Anda di halaman 1dari 124

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN

DIABETES MELITUS TIPE II PADA WILAYAH KERJA


PUSKESMAS TAGULANDANG UTARA
DI KAMPUNG MINANGA

SKRIPSI

MELITA WALIANGA

14061051

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE

MANADO

2018
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
DIABETES MELITUS TIPE II PADA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TAGULANDANG UTARA DI
KAMPUNG MINANGA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan Pada Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Katolik De La Salle Manado

MELITA WALIANGA

14061051

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE

MANADO

2018

i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DIABETES


MELITUS TIPE II PADA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TAGULANDANG UTARA
DI KAMPUNG MINANGA

Nama : Melita Walianga


NIM : 14061051
Fakultas : Keperawatan
Program Studi : Ilmu Keperawatan

Menyetujui,

Manado, 7 Agustus 2018

Pembimbing I Pembimbing II

Gladis Ratuliu, BSN., MAN Annastasia S. Lamonge, S. Kep., Ns., MAN

Mengetahui,
Dr. Indriani Yauri, MN
Dekan Ketua Program Studi

Syenshie V. Wetik, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.


Kep. J

Dr. Indriani Yauri, MN Wahyuny Langelo, BSN.,M.Kes

ii

Dr. Indriani Yauri, MN


HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DIABETES


MELITUS TIPE II PADA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TAGULANDANG UTARA
DI KAMPUNG MINANGA

Yang disusun dan diajukan oleh:

MELITA WALIANGA

14061051

Telah dipertahankan didepan TIM Penguji Ujian Skripsi


Pada tanggal 7 Agustus 2018
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

TIM PENGUJI

Dosen Penguji 1: ( M. Consolatrix Da Silva, S.Kep., Ns., MSN )

Dosen Penguji 2: ( Gladis Ratuliu, BSN., MAN )

Dosen Penguji 3: ( Natalia E. Rakinaung, S.Kep.,Ns.,MNS )

MENGETAHUI,
Dekan Fakultas Keperawatan Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Katolik
Universitas Katolik De La Salle Manado Dela Salle Manado

Dr. Indriani Yauri, MN Wahyuny Langelo, BSN.,M.Kes

iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya,

didalam naska SKRIPSI ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang

lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan Tinggi, dan tidak terdapat

karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang

secara tertulis dikutip dalam naska ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar

pustaka.

Apabila ternyata di dalam naska tesis dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur

PLAGIASI, saya bersedia SKRIPSI ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya

peroleh (SARJANA) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Manado, 7 Agustus 2018

Mahasiswa,

(Meterai 6000)

Nama : Melita Walianga

NIM : 14061051

PS : Sarjana Keperawatan

Prog : Ilmu Keperawatan

Fak : Keperawatan Unika DLSM

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang maha Esa, karena atas segala rahmatNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Faktor – faktor Yang

Memengaruhi Kejadian Diabetes Melitus tipe II Pada Puskesmas Tagulandang di

Kampung Minanga” dengan baik. skripsi ini di susun untuk memenuhi salah satu syarat

untuk menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) sarjana keperawatan di Fakultas

Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Katolik De La Salle

Manado.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan selesai dengan

baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang memberikan bimbingan,dukungan

secara lisan maupun tertulis. Maka penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada

1. Prof. Dr. Johanis Ohoitimur, selaku Rektor Universitas Katolik De La Salle

Manado

2. Dr. Indriani Yauri, MN, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Katolik

De La Salle Manando.

3. Wahyuny Langelo, BSN., M.Kes, selaku Ketua Program Studi Fakultas

Keperawatan Universitas Katolik De Lasalle Manado.

4. Gladis Ratuliu, BSN.,MAN.,CWCCA selaku Dosen pembimbing I yang telah

banyak memberikan arahan, dukungan, bimbingan dan motivasi luar biasa

kepada penulis dalam penulis selama ini.

viii
5. Annastasia S. Lamonge, S.Kep.,Ns.,MAN selaku Dosen pembimbing II yang

telah memberikan banyak arahan,dukungan, bimbingan dan motivasi yang luar

biasa kepada penulis selama ini.

6. Ns Helly Budiawan, S.Kep. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

membimbing, memberikan dukungan, dan motivasi kepada penulis selama

menjadi mahasiswa di Universitas Katolik De La Salle Manado.

7. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Keperawatan Program studi Ilmu Keperawatan

Universitas Katolik De La Salle Manado yang telah membantu selama penelitian

sampai penyusunan skripsi.

8. Jok W. Mulalinda selaku Kapitalau Kampung Minanga dan seluruh Perangkat

Desa Kampung Minanga, serta Masyarakat Kampung Minanga yang teah

berpartisipasi dalam pelaksanaan Peneitian ini.

9. Orang Tua dan Keluarga yang merupakan penyemangat yang sangat luar biasa

yang memberikan dukungan material maupun spiritual selama penulis duduk di

bangku kuliah sampai dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

10. Teman – teman seperjuangan skripsi yang luar biasa, yang selalu memberikan

penguatan dan topangan doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Manado, Juli 2018

Penulis

Melita Walianga

viii
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DIABETES
MELITUS TIPE II DI PISKESMAS TAGULANDANG UTARA
DI DESA MINANGA

Walianga, Melita1,, Ratuliu, Gladis2,, Lamonge, Annastasia3.


Universitas Katolik De La Salle Manado
Email: waliangamelita@gmail.com

Abstrak

Latar Belakang : Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat
menyebabkan kematian. Faktor pemicu terjadinya Diabetes Meitus adalah dengan
mengkomsumsi makanan yang tidak sehat yang banyak mempengaruhi kadar gula darah
seperti makan cepat saji, minuman-minuman bersoda dan jenis makanan yang lainnya.
Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui factor – factor yang
mempengaruhi kejadian Diabetes Melitus di Desa Minanga.
Metode : Jenis Penelitian menggunakan metode Komparatif dengan desain case ocntrol.
Penelitian ini dilaksanakan pada Wilayah Kerja Puskesmas Tagulandang Utara di Desa
Minanga. Populasi Penelitian ini sebanyak 30 orang yang menderita Diabetes Melitus
mengunakan total sampling dan yang tidak menderita Diabetes Melitus dengan sampel
30 orang menggunakan purposive sampling.
Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji chi-square di peroleh
p-value= 0.000 (<0.05) pada Pola Makan, dan pada Aktivitas Fisik diperoleh p-
value=0.019 (<0.05). dan untuk Berat Badan diperoleh p-value=0.029(<0.05). Sehingga
dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara Pola Makan, Aktvitas Fisik,
dan Berat Badan dengan Kejadian Diabetes Melitus tipe II pada Puskesmas Tagulandang
Utara di Kampung Minanga.
Kesimpulan : Dalam mencegah faktor – faktor yang mempengaruhi Kejadian Diabetes
Melitus, diperlukan pendidikan kesehatan yang tepat sehingga penderita Diabetes
Melitus dapat mencegah timbulnya faktor – faktor yang mempengaruhi keadian
Diabetes Melitus.

Kata Kunci : Faktor – faktor, DM tipe II, Berat badan, Pola Makan, Aktivitas Fisik
Kepustakaan : 18 Buku, 9 jurnal

viii
FACTORS AFFECTING THE OCCURRENCE OF TYPE II DIABETES
MELLITUS IN NORTH TAGULANDANG PUSKESMAS
AT MINANGA VILLAGE

Walianga, Melita1,, Ratuliu, Gladis2,, Lamonge, Annastasia3.


De La Salle Catholic University of Manado
Email: waliangamelita@gmail.com

Abstract

Background: Diabetes Mellitus is a chronic disease that can cause death. The trigger
factor for Diabetes Mellitus is by consuming unhealthy foods that affect blood sugar
levels such as fast food, soft drinks and other types of food.
Objective: The purpose of this study was to determine the factors that are affecting the
incidence of Diabetes Mellitus in Minanga Village.
Method: Type of Research used was a Comparative method with case control design.
This research was carried out at North Tagulandang Health Center Work Area in
Minanga Village. The populastion of this study were 30 people who suffered from
diabetes mellitus using total sampling and those who did not suffer from diabetes
mellitus with a sample of 30 people using purposive sampling.
Results: Based on the results of study using chi-square test, it was obtained the p-value
of 0.000 (<0.05) in the diet, and in physical activity it was obtained the p-value of 0.019
(<0.05), and for body weight it was obtained the p-value of 0.029 (<0.05). So it can be
concluced that there is a sifnificant relationship between diet, physical activity, and body
weight with type II diabetes mellitus in the North Tagulandang health center in
Minangan village.
Conclusion: In preventing the factors that affect the incidence of diabetes mellitus,
proper health education is needed so that people with diabetes mellitus can prevent the
emergence of the factors that affect diabetes mellitus.
Keywords: Factors, Type II DM, Weight, Diet, Physical, Activity
Literature: 18 books, 9 journal

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI iii
PERNYATAAN ORSINALITAS iv
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penelitian 4
1.3 Pertanyaan Penelitian 4
1.4 Ringkasan BAB 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7


2.1 Dabetes Mellitus 7
2.2 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Kejadian Diabetes Melitus 15
2.3 Penelitian Terkait 18
2.4 Aplikasi Teori Keperawatan 31

BAB III KERANGKA KONSEP 34


3.1 Kerangka Konsep 34
3.2 Hipotesis 35
3.3 Definisi Operasional 36

BAB IV METODE PENELITIAN 38


4.1 Design Penelitian 38
4.2 Populasi 38

viii
4.3 Sampel 38
4.4 Lokasi Penelitian 38
4.5 Waktu Penelitian 39
4.6 Instrumen 39
4.7 Pengumpulan Data 42
4.8 Analisis Data 44
4.9 Etika 47

BAB V HASIL PENELITIAN 48


5.1 Hasil Analisis Univariat 49
5.2 Hasil Anaisis Bivariat 51

BAB VI PEMBAHASAN 56
6.1 Hubungan Pola makan dengan Kejadian Diabetes Melitus 56
6.2 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Diabetes Melitus 59
6.3 Hubungan Berat Badan dengan kejadan Diabetes Melitus 62

BAB VII KESIMPULAN 66


7.1 Kesimpulan 66
7.2 Saran 66

DAFTAR PUSTAKA 68

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.3. Penelitian Terkait 25


Tabel 3.3 Definisi Operasional 36
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden 49
Tabel 2. Distribsi Responden Berdasarkan Pola Makan 50
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik 51
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan 51
Tabel 5. Hubungan pola makan dengan kejadian Diabetes 52
Mellitus di Puskesmas Tagulandang Utara
Tabel 6. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian 53
Diabetes Mellitus di Puskesmas Tagulandang Utara
Tabel 7. Hubungan Berat Badan Dengan Kejadian 54
Diabetes Mellitus di Puskesmas Tagulandang Utara

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.4. Kerangka Teori Lawrence Green PRECEDE-PROCEED 33

Gambar 3.1 Kerangka Konsep 34

Gambar 4.6 Bagan Pengumpulan Data 43

viii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Curriculum Vitae


LAMPIRAN 2. Informasi Pelaksanaan Penelitian
LAMPIRAN 3. Formulir Persetujuan Penelitian
LAMPIRAN 4. Lembar Screening (Kasus)
LAMPIRAN 5. Lembar Screening (Kontrol)
LAMPIRAN 6. Data Demografi Klien
LAMPIRAN 7. KUESIONER
LAMPIRAN 8. Permohonan Izin Pengambilan Data Demografi
LAMPIRAN 9. Permohonan Izin Uji Reabilitas Instrumen Penelitian
LAMPIRAN 10. Permohonan Izin pengumpulan Data Penelitian
LAMPIRAN 11. Surat Keterangan Selesai Penelitian
LAMPIRAN 12. Lembar Persetujuan Proposal
LAMPIRAN 13. Lembar Persetujuan Skripsi
LAMPIRAN 14. Lembar Pemasukan Revisi Proposal
LAMPIRAN 15. Lembar Pemasukan Revisi Skripsi
LAMPIRAN 16. Hasil Uji Reabiilitas Instrumen Penelitian
LAMPIRAN 17. Hasil Analisis Statistik
LAMPIRAN 18. Lembar Konsulltasi

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat menyebabkan

kematian. Diabetes Melitus dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan

berbagai macam keluhan, penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan

penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka

sulit sembuh dan membusuk/gangrene, dan stroke (Adriani, 2017). Salah satu

perubahan gaya hidup dan pola hidup adalah dengan mengkomsumsi makanan yang

tidak sehat yang banyak mempengaruhi kadar gula darah seperti makan cepat saji,

minuman-minuman bersoda dan jenis makanan yang lainnya, hal ini menjadi salah

satu faktor pemicu peningkatan terjadinnya penyakit Diabetes Melitus (Umar, 2016).

Penyakit Diabetes Melitus sudah menjadi masalah kesehatan di masyarakat dan

diabetes dapat berakibat fatal dan merambat ke penyakit lainnya jika tidak di tangani

dengan benar.

Diabetes Melitus telah menjadi salah satu penyebab utama dari kematian di

sebagian besar Negara. Data dari Global status report on Noncommunicable

Diseases (NCD) World Health Organization (WHO), Diabetes Melitus menempati

peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian. Estimasi jumlah pasien diabetes melitus

di seluruh dunia pre-regional di 2015 (umur 20-79), Amerika Utara dan Karibia

sebanyak 44,3 juta jiwa, Amerika Selatan dan Tengah sebanyak 29,6 juta jiwa,

Afrika sebanyak 14,2 juta jiwa, Eropa sebanyak 59,8 juta jiwa, pada tahun 2015 415

viii
juta orang dewasa dengan diabetes, kenaikan 4 kali lipat dari 108 juta di 1980an (DF

atlas 2015). Prevalensi Diabetes Melitus di dunia setiap tahunnya meningkat.

Diabetes Melitus masih menjadi masalah kesehatan di Asia Tenggara. World

Health Organization (WHO) pasien Diabetes Melitus di abad 21, dimana

peningkatan tertinggi akan terjadi di kawasan Asia Tenggara (Amatiria, dkk 2014).

Pada tahun 2014, terdapat 96 juta orang dewasa dengan diabetes di 11 negara

anggota Asia Tenggara, prevalensi diabetes di antara orang dewasa meningkat dari

4,1% di tahun 1980an menjadi 8,6% di tahun 2014, dengan Diabetes Melitus di

Negara India 31,7 juta jiwa dan China 20,8 juta jiwa, di Indonesia angka kejadian

Diabetes Melitus sebesar 7,6 juta jiwa (Amatiria, dkk 2014). Penderita Diabetes

Melitus di Asia meningkat drastic.

Peningkatan penyakit Diabetes Melitus terjadi di sebagian negara berkembang,

Indonesia termasuk negara berkembang di Dunia. Berdasarkan data Riset Kesehatan

Dasar tahun 2007, prevalensi penyakit Diabetes tertinggi ada pada DKI Jakarta

sebesar 2,6%, angka tersebut masih bertahan menurut hasil Riset Kesehatan Dasar

(2013), dimana DKI Jakarta merupakan provinsi kedua terbanyak dengan prevalensi

Diabetes Melitus yakni sebesar 2,5% setelah Yogyakarta 2,6%, Sulawesi Utara 2,4%

dan Kalimantan Timur 2,3 (Syamiyah, 2014 dan Umar, dkk 2016). Secara

Epidemologi di perkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus di

Indonesia mencapai 21,23 juta orang (Suryani, dkk 2015). Prevalensi Diabetes

Melitus di Indonesia akan mengalami peningkatan.

Penderita Diabetes Melitus di Sulawesi Utara semakin bertambah. Penyakit ini

tersebar di seluruh Kabupaten dan Kota di Sulawesi Utara dengan prevalensi

viii
tertinggi di Kota Manado dan terendah di Kabupaten Bolaang Mongondow (Worang,

dkk 2013). Sulawesi Utara memiliki prevalensi Diabetes Melitus sebesar 2,4% dan

sejalan dengan itu data dari Dinas Kesehatan Sulawesi Utara tahun 2013

menunjukan bahwa secara merata di tingkat Provinsi Sulawesi Utara didapatkan

angka lebih tinggi dari pada angka nasional (Rondonuwu, 2016). Maka dari itu

penanganan bagi penderita Diabetes Melitus di Sulawesi Utara masih perlu

dilakukan, karena prevalensi penderita Diabetes Melitus di Sulawesi Utara lebih

tinggi dari angka nasional.

Menurut data yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tagulandang Utara Diabetes

Melitus termasuk penyakit terbanyak ketiga sesudah Hipertensi dan Kolestro.

Sedangkan pada Kampung Minanga penyakit Diabetes Melitus merupakan penyakit

terbanyak dari lima kampung yang ada di wilayah kerja puskesmas Tagulandang

Utara. Dan menurut survey dari peneliti masyarakat yang ada di kampung Minanga

sering menerapkan gaya hidup yang tidak sehat sehingga dapat dengan mudah

terkena penyakit salah satunya yaitu Diabetes Melitus (Puskesmas Tagulandang

Utara, 2018).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sukmaningsih pada tahun 2015 di

Puskesmas Purwodiningratan Surakarta. Hasil bivariat menunjukkan bahwa ada

hubungan antara riwayat DM keluarga (p=0,006), ada hubungan antara pola makan

(p=0,002), ada hubungan antara aktivitas fisik (p=0,000), da nada hubungan antara

merokok (p=0,20) dengan kejadian DM tipe 2. Dan penelitian yang dilakukan oleh

Wulandari pada tahun 2013 di RSUD Tugurejo Semarang. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui faktor – faktor (asupan makan dan latihan jasmani) yang

viii
berhubungan dengan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2. Mendapatkan hasil

faktor yang berhubungan dengan kadar gula darah adalah latihan jasmani (p-

value:0.006˂0.05). faktor yang tidak berhubungan dengan kadar gula darah adalah

asupan makan yang terdiri dari karbohidrat (p-value:0,660˃0.05), lemak (p-

value:0,678˃0.05), protein (p-value: 1.000˃0.05).

