Anda di halaman 1dari 74

i

ASUHAN KEPERAWATAN KOMPERHENSIF PADA Ny. I


USIA 64 TAHUN DENGAN DIAGNOSA MEDIS SELULITIS
DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SOREANG KABUPATEN BANDUNG

STUDI KASUS KOMPREHENSIF

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Tugas Stase


Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh :
KELOMPOK 1
RSUD Soreang Kabupaten Bandung
Bambang Wicaksono Nurimah
Indra Febriyaji Irma Febriani
Aditya Nugraha Fikri Rizki Nurviansyah
Faisal Anwar

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2018
KATA PENGANTAR

ِ ‫الرحْ َم ِن هللاِ بِس‬


‫ْــــــــــــــــــم‬ َّ ‫الرحِ ي ِْم‬
َّ

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat

dan kasih sayang-Nya kepada kita semua karena keridoan-Nya pula maka

Alhamdulillah kami dapat menyelesikan Laporan Asuhan Keperawatan

Komprehensif dengan judul “Asuhan Keperawatan Komprehensif pada Ny. I

Umur 64 Tahun Dengan Diagnosa Medis Selulitis di Ruang Flamboyan RSUD

Soreang Kabupaten Bandung”. Tidak lupa pula sholawat dan salam akan selalu

tercurah kepada junjungan kita tercinta Rasullah Muhammad SAW.

Dalam penyusunan Laporan Asuhan Keperawatan Komprehensif ini, kami

tidak lepas dari kesulitan dan hambatan. Akan tetapi dengan dorongan,

bimbingan serta bantuan dari semua pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan

tugas akhir ini. Untuk itu pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih

kepada yang terhormat :

1. Gunawan Irianto, dr.,M.Kes (MARS) sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi.

2. Direktur RSUD Soreang Kabupaten Bandung yang telah memberikan ijin

untuk kami melaksanakan parktik klinik profesi Ners.

3. Kepala Ruangan dan CI Ruang Flamboyan RSUD Soreang, yang telah

memberikan ijin untuk dapat melaksanakan praktek, memberikan arahan,

saran, dan bimbingan serta motivasi bagi kami selama praktik klinik profesi

Ners.

4. Kepala Ruangan dan CI Ruang Mawar RSUD Soreang, yang telah

memberikan ijin untuk dapat melaksanakan praktek, memberikan arahan,

i
ii

saran, dan bimbingan serta motivasi bagi kami selama praktik klinik profesi

Ners.

5. Kepala Ruangan dan CI Ruang Kenanga RSUD Soreang, yang telah

memberikan ijin untuk dapat melaksanakan praktek, memberikan arahan,

saran, dan bimbingan serta motivasi bagi kami selama praktik klinik profesi

Ners.

6. Seluruh perawat Ruang Flamboyan, Ruang Mawar dan Ruang Kenanga

RSUD Soreang yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran pada

kami selam praktik profesi Ners di RSUD Soreang Kabupaten Bandung.

7. Hikmat Rudyana, S.Kp., M.Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners

sekaligus koordinator Keperawatan Medika Bedahyang telah memberikan

arahan, saran, dan bimbingan serta motivasi kepada para kami selama

penyusunan Laporan Asuhan Keperawatan Komprehensif ini.

8. Dedi Supriadi, S.Kep., Ners., M. Kep. selaku dosen pembimbing

Keperawatan Medika Bedah Ners Stikes Achmad Yani Cimahi yang telah

memberikan arahan, saran, dan bimbingan serta motivasi kepada kami

selama penyusunan Laporan Asuhan Keperawatan Komprehensif ini.

9. Galih Jatnika, S.Kep., Ners., M.Kes AIFO selaku dosen pembimbing

Keperawatan Medika Bedah Ners Stikes Achmad Yani Cimahi yang telah

memberikan arahan, saran, dan bimbingan serta motivasi kepada kami

selama penyusunan Laporan Asuhan Keperawatan Komprehensif ini.


iii

Dengan menyadari sepenuhnya akan kekurangan dan keterbatasan

yang dimiliki, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak

untuk kesempurnaan Laporan Asuhan Keperawatan Komprehensif ini sangat

kami harapkan.

Akhir kata semoga Allah SWT selalu memberikan kemudahan,

kelancaran serta rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Amin

Bandung, Januari 2018

Tim Penulis
iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ I


DAFTAR ISI .......................................................................................................IV
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 2
A. LATAR BELAKANG .................................................................................. 2
B. TUJUAN PENULISAN ............................................................................... 4
C. METODE PENGUMPULAN DATA ............................................................ 5
D. MANFAAT PENULISAN ............................................................................ 6
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................. 16
A. KONSEP DIABETES MELITUS............................................................... 16
1. Pengertian Diabetes Melitus ................................................................ 16
2. Klasifikasi Diabetes Melitus ................................................................. 17
3. Faktor Resiko Diabetes Melitus ........................................................... 18
4. Diagnosis Diabetes ................................. Error! Bookmark not defined.
5. Etiologi ................................................................................................ 20
6. Patofisiologi ......................................................................................... 20
7. Manifestasi Klinik ................................................................................. 21
8. Komplikasi Diabetes Melitus ................................................................ 23
9. Pemeriksaan Penunjang ...................................................................... 23
10. Penatalaksanaan Medis ................................................................... 24
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...................................................... 26
1. Pengkajian........................................................................................... 26
2. Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 29
3. Intervensi Keperawatan ....................................................................... 30
BAB III LAPORAN KASUS ............................................................................... 40
A. PENGKAJIAN ......................................................................................... 40
B. ANALISA DATA ...................................................................................... 51
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN ................................................................. 55
D. INTERVENSI KEPERAWATAN............................................................... 57
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ........................................................... 64
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 78
A. PENGKAJIAN ......................................................................................... 78
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ................................................................. 79
C. INTERVENSI KEPERAWATAN............................................................... 81
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN.......................................................... 82
E. EVALUASI .............................................................................................. 82
v

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 83


A. SIMPULAN.............................................................................................. 83
B. SARAN ................................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 86
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di era globalisai seperti sekarang tidak hanya seputar ilmu

pengetahuan teknologi dan kedokteran saja yang berkembang pesat.Namun

pengetahuan masyarakat dan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan yang lebih baik dan profesional juga semakin meningkat. Oleh

karena itu perawat dituntut untuk dapat memberikan asuhan keperapatan

seca profesional (Depkes RI, 2011).

Salah satu bentuk pelayanan tersebut adalah bidang keperawatan

dimana keperawatan tersebut diberikan secara komprehensif dan

berkesinambungan serta memandang pasien dari berbagai aspek

biopsikospiritual dan diutamakan sesuai dengan kebutuhan pasien

berdasarkan kondisi ideal tersebut penulis sebagai perawat berusaha

komprehensif dalam melayani pasien khususnya pada pasien Selulitis yang

paling banyak pada anak-anak dan usia lanjut (Depkes RI. 2011).

Selulitis mempunyai tiga karakteristik yaitu, peradangan supuratif

sampai di jaringan subkutis mengenai pembuluh limfe permukaan, plak

eritematus, batas tidak jelas dan dapat meluas. Selulitis sendiri dapat terjadi

pada berbagai tingkat usia. Penyebab Selulitis diantaranya adalah infeksi

bakteri dan jamur serta disebabkan oleh penyebab lain seperti genetik.

gigitan serangga dan lain-lain. Untuk menghindari terkena Selulitis biasanya

dilakukan dengan melembabkan kulit secara teratur, potong kuku jari tangan

dan kaki secara hati-hati, lindungi tangan dan kaki, rawat secara tepat infeksi

kulit pada bagian superficial.


3

Selulitis di seluruh dunia tidak diketahui secara pasti sebuah studi

tahun 2006 melaporkan insidensi Selulitis di negara Utah, Amerika Serikat

sebesar 24,6 kasus per seribu penduduk per tahun dengan insidensi

terbesar pada pasien laki-laki usia 45-64 tahun. Secara garis besar, terjadi

peningkatan kunjungan di pusat kesehatan di Amerika Serikat akibat

penyakit infeksi kulit dan jaringan lunak kulit yaitu dari 32,1 kasus menjadi

48,1 kasus per seribu populasi dari 1996-2005 dan pada tahun 2005

mencapai 14,2 juta kasus. Data rumah sakit di Inggris melaporkan kejadian

Selulitis sebanyak 69,567 kasus pada tahun 2004-2005, Selulitis di tungkai

menduduki tingkat pertama dengan jumlah 58.824 kasus. Data dirumah sakit

Australia melaporkan insidensi Selulitis sebanyak 11,5 per sepuluh ribu

populasi pada tahun 2001 dan 2002. Di spanyol dilaporkan 86% (122

pasien) dalam periode 5 tahun menderita erysepelas dan Selulitis. Banyak

penelitian yang melaporkan kasus terbanyak terjadi pada laki-laki dan lokasi

tersering di ekstermitas bawah.

Di Indonesia sendiri kasus ini kerap terjadi di masyarakat, namum

belum ada penelitian dan data yang menjelaskan secara utuh tentang kasus

Selulitis di Indonesia.

Berdasarkan uraian tersebut, maka kami tertarik untuk melakukan

asuhan keperawatan komprehensif dengan judul “Asuhan Keperawatan

Komprehensif pada Ny. I Umur 64 Tahun Dengan Diagnosa Medis Selulitis

di Ruang Flamboyan RSUD Soreang Kabupaten Bandung”.


4

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Untuk melakukan asuhan keperawatan komprehensif pada Ny. I Umur

64 Tahun Dengan Diagnosa Medis Selulitis di Ruang Flamboyan RSUD

Soreang Kabupaten Bandung.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melaksanakan pengkajian pada Ny. I dengan diagnosa medis

Selulitis di Ruang Flamboyan RSUD Soreang Kabupaten Bandung.

b. Dapat menyusun analisa data berdasarkan data hasil pengkajian

pada Ny. I dengan diagnosa medis Selulitis di Ruang Flamboyan

RSUD Soreang Kabupaten Bandung.

c. Dapat menyusun dan merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. I

dengan diagnosa medis Selulitis di Ruang Flamboyan RSUD

Soreang Kabupaten Bandung.

d. Dapat menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny. I dengan

diagnosa medis Selulitis di Ruang Flamboyan RSUD Soreang

Kabupaten Bandung.

e. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan yang

telah direncanakan pada Ny. I dengan diagnosa medis Selulitis di

Ruang Flamboyan RSUD Soreang Kabupaten Bandung.

f. Dapat melaksanakan evaluasi terhadap asuhan keperawatan pada

Ny. I dengan diagnosa medis Selulitis di Ruang Flamboyan RSUD

Soreang Kabupaten Bandung.


5

C. METODE PENGUMPULAN DATA

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara-cara berikut :

a. Observasi partisipatif

Kami melakukan pengamatan secara langsung mengenai keadaan

klien untuk mendapatkan data secara objektif, melakukkan interaksi

dengan klien agar klien dapat terbuka dalam menyampaikan

kondisinya. Data didapatkan dengan melakukan pemeriksaan fisik

dari kepala sampai kaki pada klien dengan tahapan insfeksi, palpasi,

perkusi, dan auskultasi.

b. Wawancara

Teknik wawancara dilakukan pada klien dan keluarga secara

langsung guna mendapatkan data-data yang bersifat subjektif. Hal-

hal yang diwawancarai adalah terkait kebiasaan membersihkan

lingkungan dan penampungan air.

c. Studi literatur

Kami melakukan pengumpulan data yang didapatkan melalui

pencarian sumber-sumber baik berupa buku jurnal, atau

menggunakan akses internet atau melalui sumber lain.

d. Studi dokumentasi

Pengumpulan data yang didapat dari status klien, meliputi catatan

perawat dan catatan dari sumber lain yang berhubungan dengan

klien melalui telaah sumber-sumber informasi, seperti catatan rekam

medik klien pada saat itu dijadikan salah satu dasar dalam

melakukan asuhan keperawatan.


