A. UKM ESSENSIAL
I. PROMOSI KESEHATAN
A. PENINGKATAN EDUKASI DAN PHBS
1. PHBS Tatanan Rumah Tangga
Pelaksanaan PHBS di rumah tangga yang sasaran primernya harus mempraktekkan perilaku
yang dapat menciptakan rumah tangga yang ber-PHBS. Mencakup indikator PHBS Rumah
Tangga :
Jumlah rumah tangga/kk yang sudah melaksanakan PHBS dibagi Jumlah rumah tangga/kk di
wilayah kerja puskesmas dikali 100%
1
6. tidak merokok di lingkungan sekolah,
7. membuang sampah pada tempatnya,
8. melakukan kerja bakti bersama warga lingkungan sekolah
Jumlah Sekolah yang sudah melaksanakan PHBS dibagi Jumlah Sekolah di wilayah kerja
puskesmas dikali 100%
Jumlah tempat ibadah (masjid) yang sudah melaksanakan PHBS dibagi Jumlah sasaran tempat
ibadah (masjid) di wilayah kerja puskesmas dalam 1 tahun dikali 100%
Jumlah pasar yang sudah melaksanakan PHBS dibagi Jumlah sasaran pasar di wilayah kerja
puskesmas dalam 1 tahun dikali 100%
Pelaksanaan PHBS di tempat kerja yang sasaran primernya harus mempraktekkan perilaku
yang dapat menciptakan tempat kerja Ber-PHBS. Mencakup indikator PHBS Tatanan Tempat
Kerja :
2
4. membuang sampah di tempat sampah,
5. tidak merokok,
6. tidak meludah sembarang tempat,
7. memberantas jentik nyamuk
Jumlah tempat kerja yang sudah melaksanakan PHBS dibagi Jumlah sasaran sasaran tempat
kerja di wilayah kerja puskesmas dalam 1 tahun dikali 100%
Pelaksanaan PHBS di Fasyankes yang sasaran primernya harus mempraktekkan perilaku yang
dapat menciptakan fasilitas pelayanan kesehatan Ber-PHBS. Mencakup indikator PHBS
Tatanan Fasyankes :
Jumlah Fasyankes yang sudah melaksanakan PHBS dibagi Jumlah Fasyankes di wilayah kerja
puskesmas dikali 100%
Organisasi Masyarakat yang bekerja sama dalam bidang kesehatan berdasarkan MOU yang
telah disepakati bersama puskesmas
3
Capaian Ormas yang sudah bekerja sama dengan puskesmas :
Jumlah Ormas yang sudah bekerja sama dengan puskesmas dibagi Jumlah sasaran Ormas di
wilayah kerja puskesmas dalam 1 tahun dikali 100%
Anggota SBH (Saka Bhakti Husada) yang telah dilantik oleh MABI Saka dan turut berperan
serta melaksanakan kegiatan di bidang Kesehatan sesuai dengan AD/ART Gerakan Pramuka
Satuan Karya Bakti Husada
Jumlah posyandu di wilayah kerja puskesmas yang merupakan salah satu bentuk UKBM yang
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelengaraan
pembangunan Kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dan memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi
Jumlah Posyandu Aktif dibagi Jumlah seluruh Posyandu di wilayah kerja puskesmas dikali
100%
1. frekuensi penimbangan,
2. rerata kader tugas,
3. rerata cakupan D/S,
4. cakupan kumulatif KIA,
5. cakupan kumulatif KB,
4
6. cakupan kumulatif Imunisasi,
7. Program tambahan,
8. cakupan dana sehat
Indikator-indikator ini yang nantinya akan terbagi dalam strata Posyandu Pratama, Posyandu
Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri.
Jumlah Posyandu Strata Pratama dibagi Jumlah seluruh posyandu di wilayah kerja puskesmas
dikali 100%
Jumlah Posyandu Strata Madya dibagi Jumlah seluruh posyandu di wilayah kerja puskesmas
dikali 100%
Jumlah Posyandu Strata Purnama dibagi Jumlah seluruh posyandu wilayah kerja puskesmas
dikali 100%
Jumlah Posyandu Strata Mandiri dibagi Jumlah posyandu di wilayah kerja puskesmas dikali
100%
Memantau dan menilai kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas yang dilakukan
setiap 6 bulan
Jumlah kader kesehatan di setiap posyandu dan posbindu yang disahkan dengan SK
Kelurahan
5
Jumlah kader kesehatan posyandu dan posbindu yang disahkan dengan SK Kelurahan dan
memenuhi kriteria untuk mendapatkan jasa pelayanan yang akan dievaluasi setiap 6 bulan
menjelang pencairan jasa pelayanan.
Kegiatan orientasi, pelatihan, dan refreshing kader kesehatan tentang posyandu dan
perkembangan pelaksanaan posyandu terkini
Melakukan pelatihan dan pelaksanaan kegiatan SMD yang merupakan suatu upaya
bersama yang dilakukan oleh Puskesmas dengan melibatkan peran serta masyarakat
untuk bersama-sama mengidentifikasi permasalahan kesehatan di masyarakat, dan
menggali potensi-potensi yang dimiliki untuk memecahkan permasalahan tersebut dan
kegiatan MMD yang merupakan pertemuan perwakilan warga beserta tokoh
masyarakatnya dan para petugas kesehatan puskesmas untuk membahas hasil SMD dan
merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari hasil SMD
2. Pelaksanaan RAKORKEL
Rapat Koordinasi Kelurahan yang melibatkan puskesmas, kelurahan, dan kader Kesehatan
yang membahas tentang program-program dan masalah Kesehatan di wilayah kerja kelurahan
yang dilaksanakan setiap bulan
3. Pelaksanaan RAKORCAM
Mendampingi kegiatan Kegiatan Survey Mawas Diri yang merupakan suatu upaya bersama
yang dilakukan oleh Puskesmas dengan melibatkan peran serta masyarakat untuk bersama-
sama mengidentifikasi permasalahan kesehatan di masyarakat, dan menggali potensi-potensi
yang dimiliki untuk memecahkan permasalahan tersebut yang dilaksanakan di awal tahun.
Dan Kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa yang merupakan pertemuan perwakilan warga
beserta tokoh masyarakatnya dan para petugas kesehatan puskesmas untuk membahas hasil
SMD dan merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari hasil SMD
yang dilaksanakan pada akhir tahun
6
II. KESEHATAN LINGKUNGAN
1. Persentase Desa/Kelurahan stop Buamg Air Besar Sembarangan(SBS)
Desa/Kelurahan yang seluruh penduduknya tidak lagi melakukan praktek buang air besar
sembarangan dibuktikan melalui proses verifikasi dengan kriteria :
TPP yang memenuhi syarat kesehatan adalah TPP yang dilaksanakan pengawasan melalui
insfeksi Kesehatan Lingkungan dan memenuhi syarat sesuai standar
6. Persentase tempat dan fasilitas umum (TFU) yang dilakukan pengawasan sesuai standar
Tempat dan fasilitas umum yang dilakukan pengawasan oleh kabupaten/kota dengan cara
melakukan inspeksi Kesehatan Lingkungan minimal 1 kali dalam kurun waktu setahun.TFU
adalah sarana pendidikan SD,SMP dan sederajat yang terdaftar, pasar serta puskesmas
7
Standar kuantitas adalah Kunjungan 6 kali selama periode kehamilan (K6) dengan
ketentuan:
1) Satu kali pada trimester pertama.
2) Dua kali pada trimester kedua.
3) Tiga kali pada trimester ketiga.
b. Standar Kualitas
Standar kualitas yaitu pelayanan antenatal yang memenuhi 10 T, meliputi:
1) Pengukuran berat badan.
2) Pengukuran tekanan darah.
3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
5) Penentuan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ).
6) Pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi.
7) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet.
8) Tes Laboratorium.
9) Tatalaksana/penanganan kasus.
10) Temu wicara (konseling).
8
tahun yang sama
Pelayanan = x 100 %
Ibu hamil Jumlah sasaran ibu hamil di
( K6 )
wilayah kerja kabupaten/kota
tersebut dalam kurun waktu satu
tahun yang sama
9
TARGET INDIKATOR PROGRAM
INDIKATOR TARGET
PERSALINAN DI FASYANKES (PF) 100%
10
TARGET INDIKATOR PROGRAM
INDIKATOR TARGET
PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS (KF 3) 100%
11
uami/keluarga ikut serta minimal 1 kali pertemuan sehingga dapat mengikuti berbagai
materi penting, misalnya materi tentang persiapan persalinan atau materi yang lain.
Kelas Ibu Hamil yang di bentuk dan aktif adalah Kelas Ibu hamil yang terdiri dari ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas dan terdapat kegiatan rutin sehingga ibu hamil
selama amsa kehamilan mendapatkan materi kesehatan sebanyak 5x dan mendapatkan
materi terkait :
Pertemuan Pertama
Pemeriksaan Kehamilan Agar Ibu dan Janin Sehat Ulasan materi :
1. Apa itu kehamilan.
2. Tanda hamil.
3. Keluhan umum saat hamil dan cara mengatasinya.
4. Perubahan tubuh ibu selama kehamilan.
5. Perubahan mental pada ibu hamil.
6. Pemeriksaan kehamilan.
7. Pelayanan kesehatan pada ibu hamil.
8. Menjaga ibu hamil sehat dan janin sehat.
9. Hal-hal yang perlu dihindari ibu selama hamil.
10. Mitos yang berkembang dimasyarakat.
Pertemuan Kedua
Persalinan Aman, Nifas Nyaman, Ibu Selamat dan Bayi Sehat.
