SKRIPSI
MELITA WALIANGA
14061051
FAKULTAS KEPERAWATAN
MANADO
2018
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
DIABETES MELITUS TIPE II PADA WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TAGULANDANG UTARA DI
KAMPUNG MINANGA
SKRIPSI
MELITA WALIANGA
14061051
FAKULTAS KEPERAWATAN
MANADO
2018
i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dr. Indriani Yauri, MN
Dekan Ketua Program Studi
ii
MELITA WALIANGA
14061051
TIM PENGUJI
MENGETAHUI,
Dekan Fakultas Keperawatan Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Katolik
Universitas Katolik De La Salle Manado Dela Salle Manado
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
didalam naska SKRIPSI ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang
lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan Tinggi, dan tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis dikutip dalam naska ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar
pustaka.
PLAGIASI, saya bersedia SKRIPSI ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya
Mahasiswa,
(Meterai 6000)
NIM : 14061051
PS : Sarjana Keperawatan
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang maha Esa, karena atas segala rahmatNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Faktor – faktor Yang
Kampung Minanga” dengan baik. skripsi ini di susun untuk memenuhi salah satu syarat
Manado.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan selesai dengan
baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang memberikan bimbingan,dukungan
secara lisan maupun tertulis. Maka penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada
Manado
2. Dr. Indriani Yauri, MN, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Katolik
De La Salle Manando.
viii
5. Annastasia S. Lamonge, S.Kep.,Ns.,MAN selaku Dosen pembimbing II yang
7. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Keperawatan Program studi Ilmu Keperawatan
9. Orang Tua dan Keluarga yang merupakan penyemangat yang sangat luar biasa
10. Teman – teman seperjuangan skripsi yang luar biasa, yang selalu memberikan
Penulis
Melita Walianga
viii
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DIABETES
MELITUS TIPE II DI PISKESMAS TAGULANDANG UTARA
DI DESA MINANGA
Abstrak
Latar Belakang : Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat
menyebabkan kematian. Faktor pemicu terjadinya Diabetes Meitus adalah dengan
mengkomsumsi makanan yang tidak sehat yang banyak mempengaruhi kadar gula darah
seperti makan cepat saji, minuman-minuman bersoda dan jenis makanan yang lainnya.
Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui factor – factor yang
mempengaruhi kejadian Diabetes Melitus di Desa Minanga.
Metode : Jenis Penelitian menggunakan metode Komparatif dengan desain case ocntrol.
Penelitian ini dilaksanakan pada Wilayah Kerja Puskesmas Tagulandang Utara di Desa
Minanga. Populasi Penelitian ini sebanyak 30 orang yang menderita Diabetes Melitus
mengunakan total sampling dan yang tidak menderita Diabetes Melitus dengan sampel
30 orang menggunakan purposive sampling.
Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji chi-square di peroleh
p-value= 0.000 (<0.05) pada Pola Makan, dan pada Aktivitas Fisik diperoleh p-
value=0.019 (<0.05). dan untuk Berat Badan diperoleh p-value=0.029(<0.05). Sehingga
dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara Pola Makan, Aktvitas Fisik,
dan Berat Badan dengan Kejadian Diabetes Melitus tipe II pada Puskesmas Tagulandang
Utara di Kampung Minanga.
Kesimpulan : Dalam mencegah faktor – faktor yang mempengaruhi Kejadian Diabetes
Melitus, diperlukan pendidikan kesehatan yang tepat sehingga penderita Diabetes
Melitus dapat mencegah timbulnya faktor – faktor yang mempengaruhi keadian
Diabetes Melitus.
Kata Kunci : Faktor – faktor, DM tipe II, Berat badan, Pola Makan, Aktivitas Fisik
Kepustakaan : 18 Buku, 9 jurnal
viii
FACTORS AFFECTING THE OCCURRENCE OF TYPE II DIABETES
MELLITUS IN NORTH TAGULANDANG PUSKESMAS
AT MINANGA VILLAGE
Abstract
Background: Diabetes Mellitus is a chronic disease that can cause death. The trigger
factor for Diabetes Mellitus is by consuming unhealthy foods that affect blood sugar
levels such as fast food, soft drinks and other types of food.
Objective: The purpose of this study was to determine the factors that are affecting the
incidence of Diabetes Mellitus in Minanga Village.
Method: Type of Research used was a Comparative method with case control design.
This research was carried out at North Tagulandang Health Center Work Area in
Minanga Village. The populastion of this study were 30 people who suffered from
diabetes mellitus using total sampling and those who did not suffer from diabetes
mellitus with a sample of 30 people using purposive sampling.
Results: Based on the results of study using chi-square test, it was obtained the p-value
of 0.000 (<0.05) in the diet, and in physical activity it was obtained the p-value of 0.019
(<0.05), and for body weight it was obtained the p-value of 0.029 (<0.05). So it can be
concluced that there is a sifnificant relationship between diet, physical activity, and body
weight with type II diabetes mellitus in the North Tagulandang health center in
Minangan village.
Conclusion: In preventing the factors that affect the incidence of diabetes mellitus,
proper health education is needed so that people with diabetes mellitus can prevent the
emergence of the factors that affect diabetes mellitus.
Keywords: Factors, Type II DM, Weight, Diet, Physical, Activity
Literature: 18 books, 9 journal
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI iii
PERNYATAAN ORSINALITAS iv
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penelitian 4
1.3 Pertanyaan Penelitian 4
1.4 Ringkasan BAB 4
viii
4.3 Sampel 38
4.4 Lokasi Penelitian 38
4.5 Waktu Penelitian 39
4.6 Instrumen 39
4.7 Pengumpulan Data 42
4.8 Analisis Data 44
4.9 Etika 47
BAB VI PEMBAHASAN 56
6.1 Hubungan Pola makan dengan Kejadian Diabetes Melitus 56
6.2 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Diabetes Melitus 59
6.3 Hubungan Berat Badan dengan kejadan Diabetes Melitus 62
DAFTAR PUSTAKA 68
viii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat menyebabkan
kematian. Diabetes Melitus dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan
berbagai macam keluhan, penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan
penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka
sulit sembuh dan membusuk/gangrene, dan stroke (Adriani, 2017). Salah satu
perubahan gaya hidup dan pola hidup adalah dengan mengkomsumsi makanan yang
tidak sehat yang banyak mempengaruhi kadar gula darah seperti makan cepat saji,
minuman-minuman bersoda dan jenis makanan yang lainnya, hal ini menjadi salah
satu faktor pemicu peningkatan terjadinnya penyakit Diabetes Melitus (Umar, 2016).
diabetes dapat berakibat fatal dan merambat ke penyakit lainnya jika tidak di tangani
dengan benar.
Diabetes Melitus telah menjadi salah satu penyebab utama dari kematian di
peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian. Estimasi jumlah pasien diabetes melitus
di seluruh dunia pre-regional di 2015 (umur 20-79), Amerika Utara dan Karibia
sebanyak 44,3 juta jiwa, Amerika Selatan dan Tengah sebanyak 29,6 juta jiwa,
Afrika sebanyak 14,2 juta jiwa, Eropa sebanyak 59,8 juta jiwa, pada tahun 2015 415
viii
juta orang dewasa dengan diabetes, kenaikan 4 kali lipat dari 108 juta di 1980an (DF
peningkatan tertinggi akan terjadi di kawasan Asia Tenggara (Amatiria, dkk 2014).
Pada tahun 2014, terdapat 96 juta orang dewasa dengan diabetes di 11 negara
anggota Asia Tenggara, prevalensi diabetes di antara orang dewasa meningkat dari
4,1% di tahun 1980an menjadi 8,6% di tahun 2014, dengan Diabetes Melitus di
Negara India 31,7 juta jiwa dan China 20,8 juta jiwa, di Indonesia angka kejadian
Diabetes Melitus sebesar 7,6 juta jiwa (Amatiria, dkk 2014). Penderita Diabetes
Dasar tahun 2007, prevalensi penyakit Diabetes tertinggi ada pada DKI Jakarta
sebesar 2,6%, angka tersebut masih bertahan menurut hasil Riset Kesehatan Dasar
(2013), dimana DKI Jakarta merupakan provinsi kedua terbanyak dengan prevalensi
Diabetes Melitus yakni sebesar 2,5% setelah Yogyakarta 2,6%, Sulawesi Utara 2,4%
dan Kalimantan Timur 2,3 (Syamiyah, 2014 dan Umar, dkk 2016). Secara
Indonesia mencapai 21,23 juta orang (Suryani, dkk 2015). Prevalensi Diabetes
viii
tertinggi di Kota Manado dan terendah di Kabupaten Bolaang Mongondow (Worang,
dkk 2013). Sulawesi Utara memiliki prevalensi Diabetes Melitus sebesar 2,4% dan
sejalan dengan itu data dari Dinas Kesehatan Sulawesi Utara tahun 2013
angka lebih tinggi dari pada angka nasional (Rondonuwu, 2016). Maka dari itu
Menurut data yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tagulandang Utara Diabetes
terbanyak dari lima kampung yang ada di wilayah kerja puskesmas Tagulandang
Utara. Dan menurut survey dari peneliti masyarakat yang ada di kampung Minanga
sering menerapkan gaya hidup yang tidak sehat sehingga dapat dengan mudah
Utara, 2018).