6

2. Tempat dan waktu

Asuhan keperawatan dilakukan di Ruang Flamboyan RSUD Soreang

Kabupaten Bandung, dari tanggal 04 – 08 Januari 2017.

D. MANFAAT PENULISAN

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi insitusi

terhadap pengembangan teori tentang pentingnya memahami penyakit

Selulitis.

2. Manfaat praktis

a. Bagi kami

1) Untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan tentang

asuhan keperawatan Selulitis.

2) Untuk menambah keterampilan mahasiswa dalam menerapkan

manajemen keperawatan Selulitis.

b. Bagi institusi pendidikan

1) Memberikan masukan dalam kegiatan pembelajaran terutama

mengenai asuhan keperawatan Selulitis.

2) Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan bagi

mahasiswa khususnya yang berkaitan dengan Selulitis.

c. Bagi profesi keperawatan

Untuk menambah bahan referensi dalam meningkatkan mutu

pelayanan keperawatan yang lebih optimal, khususnya pada pasien

Selulitis.

d. Bagi pasien dan keluarga


7

Untuk meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai

perawatan secara mandiri terutama pada penderita dan dapat

menjadi acuan keluarga pentingnya penyakit Selulitis.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP SELULITIS

1. Pengertian Selulitis

Selulitis adalah suatu infeksi yang menyerang kulit dan jaringan

subkutan. Tempat yang paling sering terkena adalah ekstremitas, tetapi

juga dapat terjadi di kulit kepala, kepala, dan leher (Cecily, 2009). Selulitis

merupakan infeksi bakteri pada jaringan subkutan yang pada orang-orang

dengan imunitas normal, biasanya disebabkan oleh Streptococcus

pyrogenes (Graham & Robin, 2005).

Selulitis adalah infeksi lapisan dermis atau subkutis oleh bakteri.

Selulitis biasanya terjadi setelah luka, gigitan di kulit atau karbunkel atau

furunkel yang tidak teratasi(Corwin, 2009).

Perbedaan abses dan selulitis (Peterson & Ellis, 2002;

Topaziandan Goldberg, 2002).

Karakteristik Selulitis Abses


Durasi Akut Kronis
Sakit Berat dan merata Terlokalisir
Ukuran Besar Kecil
Palpasi Indurasi jelas Fluktuasi
Lokasi Difus Berbatasjelas
Adanya pus Tidak Ada Ada
Derajat Keparahan Lebih berbahaya Tidak darurat
Bakteri Aerob (streptococcus) Anaerob
(Stafilococcus)
Sifat Difus Terlokalisasi

16
17

2. Klasifikasi Selulitis

Selulitis dapat digolongkan menjadi:

a. Selulitis Sirkumskripta Serous Akut

Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia

fasial, yang tidak jelas batasnya. Infeksi bakteri mengandung serous,

konsistensinya sangat lunak dan spongius. Penamaannya

berdasarkan ruang anatomi atau spasia yang terlibat.

b. Selulitis Sirkumskripta Supurartif Akut

Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut,

hanya infeksi bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang

purulen. Penamaan berdasarkan spasia yang dikenainya. Jika

terbentuk eksudat yang purulen, mengindikasikan tubuh bertendensi

membatasi penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi lokal tubuh

dalam mengontrol infeksi.

Sedangkan menurut Benni et all (1999) Selulitis dibedakan menjadi:

a. Selulitis Difus Akut

Dibagi lagi menjadi beberapa kelas, yaitu:

1) Ludwig’s Angina

2) Selulitis yang berasal dari inframylohyoid

3) Selulitis Senator’s Difus Peripharingeal

4) Selulitis Fasialis Difus

5) Fascitis Necrotizing dan gambaran atypical lainnya

b. Selulitis Kronis

Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat

karena terbatasnya virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi.


18

Biasanya terjadi pada pasien dengan selulitis sirkumskripta yang tidak

mendapatkan perawatan yang adekuat atau tanpa drainase.

c. Selulitis Difus yang Sering Dijumpai

Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone / Angina

Ludwig’s . Angina Ludwig’s merupakan suatu selulitis difus yang

mengenai spasia sublingual, submental dan submandibular bilateral,

kadang-kadang sampai mengenai spasia pharingeal (Berini, Bresco &

Gray, 1999 ; Topazian, 2002).

Selulitis dimulai dari dasar mulut. Seringkali bilateral, tetapi bila hanya

mengenai satu sisi/ unilateral disebut Pseudophlegmon.

3. Faktor Resiko Selulitis

Rosfanty, (2009) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang

memperparah resiko dari perkembangan selulitis, antara lain :

a. Usia

Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan

darah berkurang pada bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit

potensi mengalami infeksi seperti selulitis pada bagian yang sirkulasi

darahnya memprihatinka.

b. Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency)

Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah

terjadinya infeksi. Contoh pada penderita leukemia lymphotik kronis

dan infeksi HIV. Penggunaan obat pelemah immun (bagi orang yang

baru transplantasi organ) juga mempermudah infeksi.


19

c. Diabetes Mellitus

Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga

mengurangi sistem immun tubuh dan menambah resiko terinfeksi.

Diabetes mengurangi sirkulasi darah pada ekstremitas bawah dan

potensial membuat luka pada kaki dan menjadi jalan masuk bagi

bakteri penginfeksi.

d. Cacar dan ruam saraf

Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi

jalan masuk bakteri penginfeksi.

e. Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema)

Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan

masuk bagi bakteri penginfeksi.

f. Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki

Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehingga

menambah resiko bakteri penginfeksi masuk

g. Penggunaan steroid kronik

Contohnya penggunaan corticosteroid.

h. Gigitan & sengat serangga, hewan, atau gigitan manusia

i. Penyalahgunaan obat dan alkohol

Mengurangi sistem immun sehingga mempermudah bakteri

penginfeksi berkembang.

j. Malnutrisi

Sedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran,

mempermudah timbulnya penyakit ini.


20

4. Etiologi

Organisme penyebab selulitis adalah Staphylococcus aureus,

streptokokus grup A, dan Streptococcus pneumoniae (Cecily, 2009).

Organisme penyebab bisa masuk ke dalam kulit melalui lecet-lecet ringan

atau retakan kulit pada jari kaki yang terkena tinea pedis, dan pada

banyak kasus, ulkus pada tungkai merupakan pintu masuk bakteri. Faktor

predisposisi yang sering adalah edema tungkai, dan selulitis banyak

didapatkan pada orang tua yang sering mengalami edema tungkai yang

berasal dari jantung, vena dan limfe (Graham & Robin, 2005).

5. Patofisiologi

Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi

pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan, penyakit infeksi

sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, kejemuan atau orang

tua pikun dan pada orang kencing manis yang pengobatannya tidak

adekuat.

Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan systemvena dan

limfatik pada kedua ektrimitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan

ditemukan kemerahan yang karakteristik hangat, nyeri tekan, demam dan

bakterimia. Selulitis yang tidakberkomplikasi paling sering disebabkan

oleh streptokokus grup A, sterptokokus lain atau staphilokokus aureus,

kecuali jika luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial

yang pasti sulit ditentukan, untuk absses lokalisata yang mempunyai

gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan.

Meskipun etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses

ini kadang disebabkan oleh campuran bakteri aerob dan anaerob yang
21

lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus menunjukkan

adanya organisme campuran. Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi.

Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat mengalami super infeksi.

Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil perubahan

peradangan benda asing, nekrosis, dan infeksi derajat rendah.

Pathway:

6. Manifestasi Klinik

Gambaran klinis tergantung akut atau tidaknya infeksi. Umumnya

semua bentuk ditandai dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri

tekan dan bengkak. Penyebaran perluasan kemerahan dapat timbul

secara cepat di sekitar luka atau ulkus disertai dengan demam dan lesu.

Pada keadaan akut, kadang-kadang timbul bula. Dapat dijumpai

limfadenopati limfangitis. Tanpa pengobatan yang efektif dapat terjadi

supurasi lokal (flegmon, nekrosis atau gangren).


22

Selulitis biasanya didahului oleh gejala sistemik seperti demam,

menggigil, dan malaise. Daerah yang terkena terdapat 4 kardinal

peradangan yaitu rubor (eritema), color (hangat), dolor (nyeri) dan tumor

(pembengkakan). Lesi tampak merah gelap, tidak berbatas tegas pada

tepi lesi tidak dapat diraba atau tidak meninggi. Pada infeksi yang berat

dapat ditemukan pula vesikel, bula, pustul, atau jaringan neurotik.

Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening regional dan limfangitis

ascenden. Pada pemeriksaan darah tepi biasanya ditemukan leukositosis

(Mansjoer,2000).

Periode inkubasi sekitar beberapa hari, tidak terlalu lama. Gejala

prodormal berupa: malaise anoreksia; demam, menggigil dan

berkembang dengan cepat, sebelum menimbulkan gejala-gejala khasnya.

Pasien imunokompromais rentan mengalami infeksi walau dengan

patogen yang patogenisitas rendah. Terdapat gejala berupa nyeri yang

terlokalisasi dan nyeri tekan. Jika tidak diobati, gejala akan menjalar ke

sekitar lesi terutama ke proksimal. Kalau sering residif di tempat yang

sama dapat terjadi elefantiasis.

Lokasi selulitis pada anak biasanya di kepala dan leher,

sedangkan pada orang dewasa paling sering di ekstremitas karena

berhubungan dengan riwayat seringnya trauma di ekstremitas. Pada

penggunaan salah obat, sering berlokasi di lengan atas. Komplikasi

jarang ditemukan, tetapi termasuk glomerulonefritis akut (jika disebabkan

oleh strain nefritogenik streptococcus, limfadenitis, endokarditis bakterial

subakut). Kerusakan pembuluh limfe dapat menyebabkan selulitis

rekurens.
23

7. Komplikasi Selulitis

a. Bakterimia nanah / lokal abses, superinfeksi oleh bakteri gram negatif,

limpangitis, tromboplebitis

b. Facial Selulitis pada anak dapat menyebabkan meningitis

c. Dapat menyebabkan kematian jaringan atau gangren

d. Osteomielitis

e. Atritis septic

f. Glomerulonefritis

g. Fasitis necroticans

(Corwin, 2009)

8. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) CBC (Complete Blood Count), menunjukkan kenaikan jumlah

leukosit dan rata-rata sedimentasi eritrosit. Sehingga

mengindikasikan adanya infeksi bakteri.

2) BUN level

3) Kreatinin level

4) Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga

5) Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara

terbatas pada daerah penampakan luka namun sangat membantu

pada area abses atau terdapat bula.

6) Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita

belum memenuhi beberapa kriteria; seperti area kulit yang terkena

kecil, tidak terasa sakit, tidak ada tanda sistemik (demam, dingin,
24

dehidrasi, takipnea, takikardia, hipotensi), dan tidak ada faktor

resiko (Rosfanty, 2009).

b. Pemeriksaan Imaging

1) Plain-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak

lengkap (seperti kriteria yang telah disebutkan)

2) CT (Computed Tomography)

Baik Plain-film Radiography maupun CT keduanya dapat

digunakan saat tata klinis menyarankan subjucent osteomyelitis.

3) MRI (Magnetic Resonance Imaging), Sangat membantu pada

diagnosis infeksi selulitis akut yang parah, mengidentifikasi

pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi selulitis dengan atau

tanpa pembentukan abses pada subkutaneus (Rosfanty, 2009).

9. Penatalaksanaan Medis

a. Selulitis pasca trauma, khususnya setelah gigitan hewan, berikan

antibiotic untuk mengatasi basial gram negative dan gram positif. Jika

perlu berikan analgesic dan NSAID untuk mengontrol nyeri dan

demam.

b. Insisi dan drainase pada keadaan terbentuk abses.