1. Persiapan menghadapi persalinan yang aman.
2. Tanda-tanda awal persalinan.
3. Tanda-tanda persalinan.
4. Proses persalinan.
5. Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
6. KB pasca persalinan
7. Pelayanan nifas. h. Menjaga ibu bersalin dan nifas, serta bayi sehat.
8. Hal-hal yang harus dihindari ibu bersalin dan nifas.
9. Mitos
Pertemuan Ketiga
Pencegahan Penyakit, Komplikasi Kehamilan, Persalinan dan Nifas agar Ibu dan
Bayi Sehat
1. Anemia pada ibu hamil.
2. Kurang Energi Kronik (KEK).
3. Tanda bahaya kehamilan
4. Tanda bahaya persalinan.
5. Tanda bahaya dan penyakit ibu nifas.
6. Gangguan kejiwaan setelah melahirkan.
7. Penyakit malaria.
8. Cara penularan malaria.
9. Infeksi menular seksual.
10. Informasi dasar HIV/AIDS.
11. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak. I
12
Pertemuan Keempat
Perawatan BBL agar Tumbuh Kembang Optimal
1. Tanda bayi lahir sehat
2. Perawatan bayi baru lahir.
3. Pelayanan kesehatan neonatus.
4. Tanda bahaya pada BBL.
5. Cacat bawaan.
6. Perawatan metode kangguru (PMK).
7. Pengertian ASI Eksklusif dan sukses menyusui.
8. Pemberian imunisasi pada bayi.
9. Hal-hal yang harus dihindari.
10. Akta kelahiran.
Pertemuan Kelima
Aktivitas Fisik pada Ibu Hamil
1. Aktivitas fisik.
2. Manfaat aktivitas fisik sehari-hari dan latihan fisik ringan.
3. Kondisi yang tidak memungkinkan ibu hamil melakukan aktivitas fisik.
4. Prinsip-prinsip aktivitas fisik.
5. Prinsip-prinsip latihan fisik ringan.
6. Program latihan fisik.
7. Gerakan latihan fisik dan olahraga yang dihindari.
8. Contoh gerakan pemanasan, peregangan dan pendinginan.
9. Contoh senam hamil.
10. Pemantauan.
Standar Kualitas
Pelayanan neonatal esensial saat lahir (0-6 Jam) meliputi :
1) Pemotongan dan perawatan tali pusat
2) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
3) Pencegahan perdarahan (injeksi vitamin K1)
13
4) Pemberian salep/tetes mata antibiotik
5) Pemberian imunisasi (injeksi vaksin Hepatitis B0)
Pelayanan Neonatal Setelah Lahir ( 6-28 Hari) meliputi:
1) Konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI eksklusif
2) Memeriksa kesehatan dengan menggunakan pendekatan MTBM
3) Pemberian vitamin K1 bagi yang lahir tidak di fasilitas Pelayanan kesehatan atau
belum mendapatkan Vitamin K
4) imunisasi Hepatitis B injeksi untuk bayi usia < 24 jam yang lahir tidak ditolong
tenaga kesehatan
5) Penanganan dan rujukan kasus neonatal komplikasi
14
3. Infeksi Bakteri
4. Kejang
5. Ikterus
6. Diare
7. Hipotermi
8. Tetanus Neonatus
9. Masalah Pemberian ASI
10. Trauma lahir, sindrom gangguan pernafasan, kelainan kongenital dll
15
KUNJUNGAN BAYI
16
KUNJUNGAN ANAK BALITA
Ʃ BS = Jumlah anak balita sakit yang memperoleh pelayanan sesuai tatalaksana MTBS di
Puskesmas disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Ʃ total = Jumlah seluruh anak balita sakit yang berkunjung ke Puskesmas disuatu Wilayah
kerja dalam 1 tahun
17
skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah setiap 3 bulan pada anak < 24 bulan dan tiap 6 bulan
pada anak usia 24 - 72 tahun (umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72
bulan). Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh
kembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan menggunakan KPSP
untuk umur skrining yang lebih muda dan dianjurkan untuk kembali sesuai dengan waktu
pemeriksaan umurnya.
Cakupan SDIDTK adalah Semua balita umur 0 – 5 tahun dan anak prasekolah umur 5 – 6
tahun mendapatkan pelayanan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang agar
tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
Ʃ B = Jumlah balita umur 0 – 5 tahun dan anak prasekolah umur 5 – 6 tahun mendapatkan
pelayanan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang disuatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
Ʃ total = Jumlah seluruh anak balita umur 0 – 5 tahun dan anak prasekolah umur 5 – 6
tahun di suatu Wilayah kerja dalam 1 tahun
Kelas Ibu Balita adalah kelompok belajar ibu-ibu yang mempunyai anak usia antara 0 – 5
tahun dengan pengelompokan 0-1 tahun, 1-2 tahun, 2-5 tahun. 1 Kelas Ibu balita terdiri dari
15 orang ibu balita.
Indikator Keberhasilan
1. Indikator Input
- Jumlah tenaga kesehatan (fasilitator)
- Jumlah kader yang aktif pada kegiatan Kelas Ibu Balita
- Perbandingan antara tenaga kesehatan (fasilitator) dengan jumlah ibu Balita (ideal
1:15)
- Kelengkapan sarana penyelenggaran
- Kelengkapan prasarana penyelenggaraan
2. Indikator Proses
- Penyelenggaraan kelas Ibu Balita yang sesuai dengan pedoman
- % ibu Balita yang hadir pada kelas Ibu Balita
- % ibu Balita yang aktif pada saat penyelenggaraan
- % ibu Balita yang nilai post-test lebih tinggi dari pre-test
3. Indikator Output
- % bayi yang memiliki Buku KIA i % bayi yang mendapat ASI eksklusif (6 bulan)
- % bayi yang mendapat Imunisasi lengkap
- % bayi ( 6-11 bulan) yang mendapat Vit A 100.000 IU
- % bayi yang ditimbang 8 kali pertahun
- % bayi yang mendapat pelayanan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
18
Kembang minimal 4 kali pertahun
19
TARGET INDIKATOR PROGRAM
INDIKATOR TARGET
SKRINING KESEHATAN PESERTA DIDIK KELAS 1 – 6 100%
20
Jumlah Remaja Yang diberi Pelayanan Kesehatan di dalam dan luar gedung X 100
Pelayanan kesehatan diberikan kepada semua remaja, dilaksanakan di dalam atau di luar
gedung untuk perorangan atau kelompok.
Pelayanan kesehatan peduli remaja dilakukan melalui:
a. Pelayanan Konseling;
Pelayanan konseling diberikan oleh konselor terlatih kepada Remaja untuk membantu
agar Remaja mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi, dan dapat berkembang
menjadi orang dewasa yang mandiri dan bertanggungjawab.
b. Pelayanan Klinis Medis;
Pelayanan klinis medis diberikan kepada Remaja yang menderita penyakit tertentu
sesuai standar.
b. Pelayanan Rujukan;
Pemberian pelayanan rujukan meliputi pelayanan rujukan bidang medis sosial; dan
hukum. Pelayanan rujukan bidang sosial dan hukum harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pemberian Komunikasi, Informasi Dan Edukasi Kesehatan Remaja;
Pemberian komunikasi, informasi dan edukasi kesehatan Remaja dilakukan sesuai
dengan tahap tumbuh kembang dan kebutuhan Remaja
d. Partisipasi Remaja;
Partisipasi Remaja sebagaimana dilakukan dengan cara melibatkan Remaja secara aktif
dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan peduli Remaja serta
pemberdayaan konselor sebaya
f. Keterampilan Sosial.
Keterampilan dilakukan oleh tenaga kesehatan dan tenaga pendidik dengan melibatkan
peran Remaja sesuai standar.
21
Standar Nasional PKPR ini mengatur 5 aspek yang berkaitan dengan penyelenggaraan
PKPR, yaitu:
a. SDM kesehatan
b. Fasilitas kesehatan
c. Remaja
d. Jejaring,
e. Manjemen Kesehatan
INDIKATOR PROGRAM
Target Renstra :
Kriteria Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia sekolah
dan remaja adalah
4.POSYANDU REMAJA
Posyandu remaja merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat termasuk remaja dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan dalam memperoleh pelayanan
kesehatan bagi remaja untuk meningkatkan derajat kesehatan dan keterampilan hidup
sehat remaja.
Pelayanan kesehatan remaja di Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang peduli
remaja, mencakup upaya promotif dan preventif, meliputi: Keterampilan Hidup Sehat
(PKHS), kesehatan reproduksi remaja, kesehatan jiwa dan pencegahan penyalahgunaan
Napza, gizi, aktifitas fisik, pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM) dan pencegahan
kekerasan pada remaja.
Sasaran Kegiatan Posyandu Remaja: Remaja usia 10-18 tahun, laki-laki dan
perempuan dengan tidak memandang status pendidikan dan perkawinan termasuk remaja
dengan disabilitas.