hubungan antara riwayat DM keluarga (p=0,006), ada hubungan antara pola makan
(p=0,002), ada hubungan antara aktivitas fisik (p=0,000), da nada hubungan antara
merokok (p=0,20) dengan kejadian DM tipe 2. Dan penelitian yang dilakukan oleh
Wulandari pada tahun 2013 di RSUD Tugurejo Semarang. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui faktor – faktor (asupan makan dan latihan jasmani) yang
viii
berhubungan dengan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2. Mendapatkan hasil
faktor yang berhubungan dengan kadar gula darah adalah latihan jasmani (p-
value:0.006˂0.05). faktor yang tidak berhubungan dengan kadar gula darah adalah
diteliti oleh peneliti. Dan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara Pola
sebelumnya yang dilakukan pada wilayah tersebut belum tentu sama dengan
penelitian yang akan peneliti lakukan di wilayah yang berbeda dari penelitian
tersebut. Maka dari itu peneliti ingin meneliti kembali mengenai faktor – faktor yang
sebelumnya.
Penanganan Diabetes Melitus yaitu dengan cara menjaga pola makan yang sehat
dan menjaga agar badan tidak terlalu gemuk. Berdasarkan teori dari Wirato (2013)
bahwa melakukan olahraga yang baik dan teratur dapat menurunkan kadar gula,
satunya yaitu melakukan aktivitas olahraga yang teratur bagi penderita Diabetes
viii
menyebabkan hiperglikemia dan komplikasi seperti ginjal, katarak, jantung, dan
hipertensi (Risnasari, 2014). Penanganan untuk penderita Diabetes Melitus ini perlu
dilakukan bagi para penderita, sehingga dapat mencegah peningkatan gula darah.
Jumlah penderita Diabetes Melitus masih begitu banyak, maka dari itu peneliti
ingin mengetahui faktor risiko Diabetes Melitus. Menurut Bustan (2008) Faktor
risiko bisa berupa karakteristik, perilaku, gejala atau keluhan dari seseorang yang
sebuah penyakit. Meskipun telah banyak dilakukan penelitian tentang faktor risiko
yang mempengaruhi kejadian Diabetes Melitus, namun faktor risiko yang ditemukan
pada wilayah yang berbeda belum tentu sama (Syamiyah, 2014). Sehingga masih
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor risiko Diabetes Melitus pada
Manfaat dari penelitian yang telah dilakukan ini adalah kiranya dapat menambah
hidup sehat yang dapat mencegah penyakit diabetes mellitus. Dan diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan dasar untuk merancang program kegiatan untuk mengatasi
faktor – faktor yang berhubungan dengan masalah tersebut. Dan dengan demikian
viii
1.2 Tujuan Penelitian
1.3.1 Apakah ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kejadian
Diabetes Melitus ?
1.3.2 Apakah ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan Kejadian
Diabetes Melitus ?
1.3.3 Apakah ada hubungan yang signifikan antara Berat Badan dengan kejadian
Diabetes Melitus ?
antara lain: pola makan yang tidak tepat, kurangnya aktivitas fisik dan kegemukan),
aplikasi teori keperawatan dan penelitian terkait. Pada BAB III menjelaskan
viii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab II ini menjelaskan mengenai variabel Independent yang berisi tentang faktor
Diabetes Melitus yang sering disebut dengan kencing manis atau penyakit gula,
merupakan salah satu jenis penyakit kronis. Diabetes melitus adalah suatu keadaan
didapatkan peningkatan kadar gula darah yang kronik sebagai akibat dari gangguan
insulin, masalah utama pada penderita Diabetes Melitus tipe II ialah terjadinya
Melitus merupakan penyakit kronis yang umum terjadi pada dewasa yang
pasien (Pricilla, dkk 2016). Maka dari itu penyakit Diabetes Melitus tidak boleh
diremehkan, karena Diabetes Melitus akan merambat ke penyakit lainnya jika tidak
pertama Menurut American Diabetes Assosiation (ADA, 2016) Diabetes Melitus tipe
viii
1, diabetes mellitus tipe 1 ini terjadi karena adanya destruksi atau keruskan sel beta
pankreas karena sebab autoimun. Pada Diabetes Melitus tipe 1 kelainan terletak pada
sel beta yang bisa idiopatik atau imunologik. Pankreas tidak mampu mensintesis dan
mensekresi insulin dalam kuantitas dan atau kualitas yang cukup, bahkan kadang-
kadang tidak ada sekresi insulin sama sekali (Pricilla, dkk 2016). System kekebalan
tubuh merusak sel – sel beta pankreas sehingga insulin tidak bisa diproduksi, inalah
Kedua, Diabetes Melitus tipe 2, Diabetes Melitus tipe ini sering ditemukan.
Diabetes Melius tipe 2 Pada tipe ini, pada awalnya kelainan terletak pada jaringan
perifer (resistensi insulin) dan kemudian disusul dengan disfungsi sel beta pankreas
(defek sekresi insulin) (Indrayana, 2016). Menurut Charles dan Anne (2010)
Diabetes Melitus tipe 2 pada tahap awal, toleransi glukosa hampir normal karena sel-
gangguan toleransi glukosa, yang ditandai dengan peningkatan glukosa darah setelah
makan. Setelah itu, penurunan sekresi insulin dan peningkatan produksi glukosa hati
berlanjut pada diabetes berat dengan hiperglikemia saat puasa dan kegagalan sel
beta. (Syamiyah, 2014). Resistensi insulin dapat menghalangi absorpsi ke dalam otot
Ketiga, Diabetes Melitus Gestasional, diabetes mellitus tipe ini terjadi selama
tooleransi karbohidrat yang terjadi atau diketahui pertamaa kali pada saat kehamilan
viii
sedang berlangsung (Syamiyah, 2014). Gejala Diabetes Melitus gestasional pada ibu
hamil dan penyebabnya adalah karena insulin yang tidak bisa bekerja dengan baik
insulin untuk menjalankan tugasnya, hal ino berakibat kadar gula darah menjadi
tinggi (Soedarsono, 2016). Karena itu gejala Diabetes Gestasional pada ibu hamil
harus mendapatkan penanganan yang baik, jika tidak maka ibu hamil akan beresiko
Dan yang keempat adalah Diabetes Melitus tipe lain. Diabetes Melitus tipe ini
terjadi karena etiologi lain, misalnya sindrom diabetes monogenic (seperti diabetes
neonatal dan diabetes awitan dewasa muda), dan yang dipacu oleh obat atau bahan
kimia. Diabetes Melitus tipe ini terjadi karena penyakit radang pankreas, penderita
kelenjar adrenal atau hipofisis (Indrayana, 2016). Keadaan – keadaan tersebut dapat
Diabetes Melitus tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan
berikatan dengan reseptor khusus pada permukaan sel yang dikenal dengan istilah
RIS (receptor insulin substrate). Kemudian sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi yang akan memberikan sinyal yang
berguna dalam proses regulasi atau metabolisme gula, dimana rangsangan sinyal ini
viii
seperti “kendaraan” bagi gula untuk masuk ke dalam sel (Fatimah, 2015). Resistensi
insulin pada diabetes melitus tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini,
dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi penyerapan gula
oleh jaringan
sehingga akan terjadi kondisi toleransi gula terganggu (TGT). Pada pasien TGT,
keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar gula akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian,
setelah sel-sel beta pankreas sudah tidak dapat mengimbangi peningkatan kebutuhan
akan insulin maka kadar gula akan meningkat dan terjadilah diabetes melitus tipe 2.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetes
melitus tipe 2, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk
mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya, sehingga
ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes mellitus tipe 2 (Fatimah, 2015).
Pada penderita diabetes mellitus tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua fakktor
dan sering kali tidak menyadari penyakit sampai mencari perawatan kesehatan untuk
beberapa masalah lain. Gejala Diabetes Melitus dibedakan menjadi akut dan krois,
gejala akut Diabetes Melitus yaitu Poliphagia (banyak makan), Polidipsia (banyak
minum) dan Poliuria (sering kencing dimalam hari), nafsu makan bertambah namun
viii
berat badan turun dengan cepat, dan mudah lelah (Fatimah, 2015). Gejala Kronik
umumnya akan dirasakan setelah beberapa bulan atau tahun mengidap Diabetes
Melitus, adapun gejala kronik yang sering dialami, diantaranya penurunan berat
badan drastic tanpa sebab yang jelas, kesemutan, penglihatan kabur dan gatal pada
daerah kemauluan (Bumi Medika, 2017). Diabetes Melitus tidak dapat ditegakkan
hanya dengan melihat gejala – gejala yang timbul, namun gejala – gejala tersebut
Sebagian besar penderita Diabetes Melitus tidak sadar akan bahaya komplikasi.