Insisi drainase merupakan saah satu tindakan dalam ilmu bedah yang

bertujuan untuk mengeluarkan abses atau pus dari jaringan lunak

akibat proses infeksi. Tindakan ini dilakukan pertama dengan

melakukan tindakan anestesi lokal, aspirasi pus pada daerah

pembengkakan kemudian kemudian dilakukan tindakan incise

drainase dan pemasangan drain.


25

c. Perawatan lebih lajut bagi pasien rawat inap:

1) Beberapa pasien membutuhkan terapi antibiotik intravenous.

Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya cloxacillin)

2) Jika infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan).

Biasanya sebelum diberikan sediaan per-oral, terlebih dahulu

diberikan suntikan antibiotik jika: penderita berusia lanjut, selulitis

menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya, demam tinggi.

3) Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam

posisi terangkat dan dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan

pembengkakan.

d. Perawatan lebih lanjut bagi pasien rawat jalan: perlindungan penyakit

cellulites bagi pasien rawat jalan dapat dilakukan dengan cara

memberikan erythromycin atau oral penicillin dua kali sehari atau

intramuscular benzathine penicillin. Pelepasan antibiotic parenteral

pada pasien rawat jalan menunjukan bahwa dia telah sembuh dari

infeksi.

(Corwin, 2009).
26

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Menurut NANDA (2013), fase pengkajian merupakan sebuah komponen

utama untuk mengumpulkan informasi, data, menvalidasi data,

mengorganisasikan data dan mendokumentasikan data. Pengumpulan

data antara lain meliputi :

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam

menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita,

mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat

diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan

laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.

1) Anamnese

a) Identitas

(1) Identitas Pasien (nama, umur, jenis kelamin, agama,

pendidikan, pekerjaan, agama, suku, alamat, status,

tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnose medis).

(2) Identitas penanggung jawab (nama, umur, pekerjaan,

alamat, hubungan dengan pasien).

b) Riwayat Kesehatan

(1) Keluhan Utama

Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang

disertai demam, menggigil dan malaise.


27

(2) Riwayat kesehatan sekarang

Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan

karakteristik berwarna merah, terasa lembut, bengkak,

hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mengilap.

(3) Riwayat kesehatan dahulu

Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah

sebelumnya mengidap penyakit seperti ini, adakah alergi

yang dimiliki dan riwat pemakaian obat.

Adakah riwayat penyakit terdahulu yang pernah diderita

oleh pasien tersebut, seperti pernah menjalani operasi

berapa kali, dan dirawat di RS berapa kali.

(4) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat penyakit keluarga, adakah anggota keluarga dari

pasien yang menderita penyakit Selulitis atau DM karena

DM merupakan faktor resiko terjadinya Selulitis.

c) Pola Fungsional Gordon

(1) Pola persepsi kesehatan: adakah riwayat infeksi

sebelumnya, persepsi pasien dan keluarga mengenai

pentingnya kesehatan bagi anggota keluarganya.

(2) Pola nutrisi dan cairan : pola makan dan minum sehari–

hari, jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi, jenis

makanan dan minuman, waktu berapa kali sehari, nafsu

makan menurun / tidak, jenis makanan yang disukai,

penurunan berat badan.


28

(3) Pola eliminasi : mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan

selama sakit , mencatat konsistensi, warna, bau, dan

berapakali sehari, konstipasi, beser.

(4) Pola aktivitas dan latihan : reaksi setelah beraktivitas

(muncul keringat dingin, kelelahan / keletihan), perubahan

pola nafas setelah aktifitas, kemampuan pasien dalam

aktivitas secara mandiri.

(5) Pola tidur dan istirahat : berapa jam sehari, terbiasa tidur

siang, gangguan selama tidur (sering terbangun), nyenyak,

nyaman.

(6) Pola persepsi kognitif : konsentrasi, daya ingat, dan

kemampuan mengetahui tentang penyakitnya

(7) Pola persepsi dan konsep diri : adakah perasaan terisolasi

diri atau perasaan tidak percaya diri karena sakitnya.

(8) Pola reproduksi dan seksual

(9) Pola mekanisme dan koping : emosi, ketakutan terhadap

penyakitnya, kecemasan yang muncul tanpa alasan yang

jelas.

(10) Pola hubungan : hubungan antar keluarga harmonis,

interaksi, komunikasi, cara berkomunikasi

(11) Pola keyakinan dan spiritual : agama pasien, gangguan

beribadah selama sakit, ketaatan dalam berdo’a dan

beribadah.
29

b. Pemeriksaan Fisik

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Nanda, (2013), diagnosa keperawatan yang muncul antara lain :

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

kerusakan kulit/jaringan, edema pada ekstremitas bawah

2. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan,

pembentukan edema.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma, insisi dan

jahitan luka.

4. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan

pertahanan primer, kerusakan perlindungan kulit.

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.

6. Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya, prognosis penyakit dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kesalahan interpretasi.


3. Intervensi Keperawatan

DX TUJUAN KEPERAWATAN INTERVENSI KEPERAWATAN


RASIONAL
No (NOC) (NIC)
1 Setelah dilakukan tindakan a. Perawatan sirkulasi a. Untuk mengetahui tingkat
keperawatan selama 2x24 jam b. Perawatan embolus : perifer keparahan ulkus.
pasien menunjukkan perfusi c. Manajemen cairan/elektrolit b. Untuk meningkatkan sirkulasi arteri
jaringan: perifer yang dibuktikan d. Manajemen hipervolemia dan vena.
oleh indikator berikut: e. Pemantauan neurologis c. Untuk mencegah atau meminimalisir
a. Pengisian ulang kapiler (jari f. Manajemen sensasi perifer rasa nyeri atau rasa yang tidak
tangan dan jari kaki) g. Surveilans kulit nyaman pada pasien dimana pasien
b. Warna kulit tersebut mnegalami gangguan
c. Sensasi Aktivitas keperawatan sensasi.
d. Integritas kulit 1. Kaji ulkus statis dan gejala selulitis
(nyeri, kemerahan dan pembengkakan
pada ekstremitas)
2. Perawatan sirkulasi
1) Lakukan pengkajian komprehensif
terhadap sirkulasi perifer (misalnya,
kaji nadi perifer, edema, pengisian
ulang kapiler, warna dan suhu

30
31

ekstremitas)
2) Pantau tingkat ketidaknyamanan
atau nyeri saat melakukan latihan
fisik, pada malam hari, atau saat
istirahat
3) Pantau status cairan, termasuk
asupan dan haluaran
3. Manajemen sensasi perifer
1) Pantau pembedaan ketajaman atau
ketumpulan atau panas dingin
(pada perifer)
2) Pantau parastesia : kebas,
kesemutan, hiperestesia dan
hipoestesia.
3) Pantau tromboflebitis dan
trombosis vena profunda
32

2 Setelah dilakukan tindakan a. Pemberian analgetik 1. Pengkajian komprehensif penting


keperawatan selama 2x24 jam b. Manajemen nyeri untuk meningkatkan intervensi
pasien menunjukkan tingkat Dengan Aktivitas Keperawatan: selanjutnya
nyeri berkurang dibuktikan 1. Lakukan pengkajian nyeri yang 2. Untuk mengetahui keadaan umum
dengan indikator sebagai komperhensif meliputi lokasi, pasien
berikut : karakteristik awitan, durasi, frekuensi, 3. Menurunkan ketidaknyamanan lebih
a. Ekspresi nyeri pada wajah kualitas, intensitas, faktor presipitasi lanjut
b. Gelisah atau ketegangan otot 2. Monitor tanda-tanda vital 4. Dapat membantu merelaksasikan
c. Durasi episode nyeri 3. Atur posisi yang nyaman klien ketegangan otot yang meningkatkan
d. Merintih dan menangis 4. Motivasi untuk mobilisasi sesuai reduksi nyeri atau rasa tidak
e. Gelisah indikasi nyaman tersebut.
Pasien akan : 5. Berikan dan ajarkan klien teknik 5. Meningkatkan relaksasi otot dan
Memperlihatkan teknik relaksasi nafas dalam menurunkan rasa sakit/rasa tidak
relaksasi secara individual 6. Gunakan pelembab yang agak hangat nyaman.
yang efektif untuk mencapai pada nyeri di ekstremitas 6. Mungkin diperlukan untuk
kenyamanan 7. Kolaborasi dengan dokter: Berikan menghilangkan nyeri yang berat.
analgetik Catatan: Narkotik mungkin
merupakan kontraindikasi sehingga
menimbulkan ketidak-akuratan
dalam pemeriksaan neurologis.
33

3 Setelah dilakukan asuhan 1. Perawatan kulit a. Mengevaluasi status kerusakan kulit


sehingga dapat memberikan
keperawatan selama 5x 24 jam 2. Perawatan luka
intervensi yang tepat.
diharapkan integritas kulit tidak Dengan aktivitas keperawatan: b. Keadaan yang lembab dapat
meningkatkan perkembangbiakan
mengalami kerusakan lebih a. Pantau perkembangan kerusakan kulit
mikroorganisme dan untuk
jauh, dengan kriteria hasil : klien setiap hari. mencegah terjadinya lesi kulit akibat
gesekan dengan linen.
a. Temperatur kulit normal b. Cegah penggunaan linen bertekstur
c. Untuk meningkatkan proses
b. Sensasi kulit normal kasar dan jaga agar linen tetap bersih, penyembuhan lesi kulit serta
mencegah terjadinya infeksi
c. Kulit elastis tidak lembab, dan tidak kusut.
sekunder.
d. Hidrasi kulit adekuat c. Lakukan perawatan kulit secara aseptik d. Memonitor karakteristik luka dapat
membantu perawat dalam
e. Warna kulit normal 2 kali sehari.
menentukan perawatan luka dan
f. Bebas lesi jaringan d. Monitor karakteristik luka, meliputi penangan yang sesuai untuk pasien
e. Normal salin adalah cairan fisologis
g. Kulit intak (tidak ada eritema warna, ukuran, bau dan pengeluaran
yang mirip dengan cairan tubuh
dan nekrosis) pada luka. sehingga aman digunakan untuk
membersihkan dan merawat luka.
h. Tidak ada perluasan tepi e. Bersihkan luka dengan normal salin.
f. Permbalutan luka dilakukan untuk
luka f. Lakukan pembalutan pada luka sesuai mempercepat proses penutupan
luka. Pemilihan bahan dan cara
i. Tidak ada eritema di daerah dengan kondisi luka.
balutan disesuaikan dengan jenis
sekitar luka g. Pertahankan teknik steril dalam luka pasien.
g. perawatan luka dengan tetap
perawatan luka pasien.
menjaga kesterilan dapat
menghindarkan pasien dari infeksi.
34

