengatakan klien sudah tidak BAB selama 1 minggu lebih
2) Ibu klien mengatakan klien malas makan
3) Ibu klien mengatakan klien hanya makan 3-5 sendok saja
Data objektif :
1) Bising usus klien 5x/menit
2) Klien terlihat lemah
3) Klien tampak rewel
Masalah keperawatan :
konstipasi
Penyebab : ketidakcukupan asupan serat

28
3.3 Diagnosa keperawatan
Berdasarkan pengkajian data diatas, maka diagnosa keperawan yang sering
muncul berdasarkan prioritas :

1) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

2) Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan pada saluran pencernaan

3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia

3.4 Perencanaan
1) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, di
harapkan hipertermia teratasi :
1. Suhu membaik
2. Suhu tubuh membaik normal 36,2-37℃
Intervensi :
1. Identifikasi penyebab hipertermia
2. Monitor suhu tubuh
3. Sediakan lingkungan yang dingin
4. Longgarkan atau longgarkan pakaian
5. Kompres air hangat pada dahi, leher, axila
6. Anjurkan tira baring
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, di
harapkan ketidakseimbangan nutrisi teratasi :
1. Keinginan makan membaik
2. Asupan makan membaik
3. Kemampuan menikmati makan membaik
4. Berat badan
meningkat Intervensi :
1. Identifikasi makanan yanga di sebut
2. Monitor asupan makanan
3. Monitor BB
29
4. Berikan makanan tinggi serat dan untuk masalah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

30
6. Anjurkan posisi duduk
7. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan jika
perlu
3) Konstipasi berhubungan dengan ketidak cukupan asam
serat
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, di
harapkan keenganan makan teratasi :
1. Napsu makan membaik
2. Frekuensi BAB membaik
3. Peristaltik usus membaik
Intervensi :
1. Periksa tanda gejala konstipasi
2. Periksa pergerakan usus, karakteristik feses (konstitensi, bentuk, volume,
dan warna)
3. Anjurkan diet tinggi serat
4. Anjurkan peningkatan asupan cairan, jika tidak ada kontraindikasi
5. Konsultasi dengan tim medis dengan penurunan/peningkatan frekuensi
suara usus
3.5 Implementasi
Implementasi hari ke 1, tanggal 16 april 2021
1) Diagnosa 1 : Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
1. Pukul 14.00 : mengidentifikasi penyebab hipertermia
Hasil : ibu klien mengatakan anaknya demam sejak 5 hari yang lalu,
klien tampak lemah
2. Pukul 14.10 : Memonitor suhu tubuh
Hasil : suhu tubuh klien 38,5℃
3. Pukul 14.15 : menyediakan ruangan yang dingin
Hasil : ibu klien mengatakan ruangan nyaman, klien tampak nyaman
4. Pukul 14.30 : melonggarkan atau melepaskan pakaian
Hasil : ibu klien mengatakan anaknya hanya memakai kaos dalam, klien
tampak menggunakan kaos dalam
5. Pukul 14.45 : mengompres air hangat pada dahi, leher atau axila
Hasil : ibu klien mengatakan sudah mengompres klien, tampak klien
sedang di kompres
31
6. Pukul 14.50 : menganjurkan tirai baring
Hasil : klien tampak baring
7. Pukul 14.55 : mengkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
KA-EN 3B
Hasil : klien tampak terpasang infus KA-EN 3B
8. Pukul 15.00 : memonitor suhu tubuh
Hasil : suhu klien 37,0℃
9. Pukul 15.15 : memberikan kompres air hangat
Hasil : tampak klien sedang di kompres air
hangat
10. Pukul 16.00 : memonitor suhu tubuh
Hasil : 36, 5℃
2) Diagnosa 2 : Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
(keenganan untuk makan)
1. Pukul 14.50 : mengidentifikasi makanan yang disukai
Hasil : ibu klien mengatakan anaknya menyukai nugget, klien tampak
makan nugget
2. Pukul 14.59 : monitor asupan makanan
Hasil : klien tampak makan makanan yang diberikan makan habis
setengah porsi
3. Pukul 15.00 : memonitor berat badan
Hasil : berat badan klien 8,1 kg
4. Pukul 15.05: memberikan makanan yang tinggi serat mencegah
konstipasi
Hasil : ibu klien mengatakan anaknya mendapat jus dari buah, klien
tampak di berikan makanan tinggi serat
5. Pukul 15.20 : memberikan makanan tinggi protein dan serat
Hasil : ibu klien mengatakan klien mendapat makanan seperti telur,
klien tampak di berikan tinggi protein dan tinggi serat
6. Pukul 15.25 : mengajarkan posisi duduk
Hasil : ibu klien mengatakan jika memberi makan anaknya posisi
duduk, ibu klien dapat mengerti yang di anjurkan
7. Pukul 15.30 : mengkolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
32
Hasil : klien di berikan survita syr 1 x 5 ml
3) Dignosa ke-3 : konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan
serat
1. Pukul 15.35 : memeriksa tanda dan gejala konstipasi
Hasil : ibu klien mengatakan anaknya sudah ingin BAB namun agak
sulit
2. Pukul 15.40 : memeriksa pergerakan usus/karakteristik feses(konstipasi,
volume, dan warna)
Hasil : ibu klien mengatakan anaknya tampak di berikan buah
semangka
3. Pukul 15.50 : menganjurkan diet tinggi serat
Hasil : ibu klien mengatakan anaknya baring dan makan makanan
tinggi serat, klien tampak memakan tinggi serat
4. Pukul 15.57 : menganjurkan peningkatan cairan jika tidak ada
kontraindikasi
Hasil : ibu klien mengatakan anaknya sudah diberikan cairan sesuai
anjuran
5. Pukul 16.00 : mengkonsultasikan dengan tim medis tentang
penurunan/peningkatan frekuensi suara usus
Hasil : bising usus klien 4x/menit
Implementasi hari ke 2, tanggal 17 april 2021
1) Diagnosa ke 1 : hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
1. Pukul 14.00 : mengidentifikasi penyebab hipotermia
Hasil: ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak mengigil, klien
tampak sudah tidak lemah dan kulit klien tidak berwarna merah
2. Pukul 14.10 : monitor suhu tubuh klien
Hasil : suhu tubuh klien 36,5℃
3. Pukul 14.20 : menyediakan lingkungan yang dingin
Hasil : ibu klien mengatakan ruangannya nyaman,klien tampak nyaman
4. Pukul 14.30 : melonggarkan atau melepaskan pakaian
Hasil : ibu klien mengatakan anaknya hanya memakai kaos dalam, klien
tampak menggunakan kaos dalam