Diabetes Melitus juga menimbulkan efek menyerang bagian organ – organ vital
manusia dan bisa berlangsung bertahun – tahun, penyakit ini dapat memicu
dehidrasi, napas berbau, mual, muntah, napas dalam dan semakin cepat, keadaan
segala kegiatannya.
Diabetes Melitus yang berlarut – larut bisa menyebabkan bengkak dan pembuluh
darah di mata bocor. Menurut Perkeni (2011) Berbagai komplikasi dapat terjadi jika
terjadi pada penderita Diabetes Melitus antara lain: hipertensi, infark miookard,
retinopaty diabetika, katarak, dan Glomerulosklerosis (Amelia, dkk 2014). Jika gula
darah terus menerus tidak terkontrol dan tindakan pencegahan tidak dilakukan, maka
pada akhirnya akan timbul berbagai gejala seperti bintik mengambang pada bidang
viii
penglihatan, kesulitan melihat di malam hari dan titik gelap pada pusat penglihatan
(Soedarsono, 2016). Tipe Diabetes yang paling beresiko menderita retinopati adalah
Diabetes Melitus tipe 2, oleh karena itu penderita Diabetes Melitus tipe 2 sangat
Katarak biasanya dialami oleh lansia yang sudah berusia diatas 60 tahun. Katarak
adalah penyakit yang menyerang organ mata dan bisa terjadi pada salah satu mata
atau dua mata sekaligus dan pada umumnya mata yang sehat memiliki bagian lensa
normal yang bisa menjadi jalan masuknya cahaya hingga kebagian belakang mata
(Soedarsono, 2016). Pada penderita Diabetes Melitus katarak bisa terjadi lebih dini,
katarak ditandai dengan adanya selaput tipis yang menutupi lensa mata dan
gejalanya berrupa pandangan menjadi berkabut dan kabur, warna lensa mata yang
kurang cerah, tampak bayang – bayang didepan matanya dan bagian pupil mata
terlihat lebih putih atau abu – abu (Bumi Medika, 2017). Penanganan katarak pada
penderita Diabetes Melitus sama seperti dengan penderita katarak tanpa Diabetes
Menurut Mayo Clinic, glaucoma disebabkan saluran cairan yang keluar dari bola
mata terhambat. Sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan
saraf mata yang berada dibelakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak
mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akkan mati dan Diabetes Melitus bisa
viii
Penderita Diabetes Melitus harus mewaspadai kemungkinan mengalami gagal
Melitus memiliki dua kali lipat risiko penyakit jantung atau stroke dibandingkan
orang tanpa Diabetea Melitus. Gangguan jantung yang biasa dialami oleh penderita
Diabetes Melitus adalah infark jantung, infark jantung merupakan keadaan ketika
aliran darah menuju jantung tiba – tiba berhenti sehingga menyebabkan matinya sel
– sel jantung, infark jantung ini sebenarnya diakibatkan oleh gula darah yang tinggi
(Arisma, dkk 201). Kedua penyakit ini menyebabkan kematian utama pada penderita
Diabetes Melitus.
sering dialami oleh penderita Diabetes Melitus. Kadar glukosa darah yang terus –
menerus tinggi dalam jangka waktu lama hingga 10 tahun atau lebih akan merusak
dinding pembuluh darah kapiler yang menuju saraf, akibat kerusakan tersebut timbul
mengontrol buang air kecil dan buang air besarnya (Rondonuwu, dkk 2016). Sama
halnya dengan neuropati, penderita yang mengalami Diabetes Melitus dalam jangka
waktu lama akan beresiko mengalami kerusakan ginal atau nefropati. Gula darah
yang tinggi mempersulit kerja ginjal untuk menyaring darah dan mengeluarkan sisa
– sisa zat yang tidak dibutuhkan tubuh, zat – zat yang tidak bisa keluar dari tubuh
tipis. Gangguan hati juga sering ditemukan pada penderita Diabetes Melitus,
viii
gangguan hati yang paling sering dialami adalah perlemakan hati, terutama pada
penderita Diabetes Melitus tipe 2 yang gemuk. Penderita Diabetes Melitus menahun
juga terkadang mengalami gangguan kulit, komplikasi ini biasa disebut Diabetes
gangguan kulit ini sering disebaabkan oleh serangan jamur dan bakteri. (Bumi
Medika, 2017)
Penyakit Diabetes Melitus tidak dapat disembuhkan, namun penyakit ini dapat
dikontrol. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa
darah normal (euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada
pola aktivitas pasien (Amtiria, 2015). Melihat banyaknya akibat lanjut yang dapat
disiplin mengecek gula darah, disiplin mengonsumsi obat, serta terus mempelajari
Diabetes Melitus dalam menjalani anjuran makan yang diberikan, anjuran makan ini
meliputi jumlah energi, jenis makanan, dan jadwal makan. Namun tidak semua klien
viii
terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan merupakan salah satu kendala pada
Gaya hidup (lifestyle) adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa
hidupnya. Gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai cara hidup yang
apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang
mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan dunia sekitarnya pendapat). Gaya
hidup suatu masyarakat akan berbeda dengan masyarakat yang lainnya. Bahkan dari
masa ke masa gaya hidup suatu individu dan kelompok masyarakat tertentu akan
beraktivitas, pola makan yang tidak tepat, dan kebiasaan yang tidak sehat. Faktor
risiko Diabetes Melitus tipe 2 dibedakan menjadi faktor yang dapat dimodifiikasi
dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi (Pricilla, dkk 2016). Setiap orang bisa saja
terangkit Diabetes Melitus karena tidak satu pun yang bisa terbebas dari faktor –
fator penyebabnya.
Pola makan ditentukan jumlah makanan, jenis makanan, dan jam makan. Jumlah
makanan yang berlebihan, terutama karbohidrat dan lemak inilah yang memicu
naiknya glukosa darah. Jenis makanan yang tinggi kadar indeks glikemik, tinggi
lemak, dan tinggi garamlah yang bisa meningkatkan resiko diabetes, jam makan
viii
yang tidak teratur seperti melewatkan sarapan dan sering makan larut malam dapat
dkk 2013).
salah satunya adalah aktivitas fisik yang rendah. Penderita Diabetes Melitus tipe 2
yang memiliki aktivitas seperti itu dapat menjadi salah satu faktor tidak
terkontrolnya kadar gula darah puasanya. Aktivitas fisik yang rendah dapat
sensitivitas tubuh terhadap insulin, yang membantu menjaga kadar gula darah dalam
kisaran normal. Untuk itu, penderita diabetes tipe 2 dianjurkan untuk melakukan
aktivitas fisik seperti olahraga secara rutin dan menghindari kegemukan (Syamiyah,
2014). Kegiatan fisik dan olahraga teratur sangatlah penting selain untuk
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang membutuhkan energi untuk
mengerjakannya. Sedangkan olah raga merupakan aktivitas fisik yang terencana dan
viii
meningkatkan kebugaran jasmani (Farizati dalam Khomarun, 2013). Aktifitas fisik
adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi atau
pembakaran kalori (Kemenkes RI, 2015). Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh
Aktivitas fisik dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan aktivitas fisik sebagai
berikut: Kegiatan ringan, hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak
orang melakukan aktifitas fisik, bervariasi antara individu satu dengan yang lain
bergantung gaya hidup perorangan dan faktor lainnya seperti jenis kelamin, umur,
pekerjaan (Sutri, 2014). Aktivitas fisik sangat disarankan kepada semua individu
untuk menjaga kesehatan, aktivitas fisik juga merupakan kunci kepada penentuan
Kegiatan sedang, membutuhkan tenaga ntens atau terus menerus, gerakan otot
yang berirama atau kelenturan. Contoh: berlari kecil, tenis meja, berenang, bermain.
membuat berkeringat. Contoh : berlari, bermain sepak bola, aerobik, bela diri (Welis,
2012). Aktifitas fisik memerlukan usaha ringan, sedang atau berat yang dapat
disimpulkan bahwa, melakukan aktivitas fisik secara teratur sangat baik untuk menjaga
kesehatan
Berat Badan adalah ukuran yang lazim atau sering dipakai untuk menilai suatu
keadaan suatu gizi manusia. Berat badan juga merupakan ukuran tubuh dalam sisi
viii
apapun, berat badan diukur dengan alat ukur berat badan dengan suatu satuan
indeks massa tubuh (IMT) yang digunakan untuk menentukan apakah individu
masuk dalam kategori obes atau tidak (Fathurohman, 2015). Nilai IMT didapatkan
dengan membagi berat badan dalam kilogram (Kg) dengan tinggi badan dalam meter
kuadrat (m2). Hubungan antara IMT dan lemak tubuh ditentukan oleh proporsi
tubuh.
protein, serta kurangnya aktivitas. Akibat kegemukan ini, banyak lemak yang
tertimbun di dalam sel sehingga insulin tidak mampu membawa glukosa masuk ke
dalam sel – sel tersebut. Setiap kenaikan berat badan sebesar 1 kg dapat
Semakin tinggi tingkat obesitas maka akan semakin beresiko terkena diabetes.