Terdapat beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian yang akan

diteliti oleh peneliti. Dan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara Pola

makan, aktivitas fisik dan kegemukan dengan kejadian DM di wilayah tertentu.

Akan tetapi faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian DM pada penelitian

sebelumnya yang dilakukan pada wilayah tersebut belum tentu sama dengan

penelitian yang akan peneliti lakukan di wilayah yang berbeda dari penelitian

tersebut. Maka dari itu peneliti ingin meneliti kembali mengenai faktor – faktor yang

mempengaruhi kejadian DM di wilayah yang berbeda dengan penelitian

sebelumnya.

Penanganan Diabetes Melitus yaitu dengan cara menjaga pola makan yang sehat

dan menjaga agar badan tidak terlalu gemuk. Berdasarkan teori dari Wirato (2013)

bahwa melakukan olahraga yang baik dan teratur dapat menurunkan kadar gula,

upaya penanganan pada penderita diabetes melitus sekaligus pencegahan terjadinya

komplikasi adalah melakukan upaya pengendalian Diabetes Melitus yang salah

satunya yaitu melakukan aktivitas olahraga yang teratur bagi penderita Diabetes

Melitus (Rondonuwu, dkk 2016). Perencanaan makan atau pengelolaan diet

merupakan hal yang paling utama dalam penatalaksanaan Diabetes Melitus,

ketidakpatuhan penatalaksanaan diet oleh penderita Diabetes Melitus akan

viii
menyebabkan hiperglikemia dan komplikasi seperti ginjal, katarak, jantung, dan

hipertensi (Risnasari, 2014). Penanganan untuk penderita Diabetes Melitus ini perlu

dilakukan bagi para penderita, sehingga dapat mencegah peningkatan gula darah.

Jumlah penderita Diabetes Melitus masih begitu banyak, maka dari itu peneliti

ingin mengetahui faktor risiko Diabetes Melitus. Menurut Bustan (2008) Faktor

risiko bisa berupa karakteristik, perilaku, gejala atau keluhan dari seseorang yang

tidak menderita yang secara statistic berhubungan dengan pengingkatan insiden

sebuah penyakit. Meskipun telah banyak dilakukan penelitian tentang faktor risiko

yang mempengaruhi kejadian Diabetes Melitus, namun faktor risiko yang ditemukan

pada wilayah yang berbeda belum tentu sama (Syamiyah, 2014). Sehingga masih

perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor risiko Diabetes Melitus pada

salah satu wilayah tertentu yang belum diketahui.

Manfaat dari penelitian yang telah dilakukan ini adalah kiranya dapat menambah

pengetahuan masyarakat terkait faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian

Diabetes Melitus sehingga dapat menumbuhkan kesadaran untuk menerapkan pola

hidup sehat yang dapat mencegah penyakit diabetes mellitus. Dan diharapkan dapat

digunakan sebagai bahan dasar untuk merancang program kegiatan untuk mengatasi

permasalahan Diabetes Melitus di Puskesmas. Menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi peneliti khususnya mengenai penyakit Diabetes Melitus maupun

faktor – faktor yang berhubungan dengan masalah tersebut. Dan dengan demikian

penelitian ini dapat menjadi bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.

viii
1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Diketahui faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian Diabetes Melitus

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Diketahui hubungan pola makan dengan kejadian Diabetes Melitus

2. Diketahui hubungan aktivitas fisik dengan kejadian Diabetes Melitus

3. Diketahui hubungan Berat Badan dengan kejadian Diabetes Melitus

1.3 Pertanyaan Penelitian

1.3.1 Apakah ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kejadian

Diabetes Melitus ?

1.3.2 Apakah ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan Kejadian

Diabetes Melitus ?

1.3.3 Apakah ada hubungan yang signifikan antara Berat Badan dengan kejadian

Diabetes Melitus ?

1.4 Ringkasan BAB

Pada BAB 1 menjelaskan mengenai Latar Belakang, Tujuan Penelitian,

Pertanyaan Penelitian. Pada BAB II menjelaskan mengenai variabel dependent

(Kejadian Diabetes Melitus), variabel independent (faktor – faktor Diabetes Melitus

antara lain: pola makan yang tidak tepat, kurangnya aktivitas fisik dan kegemukan),

aplikasi teori keperawatan dan penelitian terkait. Pada BAB III menjelaskan

mengenai Kerangka Konsep, hipotesis dan definisi operasional. Pada BAB IV

menjelaskan mengenai Design Penelitian, Populasi, sampel, instrument,

pengumpulan data, analisa data dan etika.

viii
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab II ini menjelaskan mengenai variabel Independent yang berisi tentang faktor

– faktor yang mempengaruhi kejadian diabetes mellitus. Kemudian menjelaskan

tentang variabel dependent dimana terdapat pengertian diabetes mellitus, klasifikasi,

patofisiologi, gejala, komplikasi dan penatalaksanaan Diabetes Melitus. Selanjutnya

membahas tentang penelitian terkait, teori keperawatan dan aplikasi teori

keperawatan pada penyakit diabetes mellitus tersebut.

2.1 Diabetes Melitus

Diabetes Melitus yang sering disebut dengan kencing manis atau penyakit gula,

merupakan salah satu jenis penyakit kronis. Diabetes melitus adalah suatu keadaan

didapatkan peningkatan kadar gula darah yang kronik sebagai akibat dari gangguan

pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein karena kekurangan hormone

insulin, masalah utama pada penderita Diabetes Melitus tipe II ialah terjadinya

komplikasi, khususnya komplikasi Diabetes Melitus t kronik yang merupakan

penyebab utama kesakitan dan kematian penderita Diabetes Melitus. Diabetes

Melitus merupakan penyakit kronis yang umum terjadi pada dewasa yang

membutuhkan supervisi medis berkelanjutan dan edukasi perawatan mandiri pada

pasien (Pricilla, dkk 2016). Maka dari itu penyakit Diabetes Melitus tidak boleh

diremehkan, karena Diabetes Melitus akan merambat ke penyakit lainnya jika tidak

ditangani dengan benar.

Penyakit Diabetes Melitus diklasifikasikan kedalam beberapa jenis. Yang

pertama Menurut American Diabetes Assosiation (ADA, 2016) Diabetes Melitus tipe

viii
1, diabetes mellitus tipe 1 ini terjadi karena adanya destruksi atau keruskan sel beta

pankreas karena sebab autoimun. Pada Diabetes Melitus tipe 1 kelainan terletak pada

sel beta yang bisa idiopatik atau imunologik. Pankreas tidak mampu mensintesis dan

mensekresi insulin dalam kuantitas dan atau kualitas yang cukup, bahkan kadang-

kadang tidak ada sekresi insulin sama sekali (Pricilla, dkk 2016). System kekebalan

tubuh merusak sel – sel beta pankreas sehingga insulin tidak bisa diproduksi, inalah

yang menyebakan terganggunya metabolisme tubuh.

Kedua, Diabetes Melitus tipe 2, Diabetes Melitus tipe ini sering ditemukan.

Diabetes Melius tipe 2 Pada tipe ini, pada awalnya kelainan terletak pada jaringan

perifer (resistensi insulin) dan kemudian disusul dengan disfungsi sel beta pankreas

(defek sekresi insulin) (Indrayana, 2016). Menurut Charles dan Anne (2010)

Diabetes Melitus tipe 2 pada tahap awal, toleransi glukosa hampir normal karena sel-

sel B pankreas mengkompensasi dengan meningkatkan produksi insulin,

ketikaresistensi insulin dan hiperinsulinemia kompensatorik terus terjadi, pankreas

tidak mampu mempertahankan keadaan hiperinsulinemia tersebut. Akibatnya, terjadi

gangguan toleransi glukosa, yang ditandai dengan peningkatan glukosa darah setelah

makan. Setelah itu, penurunan sekresi insulin dan peningkatan produksi glukosa hati

berlanjut pada diabetes berat dengan hiperglikemia saat puasa dan kegagalan sel

beta. (Syamiyah, 2014). Resistensi insulin dapat menghalangi absorpsi ke dalam otot

dan sel lemak sehingga glukosa dalam darah meningkat.

Ketiga, Diabetes Melitus Gestasional, diabetes mellitus tipe ini terjadi selama

masa kehamilan. Diabetes Melitus Gestasional (DMG) adalah suatu gangguan

tooleransi karbohidrat yang terjadi atau diketahui pertamaa kali pada saat kehamilan

viii
sedang berlangsung (Syamiyah, 2014). Gejala Diabetes Melitus gestasional pada ibu

hamil dan penyebabnya adalah karena insulin yang tidak bisa bekerja dengan baik

sebagaimana mestinya, hormon dari kehamilan bisa menghambat dan menghalangi

insulin untuk menjalankan tugasnya, hal ino berakibat kadar gula darah menjadi

tinggi (Soedarsono, 2016). Karena itu gejala Diabetes Gestasional pada ibu hamil

harus mendapatkan penanganan yang baik, jika tidak maka ibu hamil akan beresiko

besar dalam memperparah kondisi dari penyakit Diabetes Melitus tipe 2.

Dan yang keempat adalah Diabetes Melitus tipe lain. Diabetes Melitus tipe ini

terjadi karena etiologi lain, misalnya sindrom diabetes monogenic (seperti diabetes

neonatal dan diabetes awitan dewasa muda), dan yang dipacu oleh obat atau bahan

kimia. Diabetes Melitus tipe ini terjadi karena penyakit radang pankreas, penderita

hipertensi yang mengonsumsi obat antihipertensi, penggunaan obat antikolestrol,

penggunaan hormon kartikosteroid, adanya infeksi, malnutrisi, dan gangguan

kelenjar adrenal atau hipofisis (Indrayana, 2016). Keadaan – keadaan tersebut dapat

mengganggu terbentuknya atau fungsi dari insulin.

Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan

insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan

berikatan dengan reseptor khusus pada permukaan sel yang dikenal dengan istilah

RIS (receptor insulin substrate). Kemudian sebagai akibat terikatnya insulin dengan

reseptor tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi yang akan memberikan sinyal yang

berguna dalam proses regulasi atau metabolisme gula, dimana rangsangan sinyal ini

akan berperan dalam meningkatkan jumlah GLUT-4 (glucose transporter-4), dan

sebagai pendorong dalam translokasi GLUT-4 ke membrane sel, yang berfungsi

viii
seperti “kendaraan” bagi gula untuk masuk ke dalam sel (Fatimah, 2015). Resistensi

insulin pada diabetes melitus tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini,

dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi penyerapan gula

oleh jaringan

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah tertumpuknya gula dalam

darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan, sehingga

pankreas mengkompensasi kondisi ini dengan meningkatkan sekresi insulin

sehingga akan terjadi kondisi toleransi gula terganggu (TGT). Pada pasien TGT,

keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar gula akan

dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian,

setelah sel-sel beta pankreas sudah tidak dapat mengimbangi peningkatan kebutuhan

akan insulin maka kadar gula akan meningkat dan terjadilah diabetes melitus tipe 2.

Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetes

melitus tipe 2, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk

mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya, sehingga

ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes mellitus tipe 2 (Fatimah, 2015).

Pada penderita diabetes mellitus tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua fakktor

tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin.

Penyandang Diabetes Melitus tipe 2 mengalami manifestasi klinis yang lambat

dan sering kali tidak menyadari penyakit sampai mencari perawatan kesehatan untuk

beberapa masalah lain. Gejala Diabetes Melitus dibedakan menjadi akut dan krois,

gejala akut Diabetes Melitus yaitu Poliphagia (banyak makan), Polidipsia (banyak

minum) dan Poliuria (sering kencing dimalam hari), nafsu makan bertambah namun

viii
berat badan turun dengan cepat, dan mudah lelah (Fatimah, 2015). Gejala Kronik

umumnya akan dirasakan setelah beberapa bulan atau tahun mengidap Diabetes

Melitus, adapun gejala kronik yang sering dialami, diantaranya penurunan berat

badan drastic tanpa sebab yang jelas, kesemutan, penglihatan kabur dan gatal pada

daerah kemauluan (Bumi Medika, 2017). Diabetes Melitus tidak dapat ditegakkan

hanya dengan melihat gejala – gejala yang timbul, namun gejala – gejala tersebut

dapat dijadikan tahap awal dalam mendeteksi dan mencegah diabetes.

Sebagian besar penderita Diabetes Melitus tidak sadar akan bahaya komplikasi.

Diabetes Melitus juga menimbulkan efek menyerang bagian organ – organ vital

manusia dan bisa berlangsung bertahun – tahun, penyakit ini dapat memicu

kehadiran berbagai penyakit penyerta yang merupakan komplikasi dari penyakit

tersebut komplikasi yang disebabkan dari penyakit Diabetes Melitus adalah

dehidrasi, napas berbau, mual, muntah, napas dalam dan semakin cepat, keadaan

yang sangat lemah, (Wahyuni, 2013). Komplikasi – komplikasi ini dapat

menurunkan kualitas kesehatan sehingga mengganggu penderita dalam menjalankan

segala kegiatannya.

Diabetes Melitus yang berlarut – larut bisa menyebabkan bengkak dan pembuluh

darah di mata bocor. Menurut Perkeni (2011) Berbagai komplikasi dapat terjadi jika

penatalaksanaan Diabetes Melitus tidak optimal, komplikasi – komplikasi yang

terjadi pada penderita Diabetes Melitus antara lain: hipertensi, infark miookard,

retinopaty diabetika, katarak, dan Glomerulosklerosis (Amelia, dkk 2014). Jika gula

darah terus menerus tidak terkontrol dan tindakan pencegahan tidak dilakukan, maka

pada akhirnya akan timbul berbagai gejala seperti bintik mengambang pada bidang

viii
penglihatan, kesulitan melihat di malam hari dan titik gelap pada pusat penglihatan

(Soedarsono, 2016). Tipe Diabetes yang paling beresiko menderita retinopati adalah

Diabetes Melitus tipe 2, oleh karena itu penderita Diabetes Melitus tipe 2 sangat

dianjurkan memeriksakan mata kepada dokter mata.

Katarak biasanya dialami oleh lansia yang sudah berusia diatas 60 tahun. Katarak

adalah penyakit yang menyerang organ mata dan bisa terjadi pada salah satu mata

atau dua mata sekaligus dan pada umumnya mata yang sehat memiliki bagian lensa

normal yang bisa menjadi jalan masuknya cahaya hingga kebagian belakang mata

(Soedarsono, 2016). Pada penderita Diabetes Melitus katarak bisa terjadi lebih dini,

katarak ditandai dengan adanya selaput tipis yang menutupi lensa mata dan

gejalanya berrupa pandangan menjadi berkabut dan kabur, warna lensa mata yang

kurang cerah, tampak bayang – bayang didepan matanya dan bagian pupil mata

terlihat lebih putih atau abu – abu (Bumi Medika, 2017). Penanganan katarak pada

penderita Diabetes Melitus sama seperti dengan penderita katarak tanpa Diabetes

Melitus, yaitu dengan menjalani operasi katarak.

Komplikasi Diabetes Melitus lainnya yang menyerang mata adalah glaucoma.

Menurut Mayo Clinic, glaucoma disebabkan saluran cairan yang keluar dari bola

mata terhambat. Sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan

saraf mata yang berada dibelakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak

mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akkan mati dan Diabetes Melitus bisa

menjadi pemicunya (Fathurohman, 2015). Glaukoma ini disebabkan oleh

meningkatnya tekanan cairan pada bola mata sehingga terjadi kerusakan.

viii
Penderita Diabetes Melitus harus mewaspadai kemungkinan mengalami gagal

jantung. Menurut National Information Clearinghouse Diabetes, penderita Diabetes

Melitus memiliki dua kali lipat risiko penyakit jantung atau stroke dibandingkan

orang tanpa Diabetea Melitus. Gangguan jantung yang biasa dialami oleh penderita

Diabetes Melitus adalah infark jantung, infark jantung merupakan keadaan ketika

aliran darah menuju jantung tiba – tiba berhenti sehingga menyebabkan matinya sel

– sel jantung, infark jantung ini sebenarnya diakibatkan oleh gula darah yang tinggi

(Arisma, dkk 201). Kedua penyakit ini menyebabkan kematian utama pada penderita

Diabetes Melitus.

Komplikasi Neuropati atau kerusakan saraf merupakan komplikasi yang paling

sering dialami oleh penderita Diabetes Melitus. Kadar glukosa darah yang terus –

menerus tinggi dalam jangka waktu lama hingga 10 tahun atau lebih akan merusak

dinding pembuluh darah kapiler yang menuju saraf, akibat kerusakan tersebut timbul

beberapa gangguan seperti gangguan pencernaan, penderita tidak mampu

mengontrol buang air kecil dan buang air besarnya (Rondonuwu, dkk 2016). Sama

halnya dengan neuropati, penderita yang mengalami Diabetes Melitus dalam jangka

waktu lama akan beresiko mengalami kerusakan ginal atau nefropati. Gula darah

yang tinggi mempersulit kerja ginjal untuk menyaring darah dan mengeluarkan sisa

– sisa zat yang tidak dibutuhkan tubuh, zat – zat yang tidak bisa keluar dari tubuh

dapat mengganggu fungsi – fungsi organ yang lain.