Sasaran Petunjuk Pelaksanaan: a. Petugas kesehatan b. Pemerintah desa/kelurahan,
tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi kemasyarakatan lainnya c. Pengelola program
remaja d. Keluarga dan masyarakat e. Kader Kesehatan Remaja
Dalam pelaksanaan Posyandu Remaja, kegiatan utama yang harus ada adalah:
1. Pendidikan Ketrampilan Hidup Sehat (PKHS)
a. KIE yang diberikan : Memberikan informasi dan pengetahuan tentang
kecerdasan majemu, Melakukan sosialisasi dan penanaman 10 kompetensi
PKHS yaitu: a) Kesadaran diri b) Empati c) Pengambilan keputusan d)
22
Pemecahan masalah e) Berpikir kritis f) Berpikir kreatif g) Komunikasi efektif
h) Hubungan interpersonal i) Pengendalian emosi j) Mengatasi stress
b. Pelayanan kesehatan yang diberikan yaitu : 1) Identifikasi dan pengembangan
kecerdasan majemuk bagi remaja yang pertamakali datang 2) Pelayanan
kesehatan berupa konseling
23
a. KIE yang diberikan : 1) Jenis Penyakit Tidak Menular misalnya Kanker,
Diabetes, Stroke, dll 2) Dampak dan bahaya Penyakit Tidak Menular 3)
Upaya pencegahan faktor risiko Penyakit Tidak Menular melalui perilaku
CERDIK (Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin
aktivitas fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat cukup dan
Kelola stress).
b. Pelayanan kesehatan yang diberikan ) Deteksi dini faktor risiko Penyakit
Tidak Menular
a. Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate): Rata-rata banyaknya anak yang dilahirkan
hidup oleh seorang wanita selama masa reproduksinya.
c. Efek Samping Kontrasepsi: Efek yang tidak diinginkan yang dapat terjadi akibat
penggunaan alat kontrasepsi
g. Informed consent: Persetujuan tertulis tentang tindakan medis yang diberikan kepada
klien atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis
yang akan dilakukan terhadap klien tersebut.
24
h. KB Pasca Persalinan: Penggunaan suatu metode kontrasepsi sesudah melahirkan
sampai 6 minggu/42 hari melahirkan.
i. Kegagalan KB: Kasus terjadinya kehamilan pada akseptor KB aktif, yang pada saat
tersebut menggunakan metode kontrasepsi.
j. Komplikasi Kontrasepsi: Gangguan kesehatan ringan sampai berat bagi klien yang
terjadi akibat penggunaan metode kontrasepsi.
k. Pasangan Usia Subur (PUS): pasangan yang istrinya berumur antara 15-49 tahun.
l. Peserta KB Aktif : Akseptor yang pada saat ini sedang memakai alat atau obat
kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan, dan
masih terlindungi oleh kontrasepsi.
m. Peserta KB Baru: peserta yang baru pertama kali menggunakan metode kontrasepsi
termasuk mereka yang pasca keguguran dan sesudah melahirkan,
n. Unmet Need : Pasangan usia subur yang tidak ingin punya anak lagi atau yang ingin
menjarangkan kelahiran, tetapi tidak menggunakan kontrasepsi.
PELAYANAN KB AKTIF
25
Pelayanan edukasi pada usia lanjut adalah Edukasi yang dilaksanakan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan/atau UKBM dan/atau kunjungan rumah
2) Skrining faktor risiko penyakit menular dan penyakit tidak menular
Pelayanan Skrining faktor risiko pada usia lanjut adalah skrining yang
dilakukan minimal 1 kali dalam setahun untuk penyakit menular dan penyakit
tidak menular meliputi:
a) Pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar perut
b) Pengukuran tekanan darah
c) Pemeriksaan gula darah
d) Pemeriksaan gangguan mental
e) Pemeriksaan gangguan kognitif
f) Pemeriksaan tingkat kemandirian usia lanjut
g) Anamnesa perilaku berisiko
3) Tindaklanjut hasil skrining kesehatan meliputi:
a) Melakukan rujukan jika diperlukan
b) Memberikan penyuluhan kesehatan
Form Instrumen skrining kesehatan usia lanjut yang digunakan :
a) Instrumen Geriatric Depression Scale (GDS)
b) Instrumen Abbreviated Mental Test (AMT)
c) Form penilaian Activity Daily Living (ADL) dengan instrument Indeks Barthel
Modifikasi
26
b. Pelayanan kepada lansia sehat
Tujuan: mempertahankan derajat status fungsionalàpaling optimal.
Aktivitas:
• Latihan fisik (senam Lanjut Usia, senam osteoporosis, senam poco2, dll)à
sesuai kebutuhan
• Stimulasi kognitif
• Pemberian makanan tambahan
• Penyuluhan kesehatan primer
• Berinteraksi sosial
• Menggali potensi untuk diberdayakan secara optimal bagi keluarga dan
masyarakat
c. Pelayanan kepada lansia sakit
d. Rujukan
INDIKATOR TARGET
Presentasi Lansia yang mendapatkan 100%
Pelayanan
27
Puskesmas yang menyelenggarakan Strata I Strata II Strata III
pelayanan santun lanjut usia : (Pratama) (Madya) (Paripurna)
28
Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh kader dengan pendampingan dari tenaga kesehatan
Puskesmas
Sasaran :
o Pralansia umur 45-59 tahun
o Lanjut usia umur 60-69 tahun
o Lanjut usia Resiko Tinggi umur > 70 tahun
Mengembangkan dan meningkatkan jumlah kelompok lanjut usia Indikator: persentase
puskesmas dengan Kelompok Lanjut Usia aktif di setiap Kelurahan
Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia Mekanisme pelayanan posyandu lansia terdiri atas 5
meja, yaitu :
a. Meja 1 : Tempat pendaftaran. Lansia mendaftar, kemudian kader mencatat lansia
tersebut. Lansia yang sudah terdaftar dibuku register kemudian menuju meja
selanjutnya.
b. Meja 2 : Tempat pengukuran dan penimbangan berat badan.
c. Meja 3 : pencatatan tentang pengukuran tinggi badan dan berat badan, Indeks Masa
Tubuh (IMT), dan mengisi KMS.
d. Meja 4 : Tempat melakukan kegiatan konseling dan pelayanan pojok gizi, Penyuluhan
kesehatan individu berdasarkan KMS, serta pemberian PMT.
e. Meja 5 : Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, mengisi data-data hasil pemeriksaan
kesehatan pada KMS. Dan diharapkan setiap kunjungan para lansia dianjurkan untuk
selalu membawa KMS lansia guna memantau status kesehatan.
Tindakan pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada lansia di posyandu lansia,
antara lain :
1) Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan,
seperti makan atau minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur,
buang air besar atau kecil dan sebagainya.
2) Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional
dengan menggunakan pedoman mmetode 2 (dua) menit.
3) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
4) Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan
denyut nadi selama satu menit.
5) Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquits, sahli atau cuprisulfat.
6) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula
(diabetes mellitus).
7) Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit ginjal.
8) Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.
9) Penyuluhan kesehatan.
10) Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi
setempat dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia.
29
11) Kegiatan olah raga seperti senam lansia, gerak jalan santai untuk meningkatkan
kebugaran. 12) Program kunjungan lansia ini minimal dapat dilakukan 1 (satu) bulan
sekali atau sesuai dengan program pelayanan kesehatan puskesmas setempat
30
Sasaran anak Usia Sekolah adalah anak umur lebih dari 6 tahun sampai sebelum berusia
19 tahun.
Ruang Lingkup Kegiatan Uks Kegiatan utama usaha kesehatan sekolah disebut dengan
Trias UKS, yang terdiri dari:
1. Pendidikan kesehatan
2. Pelayanan kesehatan
3. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat.
Penerapan trias UKS oleh Puskesmas
1. Pendidikan Kesehatan
Literasi Kesehatan
Pembiasaan Hidup Bersih (Cuci tangan pakai sabun, sikat gigi, menjaga
kebersihan kuku)
Pendidikan Gizi (Sarapan Bersama Bergizi Seimbang
Aktifitas Fisik (Peregangan, senam bersama)
Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Pendidikan
Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)
Pembinaan Kader Kesehatan Sekolah (Dokcil, PMR, Konselor Sebaya, dll)
2. Pelayanan Kesehatan
Penjaringan Kesehatan dan Pemeriksaan Berkala
Imunisasi
Pemberian Tablet Tambah Darah bagi
Remaja Putri (SMP dan SMA) /
Pemberian obat cacing ( SD)
Konseling
P 3 K dan P 3 P
3. Pembinaan Lingkungan Sehat
Pemeliharaan sanitasi sekolah dan Pengeloaan Sampah
Pembinaan kantin dan PKL sekitar sekolah
Pemanfaatan Perakarang Sekolah (Toga, buah/sayur)
Pemberantasan sarang nyamuk
Penerapan Kawasan Tanpa Rokok, tanpa NAPZA dan tanpa Kekerasan, tanpa
Pornografi
31
Kondisi medis warga satuan Pendidikan, kantin, Kegiatan Olahraga dan
Ekstrakurikuler, Kegiatan Selain Pembelajaran di Lingkungan Satuan Pendidikan,
Kegiatan Pembelajaran di Luar lingkungan Satuan Pendidikan
b. Tugas dan Tanggung Jawab masing masing sector terkait.