Penelitian Terkait yang digunakan pada penelitian ini, yaitu penelitian yang
diambil pada website Google Cendekia dengan kata kunci Faktor – Faktor risiko
Penelitian Terkait yang digunakan pada penelitian ini, yaitu yang pertama,
faktor risiko dominan yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Melitus tipe II.
case control dengan metode fixed disease sampling. Populasi penelitian ini adalah
viii
seluruh masyarakat yang menderita DM tipe 2 dan tidak menderita DM tipe 2 di
berjumlah 40 orang dan kelompok kasus berjumlah 80, sehingga total seluruh
responden berjumlah 120 orang. Dengan metode fixed disease sampling. Hasil
(p=0,006), ada hubungan antara pola makan (p=0,002), ada hubungan antara
seseorang yang memiliki aktivitas fisik rendah beresiko sebesar 14,916 kali untuk
Penelitian terkait yang kedua, yaitu dilakukan oleh Palimbunga, Ratag, dan
Kaunang pada tahun 2017 di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. Penelitian ini
control. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan yang
Manado dengan 57 orang untuk kasus DM tipe 2 dan 57 orang untuk control
(bukan DM tipe 2). Sehingga total seluruh responden berjumlah 114 orang. Hasil
viii
Penelitian Terkait yang ketiga, yaitu dilakukan oleh Arisma, Yunus, Fanani
survey cepat. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat usia ˃40 tahun di
Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang. Jumlah sampel sebesar 254 diambil dari
sebanyak 63%, aktivitas fisik 56,5%, stress 50%, merokok 45%, alkohol 56%,
hipertensi 60%, obesitas 51%, usia 64,5%, keturunan 78%, dan jenis kelamin 64%.
2013 di RSUD Tugurejo Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor – faktor (asupan makan dan latihan jasmani) yang berhubungan
dengan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2. Jenis penelitian ini adalah
Populasi dalam penelitiam ini adalah semua pasien rawat jalan Diabetes Melitus
tipe 2 yang melakukan cek gula darah di RSUD Tugurejo Semarang dengan besar
value:0.006˂0.05). faktor yang tidak berhubungan dengan kadar gula darah adalah
viii
asupan makan yang terdiri dari karbohidrat (p-value:0,660˃0.05), lemak (p-
pada tahun 2014 di RSUD Tugurejo Semarang. Tujuan dilakukan penelitian ini
adalah untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang berhubungan dengan
keadian diabetes mellitus tipe 2 pada usia kurang dari 45 tahun. Jenis penelitian ini
control. Populasi dalam penelitian ini adalah klien dengan umur kurang dari 45
sampel dalam penelitian ini adalah 76 orang, dengan ketentuan 38 sebagai kasus
memiliki hubungan dengan kejadian diabetes tipe 2 adalah riwayat hipertensi (p-
Penelitian terkait keenam, yaitu dilakukan oleh Ramahdan pada tahun 2017
Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui hubungan umur, jenis kelamin, tingat
pendidika, pekerjaan dan aktivitas fisik dengan kejadian Diabetes Melitus di RSUP
Dr. Wahudin Sudirohusodo dan Rumah Sakit Uhnas. Jenis Penelitian ini adalah
observasional dengan rancangan cross sectional studi Populasi Penelitian ini adaah
Rumah Sakit Uhnas yang berumah 1500 pasien. Sampel penelitian sejumlah 306
pasien yang dipilih dari populasi secara purposive sampling. Hasil penelitian
viii
menunjukkan bahwa dari 306 pasien terdapat 187 (61,1%) yang terkena Diabetes
terkait pertama dengan penelitian yang akan diteliti, yaitu pada penelitian terkait
petama, penelitian ini bagi penderita Diabetes Melitus tipe 1 dan 2. Sedangkan
penelitian yang akan diteliti hanya meneliti pada penderita Diabetes Melitus tipe 2.
Persamaannya dari penelitian pertama dengan penelitian yang akan diteliti adalah
sama – sama meneliti mengenai faktor resiko kejadian Diabetes Melitus dan
Perbedaan dari penelitian terkait kedua dengan penelitian yang akan diteliti,
yaitu beda dalam tempat penelitian yang akan diteliti. Persamaan dari penelitian
terkait kedua dengan penelitian yang akan diteliti, yaitu sama – sama meneliti
mengenai faktor – faktor Diabetes Melitus tipe 2 dan sama – sama menggunakan
viii
Perbedaan dari penelitian terkait keempat dengan penelitian yang akan
case control. Persamaannya, yaitu sama – sama meneliti tentang faktor – faktor
Diabetes Melitus.
Perbedaan dari penelitian kelima dengan penelitian yang akan diteliti, yaitu
pada penelitian terkait kelima populasi dalam penelitian ini adalah klien dengan
umur kurang dari 45 tahun sedangkan pada penelitin yang akan diteliti populasinya
seluruh penderita Dibetes Melitus dan tidak memfokuskan pada umur responden.
Melitus.
oleh peneliti, yaitu populasi dalam penelitian hanya kepada penderita Diabetes
Melitus sedangkan populasi dalam penelitian yang tellah dilakukan oleh peneliti
adalah penderita Diabetes Melitus dan yang tidak menderita diabetes melitus.
5 penelitian. Dan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara Pola makan,
sebelumnya yang dilakukan pada wilayah tersebut belum tentu sama dengan
penelitian yang akan peneliti lakukan di wilayah yang berbeda dari penelitian
tersebut. Maka dari itu peneliti ingin meneliti kembali mengenai faktor – faktor
viii
yang mempengaruhi kejadian DM di wilayah yang berbeda dengan penelitian
sebelumnya.
viii
Tabel 2.3. Penelitian Terkait
4 Pratiwi RSUD 2013 Tujuan dari Jenis penelitian Populasi dalam Hasil statistic Manfaat dari
Wulandar Tugurejo penelitian ini ini adalah penelitiam ini menunjukan penelitian ini
i Semarang adalah untuk explanatory adalah semua faktor yang adalah untuk
mengetahui research pasien rawat berhubungan mengetahui
faktor – faktor dengan metode jalan Diabetes dengan kadar hubungan
(asupan survey dan Melitus tipe 2 gula darah antara
28
biaya yang diusulkan pada tahun 1974 oleh Lawrence W. Green yang dapat
sosial dan biologi sains; MPH, 1966; Dr.PH 1968, pendidikan kesehatan
baik yang dapat diamati secara langsung (observable) maupun yang tidak dapat
diamati secara langsung oleh orang lain (unobservable) yang berkaitan dengan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Oleh sebab itu perilaku kesehatan ini
pada garis besarnya dikelompokan menjadi dua, yakni : perilaku sehat (Health
Behavior) yang merupakan perilaku orang yang sehat agar tetap sehat atau
Behavior) yang merupakan perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah
31
kesehatan untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatanya
dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan
causes).
antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai – nilai, tradisi dan
maksudnya adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku
orang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat tetapi tidak melakukannya.
32
Predisposing
factors Behavior
& lifestyle
Reinforcing Quality
Health
factors Health
Education of life
Environment
Enabling
factors
penglihatan. Untuk faktor predisposisi terdiri dari Pengetahuan dan Motivasi, dan
untuk faktor penguat yaitu social budaya. Dari kedua faktor tersebut dapat
mengubah Perilaku dan gaya hidup dan dari perilaku dan gaya hidup ini dapat
Pengetahan, sikap dan persepsi. Dan untuk faktor penguat terdiri dari teman kerja
dan pengawas, sedangkan untuk faktor pemungkin terdiri dari fasilitas penunjang
hidup karyawan.