Penderita Diabetes Melitus yang tidak mengontrol penyakitnya dengan baik

banyak yang mengalami kerontokan sehingga rambutnya lama – kelamaan menjadi

tipis. Gangguan hati juga sering ditemukan pada penderita Diabetes Melitus,

viii
gangguan hati yang paling sering dialami adalah perlemakan hati, terutama pada

penderita Diabetes Melitus tipe 2 yang gemuk. Penderita Diabetes Melitus menahun

juga terkadang mengalami gangguan kulit, komplikasi ini biasa disebut Diabetes

Melitus Dermophaty. Gejalannya seperti munculnya bercak kecoklatan pada kulit,

gangguan kulit ini sering disebaabkan oleh serangan jamur dan bakteri. (Bumi

Medika, 2017)

Penyakit Diabetes Melitus tidak dapat disembuhkan, namun penyakit ini dapat

dikontrol. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa

darah normal (euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada

pola aktivitas pasien (Amtiria, 2015). Melihat banyaknya akibat lanjut yang dapat

disebabkan oleh DM maka perlu dilakukan penatalaksanaan yang tepat untuk

mengatasi DM. Dalam penatalaksanaan Diabetes Melitus yang terpenting adalah

disiplin, disiplin dalam menjalankan diet untuk diabetes, disiplin berolahraga,

disiplin mengecek gula darah, disiplin mengonsumsi obat, serta terus mempelajari

segala tentang Diabetes Melitus.

Penatalaksanaan Diabetes Melitus dapat dilakukan dengan 4 pilar utama yaitu:

penyuluhan, perencanaan makan, latihan jasmani, dan obat hipoglikemik.

Perencanaan makan merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan

diabetes. Keberhasilan perencanaan makan bergantung pada perilaku penderita

Diabetes Melitus dalam menjalani anjuran makan yang diberikan, anjuran makan ini

meliputi jumlah energi, jenis makanan, dan jadwal makan. Namun tidak semua klien

Diabetes Melitus mampu menjalani anjuran makan ini. Ketidakpatuhan klien

viii
terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan merupakan salah satu kendala pada

klien diabetes (Amelia, dkk 2014)

2.2 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Kejadian Diabetes Melitus

Gaya hidup (lifestyle) adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa

berubah bergantung zaman atau keinginan seseorang untuk mengubah gaya

hidupnya. Gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai cara hidup yang

diidentifikasikan oleh bagaimana seseorang menghabiskan waktu mereka (aktivitas),

apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang

mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan dunia sekitarnya pendapat). Gaya

hidup suatu masyarakat akan berbeda dengan masyarakat yang lainnya. Bahkan dari

masa ke masa gaya hidup suatu individu dan kelompok masyarakat tertentu akan

bergerak dinamis (Nugroho, 2013).

Faktor utama perkembangan Diabetes Melitus tipe 2 adalah resistensi selular

terhadap insulin. Resistensi insulin ini ditingkatkan oleh kegemukan, tidak

beraktivitas, pola makan yang tidak tepat, dan kebiasaan yang tidak sehat. Faktor

risiko Diabetes Melitus tipe 2 dibedakan menjadi faktor yang dapat dimodifiikasi

dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi (Pricilla, dkk 2016). Setiap orang bisa saja

terangkit Diabetes Melitus karena tidak satu pun yang bisa terbebas dari faktor –

fator penyebabnya.

Pola makan ditentukan jumlah makanan, jenis makanan, dan jam makan. Jumlah

makanan yang berlebihan, terutama karbohidrat dan lemak inilah yang memicu

naiknya glukosa darah. Jenis makanan yang tinggi kadar indeks glikemik, tinggi

lemak, dan tinggi garamlah yang bisa meningkatkan resiko diabetes, jam makan

viii
yang tidak teratur seperti melewatkan sarapan dan sering makan larut malam dapat

mengganggu kesehatan. Penyakit diabetes melitus sangat berhubungan dengan pola

konsumsi makanan terutama sumber karbohidrat yang banyak terdapat dalam

kelompok serealia, gaya hidup seseorang tercermin dari kebiasaan mengatur

makanan, seseorang penderita yang hidup di perkotaan dimana kebiasaan makan

dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap dalam melaksanakan diet (Nasution,

dkk 2013).

Banyak faktor yang menyebabkan seseorang menderita Diabetes Melitus tipe 2

salah satunya adalah aktivitas fisik yang rendah. Penderita Diabetes Melitus tipe 2

yang memiliki aktivitas seperti itu dapat menjadi salah satu faktor tidak

terkontrolnya kadar gula darah puasanya. Aktivitas fisik yang rendah dapat

menyebabkan faktor resiko independen untuk penyakit kronis dan diestimasikan

dapat menyebabkan kematian secara global (Nurayati, 2017).

Aktivitas fisik memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian Diabetes

Melitus tipe 2. Latihan olahraga secara teratur dapat membantu meningkatkan

sensitivitas tubuh terhadap insulin, yang membantu menjaga kadar gula darah dalam

kisaran normal. Untuk itu, penderita diabetes tipe 2 dianjurkan untuk melakukan

aktivitas fisik seperti olahraga secara rutin dan menghindari kegemukan (Syamiyah,

2014). Kegiatan fisik dan olahraga teratur sangatlah penting selain untuk

menghindari kegemukan juga untuk mencegah terjadinya Diabetes Melitus tipe 2.

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang membutuhkan energi untuk

mengerjakannya. Sedangkan olah raga merupakan aktivitas fisik yang terencana dan

terstruktur serta melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan bertujuan untuk

viii
meningkatkan kebugaran jasmani (Farizati dalam Khomarun, 2013). Aktifitas fisik

adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi atau

pembakaran kalori (Kemenkes RI, 2015). Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh

yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi.

Aktivitas fisik dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan aktivitas fisik sebagai

berikut: Kegiatan ringan, hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak

menyebabkan perubahan dalam pernapasan atau ketahanan (endurance). Setiap

orang melakukan aktifitas fisik, bervariasi antara individu satu dengan yang lain

bergantung gaya hidup perorangan dan faktor lainnya seperti jenis kelamin, umur,

pekerjaan (Sutri, 2014). Aktivitas fisik sangat disarankan kepada semua individu

untuk menjaga kesehatan, aktivitas fisik juga merupakan kunci kepada penentuan

penggunaan tenaga dan dasar kepada tenaga yang seimbang.

Kegiatan sedang, membutuhkan tenaga ntens atau terus menerus, gerakan otot

yang berirama atau kelenturan. Contoh: berlari kecil, tenis meja, berenang, bermain.

Kegiatan berat, biasanya berhubungan dengan olahraga dan membutuhkan kekuatan,

membuat berkeringat. Contoh : berlari, bermain sepak bola, aerobik, bela diri (Welis,

2012). Aktifitas fisik memerlukan usaha ringan, sedang atau berat yang dapat

menyebabkan perbaikan kesehatan bila dilakukan secara teratur. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa, melakukan aktivitas fisik secara teratur sangat baik untuk menjaga

kesehatan

Berat Badan adalah ukuran yang lazim atau sering dipakai untuk menilai suatu

keadaan suatu gizi manusia. Berat badan juga merupakan ukuran tubuh dalam sisi

beratnya yang ditimbang dalam keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan

viii
apapun, berat badan diukur dengan alat ukur berat badan dengan suatu satuan

kilogram. Kesulitan dalam pengukuran lemak tubuh secara langsung membuat

indeks massa tubuh (IMT) yang digunakan untuk menentukan apakah individu

masuk dalam kategori obes atau tidak (Fathurohman, 2015). Nilai IMT didapatkan

dengan membagi berat badan dalam kilogram (Kg) dengan tinggi badan dalam meter

kuadrat (m2). Hubungan antara IMT dan lemak tubuh ditentukan oleh proporsi

tubuh.

Berat Badan terjadi karena berlebihannya konsumsi karbohidrat, lemak, dan

protein, serta kurangnya aktivitas. Akibat kegemukan ini, banyak lemak yang

tertimbun di dalam sel sehingga insulin tidak mampu membawa glukosa masuk ke

dalam sel – sel tersebut. Setiap kenaikan berat badan sebesar 1 kg dapat

meningkatkan risiko diabetes sebesar 4,5% (Sugiritama, dkk 2015). Sehingga

Semakin tinggi tingkat obesitas maka akan semakin beresiko terkena diabetes.

2.3 Penelitian Terkait

Penelitian Terkait yang digunakan pada penelitian ini, yaitu penelitian yang

diambil pada website Google Cendekia dengan kata kunci Faktor – Faktor risiko

kejadian Diabetes Melitus dan Diabetes Melitus tipe 2.

Penelitian Terkait yang digunakan pada penelitian ini, yaitu yang pertama,

yaitu dilakukan oleh Sukmaningsih pada tahun 2015 di Puskesmas

Purwodiningratan Surakarta. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

faktor risiko dominan yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Melitus tipe II.

Desain pada peneitian ini adalah observasional dengan menggunakan pendekatan

case control dengan metode fixed disease sampling. Populasi penelitian ini adalah

viii
seluruh masyarakat yang menderita DM tipe 2 dan tidak menderita DM tipe 2 di

wilayah kerja Puskesmas Purwodiningratan Surakarta. Dengan kelompok control

berjumlah 40 orang dan kelompok kasus berjumlah 80, sehingga total seluruh

responden berjumlah 120 orang. Dengan metode fixed disease sampling. Hasil

bivariate menunjukkan bahwa ada hubungan antara riwayat DM keluarga

(p=0,006), ada hubungan antara pola makan (p=0,002), ada hubungan antara

aktivitas fisik (p=0,000), da nada hubungan antara merokok (p=0,20) dengan

kejadian DM tipe 2. Sedangkan, hasil multivariate menunjukkan bahwa aktivitas

fisik memiliki OR tertinggi sebesar 14,916 (95% CI=4,663-47,715), artinya

seseorang yang memiliki aktivitas fisik rendah beresiko sebesar 14,916 kali untuk

mengalami kejadian DM tipe 2.

Penelitian terkait yang kedua, yaitu dilakukan oleh Palimbunga, Ratag, dan

Kaunang pada tahun 2017 di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian

DM tipe 2. Penelitian ini bersifat analitik observational dengan rancangan case

control. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan yang

dating berkunjung di Poliklinik Penyakit Dalam RSU GMIM Pancaran Kasih

Manado dengan 57 orang untuk kasus DM tipe 2 dan 57 orang untuk control

(bukan DM tipe 2). Sehingga total seluruh responden berjumlah 114 orang. Hasil

penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara umur, riwayat

keluarga penderita DM, tingkat pendapatan dan pekerjaan dengan kejadian DM

tipe 2, sedangkan tingkat pendidikan tidak terdapat hubungan signifikan.

viii
Penelitian Terkait yang ketiga, yaitu dilakukan oleh Arisma, Yunus, Fanani

pada tahun 2017 di Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang risiko

penyakit diabetes mellitus. Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi

deskriptif analitik. Rancangan penelitian menggunakan metode rapid survey atau

survey cepat. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat usia ˃40 tahun di

Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang. Jumlah sampel sebesar 254 diambil dari

12 desa Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang. Hasil penelitian tentang

pengetahuan masyarakat yang tahu tentang resiko penyakit diabetes mellitus

sebanyak 63%, aktivitas fisik 56,5%, stress 50%, merokok 45%, alkohol 56%,

hipertensi 60%, obesitas 51%, usia 64,5%, keturunan 78%, dan jenis kelamin 64%.

Sehingga nilai dari pengetahuan masyarakat di Kecamatan Pakisaji kabupaten

Malang tentang resiko penyakit diabetes mellitus masuk kategori kurang.

Penelitian Terkait keempat, yaitu dilakukan oleh Wulandari pada tahun

2013 di RSUD Tugurejo Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui faktor – faktor (asupan makan dan latihan jasmani) yang berhubungan

dengan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2. Jenis penelitian ini adalah

explanatory research dengan metode survey dan pendekatan cross sectional.

Populasi dalam penelitiam ini adalah semua pasien rawat jalan Diabetes Melitus

tipe 2 yang melakukan cek gula darah di RSUD Tugurejo Semarang dengan besar

sampel sebanyak 30 responden. Hasil statistic menunjukan faktor yang

berhubungan dengan kadar gula darah adalah latihan jasmani (p-

value:0.006˂0.05). faktor yang tidak berhubungan dengan kadar gula darah adalah

viii
asupan makan yang terdiri dari karbohidrat (p-value:0,660˃0.05), lemak (p-

value:0,678˃0.05), protein (p-value: 1.000˃0.05).

Penelitian Terkait kelima, yaitu dilakukan oleh Setyanigrum, Sugiyanto

pada tahun 2014 di RSUD Tugurejo Semarang. Tujuan dilakukan penelitian ini

adalah untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang berhubungan dengan

keadian diabetes mellitus tipe 2 pada usia kurang dari 45 tahun. Jenis penelitian ini

adalah penelitian kuantitatif observasional dengan rancangan penelitian case

control. Populasi dalam penelitian ini adalah klien dengan umur kurang dari 45

tahun sudah menderita diabetes mellitus di RSUD Tugurejo Semarang. Dengan

sampel dalam penelitian ini adalah 76 orang, dengan ketentuan 38 sebagai kasus

dan 38 sebagai control. Hasil penelitian menunjukkan variable yang terbukti

memiliki hubungan dengan kejadian diabetes tipe 2 adalah riwayat hipertensi (p-

value=0,039 OR=2,629), riwayat Dislipidemia (p-value=0,007 OR=3,986),

kebiasaan olahraga (p-value=0,006 OR=7,333).

Penelitian terkait keenam, yaitu dilakukan oleh Ramahdan pada tahun 2017

di RSUP DR Wahidin Sudirohusodo dan RS Universitas Hasanuddin Makassar.

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui hubungan umur, jenis kelamin, tingat

pendidika, pekerjaan dan aktivitas fisik dengan kejadian Diabetes Melitus di RSUP

Dr. Wahudin Sudirohusodo dan Rumah Sakit Uhnas. Jenis Penelitian ini adalah

observasional dengan rancangan cross sectional studi Populasi Penelitian ini adaah

seluruh pasien yang terdiagnosis DM di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dan

Rumah Sakit Uhnas yang berumah 1500 pasien. Sampel penelitian sejumlah 306

pasien yang dipilih dari populasi secara purposive sampling. Hasil penelitian

viii
menunjukkan bahwa dari 306 pasien terdapat 187 (61,1%) yang terkena Diabetes

Melitus. Berdasarkan hasil analisis bbivariat menunjukkan ada hubungan antara

jenis kelamin (p-value=0,027), tingkat pendidikan (p-value=0,003), dan aktivitas

fisik (p-vaiue=0,000) dengan kejadian diabetes melitus di RSUP Dr. Wahidin

Sudirrohusodo dan Rumah Sakit Uhhnas.

Perbedaan dan persamaan dari penelitian terkait. Perbedaan dari penelitian

terkait pertama dengan penelitian yang akan diteliti, yaitu pada penelitian terkait

petama, penelitian ini bagi penderita Diabetes Melitus tipe 1 dan 2. Sedangkan

penelitian yang akan diteliti hanya meneliti pada penderita Diabetes Melitus tipe 2.

Persamaannya dari penelitian pertama dengan penelitian yang akan diteliti adalah

sama – sama meneliti mengenai faktor resiko kejadian Diabetes Melitus dan

menggunakan desain penelitian yang sama yaitu case control.

Perbedaan dari penelitian terkait kedua dengan penelitian yang akan diteliti,

yaitu beda dalam tempat penelitian yang akan diteliti. Persamaan dari penelitian

terkait kedua dengan penelitian yang akan diteliti, yaitu sama – sama meneliti

mengenai faktor – faktor Diabetes Melitus tipe 2 dan sama – sama menggunakan

desain case control

Perbedaan dari penelitian terkait ketiga dengan penelitian yang akan

diteliti, yaitu pada penelitian ketiga hanya meneliti gambaran pengetahuan

masyarakat tentang risiko Diabetes Melitus dan rancangan penelitian ketiga

menggunakan metode rapid survey sedangkan penelitian yang akan diteliti,

meneliti faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian Diabetes Melitus.

Persamaannya yaitu sama – sama meneliti tentang Penyakit Diabetes Melitus

viii
Perbedaan dari penelitian terkait keempat dengan penelitian yang akan

diteliti adalah pada penelitian keempat menggunakan desain penelitian cross

sectional sedangkan penelitian yang akan diteliti menggunakan desain penelitian

case control. Persamaannya, yaitu sama – sama meneliti tentang faktor – faktor

Diabetes Melitus.

Perbedaan dari penelitian kelima dengan penelitian yang akan diteliti, yaitu

pada penelitian terkait kelima populasi dalam penelitian ini adalah klien dengan

umur kurang dari 45 tahun sedangkan pada penelitin yang akan diteliti populasinya

seluruh penderita Dibetes Melitus dan tidak memfokuskan pada umur responden.

Persamaanya, yaitu sama – sama meneliti mengenai faktor – faktor Diabetes

Melitus.

Perbedaan dari penelitian keenam dengan penellitian yang telah dilakukan

oleh peneliti, yaitu populasi dalam penelitian hanya kepada penderita Diabetes

Melitus sedangkan populasi dalam penelitian yang tellah dilakukan oleh peneliti

adalah penderita Diabetes Melitus dan yang tidak menderita diabetes melitus.

Kesimpulan dari penelitian terkait, Penelitian terkait sebelumya terdiri dari

5 penelitian. Dan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara Pola makan,

aktivitas fisik dan kegemukan dengan kejadian DM di wilayah tertentu. Akan

tetapi faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian DM pada penelitian

sebelumnya yang dilakukan pada wilayah tersebut belum tentu sama dengan

penelitian yang akan peneliti lakukan di wilayah yang berbeda dari penelitian

tersebut. Maka dari itu peneliti ingin meneliti kembali mengenai faktor – faktor

viii
yang mempengaruhi kejadian DM di wilayah yang berbeda dengan penelitian

sebelumnya.

viii
Tabel 2.3. Penelitian Terkait

No Penulis Tempat Tahun Tujuan Desain/metod Populasi Hasil Manfaat /


e/ statistic test Jumlah Sampel keterbatasa
dan Metode n dari
Sampling penelitian
1 Wahyu Puskesmas 2015 Tujuan dalam Desain pada Populasi Hasil bivariate Manfaat dari
Katri Purwodining penelitian ini peneitian ini penelitian ini menunjukkan penelitian ini
Sukmani ratan adalah untuk adalah adalah seluruh bahwa ada adalah dapat
ngsih Surakarta mengetahui observasional masyarakat yang hubungan antara mengetahui
faktor risiko dengan menderita DM riwayat DM faktor resiko
dominan yang menggunakan tipe 2 dan tidak keluarga keadian
berhubungan pendekatan menderita DM (p=0,006), ada Diabetes
dengan case control tipe 2 di wilayah hubungan antara Melitus tipe
25

kejadian dengan metode kerja Puskesmas pola makan 2.