33
5. Pukul 14.40 : mengompres air hangat pada dahi, leher atau axila
Hasil : ibu klien mengatakan anaknya sudah di kompres menggunakan
air hangat, suhu tubuh klien 36,5℃
6. Pukul 15.50 : mengajarkan tira baring
Hasil : ibu klien mengatakan melakukan anjuran yang di berikan, klien
tampak tidur
7. Pukul 14.59 : mengkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
Hasil : klien tampak terpasang infus KA-EN 3B
2) Diagnosa ke 2 : defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis
(keenganan untuk makan)
1. Pukul 15.00 : mengidentifikasi makanan yang di sukai
Hasil : ibu klien mengatakan anaknya menyukai nugget, klien tampak
memakan nuget dan bubur yang di berikan di Rumah Sakit
2. Pukul 15.30 : memonitor asupan makanan
Hasil : klien tampak menghabiskan 1 porsi makanan yang di berikan
dari rumah sakit
3. Pukul 15.35 : memonitor berat badan
Hasil : berat badan klien 8,1 kg
4. Pukul 15.40 : memberikan makan tinggi serat mencegah konstipasi
Hasil : ibu klien mengatakan anaknya makan buah yang di berikan di
rumah sakit, klien tampak memakan makanan tinggi serat yang di
berikan
5. Pukul 15.45 : memberi makanan tinggi protein
Hasil : ibu klien mengatakan klien di berikan makanan tinggi protein
seperti telur kepada anaknya, klien tampak di beri makanan tinggi
protein
6. Pukul 15.55 : mengajarkan posisi duduk
Hasil : ibu klien mengatakan anaknya jika di beri makan posisi anaknya
duduk, ibu klien tampak mengerti yang di anjurkan
7. Pukul 16.00 : mengkolaborasi pemberian medikasi selama
makan Hasil : klien tampak di berikan survita syr 1 x 5 ml.
3) Diagnosa ke 3 : konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan serat