4 Setelah dilakukan perawatan a. Pantau tanda dan gejala infeksi primer 1. Penularan infeksi dapat melalui
2x24 jam diharapkan klien akan & sekunder pengunjung yang mempunyai
menunjukan tidak mengalami b. Batasi pengunjung bila perlu. penyekit menular.
tanda-tanda infeksi dengan c. Intruksikan kepada keluarga untuk 2. Tindakan antiseptik dapat
kriteria: mencuci tangan 6 langkah saat kontak mengurangi pemaparan klien dari
a. Klien bebas dari tanda dan dan sesudahnya. sumber infeksi
gejala infeksi d. Gunakan sabun anti miroba untuk 3. Pengunaan alat pengaman dapat
b. Luka sembuh mencuci tangan. melindungi klien dan petugas dari
c. Tidak ada edema di sekitar e. Lakukan cuci tangan sebelum dan tertularnya penyakit infeksi.
luka sesudah tindakan keperawatan. 4. Perawatan luka setiap hari dapat
d. Menunjukan kemampuan f. Pertahankan teknik aseptik untuk mengurangi terjadinya infeksi serta
untuk mencegah timbulnya setiap tindakan. dapat untuk mengevaluasi kondisi
infeksi g. Lakukan perawatan luka luka.
e. Menunjukan perilaku hidup h. Amati keadaan luka dan sekitarnya dari 5. Penemuan secara dini tanda-tanda
sehat tanda – tanda meluasnya infeksi infeksi dapat mempercepat
i. Dorong peningkatan mobilitas dan penanganan yang diperlukan
latihan sehingga klien dapat segera
j. Ajarkan keluarga/klien tentang tanda terhindar dari resiko infeksi atau
dan gejala infeksi. terjadinya infeksi dapat dibatasi.
k. Berikan antibiotik sesuai program. 6. Pengguanan teknik aseptik dan
35

isolasi klien dapat mengurangi


pemaparan dan penyebaran infeksi.
7. Satus nutrisi yang adekuat, istirahat
yang cukup serta mobilisasi dan
latihan yang teratur dapat
meningkatkan percepatan proses
penyembuhan luka.
8. Hasil kultur positif menunjukan telah
terjadi infeksi.
5 Setelah dilakukan tindakan a. Monitorkemampuan dan tingkat a. Membantu dalam
keperawatan selama 1x24 jam kekurangan dalam melakukan mengantisipasi/merencanakan
Defisit perawatan diri teratasi perawatan diri pemenuhan kebutuhan secara
dengan kriteria hasil: b. Beri motivasi kepada klien untuk tetap individual
a. Klien terbebas dari bau
melakukan aktivitas dan beri bantuan b. Meningkatkan harga diri dan
badan
dengan sungguh-sungguh. semangat untuk berusaha terus-
b. Menyatakan kenyamanan
terhadap kemampuan untuk c. Hindari melakukan sesuatu untuk klien menerus.
melakukan ADLs yang dapat dilakukan klien sendiri, c. Klien mungkin mennjadi sangat
c. Dapat melakukan ADLS tetapi berikan bantuan sesuai ketakutan dan sangat
dengan bantuan
kebutuhan. ketergantungan meskipun bantuan
d. Berikan umpan balik yang positif untuk yang diberikan bermanfaat dalam
36

setiap usaha yang dilakukannya atau mencegah frustasi adalah penting


keberhasilannya. bagi klien untuk melakukan
e. Kolaborasi dengan ahli sebanyak mungkin untuk diri-sendiri
fisioterapi/okupasi untuk mempertahankan harga diri
dan meningkatkan pemulihan.
d. Meningkatkan perasaan makna diri
dan kemandirian serta mendorong
klien untuk berusaha secara
kontinu.
e. Memberikan bantuan yang mantap
mengembangkan rencana terapi
dan mengidentifikasi kebutuhan alat
penyokong khusus.
6 Setelah di berikan asuhan a. Kaji tingkat pengetahuan pasien a. Sebagai informasi dasar yang dapat
keperawatan selama 1×1 jam mengenai operasinya dan kemampuan digunakan untuk menentukan
diharapkan terjadi peningkatan pasien untuk belajar. informasi apa saja yang dibutuhkan
pengetahuan pasien dan b. Tanyakan kepada pasien pengalaman oleh pasien. Gangguan kognitif
keluarga dengan kriteria hasil : mengenai pendidikan tentang dapat mempengaruhi kemampuan
a. Menjelaskan kembali tentang kesehatan yang pernah dimiliki. pasien dalam menerima dan
penyakit. c. Tentukaan faktor- faktor cultural yang memproses informasi.
37

b. Mengenal kebutuhan dapat mempengaruhi pemberian b. Orang dewasa membawa banyak


perawatan dan pengobatan pendidikan kesehatan. pengalaman hidup ke setiap sesi
tanpa cemas d. Berikan lingkungan yang tenang. belajar. Orang dewasa belajar
e. Berikan penjelasan yang lengkap dan paling baik saat mengajar dibangun
jelas. berdasarkan pengetahuan atau
f. Beri kesempatan pasien untuk pengalaman sebelumnya.
bertanya. c. Menyediakan informasi mengenai
faktor-faktor yang dapat menunjang
pemberian informasi
d. Membantu pasien untuk dapat
berkonsentrasi penuh.
e. Agar klien dan keluarga lebih
mampu menerima informasi yang
diberikan.
f. Memberikan kesempatan pasien
untuk menerima informasi yang
ingin diperoleh, meningkatkan
kepercayaan diri pasien.
BAB III

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KOMPERHENSIF PADA Ny. I


USIA 64 TAHUN DENGAN DIAGNOSA MEDIS SELULITIS
DI RUANG FLAMBOYAN RSUD SOREANG KABUPATEN BANDUNG

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : Ny. I
Umur : 64 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Alamat : Bojong Koneng Rt 04/06 Desa Cingcin,
Kec. Soreang
Tgl. Masuk RS : 04 Januari 2018
Tgl. Pengkajian : 05 Januari 2018
No. RM : 561872
Diagnosa Medis : Selulitis
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. B
Umur : 40 Tahun
Alamat : Bojong Koneng Rt 04/06 Desa Cingcin,
Kec. Soreang
Hub. Dg Klien : Anak
2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

1) Saat Masuk Rumah Sakit

Klien mengeluh nyeri pada area luka di kaki kiri dan kanan nya,

nyeri dirasakan ± 7 hari sebelum masuk rumah sakit.

40
41

2) Saat Pengkajian

Klien mengalami penurunan kesadaran Somnolen dengan GCS : 9

(E: 2 M: 4 V: 3) merespon jika dirangsang nyeri, terdapat luka di

ibu jari kaki kanan dengan ukuran ± 3cm terdapat pengeluaran pus

beserta darah dan luka di lipatan lutut kiri dengan ukuran panjang

± 12 cm, karakteristik luka kulit melupas, terdapat pengeluaran

cairan berwarna kuning dan terdapat kemerahan diarea luka.

Selain itu, tampak adanya pembengkakan pada ekstremitas.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST)

Keluarga klien mengatakan sebelumnya klien mengeluh nyeri pada

kaki kiri dan kanan nya ± 7 hari SMRS, nyeri dirasakan terus menerus

semakin lama semakin parah, keluarga klien mengatakan di kedua

kakinya ada luka. Luka pertama pada ibu jari dikaki sebelah kanan

mengeluarkan darah bercampur nanah dan luka kedua di lipatan lutut

kaki kiri dengan luka kulit mengelupas dan mengeluarkan cairan

berwarna kuning.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Keluarga klien mengatakan klien sebelumnya tidak pernah di dirawat di

RS, sejak 5 tahun yang lalu klien memiliki penyakit Diabetes Melitus

sejak pulang dari luar negeri namun tidak teratur kontrol dan meminum

obat. Klien tidak memiliki riwayat pengobatan TB dan penyakit berat

lainnya seperti penyakit Jantung, Asma, Hepatitis, dll, tidak merokok,

dan tidak minum alkohol. Klien memiliki riwayat meminum obat DM

namun keluarga lupa nama obatnya karena sudah lama klien tidak

meminum obat dan tidak teratur.


42

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama

dengan klien, tidak ada anggota keluarga yang memiliki demam

disertai kejang, tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat

penyakit menular seperti TB paru. Klien juga tidak memiliki anggota

keluarga yang mempunyai Hipertensi ataupun DM.

3. Data Kebiasaan Sehari-hari

Sebelum Masuk RS
Kebiasaan Sehari-hari Setelah Masuk RS
(< 6 bulan)
Nutrisi
a. Frekuensi 3x sehari Klien tidak mau makan dan
minum
b. Jenis Nasi, Lauk Pauk Makanan cair yang
disediakan Rumah Sakit

c. Pantangan Makanan yang manis manis Makanan yang manis manis

d. Keluhan Tidak ada keluhan Sulit dikaji (Klien mengalami


penurunan kesadaran)
Cairan
a. Frekuensi 5-6 gelas perhari (±1500cc) Klien tidak mau minum,
klien terpasang infus NaCL
20tts/m sejak 04 januari
2018
b. Jenis Air putih, Air Teh, dll Air Putih dan cairan infus
NaCL
c. Pantangan Minuman yang manis Minuman yang manis
d. keluhan Tidak ada keluhan Sulit dikaji (Klien mengalami
penurunan kesadaran)
Eliminasi urine
a. Frekuensi 2x sehari Sulit dikaji
(Klien menggunakan
diapers diganti 2-3 kali
perhari, klien tidak
terpasang DC karena
keluarga menolak)

b. Warna Kuning jernih Kuning

c. Keluhan Tidak ada keluhan Sulit dikaji (Klien mengalami


penurunan kesadaran)
43

Eliminasi Fecal
a. Frekuensi 1-2xsehari 1x sehari
b. Warna dan Kuning kecoklatan, padat Kuning kecoklatan, agak
Konsistensi cair

c. Keluhan Tidak ada keluhan Sulit dikaji (Klien mengalami


penurunan kesadaran)
Istirahat dan Tidur
a. kebiasaan Tidak ada kebiasaan khusus Klien tampak selalu tertidur
ada respon apabila diberi
b. Siang dan Malam Siang± 2 jam, Malam ± 8 jam rangsangan nyeri

c. Keluhan Tidak ada keluhan

Kebersihan Diri
a. Mandi 2xsehari 1 kali perhari diseka oleh
keluarga
b. Gosok Gigi 2xsehari Selama di RS belum pernah
gosok gigi
c. Keramas 3x seminggu Selama di RS belum pernah
gosok gigi
d. Gunting Kuku 1minggu/sekali Kuku tampak pendek dan
bersih
e. Keluhan Tidak ada keluhan Sulit dkaji (klien mengalami
penurunan kesadaran)

4. Pemeriksaan Fisik

a. Kesadaran Umum : Somnolen GCS : 9 (E: 2 M: 4 V: 3)

b. Orientasi : Klien tampak tertidur lelap, tetapi ada respon

apabila diberi rangsangan nyeri.

c. Tanda-tanda vital : TD: 110/70 mmHg R :22 x/m

N : 89x/m S : 36,2OC

d. BB : 85 Kg TB: 150 cm

e. Pemeriksaan Persistem

1) Sistem Pernafasan

Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak tampak adanya massa, tidak

tampak adanya lesi, tidak terdapat kelainan bentuk dada (seperti


44

barrel chest, funnel chest, pigeon chest), pengembangan kedua sisi

dada simetris, tidak tampak adanya retraksi intercosta, nafas

tampak reguler dengan RR : 22 x/menit. Tidak terpasang alat bantu

nafas oksigen.

Palpasi : Tidak terdapat deformitas tulang dada dan tulang

belakang.

Perkusi : Terdengar resonan dikedua lapang paru.

Auskultasi : Bunya paru vesikuler, tidak terdengar suara paru

tambahan (seperti ronchi, wheezing dan rales).

2) Sistem Kardiovaskuler

Inspeksi : Konjungtiva ananemis, sclera anikterik, tidak ada

peningkatan JVP, arteri carotis teraba, ictus cordis tidak tampak.

Palpasi :

 Leher : Tidak ada pembesaran atau edema, tidak adanya

nyeri tekan.

 Jantung : Teraba di intercosta space V linea mid clavicularis

sinistra, tidak ada nyeri tekan.

 Ekstremitas : CRT kembali dalam < 2 detik.

Perkusi : Terdengar bunyi dullnes pada saat jantung diperkusi.

Auskultasi : Terdengar suara S1 S2 murni reguler tidak terdapat

bunyi tambahan (seperti murmur atau gallop), HR : 89 x/menit,

tekanan darah : 110/70 mmHg.


45

3) Sistem Persyarafan

Kesadaran : Somnolen dengan GCS : 9 (E: 2 M: 4 V: 3), klien

mengalami penurunan kesadaran namun masih ada respon bila

diberi rangsangan nyeri.

Saraf Kranial:

 N I (Olfaktorius) : Sulit dilakukan pengkajian karena klien

mengalami penurunan kesadaran.

 N II (Optikus) : Saat membuka mata klien dapat melihat

kesamping dengan lirikannya.

 N III (Oculomotor) : Saat membuka mata klien dapat

mengangkat kedua kelopak matanya.

 N IV (Troklearis) : Saat membuka matanya klien dapat

melihat/menggerakan matanya ke atas dan kebawah.