Diabetes fixed disease Purwodiningrata (p=0,002), ada
Melitus tipe sampling n Surakarta. hubungan antara
II. Dengan aktivitas fisik
kelompok (p=0,000), da
control nada hubungan
berjumlah 40 antara merokok
orang dan (p=0,20) dengan
kelompok kasus kejadian DM
berjumlah 80, tipe 2.
sehingga total Sedangkan,
seluruh hasil
responden multivariate
berjumlah 120 menunjukkan
orang. Dengan bahwa aktivitas
metode fixed fisik memiliki
disease sampling OR tertinggi
sebesar 14,916
(95% CI=4,663-
47,715), artinya
seseorang yang
memiliki
aktivitas fisik
rendah beresiko
sebesar 14,916
kali untuk
mengalami
kejadian DM
tipe 2.
2 Trivena RSU GMIM 2017 Penelitian ini Penelitian ini Populasi dalam Hasil penelitian Manfaat dari
26

Merlin Pancaran bertujuan bersifat penelitian ini ini penelitian ini


Palimbun Kasih untuk analitik adalah seluruh menunjukkan adalah untuk
ga, Budi Manado menganalisis observational pasien rawat terdapat mengetahui
T. Ratag, faktor – faktor dengan jalan yang dating hubungan faktor –
dan yang rancangan case berkunjung di signifikan faktor yang
Wulan P. berhubungan control. Poliklinik antara umur, berhubungan
J. dengan Penyakit Dalam riwayat dengan
Kaunang kejadian DM RSU GMIM keluarga kejadian
tipe 2 Pancaran Kasih penderita DM, Diabetes
Manado dengan tingkat Melitus tipe
57 orang untuk pendapatan dan 2.
kasus DM tipe 2 pekerjaan
dan 57 orang dengan kejadian
untuk control DM tipe 2,
(bukan DM tipe sedangkan
2). Sehingga tingkat
total seluruh pendidikan
responden tidak terdapat
berjumlah 114 hubungan
orang. signifikan.
3 1. Bayu J. Kecamatan 2017 Penelitian ini Penelitian ini Populasi dalam Hasil penelitian Manfaat
N. Pakisaji bertujuan merupakan penelitian ini tentang penelitian ini
Arisma Kabupaten untuk penelitian adalah pengetahuan adalah untuk
2. Moch Malang mengetahui epidemiologi masyarakat usia masyarakat mengetahui
Yunus gambaran deskriptif ˃40 tahun di yang tahu pengetahuan
3. Erianto pengetahuan analitik. Kecamatan tentang resiko masyarakat
Fanani masyarakat Rancangan Pakisaji penyakit tentang
tentang risiko penelitian Kabupaten diabetes resiko
penyakit menggunakan Malang. Jumlah mellitus penayakit
diabetes metode rapid sampel sebesar sebanyak 63%, DM.
27

mellitus. survey atau 254 diambil dari aktivitas fisik


survey cepat 12 desa 56,5%, stress
Kecamatan 50%, merokok
Pakisaji 45%, alkohol
Kabupaten 56%, hipertensi
Malang. 60%, obesitas
51%, usia
64,5%,
keturunan 78%,
dan jenis
kelamin 64%.
Sehingga nilai
dari
pengetahuan
masyarakat di
Kecamatan
Pakisaji
kabupaten
Malang tentang
resiko penyakit
diabetes
mellitus masuk
kategori kurang.

4 Pratiwi RSUD 2013 Tujuan dari Jenis penelitian Populasi dalam Hasil statistic Manfaat dari
Wulandar Tugurejo penelitian ini ini adalah penelitiam ini menunjukan penelitian ini
i Semarang adalah untuk explanatory adalah semua faktor yang adalah untuk
mengetahui research pasien rawat berhubungan mengetahui
faktor – faktor dengan metode jalan Diabetes dengan kadar hubungan
(asupan survey dan Melitus tipe 2 gula darah antara
28

makan dan pendekatan yang melakukan adalah latihan asupan


latihan cross sectional. cek gula darah di jasmani (p- makan
jasmani) yang RSUD Tugurejo value:0.006˂0.0 (karbohidrat,
berhubungan Semarang 5). faktor yang lemak,protei
dengan kadar dengan besar tidak n) dengan
gula darah sampel sebanyak berhubungan kadar gula
pada 30 responden dengan kadar darah pada
penderita DM gula darah penderita
tipe 2. adalah asupan DM tipe 2
makan yang dan untuk
terdiri dari mengetahui
karbohidrat (p- hubungan
value:0,660˃0.0 antara
5), lemak (p- jasmani
value:0,678˃0.0 dengan kadar
5), protein (p- gula darah
value: pada
1.000˃0.05). penderita
DM tpe 2
5 1. Dewi RSUD 2014 Tujuan Jenis penelitian Populasi dalam
Hasil penelitian Manfaat dari
Endah Tugurejo dilakukan ini adalah penelitian ini
menunjukkan penelitian ini
Setya Semarang penelitian ini penelitian adalah klien
variable yang adalah untuk
nigru adalah untuk kuantitatif dengan umur
terbukti mengetahui
m mengetahui observasional kurang dari 45
memiliki hubungan
2. Zaena faktor – faktor dengan tahun sudah
hubungan riwayat
l apa saja yang rancangan menderita dengan kejadian dyslipidemia,
Sugiy berhubungan penelitian case diabetes mellitus
diabetes tipe 2 riwayat
anto dengan control di RSUD
adalah riwayat hipertensi,
kejadian Tugurejo hipertensi (p- obesitas,
diabetes Semarang. value=0,039 pola tidur,
29

mellitus tipe 2 Dengan sampelOR=2,629), olahraga, dan


pada usia dalam penelitian
riwayat tingkat
kurang dari 45 ini adalah 76Dislipidemia (p- ekonomi
tahun. orang, dengan
value=0,007 dengan
ketentuan 38
OR=3,986), kejadian DM
sebagai kasus
Pola Makan (p- tipe 2
dan 38 sebagai
value=0,006
control OR=7,333),
kebiasaan
olahraga (p-
value=0,006
OR=7,333).
6 Musy RSUP DR 2017 Tujuan Jenis Populasi Hasil penelitian Manfaat dari
ayada Wahidin Penelitian ini Penelitian ini Penelitian ini menunjukkan penelitian ini
h Sudirohusod untuk adalah adaah seluruh bahwa dari 306 diharapkan
Rama o dan RS mengetahui observasional pasien yang pasien terdapat dapat
hdan Universitas hubungan dengan terdiagnosis DM 187 (61,1%) memperkaya
Hasanuddin umur, jenis rancangan di RSUP Dr. yang terkena imu dan
Makassar kelamin, cross sectional Wahidin Diabetes dapat
tingat studi Sudirohusodo Melitus. menjadi
pendidika, dan Rumah Sakit Berdasarkan salah satu
pekerjaan dan Uhnas yang hasil analisis sumber
aktivitas fisik berumah 1500 bbivariat informasi
dengan pasien. Sampel menunjukkan bagi instansi
kejadian penelitian ada hubungan pendidikan,
Diabetes sejumlah 306 antara jenis kesahatan
Melitus di pasien yang kelamin (p- dan nstitusi
RSUP Dr. dipilih dari value=0,027), terkait dalam
Wahudin populasi secara tingkat menentukan
Sudirohusodo purposive pendidikan (p- kebijakan.
30

dan Rumah sampling. value=0,003),


Sakit Uhnas. dan aktivitas
fisik (p-
vaiue=0,000)
dengan kejadian
diabetes melitus
di RSUP Dr.
Wahidin
Sudirrohusodo
dan Rumah
Sakit Uhhnas
2.4 Aplikasi Teori Keperawatan

Lawrence W. Green adalah seorang spesialis Amerika dalam pendidikan

kesehatan masyarakat. Ia paling dikenal oleh para peneliti pendidikan kesehatan

sebagai pencetus model PRECEDE dan co-developer model PRECEDE-

PROCEED. Model PRECEDE-PROCEED adalah kerangka evaluasi manfaat-

biaya yang diusulkan pada tahun 1974 oleh Lawrence W. Green yang dapat

membantu perencana program kesehatan, pembuat kebijakan dan evaluator

lainnya, menganalisis situasi dan merancang program kesehatan secara efisien.

Lawrence Green Lahir, 16 September 1940 Bell, California. Kewarganegaraan,

Amerika Serikat; Visa Penduduk Permanen Kanada, 1991. Pendidikan Lawrence

Green: University of California, Berkeley, BS, 1962, kesehatan masyarakat, ilmu

sosial dan biologi sains; MPH, 1966; Dr.PH 1968, pendidikan kesehatan

masyarakat, anak di bawah umur dalam demografi dan psikometri. (Lawrence

Green & Kreuter, MW, 2012).

Lawrence W Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat

kesehatan. Perilaku kesehatan merupakan segala aktivitas atau kegiatan seseorang,

baik yang dapat diamati secara langsung (observable) maupun yang tidak dapat

diamati secara langsung oleh orang lain (unobservable) yang berkaitan dengan

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Oleh sebab itu perilaku kesehatan ini

pada garis besarnya dikelompokan menjadi dua, yakni : perilaku sehat (Health

Behavior) yang merupakan perilaku orang yang sehat agar tetap sehat atau

kesehatannya meningkat dan perilaku pencarian kesehatan (Health Seeking

Behavior) yang merupakan perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah

31
kesehatan untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatanya

(Notoatmodjo, 2014). Berdasarkan teori dasar yang dikembangkan oleh Lawrence

Green (1991) dalam Nursalam (2014), kesehatan seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan

faktor diluar perilaku (nonbehavior causes), Sementara faktor perilaku (behavior

causes).

Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2012) perilaku kesehatan ini ditentukan

oleh 3 faktor utamma, yakni: Faktor pendorong (predisposing factors) Merupakan

factor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang,

antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai – nilai, tradisi dan

sebagainya. Faktor pemungkin (enabling factors) Merupakan factor yang

memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. Factor pemungkin

maksudnya adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku

kesehatan, misalnya: Puskesmas, posyandu, Rumah Sakit, tempat pembuangan air,

tempat pembuangan sampah, tempat olahraga, makanan bergizi, uang dan

sebagainya. Factor penguat (reinforcing factors) Merupakan factor yang

mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang – kadang meskipun

orang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat tetapi tidak melakukannya.

32
Predisposing
factors Behavior
& lifestyle
Reinforcing Quality
Health
factors Health
Education of life

Environment
Enabling
factors

Gambar 2.4. Kerangka Teori Lawrence Green PRECEDE-PROCEED (Nursalam,2015)

Dalam Penelitian Khaerunnisa (2012) mengenai Faktor – faktor yang

berhubungan dengan penggunaan lensa kontak pada pasien dengan gangguan

penglihatan. Untuk faktor predisposisi terdiri dari Pengetahuan dan Motivasi, dan

untuk faktor penguat yaitu social budaya. Dari kedua faktor tersebut dapat

mengubah Perilaku dan gaya hidup dan dari perilaku dan gaya hidup ini dapat

mengganggu status kesehatan sehingga mempengaruhi Kualitas Hidup.

Dalam penelitian Siti Halminah (2012) mengenai Faktor – faktor yang

Mempengaruhi Perilaku Aman Karyawan. Pada faktor predisposisi terdiri dari

Pengetahan, sikap dan persepsi. Dan untuk faktor penguat terdiri dari teman kerja

dan pengawas, sedangkan untuk faktor pemungkin terdiri dari fasilitas penunjang

dan peraturan. Pada faktor pemungkin dapat mempengaruhi lingkungan kerja

sehingga dapat menggangu status kesehatan dan dapat mempengaruhi kualitas

hidup karyawan.

33
BAB III

KERANGKA KONSEP

Pada Bab ini menjelaskan mengenai Kerangka Konsep yang berisi tentang

Variabel Dependen dan Variabel Independen (faktor pendorong, faktor pemungkin dan

faktor penguat) yang akan diteliti dan yang tidak diteliti. Serta menjelaskan mengenai

Hipotesis dan Definisi Operasional.

3.1 Kerangka Konsep

Faktor Pendorong
Perilaku &
Faktor Penguat Gaya Hdup
Promosi Diabetes Kualitas
Kesehatan  Pola makan
 Aktivitas fisik Melitus Hidup
 Berat Badan
Lingkungan
Faktor Hidup
Pemungkin

: Variabel Independen (Diteliti)

: Tidak Diteliti

: Variabel Dependen (Diteliti)

Gambar 3.1 Model Konsep Lawrence Green Precede-Prroceed (Nursalam,2015)

34
Dalam Kerangka Konsep yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori yang

diadaptasi dari teori Lawrence Green. Dalam teori Lawrence Green terdapat 3 faktor

yang mempengaruhi perilaku kesehatan yaitu: predisposing factors terdiri dari

pengetahuan, motivasi, dll. , enabling factors terdiri dari Puskesmas, Rumah Sakit,

reinforcing factors terdiri dari Pola Makan, Aktivitas Fisik dan Kegemukan reinforcing

factors ini yang akan diteliti oleh peneliti. Dari reinforcing factors tersebut dapat

menyebabkan perubahan Perilaku dan Gaya Hidup penderita, sehingga dapat

menyebabkan status kesehatan penderita, dalam penelitian ini status kesehatan

penederita merupakan Diabetes Melitus. Karena starus kesehatan terganggu maka dapat

menyebabkan Kualitas Hidup penderita terganggu.

3.2 Hipotesis

Ho 1 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara Pola Makan Yang Tidak Tepat

dengan Faktor – Faktor yang mempengaruhi kejadian Diabetes Melitus

Ha 1 : Ada hubungan yang signifikan antara Pola Makan Yang Tidak Tepat dengan

Faktor – Faktor yang mempengaruhi kejadian Diabetes Melitus

Ho 2 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara Kurangnya Aktivitas Fisik

dengan Faktor – Faktor yang mempengaruhi kejadian Diabetes Melitus

Ha 2 : Ada hubungan yang signifikan antara Kurangnya Aktivitas Fisik dengan

Faktor – Faktor yang mempengaruhi kejadian Diabetes Melitus

Ho 3 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara Kegemukan Tepat dengan

Faktor – Faktor yang mempengaruhi kejadian Diabetes Melitus

Ha 3 : Ada hubungan yang signifikan antara Kegemukan Tepat dengan Faktor –

Faktor yang mempengaruhi kejadian Diabetes Melitus

35
3.3 Definisi Operasional

N Variab Definisi Konsep Definisi Alat Skala Hasil


o el Operasional Ukur Ukur Ukur
1 Diabete Diabetes melitus Seseorang yang Rekam Nomi 1.DM
s adalah suatu didiagnosa oleh Medik nal 2.Tidak
Melitus keadaan didapatkan Dokter menderita DM
tipe 2 peningkatan kadar Diabetes Melitus
gula darah yang tipe II atau tidak.
kronik sebagai
akibat dari gangguan
pada metabolisme
karbohidrat, lemak,
dan protein karena
kekurangan hormone
insulin.
2 Pola pola konsumsi Pola makan kuesion Ordin Skor ≥
Makan makanan terutama responden selama 1 er a 42
sumber karbohidrat minggu belakangan 14 dikata
yang banyak ini. Meliputi jenis, pertany kan
terdapat dalam jumlah dan jadwal aan pola
kelompok serealia, makan responden. dengan makan
gaya hidup pilihan teratur
seseorang tercermin jawaba ,
dari kebiasaan n sedang
mengatur makanan, jawaba kan
seseorang penderita n: skor ≤
yang hidup di 41
perkotaan dimana Selalu= dikata
kebiasaan makan 5 kan
dapat mempengaruhi Sering pola
pengetahuan dan =4 makan
sikap dalam Kadang kurang
melaksanakan diet – terratu
(Nasution, dkk kadang r
2013). =3
Jarang
=2
Tidak
pernah
=1

3 Aktivit Latihan olahraga Kebiasaan Kuesio Ordin skor


as Fisik secara teratur dapat Penderita ner al 10-20
membantu melakukan aktivitas dengan aktivit

36
meningkatkan fisik dan olahraga 10 as
sensitivitas tubuh yang kurang. pertany fisik
terhadap insulin, Meliputi kegiatan aan. kurang
yang membantu ringan, sedang dan Dengan skor
menjaga kadar gula berat. pilihan 21-41
darah dalam kisaran jawaba aktivit
normal. Aktivitas n: as
fisik adalah gerakan fisik
tubuh yang dihasilkan Selalu= cukup
oleh otot-otot rangka 5 skor
yang dihasilkan Sering 42-60
sebagai suatu =4 aktivit
pengeluaran tenaga Kadang as
yang meliputi – fisik
pekerjaan, waktu kadang baik
senggang dan =3
aktivitas sehari-hari. Jarang
Aktifitas fisik
=2
tersebut memerlukan
Tidak
usaha ringan, sedang
pernah
atau berat yang dapat
menyebabkan =1
perbaikan kesehatan
bila dilakukan secara
teratur. (Syamiyah,
2014).
4 Berat Kegemukan adalah Bila hasil berat Timban Ordin 18-23:
Badan suatu keadaan badan responden gan al Norma
penumpukan di (kg) dibagi dengan Berat l
jaringan adipose tinggi badan (m) Badan 23-
secara berlebihan. yang dikuadratkan. dan Cm 24,9:
Kesulitan dalam BB
pengukuran lemak Lebih
tubuh secara 25-
langsung membuat 29,9:
indeks massa tubuh Obes I
(IMT) yang ≥30:
digunakan untuk Obes
menentukan apakah II
individu masuk
dalam kategori obes
atau tidak.
(Fathurohman,
2015).