IV. GIZI
32
b) Persentase Balita 0-59 Bulan di Surveilans gizi melalui ePPGBM
i. Definisi Operasional
puskesmas melakukan kegiatan pengumpulan data, pengolahan dan analisis data,
serta diseminasi informasi melalui Aplikasi Pencatatan dan Pelaporan Gizi
Berbasis Masyarakat (ePPGBM)
Pengumpulan data adalah puskesmas di wilayah kerja kabupaten/kota
melakukan entry data sasaran balita serta data pengukuran melalui ePPGBM,
rerata setiap bulan mencapai minimal 85% sasaran balita
Pengolahan dan analisis data adalah puskesmas di wilayah kerja
kabupaten/kota melakukan konfirmasi dan identifikasi penyebab masalah gizi
Diseminasi informasi adalah puskesmas di wilayah kerja Kabupaten/Kota
melakukan penyusunan rencana kegiatan berdasarkan hasil surveilans gizi dan
di-upload ke dalam sistem setiap triwulan
ii. Rumus perhitungan
c) Persentase Ibu Hamil Mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) Minimal 90 Tablet
i. Definisi Operasional
Ibu hamil yang mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD) sekurangnya
mengandung zat besi setara dengan 60 mg besi elemental dan 0,4 mg asam folat
yang disediakan oleh pemerintah minimal 90 tablet selama masa kehamilan
33
Tambah Darah
yang Mendapat 90 TTD
Jumlah ibu hamil yang ada
35
4) Menghitung persentase bayi yang masih ASI Eksklusif dengan membagi bayi
yang masih ASI dengan seluruh bayi yang di recall berdasarkan kelompok
umur
36
Jumlah seluruh gizi buruk
Perawatan
pada balita 0 – 59
37
Menghitung persentase balita gizi kurang yang mendapat makanan tambahan
dengan membagi jumlah balita gizi kurang yang mendapat makanan tambahan
dengan jumlah balita gizi kurang yang ada
Laporan tahunan untuk cakupan bayi umur 6 – 11 bulan yang mendapat kapsul
vitamin A diperoleh melalui penjumlahan data bulan Februari dan Agustus
sedangkan data cakupan balita umur 12 – 59 bulan yang mendapat kapsul
vitamin A menggunakan data bulan Agustus
38
Jumlah remaja putri mendapat
39
Menghitung jumlah rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium
terhadap jumlah rumah tangga yang di survei
1. PROGRAM TBC
a. Pengobatan Semua Kasus TB/Case Detection Rate (CDR)
Adalah jumlah semua kasus TB yang diobati dan dilaporkan di antara perkiraan jumlah semua
kasus TB (insiden). CDR menggambarkan seberapa banyak kasus TB yang terjangkau oleh
program.
Rumus :
Target : 100%
Strategi penemuan dan pengobatan TBC dapat dilakukan dengan 2 cara yakni :
- Pasif
Adalah jumlah semua kasus TB yang sembuh dan pengobatan lengkap di antara semua kasus
TB yang diobati dan dilaporkan. Dengan demikian angka ini merupakan penjumlahan dari
angka kesembuhan semua kasus dan angka pengobatan lengkap semua kasus. Angka ini
menggambarkan kualitas pengobatan TB.
Rumus :
Target : 100 %
40
Adalah jumlah pasien TB yang mempunyai hasil tes HIV yang dicatat di formulir pencatatan
TB yang hasil tes HIV diketahui termasuk pasien TB yang sebelumnya mengetahui status
HIV positif di antara seluruh pasien TB. Indikator ini akan optimal apabila pasien TB
mengetahui status HIV ≤15 hari terhitung dari pasien memulai pengobatan. Data ini
merupakan bagian dari pasien yang dilaporkan di TB.07 dan dilaporkan seperti laporan
TB.07.
Rumus :
Target : 100%
Angka ini menggambarkan kemampuan program TB dan HIV dalam menemukan pasien TB
HIV sedini mungkin. Angka yang tinggi menunjukan bahwa kolaborasi TB HIV sudah berjalan
dengan baik, klinik layanan TB sudah mampu melakukan tes HIV dan sistem rujukan antar TB
dan HIV sudah berjalan baik. Angka yang rendah menunjukan bahwa cakupan tes HIV pada
pasien TB masih rendah dan terlambatnya penemuan kasus HIV pada TB.
Strategi dalam mencapai Persentase pasien TB yang mengetahui status HIV adalah dengan
bekerja sama dengan PP HIV dalam penjaringan dan pemeriksaan HIV pada pasien TBC. Serta
memasukan pemeriksaan HIV menjadi salah satu pemeriksaan wajib pasien TBC selama
pengobatan.
Pelayanan sesuai standar artinya setiap orang terduga Tuberkulosis (TBC) mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar. Pemerintah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan
kesehatan sesuai standar kepada orang terduga TBC di wilayah kerja Kabupaten/Kota tersebut
dalam kurun waktu satu tahun.
Pengertian Pelayanan orang terduga TBC sesuai standar bagi orang terduga TBC meliputi :
- Pemeriksaan klinis
Pelayanan klinis terduga TBC dilakukan minimal 1 kali dalam setahun, adalah pemeriksaan
gejala dan tanda
- Pemeriksaan penunjang
- Edukasi
41
Edukasi perilaku berisiko dan pencegahan penularan
Rumus :
Target : 100%
Catatan:
a. Orang terduga TB adalah seseorang yang menunjukkan gejala batuk > 2 minggu disertai dengan
gejala lainnya.
b. Nominator : Jumlah orang terduga TBC yang dilakukan pemeriksaan penunjang dalam kurun
waktu satu tahun.
c. Denominator : Jumlah orang yang terduga TBC dalam kurun waktu satu tahun yang sama.
Strategi dalam mencapai Suspek TBC Mendapatkan Pelayanan Sesuai Standar dapat dilakukan
dengan melakukan investigasi kontak kepada semua indeks kasus TBC, selain itu dapat juga
dengan meningkatkan jejaring internal di fasyankes agar semua suspek TBC dapat terjaring dari
semua poli.
2. PROGRAM HIV
a. Cakupan ODHA baru ditemukan mendapatkan pengobatan
Definisi operasional dari ODHA baru ditemukan mendapatkan pengobatan yaitu jumlah
ODHA baru yang mulai pengobatan ARV dibagi jumlah ODHA yang dites dengan
hasil positif dikali 100%.
Indikator ini digunakan untuk melihat jumlah ODHA yang melakukan pengobatan Anti
Retro Virus (ARV) sesuai standar.
Rumus :
42
o Pencatatan dan pelaporan jumlah ODHA baru yang memulai pengobatan ARV di
layanan Perawatan Dukungan Pengobatan (PDP) HIV dan telah dilaporkan melalui
Sistem Informasi HIV/AIDS & IMS (SIHA) dan Kohort ARK.
Definisi operasional dari cakupan pasien sifilis yang diobati yaitu jumlah pasien diobati
sifilis adekuat (minimal 1 kali injeksi BPG) dibagi jumlah pasien dengan hasil tes
sifilis positif dikali 100%.
Indikator ini digunakan untuk melihat jumlah pasien sifilis yang diobati sesuai standar.
Rumus :
Indikator Program Kusta merupakan alat ukur kinerja dan kemajuan program (maker
of progress) serta untuk mempermudah analisis data. Kemajuan atau keberhasilan
program Penanggulangan Kusta dinilai dari beberapa indicator,sebagai berikut :
1. Penderita Kusta Terdaftar dan Angka Penderita Kusta Terdaftar (Prevalence dan
Prevalence Rate = PR)
Rumus :
43
Adalah jumlah penderita kusta yang baru ditemukan pada periode 1 (satu) tahun per
100.000 penduduk. Merupakan indkator yang bermanfaat dalam menetapkan
besarnya masalah dan transmisi yang sedang berlangsung. Selain itu, juga
dipergunakan untuk menghitung jumlah kebutuhan obat serta menunjukkan aktivitas
program.
Strategi : Edukasi kepada seluruh tenaga kesehatan tentang penyakit kusta (terutama
gejala utamanya / Cardinal Sign) dan pencarian kasus secara aktif
Rumus :
Adalah jumlah Penderita kusta cacat tingkat 2 yang ditemukan diantara penderita kusta
baru pada periode 1 (satu) tahun. Angka ini bermanfaat untuk menunjukkan keterlambatan
antara kejadian penyakit dan penegakkan diagnosa (keterlambatan penderita kusta mencari
pengobatan atau keterlambatan petugas dalam penemuan penderita kusta). Target : < 5%
Strategi untuk mencegah cacat tk.2 adalah MDT harus diambil sendirii oleh pasien,
pengelola program melakukan POD (Prevention of Disability) kepada pasien setiap kali
mengambil obat dan mengisi kartu penderita dengan benar. Mengedukasi pasien bagaimana
cara perawatan bagian tubuh yang cacat bila pasien sudah cacat
Rumus :
Merupakan proporsi kusta baru pada anak usia < 15 tahun.Indikator tersebut dapat
digunakan untuk melihat keadaan penularan saaat ini dan memperkirakan kebutuhan obat.
Target : < 5%
Strategi : melakukan screening di sekolah dan saat PISPK dengan menggunakan Form
Temukan Bercak
Rumus :
Angka ini sangat penting dalam menilai kualitas tata laksana penderita dan kepatuhan
penderita kusta dalam minum obat.
44
a. RFT Rate MB
Jumlah penderita kusta baru MB dari periode Kohort 1 (satu) tahun yang sama yang
menyelesaikan pengobatan tepat waktu (12 dosis dalam 12-18 bulan) dinyatakan dalam
persentase.
Rumus :
Target : 98 %
b. RFT Rate PB
Jumlah kasus baru PB dari periode kohort 1 tahun yang sama yang menyelesaikan
pengobatan tepat waktu (6 dosis dalam 6-9 bulan) dinyatakan dalam persentase.
Rumus :
Target : 100 %
Strategi agar RFT rate PB dan MB tercapai adalah dengan mengedukasi pasien sejak
awal pengobatan bahwa kusta dapat disembuhkan dengan minum obat secara teratur dan
segera menghubungi pasien/keluarganya bila terlambat mengambil MDT
3.2 Frambusia
4. PROGRAM ISPA
a. Penemuan kasus Pneumonia balita
Jumlah balita yang ditemukan dengan nafas cepat atau terdapat TDDK (Tarikan Dinding
dada ke dalam).