34
1. Pukul 15.59 : tampak adanya feses namun sedikit
Hasil : ibu klien mengatakan klien tampak bisa BAB namun sedikit
2. Pukul 16.00 : memeriksa pergerakan usus/karakteristik feses (konstipasi,
bentuk, volume dan warna)
Hasil : bising usus klien 18x/menit
3. Pukul 16.05 : menganjurkan diet tinggi serat
Hasil : ibu klien mengatakan anaknya memakan sayur bening yang di
berikan, klien tampak memakan sayur bening yang di berikan
4. Pukul 16.10 : menganjurkan peningkatan asupan cairan jika tidak ada
kontraindikasi
Hasil : ibu klien mengatakan memberikan air mineral sebelumnya
setengah botol air mineral 600 ml, klien tampak minum air minweral
yang di berikan
5. Pukul 16.25 : mengidentifikasi dengan tim medis tentang penurunan
atau peningkatan frekuensi suara usus
Hasil : bising usus klien 18x/menit
3.7 Evaluasi
Sabtu, 18 april 2021
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
S : Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak
demam O : Suhu klien 36,5℃
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis ( keenganan untuk
makan)
S : Ibu klien mengatakan anaknya sudah mau makan
O : Klien di timbanga dengan berat badan 8,1 kg
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan
3. Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan serat
S : Ibu klien mengatakan anaknya makan makanan yanga berserat
O : Bising usus klien meningkatv menjadi 18x/menit

35
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di pertahankan

36
BAB 4
PEMBAHASA
N

Bab ini penulis membahas asuhan keperawatan yang di berikan pada An.A
dengan diagnosa Demam Tifoid di Ruang Irna Cemara Rumah Sakit Kota
Tarakan mulai dari tanggal 16 april 2021 sampai 17 april 2021 dengan pendekatan
proses keperawatan. Dalam melakukan proses asuhan keperawatan pada An.A
dengan Demam Tifoid, penulis menemukan beberapa kesenjangan antara landasan
teori dengan tinjauan kasus. Maka dalam Bab ini penulis membahas mulai dari
tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Pada tahap pengkajian ini penulis mendapatkan kemudahan dan hambatan,
kemudahan yang dialami penulis yaitu hambatan dalam pengumpulan data – data,
informasi tentang keadaan pasien An.A yaitu adanya respon keluarga yang
terbuka dan kooperatif dalam menjawab pertanyaan maupun mengungkapkan
masalah pasien An. A kepada penulis. Selain itu penulis juga bekerja sama dengan
perawat di ruang Cemara Rumah Sakit Kota Tarakan dalam memperoleh
informasi mengenai perkembangan pasien An.A adapun hambatan yang dialami
penulis selama pengumpulan data yaitu keterbatasan ilmu dan kemampuan yang
dimiliki penulis serta keterbatasan alat – alat yang digunakan.
Berdasarkan data yang terdapat dalam teori ngastiyah 1997 beberapa data yang
tidak ditemukan dalam kasus seperti :
Keluhan utama berupa nyeri, mual muntah dan nafsu makan menurun tidak
ditemukan dikarenakan respon setiap individu berbeda–beda terhadap penyakit,
keluhan–keluhan tersebut tidak ditemukan dikarenakan sebelum penulis
melakukan pengkajian, klien sudah dirawat selama dua hari di rumah sakit umum
daerah tarakan, klien makan dengan dengan porsi yang dihabiskan.
Umumnya kesadaran pasien menurun yaitu apatis sampai samnolen, namun
kesadaran klien adalah komposmentis. Hal ini disebabkan karena tidak semua
demam tifoid mengalami penurunan kesadaran dan pada saat klien mengalami
demam orang tua klien cepat membawa klien ke rumah sakit dan ditangani secara
cepat oleh tim kesehatan.
37
Tanda dari demam tifoid lainnya yaitu gangguan pada saluran pencernaan yaitu
perut kembung disertai nyeri pada dan pembesaran pada hati dan limpa tidak
ditemukan pada saat dilakukan pemeriksaan karena pada saat pengkajian ibu klien
hanya mengatakan anaknya demam dan tidak ada BAB dan rewel demam selama
5 hari dan di bawa ke IGD rumah sakit kota tarakan sudah dirawat di rumah sakit
kota tarakan selama dua hari dan mendapatkan penanganan yang tepat.
Pada pemeriksaan widal, Titer O bernilai 1/60 sedangkan Titer H negative, halini
dikarenakan klien baru tiga hari mengalami sakit sedangkan reaksi agglutinin baru
dijumpai selama satu sampai lima minggu.
Berdasarkan data yang terdapat dalam kasus dan terdapat dalam teori
Ngastiyah 1997 yaitu demam tinggi lebih dari tiga hari karena tejadi proses
infeksi bakteri salmonella typi dan kurang pengetahuan keluarga yang ditandai
dengan ketidaktahuan keluarga mengenai penyakit klien karena kurangnya
informasi ini dibuktikan dengan perkataan ibu klien “saya tidak mengertidengan
keadaan anak saya saat ini”.
Data yang terdapat dalam kasus dan tidak terdapat dalam teori yaitu klien
batuk mengeluarkan dahak disertai pilek ini ditandai dengan klien terlihat batuk
mengeluarkan dahak dan suara napas klien terdengar ronchi di kedua lapang paru,
kemudia selain itu pada saat pengkajian ditemukan data deficit perawatan diri
dikarenakan pada saat dikaji ibu klien mengatakan anaknya belum pernah mandi
selama di rawat dirumah sakit hal ini ditandai dengan klien terlihat kusam dan
kuku klien tampak panjang.
4.2 Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul, menurut teori (Amin Hariadi, 2015)
yaitu :
Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit, infeksi, Hipovolemi
berhubungan dengan kekurangan intake cairan, Defisit nutrisi berhubungan
dengan faktor psikologis (keenganan untuk menelan), Konstipasi berhubungan
dengan ketidakcukupan asupan serat.
Sedangkan pada An.A diagnosa yang muncul adalah :
Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit, infeksi, Hipovolemi
berhubungan dengan kekurangan intake cairan, Defisit nutrisi berhubungan