37
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Design Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode komparatif dengan rancangan

penelitian case control. Penelitian komparatif adalah penelitian yang bersifat

membandingkan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan

perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan

kerangka pemikiran tertentu. Penelitian dengan desain case control ini dilakukan

dengan cara membagi sampel penelitian ke dalam dua kelompok kasus dan control.

Dengan penelitian ini akan diketahui besar risiko dari faktor – faktor yang

menyebabkan kejadian Diabetes Melitus di Puskesmas Tagulandang Utara.

4.2 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya (Martha, 2012). Populasi dalam penelitian ini

adalah penderita Diabetes Melitus tipe 2 yang pernah memeriksakan diri di

Puskesmas Tagulandang Utara. Dengan jumlah populasi 30 penderita Diabetes

Melitus di Kampung Minanga dan 30 responden yang tidak menderita Diabetes

Melitus di Kampung Minanga.

4.3 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah 30 responden kasus diambil dengan

menggunakan Total Sampling dan yang tidak menderita Diabetes Melitus yang

berada di wilayah kerja Puskesmas Tagulandang Utara, diambil dengan

38
menggunakan teknik Purposive Sampling karena pengambilan sampel dilakuan

hanya atas dasar pertimbangan penelitinya saja, yang menganggap unsur – unsur

yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil. (Nasution, 2013).

Kriteria Sampel, kriteria inklusi untuk kasus: penderita dengan Diabetes Melitus tipe

2 yang berobat di Wilayah Kerja Puskesmas Tagulandang Utara dan termasuk pada

Kampung Minanga, kriteria eksklusi untuk kasus: Menderita Diabetes Melitus tipe

lain. Sedangkan Kriteria Inklusi untuk control: Pasien yang tidak menderita Diabetes

Melitus dan berdomisili di Kampung Minanga dan untuk kriteria ekslusi untuk

control: menderita Diabetes Melitus tipe lain.

4.4 Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Tagulandang Utara di

Kampung Minanga

4.5 Waktu

Waktu penelitian di mulai dari bulan Februari – Juli 2018. Peneliti mengambil

data awal pada 7 Juli 2018. Dan peneliti melaksanakan penelitian (pengumpulan

data) dalam waktu 4 hari, yaitu pada tanggal 18-21 Juli 2018. Dengan target

pencapaian, dalam satu hari peneliti mengunjungi 15 responden, sehingga dalam 4

hari peneliti dapat mencapai target 60 responden.

4.6 Instrumen

Instrument Penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk

memperoleh, mengelola, dan menginteprasikan informasi dari para responden yang

dilakukan dengan pola pengukuran yang sama. Instrument dalam penelitian ini

39
adalah Kuesioner yang terdiri dari 3 jenis instrument yaitu Pola Makan, Aktivitas

Fisik.

Jenis Instrumen yang pertama yaitu Pola makan. Instrumen ini dibuat sendiri

oleh peneliti berdasarkan teori Nasution, dkk 2013 dan telah diuji Valid dengan

Cronbach’s Alpha 0.777. Untuk mengukur pola makan pada penderita Diabetes

Melitus dan yang bukan penderita Diabetes Melitus, dengan menggunakan rumus cut

off point. Jumlah pertanyaan yang digunakan yaitu ada 14 pertanyaan. Dan tipe

pertanyaan memakai Selalu, Sering, Kadang – kadang, Jarang dan Tidak pernah

dengan system penilaian Selalu= 5, Sering= 4, Kadang – kadang= 3, Jarang= 2 dan

Tidak Pernah 1. Yaitu dengan rumus nilai tertinggi dikali jumlah soal ditambah

dengan nilai terendah dikali jumlah soal, dan dibagi dua, sehingga didapatkan resung

Skor ≥42 Pola Makan Responden teratur, skor ≤ 42 pola makan tidak teratur.

Jenis Instrumen yang kedua yaitu Aktivitas Fisik. Instrumen ini di ambil dari

Maynardo Aethelstone (2017) dan dimodifikasi kembali oleh peneliti. Dan telah

diuji Valid dengan Cronbach’s Alpha 0.780. Untuk mengukur aktivitas fisik pada

penderita Diabetes Melitus dan yang bukan penderita Diabetes Melitus. Jumlah

pertanyaan yang digunakan yaitu ada 10 pertanyaaan. Dan tipe pertanyaan memakai

Selalu, Sering, Kadang – kadang, Jarang dan Tidak pernah dengan system penilaian

Selalu= 5, Sering= 4, Kadang – kadang= 3, Jarang= 2 dan Tidak Pernah 1. Yaitu

dengan rumus nilai tertinggi dikali jumlah soal ditambah dengan nilai terendah dikali

jumlah soal, dan dibagi tiga, sehingga resung skor yang didapatkan skor 10-20

aktivitas fisik kurang, skor 21-41 aktivitas fisik cukup, skor 42-60 aktivitas fisik

baik.

40
Jenis instrumen yang ketiga yaitu Berat badan. Berat bedan diukur pada lembar

demografi dengan cara ukur menggunakan Timbangan Berat Badan dan centimeter.

Dan menggunakan rumus IMT (Index Massa Tubuh) dimana berat badan dibagi

dengan tinggi badan kuadrat, berat badan dihitung menggunakan satuan kilogram

(kg) sedangkan tinggi badan dalam satuan meter (m). sehingga didapatkan Index

Massa Tubuhnya. Dimana index massa tubuh yang berkisar antara 18-23

dikategorikan berat badan normal, 23,1-24,9 dikategorikan Berat Badan Lebih, 25-

29,9 dikategorikan Obesitas I dan ≥30 dikategorikan Obesitas II.

Alat ukur instrument : Validitas Alat Ukur, Alat ukur dikatakan valid apabila alat

ukur tersebut mampu mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur. Instrumen

dalam penelitian ini akan diuji valid kembali. Terdapat dua unsur penting yang tidak

dapat dipisahkan dari prinsip validitas, yaitu kejituan dan ketelitian. Yang kedua

Reliabilitas Alat Ukur, Alat ukur dikatakan reliable jika alat ukur tersebut memiliki

sifat konstan, stabil atau tepat. Jadi alat ukur dinyatakan reliable apabila diuji coba

terhadap kelompok subyek akan tetap ssama hasilnya, walaupun dalam waktu yang

berbeda, dan/atau jika dikenakan pada lain subyek yang sama karakteristik hasilnya

akan sama juga.

41
4.7 Pengumpulan Data

Perijinan dari Dekan Fakultas Keperawatan


Unike De La Salle Manado
6 Juli 2018

Persetujuan dari Kepala Puskesmas 7 Juli 2018

Pengambilan Data 7 Juli 2018

Persetujuan dari Kepala Desa Kampung Minanga


17 Juli 2018

Perekrutan Responden 18-21 Juli 2018

Informasi Pelaksanaan
Penelitian

Formulir Persetujuan
penelitian

Lembar Screening

Pembagian Kuesioner
Penelitian

Pengumpulan Kuesioner

42
Pemeriksaan Kelengkapan
Kuesioner

Pengolahan data

Pembahasan

Pelaporan Hasil Penelitian

4.7 Bagan Pengumpulan Data

Peneliti mengurus surat ijin dari Fakultas Keperawatan Unika De La Salle

Manado kemudian memberikan Surat ijin pengambilan data kepada Kepala

Puskesmas Tagulandang Utara, kemudian meminta persetujuan dengan Kepala

Puskesmas. Mengambil data pada rekam medik kunjungan pada klien Diabetes

Melitus tipe II pada Puskesmas Tagulandang Utara di Kampung Minanga dengan

kriteria Inklusi dan Eksklusi.

Peneliti merekap hasil semua klien yang mengalami Diabetes Melitus tipe II

sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Kemudian Peneliti memberikan Suarat

Permohonan Ijin Melaksanakan Pengumpulan data, Setelah itu, Peneliti mendatangi

responden, menjelaskan masksud dan tujuan peneliti untuk melakukan penelitian.

Dan dimulai dengan memberikan Informasi Pelaksanaan Peneitian, kemudian jika

responden bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian dapat menandataangani

Formulir Persetujuan penelitian (informed consent) sebagai bukt tertulis, setelah itu,

43
mengisi Lembar Screening yang akan diisi oleh peneliti sendiri berdasarkan kriteria

inklusi dan esklusi. Kemudian peneliti menjelaskan mengenai kuesioner yang akan

diisi oleh responden, kuesioner akan diisi oleh peneliti sendiri.

Kuesioner atau lembar hasil wawancara yang telah diisi dikumpulkan kemudian

diperiksa kelengkapannya, dimasukkan dan diolah dengan system computer

menggunakan pengolahan data dengan tahap – tahap sebagai berikut : Pemeriksaan

Data (Editing), peneliti memeriksa kelengkapan data yang telah dikumpulkan

melalui daftar pertanyaan pada kuesioner dan data yang dikumpulkan melalui

pengukuran langsung. Pemberian Kode (Coding), Pengkodean data peneliti

memeriksa kuesioner dengan mengklasifikasi data dan memberi kode untuk masing

– masing pertanyaan sesuai dengan tujuan pengumpulan data. Pemasukan Data

(Entry), Peneliti memasukan data dengan bantuan computer dengan aplikasi untuk

kemudian dianalisis. Pembersihan Data (Cleaning), Membersihkan data dari

kesalahan memasukkan data. Data – data yang tidak lengkap karena salah

memasukkan data akan dilengkapi. (Syamiyah, 2014).

4.8 Analisis Data

Setelah dilakukan editing, coding, entry, dan cleaning, data yang diperoleh

masing – masing dianalisis dengan menggunakan program computer. Adapun

analisis data yang dlilakukan, yaitu Analisis Univariat, analisis univariat dilakukan

untuk melihat distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel independen dan

dependen. Variabel tersebut antara lain pola makan yang tidak tepat, kurangnya

aktivitas fisik, kegemukan dan Kejadian Diabetes Melitus tipe II. Analisis Bivariat,

dilakukan untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini dengan menggunakan

44
uji Normalitas >0,05 akan dikatakan sebaaran dan normal dengan menggunakan Uji

Chi-square. Uji Chi-square adalah salah satu jenis uji komparatif non parametris

yang dilakukan pada dua variabel, dimana skala data kedua variabel adalah skala

nominal dan ordinal (Hidayat, 2012). Syarat dari uji Chi-Square adalah frekuensi

responden atau sampel yang digunakan besar.

4.9 Etika

Manusia sebagai partisipan dalam penelitian harus dilindungi dari segala bentuk

kerugian karena mengikuti suatu penelitian integritasnya harus dijaga. Dalam

penelitian ini, peneliti mendapatkan rekomendasi dari institusi tempat penelitian.

Penelitian menggunakan etika sebagai berikut Menurut Nasrullah (2014). Penelitian

ini menggunakan prinsip – prinsip etika BHA (Baik, Hormat, & Adil), yaitu :

Pertama, Beneficience (berbuat baik) berarti hanya mengerjakan sesuatu yang

baik. Kebaikan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,

penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang

lain. Dalam hal ini peneliti dalam melaksanakaan penelitian dengan berbuat baik

terhadap responden yang menderrita Diabetes Melitus dan yang tidak menderita

Diabetes Melitus.

Kedua, Hormat, Autonomy (otonomi) Prinsip otonomi didasarkan pada

keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan memutuskan. Orang dewasa

dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat keputusan sendiri, memilih dan

memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang dihargai. Prinsip otonomi ini adalah

bentuk respek terhadap seseorang, juga dipandang sebagai persetujuan tidak

memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan

45
kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Dalam hal ini peneliti dalam

melaksanakan penelitian memberikan keputusan atau pilihan sesuai dengan

keinginan responden sendiri dan tidak memaksakan kehendak peneliti

Informed consent, Informed consent merupakan pernyataan kesediaan dari subjek

penelitian untuk diambil datanya dan ikut serta dalam penelitian. Subjek penelitian

harus menyatakan kesediaanya mengikuti penelitian dengan mengisi informed

consent. Hal ini merupakan bentuk kesukarelaan dari subjek penelitian untuk ikut

serta dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti melakukan pengisian Informed consent

yang diberikan langsung kepada responden yang menderita Diabetes Melitus dan

yang tidak mendrta Diabetes Melitus.

Confidentiality (kerahasiaan), Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwa

informasi tentang klien harus dijaga privasi-nya. Apa yang terdapat dalam dokumen

catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tak ada

satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijin kan oleh klien

dengan bukti persetujuannya. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan,

menyampaikannya pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan

lain harus dicegah. Dalam hal ini peneliti menjaga kerahasiaan responden dengan

tidak mempublikasikan privasi respnden.

Ketiga, Adil, Justice (Keadilan), Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang

sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan

kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika perawat

bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang

benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Dalam hal ini peneliti

46
bertindak adil kepada setiap responden dengan tidak membeda – bedakan segala

perlakuan atau informasi yang diberikan peneliti yang menderita Diabetes Melitus

tipe II dan tidak Menderita Diabetes Melitus tipe II.

47
BAB V

HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini membahas tentang hasil penelitian yang terdiri dari hasil uji
univariat dan hasil uji bivariat. Penelitian ini dilakukan Pada Wilayah Kerja Puskesmas
Taguandang Utara di Kampung Minanga dan penelitian ini telah dilaksanakan pada
tanggal 18-21 Juli 2018. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor
– faktor yang mempengaruhi kejadian Diabetes Melitus tipe II pada Wilayah Kerja
Puskesmas Tagulandang Utara di Kampung Minanga dengan sampel peneltian 30
responden yang menderita Diabetes Melitus tipe II dan 30 responden yang tidak
menderita Diabetes Melitus tipe II di Kampung Minanga.

Peneliti memperoleh hasil penelitian dari pengisian kuesioner yang dibagi kepada
responden penderita Diabetes Melitus dan yang tidak menderita Diabetes Meitus tipe II
yang memenuhi kriteria inklusi dan berisi pertanyaan mengenai Pola Makan, Aktivitas
Fisik dan melalui pengukuran Berat badan menggunakan Timbangan Berat Badan dan
pengukuran tinggi badan menggunakan centimeter. Berdasarkan pengolahan data dan
analisis data, peneliti akan menyajikan analisis univariat dan analisis bivariat yang diuji
dengan uji statistik Chi-Square.

48
5.1 Karakteristik Responden
Hasil analisis univariat untuk karakteristik responden, dapat dilihat pada tabel 1 di
bawah ini :
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden

Karaketristik Responden Frekuensi Persentasi (%)


Jenis Kelamin
Laki-Laki 18 30
Perempuan 42 70
Usia
10 16.7
36-45
14 23.3
46-55
16 26.7
56-65
18 30.0
66-75
2 3.3
≥76
Riwayat DM
26 43.3
Ada
34 56.7
Tidak Ada
Status DM
30 50
DM
30 50
Tidak DM
Total 60 100

Tabel 1 menjelaskan bahwa hasil pengolahan data untuk distribusi responden

karakteristik responden untuk jenis kelamin paling banyak adalah responden dengan

jenis kelamin perempuan sebanyak 42 orang (70%) dibandingkan dengan jenis

kelamin laki-laki sebanyak 18 orang (30%)

Hasil pengolahan data untuk Usia paling banyak adalah responden dengan

Usia 66-75 sebanyak 18 orang (30.0%), dan untuk responden dengan usia 36-45

sebanyak 10 orang (16.7%), responden dengan usia 46-55 sebanyak 14 orang

(23.3%), responden dengan usia 56-65 sebanyak 16 orang (26.7%) dan responden

dengan usia ≥76 sebanyak 2 orang (3.3%).

49
Hasil pengolahan data untuk adanya riwayat Diabetes Melitus tipe II paling

banyak adalah tidak ada riwayat Dabetes Melitus tipe II dalam kelauarga sebanyak

34 orang (56,7%) dan responden yang tidak ada riwayat Dabetes Melitus tipe II

sebanyak 26 orang (43,3%). Untuk status Diabeteas Melitus tipe II, dimana

responden yang menderita Diabetes Melitus tipe II dan tidak menderita Diabetes

Melitus tipe II masing-masing 30 responden (50%).