Rumus:
45
Target: 65%
Rumus :
Target : 52%
c. Tatalaksana Pneumonia
· Menilai anak batuk dan atau kesukaran bernapas
· Klasifikasi pneumonia
· Diagnosa pneumonia
· Pengobatan dan rujukan
· Konseling ibu
· Monitoring dan evaluasi
5. PROGRAM HEPATITIS
a. Definisi operasional
Rumus:
Target : 90%
b. Pelaksanaan
· Saat bumil datang untuk memeriksakan kandungan
46
· Bila hasil Positif, beri penjelasan tindak lanjut dan rencana rujuk ke RS untuk
layanan lanjutan kasus hepatitis B ibu nya; Partus sesuai kondisi ada /tidaknya
penyulit
· Bayi yg dilahirkan dari ibu dengan HBsAg reaktif diberikan Vit K, HBIG dan
HBO segera setelah bayi lahir < 12 jam, dan vaksinasi hepatitis B berikutnya
sesuai program imunisasi nasional.
· Saat bayi berumur 9 – 12 bulan perlu dilakukan pemeriksaan kembali status
HBSAg bayi tersebut
· Bila hasil HBsAg reaktif rujuk ke RS yang mampu melakukan Tatalaksana
Hepatitis Virus
· Bayi yang dilahirkan dari ibu dengan HBsAg non-reaktif, diberikan vitamin K
dan HB 0 kurang 24 jam setelah kelahiran dan vaksinasi hepatitis B berikutnya
sesuai program imunisasi nasional.
c. Persyaratan mendapatkan HBIG
· Melakukan Deteksi dini pada Puskesmas sesuai wilayah domisili
· Apabila melakukan ANC di Rumah Sakit harus melaporkan ke Puskesmas
minimal tiga bulan sebelum tanggal persalinan
· HBIG hanya bisa diambil oleh tenaga kesehatan dari Rumah sakit yang
mengajukan
· Ketersediaan HBIG sesuai dengan alokasi dari Dinas kesehatan Provinsi banten.
· Apabila HBIG mengalami kekurangan atau keterlambatan ketersediaan ibu hamil
diperkenanka untuk melakukan pengadaan sendiri.
6. PROGRAM DIARE
a. Tatalaksana Diare Balita Sesuai standar
Persentase Kasus diare balita (usia 0-59 bulan) mendapatkan tatalaksana sesuai standar
Rumus:
Persentase Kasus diare balita (usia 0 - > 60 tahun) mendapatkan tatalaksana sesuai standar
47
Target : 80%
A. PROGRAM DBD
1. Indikator
1). Angka Kesakitan/ Incidence Rate (IR)
Angka Kesakitan adalah angka yang menunjukkan proporsi kasus/ kejadian (baru)
penyakit dalam suatu populasi. Angka Kesakitan merupakan jumlah orang yang
menderita penyakit dibagi jumlah total populasi dalam kurun waktu tertentu dikalikan
konstanta.
Kegiatan jumlah kasus baru yang di laporkan baik dari RS, Puskesmas dan layanan
kesehatan lainya di buktikan dengan hasil laboratorium dengan nilai trombosit
terendah >100.000 dan kenaikan HT 20%.
CFR adalah persentase kematian yang diakibatkan dari suatu penyakit dalam suatu
kurun waktu tertentu.
48
CFR atau Case Fatality Rate adalah jumlah kematian yang di temukan di wilayah
terjangkit DBD dengan di buktikan dengan surat kematian dari Rumah Sakit.
Adapun target CFR adalah <1%.
Ukuran epidemiologi pada saat terjadi KLB, untuk menghitung kasus pada populasi
berisiko disuatu wilayah dan waktu tertentu.
Attacke Rate (AR) di gunakan pada saat terjadi KLB yaitu peningkatan 2 (dua) kali
lipat dari bulan yang sama dengan tahun sebelumnya.
Target Angka Bebas Jentik (ABJ) > 95% dan di laporkan ke Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan setiap bulannya baik melaporkan ke aplikasi SILANTOR dan
laporan bulanan melalui email.
1) Diagnosa DBD
2) Pemeriksaan
1. Hematologi
2. Radiologi
3. Serologi
49
B. PROGRAM CHIKUNGUNYA
B) untuk penanganan pasien di obati sintomatis dan di ambil sampel darah untuk
di kirim ke BTKL Jakarta guna penegakan diagnosa chikungunya.
C. PROGRAM KECACINGAN
1) Sasaran Program Pencegahan Obat Massal (POPM) Cacingan, anak usia 1 s.d 12 tahun
Obat yang digunakan : Albendazole tablet kunyah dan suspensi dosis tunggal
Frekuensi POPM Cacingan :
Dosis obat :
Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) pada penduduk sasaran usia 1-12
tahun dilaksanakan 2x setahun dengan interval 6 bulan
D. PROGRAM FILARIASIS
Indikator Program
Jumlah Puskesmas endemis filariasis berhasil menurunkan angka mikrofilaria <1% atau
tidak di temukan laki kasus filariasis baru, untuk pelaporan setiap ada kasus melaporkan ke
dinas kesehatan dan 1 x 24 di lakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE)
E. ZOONOSIS
50
Jenis kegiatan penanganan kasus GHPR sesuai standar
Cuci luka selama 15 (lima belas) menit menggunakan sabun dan air mengalir
Melakukan penyuntikan/Vaksin Anti Rabies (VAR) sebanyak 3 (tiga) kali pada
hari ke 0-7-28.
Melakukan pelaporan setiap bulannya ke Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
8. PROGRAM IMUNISASI
Imunisasi program adalah imunisasi yang di wajibkan kepada seseorang sebagai bagian dari
masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi.
- Imunisasi rutin
- Imunisasi tambahan
- Imunisasi khusus
Imunisasi diberikan pada sasaran yang sehat ,untuk itu diperlukan skreaning
1. Kondisi sasaran
2. Jenis dan manfaat vaksin yang diberi
3. Akibat bila tidak diimunisasi
4. Kemungkinan KIPI yang upaya yang harus dilakukan
5. Jadwal imunisasi berikutnya
DEFINISI OPERASIONAL
Imunisasi DPT 1-3 Imunisasi DT 1-3 untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis
dan Tetanus
Imunisasi Hib 1-3 Imunisasi Hib 1-3 untuk mencegah penyakit Haemophilus
Influenza tipe b
Imunisasi Polio 1-4 , IPV Imunisasi Polio 1-4, IPV untuk mencegah penyakit Polio
51
Imunisasi rutin adalah Kegiatan imunisasi yang secara rutin dan terus menerus harus dilaksanakan
pada periode waktu yang telah ditetapkan, berdasarkan kelompok usia sasaran dan tempat
pelayanan
a. Imunisasi dasar adalah adalah Kegiatan imunisasi yang secara rutin dan terus menerus
diberikan pada bayi sebelum berusia 1 ( satu ) tahun.
0 – 24 Jam Hepatitis B
9 bulan Campak
Rumus Penghitungan :
Jumlah kunjungan bayi usia < 24 jam - < 7 hari yang mendapat
imunisasi HB0 sesuai standart di wilayah kerja kabupaten/kota
Cakupan Imunisasi = tersebut dalam kurun waktu satu tahun
HB 0 ----------------------------------------------------------------------- x 100 %
Jumlah sasaran bayi di wilayah kerja kabupaten/kota tersebut
dalam kurun waktu satu tahun yang sama
2. Kunjungan Imunisasi BCG, Polio 1
52
imunisasi BCG, Polio 1 sesuai standart di wilayah kerja
kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun
Cakupan Imunisasi= ------------------------------------------------------------------------- x 100 %
BCG, Polio 1 Jumlah sasaran bayi di wilayah kerja kabupaten/kota tersebut
dalam kurun waktu satu tahun yang sama
3. Kunjungan Imunisasi DPT-HB-Hib 1, Polio 2
Polio 4 , IPV tersebut dalam kurun waktu satu tahun yang sama
53
Jumlah kunjungan bayi usia 9 bulan yang mendapat
(MR ) Kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun yang sama
54
Jumlah kunjungan anak kelas 1 SD yang mendapat
55
Jumlah kunjungan bayi DPT 1 dikurangi kunjungan Campak
yang mendapat sesuai standart di wilayah kerja kabupaten/kota
tersebut dalam kurun waktu satu tahun
DO D1-Campak = ------------------------------------------------------------------------- x 100 %
Jumlah kunjungan DPT 1 di wilayah kerja kabupaten/kota
tersebut dalam kurun waktu satu tahun yang sama
b. Imunisasi lanjutan adalah Merupakan ulangan imunisasi dasar untuk mempertahankan tingkat
kekebalan dan untuk memprpanjng masa perlindungan anak yang sudah mendapatkan
imunisasi dasar.
Imunisasi lanjutan diberikan pada :
1. Anak usia bawah dua tahun ( Baduta )
2. Anak usia sekolah dasar ( BIAS )
3. Wanita usia subur ( WUS )
56
pertama
57
Pada saat yang sama respon tim sebaiknyak melakukan
- Rencana pengambilan sample klinis dan lingkungan
- Formulasi hipotesis mengenai sumber pajanan dan cara penularan.