38
dengan faktor psikologis (keenganan untuk menelan), Konstipasi berhubungan
dengan ketidakcukupan asupan serat, hal ini dikarenakan sesuai dengan kondisi
pasien.
Berdasarkan data-data yang di perlukan pada tahap pengkajian yang
dilakukan pada An.A terdapat beberapa kesenjangan. Menurut hasil analisa data
penulis menemukan 3 diagnosa sedangkan menurut teori (Amin Hariadi, 2015)
terdapat diagnosa yang berbeda yaitu hipovolemi berhubungan dengan intke
cairan.
4.3 Perencanaan
Pada tahap perencanaan antara teori dan praktek terdapat pada kesenjangan,
ada beberapa perencanaan yang tidak dapat ditetapkan oleh penulis karena
berbagai alasan tertentu. pada teori diagnosa hipovolemi berhubungan dengan
kekurangan intake cairan terdapat 5 intervensi akan tetapi penulis hanya
mengambil 1 intervensi pada teori yaitu : memonitor berat badan setiap hari pada
waktu yang sama. Penulis tidak mengambil beberapa intervensi lainnya karena
tidak sesuai dengan kondisi An.A.
4.4 Implementasi
Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sanggat di butuhkan
adanya tim kerja yang saling bekerja sama, antara lain dokter dan perawat ruangan
dimulai dari tindakan mandiri hingga pendelegasian sehingga dapat menghasilkan
asuhan keperawatan pada An.A. selain kerjasama dengan dokter dan perawat,
keluarga klien juga terlibat dalam pencapaian tujuan keperawatan, semua tindakan
dapat dilaksanakan sesuai rencana yang sudah di susun. Pada dasarnya dalam
pelaksanaan ini tidak di dapatkan kesenjangan antara teori dengan kasus lebih
spesifik sehingga dalam pelaksanaan tindakan keperawatan tidak ditemukan suatu
masalah karena penulis mampu melaksanakan bina hubungan saling percaya
dengan klien dan keluarga sehingga dalam melakukan implementasi keperawatan
keluarga dilibatkan pelaksanaanya. Keluarga mampu menerima saran dan
penjelasan baik dari dokter perawat maupun dari penulis. Selama proses
pelaksanaan yang di buat telah di lakukan intervensi secara maksimal, adapun
hambatan yaitu waktu yang tidak penuh dilakukan tindakan keperawatan oleh
penulis, serta klien yang kurang mendukung karena umur yang masih