Hasil Analisis Univariat Variabel Penelitian

a. Gambaran Pola Makan Dengan Kejadian Diabetes Mellitus tipe II

Hasil analisis data untuk gambaran pola makan dengan kejadian diabetes

mellitus tipe II, dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini :

Tabel 2. Distribsi Responden Berdasarkan Pola Makan

Pola Makan Frekuensi (f) Persentasi (%)


Tidak Teratur 42 70
Teratur 18 30
Total 60 100

Tabel 2 menjelaskan bahwa paling banyak adalah responden dengan pola

makan kurang teratur sebanyak 42 orang (70%) dibandingkan dengan

responden dengan pola makan teratur sebanyak 18 orang (30%).

b. Gambaran Aktivitas Fisik Dengan kejadian Diabetes Mellitus tipe II

Hasil pengolahan data untuk gambaran aktivitas fisik dari responden

paling banyak adalah responden dengan aktiviyas yang cukup sebanyak

31 orang (51,7%) dan paling sedikit adalah responden dengan aktivitas

fisik yang kurang sebanyak 11 orang (18,3%). Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel 3 di bawawah ini :

50
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik

Aktifitas Fisik Frekuensi (f) Persentasi (%)


Kurang 11 18.3
Cukup 31 51.7
Baik 18 30
Total 60 100

c. Gambaran Berat Badan dengan Kejadian Diabetes Mellitus tippe II

Hasil pengolahan data untuk gambaran berat badan dimana paling banyak

adalah responden dengan obesitas 1 sebanyak 23 orang (38,3%) dan

paling sedikit adalah responden dengan berat badan lebih sebanyak 6

orang (10%). Hasil pengolahan data dapat dilihat pada tabel 4 di bawah

ini :

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan

Berat Badan Frekuensi (f) Persentasi (%)


Obesitas II 12 20
Obesitas I 23 38.3
Berat badan lebih 6 10
Berat badan normal 19 31.7
Total 60 100

5.2 Hasil Analisis Bivariat

Pada Penelitian ini menggunakan uji chi-square karena data yang tersusun

berkelompok atau dikelompokkan dalam tabel diistribusi frekuensi dan karena data

dengan banyak angka besar (n=30)

51
5.2.1 Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Diabetes Melitus tipe II

Hasil pengolahan data untuk hubungan pola makan dengan kejadian

diabetes mellitus tipe II di Puskesmas Tagulandang Utara, dapat dilihat pada

tabel 5 di bawah ini

Tabel 5. Hubungan pola makan dengan kejadian diabetes mellitus tipe II di


Puskesmas Tagulandang Utara

Kejadian Diabetes Mellitus


Pola Makan DM Tidak DM n % p-value
n % N %
Tidak Teratur 28 46.7 14 23.3 42 70
Teratur 2 3.3 16 26.7 18 30 0,000
Total 30 50 30 50 60 100

Tabel 5 menjelaskan bahwa responden dengan pola makan yang kurang

teratur sebanyak 42 orang (70%), paling banyak responden yang menderita

Diabetes Melitus tipe II sebanyak 28 orang (46,7%) dan responden yang

tidak menderita Diabetes Melitus tipe II sebanyak 14 orang (23,3%).

Responden dengan pola makan teratur sebanyak 18 orang (30%), paling

banyak responden yang tidak menderita Diabetes Melitus tipe II sebanyak

16 orang (24,7%) dan responden yang menderita diabetes melitus tipe II

hanya 2 orang (3,3%).

Hasil analisis data secara statistik membuktikan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kejadian diabetes

mellitus, yang memperoleh nilai p = 0,000

52
5.2.2 Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Diabetes Melitus tipe II

Hasil pengolahan data untuk aktivitas fisik dari responden, paling banyak

adalah responden dengan aktivitas fisik yang cukup setiap hari, sebanyak 31

orang (51,7%) yang mengalami diabetes mellitus tipe II sebanyak 19 orang

(31,7%) dan responden yang tidak mengalami diabetes mellitus tipe II

sebanyak 12 orang (20%). Responden dengan aktivitas fisik yang baik

sebanyak 18 orang (30%), paling banyak tidak menderita diabetes mellitus

tipe II sebanyak 14 orang (23,3%) dan responden yang menderita diabetes

mellitus tipe II hanya 4 orang (6,7%), dan responden dengan aktivitas fisik

yang kurang sebanyak 11 orang (18,3%) yang menderita diabetes mellitus

tipe II sebanyak 7 orang (11,7%) dan tidak menderita diabetes mellitus tipe

II sebanyak 4 orang (6,7%). Hasil pengolahan data dapat dilihat pada tabel 6

di bawah ini :

Tabel 6. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Diabetes Mellitus tipe II di


Puskesmas Tagulandang Utara

Kejadian Diabetes Mellitus


Aktivitas Fisik n % p-value
DM Tidak DM
n % n %
Kurang 7 11.7 4 6.7 11 18.3
Cukup 19 31.7 12 20 31 51.7
0,019
Baik 4 6.7 14 23.3 18 30
Total 30 50.1 30 50 60 100

Tabel 6 menjelaskan bahwa jika dilihat dari nilai probabilitas (p) maka

dapat disimpulkan dimana terdapat hubungan yang signifikan antara

53
aktivitas fisik dengan kejadian diabetes mellitus tipe II di Puskesmas

Tagulandang Utara, yang memperoleh nilai p = 0,019

5.2.3 Hubungan Berat Badan Dengan Kejadian Diabetes Melitus tipe II

Hasil pengolahan data untuk hubungan berat badan dengan kejadian

diabetes mellitus tipe II, dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini :

Tabel 7. Hubungan Berat Badan Dengan Kejadian Diabetes Mellitus tipe II di


Puskesmas Tagulandang Utara
Kejadian Diabetes Mellitus
Berat Badan DM Tidak DM N % p-value
n % n %
Obesitas II 9 15 3 5 12 20
Obesitas I 14 23.3 9 15 23 38.3
Berat badan lebih 2 3.3 4 6.7 6 10 0,029
Berat badan normal 5 8.3 14 23.3 19 31.7
Total 30 49.9 30 50 60 100

Tabel 7 menjelaskan bahwa untuk responden dengan berat badan paling

banyak adalah dengan kategori obesitas I sebanyak 23 orang (38,3%) yang

menderita diabetes mellitus tipe III sebanyak 14 orang (23,3%) dan

responden yang tidak menderita diabetes melitus tipe II sebanyak 9 orang

(15%). Responden dengan obesitas II sebanyaj 12 orang (20%) menderita

diabetes mellitus tipe II sebanyak 9 orang (15%) dan responden yang tidak

menderita diabetes mellitus tipe II sebanyak 3 orang (5%). Responden

dengan berat badan normal sebanyak 19 orang (31,7%), terdapat responden

yang tidak menderita diabetes mellitus tipe II sebanyak 14 orang (23,3%)

dan responden yang menderita diabetes mellitus tipe II hanya 5 orang

(8,3%) dan responden dengan berat badan lebih sebanyak 6 orang (10%)

terdapat repsonden tidak menderita diabetes mellitus tipe II sebanyak 4

54
orang (6,7%) dan responden yang menderita diabetes mellitus tippe II hanya

2 orang (3,3%).

Hasil analisis data jika dilihat dari nilai probabilitas (p) secara statistic

membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara berat badan

responden dengan kejadian obesitas, yang memperoleh nilai p = 0,029

55
BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab VI ini menjelaskan tentang hasil penelitian tentang Faktor – Faktor

Yang Mempengaruhi Keadian Diabetes Melitus tipe 2 Pada Puskesmas Tagulandang

Utara di Kampung Minanga.

6.1 Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Diabetes Melitus tipe II

Berdasarkan hasil yang didapatkan mengenai Pola makan responden yang

teratur sebanyak 2 orang, dan yang tidak teratur sebanyak 28 orang, untuk

responden dengan Diabetes Melitus tipe II. Sedangkan responden yang tidak

mendeita Diabetes Melitus tipe II dengan pola makan teratur sebanyak 16 orang,

sedangan pola makan tidak teratur sebanyak 14 orang, Dari hasil penelitian yang

menggunakan Uji chi-square dan memperoleh hasil p-value 0,000. Dengan

demikian H0 ditolak yang artinya ada hubungan yang signifikan antara Pola Makan

dengan kejadian Dabetes Melitus tipe II. Dalam penelitian ini responden yang

menderita Diabetes Melitus tipe II lebih cenderung tidak mengatur pola makan

dengan baik, karena sebagian responden makan tidak teratur dengan jenis makanan

yang sembarangan atau tidak sehat. Dan juga dengan jumlah atau porsi makan

yang lebih.

Hasil peneltian ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sukmaningsih (2015) dengan judul “faktor resiko keadian Diabetes Melitus tipe 2

Di Puskesmas Purwodiningratan Surakarta” pada uji chi-square didapatkan hasil

(p=0,002) sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara Pola Makan dengan

56
kejadian Diabetes Melitus tipe II. Penelitian ini pula sejalan dengan penelitian

yang diakukan oleh Setyanigrum dan sugiyanto (2014) di RSUD Tugurejo

Semarang, bahwa hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara Pola Makan

dengan kejadian diabetes melitus tipe II.

Responden dengan pola makan tidak teratur tetapi tidak menderita Diabetes

Melitus tipe II sebanyak 14 orang, dikarenakan responden tersebut cukup baik

dalam melakukan aktivitas fisik sehari – hari. Dan responden dengan pola makan

tidak teratur yang menderita Diabetes Melitus tipe II sebanyak 28 orang,

sedangkan responden dengan pola makan teratur yang menderita Diabetes Melitus

tipe II sebanyak 2 orang. Hal tersebut dikarenakan walaupun responden makan

teratur tetapi karena kurang melakukan aktivitas fisik, dan walaupun responden

makan teratur tetapi dengan jenis makanan yang tidak sehat seperti makanan yang

mengandung lemak, dan sering mengonsumsi gula berlebihan sehingga responden

menderita Diabetes Melitus tipe II. Dan responden dengan pola makan teratur yang

tidak menderita Diabetes Melitus tipe II sebanyak 16 orang, dikarenakan

responden teratur dalam menjaga pola makan sehingga tidak terkena Diabetes

Melitus tipe II.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Nasution, dkk (2013) yang

mengatakan bahwa penyakit diabetes melitus tipe II sangat berhubungan dengan

pola konsumsi makanan terutama sumber karbohidrat yang banyak terdapat dalam

kelompok serealia, gaya hidup seseorang tercermin dari kebiasaan mengatur

makanan, seseorang penderita yang hidup di perkotaan dimana kebiasaan

57
makan dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap dalam melaksanakan diet Dan

menurut teori (Manganti, 2012) agar kadar gula darah lebih stabil, perlu

pengaturan jadwal makan teratur (makan pagi, makan siang, makan malam) dan

makan porsi kecil dalam waktu tertentu akan membantu mengontrol kadar gula

darah.

Dikaitkan dengan teori keperawatan Lawrence Green bahwa ada tiga fakto

utama yang dapat mempengaruhi perilaku yaitu faktor predisposisi, faktor

pendorong dan faktor penguat. Dalam penelitian ini peneliti membuktikan bahwa

pada faktor penguat dalam teori Lawrence Green ini peneliti mengambil Pola

Makan sebagai Variabel Independen. Dari faktor penguat yaitu pola makan,

responden dengan Kejadian Diabetes Melitus tipe II dengan pola makan tidak

teratur dapat mempengaruhi perilaku, sehingga dapat mempengaruhi status

kesehatan dimana dalam hal ini adalah Diabetes Melitus tipe II, sehingga pula

dapat mempengaruhi kualitas hidup responden.

58
6.2 Hubungan Aktvitas Fisik dengan kejadian Diabetes Melitus tipe II

Responden dengan aktivitas fisik kurang dengan kejadan Diabetes

Melitus tipe II sebanyak 7 orang, dan untuk aktivitas fisik cukup dengan kejadian

Diabetes Melitus tipe II sebanyak 19 orang, Sedangkan untuk responden yang

aktivitas fisik baik dengan kejadian Diabetes Melitus tipe II sebanyak 4 orang.

Sedangkan responden dengan aktivitas fisik kurang yang tidak menderita diabetes

melitus sebanyak 4 orang. Dan responden dengan aktvitas fisik cukup yang tidak

menderita Diabetes Melitus tipe II sebanyak 12 orang. dan responden dengan

aktivitas fisik baik yang tidak menderita diabetes melitus tipe II sebanyak 14

orang. Hasil penelitian menggunakan uji chi-square dan memperoleh nilai p-value

0,019. Dengan demikian H0 ditolak yang artinya ada hubungan yang signifikan

antara Aktivitas Fisik dengan Kejadian Diabetes Melitus tipe II. Dalam kasus

penelitian yang dilakukan oleh peneliti responden kurang melakukan aktivitas

fisik, aktivitas fisik yangdilakukan hanya sederhana seperti hanya memasak dan

bila ada waktu luang responden berjalan – jalan, dan juga responden sebagian

besar kurang melakukan olahraga.

Hasil Penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ramadhan (2017) di RSUP Dr. Wahdin Sudirohusodo dan Rumah Sakit Uhnas,

bahwa berdasarkan data analisis menggunakan uji chi-square hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada hubungan antara Aktivitas Fisik dengan kejadian

Diabetes Melitus tipe II dengan hasil p-value 0,000. Penelitian ini pula sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Erniati (2016) di Pos Pembinaan Terpadu

Kelurahan Cempaka Putih, berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh nilai

59
p-value 0.092, yang berarti ada hubungan yang signifikan anatara aktivitas fisik

dengan Kejadian Diabetes Melitus tipe II.

Responden dengan Aktivitas Fisik kurang dengan kejadian Dabetes

Melitus tipe II sebanyak 7, sehingga responden tersebut dapat dengan mudah

menderita Diabetes Melitus tipe II, dan untuk responden dengan aktivitas fisik

cukup dengan kejadian Diabetes Melitus tipe II sebanyak 19 orang dikarenakan

responden cukup baik dalam melaukann aktiivitas sehari – hari dan karena

responden tidak menjaga pola makan dengan baik sehingga lemak yang ada dalam

tubuh tidak terbakar dengann adanya aktivitas fisik. Sedangkan responden dengan

aktivitas fisik baik dengan kejadian Diabetes Melitus sebanyak 4, hal tersebut

dikarenakan dalam keluarga responden ada yang menderita Diabetes Melitus tipe

II sehingga walaupun aktivitas responden baik, responden tersebut tetap menderta

Diabetes Melitus tipe II.

Responden dengan aktivitas fisik kurang tetapi tidak menderita Diabetes

Melitus tipe II sebanyak 4 orang, hal tersebut karena walaupun responden yang

tidak menderita diabetes melitus melakukan aktivitas yang kurang tetapi karena

dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit diabetes melitus dan responden tetap

menjaga pola makan yang baik, maka kemungkinan besar responden tidak akan

menderita Diabetes Melitus tipe II. Dan responden dengan aktivitas fisik cukup

yang tidak menderita Diabetes Melitus tipe II sebanyak 12 orang, dikarenakan

responden cukup baik dalam melakukan aktivitas fisik sehingga tidak menderita

Diabetes Melitus tipe II.

60
Sedangkan responden dengan aktvitas fisik baik yang tidak menderita Diabetes

Melitus tipe II sebanyak 14 orang, sehingga responden

tersebut tidak menderita Diabetes Melitus tipe I.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Byer (2012) yang mengatakan

semakin lama aktivitas fisik atau olahraga, maka mempunyai efek menguntungkan

pada lemak tubuh dan tekanan darah. Dengan demikian olahraga memiliki efek

yang dapat dicapai dengan bertambahnya aktivitas fisik. Kemenkes RI (2011) juga

mengatakan aktivitas fisik dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan diubbah

menjadi energi pada saat beraktivitas fisik. Aktivitas fisik mengaibatkan insulin

semakin meningkat, sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang.

Dikaitkan dengan teori kesehatan Lawrence Green bahwa ada tiga faktor

utama yang dapat mempengaruhi perilaku yaitu faktor predisposisi, faktor

peendukung dan fator penguat. Dalam penelitian ini, peneliti membuktikan bahwa

pada faktor penguat dalam teori Lawrence Green dengan aktivitas fisik sebagai

variabel independen dengan aktivitas fisik yang kurang bagi penderita Diabetes

Melitus tipe II, dapat mempengaruhi perilaku dan gaya hidup responden sehingga

dapat mengganggu status kesehatan responden diamana dalam hal ini adalah

Diabetes Melitus tipe II, sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup responden.

61
6.3 Hubungan Berat Badan dengan Kejadian Diabetes Melitus tipe II

Responden dengan Obesitas II yang menderita Diabetes Melitus sebanyak 9

orang, dan responden dengan Obesitas I yang menderita Diabetes Melitus

sebanyak 14 orang, responden dengan Berat Badan lebih yang menderita Diabetes

Melitus sebanyak 2 orang, sedangkan responden dengan Berat Badan Normal yang

menderita Diabetes Melitus sebanyak 5 orang, Sedangkan responden dengan

Obesitas II yang tidak menderita Dabetes Melitus sebanyak 3 orang, Dan

responden dengan Obesitas I yang menderita Diabetes Melitus sebanyak 9 orang,

Dan responden dengan Berat badan lebih sebanyak 4 orang, sedangkan responden

yang memiliki berat badan normal sebanyak 14 orang. Dengan demikian H0

ditolak yang artinya ada hubungan yang signifikan antara Berat Badan dengan

kejadian Diabetes Melitus tipe II. Karena responden yang memiliki Obesitas I,

Obesitas II dan juga berat badan normal sudah pasti tidak menjaga pola makan dan

kurang melakukan aktivitas fisik sehingga dapat menimbulkan Diabetes Melitus.

Hasil peneitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Wulandari

(2012) di Daerah Perkotaan Di Indonesia, pada uji chi-square didapatkan p-value

0,000, sehingga terdapat hubungan yang signifiikan antara Berat Badan dengan

kejadian Diabetes Melitus tipe II. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Fatmawati (2012) di Rumah Sakit Umum daerah Sunan

Kalijaga Demak. Data analisis menggunakan uji chi-square dengan hasil

penelitian didapatkan p-value 0.03 sehingga dapat disimpulkan bahwa Berat

Badan ada hubungan yang signifikan dengan Kejadian Diabetes Melitus tipe II.

62
Responden yang menderita Diabetes Melitus memiiki berat badan normal

sebanyak 5 orang, tetapi dalam anggota keluarga ada yang menderita Diabetes

Melitus tipe 2 maka kemungkinan besar responden tersebut akan menderita

Diabetes Melitus tipe II. Responden dengan berat badan lebih yang menderita

Diabetes Melitus tipe II sebanyak 2 orang, dikarenakan responden tidak menjaga

pola makan dengan teratur sehingga dapat dengan mudah menderita Diabetes

Melitus tipe II, dan responden dengan Obesitas I yang menderita Diabetes

Melitus tipe II sebanyak 14 orang sehingga dikarenakan responden obesitas I

maka responden dapat dengan mudah menderita Diabetes Melitus tipe II. Dan

responden dengan Obesitas II yang menderita Diabetes Melitus tipe II sebanyak

orang.