 N V (Trigeminus) : Sulit dilakukan pengkajian karena klien

mengalami penurunan nafsu makan, makanan cair dari RS

masih utuh karena klien tidak mau makan dan memilih untuk

tidur.

 N VI (Abdusens) : Sulit dilakukan pengkajian karena klien

tidak kooperatif dan saat di arahkan untuk mengikuti telunjuk

perawat klien memilih untuk tidur.

 N VII (Facialis) : Klien dapat menggerakan otot-otot wajahnya

ditandai klien meringis saat diberikan rangsangan nyeri dan

saat luka nya di bersihkan.

 N VIII (Vestibulo Coclearis) : Sulit dikaji karena klien

mengalami penurunan kesadaran dan tampak tertidur terus.


46

 N IX (Glaso Pharingeus) : Sulit dikaji karena klien tidak

kooperatif dan sering tertidur.

 N X (Vagus) : Adanya kesulitan menelan untuk minum dan

mekan makanan cair yang disediakan RS.

 N XI (Accesoris) : Klien tampak mampu mengangkat bahu dan

menggerakan kepalanya.

 N XII (Hipoglosus) : Klien tampak sesekali menggerakan lidah

dan mengeluarkannya.

Fungsi Motorik : Klien tampak mengalami penurunan kesadaran


dan tampak sering tertidur. Kekuatan otot pada ekstremitas 2 2
2 2
Fungsi Sensorik : Klien mampu berespon terhadap nyeri. Tampak

meringis dan merintih ketika kaki di palpasi dan di gerakan. Fungsi

pengecapan, penghidu, pengecapan, pendengaran dan perabaan

suli dikaji karena klien mengalami penurunan kesadaran.

Reflek-reflek : Reflek pupil mengecil saat diberi rangsangan cahaya

(+), Reflek bisep (+), reflek trisep(+), reflek patela (+), reflek

babinski (-).

4) Sistem Pencernaan

Inspeksi :

 Mulut : Mukosa mulut dan bibir tampak kering, tidak terdapat

stomatitis, tampak sudah ompong pada beberapa gigi, tampak

hipersalivasi, lidah kotor, rongga mulut berbau keton, tidak

ada perdarahan pada gusi.

 Abdomen : Warna kulit sawo matang tidak tampak adanya

hematome, bentuk tampak besar karena timbunan lemak,

tidak tampak adanya distensi abdomen, tidak ada ascites atau


47

penimbunan cairan pada rongga abdomen, tidak ada lesi

atauluka bekas operasi.

 Anus : Tidak ada kemerahan, tampak bersih, eliminasi fekal

1x perhari konsistensi cair berwarna kuning kecoklatan dan

tidak ada perdarahan.

Auskultasi : Bising usus 13x/menit pada kuadran bawah kanan

abdomen.

Perkusi : terdengar bunyi tympani pada daerah lambung dan bunyi

dullnes pada daerah hepar.

Palpasi : Tidak terdapat pembesaran organ (hati dan limpa) dan

tidak terdapat nyeri tekan.

5) Sistem Perkemihan dan Genitalia

Karena pasien mengalami penurunan kesadaran klien

menggunakan diapers orang dewasa sehingga frekuensi eliminasi

urine tidak dapat terkaji, keluarga mengganti diapers 2-3 kali

perhari.

Inspeksi : Tidak tampak pembesaran kandung kemih, pada daerah

genitalian tidak ada kemerahan/lesi, tampak bersih, tidak ada

benjolan atau massa. Diapers terlihat output urin berwarna kuning,

tidak terpasang kateter urine (DC) karena keluarga menolak

dilakukan pemasangan.

Palpasi : Tidak teraba tegang/penuh pada kandung kemih, tidak

terdapat nyeri tekan pada kandung kemih dan daerah ginjal dan

ginjal tidak teraba.


48

6) Sistem Muskuloskeletal

Inspeksi

 Ekstremitas Atas : Simetris antara tangan kanan dan kiri, tidak

terdapat kelainan bentuk, terpasang alat infus NaCl 20

tetes/menit ditangan sebelah kiri.

 Ekstremitas Bawah : Simestris antara kaki kanan dan kiri,

tidak terdapat kelainan bentuk clubfoot, adanya

pembengkakan pada ekstremitas bawah, terdapat luka pada

ibu jari kaki kanan dan luka pada lipatan lutut kiri belakang.

Palpasi :

 Ekremitas Atas : Tidak terdapat nyeri tekan, kekuatan otot 2

(pergerakan sendi, namun tidak dapat melawan gravitasi).

 Ektrimitas Bawah : Terdapat nyeri tekan pada ibu jari kaki

kanan dan pada luka pada lipatan lutut kiri belakang, kekuatan

otot 2 (pergerakan sendi, namun tidak dapat melawan

gravitasi).

7) Sistem Integumen

Inspeksi :

 Rambut : Warna rambut di dominasi uban berwarna putih ke

abu-abuan, distribusi rambut merata, tidak ada kerontokan,

kulit rambut bersih.

 Kulit : berwarna sawo matang, terdapat luka di ibu jari kaki

kanan tampak adanya pengeluaran darah dan bernanah, juga

terdapat luka di lipatan lutut belakang kaki kiri tampak adanya

pengeluaran cairan berawarna kuning, kulit di area luka


49

tampak kemerahan, adanya pembengkakan pada ekstremitas

bawah.

 Kuku : Kuku tampak pendek dan bersih, tidak ada kelainan

bentuk clubingfinger.

Palpasi : Akral teraba hangat, Suhu : 36,2OC. warna kulit sawo

matang, persepsi klien tajam-tumpul, halus-kasar tidak dapat terkaji

karena klien mengalami penurunan kesadaran.

8) Sistem Endokrin

Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid. Klien memiliki riwayat

Diabetes Melitus Tipe II sejak 5 tahun yang lalu.

9) Sistem Imun

Tidak ada pembesaran KGB, tidak mempunyai riwayat alergi obat,

cuaca ataupun makanan. Tidak pernah memiliki riwayat penyakit

infeksi. Adanya infeksi pada luka di ibu jari kaki kanan tampak

adanya pengeluaran darah dan bernanah, juga terdapat luka di

lipatan lutut belakang kaki kiri tampak adanya pengeluaran cairan

berawarna kuning.

10) Sistem Reproduksi

Adanya labia minora dan minora, tidak ada edema, tidak ada

kemerahan, keadaannya tampak bersih, terdapat meatus urinaria,

terdapat bulu pubis.

5. Data Psikosoial

Sulit dikaji karena klien mengalami penurunan kesadaran dan tampak

sering tertidur, membuka mata dan berespon ketika diberi rangsangan

nyeri saja.
50

6. Data Penunjang :

a. Pemeriksaan Laboratorium

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN

Pemeriksaan tanggal : 04 Januari 2018 jam :14.20


HEMATOLOGI
Darah rutin
Hemoglobin 12-16
13,1 g/dL
Hematokrit 37-43
38 %
Leukosit 4000-10.000
16.500 /mm3
Trombosit 150.000-400.000
177.000 /mm3
KIMIA KLINIK
Glukosa darah 548,0 70-180
mg/dL
sewaktu
AST (SGOT) 60,2 <=31
U/L
ALT (SGPT) 52,5 <=34
U/L
Ureum 74,4 17-43
mg/dL
Kreatinin 1,68 0,6-1,2
mg/dL

Pemeriksaan tanggal : 05 Januari 2018 jam : 08.06


KIMIA KLINIK
Elektrolit Na/K
Natrium 136 mmol/l 135-150
Kalium 3,60 mmol/l 3,60-5,50
Glukosa darah puasa 221,3 mg/dL 74-100
Gula darah 2 jam PP 163,3 mg/dL <140
Asam urat 9,82 mg/dL 2.0-6.0
Kolesterol total 118,4 mg/dL <=200
Trigliserida 217,3 mg/dL <=150
Pemeriksaan tanggal 05 Januari 2018 jam : 19:43
KIMIA KLINIK
Glukosa darah 2 jam 77,2 mg/dL <140
PP
51

b. Pengobatan

Oral : Metformin 3x1 PO ( Obat penurun gula darah )

Injek :

IV : Cefotaxime 2 x 1 gram (Antibiotik)

Dexametason 3 x 5 mg (Anti Peradangan)

Keterolac 3 x 30 mg (Anti Nyeri)

Omeprazol 1 x 40 mg (Antiemetik)

SC : Insulin 12-12-12 1U (Obat penurun gula darah)

Inf : Metronidazole 3x 500 mg (Antibiotik)

Cairan :

Infus NaCL 0,9% 20 tetes/menit (Elektrolit)

B. ANALISA DATA
MASALAH
NO DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1 Ds: Bakteri patogen Ketidakefektifan
Keluarga klien (Streptococcus piogenes, perfusi jaringan
mengatakan klien Streptococcus grup A, Stapilpcoccus perifer
tidak sadar dari hari Aureus)
kamis tanggal 04
Januari 2018
Do: Menyerang kulit dan jaringan
1. Kesadaran subkutan
Somnolen GCS:9
(E: 2, M: 4, V: 3)
2. Tanda-tanda vital Meluas kearah yang lebih dalam
TD : 110/70
N : 89
R : 22 Menyebar secara sistemik
T : 36,2OC
3. Adanya
pembengkakan Terjadi peradangan akut
pada ekstremitas
bawah
4. GDS (tgl : Edema lokal pada kulit
04/01/18) : 548,0
mg/dL
52

5. Gula darah Lesi, Hiperglikemia


puasa (tgl :
05/01/18) : 221,3
mg/dL. Kerusakan integritas kulit
6. Glukosa darah 2
jam PP (tgl :
05/01/18) : 163,3 ketidakefektifan perfusi jaringan
mg/dL perifer

2 Ds: Bakteri patogen Nyeri akut


Keluarga klien (Streptococcus piogenes,
mengatakan klien Streptococcus grup A, Stapilpcoccus
mengeluh nyeri di Aureus)
kaki sejak 7 hari
yang lalu,keluarga
mengatakan klien Menyerang kulit dan jaringan
tidak sadarkan diri subkutan
dari hari kamis
tanggal 04 Januari
2018 Meluas kearah yang lebih dalam
Do:
1. Kesadaran
Somnolen GCS:9 Menyebar secara sistemik
(E: 2, M: 4, V: 3)
2. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 Terjadi peradangan akut
N : 89
R : 22
T : 36,2OC Edema lokal pada kulit
3. Klien tampak
meringis dan
merintih ketika Lesi, kadar gula darah yang tinggi
kaki di palpasi (Hiperglikemia)
dan di gerakan

Kerusakan integritas kulit

Terputusnya kontinuitas jaringan

Pelepasan mediator kimia

Stimulasi reseptor nyeri

Nyeri akut
53

3 Ds : keluarga Bakteri patogen Kerusakan


mengatakan di (Streptococcus piogenes, integritas kulit
kedua kaki klien ada Streptococcus grup A, Stapilpcoccus
luka. Luka pertama Aureus)
pada ibu jari dikaki
sebelah kanan
mengeluarkan darah Menyerang kulit dan jaringan
bercampur nanah subkutan
dan luka kedua di
lipatan lutut kaki kiri
dengan luka kulit Meluas kearah yang lebih dalam
mengelupas dan
mengeluarkan cairan
berwarna kuning. Menyebar secara sistemik

Do :
1. Terdapat luka di Terjadi peradangan akut
ibu jari kaki
kanan dengan
ukuran ± 3cm Edema lokal pada kulit
2. Terdapat
pengeluaran pus
beserta darah Lesi, kadar gula darah yang tinggi
dan luka di (Hiperglikemia)
lipatan lutut kiri
dengan ukuran
panjang ± 12 cm, Kerusakan integritas kulit
karakteristik luka
kulit melupas,
terdapat
pengeluaran
cairan berwarna
kuning dan
terdapat
kemerahan
diarea luka
3. Tampak adanya
pembengkakan
pada ekstremitas.
4. GDS (tgl :
04/01/18) : 548,0
mg/Dl
5. Gula darah
puasa (tgl :
05/01/18) : 221,3
mg/dL.
6. Glukosa darah 2
jam PP (tgl :
05/01/18) : 163,3
mg/dL.
54

4 Ds : keluarga klien Bakteri patogen resiko tinggi


mengatakan ada (Streptococcus piogenes, infeksi
luka di kaki dan Streptococcus grup A, Stapilpcoccus
belum dibersihkan Aureus)

Do :
1. Nilai leukosit Menyerang kulit dan jaringan
:16.500/mm3 subkutan
(N: 4.000-
10.000/mm3)
2. Tanda-tanda vital Meluas kearah yang lebih dalam
TD : 110/70
N : 89
R : 22 Menyebar secara sistemik
T : 36,2OC
3. Terdapat luka di
ibu jari kaki Terjadi peradangan akut
kanan tampak
adanya
pengeluaran Edema lokal pada kulit
darah dan
bernanah.
4. Terdapat luka di Lesi, kadar gula darah yang tinggi
lipatan lutut (Hiperglikemia)
belakang kaki kiri
tampak adanya
pengeluaran Kerusakan kulit
cairan berawarna
kuning.
5. Kulit di area luka Trauma jaringan lunak
tampak
kemerahan
6. GDS (tgl : Resiko tinggi infeksi
04/01/18) : 548,0
mg/dL
7. Gula darah
puasa (tgl :
05/01/18) : 221,3
mg/dL.
8. Glukosa darah 2
jam PP (tgl :
05/01/18) : 163,3
mg/dL
55

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan adanya

pembengkakan pada ekstremitas bawah.