33
BAB III
KERANGKA KONSEP
Pada Bab ini menjelaskan mengenai Kerangka Konsep yang berisi tentang
Variabel Dependen dan Variabel Independen (faktor pendorong, faktor pemungkin dan
faktor penguat) yang akan diteliti dan yang tidak diteliti. Serta menjelaskan mengenai
Faktor Pendorong
Perilaku &
Faktor Penguat Gaya Hdup
Promosi Diabetes Kualitas
Kesehatan Pola makan
Aktivitas fisik Melitus Hidup
Berat Badan
Lingkungan
Faktor Hidup
Pemungkin
: Tidak Diteliti
34
Dalam Kerangka Konsep yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori yang
diadaptasi dari teori Lawrence Green. Dalam teori Lawrence Green terdapat 3 faktor
pengetahuan, motivasi, dll. , enabling factors terdiri dari Puskesmas, Rumah Sakit,
reinforcing factors terdiri dari Pola Makan, Aktivitas Fisik dan Kegemukan reinforcing
factors ini yang akan diteliti oleh peneliti. Dari reinforcing factors tersebut dapat
penederita merupakan Diabetes Melitus. Karena starus kesehatan terganggu maka dapat
3.2 Hipotesis
Ho 1 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara Pola Makan Yang Tidak Tepat
Ha 1 : Ada hubungan yang signifikan antara Pola Makan Yang Tidak Tepat dengan
35
3.3 Definisi Operasional
36
meningkatkan fisik dan olahraga 10 as
sensitivitas tubuh yang kurang. pertany fisik
terhadap insulin, Meliputi kegiatan aan. kurang
yang membantu ringan, sedang dan Dengan skor
menjaga kadar gula berat. pilihan 21-41
darah dalam kisaran jawaba aktivit
normal. Aktivitas n: as
fisik adalah gerakan fisik
tubuh yang dihasilkan Selalu= cukup
oleh otot-otot rangka 5 skor
yang dihasilkan Sering 42-60
sebagai suatu =4 aktivit
pengeluaran tenaga Kadang as
yang meliputi – fisik
pekerjaan, waktu kadang baik
senggang dan =3
aktivitas sehari-hari. Jarang
Aktifitas fisik
=2
tersebut memerlukan
Tidak
usaha ringan, sedang
pernah
atau berat yang dapat
menyebabkan =1
perbaikan kesehatan
bila dilakukan secara
teratur. (Syamiyah,
2014).
4 Berat Kegemukan adalah Bila hasil berat Timban Ordin 18-23:
Badan suatu keadaan badan responden gan al Norma
penumpukan di (kg) dibagi dengan Berat l
jaringan adipose tinggi badan (m) Badan 23-
secara berlebihan. yang dikuadratkan. dan Cm 24,9:
Kesulitan dalam BB
pengukuran lemak Lebih
tubuh secara 25-
langsung membuat 29,9:
indeks massa tubuh Obes I
(IMT) yang ≥30:
digunakan untuk Obes
menentukan apakah II
individu masuk
dalam kategori obes
atau tidak.
(Fathurohman,
2015).
37
BAB IV
METODE PENELITIAN
perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan
kerangka pemikiran tertentu. Penelitian dengan desain case control ini dilakukan
dengan cara membagi sampel penelitian ke dalam dua kelompok kasus dan control.
Dengan penelitian ini akan diketahui besar risiko dari faktor – faktor yang
4.2 Populasi
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan
4.3 Sampel
menggunakan Total Sampling dan yang tidak menderita Diabetes Melitus yang
38
menggunakan teknik Purposive Sampling karena pengambilan sampel dilakuan
hanya atas dasar pertimbangan penelitinya saja, yang menganggap unsur – unsur
yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil. (Nasution, 2013).
Kriteria Sampel, kriteria inklusi untuk kasus: penderita dengan Diabetes Melitus tipe
2 yang berobat di Wilayah Kerja Puskesmas Tagulandang Utara dan termasuk pada
Kampung Minanga, kriteria eksklusi untuk kasus: Menderita Diabetes Melitus tipe
lain. Sedangkan Kriteria Inklusi untuk control: Pasien yang tidak menderita Diabetes
Melitus dan berdomisili di Kampung Minanga dan untuk kriteria ekslusi untuk
4.4 Lokasi
Kampung Minanga
4.5 Waktu
Waktu penelitian di mulai dari bulan Februari – Juli 2018. Peneliti mengambil
data awal pada 7 Juli 2018. Dan peneliti melaksanakan penelitian (pengumpulan
data) dalam waktu 4 hari, yaitu pada tanggal 18-21 Juli 2018. Dengan target
4.6 Instrumen
dilakukan dengan pola pengukuran yang sama. Instrument dalam penelitian ini
39
adalah Kuesioner yang terdiri dari 3 jenis instrument yaitu Pola Makan, Aktivitas
Fisik.
Jenis Instrumen yang pertama yaitu Pola makan. Instrumen ini dibuat sendiri
oleh peneliti berdasarkan teori Nasution, dkk 2013 dan telah diuji Valid dengan
Cronbach’s Alpha 0.777. Untuk mengukur pola makan pada penderita Diabetes
Melitus dan yang bukan penderita Diabetes Melitus, dengan menggunakan rumus cut
off point. Jumlah pertanyaan yang digunakan yaitu ada 14 pertanyaan. Dan tipe
pertanyaan memakai Selalu, Sering, Kadang – kadang, Jarang dan Tidak pernah
Tidak Pernah 1. Yaitu dengan rumus nilai tertinggi dikali jumlah soal ditambah
dengan nilai terendah dikali jumlah soal, dan dibagi dua, sehingga didapatkan resung
Skor ≥42 Pola Makan Responden teratur, skor ≤ 42 pola makan tidak teratur.
Jenis Instrumen yang kedua yaitu Aktivitas Fisik. Instrumen ini di ambil dari
Maynardo Aethelstone (2017) dan dimodifikasi kembali oleh peneliti. Dan telah
diuji Valid dengan Cronbach’s Alpha 0.780. Untuk mengukur aktivitas fisik pada
penderita Diabetes Melitus dan yang bukan penderita Diabetes Melitus. Jumlah
pertanyaan yang digunakan yaitu ada 10 pertanyaaan. Dan tipe pertanyaan memakai
Selalu, Sering, Kadang – kadang, Jarang dan Tidak pernah dengan system penilaian
dengan rumus nilai tertinggi dikali jumlah soal ditambah dengan nilai terendah dikali
jumlah soal, dan dibagi tiga, sehingga resung skor yang didapatkan skor 10-20
aktivitas fisik kurang, skor 21-41 aktivitas fisik cukup, skor 42-60 aktivitas fisik
baik.
40
Jenis instrumen yang ketiga yaitu Berat badan. Berat bedan diukur pada lembar
demografi dengan cara ukur menggunakan Timbangan Berat Badan dan centimeter.
Dan menggunakan rumus IMT (Index Massa Tubuh) dimana berat badan dibagi
dengan tinggi badan kuadrat, berat badan dihitung menggunakan satuan kilogram
(kg) sedangkan tinggi badan dalam satuan meter (m). sehingga didapatkan Index
Massa Tubuhnya. Dimana index massa tubuh yang berkisar antara 18-23
dikategorikan berat badan normal, 23,1-24,9 dikategorikan Berat Badan Lebih, 25-
Alat ukur instrument : Validitas Alat Ukur, Alat ukur dikatakan valid apabila alat
ukur tersebut mampu mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur. Instrumen
dalam penelitian ini akan diuji valid kembali. Terdapat dua unsur penting yang tidak
dapat dipisahkan dari prinsip validitas, yaitu kejituan dan ketelitian. Yang kedua
Reliabilitas Alat Ukur, Alat ukur dikatakan reliable jika alat ukur tersebut memiliki
sifat konstan, stabil atau tepat. Jadi alat ukur dinyatakan reliable apabila diuji coba
terhadap kelompok subyek akan tetap ssama hasilnya, walaupun dalam waktu yang
berbeda, dan/atau jika dikenakan pada lain subyek yang sama karakteristik hasilnya
41
4.7 Pengumpulan Data
Informasi Pelaksanaan
Penelitian
Formulir Persetujuan
penelitian
Lembar Screening
Pembagian Kuesioner
Penelitian
Pengumpulan Kuesioner
42
Pemeriksaan Kelengkapan
Kuesioner
Pengolahan data
Pembahasan
Puskesmas. Mengambil data pada rekam medik kunjungan pada klien Diabetes
Peneliti merekap hasil semua klien yang mengalami Diabetes Melitus tipe II
Formulir Persetujuan penelitian (informed consent) sebagai bukt tertulis, setelah itu,
43
mengisi Lembar Screening yang akan diisi oleh peneliti sendiri berdasarkan kriteria
inklusi dan esklusi. Kemudian peneliti menjelaskan mengenai kuesioner yang akan
Kuesioner atau lembar hasil wawancara yang telah diisi dikumpulkan kemudian
melalui daftar pertanyaan pada kuesioner dan data yang dikumpulkan melalui
memeriksa kuesioner dengan mengklasifikasi data dan memberi kode untuk masing
(Entry), Peneliti memasukan data dengan bantuan computer dengan aplikasi untuk
kesalahan memasukkan data. Data – data yang tidak lengkap karena salah
Setelah dilakukan editing, coding, entry, dan cleaning, data yang diperoleh
analisis data yang dlilakukan, yaitu Analisis Univariat, analisis univariat dilakukan
untuk melihat distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel independen dan
dependen. Variabel tersebut antara lain pola makan yang tidak tepat, kurangnya
aktivitas fisik, kegemukan dan Kejadian Diabetes Melitus tipe II. Analisis Bivariat,
44
uji Normalitas >0,05 akan dikatakan sebaaran dan normal dengan menggunakan Uji
Chi-square. Uji Chi-square adalah salah satu jenis uji komparatif non parametris
yang dilakukan pada dua variabel, dimana skala data kedua variabel adalah skala
nominal dan ordinal (Hidayat, 2012). Syarat dari uji Chi-Square adalah frekuensi
4.9 Etika
Manusia sebagai partisipan dalam penelitian harus dilindungi dari segala bentuk
ini menggunakan prinsip – prinsip etika BHA (Baik, Hormat, & Adil), yaitu :
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang
lain. Dalam hal ini peneliti dalam melaksanakaan penelitian dengan berbuat baik
terhadap responden yang menderrita Diabetes Melitus dan yang tidak menderita
Diabetes Melitus.
keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan memutuskan. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat keputusan sendiri, memilih dan
memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang dihargai. Prinsip otonomi ini adalah
memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan
45
kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Dalam hal ini peneliti dalam
penelitian untuk diambil datanya dan ikut serta dalam penelitian. Subjek penelitian
consent. Hal ini merupakan bentuk kesukarelaan dari subjek penelitian untuk ikut
serta dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti melakukan pengisian Informed consent
yang diberikan langsung kepada responden yang menderita Diabetes Melitus dan
informasi tentang klien harus dijaga privasi-nya. Apa yang terdapat dalam dokumen
catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tak ada
satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijin kan oleh klien
menyampaikannya pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan
lain harus dicegah. Dalam hal ini peneliti menjaga kerahasiaan responden dengan
Ketiga, Adil, Justice (Keadilan), Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang
sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang
benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Dalam hal ini peneliti
46
bertindak adil kepada setiap responden dengan tidak membeda – bedakan segala
perlakuan atau informasi yang diberikan peneliti yang menderita Diabetes Melitus
47
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini membahas tentang hasil penelitian yang terdiri dari hasil uji
univariat dan hasil uji bivariat. Penelitian ini dilakukan Pada Wilayah Kerja Puskesmas
Taguandang Utara di Kampung Minanga dan penelitian ini telah dilaksanakan pada
tanggal 18-21 Juli 2018. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor
– faktor yang mempengaruhi kejadian Diabetes Melitus tipe II pada Wilayah Kerja
Puskesmas Tagulandang Utara di Kampung Minanga dengan sampel peneltian 30
responden yang menderita Diabetes Melitus tipe II dan 30 responden yang tidak
menderita Diabetes Melitus tipe II di Kampung Minanga.
Peneliti memperoleh hasil penelitian dari pengisian kuesioner yang dibagi kepada
responden penderita Diabetes Melitus dan yang tidak menderita Diabetes Meitus tipe II
yang memenuhi kriteria inklusi dan berisi pertanyaan mengenai Pola Makan, Aktivitas
Fisik dan melalui pengukuran Berat badan menggunakan Timbangan Berat Badan dan
pengukuran tinggi badan menggunakan centimeter. Berdasarkan pengolahan data dan
analisis data, peneliti akan menyajikan analisis univariat dan analisis bivariat yang diuji
dengan uji statistik Chi-Square.
48
5.1 Karakteristik Responden
Hasil analisis univariat untuk karakteristik responden, dapat dilihat pada tabel 1 di
bawah ini :
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden
karakteristik responden untuk jenis kelamin paling banyak adalah responden dengan
Hasil pengolahan data untuk Usia paling banyak adalah responden dengan
Usia 66-75 sebanyak 18 orang (30.0%), dan untuk responden dengan usia 36-45
(23.3%), responden dengan usia 56-65 sebanyak 16 orang (26.7%) dan responden
49
Hasil pengolahan data untuk adanya riwayat Diabetes Melitus tipe II paling
banyak adalah tidak ada riwayat Dabetes Melitus tipe II dalam kelauarga sebanyak
34 orang (56,7%) dan responden yang tidak ada riwayat Dabetes Melitus tipe II
sebanyak 26 orang (43,3%). Untuk status Diabeteas Melitus tipe II, dimana
responden yang menderita Diabetes Melitus tipe II dan tidak menderita Diabetes
Hasil analisis data untuk gambaran pola makan dengan kejadian diabetes
fisik yang kurang sebanyak 11 orang (18,3%). Untuk lebih jelasnya dapat
50
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Aktivitas Fisik
Hasil pengolahan data untuk gambaran berat badan dimana paling banyak
orang (10%). Hasil pengolahan data dapat dilihat pada tabel 4 di bawah
ini :
Pada Penelitian ini menggunakan uji chi-square karena data yang tersusun
berkelompok atau dikelompokkan dalam tabel diistribusi frekuensi dan karena data
51
5.2.1 Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Diabetes Melitus tipe II
52
5.2.2 Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Diabetes Melitus tipe II
Hasil pengolahan data untuk aktivitas fisik dari responden, paling banyak
adalah responden dengan aktivitas fisik yang cukup setiap hari, sebanyak 31
mellitus tipe II hanya 4 orang (6,7%), dan responden dengan aktivitas fisik
tipe II sebanyak 7 orang (11,7%) dan tidak menderita diabetes mellitus tipe
II sebanyak 4 orang (6,7%). Hasil pengolahan data dapat dilihat pada tabel 6
di bawah ini :
Tabel 6 menjelaskan bahwa jika dilihat dari nilai probabilitas (p) maka
53
aktivitas fisik dengan kejadian diabetes mellitus tipe II di Puskesmas
diabetes mellitus tipe II, dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini :
diabetes mellitus tipe II sebanyak 9 orang (15%) dan responden yang tidak
(8,3%) dan responden dengan berat badan lebih sebanyak 6 orang (10%)
54
orang (6,7%) dan responden yang menderita diabetes mellitus tippe II hanya
2 orang (3,3%).
Hasil analisis data jika dilihat dari nilai probabilitas (p) secara statistic
55
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab VI ini menjelaskan tentang hasil penelitian tentang Faktor – Faktor
teratur sebanyak 2 orang, dan yang tidak teratur sebanyak 28 orang, untuk
responden dengan Diabetes Melitus tipe II. Sedangkan responden yang tidak
mendeita Diabetes Melitus tipe II dengan pola makan teratur sebanyak 16 orang,
sedangan pola makan tidak teratur sebanyak 14 orang, Dari hasil penelitian yang
demikian H0 ditolak yang artinya ada hubungan yang signifikan antara Pola Makan
dengan kejadian Dabetes Melitus tipe II. Dalam penelitian ini responden yang
menderita Diabetes Melitus tipe II lebih cenderung tidak mengatur pola makan
dengan baik, karena sebagian responden makan tidak teratur dengan jenis makanan
yang sembarangan atau tidak sehat. Dan juga dengan jumlah atau porsi makan
yang lebih.
Sukmaningsih (2015) dengan judul “faktor resiko keadian Diabetes Melitus tipe 2
(p=0,002) sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara Pola Makan dengan
56
kejadian Diabetes Melitus tipe II. Penelitian ini pula sejalan dengan penelitian
Semarang, bahwa hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara Pola Makan
Responden dengan pola makan tidak teratur tetapi tidak menderita Diabetes
dalam melakukan aktivitas fisik sehari – hari. Dan responden dengan pola makan
sedangkan responden dengan pola makan teratur yang menderita Diabetes Melitus
teratur tetapi karena kurang melakukan aktivitas fisik, dan walaupun responden
makan teratur tetapi dengan jenis makanan yang tidak sehat seperti makanan yang
menderita Diabetes Melitus tipe II. Dan responden dengan pola makan teratur yang
responden teratur dalam menjaga pola makan sehingga tidak terkena Diabetes
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Nasution, dkk (2013) yang
pola konsumsi makanan terutama sumber karbohidrat yang banyak terdapat dalam
57
makan dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap dalam melaksanakan diet Dan
menurut teori (Manganti, 2012) agar kadar gula darah lebih stabil, perlu
pengaturan jadwal makan teratur (makan pagi, makan siang, makan malam) dan
makan porsi kecil dalam waktu tertentu akan membantu mengontrol kadar gula
darah.
Dikaitkan dengan teori keperawatan Lawrence Green bahwa ada tiga fakto
pendorong dan faktor penguat. Dalam penelitian ini peneliti membuktikan bahwa
pada faktor penguat dalam teori Lawrence Green ini peneliti mengambil Pola
Makan sebagai Variabel Independen. Dari faktor penguat yaitu pola makan,
responden dengan Kejadian Diabetes Melitus tipe II dengan pola makan tidak
kesehatan dimana dalam hal ini adalah Diabetes Melitus tipe II, sehingga pula
58
6.2 Hubungan Aktvitas Fisik dengan kejadian Diabetes Melitus tipe II
Melitus tipe II sebanyak 7 orang, dan untuk aktivitas fisik cukup dengan kejadian
aktivitas fisik baik dengan kejadian Diabetes Melitus tipe II sebanyak 4 orang.