Sama halnya dengan responden yang memiliki Obesitas II tetapi tidak

menderita Diabetes Melitus sebanyak 3 orang, hal tersebut karena walaupun

responden yang tidak menderita Diabetes Melitus tetapi tetap Obesitas II, tetapi

karena dalam keluarga tidak ada riwayat Diabetes Melitus maka kemungkin

besar tidak menderita diabetes melitus., hal tersebut juga diikarenakan dalam

anggota keluarga tida ada riwayat Diabetes Melitus tipe II. Dan responden

dengan Obesitas I yang tidak menderita Diabetes Melitus tipe II sebanyak 9

orang, dikarenakan dalam keluarga tidak ada riwayat Diabetes Melitus tipe II

sehingga kemungkinan responden tidak menderita Diabetes Melitus tipe II. Dan

responden dengan berat badan lebih yang tidak menderita Diabetes Melitus tipe

II sebanyak 4 orang, sedangkan responden dengan berat badan normal yang tidak

menderita Diabetes Melitus tipe II sebanyak 14 orang.

63
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hans

(2013) yang mengatakan bahwa semakin kurang gerak badan, semakin mudah

seseoang terkena diabetes melitus. Olahraga atau aktivitas fisik dapat membantu

kita untuk mengontrol berat badan. Glukosa darah dibakar menjadi energi dan sel

– sel tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin. Banner (2012) juga mengatakan

bahwa berat badan mempunyai hubungan yang signfikan dengan kejadian Diabetes

Melitus tipe II, adanya hubungan antara berat badan dengan kejadian diabetes

melitus adalah karena orang yang kegemukan memiliki sel – sel lemak yang lebih

besar pada tubuh mereka. Diyakini bahwa sel – sel lemak yang lebih besar tidak

merespon insulin dengan baik.

Dikaitkan dengan teori kesehatan Lawrence Green bahwa ada tiga faktor

utama yang dapat mempengaruhi perilaku yaitu faktor predisposisi, faktor

peendukung dan fator penguat. Dalam penelitian ini, peneliti membuktikan bahwa

pada faktor penguat dengan variabel independen yaitu Berat Badan, dengan

responden yang memiliki Obesitas II, Obesitas I dan Berat badan Lebih dapat

mempengaruhi perilku dan gaya hidup responden sehingga berdampak pada status

kesehatan yaitu Diabetes Melitus tipe II, sehingga dari status kesehatan dapat

mempengaruhi kualitas hidup responden itu sendiri.

64
BAB VII

KESIMPILAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kejadian diabetes

melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Tagulandang Utara. Didukung oleh penelitian-

penelitia terkait yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifkan antara

pola makan dengan kejadian Diabetes Melitus tipe II. Hasil penelitian ini menjawab

tujuan penelitan yang pertama mengenai ada hubungan tentang Pola Makan dengan

kejadian Diabetes Melitus tipe II pada Wilayah Kerja Puskesmas Tagulandang Utara

di Kampung Minanga

Terdapat hubungan yang signifiksn antara aktivitas fisik dengan kejadian

diabetes mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Tagulandang Utara. Didukung oleh

penelitian-penelitian terkait yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang

signifkan antara aktivitas fisik dengan kejadian Diabetes Melitus tipe II. Hasil

penelitian ini menjawab tujuan penelitan yang pertama mengenai ada hubungan

tentang Aktivitas Fisik dengan kejadian Diabetes Melitus tipe II pada Wilayah Kerja

Puskesmas Tagulandang Utara di Kampung Minanga

Terdapat hubungan yang signifikan antara berat badan dengan kejadian diabetes

mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas tagulandang Utara. Didukung oleh penelitian-

penelitian terkait yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifkan antara

berat badan dengan kejadian Diabetes Melitus tipe II. Hasil penelitian ini menjawab

tujuan penelitan yang pertama mengenai ada hubungan tentang berat badan dengan

65
kejadian Diabetes Melitus tipe II pada Wilayah Kerja Puskesmas Tagulandang Utara

di Kampung Minanga

7.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti memberikan saran – saran sebagai

berikut :

7.2.1 Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya untuk

melakukan penelitian pada topik yang sama sehingga diharapkan adanya

tindak laniut untuk melakukan penelitian dengan menggunakan metode dan

variabel yang berbeda sehingga dapat menghasilkan penelitian yang lebih

baik, misalnya dengan menambah variabel lain. Dan kedepan dalam

;penyusunan Kuesioner bisa gunakan jenis makanan yang familiar.

7.2.2 Perkembangan Profesi Keperawatan

Bagi responden, agar dapat memperhatikan kesehatannya dengan

menerapkan pola makan sehat dan bergizi seimbang, terutama dalam

mengurangi penggunaan bumbu penyedap, konsumsi gorengan, selalu

sarapan pagi, mengurangi konsumsi minuman yang manis – manis. Dan

meningkatkan aktivitas fisik 3-4 kali/minggu. Sehingga Berat Badan tetap

dalam keadaan normal. Dan bagi tenaga kesehatan, diharapkan dapat tetap

memberikan upaya promotif dan preventif salah satunya dapat berupa

peningkatan intensitas penyuluhan kepada semua masyarakat baik yang

menderita maupun yang tidak menderita Diabetes Melitus tipe II dengan

menggunakan media leamflet atau penempelan stiker dalam rangka

66
pengendalian dan pencegahan DM tipe II yang meliputi faktor risiko dan

bahaya dari penyakit DM tipe II serta mngadakan kegiatan yang mengajak

masyarakat untuk turut aktif dalam melakukan kegiatan terkait pencegahan

DM tipe II.

67
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, Muharina, dkk. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keluarga


Untuk Memberikan Dukungan Kepada Klien Diabetes Mellitus Dalam Menjalani
Diet. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau

Amtiria, Rahma. 2016. Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pasien
Diabetes Melitus Tipe Ii Di Poli Penyakit Dalam Rsud Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
http://digilib.unila.ac.id/21425/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASA
N.pdf

Arisma, Bayu Jaya Noor, dkk. 2017. Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang
Resiko Penyakit Diabetes Mellitus Di Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang.
Universitas Negeri Malang. Jurnal Preventia
http://journal.um.ac.id/index.php/preventia/article/view/10010/4753.18Februari2018

Banner, Abdulbari et al. 2012. Obesitas dengan Diabetes Melitus. Yogyakarta

Bryer, M. 2012. Tanya Jawab Mengenai Diabetes. PT Indeks, Jakarta Barat

Fathurohman. 2015. Index massa tubuh. Malang.

Fatimah, Restyana Noor. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Medical Faculty, Lampung
University juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/615/619.
15 Februari 2018

Indrayana, Sandhi. 2016. Pengaruh Diabetes Self Management Education An Support


(DSME/S) Terhadap Efikasi Diri Klien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Willayah Kerja
Puskesmas Patrang Kabupaten Jember. Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Jember

http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/76923. 13 Februari 2018

68
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor
Risiko Diabetes Melitus. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

LeMone, Pricilla, dkk. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Ed.5. Jakarta:EGC.

Notoatmodjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nurayati, Laila, Adriani, Merryana. 2017. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kadar Gula
Darah Puasa Penderita Diabetes Melitus Tipe 2.

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja
&uact=8&ved=0ahUKEwjn8uDphd_aAhUeT48KHdIxBDkQFgg1MAE&url=https
%3A%2F%2F,journal.unair.ac.id%2FAMNT%2Farticle%2Fdownload%2F6229%2
F3849&usg=AOvVaw3p8Cd-Bkqpu7cfzRD8sHDU. 29 April 2018

Nursalam. 2015. Metodologi Pendekatan Ilmu Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika

Rondonuwu, Regita Gebrila, dkk. 2016. Hubungan Antara Perilaku Olahraga Dengan
Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas
Wolaang Kecamatan Langowan Timur. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4
Nomor 1

Setiadi, Nugroho. 2013. Perilaku Konsumen. Kencana, Jakarta, hlm. 77-79.

http://eprints.stainkudus.ac.id/134/2/5.%20Bab%202.pdf

Setyaningrium, Dewi, dkk. 2014. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Diabetes Melitus Tipe Ii Pada Usia Kurang Dari 45 Tahun Di Rsud Tugurejo
Semarang. Fakultas Kesehatan Universitas Dian
Nuswantoro.http://eprints.dinus.ac.id/17776/1/jurnal_15356.pdf. 13 Maret 2018

Soedarsono. 2016. Mencegah dan Mengobati Diabetes Melitus. Surabaya

Sugiyono. 2014. Metodologi Penelitian. Jakarta

69
http://repository.unpas.ac.id/30236/6/BAB%20III%20nisa.pdf. 2 Agustus 2018.
Pukul 15.55

Sukmaningsih, Wahyu Ratri. 2015. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe Ii Di
Wilayah Kerja Puskesmas Purwodiningratan Surakarta. Jurusan Kesehatan
Masyarakat. Fakultas Ilmu Kesehatan

Sutri. 2014. Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Kesegaran Jasmani.

http://eprints.ums.ac.id/30790/10/NASKAH_PUBLIKASI.pdf. 29 April 2018

Syamiyah, Najah. 2014. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Wanita
Di Puskesmas Kecamatan Pesanggarahan Jakarta Selatan. Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Negero
Syarif Hidayahtullah Jakarta.

Tim Bumi Medika. 2017. Berdamai dengan Diabetes. Cet.1. Jakarta.

Umar, Rahmawati, dkk. 2017. Hubungan Stres Dengan Citra Tubuh Pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe Ii Di Rumah Sakit Pancaran Kasih Gmim Manado. Program
Studi Ilmu Kepera watan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1.

Utami, Desni Tri, dkk. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Mellitus Dengan Ulkus Diabetikum. Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau

Worang, Viena Hanna, dkk. 2013. Hubungan Pengendalian Diabetes Mellitus Dengan
Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Rsud Manembo Nembo
Bitung. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado. ejournal Keperawatan ( e-Kp) Volume 1. Nomor. 1

Wulandari, Pratiwi. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar


Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus (Dm) Tipe-2 Di Rsud Tugurejo

70
Semarang. Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas
Dian Nuswantoro Semarang. Skrip

71
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Curriculum Vitae

CURRICULUM VITAE

Nama Lengkap : Melita Walianga

Tempat Tanggal Lahir : Lirung, 12 Mei 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Nama Ayah : Joni Walianga

Nama Ibu : Min Adriana Tumbihas

Anak ke : 1 dari 2 bersaudara

Nama Saudara : Betris Sopia Walianga

Kebangsaan : Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Email : waliangamelita@gmail.com

Motto : “Jangan Menunggu. Takkan ada waktu yang tepat.”

Alamat : Dusun III RT 003 Desa Alude Kecamatan Kalongan

Riwayat Pendidikan : 1. TK Masamala Alude (2000-2002)

3. SD Negeri Alude (2002-2008)

4. SMP Negeri 2 Moronge (2008-2011)


5. SMA Negeri 1 Lirung (2011-2014)

6. Universitas Katolik De La Salle Manado Fakultas


Keperawatan Program studi S-1 Ilmu Keperawatan
(Masuk 2014)
LAMPIRAN 2

No Responden: …

INFORMASI PELAKSANAAN PENELITIAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Pada


Puskesmas Tagulandang Utara Di Desa Minanga

TIM PENELITI
Peneliti Utama : Melita Walianga Mahasiswa Fakultas Keperawatan,
Universitas Katolik De La Salle Manado
Asisten Peneliti 1 : Gladis Ratuliu, BSN.,MAN.,CWCCA
Asisten Peneliti 2 : Annastasia Lamonge, S.Kep.,Ns.,MAN

DESKRIPSI
Penelitian ini sedang dilaksanakan sebagai bagian dari Studi Ilmu Keperawatan yang
dilakukan oleh Melita Walianga

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Puskesmas Tagulandang Utara
Di Desa Minanga

KETERLIBATAN
Partisipasi dalam penelitian ini sepenuhnya bersifat sukarela. Jika Anda setuju untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini, Anda dapat mengundurkan diri dari penelitian ini
tanpa komentar atau penalti. Jika Anda tertarik, informasi yang Anda berikan tidak akan
dihilangkan tetapi akan tetap dirahasiakan, tanpa nama. Keputusan Anda untuk bersedia,
atau tidak bersedia, tidak akan berdampak pada hubungan Anda saat ini atau masa depan
dengan Puskesmas Tagulandang Utara, misalnya akan berdampak pada penilaian kinerja
atau pekerjaan Anda.

Penelitian ini akan melibatkan masyarakat yang berobat di Puskesmas Tagulandang


Utara khususnya pada Desa Minanga. Data penelitian ini akan didapatkan melalui
keterlibatan Anda melalui pengisian kuseioner. Jenis-jenis pertanyaan yang akan
ditanyakan berkaitan dengan Faktor- faktor yang mempengaruhi kejadian Diabetes
Meitus tipe 2.

KEUNTUNGAN YANG DIHARAPKAN


Mungkin penelitian ini tidak menguntungkan Anda secara langsung. Namun, diharapkan
bahwa hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi tenaga kesehatan,
responden serta Puskesmas untuk lebih memperhatikan mengenai faktor – faktor yang
mempengaruhi kejadian Diabetes Melitus.

RISIKO
Diperkirakan bahwa selama proses wawancara dan pengisian kuesioner, Anda mungkin
merasa khawatir dalam mendiskusikan faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian
Diabetes Meitus (Pola Makan, Aktivitas Fisik, Berat Badan).

PRIVASI DAN KERAHASIAAN


Semua komentar dan tanggapan akan diperlakukan secara rahasia dan mengikuti
transkripsi secara anonim. Nama-nama perorangan tidak ditampilkan dalam penelitian
ini

PERSETUJUAN UNTUK BERPARTISIPASI


Kami meminta Anda agar menandatangani formulir persetujuan (terlampir) untuk
menginformasikan bahwa Anda setuju berpartisipasi dalam penelitian ini.

PERTANYAAN/INFORMASI LEBIH LANJUT TENTANG PENELITIAN


Jika ada pertanyaan atau memerlukan informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi
salah satu anggota tim peneliti di bawah ini:

Melita Walianga 081354995958 14061051@unikadellasalle.ac.id


Gladis Ratuliu, BSN., 08987658046 gratuliu@unikadelasalle.ac.id
MAN.,CWCCA
Annastasia Lamonge., 08124415407 alamonge@unikadelasalle.ac.id
S.Kep.,Ns.,MAN
Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado

PERHATIAN/PENGADUAN MENGENAI PELAKSANAAN PENELITIAN


UDLS berkomitmen dalam integritas dan kode etik dari proyek-proyek penelitian.
Namun, jika Anda memiliki kekhawatiran atau keluhan tentang etika proyek penelitian
ini, Anda dapat menghubungi Unit Etik Penelitian UDLS. Unit Etik Penelitian UDLS
tidak ada hubungannya dengan proyek penelitian ini dan dapat memfasilitasi
penyelesaian masalah Anda secara tidak memihak

Terima kasih telah membantu dalam penelitian ini. Harap simpan lembaran ini sebagai
informasi Anda.
LAMPIRAN 3

No Responden: …

FORMULIR PERSETUJUAN PENELITIAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Pada


Puskesmas Tagulandang Utara Di Desa Minanga

NOMOR KONTAK TIM PENELITI


MELITA WALIANGA 081354995958 waliangamelita@gmail.com
Fakultas Keperawatan Universitas Katolik De La Salle Manado

PERNYATAAN PERSETUJUAN
Dengan bertandatangan di bawah ini, Anda menyatakan bahwa Anda:
 Telah membaca dan memahami dokumen informasi mengenai penelitian ini.
 Telah mendapat penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan.
 Memahami bahwa jika Anda memiliki pertanyaan tambahan, Anda dapat
menghubungi peneliti.
 Memahami bahwa Anda bebas untuk mengundurkan diri dari penelitian ini setiap
saat, tanpa komentar atau penalti.
 Memahami bahwa penelitian ini akan menggunakan instrument penelitian/alat ukur
penelitian yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.
 Setuju untuk berpartisipasi dan bersedia menjawab semua pertanyaan dengan benar
tanpa paksaan dari siapapun.

Nama

Tanda tangan

Tanggal

Tolong kembalikan lembar ini kepada penelti


LAMPIRAN 4

No Responden : ….

LEMBAR SCREENING (kasus)


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Pada


Puskesmas Tagulandang Utara di Desa Minanga

Petunjuk

Berikan tanda (√) pada kolom YA atau TIDAK

Kriteria Inklusi YA TIDAK

1. Masyarakat dengan Diabetes Melitus tipe 2


2. Berdomisili di Kampung Minanga

Kriteria Eksklusi YA TIDAK

1. Menderita Diabetes Melitus tipe lain


LAMPIRAN 5

No Responden : ….

LEMBAR SCREENING (Kontrol)


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Pada


Puskesmas Tagulandang Utara Di Desa Minanga

Petunjuk

Berikan tanda (√) pada kolom YA atau TIDAK

Kriteria Inklusi YA TIDAK

1. Masyarakat yang tidak menderita Diabetes Melitus


2. Berdomisili di Desa Minanga

Kriteria Eksklusi YA TIDAK

1. Tidak berdomisili di Desa Minanga


LAMPIRAN 6

No Responden: …..

DATA DEMOGRAFI KLIEN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Pada


Puskesmas Tagulandang Utara Di Kelurahan Desa Minanga

I. DATA DEMOGRAFI KLIEN


Nama (Initial) :
Usia :…..tahun.
Jenis Kelamin : Laki – Laki Perempuan
*pilihlan dengan cara √ pada kolom diatas

Alamat :
Kecamatan :
Kelurahan/Desa :
Status Diabetes : IYA TIDAK
Melitus
Tahun Terkena Jika Iya, sudah berapa lama anda menderita Penyakit Diabetes
DM Melitus/gula?
…… tahun
Riwayat Penderita 1. Apakah anda memiliki keluarga yang pernah menderita
DM penyakit Diabetes Melitus/gula?
IYA TIDAK
2. Jika ada, siapa diantara pilihan berikut yang menderita
Diabetes Melitus/gula?
Ayah Kandung Kakek/nenek
Ibu Kandung Paman/bibi
Saudara Perempuan
Saudara Laki – laki
*bisa di beri tanda √ lebih dari 1 kolom

Berat Badan : …… Kg.