39
ketergantungan dari orang tua. Adapun beberapa faktor yang mendukung selama
pelaksanaan tindakan keperawatan di ruang irna cemara rumah sakit kota tarakan
yaitu keluarga yang mau bekerja sama serta mampu membina hubungan saling
percaya dengan penulis untuk dilakukan proses keperawatan.
4.5 Evaluasi
Langkah evaluasi dari proses keperawatan yaitu dengan mengukur respon
klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian
tujuan. Data dikumpulkan dengan dasar kelanjutan untuk mengukur perubahan
dalam fungsi, dalam kehidupn sehari-hari dalam kesediaan atau pengembangan
sumber eksternal (Potter & Perry, 2014). Dari hasil evaluasi akhir yang di lakukan
penulis pada tanggal 18 april, 2021, maka di dapatkan hasil :
1) Hipetermia berhubungan dengan proses penyakit.
Diagnosa ini dapat teratasi pada saat penulis melakukan evaluasi hari ketiga
karena sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang terdapat dalam perencanaan
keperawatan yang di buat.
2) Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keenganan untuk
makan).
Diagnosa ini dapat teratasi pada saat penulis melakukan evaluasi hari ketiga
karena sudah sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang terdapat dalam
perencanaan keperawatan yang di buat.
3) Konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan serat.
Diagnosa ini dapat teratasi pada saat penulis melakukan evaluasi hari ketiga
karena sudah sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang terdapat dalam
perencanaan keperawatan yang di buat.

40
BAB 5
PENUTUP

Pada bab ini penulis akan menguraikan beberapa keseimpulan dan saran
dalam peningkatan pelayanan asuhan keperawatan khususnya pada klien demam
tifoid.
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada An.A dengan demam tifoid
selama dua hari sejak tanggal 16 april 2021 sampai 18 april 2021 di ruang irna
cemara rumah sakit kota tarakan, maka penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut :
Penulis telah melakukan asuhan keperawatan pada An.A di ruang irna cemara
rumah sakit kota tarakan. Penulis melakukan setiap tahapan dari peroses
keperawatan yang dimulai dari pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan,
tindakan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi dapat dilakukan
dengan baik.
Penulis menemukan kesenjangan antara teori dan kasus pada pengkajian yaitu
riwayat penyakit sekarang, riwayat imunisasi, riwayat tumbuh kembang, riwayat
spiritual, riwayat pemeriksaan fisik, aktivitas sehari-hari dan pemeriksaan
diagnostik. Diagnosa yang di pilih oleh penulis pada An.A tidak semua sama yang
di dapatkan pada teori. Rencana keperawatan yang di susun oleh penulis
berdasarkan diagnosa yang ditegakan dan disusun sesuai dengan teori yang
berhubungan dengan masalah. Tindakan keperawatan di laksanakan berdasarkan
rencana yang telah di berikan, penulis menemukan tiga diagnosa dari tigga
diagnosa tersebut semua dapat teratasi dengan kriteria hasil.
Faktor pendukung dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada An.A dengan
diagnosa demam tifoid adalah keluarga koperatif dalam memberikan informasi,
diberikan kebebasan oleh pihak rumah sakit dalam setiap melakukan tindakan
keperawatan, tersedianya fasilitas dari institusi yang menunjang pelaksanaan
asuhan keperawatan klien. Adapun faktor penghambat penulis yaitu keterbatasan
waktu tidak bersama klien selama 24 jam dan kurangnya pengetahuan untuk
melaksanakan beberapa asuhan keperawatan.