2. Nyeri akut berhubungan dengan adanya ulcus (luka diabetes mellitus)

pada ekstremitas bawah.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka pada

ekstremitas bawah

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya ulkus (luka diabetes

melitus) pada ektremitas bawah dan pertahanan primer tidak adekuat


D. INTERVENSI KEPERAWATAN

DX INTERVENSI KEPERAWATAN
TUJUAN KEPERAWATAN (NOC) RASIONAL
No (NIC)
1. Setelah dilakukan tindakan a. Perawatan sirkulasi
keperawatan selama 2x24 jam b. Perawatan embolus : perifer
pasien menunjukkan perfusi c. Manajemen cairan/elektrolit
jaringan: perifer yang dibuktikan d. Manajemen hipervolemia
oleh indikator berikut: e. Pemantauan neurologis
e. Pengisian ulang kapiler (jari f. Manajemen sensasi perifer
tangan dan jari kaki) g. Surveilans kulit
f. Warna kulit Aktivitas keperawatan
g. Sensasi 1. Kaji ulkus statis dan gejala selulitis 1. Untuk mengetahui tingkat keparahan
h. Integritas kulit (nyeri, kemerahan dan ulkus
pembengkakan pada ekstremitas)
2. Perawatan sirkulasi 2. Untuk meningkatkan sirkulasi arteri dan
1) Lakukan pengkajian komprehensif vena
terhadap sirkulasi perifer
(misalnya, kaji nadi perifer,
edema, pengisian ulang kapiler,

57
58

warna dan suhu ekstremitas)


2) Pantau tingkat ketidaknyamanan
atau nyeri saat melakukan latihan
fisik, pada malam hari, atau saat
istirahat
3) Pantau status cairan, termasuk
asupan dan haluaran
3. Manajemen sensasi perifer 3. Untuk mencegah atau meminimalisir
1) Pantau pembedaan ketajaman rasa nyeri atau rasa yang tidak nyaman
atau ketumpulan atau panas pada pasien dimana pasien tersebut
dingin (pada perifer) mnegalami gangguan sensasi.
2) Pantau parastesia : kebas,
kesemutan, hiperestesia dan
hipoestesia
3) Pantau tromboflebitis dan
trombosis vena profunda
59

2 Setelah dilakukan tindakan a. Pemberian analgetik


keperawatan selama 2x24 jam b. Manajemen nyeri
pasien menunjukkan tingkat nyeri
dibuktikan dengan indictor sebagai Dengan Aktivitas Keperawatan:
berikut : 1. Lakukan pengkajian nyeri yang 1. Pengkajian komprehensif penting untuk
f. Ekspresi nyeri pada wajah komperhensif meliputi lokasi, meningkatkan intervensi selanjutnya
g. Gelisah atau ketegangan otot karakteristik awitan, durasi, frekuensi,
h. Durasi episode nyeri kualitas, intensitas, faktor presipitasi
i. Merintih dan menangis 2. Monitor tanda-tanda vital 2. Untuk mengetahui keadaan umum
j. Gelisah pasien
Pasien akan : 3. Atur posisi yang nyaman klien 3. Menurunkan ketidaknyamanan lebih
Memperlihatkan teknik relaksasi lanjut
secara individual yang efektif 4. Motivasi untuk mobilisasi sesuai 4. Dapat membantu merelaksasikan
untuk mencapai kenyamanan indikasi ketegangan otot yang meningkatkan
reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman
tersebut.
5. Berikan dan ajarkan klien teknik 5. Meningkatkan relaksasi otot dan
relaksasi nafas dalam menurunkan rasa sakit/rasa tidak
nyaman.
60

6. Gunakan pelembab yang agak hangat 6. Menurunkan ketidaknyamanan lebih


pada nyeri di ekstremitas lanjut
7. Kolaborasi dengan dokter: Berikan 7. Mungkin diperlukan untuk menghilangkan
analgetik nyeri yang berat. Catatan: Narkotik
mungkin merupakan kontraindikasi
sehingga menimbulkan ketidak-akuratan
dalam pemeriksaan neurologis.

3 Setelah dilakukan asuhan a. Perawatan kulit

keperawatan selama 5x 24 jam b. Perawatan luka


diharapkan integritas jaringan kulit Dengan aktivitas keperawatan:
tidak mengalami kerusakan lebih 1. Pantau perkembangan kerusakan 1. Mengevaluasi status kerusakan kulit

jauh, dengan kriteria hasil : kulit klien setiap hari. sehingga dapat memberikan intervensi

a. Temperatur kulit normal yang tepat.

b. Sensasi kulit normal 2. Cegah penggunaan linen bertekstur 2. Keadaan yang lembab dapat

c. Kulit elastis kasar dan jaga agar linen tetap meningkatkan perkembangbiakan

d. Hidrasi kulit adekuat bersih, tidak lembab, dan tidak kusut. mikroorganisme dan untuk mencegah

e. Warna kulit normal terjadinya lesi kulit akibat gesekan

f. Bebas lesi jaringan dengan linen.


3. Lakukan perawatan kulit secara
g. Kulit intak (tidak ada eritema 3. Untuk meningkatkan proses
aseptik 2 kali sehari.
dan nekrosis) penyembuhan lesi kulit serta
61

h. Tidak ada perluasan tepi luka mencegah terjadinya infeksi sekunder.


i. Tidak ada eritema di daerah 4. Monitor karakteristik luka, meliputi 4. Memonitor karakteristik luka dapat
sekitar luka warna, ukuran, bau dan pengeluaran membantu perawat dalam menentukan
pada luka. perawatan luka dan penangan yang
sesuai untuk pasien
5. Bersihkan luka dengan normal salin. 5. Normal salin adalah cairan fisologis
yang mirip dengan cairan tubuh
sehingga aman digunakan untuk
membersihkan dan merawat luka.
6. Lakukan pembalutan pada luka 6. Permbalutan luka dilakukan untuk
sesuai dengan kondisi luka. mempercepat proses penutupan luka.
Pemilihan bahan dan cara balutan
disesuaikan dengan jenis luka pasien.
7. Pertahankan teknik steril dalam 7. perawatan luka dengan tetap menjaga
perawatan luka pasien. kesterilan dapat menghindarkan pasien
dari infeksi.

4 Setelah dilakukan perawatan 2x24 1. Pantau tanda dan gejala infeksi 1. Penularan infeksi dapat melalui
jam diharapkan klien akan primer & sekunder pengunjung yang mempunyai penyekit
menunjukan tidak mengalami menular.
tanda-tanda infeksi dengan kriteria: 2. Batasi pengunjung bila perlu. 2. Tindakan antiseptik dapat mengurangi
62

a. Klien bebas dari tanda dan pemaparan klien dari sumber infeksi
gejala infeksi 3. Intruksikan kepada keluarga untuk 3. Pengunaan alat pengaman dapat
b. Luka sembuh mencuci tangan 6 langkah saat melindungi klien dan petugas dari
c. Tidak ada edema di sekitar luka kontak dan sesudahnya. tertularnya penyakit infeksi.
d. Menunjukan kemampuan untuk 4. Gunakan sabun anti miroba untuk 4. Perawatan luka setiap hari dapat
mencegah timbulnya infeksi mencuci tangan. mengurangi terjadinya infeksi serta
e. Menunjukan perilaku hidup dapat untuk mengevaluasi kondisi luka.
sehat 5. Lakukan cuci tangan sebelum dan 5. Penemuan secara dini tanda-tanda
sesudah tindakan keperawatan. infeksi dapat mempercepat
penanganan yang diperlukan sehingga
klien dapat segera terhindar dari resiko
infeksi atau terjadinya infeksi dapat
dibatasi.
6. Pertahankan teknik aseptik untuk 6. Pengguanan teknik aseptik dan isolasi
setiap tindakan. klien dapat mengurangi pemaparan
dan penyebaran infeksi.
7. Lakukan perawatan luka 7. Satus nutrisi yang adekuat, istirahat
yang cukup serta mobilisasi dan latihan
yang teratur dapat meningkatkan
percepatan proses penyembuhan luka.
63

Hasil kultur positif menunjukan telah


terjadi infeksi.
8. Amati keadaan luka dan sekitarnya 8. Mengetahui keadaaan luka dari tanda-
dari tanda – tanda meluasnya infeksi tanda infeksi
9. Dorong peningkatan mobilitas dan 9. meningkatkan kekuatan otot dan
latihan mempercepat proses penyembuhan

10. Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan 10. meningkatkan pengetahuan klien dan
gejala infeksi. keluarga tentang tanda dan gejala
infeksi

11. Berikan antibiotik sesuai program. 11. mencegah infeksi dan membunuh
bakteri
64

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO DX KEP Tgl/Waktu IMPLEMENTASI EVALUASI TTD


1 Ketidakefektifan Jumat 1. Mengkaji ulkus statis dan gejala Hari/Tanggal: Jumat/05/01/2018
perfusi jaringan 5/1/2018 selulitis (nyeri, kemerahan dan Pukul : 14.00 WIB
perifer 09.00 WIB pembengkakan pada
berhubungan ekstremitas) S : Keluarga mengatakan klien masih
dengan adanya Hasil : nyeri di ekstremitas sering meringis dan merintih
pembengkakan bawah, luka tampak kesakitan pada kaki.
pada kemerahan, dan adanya O:
ekstremitas pembengkakan pada  Klien mengalami penurunan
bawah ekstremitas bawah. kesadaran SomnolenGCS 9
10.00 WIB 2. Melakukan perawatan sirkulasi (E: 2, M:4, V: 3)
i. Melakukan pengkajian  Adanya nyeri pada ekstremitas
komprehensif terhadap bawah
sirkulasi perifer.  Adanya pembengkakan pada
Hasil: CRT <2 detik, ektremitas bawah
Perawat
adanya pembengkakan  Akral teraba hangat
pada ektremitas bawah,  Klien tampak meringis dan
akral kaki teraba hangat, merintih kesakitan.
warna sawo matang tidak  Input : 500cc (minum+infus),
ada sianosis. output urin : tidak terkaji
ii. Memantau tingkat karena kien menggunakan
ketidaknyamanan atau diapers.
nyeri.  Adanya parastesia pada
Hasil : Klien tampak ektremitas bawah.
meringis dan merintih saat
luka di ektremitas bawah di A : Ketidakefektifan perfusi jaringan
palpasi atau digerakan. perifer belum teratasi
65

iii. Memantau status cairan, P : Lanjutkan intervensi


termasuk asupan dan 1. Kaji ulkus statis dan gejala
haluaran. selulitis (nyeri, kemerahan dan
Hasil : Input : 300 cc pembengkakan pada
(minum+infus), output : urin ekstremitas)
(tidak terkaji karena klien 2. Perawatan sirkulasi
menggunakan diapers). a. Lakukan pengkajian
10.30 WIB 3. Melakukan manajemen sensasi komprehensif terhadap
perifer sirkulasi perifer
a. Memantau parastesia : b. Pantau tingkat
kebas, kesemutan, ketidaknyamanan atau
hiperestesia dan nyeri saat melakukan
hipoestesia latihan fisik
Hasil: Keluarga c. Pantau status cairan,
mengatakan sebelum termasuk asupan dan
masuk RS klien sering haluaran
mengeluh kakinya kebas 3. Manajemen sensasi perifer
dan mati rasa. a. Pantau pembedaan
b. Memantau tromboflebitis ketajaman atau
dan trombosis vena ketumpulan atau panas
profunda. dingin
Hasil : Tidak ada tanda- b. Pantau parastesia :
tanda Tromboflebitis kebas, kesemutan,
atautrombosis vena hiperestesia dan
profunda. hipoestesia
c. Pantau tromboflebitis dan
trombosis vena profunda.
66