- Tes hipotesis
- Menulis laporan dan rekomendasi
Melakukan tindakan pengendalian awal dengan segera meliputi :
- Tatalaksana kasus
- Pengendalian infeksi
- Pencarian kontak kasus
- Pengendalian lingkungan
- Mobilisasi sosial
- Komunikasi, informasi dan Edukasi kepada masyakarat
58
- Persentase kabupaten/kota melaporkan discarded rate (kasus bukan campak dan bukan
rubela) ≥ 2 per 100.000 penduduk ≥ 80%
- Kasus supek campak yang diinvestigasi adekuat (< 48 jam) ≥ 80%
- Kasus suspek campak-rubela yang diperiksa IgM ≥ 80%
- Kelengkapan laporan puskesmas (MR-01) ≥ 90 %
- Ketepatan laporan puskesmas (MR-01) ≥ 80 %
- Kelengkapan laporan Surveilans Aktif Rumah Sakit ≥ 90 %
- Spesimen adekuat untuk pemeriksaan IgM ≥ 80 %
- Spesimen adekuat untuk pemeriksaan virologi ≥ 80 %
b) KLB
- Kelengkapan laporan MR-KLB ≥ 90 %
- KLB dilakukan investigasi menyeluruh 100 %
- KLB dilakukan investigasi < 48 jam ≥ 80 %
- KLB suspek campak yang diperiksa virologi ≥ 80 %
Surveilans Campak-Rubela dilaksanakan di setiap tingkat sesuai dengan peran dan
kewenangan masing-masing.
3) Penemuan Kasus
- Melakukan penemuan suspek campak dengan gejala demam dan ruam maculopapular,
selanjutnya wajib dilakukan penyelidikan epidemiologi dalam waktu 2x24 jam setelah suspek
ditemukan.
- Hasil investigasi diisi ke dalam Form investigasi kasus suspek campak-rubela (Form MR-01)
yang dibuat untuk masing-masing suspek (form individual).
- Melibatkan peran aktif kader atau petugas desa siaga, dalam pencarian kasus suspek campak
di masyakarat, dan segera melaporkan ke petugas puskesmas.
- Pada saat melakukan penyelidikan epidemiologi, petugas puskesmas juga mencari kasus
tambahan lainnya dengan menanyakan apakah ada kasus yang sama di keluarga atau tempat
lain. Jika jumlah kasus memenuhi kriteria KLB, maka dilakukan penanggulangan KLB
campakrubela.
- Melakukan verifikasi jika ada rumor/issue di masyarakat, media massa dan atau media sosial
dalam waktu <24 jam sejak sinyal diterima.
59
4) Pengambilan Spesimen
- Setiap suspek campak yang ditemukan di puskesmas diambil spesimen serum (maksimum
pada hari ke-28 dari tanggal ruam).
- Melakukan pengambilan spesimen urin terhadap kasus suspek campak dengan gejala
tambahan batuk, pilek atau conjuctivitis minimal 1 kasus per kab/kota/tahun (berkoordinasi
dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota).
- Pada KLB suspek campak, spesimen urin diambil sebanyak maksimal 5 kasus suspek campak
dengan gejala tambahan batuk, pilek atau conjuctivitis
- Spesimen urine diambil maksimum pada hari ke-5 dari tanggal ruam.
5) Penyimpanan dan Pengiriman Spesimen
- Petugas puskesmas mengambil spesimen serum dan memasukkan kedalam tabung yang telah
diberi label: nama, umur dan tanggal ambil. Spesimen serum diambil maksimum pada hari ke-
28 dari tanggal ruam.
- Simpan spesimen serum ke dalam refrigerator dengan suhu 2-8 ˚C, dan dikirim ke kabupaten/
kota/provinsi setiap Senin dan Kamis disertai form MR-01.
- Spesimen urin dikirim ke laboratorium dengan suhu 2-8 ˚C dalam waktu 1x24 jam setelah
pengambilan.
- Pengiriman dan pengepakan spesimen harus adekuat (volume minimal 1 cc dan suhu 2-8 ˚C
sampai ke laboratorium)
6) Pencatatan Pelaporan
- Setiap kasus suspek campak baik rutin maupun KLB dicatat dalam Form investigasi kasus
suspek campak dan rubela (Form MR-01) kemudian setiap hari Senin dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota (Dinkes Kab/Kota) dengan melampirkan Form MR-01 melalui
mekanisme pelaporan yang ditentukan (WA, email, dsb) dan dilaporkan melalui mekanisme
SKDR.
- Pastikan setiap kolom pada Form MR-01 (kecuali nomor EPID, karena nomor EPID diberikan
oleh Dinkes Kab/Kota) diisi dengan benar.
7) Analisis Data dan Diseminasi Informasi
- Setiap seminggu sekali dilakukan analisis data untuk mengetahui adanya peningkatan kasus
berdasarkan wilayah kejadian. Analisis data berdasarkan orang, tempat, dan waktu.
- Hasil analisis data disampaikan pada saat kegiatan minilokarya lintas program dan lintas
sektor.
c. Penemuan Kasus AFP Non Polio ≥ 2 per 100.000 penduduk Usia ˂ 15 tahun
1. Pengertian
- Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang dari 15 Tahun dengan kelumpuhan yang
sifatnya Flacid (layuh) terjadi secara akut (mendadak) dan bukan disebabkan oleh
rudapaksa.
- Kasus AFP non Polio adalah kasus AFP yang pada pemeriksaan spesimennya tidak
ditemukan virus polio liar atau kasus AFP yang ditetapkan oleh Tim ahli sebagai kasus
AFP non Polio dengan kriteria tertentu.
2. Definisi Operasional
60
Jumlah kasus AFP Non Polio yang ditemukan diantara 100.000 penduduk < 15 tahun
pertahun di satu wilayah kerja tetentu
Non polio AFP rate = Jumlah kasus AFP non polio yang dilaporkan x 100
- Pembilang
Jumlah kasus AFP non Polio pada penduduk < 15 tahun di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu
- Penyebut
Jumlah Penduduk , 15 tahun di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama
- Ukuran Konstanta
- Sumber Data
a. Form Pelacakan FP.1
b. Laporan W2
- Target
- Langkah kegiatan
a. Sosialisasi
b. Pencarian kass
c. Pengambilan specimen ( tinja )
- SDM
a. Dokter spesialis
b. Dokter uum
c. Epidemiolog kesehatan
d. Perawat
e. Bidan
f. Pranata laboratorium kesehatan
a. Pernyataan Standar
61
Setiap warga negara usia 15 tahun sampai 59 tahun mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan dalam
bentuk edukasi dan skrining kesehatan sesuai standar kepada warga negara usia 15-59 tahun
di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
c. Mekanisme Pelayanan
1) Penetapan sasaran usia produktif (berusia 15-59 tahun) diwilayah kabupaten/kota dalam satu
tahun menggunakan data proyeksi BPS atau data riil yang diyakini benar, dengan
mempertimbangkan estimasi dari hasil survei/ riset yang terjamin validitasnya, yang
ditetapkan oleh Kepala Daerah.
2) Pelayanan edukasi pada usia produktif adalah Edukasi yang dilaksanakan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dan/atau UKBM.
3) Pelayanan Skrining faktor risiko pada usia produktif adalah skrining yang dilakukan minimal
1 kali dalam setahun untuk penyakit menular dan penyakit tidak menular, meliputi:
a) Pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar perut.
b) Pengukuran tekanan darah.
c) Pemeriksaan gula darah.
d) Anamnesa perilaku berisiko.
d. Capaian Kinerja
1) Definisi operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan kesehatan
usia produktif dinilai dari persentase orang usia 15–59 tahun yang mendapat pelayanan skrining
kesehatan sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
2) Rumus Perhitungan
62
Catatan:
Nominator: Jumlah orang usia 15–59 tahun di wilayah kerja yang mendapat pelayanan skrining
kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
Denominator: Jumlah orang usia 15–59 tahun di wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun
yang sama.
kesehatan
sesuai standar
- Tensimeter,
- Glukometer,
- Lancet
- Kapas alkohol,
pelaporan pelaporan
PTM)
63
Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi
a. Pernyataan Standar
Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar. Pemerintah
daerah kabupaten/kota wajib memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar kepada seluruh
penderita hipertensi usia 15 tahun ke atas sebagai upaya pencegahan sekunder di wilayah
kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
b. Pengertian
Pelayanan kesehatan penderita hipertensi sesuai standar meliputi:
1) Pengukuran tekanan darah
2) Edukasi
c. Mekanisme Pelayanan
1) Penetapan sasaran penderita hipertensi ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan menggunakan
data RISKESDAS terbaru yang di tetapkan oleh Menteri Kesehatan.
2) Pelayanan kesehatan hipertensi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang meliputi:
- Pengukuran tekanan darah dilakukan minimal satu kali sebulan di fasilitas pelayanan
kesehatan
- Edukasi perubahan gaya hidup dan/atau kepatuhan minum obat
- Melakukan rujukan jika diperlukan Keterangan: Tekanan Darah Sewaktu (TDS) lebih
dari 140 mmHg ditambahkan pelayanan terapi farmakologi
-
d. Capaian Kinerja
1) Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai
standar bagi penderita hipertensi, dinilai dari persentase jumlah penderita hipertensi usia 15
tahun keatas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar di wilayah kerjanya
dalam kurun waktu satu tahun.
64
yang sama.
Catatan:
Nominator: Jumlah penderita hipertensi usia ≥15 tahun yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan
hipertensi sesuai standar terdiri dari: pengukuran dan monitoring tekanandarah,edukasi dan terapi
farmakologi.