41
Melaksanakan pemecahan masalah yang dilakukan penulis pada An.A dengan
diagnosa demam tifoid yaitu dengan pelaksanaan intervensi yang telah di
rencanakan berupa tindakan promotif, prefentif, kuratif, dan tindakan kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lainnya.
Dan untuk tujuan penulis adalah :
5.2 Saran
Dalam waktu dua hari penulis telah melakukan tahapan proses keperawatan.
Selanjutnya penulis ingin menyampaikan beberapa saran yang di jadikan
pertimbangan atau pedoman dalam melaksanakan proses keperawatan.
Bagi mahasiswa : diharapkan mahasiswa lebih meningkatkan kemampuan,
keterampilan dan pengetahuan yang di miliki agar pada saat melakukan proses
asuhan keperawatan seperti pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan,
implementasi dan evaluasi dapat berjalan dengan lancar.
Bagi institusi : diharapkan institusi memberikan lebih waktu pada proses
pengkajian sampai perencanaan di ujian akhir program agar peserta pada saat
ujian dpat melakukan proses dengan baik dan juga institusi menyediakan sumber
refrensi yang terbaru yang cukup untuk mendukung mahasiswa dalam menyusun
tugas laporan akhir.
Bagi rumah sakit : diharapkan tenaga kesehatan khususnya perawat dalam
menyediakan masalah kesehatan klien dapat kerja sama dengan tim dapat lebih di
tingkatkan lagi, serta tenaga kesehatan yang ada memberikan pengetahuan tentang
penyakit yang di alami oleh klien pada keluarga, sehingga dapat memitivasi
keluarga dan dpat meningkatkan kesehatan baik di rumah sakit atau dirumah.

42
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T & McFarlane, J. (2006) Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori
dan Peraktek. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anonim, 2010,”Diagnosa Terbaik Demam Tifoid”, Semijurnal Farmasi &


Kedokteran Etichal Digest, 75(8):29-33

Arif, Masnsjoer, dkk, 2000 . Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ke-3. FKUI,
Jakarta: Medica Aesculpalus

Doenges, Marylinn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman


untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Jakarta:
EGC Hhtp://digilib.unimus.ac.id

Hidayat. (2006). Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta: penerbit Selemba


medika

Juwono , S., Winknjosastro, H., Sumpraja, S. penuntun diet. Edisi pertama.


Jakarta: Gramedia 1996

Masjoer, A (2000) Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta:Media


Aesculapiua

Mansjoer Arif dkk. 2000. Kapita selekta kedokteran, jilid 2 Jakarta Nanda,
2012. Diagnosa keperawatan. Ed bahasa Indonesia Jakarta

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit , Edisi 1 , EGC, Jakarta.


Ngastiyah, 2005, perawatan anak sakit, Ed 2 Jakarta penerbit Buku
Kedokteran.EGC

Radji, Maksum. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi


Dan Kedokteran. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., 2001, “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Vol. 2. E/8”, EGC, Jakarta.

Sarwono, salito Wirawan. 1996. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan


Bintang.

Sarwono, salito Wirawan. 1996. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan


Bintang.

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Buku ajar keperawatan


medikalbedah. Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC

43
Sarwono. Ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan Bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo: 2006

Syaifudin. 2006. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa keperawatan. Edisi 3.


Jakarta : penerbit buku kedokteran EGC

44
RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Anira Anggraini
2. Npm 1830702023
3. Tempat/Tanggal Lahir : Mansalong 28 Januari 2000
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Suku/Kebangsaan : Banjar, tidung/Indonesia
7. Alamat : JL.maramis Rt 01 Desa mansalong
Kecamatan Lumbis
B. IDENTITAS ORANG TUA
1. Nama Ayah/Ibu : Darmansyah/Yulyati
2. Pekerjaan : tidak bekerja/IRT
8. Alamat : JL.maramis Rt 01 Desa mansalong
Kecamatan Lumbis
C. PENDIDIKAN
1. Tamat SD Negeri 01 Lumbis tahun 2012
2. Tamat SMP Negeri 01 Lumbis tahun 2015
3. Tamat SMA Negeri 01 Lumbis tahun 2018
4. Universitas Borneo Tarakan 2018- sekarang

45
46
47

Anda mungkin juga menyukai