2 Nyeri akut Jumat 1. Memonitor tanda-tanda vital Hari/Tanggal : Jumat 05/01/2018


berhubungan 5/1/2018 Hasil : TTVdalam batas normal: Pukul : 20.00 WIB
dengan adanya 14. 30 WIB TD : 120/70 mmHg
ulcus (luka N : 90 x/menit S :Keluarga klien mengatakanklien
diabetes R : 22 x/menit masih sering tertidur dan tidak
mellitus) pada T : 36,6OC bangun-bangun, masih sering
ekstremitas 14.45 WIB 2. Mengatur posisi yang nyaman meringis dan merintih kesakita.
bawah klien
Hasil: klien tertidur dengan O:
posisi supine dengan 
Kesadaran somnolen GCS: 9
menggunakan 1 bantal. (E 2, M 4, V 3)
15.00 WIB 3. Melakukan pengkajian nyeri  TTV dalam batas normal:
yang komperhensif. TD : 120/80 mmHg
Hasil : Sulit dilakukan N : 87 x/menit
pengkajian karena klien R : 20 x/menit
mengalami penurunan T : 36,5OC Perawat
kesadaran dan tampak selalu  Klien tampak meringis
tertidur, namun sebelum masuk kesakitan
RS klien mengeluh nyeri di  Klien tampak lemah dan
ekstermitas bawah pada luka di tertidur pada posisi supine
ibu jari kanan dan luka pada dengan 2 bantal.
lipatan belakang lutut kiri. A : Nyeri akut belum teratasi
15.20 WIB 4. Memotivasi untuk mobilisasi P:
sesuai indikasi 1. Lakukan pengkajian nyeri
Hasil : klien tidak dapat yang komperhensif meliputi
menggerakan ekstremitas lokasi, karakteristik awitan,
bawah durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas, faktor presipitasi
16.00 WIB 5. Berikan dan ajarkan klien teknik 2. Monitor tanda-tanda vital
relaksasi nafas dalam 3. Atur posisi yang nyaman klien
Hasil : Sulit dilakukan karena
67

klien mengalami penurunan 4. Motivasi untuk mobilisasi


kesadaran dan tampak sering sesuai indikasi
tertidur. 5. Berikan dan ajarkan klien
6. Berkolaborasi dengan dokter teknik relaksasi nafas dalam
dalam pemberian analgetik 6. Gunakan pelembab yang agak
Hasil : ketorolac 1 ampul (IV), hangat pada nyeri di
dexametason 1 ampul (IV). ekstremitas
7. Kolaborasi dengan dokter:
Berikan analgetik

3 Kerusakan Sabtu 1. Memantau perkembangan Hari/Tanggal : Sabtu, 6/01/2018


integritas kulit 6/1/2018 kerusakan kulit klien setiap hari. Pukul : 13.45 WIB
berhubungan 08.30 WIB Hasil : Kulit pada luka di lipatan
dengan adanya paha kaki kiri tampak
luka pada mengelupas dan kemerahan. S : Keluarga mengatakan klien masih
ekstremitas 08.45 WIB 2. Mencegah penggunaan linen sering meringis dan merintih
bawah bertekstur kasar dan jaga agar kesakitan pada area lukanya.
linen tetap bersih, tidak lembab, O:
dan tidak kusut.  Kesadaran klien somnolen
Hasil : Linen diganti setiap hari GCS : 15 (E 2, M 4, V 3)
dan menggunakan kain yang  TTV dalam batas normal: Perawat
lembut dan rapi. TD : 120/70 mmHg
09.00 WIB 3. Melakukan perawatan kulit N : 90 x/menit
secara aseptik setiap hari. R : 22 x/menit
Hasil : Luka tampak bersih, dan S : 36,6OC
masih kemerahan disekitar  Luka di ibu jari kaki tampak
luka. Balutan tampak bersih masih basah mengeluarkan
09.05 WIB 4. Memonitor karakteristik luka, darah dan berbau.
meliputi warna, ukuran, bau dan  Luka di lipatan paha sebelah
pengeluaran pada luka. kiri tampak masih kemerahan,
Hasil : Luka memanjang
68

dengan ukuran ±12 cm, kulit kulit pada area luka tampak
tampak mengelupas, tampak mengelupas, adanya cairan
kemerahan disekitar luka, berwarna kuning pada area
mengeluarkan cairan berwarna luka dan berbau.
kuning, dan berbau.  Adanya pembengkakan pada
09.10 WIB 5. Membersihkan luka dengan ekstremitas bawah
normal salin.  Balutan tampak bersih
Hasil : Luka dibersihkan dengan A : Kerukan integritas kulit belum
menggunakan cairan NaCl + teratasi.
gentamicyn. P : Lanjutkan intervensi
09.20 WIB 6. Melakukan pembalutan pada 1. Pantau perkembangan
luka sesuai dengan kondisi kerusakan kulit klien setiap
luka. hari.
Hasil : Luka di tutup dengan 2. Cegah penggunaan linen
menggunakan balutan steril, bertekstur kasar dan jaga agar
dan balutan tampak bersih. linen tetap bersih, tidak
09.25 WIB 7. Mempertahankan teknik steril lembab, dan tidak kusut.
dalam perawatan luka pasien. 3. Lakukan perawatan kulit
Hasil : alat yang digunakan secara aseptik 2 kali sehari.
sudah disterilkan sebelumnya 4. Monitor karakteristik luka,
dan luka dibersihkan dengan meliputi warna, ukuran, bau
teknik steril. dan pengeluaran pada luka.
5. Bersihkan luka dengan normal
salin.
6. Lakukan pembalutan pada
luka sesuai dengan kondisi
luka.
7. Pertahankan teknik steril
dalam perawatan luka pasien.
69

4 Resiko tinggi Sabtu 1. Memantau tanda dan gejala Hari/Tanggal : Sabtu, 6/01/2018
infeksi 6/1/2018 infeksi primer & sekunder Pukul : 14.00 WIB
berhubungan 09.30 WIB Hasil : terdapat luka di ibu jari
dengan kaki kanan dan lipat paha kaki S : Keluarga mengatakan klien masih
pertahanan kiri, luka tampak kemerahan sering meringis dan merintih Perawat
primer tidak 09.40 WIB 2. Mengintruksikankepada kesakitan pada area lukanya.
adekuat keluarga untuk mencuci tangan O:
6 langkah saat kontak dan  Kesadaran klien
sesudahnya. somnolenGCS : 15 (E 2, M 4,
Hasil : keluarga mengerti dan V 3)
dapat mencuci tangan 6  TTV dalam batas normal:
langkah TD : 120/70 mmHg
09.00 WIB 3. Melakukan perawatan luka dan N : 90 x/menit
dresing infus setiap hari. R : 22 x/menit
Hasil : Luka masih tampak T : 36,6OC
kemerahan, mengeluarkan  Luka tampak kemerahan
darah di luka ibu jari kanan dan  Adanya pembengkakan pada
cairan kuning di lipatan lutut ekstremitas bawah
belakang kiri.  Balutan tampak bersih
09.05 WIB 4. Mengamati keadaan luka dan A : Resiko tinggi infeksi belum teratasi
sekitarnya dari tanda – tanda P : Lanjutkan intervesi
meluasnya infeksi 1. Pantau tanda dan gejala
Hasil : Luka tampak infeksi primer & sekunder
kemerahan di daerah lipat 2. Batasi pengunjung bila perlu.
paha. 3. Intruksikan kepada keluarga
09.50 WIB 5. Mendorong peningkatan untuk mencuci tangan 6
mobilitas dan latihan langkah saat kontak dan
Hasil : Klien tidak dapat sesudahnya.
menggerakan ekstremitas dan 4. Gunakan sabun anti miroba
badannya. untuk mencuci tangan.
10.00 WIB 6. Ajarkan keluarga/klien tentang
70

tanda dan gejala infeksi. 5. Lakukan cuci tangan sebelum


Hasil : keluarga klien mengerti dan sesudah tindakan
10.00 WIB tanda dan gejala infeksi keperawatan.
7. berkolaborasi dalam pemberian 6. Gunakan baju dan
antibiotik sesuai program. Pertahankan teknik aseptik
Hasil : cefotaxime 2x1gram untuk setiap tindakan.
(IV), metrinidazole 3x500mg 7. Lakukan perawatan luka
(IV), 8. Amati keadaan luka dan
sekitarnya dari tanda – tanda
meluasnya infeksi.
9. Dorong peningkatan mobilitas
dan latihan
10. Ajarkan keluarga/klien tentang
tanda dan gejala infeksi.
11. Berikan antibiotik sesuai
program.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan antara teori

dan kasus pada Ny. I dengan “ Diabetes Melitus dan Selulitis” menggunakan

pendekatan asuhan keperawatan, menganalisa faktor-faktor pendukung dan

penghambat juga memberikan alternatif pemecahahan masalah atau solusi

dalam memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan proses

keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi selama tiga hari dari tanggal 04Januari 2018 sampai dengan 08Januari

2018.

A. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan suatu tahap awal dari proses keperawatan

secara menyeluruh, sebelum melakukan pengkajian, penulis melakukan

pendekatan terhadap klien dan keluarga dengan cara membina hubungan

saling percaya, menjelaskan maksud dan tujuan, pada tahap ini penulis

mengumpulkan data melalui observasi secara langsung pada klien dan

keluarga secara langsung, pemeriksaan fisik, serta mendapatkan data dari

perawat ruangan dan status klien. Dari hasil pengumpulan data, penulis tidak

menemukan hambatan karena adanya keterbukaan dari pihak keluarga dan

klien sendiri.

Berbagai faktor dapat menyebabkan terjadinya diabetes melitus dan

selulitis, diantaranya faktor-faktor yang tidak dapat diubah seperti ; ras, etnik,

riwayat keluarga dengan diabetes, usia lebih dari 45 tahun, riwayat

melahirkan bayi dengan bbl >4kg, riwayat pernah menerita DM gestasional

78
79

dan riwayat bbl rendah <2,5kg. selain itu, faktor-faktor yang tidak dapat

diubah juga mempegaruhi terjadinya DM dan Selulitis, diantaranya ; BB lebih

(obesitas atau overweight), kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dan

dislipidemia.