Sedangkan responden dengan aktivitas fisik kurang yang tidak menderita diabetes
melitus sebanyak 4 orang. Dan responden dengan aktvitas fisik cukup yang tidak
aktivitas fisik baik yang tidak menderita diabetes melitus tipe II sebanyak 14
orang. Hasil penelitian menggunakan uji chi-square dan memperoleh nilai p-value
0,019. Dengan demikian H0 ditolak yang artinya ada hubungan yang signifikan
antara Aktivitas Fisik dengan Kejadian Diabetes Melitus tipe II. Dalam kasus
fisik, aktivitas fisik yangdilakukan hanya sederhana seperti hanya memasak dan
bila ada waktu luang responden berjalan – jalan, dan juga responden sebagian
Ramadhan (2017) di RSUP Dr. Wahdin Sudirohusodo dan Rumah Sakit Uhnas,
Diabetes Melitus tipe II dengan hasil p-value 0,000. Penelitian ini pula sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Erniati (2016) di Pos Pembinaan Terpadu
59
p-value 0.092, yang berarti ada hubungan yang signifikan anatara aktivitas fisik
menderita Diabetes Melitus tipe II, dan untuk responden dengan aktivitas fisik
responden cukup baik dalam melaukann aktiivitas sehari – hari dan karena
responden tidak menjaga pola makan dengan baik sehingga lemak yang ada dalam
tubuh tidak terbakar dengann adanya aktivitas fisik. Sedangkan responden dengan
aktivitas fisik baik dengan kejadian Diabetes Melitus sebanyak 4, hal tersebut
dikarenakan dalam keluarga responden ada yang menderita Diabetes Melitus tipe
Melitus tipe II sebanyak 4 orang, hal tersebut karena walaupun responden yang
tidak menderita diabetes melitus melakukan aktivitas yang kurang tetapi karena
dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit diabetes melitus dan responden tetap
menjaga pola makan yang baik, maka kemungkinan besar responden tidak akan
menderita Diabetes Melitus tipe II. Dan responden dengan aktivitas fisik cukup
responden cukup baik dalam melakukan aktivitas fisik sehingga tidak menderita
60
Sedangkan responden dengan aktvitas fisik baik yang tidak menderita Diabetes
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Byer (2012) yang mengatakan
semakin lama aktivitas fisik atau olahraga, maka mempunyai efek menguntungkan
pada lemak tubuh dan tekanan darah. Dengan demikian olahraga memiliki efek
yang dapat dicapai dengan bertambahnya aktivitas fisik. Kemenkes RI (2011) juga
mengatakan aktivitas fisik dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan diubbah
menjadi energi pada saat beraktivitas fisik. Aktivitas fisik mengaibatkan insulin
Dikaitkan dengan teori kesehatan Lawrence Green bahwa ada tiga faktor
peendukung dan fator penguat. Dalam penelitian ini, peneliti membuktikan bahwa
pada faktor penguat dalam teori Lawrence Green dengan aktivitas fisik sebagai
variabel independen dengan aktivitas fisik yang kurang bagi penderita Diabetes
Melitus tipe II, dapat mempengaruhi perilaku dan gaya hidup responden sehingga
dapat mengganggu status kesehatan responden diamana dalam hal ini adalah
Diabetes Melitus tipe II, sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup responden.
61
6.3 Hubungan Berat Badan dengan Kejadian Diabetes Melitus tipe II
sebanyak 14 orang, responden dengan Berat Badan lebih yang menderita Diabetes
Melitus sebanyak 2 orang, sedangkan responden dengan Berat Badan Normal yang
Dan responden dengan Berat badan lebih sebanyak 4 orang, sedangkan responden
ditolak yang artinya ada hubungan yang signifikan antara Berat Badan dengan
kejadian Diabetes Melitus tipe II. Karena responden yang memiliki Obesitas I,
Obesitas II dan juga berat badan normal sudah pasti tidak menjaga pola makan dan
0,000, sehingga terdapat hubungan yang signifiikan antara Berat Badan dengan
kejadian Diabetes Melitus tipe II. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Fatmawati (2012) di Rumah Sakit Umum daerah Sunan
Badan ada hubungan yang signifikan dengan Kejadian Diabetes Melitus tipe II.
62
Responden yang menderita Diabetes Melitus memiiki berat badan normal
sebanyak 5 orang, tetapi dalam anggota keluarga ada yang menderita Diabetes
Diabetes Melitus tipe II. Responden dengan berat badan lebih yang menderita
pola makan dengan teratur sehingga dapat dengan mudah menderita Diabetes
Melitus tipe II, dan responden dengan Obesitas I yang menderita Diabetes
maka responden dapat dengan mudah menderita Diabetes Melitus tipe II. Dan
orang.
responden yang tidak menderita Diabetes Melitus tetapi tetap Obesitas II, tetapi
karena dalam keluarga tidak ada riwayat Diabetes Melitus maka kemungkin
besar tidak menderita diabetes melitus., hal tersebut juga diikarenakan dalam
anggota keluarga tida ada riwayat Diabetes Melitus tipe II. Dan responden
orang, dikarenakan dalam keluarga tidak ada riwayat Diabetes Melitus tipe II
sehingga kemungkinan responden tidak menderita Diabetes Melitus tipe II. Dan
responden dengan berat badan lebih yang tidak menderita Diabetes Melitus tipe
II sebanyak 4 orang, sedangkan responden dengan berat badan normal yang tidak
63
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hans
(2013) yang mengatakan bahwa semakin kurang gerak badan, semakin mudah
seseoang terkena diabetes melitus. Olahraga atau aktivitas fisik dapat membantu
kita untuk mengontrol berat badan. Glukosa darah dibakar menjadi energi dan sel
– sel tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin. Banner (2012) juga mengatakan
bahwa berat badan mempunyai hubungan yang signfikan dengan kejadian Diabetes
Melitus tipe II, adanya hubungan antara berat badan dengan kejadian diabetes
melitus adalah karena orang yang kegemukan memiliki sel – sel lemak yang lebih
besar pada tubuh mereka. Diyakini bahwa sel – sel lemak yang lebih besar tidak
Dikaitkan dengan teori kesehatan Lawrence Green bahwa ada tiga faktor
peendukung dan fator penguat. Dalam penelitian ini, peneliti membuktikan bahwa
pada faktor penguat dengan variabel independen yaitu Berat Badan, dengan
responden yang memiliki Obesitas II, Obesitas I dan Berat badan Lebih dapat
mempengaruhi perilku dan gaya hidup responden sehingga berdampak pada status
kesehatan yaitu Diabetes Melitus tipe II, sehingga dari status kesehatan dapat
64
BAB VII
7.1 Kesimpulan
Terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kejadian diabetes
penelitia terkait yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifkan antara
pola makan dengan kejadian Diabetes Melitus tipe II. Hasil penelitian ini menjawab
tujuan penelitan yang pertama mengenai ada hubungan tentang Pola Makan dengan
kejadian Diabetes Melitus tipe II pada Wilayah Kerja Puskesmas Tagulandang Utara
di Kampung Minanga
signifkan antara aktivitas fisik dengan kejadian Diabetes Melitus tipe II. Hasil
penelitian ini menjawab tujuan penelitan yang pertama mengenai ada hubungan
tentang Aktivitas Fisik dengan kejadian Diabetes Melitus tipe II pada Wilayah Kerja
Terdapat hubungan yang signifikan antara berat badan dengan kejadian diabetes
penelitian terkait yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifkan antara
berat badan dengan kejadian Diabetes Melitus tipe II. Hasil penelitian ini menjawab
tujuan penelitan yang pertama mengenai ada hubungan tentang berat badan dengan
65
kejadian Diabetes Melitus tipe II pada Wilayah Kerja Puskesmas Tagulandang Utara
di Kampung Minanga
7.2 Saran
berikut :
dalam keadaan normal. Dan bagi tenaga kesehatan, diharapkan dapat tetap
66
pengendalian dan pencegahan DM tipe II yang meliputi faktor risiko dan
DM tipe II.
67
DAFTAR PUSTAKA
Amtiria, Rahma. 2016. Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pasien
Diabetes Melitus Tipe Ii Di Poli Penyakit Dalam Rsud Dr. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
http://digilib.unila.ac.id/21425/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASA
N.pdf
Arisma, Bayu Jaya Noor, dkk. 2017. Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang
Resiko Penyakit Diabetes Mellitus Di Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang.
Universitas Negeri Malang. Jurnal Preventia
http://journal.um.ac.id/index.php/preventia/article/view/10010/4753.18Februari2018
Fatimah, Restyana Noor. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Medical Faculty, Lampung
University juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/615/619.