Denominator: Jumlah estimasi penderita hipertensi usia ≥15 tahun yang berada di dalam wilayah
kerjannya berdasarkan angka prevalensi kab/kota dalam kurun waktu satu tahun yang sama.
c. Mekanisme Pelayanan
1) Penetapan sasaran penderita diabetes melitus ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan
menggunakan data RISKESDAS terbaru yang di tetapkan oleh Menteri Kesehatan.
2) Pelayanan kesehatan diabetes mellitus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
meliputi:
a) Pengukuran gula darah dilakukan minimal satu kali sebulan di fasilitas pelayanan kesehatan
b) Edukasi perubahan gaya hidup dan/atau Nutrisi
c) Melakukan rujukan jika diperlukan
Keterangan:
Gula darah sewaktu (GDS) lebih dari 200 mg/dl ditambahkan pelayanan terapi farmakologi
d. Capaian Kinerja
1) Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai
standar bagi penderita DM dinilai dari persentase penderita DM usia 15 tahun ke atas yang
mendapatkan pelayanan sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun
65
Persentase Penderita pelayanan kesehatan sesuai standar
DM yang dalam kurun waktu satu tahun
mendapatkan = ______________________________ X 100%
Catatan:
Nominator : Jumlah penderita diabetes mellitus usia ≥15 tahun di dalam wilayah kerjanya yang
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun
Denominator : Jumlah estimasi penderita diabetes mellitus usia ≥15 tahun yang berada di dalam
wilayah kerjannya berdasarkan angka prevalensi kab/kota dalam kurun waktu satu tahun yang sama.
Capaian Kinerja
Cakupan perempuan usia 30 – 50 Tahun atau perempuan yang memiliki riwayat seksual aktif yang
mendapatkan deteksi dini kanker payudara dan kenker leher Rahim minimal 1 kali dalam setahun.
Rumus Perhitungan
Jumlah Perempuan usia 30-50 tahun yang dideteksi
Cakupan deteksi dini dini Kanker payudara dan leher rahim
Kanker payudara dan = ______________________________________ X 100%
Leher Rahim pada Jumlah seluruh perempuan usia 30 – 50 tahun
perempuan usia disuatu wilayah
30 – 50 tahun
Nominator : Jumlah perempuan usia 30 -50 tahun yang dideteksi dini kanker payudara dan leher
Rahim
Denominator : Jumlah seluruh Perempuan usia 30-50 tahun disuatu wilayah
66
- Penyusunan rencana untuk menindaklanjuti / follow up yang sudah dilakukan
Sasaran : setiap warga perokok yang berkunjung ke klinik UBM
Pelaksana : Dokter, Dokter gigi, Perawat, Bidan
Capaian Kinerja :
Kabupaten / Kota yang memiliki paling kurang 40% FKTP melakukan layanan UBM
Rumus Perhitungan :
Jumlah Puskesmas ( FKTP ), Dokter praktik mandiri, klinik pratama
yang melakukan konseling UBM sesuai standar
______________________________________________________ X 100%
Jumlah Puskesmas ( FKTP ), Dokter praktik mandiri dan klinik pratama
yang terdapat di wilayah tersebut
Sasaran
Setiap warga negara usia 15 tahun keatas yang memiliki faktor resiko dan menyandang PTM yang
berkunjung ke FKTP.
Dinas Kesehatan dan Puskesmas :
Menetapkan sasaran program P2PTM menggunakan data angka kesakitan PTM, PRB,
temuan dan rujukan faktor resiko di kabupaten kota
Berkoordinasi dan berkolaborasi dengan Bid Yankes dalam menerapkan kegiatan.
Memastikan ketersediaan alat kesehatan, bahan habis pakai dan obat-obatan yang mendukung
PANDU.
Memastikan adanya pedoman PPK 1 dan pedoman pengendalian PTM terpadu sebagai acuan
bagi petugas di FKTP
Memastikan kegiatan tercatat dalam rekam medis dan dilaporkan dalam sistem pelaporan
Memastikan prujukan FKRTL sesuai indikasi medis dan menangani kasus rujuk balik sesuai
standar.
Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi secara berjenjang dan berkala.
Pelaksana : Dokter, Perawat dan Bidan
Capaian Kinerja :
67
Persentase Puskesmas yang melakukan pelayanan PTM secara Terpadu di kab / kota
Rumus Perhitungan :
Jumlah Puskesmas yang melakukan Pelayanan
PTM secara terpadu
_______________________________________ X 100%
Jumlah Puskesmas di kab/ kota
Catatan :
Nominator : Jumlah Puskesmas yang melakukan pelayanan PTM secara Terpadu
Denominator : Jumlah Seluruh Puskesmas di Kab / Kota
- 2. Sasaran Keluarga
Sasaran keluarga diprioritaskan pada keluarga rentan terhadap masalah kesehatan atau beresiko
tinggi antara lain:
a. Keluarga yang mempunyai masalah kesehatan (misalnya TBC, hipertensi, gangguan jiwa,
BBLR)
b. Keluarga yang belum kontak dengan fasilitas pelayanan kesehatan
c. Keluarga yang belum memiliki akses air bersih dan jamban sehat
d. Keluarga yang belum mempunyai Jaminan Kesehatan Nasional
Target sasaran Keluarga tingkat Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan : 25% dari Jumlah
Kepala Keluarga
- 3. Sasaran Kelompok
Sasaran kelompok diprioritaskan pada kelompok masyarakat khusus yang rentan terhadap
timbulnya masalah kesehatan, baik yang terikat maupun tidak terikat dalam suatu institusi,
seperti :
68
a. kelompok khusus tidak terikat dalam suatu institusi antara lain posyandu, posbindu PTM,
kelompok balita, kelompom remaja, kelompok ibu hamil, kelompok penderita penyakit tertentu.
b. kelompok khusus terikat dalam suatu institusi, antara lain sekolah, pesantren, panti asuhan,
panti usia lanjut, rumah tahanan, lembaga permasyarakatan (Lapas), pusat rehabilotasi jiwa,
pusat pelayanan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (Napza)
Target sasaran kelompok tingkat Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan : 2 kelompok per
puskesmas
Berdasarkan Indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat (IKS) dari
setiap keluarga. Nilai IKS ini merupakan akumulasi dari nilai 12 indikator PIS-PK dan
dikategorikan kedalam 3 kelompok, yakni Keluarga Sehat bila nilai IKS lebih dari 0,8 ,
Keluarga Pra Sehat bila nilai IKS 0,5 – 0,8 dan Keluarga Tidak Sehat bila nilai IKS kurang
dari 0,5.
Target Program PIS PK adalah seluruh Puskesmas sudah melaksanakan kunjungan keluarga,
dengan mengunjungi (Intervensi awal) seluruh keluarga di desa / kelurahannya dan
menginput data tersebut ke dalam Aplikasi Keluarga Sehat.
Setelah melaksanaan kunjungan awal maka berikutnya Puskesmas akan melakukan Intervensi
ulang. Diharapkan dengan Intervensi lanjutan akan meningkatkan Indeks Keluarga Sehat
(IKS) di wilayah kerja Puskesmas tersebut.
69
Pelayanan Kesehatan Kerja Internal (minimal 70%puskesmas diwilayah kerjanya melaksanakan
kesehatan kerja)
Jumlah pekerja puskesmas yang terkena PTM ( Penyakit Tidak Menular), Penyakit
Menular (PM) dan PAK ( Penyakit Akibat Kerja)
d. SK K3 Puskesmas
Jumlah tempat kerja sektor informal dan formal yang telah di bina
Minimal dalam satu tahun di lakukan tes kebugaran bagi ASN dan anak sekolah dan
Jamaah Haji diwilayah kerjanya
Kelompok Masyarakat yang melakukan aktifitas Minimal dalam satu tahun di lakukan
melakukan pembinaan di kelompok
b. KESEHATAN INDERA
70
Program Deteksi dini gangguan Indera
Pengertian
Kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi sejak dini faktor resiko Gangguan penglihatan dan
pendengaran
a. Deteksi dini gangguan penglihatan di UKBM melalui E-Tumbling atau E-Chart atau Snellen chart
dan deteksi dini di FKTP melalui pemeriksaan katarak dan gangguan refraksi anak sekolah
b. Deteksi dini gangguan pendengaran di UKBM dilakukan tes syara atau di FKTP melalui integrase
stimulasi Deteksi Intervensi Tumbuh Kembang ( SDIDTK ).
c. Capaian Kinerja
Kabupaten Kota yang melaksanakan deteksi dini gangguan indera pada ≥40% populasi
d. Rumus Perhitungan
Jumlah waga negara yang mendapat layanan deteksi dini gangguan penglijhatan dan pendengaran
gangguan penglihatan
disuatu wilayah
Nominator : Jumlah warga negara yang mendapat layanan deteksi dini gangguan penglihatan dan
pendengaran
c. KESEHATAN HAJI
Penyelenggaraan Kesehatan Haji
Renyelenggaraan kesehatan haji adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembinaan, pelayanan dan
perlindungan kesehatan dalam penyelenggaraan ibadah haji. Bertujuan untuk mempersiapkan
kesehatan jemaah haji agar dapat melaksanakan ibadah sesuai syariat islam dengan aman tanpa
membahayakan dirinya dan orang lain.