Beberapa manifestasi yang muncul diantaranya ; sering mengantuk,

gatal-gatal, berat badan berlebih untuk DM tipe II, mati rasa atau rasa sakit

pada bagian tubuh bagian bawah, infeksi kulit terutama pada bagian

ekstremitas bawah cepet naik darah, sangat lemah atau cepat lelah, mual

dan muntah, terdapat gula pada air seni, dan peningkatan kadar gula dalam

darah. pada Ny I, beberapa manifestasi yang terjadi sesuai dengan teori,

yaitu sering mengantuk, gatal-gatal, berat badan berlebih, infeksi kulit pada

bagian kaki, sangat lemah, dan peningkatan kadar gula dalam darah.

Pada Ny I, penyebab yang mungkin terjadi adalah dari faktor yang

dapat diubah, karena keluarga mengatakan bahwa di keluarganya tidak

mempunyai riwayat DM dan Seluliti. Beberapa faktor yang mungkin

menyebabkan Ny I memiliki penyakit DM dan Selulitis yaitu berat badan

berlebih dan kurangnya aktifitas fisik yang menyebabkan terjadinya resistensi

insulin, karena menurut diagnosa medis Ny I mengalami DM tipe II

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan teori, ada 8 diagnosa keperawatan yang mungkin

muncul pada klien dengan DM dan Selulitis yaitu ; ketidak efektifan perfusi

jaringan, defisit volume cairan, ketidak keseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh, kerusakan integritas kulit, resiko infeksi, nyeri, defisit

perawatan diri, dan kurang pengetahuan mengenai penyakitnya


80

Berdasarkan analisa keperawatan diagnosa yang ditetapkan pada Ny

I yaitu ; ketidak setabilan gluosa darah berhubungan dengan asupan diet dan

kenaikan berat badan, ketidak efektifan perfusi jaringan berhubungan dengan

pada ekstremitas bawah, nyeri akut berhubungan dengan adanya ulkus (luka

DM) pada ekstremitas bawah, ketidak seimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tbuh berhubungan dengan kesulitan mengunyah dan menelan,

dan resiko tinggi infeksi berhubungan denganpertahanan primer tidak adekut.

Diagnosa keperawatan yang prioritas adalah ketidakstabilan glukosa

darah berhubungan dengan asupan diet dan kenaikan berat badan karena

kenaikan glukosa darah pada Ny I sangat cepat. Pada hasil pemeriksaan

laboratorium terakhir didapatkan nilai glukosa darah sewaktu adalah 548

mg/dl, dimana nilai rujukan untuk nilai glukosa darah sewaktu adalah 70-180

mg/dl. Kenaikan glukosa darah pada Ny I dapat di akibatkan oleh resistensi

insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat reseptor

khusus pada permukaan cel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan

reseptor tersebut, terjadinya suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme

glukosa didalam cel. Resistensi insulin pada DM tipe II disertai dengan

penurunan reaksi intra cel. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif

untuk menstimulasi pengambilan glukosa dalam jaringan. Untuk mengatasi

resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus

terdapat peningkatan dalam jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita

toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang

berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal

atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika cel cel beta tidak mampu
81

mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin, maka kadar glukosa akan

meningkat dan terjadi DM tipe II.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Perencanaan merupakan tahap selanjutnya dari proses

keperawatan pada tahap awal dilakukan penentuan prioritas masalah yang

seharusnya diatasi lebih dahulu, setelah ditentukan tujuan pendekatan dan

tindakan keperawatan dan kriteria hasil serta evaluasi. Perencanaaan yang

telah penulis susun ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus, tujuan

pada perencanaan disusun berdasarkan masalah keperawatan yang timbul

sedang kriteria hasil berdasarkan etiologi dari masalah tersebut, begitu juga

dengan penyusunan perencanaan.

Dari diagnosa yang muncul, maka penulis memprioritaskan

masalah utama berdasarkan prioritas dilihat dari kondisi. Penulis menyusun

perencanaan yang akan diimplementasikan pada Ny I yaitu ketidakstabilan

glukosa darah berhubungan dengan asupan diet dan kenaikan berat badan.

Pada Ny I, kadar glukosa darah harus dikendalikan karena glukosa darah

yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan terjadinya ulkus diabetikum pada

ekstremitas dimana tersebut dapat mengakibatkan beberapa masalah

keperawatan diantaranya ; nyeri akut, resiko tinggi infeksi, dan ketidak

efektifan perfusi jaringan perifer. Dengan dalam glukosa darah yang tinggi

pasien dapat mengalami kelemahan tubuh yang dapat menyebabkan pasien

tidak mampu untuk memenuhi ADL nya seperti ; mengunyah dan menelan

yang daat memunculkan masalah keperawatan lain yaitu ketidak seimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.


82

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Perencanaan keperawatan yang telah disusun ternyata tidak

sama dengan rencana keperawatan yang telah disusun karena pasien pulang

atas keinginan keluarga atau pulang paksa sehingga intervensi yang di

berikan kepada pasien tidak dapat dilakukan seluruhnya tetapi dilakukan

discharge planning sebelum pasien pulang diharapkan tujuan dari intervensi

dapat tercapai

Dalam proses implementasi keperawatan tindakan yang dilakukan

sudah mengikuti standar operasional prosedur yang dimiliki oleh RSUD

Soreang. SOP yang telah dibuat telah sesuai dengan teori yang ada.

Sehingga dengan ini dinyatakan tidak ada kesenjangan antara sop teori dan

sop di lahan praktik.

E. EVALUASI

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang

dilaksanakan untuk mengajukan apakah tujuan yang ditetapkan dapat

tercapai atau belum dengan kriteria hasil standar dari masing-masing

masalah keperawatan yang penulis rumuskan dan rencanakan yang

ditetapkan dapat diperoleh hasil sebagai berikut: masalah belum teratasi dan

masalah teratasi sebagian


BAB V

PENUTUP

Setelah dilakukan tindakan keperawatan secara komprehensif pada

Ny I dengan DM tipe II dan Selulitis yang dirawat di ruang Flamboyan RSUD

Soreang yang di awali dengan pengkajian, perumusan masalah, perencanaan,

implementasi, dan evaluasi. Maka sebagai langkah terakhir dalam penyusunan

kasus seminar ini, penulis dapat mengambil beberapa kesimpula dan saran

sebagai berikut :

A. SIMPULAN

Setelah melihat pemaparan dari tinjauan teori dan kenyataan

nyata dilapangan serta berbagai alasan yang ada maka penulis dapat

mengambil kesimpulan dan sebagai pencapaian kasus seminar ini sebagai

berikut :

1. Data fokus yang dapat penulis temukan pada Ny I dengan DM tipe II dan

Selulitis adalah Keluarga klien mengatakan sebelumnya klien mengeluh

nyeri pada kaki kiri dan kanan nya ±7 hari SMRS, nyeri dirasakan terus

menerus semakin lama semakin parah, keluarga klien mengatakan di kaki

kirinya, keluarga klien mengatakan klien berobat penyakit DM sejak 5

tahun yang lalu semenjak pulang dari luar negeri namun tidak teratur

minum obat.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny I selama dirawat di ruang

Flamboyan RSUD Sorean adalah sebagai berikut :

a. Ketidakstabilan glukosa darah berhubungan dengan asupan diet dan

kenaikan berat badan.

83
84

b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan edema

pada ekstremitas bawah

c. Nyeri akut berhubungan dengan adanya ulcus (luka diabetes

mellitus) pada ekstremitas bawah

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kesulitan mengunyah dan menelan

e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak

adekuat

3. Rencana tindakan keperawatan yang bertujuan untuk mengurangi atau

masalah keperawatan yang ada. Penyusunan rencana keperawatan

diutamakan pada tindakan mandiri yang bisa dilakukan oleh perawat,

tindakan yang secara mandiri dilakukan oleh perawat secara maksimal

adapun faktor keberhasilan dalam melakukan tindakan yang dilakukan

salah satunya adalah keikutsertaan keluarga dalam merawat dan

menjaga Ny I selama proses penyembuhan.

4. Implementasi dilakukan setelah penulis menyusun rencana keperawatan

yang akan diberikan kepada Ny I pada implementasi yang dilakukan oleh

penulis terdapat beberapa hasil yang tidak memuaskan yang dirasakan

oleh penulis yaitu perencanaan tindakan keperawatan yang telah disusun

tidak dapat di implementasikan seluruhnya dikarenakan pasien pulang

atas keinginan keluarga atau pulang paksa

5. Evaluasi yang dilakukan sesuai dengan lama pemberian tindakan

keperawatan yang diberikan, diperoleh hasil bahwa masalah keperawatan

yang muncul belum teratasi secara maksimal dan teratasi sebagian.

Adapun faktor yang mendukung keberhasilan dari tindakan keperawatan


85

yang diberikan adalah keikutsertaan keluarga dalam merawat Ny I yang

sakit. Sedangkan faktor yang menghambat dari keberhasilan perawatan

adalah pasien pulang sebelum diberikan intervensi sepenuhnya

B. SARAN

1. Bagi perawat ruangan

Perawat ruangan di harapkan memberikan informasi secepatnya

kepada pasien dan keluarga setelah diagnosa ditegakan, mengingat

penyakit yang di derita oleh Ny I adalah penyakit sistemik yang dapat

mengakibatkan komplikasi yang serius jika tidak ditangani dengan

benar.

2. Bagi Rumah Sakit

Rumah sakit diharapkan dapat mempertahankan standar asuhan

keperawatan kepada klien sehingga kualitas pelayanan dapat terjaga

dengan baik dan dapat ditingkatkan kedepannya.

3. Bagi Instansi Pendidikan

Pembekalan yang diberikan instansi pendidikan agar lebih

ditingkatkan lagi khususnya praktik laboratorium dan persiapan praktik

juga harus lebih matang agar mahasiswa benar-benar siap untuk di

turunkan dilahan praktik.


DAFTAR PUSTAKA

Dinas kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2014). Profil Kesehatan Jawa Barat 2013.
Bandung, tersedia www.diskes.jabarprov.go.id, diakses pada tanggal 11
maret 2017

Gilman, A.G. (2007). Dasar Farmakologi Terapi. Volume 2. Penerjemah Cucu


Aisyah. Jakarta: EGC

IDF, (2014). IDFDiabetes Atlas Sixth Edition. tersedia


http://www.idf.org/sites/default/files/EN_6E_Atlas_Full_0.pdf, diakses
pada tanggal 10 Januari 2018.

Kemenkes RI. (2013). Profil kesehatan Indonesia 2013. Jakarta: Depkes RI;
2013, tersedia http://www.kemkes.go.id. diakses pada tanggal 11 Januari
2018.

Kozier, et al. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, Proses &
Praktik, Volume: 1, Edisi 7. Jakarta: EGC

Mansoer. (2007). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

NANDA International. (2013). Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi


2012-2014/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati,
Dan Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid,
Monica Ester, Dan Wuri Praptiani. Jakarta; EGC.

National Diabetes Information Clearinghouse. (2011). Tersedia


http://diabetes.niddk.nih.gov/dm/pubs/statistics/, diakses pada tanggal 11
Januari 2018.

Novitasari, R. (2012). Diabetes melitus: Yogyakarta: Nusa Medika

Perkeni. (2011). Konsesus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2


di indonesia tahun 2011. tersedia http://www.perkeni.net,diakses pada
tanggal 10 maret 2017

Riset Kesehatan Dasar.(2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Kementrian RI tahun 2010. Jakarta

Smeltzer & Bare et al. (2013). Texbook of medical surgical nursing,Edisi 8 Vol.2.
Jakarta: EGC

Soegondo, et al. (2017). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta:


Balai penerbit FKUI

Sudoyo, et al. (2014). Buku Ajar Penyakit Dalam. Edisi II jilid IV. Jakarta Pusat:
Interna Publishing

86
87

Suyono, S. (2008). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta pusat: Penerbitan
Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

http://eprints.ums.ac.id/33983/11/BAB%20II.pdf
http://stikeswh.ac.id/psik/files/Askep-DM.pdf
https://riantigorgeouss.files. com/2012/03/askep-diabetes.pdf

Anda mungkin juga menyukai