15 Februari 2018
68
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor
Risiko Diabetes Melitus. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Notoatmodjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nurayati, Laila, Adriani, Merryana. 2017. Hubungan Aktifitas Fisik dengan Kadar Gula
Darah Puasa Penderita Diabetes Melitus Tipe 2.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja
&uact=8&ved=0ahUKEwjn8uDphd_aAhUeT48KHdIxBDkQFgg1MAE&url=https
%3A%2F%2F,journal.unair.ac.id%2FAMNT%2Farticle%2Fdownload%2F6229%2
F3849&usg=AOvVaw3p8Cd-Bkqpu7cfzRD8sHDU. 29 April 2018
Rondonuwu, Regita Gebrila, dkk. 2016. Hubungan Antara Perilaku Olahraga Dengan
Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas
Wolaang Kecamatan Langowan Timur. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4
Nomor 1
http://eprints.stainkudus.ac.id/134/2/5.%20Bab%202.pdf
Setyaningrium, Dewi, dkk. 2014. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Diabetes Melitus Tipe Ii Pada Usia Kurang Dari 45 Tahun Di Rsud Tugurejo
Semarang. Fakultas Kesehatan Universitas Dian
Nuswantoro.http://eprints.dinus.ac.id/17776/1/jurnal_15356.pdf. 13 Maret 2018
69
http://repository.unpas.ac.id/30236/6/BAB%20III%20nisa.pdf. 2 Agustus 2018.
Pukul 15.55
Sukmaningsih, Wahyu Ratri. 2015. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe Ii Di
Wilayah Kerja Puskesmas Purwodiningratan Surakarta. Jurusan Kesehatan
Masyarakat. Fakultas Ilmu Kesehatan
Syamiyah, Najah. 2014. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Wanita
Di Puskesmas Kecamatan Pesanggarahan Jakarta Selatan. Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Negero
Syarif Hidayahtullah Jakarta.
Umar, Rahmawati, dkk. 2017. Hubungan Stres Dengan Citra Tubuh Pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe Ii Di Rumah Sakit Pancaran Kasih Gmim Manado. Program
Studi Ilmu Kepera watan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1.
Utami, Desni Tri, dkk. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien
Diabetes Mellitus Dengan Ulkus Diabetikum. Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau
Worang, Viena Hanna, dkk. 2013. Hubungan Pengendalian Diabetes Mellitus Dengan
Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Rsud Manembo Nembo
Bitung. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado. ejournal Keperawatan ( e-Kp) Volume 1. Nomor. 1
70
Semarang. Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas
Dian Nuswantoro Semarang. Skrip
71
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Curriculum Vitae
CURRICULUM VITAE
Kebangsaan : Indonesia
Email : waliangamelita@gmail.com
No Responden: …
TIM PENELITI
Peneliti Utama : Melita Walianga Mahasiswa Fakultas Keperawatan,
Universitas Katolik De La Salle Manado
Asisten Peneliti 1 : Gladis Ratuliu, BSN.,MAN.,CWCCA
Asisten Peneliti 2 : Annastasia Lamonge, S.Kep.,Ns.,MAN
DESKRIPSI
Penelitian ini sedang dilaksanakan sebagai bagian dari Studi Ilmu Keperawatan yang
dilakukan oleh Melita Walianga
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Puskesmas Tagulandang Utara
Di Desa Minanga
KETERLIBATAN
Partisipasi dalam penelitian ini sepenuhnya bersifat sukarela. Jika Anda setuju untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini, Anda dapat mengundurkan diri dari penelitian ini
tanpa komentar atau penalti. Jika Anda tertarik, informasi yang Anda berikan tidak akan
dihilangkan tetapi akan tetap dirahasiakan, tanpa nama. Keputusan Anda untuk bersedia,
atau tidak bersedia, tidak akan berdampak pada hubungan Anda saat ini atau masa depan
dengan Puskesmas Tagulandang Utara, misalnya akan berdampak pada penilaian kinerja
atau pekerjaan Anda.
RISIKO
Diperkirakan bahwa selama proses wawancara dan pengisian kuesioner, Anda mungkin
merasa khawatir dalam mendiskusikan faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian
Diabetes Meitus (Pola Makan, Aktivitas Fisik, Berat Badan).
Terima kasih telah membantu dalam penelitian ini. Harap simpan lembaran ini sebagai
informasi Anda.
LAMPIRAN 3
No Responden: …
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Dengan bertandatangan di bawah ini, Anda menyatakan bahwa Anda:
Telah membaca dan memahami dokumen informasi mengenai penelitian ini.
Telah mendapat penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan.
Memahami bahwa jika Anda memiliki pertanyaan tambahan, Anda dapat
menghubungi peneliti.
Memahami bahwa Anda bebas untuk mengundurkan diri dari penelitian ini setiap
saat, tanpa komentar atau penalti.
Memahami bahwa penelitian ini akan menggunakan instrument penelitian/alat ukur
penelitian yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.
Setuju untuk berpartisipasi dan bersedia menjawab semua pertanyaan dengan benar
tanpa paksaan dari siapapun.
Nama
Tanda tangan
Tanggal
No Responden : ….
Petunjuk
No Responden : ….
Petunjuk
No Responden: …..
Alamat :
Kecamatan :
Kelurahan/Desa :
Status Diabetes : IYA TIDAK
Melitus
Tahun Terkena Jika Iya, sudah berapa lama anda menderita Penyakit Diabetes
DM Melitus/gula?
…… tahun
Riwayat Penderita 1. Apakah anda memiliki keluarga yang pernah menderita
DM penyakit Diabetes Melitus/gula?
IYA TIDAK
2. Jika ada, siapa diantara pilihan berikut yang menderita
Diabetes Melitus/gula?
Ayah Kandung Kakek/nenek
Ibu Kandung Paman/bibi
Saudara Perempuan
Saudara Laki – laki
*bisa di beri tanda √ lebih dari 1 kolom
Catatan:
<23 = Normal
23 – 24,9 = Berat Badan Lebih
≥25 = Obes I
≥30 = Obes II
*Di isi oleh peneliti
LAMPIRAN 7
No Responden: …..
Pilihlah jawaban dari pertanyaan – pertanyaan diibawah ini pada tempat yang telah
disediakan dengan memberi tanda centang (√)
Pilihlah jawaban dari pertanyaan – pertanyaan diibawah ini pada tempat yang
telah disediakan dengan memberi tanda centang (√)
Pernah kadang
Misalnya:
kayu,batu,meja,kursi
berkeringat ?
No Pertanyaan Tidak Jarang Kadang- Sering Selalu
Pernah kadang
atau mobil ?
kerja?
anda berjalan-jalan ?
LAMPIRAN 8 Permohonan Izin Pengambilan Data Demografi
LAMPIRAN 9 Permohonan Izin Uji Reabilitas Instrumen Penelitian
LAMPIRAN 10 Permohonan Ijin Pengumpulan Data Penelitian
LAMPIRAN 11 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
LAMPIRAN 12 Lembar Persetujuan Proposal
LAMPIRAN 13 Lembar Persetujuan Skripsi
LAMPIRAN 14 Lembar Pemasukan Revisi Proposal
LAMPIRAN 15 Lembar Pemasukan Revisi Skripsi
LAMPIRAN 16 Hasil Uji Reabilitas Instrumen Penelitian
N %
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.777 15
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
N %
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.780 11
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
karakteristik Demografi
Statistics
N Valid 60 60 60 60 60 60 60
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mode 2 4 2 1a 1 2 2
Minimum 1 1 1 1 1 1 1
Maximum 2 5 2 2 2 3 4
Frequency Table
JK
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
riwayat_dm
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Status_DM
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
pola_makan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
BB
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Crosstabs
Cases
bb * status_dm
Crosstab
status_dm
DM Tidak DM Total
bb Obes II Count 9 3 12
Obes I Count 14 9 23
BB Lebih Count 2 4 6
BB Normal Count 5 14 19
Total Count 30 30 60
N of Valid Cases 60
aktifitas_fisik * status_dm
Crosstab
status_dm
DM Tidak DM Total
Cukup Count 19 12 31
Baik Count 4 14 18
Total Count 30 30 60
N of Valid Cases 60
pola_makan * status_dm
Crosstab
status_dm
DM Tidak DM Total
Teratur Count 2 16 18
Total Count 30 30 60
N of Valid Casesb 60
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.00.
LEMBAR KONSULTASI
3
- ACC Abstrak
23. September Abstrak
- ACC Hard Cover
2018
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
FAKULTAS KEPERAWATAN
Alamat : Kairagi I KombosManado
(Belakang Wenang Permai II Manado)
Tlp : (0431) 871957, 871971, 877512. Fax. (0431) 871972
Website : fakep.unikadelasalle.ac.id
E-mail : keperawatan.udls@unikadelasalle.ac.id
LEMBAR KONSULTASI
- Kesimpulan diperbaiki
01 Agustus - Sumber lihat lagi
10. Bab I – VII
2018 - Bab II buat kesimpulan dakhir
paragraf
04
13. September BAB I – VII - ACC Hard Cover
2018