Tinggi Badan : …… Cm
Index Massa Tubuh = Berat Badan (Kg) =
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Catatan:
<23 = Normal
23 – 24,9 = Berat Badan Lebih
≥25 = Obes I
≥30 = Obes II
*Di isi oleh peneliti
LAMPIRAN 7
No Responden: …..

KUESIONER POLA MAKAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Pada


Puskesmas Taguandang Utara Di Desa Minanga

Pilihlah jawaban dari pertanyaan – pertanyaan diibawah ini pada tempat yang telah
disediakan dengan memberi tanda centang (√)

N PERTANYAAN Tidak Jarang Kadang- Sering Selalu


O Pernah kadang

1 Apakah anda mengonsumsi


makanan seperti: nasi putih,
roti, mie instsan, gula, permen,
susu, cokelat dan biskuit?
2 Apakah anda mengonsumsi
makanan seperti: beras merah,
kentang, jagung, singkong, ubi,
pisang, tomat, dan labu?
3 Apakah anda mengonsumsi
makanan yang di goreng,
seperti: gorengan, ikan/daging
goreng ?
4 Apakah anda mengonsumsi
alpukat, kacang tanah,
makanan dengan minyak
zaitun ?
No Pertanyaan Tidak Jarang Kadang- Sering Selalu
Pernah kadang

5 Apakah anda mengonsumsi


makanan seperti: daging, ikan,
telur, tempe, tahu dan sayur
brokli ?
6 Apakah anda mengonsumsi
makanan siap saji? fastfood
7 Apakah anda mengonsumsi
makanan yang mengandung
gula berlebihan? Misalnya: kue
manis
8 Apakah anda memiliki
kebiasaan menambah gula
kedalam minuman dan
makanan yang dimasak?
9 Apakah anda melewatkan
sarapan pagi?
10 Apakah porsi makan anda
melebihi 3piring/hari?
11 Apakah anda makan tepat
waktu untuk sarapan, maakan
siang dan makan malam ?
12 Apakah anda makan pada
malam har lewat dari pukul
21.00?
13 Apakah anda mengonsumsi
minuman seperti teh manis,
sirup atau minuman yang
mengandung gula, lebih dari
3x/hari?
No Pertanyaan Tidak Jarang Kadang- Sering Selalu
Pernah kadang
14 Jika anda mengalami masalah
atau stress, apakah hal tersebut
dapat menanmbah nafsu
makan anda ?
No Responden: ….

KUESIONER AKTIVITAS FISIK


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Pada


Puskesmas Taguandang Utara Di Desa Minanga

Pilihlah jawaban dari pertanyaan – pertanyaan diibawah ini pada tempat yang
telah disediakan dengan memberi tanda centang (√)

No pertanyaan Tidak Jarang Kadang- Sering Selalu

Pernah kadang

1 Apakah selama bekerja, anda

lebih banyak duduk?

2 Apakah selama bekerja, anda

lebih banyak berdiri?

3 Apakah selama bekerja, anda

mengangkat beban berat ?

Misalnya:

kayu,batu,meja,kursi

4 Apakah pekerjaan anda

membuat anda lelah ?

5 Apakah selama bekerja, anda

berkeringat ?
No Pertanyaan Tidak Jarang Kadang- Sering Selalu

Pernah kadang

6 Jika anda berangkat ke

tempat kerja, apakah anda

menggunakan sepeda motor

atau mobil ?

7 Apakah anda berkjalan kaki,

jika berangkat ke tempat

kerja?

8 Apakah anda berolahraga ? 3x/bulan 5x/bulan ≥3 7hari/m

seperti: jalan sehat, jogging, hari/m

naik sepeda dan zumba.

9 Pada waktu luang apakah

anda menonton televisi ?

10 Pada waktu luang apakah

anda berjalan-jalan ?
LAMPIRAN 8 Permohonan Izin Pengambilan Data Demografi
LAMPIRAN 9 Permohonan Izin Uji Reabilitas Instrumen Penelitian
LAMPIRAN 10 Permohonan Ijin Pengumpulan Data Penelitian
LAMPIRAN 11 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
LAMPIRAN 12 Lembar Persetujuan Proposal
LAMPIRAN 13 Lembar Persetujuan Skripsi
LAMPIRAN 14 Lembar Pemasukan Revisi Proposal
LAMPIRAN 15 Lembar Pemasukan Revisi Skripsi
LAMPIRAN 16 Hasil Uji Reabilitas Instrumen Penelitian

KUESIONER POLA MAKAN

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.777 15

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

item_1 81.37 567.206 .762 .763

item_2 81.27 559.375 .941 .759

item_3 81.10 564.162 .821 .762

item_4 81.20 564.855 .787 .762

item_5 80.93 575.651 .581 .768

item_6 81.27 558.202 .933 .758

item_7 81.00 563.931 .770 .762

item_8 81.13 561.223 .838 .760

item_9 81.27 558.271 .846 .759

item_10 81.27 555.926 .892 .757

item_11 81.17 566.764 .710 .763

item_12 81.17 555.523 .912 .757


item_13 81.30 558.217 .919 .758

item_14 81.27 557.306 .920 .758

skor_total 42.10 150.990 1.000 .969

KUESIONER AKTIVITAS FISIK

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.780 11

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

item_1 58.80 217.683 .633 .761

item_2 58.77 218.461 .767 .760

item_3 58.87 216.257 .803 .757

item_4 58.57 217.289 .805 .758

item_5 58.47 212.809 .802 .753

item_6 58.67 215.195 .788 .756


item_7 58.73 212.409 .851 .752

item_8 58.83 219.316 .735 .762

item_9 58.67 220.161 .727 .763

item_10 58.73 223.513 .738 .767

skor_total 30.90 60.093 1.000 .931


LAMPIRAN 17 Hasil Analisis Statistik

karakteristik Demografi

Statistics

JK Usia riwayat_dm Status_DM pola_makan aktivitas_fisik BB

N Valid 60 60 60 60 60 60 60

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Mean 1.70 2.80 1.57 1.50 1.30 2.12 2.53

Median 2.00 3.00 2.00 1.50 1.00 2.00 2.00

Mode 2 4 2 1a 1 2 2

Std. Deviation .462 1.147 .500 .504 .462 .691 1.142

Variance .214 1.315 .250 .254 .214 .478 1.304

Minimum 1 1 1 1 1 1 1

Maximum 2 5 2 2 2 3 4

Perc 25 1.00 2.00 1.00 1.00 1.00 2.00 2.00


entil 50 2.00 3.00 2.00 1.50 1.00 2.00 2.00
es
75 2.00 4.00 2.00 2.00 2.00 3.00 4.00

a. Multiple modes exist. The smallest value is


shown

Frequency Table
JK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki - laki 18 30.0 30.0 30.0

Perempuan 42 70.0 70.0 100.0

Total 60 100.0 100.0


Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 36-45 10 16.7 16.7 16.7

46-55 14 23.3 23.3 40.0

56-65 16 26.7 26.7 66.7

66-75 18 30.0 30.0 96.7

>76 2 3.3 3.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

riwayat_dm

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ada 26 43.3 43.3 43.3

Tidak Ada 34 56.7 56.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Status_DM

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid DM 30 50.0 50.0 50.0

Tidak DM 30 50.0 50.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

pola_makan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Teratur 42 70.0 70.0 70.0

Teratur 18 30.0 30.0 100.0

Total 60 100.0 100.0


aktivitas_fisik

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 11 18.3 18.3 18.3

Cukup 31 51.7 51.7 70.0

Baik 18 30.0 30.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

BB

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Obes 2 12 20.0 20.0 20.0

Obes 1 23 38.3 38.3 58.3

bb Lebih 6 10.0 10.0 68.3

Normal 19 31.7 31.7 100.0

Total 60 100.0 100.0


VARIABEL BIVARIAT

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

bb * status_dm 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

aktifitas_fisik * status_dm 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

pola_makan * status_dm 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

bb * status_dm
Crosstab

status_dm

DM Tidak DM Total

bb Obes II Count 9 3 12

Expected Count 6.0 6.0 12.0

% within status_dm 30.0% 10.0% 20.0%

Obes I Count 14 9 23

Expected Count 11.5 11.5 23.0

% within status_dm 46.7% 30.0% 38.3%

BB Lebih Count 2 4 6

Expected Count 3.0 3.0 6.0

% within status_dm 6.7% 13.3% 10.0%

BB Normal Count 5 14 19

Expected Count 9.5 9.5 19.0

% within status_dm 16.7% 46.7% 31.7%

Total Count 30 30 60

Expected Count 30.0 30.0 60.0

% within status_dm 100.0% 100.0% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 9.017a 3 .029

Likelihood Ratio 9.354 3 .025

Linear-by-Linear Association 8.640 1 .003

N of Valid Cases 60

a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 3.00.

aktifitas_fisik * status_dm

Crosstab

status_dm

DM Tidak DM Total

aktifitas_fisik Kurang Count 7 4 11

Expected Count 5.5 5.5 11.0

% within status_dm 23.3% 13.3% 18.3%

Cukup Count 19 12 31

Expected Count 15.5 15.5 31.0

% within status_dm 63.3% 40.0% 51.7%

Baik Count 4 14 18

Expected Count 9.0 9.0 18.0

% within status_dm 13.3% 46.7% 30.0%

Total Count 30 30 60

Expected Count 30.0 30.0 60.0

% within status_dm 100.0% 100.0% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 7.954a 2 .019

Likelihood Ratio 8.307 2 .016

Linear-by-Linear Association 5.897 1 .015

N of Valid Cases 60

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 5.50.

pola_makan * status_dm

Crosstab

status_dm

DM Tidak DM Total

pola_makan Tidak Teratur Count 28 14 42

Expected Count 21.0 21.0 42.0

% within status_dm 93.3% 46.7% 70.0%

Teratur Count 2 16 18

Expected Count 9.0 9.0 18.0

% within status_dm 6.7% 53.3% 30.0%

Total Count 30 30 60

Expected Count 30.0 30.0 60.0

% within status_dm 100.0% 100.0% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 15.556a 1 .000

Continuity Correctionb 13.413 1 .000

Likelihood Ratio 17.153 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 15.296 1 .000

N of Valid Casesb 60

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.00.

b. Computed only for a 2x2 table


LAMPIRAN 18 Lembar Konsultasi

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO


FAKULTAS KEPERAWATAN
Alamat : Kairagi I KombosManado
(Belakang Wenang Permai II Manado)
Tlp : (0431) 871957, 871971, 877512. Fax. (0431) 871972
Website : fakep.unikadelasalle.ac.id
E-mail : keperawatan.udls@unikadelasalle.ac.id

LEMBAR KONSULTASI

Nama : Melita Walianga


NIM : 14061051
Pembimbing I : Gladis Ratuliu, BSN.,MAN

No Tanggal Bab/Topik Masukan/Komentar Pembimbing Paraf


- Mencari Teori Keperawatan
13 Februari Judul dan Bab
1. - Mencari referensi yang terkait
2018 I
topik

Teori - Pilih 2 faktor yang akan


15 Februari
2. Keperawatan dilakukan penelitian dari ketiga
2018
dan Bab I faktor dari Lawrence Green
- Dalam 1 paragraf hanya 4 kalimat
21 Februari tidak boleh lebih
3. Bab I
2018 - Lebih memperhatikan lagi tanda
baca
Bab II dan Responden yang akan diteliti, klien
26 Februari
4. Responden dengan Diabetes Melitus tipe II dan
2018
Penelitian yang tidak menderita DM
- Pada Bab II buat narasi di awal
paragraf
28 Februari
5. Bab I dan II - Perharikan penempatan tanda
2018
koma
- Dalam 1 paragraf hanya 4 kalimat
- Kalimat dalam Bhs.inggris ditulis
miring
14 Maret - Alasan mengambil masalah
6. Bab I dan II
2018 dirubah, pada Ide Pokok Bab I
- Penelitian terkait diinarasikan dan
cari perbedaan dan persamaan
- Referensi diganti, selain Bumi
27 Maret Bab I, II, III Medika
7.
2018 dan IV - Perhatikan tanda titik sebelum
referensi
- Kuesioner diganti
18 April Bab I, IV dan
8. - Perhatikan rata kanan dan kiri
2018 Kuesioner
- Asumsi Utama dimasukkan
- Definisi Operasional (hasil ukur)
pakai rumus
20 April Bab III, IV - Daftar pustaka tidak boleh pakai
9.
2018 dan Kuesioner nomor
- Bagan pengumpulan data
diperbesar
- Kalimat bahasa inggris ditulis
miring
23 April - Uji Chi-Square dimasukkan
10. Bab I – IV
2018 rumusnya
- Masukkan definisi kuantitatif
observasional
Bab I – IV, - Kuesioner diganti
Lembar - Buat lampiran cooding
24 April Screening, - Aplikasi teori keperawatan dibuat
11.
2018 data pada bab III sesudah kerangka
demografi dan konsep
kuesioner - ACC Ujian Proposal
- Perbaiki kuesioner
12 Juni
12. Kuesioner - Usahakan untuk memcari
2018
kuesioner yang baku
- Ide pokok dan kesimpulan
diperbaki
- Paragraf diperhatikan kembali
Daftar isi,
- Masukan aplikasi teori
21 Juni lampiran, Bab
13. keperawatan yang telah
2018 I-IV dan
digunakan oleh penelitian
Kuesioner
sebelumnya
- Masukan kerangka konsep yang
asli
- Definisi operasional untuk
Daftar isis,
aktvitas fisik diganti
definisi
29 Juli - Kerangka konsep Lawrence green
14. operasional,
2018 tambah sumber
aplikasi teori
- Aplikasi penelitian sebelumnya
keperawatan
ditambah
Hasil Uji
13 Juli Valid dan
15. - Uji Valid Kembali
2018 Perbaikan
kuesioner

16 Juli Hasil Uji - ACC untuk hasil Uji Valid


16.
2018 Valid - Sudah boleh turun penelitian

- Olah kembali data pola makan


01 Agustus
17. Bab V-VII - Umur dikategorikan
2018
- Bab VI dirubah
- Alasan mengapa pola makan ada
hubungan yang signifikan dengan
02 Agustus DM. tambah di paragraf 3
18. Bab V-VII
2018 - Etika keperawatan dikaitan
dengan penelitian
- ACC Ujian Skripsi
- Untuk pola makan, aktivitas fisik
dan BB dicantumkan berapa
jumlah responden yang pola
18 Agustus makan teratur dan tidak teratur
19. Bab I – VII
2018 untuk DM dan tidak DM,
aktivitas fisik yang baik,cukup
dan kurang untuk DM dan tidak
DM.
- Ditambahkan alasan yang lebih
14 Agustus spesifik untuk penjelasan yang
20. Bab VI
2018 ada di Bab VI pada pola makan,
aktvitas fisik dan bb
- Kalimat yang salah diperbaiki
kembali
30 Agustus
21. Bab I-VII - Daftar isi diatus kembali untuk
2018
spasi
- Kesimpulan buat narasi
- Perbaiki kembali abstrak
31 Agustus Revisi dan
22. bhs.inggris sesuai dengan yang
2018 Abstrak
telah dikoreksi

3
- ACC Abstrak
23. September Abstrak
- ACC Hard Cover
2018
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
FAKULTAS KEPERAWATAN
Alamat : Kairagi I KombosManado
(Belakang Wenang Permai II Manado)
Tlp : (0431) 871957, 871971, 877512. Fax. (0431) 871972
Website : fakep.unikadelasalle.ac.id
E-mail : keperawatan.udls@unikadelasalle.ac.id

LEMBAR KONSULTASI

Nama : Melita Walianga


NIM : 14061051
Pembimbing II : Annastasia S. Lamonge, S.Kep.,Ns.,MAN

No Tanggal Bab/Topik Masukan/Komentar Pembimbing Paraf


- Bila melakukan penelitian
14 Februari sebaiknya pada penderita
1. JUDUL
2018 Diabetes Melitus dan pada bukan
pendeita Diabetes Melitus

09 Meret - Data Manado diganti


2. Bab I dan II
2018 - Belajar menarik kesimpulan

- Dapat memahami mengenai uji


hipotesis dan dapat melihat
29 Maret
3. Bab I - IV sendiri, uji apa yang akan
2018
digunakan apakah menggunakan
korelasi atau komparasi
- Perbaiki Bab IV dan untuk
kriteria inklusi dan ekslusi jangan
10 April
4. Bab I-IV buat seperti pantun
2018
- Tulis data pribadi dari teori
keperawatan yang disarankan
- Desain penelitian pakai case
19 April control
5. Bab III – IV
2018 - Teknik pengambilan sampling
menggunakan purposive sampling
- Skala ukur diganti
20 April
6. Bab III – IV - Hasil ukur diganti
2018
- Definisi operasional diperbaiki
- Abstrak
29 Juli
7. Bab I – V - Definisi Operasional
2018
- Sumber ditambahkan

30 Juli - Kata Pengantar


8. Bab I – V
2018 - Tabel di Bab V dirubah

31 Juli - Bab IV tambah lampiran


9. Bab I – VII
2018 - Kesimpulan diperbaiki

- Kesimpulan diperbaiki
01 Agustus - Sumber lihat lagi
10. Bab I – VII
2018 - Bab II buat kesimpulan dakhir
paragraf

02 Agustus - Abstrak tambah email dospem 1


11. BAB I – VII
2018 dan 2

03 Agustus - Tambah sumber


12. BAB I – VII
2018 - ACC UJIAN Skripsi

04
13. September BAB I – VII - ACC Hard Cover
2018

Anda mungkin juga menyukai