71
Rangkaian kegiatan penyelenggaraan kesehatan haji di kabupaten/kota yang dilaksanakan di
Puskesmas antara lain:
a. Pemeriksaan Kesehatan Tahap 1
Kegiatan pemeriksaan kesehatan tahap 1 meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, diagnosis, penetapan tingkat risiko kesehatan (Risti atau non-Risti),
rekomendasi/saran atau tindak lanjut. Hasil pemeriksaan kesehatan tahap 1 digunakan untuk
menentukan kategori Risti atau non-Risti.
b. Pembinaan Kesehatan Masa Tunggu
Dilakukan untuk membentuk atau meningkatkan status Istitha’ah kesehatan. Dilaksanakan
secara terintegrasi program dengan pendekatan keluarga. Program-program yang terintegrasi
antara lain program promosi kesehatan, kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, gizi,
pembinaan kebugaran jasmani, pengendalian penyakit tidak menular, pengendalian penyakit
menular, kesehatan tradisional, kesehatan jiwa dan surveilans.
c. Pemeriksaan Kesehatan Tahap 2
Kegiatan pemeriksaan kesehatan tahap 2 meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, diagnosis, penetapan Istitha’ah kesehatan, rekomendasi/saran atau tindak lanjut.
Pemeriksaan tahap 2 akan menentukan calon jemaah haji memenuhi syarat atau tidak
memenuhi syarat Istitha’ah Kesehatan, didasarkan pada pertimbangan medik sebagai berikut:
1) Jemaah haji dapat melakukan aktivitas fisik untuk menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah
yang bersifat rukun dan wajib
2) Status kesehatan jemaah haji tidak akan memburuk oleh pengaruh prosesi ibadahnya dan
lingkungannya
3) Kondisi kesehatan jemaah haji tidak menyebabkan gangguan kesehatan dan kenyamanan
bagi jemaah haji lainnya
4) Kondisi kesehatan jemaah haji dan tindakan yang diperlukan tidak mengganggu lingkungan
sekitarnya.
Hasil pemeriksaan tahap 2 menjadi dasar penetapan istitha’ah kesehatan jemaah haji sesuai
dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2016 tentang
Istitha’ah Kesehatan Jemaah Haji.
d. Pembinaan Kesehatan Masa Keberangkatan
Dilakukan untuk meningkatkan atau setidaknya mempertahankan status kesehatan jemaah haji
agar tetap memenuhi syarat Istitha’ah kesehatan sampai menjelang keberangkatan.
Dilaksanakan secara terintegrasi dengan metode pendekatan keluarga artinya melibatkan
keluarga jemaah haji. Pembinaan kesehatan meliputi pengobatan, konsultasi kesehatan oleh
dokter puskesmas, rujukan kepada fasilitas kesehatan yang lebih tinggi, dan penanganan
rujukan balik.
e. Vaksinasi
Dilakukan sebagai upaya perlindungan bagi jemaah haji terhadap risiko penyakit. Pemberian
vaksinasi yang wajib adalah vaksin Meningitis Meningokokus.
Semua rangkaian kegiatan penyelenggaraan kesehatan haji wajib diinput ke SISKOHATKES dan
capaian seluruh indikator akan dimonitoring langsung oleh Dinas Kesehatan melalui
SISKOHATKES.
72
Indikator:
a. Persentase Jemaah haji yang mendapatkan Pemeriksaan Kesehatan tahap 1
b. Persentase Jemaah haji yang mendapatkan Pembinaan Kesehatan Masa Tunggu
c. Persentase Jemaah haji yang mendapatkan Pemeriksaan Kesehatan tahap 2
d. Persentase Jemaah haji yang mendapatkan Pembinaan Kesehatan Masa Keberangkatan
e. Persentase Jemaah haji yang mendapatkan Vaksinasi Meningitis Meningokokus
b Persentase Jemaah Jumlah Jemaah Haji yang mendapatkan Pembinaan Kesehatan Masa
Haji yang Tunggu
mendapatkan
X 100%
Pembinaan
Kesehatan Masa Jumlah estimasi Jemaah Haji pada tahun berjalan
Tunggu
d Persentase Jemaah Jumlah Jemaah Haji yang mendapatkan Pembinaan Kesehatan Masa
Haji yang Keberangkatan
mendapatkan
X 100%
Pembinaan
Kesehatan Masa Jumlah estimasi Jemaah Haji pada tahun berjalan
Keberangkatan
Meningokokus
Catatan:
Nominator: Jumlah Jemaah Haji yang (salah satu item indikator yang akan dihitung capaian yaitu
a/b/c/d/e).
Denominator: Jumlah Estimasi Jemaah Haji pada tahun berjalan
73
d. KESEHATAN JIWA
Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)Berat
a. Pernyataan Standar
Setiap orang dengan gangguan jiwa berat mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
Pemerintah daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar kepada
seluruh orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)
berat sebagai upaya pencegahan sekunder di wilayah kerjanya dalam kurun waktu
satu tahun.
b. Pengertian
Pelayanan kesehatan pada ODGJ berat sesuai standar bagi psikotik akut dan Skizofrenia meliputi:
2) Edukasi
c. Mekanisme Pelayanan
1) Penetapan sasaran pada ODGJ berat ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan menggunakan data
RISKESDAS terbaru yang di tetapkan oleh Menteri Kesehatan.
b) Wawancara
d. Capaian Kinerja
1) Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar
bagi ODGJ Berat, dinilai dari jumlah ODGJ berat yang mendapatkan pelayanan sesuai standar di
wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
jiwa sesuai standar kesehatan kerja Kab/Kota dalam kurun waktu satu
74
Catatan:
Nominator : Jumlah ODGJ berat di wilayah kerja Kab/Kota yang mendapatkan pelayanan kesehatan
jiwa sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun
Denominator : Jumlah ODGJ berat berdasarkan proyeksi di wilayah kerja Kab/Kota dalam kurun
waktu satu tahun yang sama
Orang Dengan Masalah Kejiwaan yang selanjutnya disingkat ODMK adalah orang yang mempunyai
masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga
memiliki risiko mengalami gangguan jiwa.
Upaya Kesehatan Jiwa adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang optimal
bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
Mekanisme Pelayanan
- Deteksi dini dan penanganan kasus jiwa dan napza ( gangguan perilaku, gangguan jiwa,
gangguan psikosomatik, masalah napza dll ) yang datang berobat ke Puskesmas/ fasyankes
- Penanganan kasus kesehatan jiwa yang dirujuk ke RS
- Penemuan dan penanganan kasus gangguan perilaku dan Napza berdasarkan rujukan dari
Kader
75
Peningkatan Kemampuan dalam Asuhan Mandiri Toga Dan Akupresure adalah upaya
masyarakat untuk memelihara kesehatannya dan mengatasi masalah kesehatan ringan secara
mandiri dengan memanfaatkan TOGA (taman obat keluarga) dan ketrampilan akupresur.
Target sasaran tingkat Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan : semua Puskesmas di
wilayah Kota Tangerang Selatan dapat melaksanakan asuhan mandiri TOGA dan akupresure
di wilayah kerja Puskesmas dengan di setiap kelurahan memiliki minimal 1 keluarga binaan
(5 Kepala Keluarga ) dan memiliki tanaman TOGA.
Bagi puskesmas yang sudah dilatih asuhan mandiri TOGA dan akupresure dapat melayani
pasien dengan keluhan ringan dengan mengajarkan titik akupresure dan cara pengobatan
melalui toga.
f. UKGM
1. Indikator : Tertanganinya permasalahan gigi masyarakat.
2. Target pelayanan kesehatan gigi dan mulut melalui UKGM à 60%
3. Pelaksanaan UKGM dilakukan bersamaan dengan kegiatan posyandu melalui :
a. Pemeriksaan gigi dan mulut
b. Penanganan kesehatan gigi dan mulut darurat
c. Pelatihan dan pembentukan kader kesehatan gigi dan mulut
4. Tujuan dilaksanakannya UKGM :
· Tertanganinya masalah kesehatan gigi masyarakat terutama yang tidak bisa mengakses
pelayanan gigi di puskesmas.
· Meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut
76
Peserta JKN dari segmen penduduk miskin dan kurang mampu serta masyarakat yang
beresiko berdampak sosial yang terdaftar di Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan
tingkat pertama yang mendapat layanan rawat inap di Puskesmas
8. Jumlah pelayanan kesehatan kebidanan dan persalinan peserta JKN segmen PBI
di Puskesmas
Peserta JKN dari segmen penduduk miskin dan kurang mampu serta masyarakat yang
beresiko berdampak sosial yang terdaftar di Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan
tingkat pertama yang mendapat layanan kebidanan dan persalinan di Puskesmas
9. Jumlah pelayanan kesehatan peserta JKN segmen PBI yang dirujuk
Peserta JKN dari segmen penduduk miskin dan kurang mampu serta masyarakat yang
beresiko berdampak sosial yang terdaftar di Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan
tingkat pertama yang mendapat layanan rujukan di Puskesmas
10. Pemanfaatan pelayanan primer di Puskesmas oleh Peserta dan kepedulian serta
upaya Puskesmas terhadap kesehatan Peserta pada setiap 1.000 (seribu) Peserta
terdaftar di Puskesmas
Indikator Angka Kontak (AK) dihitung dengan formulasi perhitungan sebagai berikut:
AK = jumlah Peserta terdaftar yang melakukan kontak x 1000
jumlah Peserta terdaftar di FKTP
Angka kontak merupakan jumlah Peserta terdaftar yang melakukan kontak dengan
FKTP dibandingkan dengan total jumlah peserta terdaftar di FKTP dikali 1.000 (seribu)
merupakan jumlah Peserta yang dirujuk dengan diagnose yang termasuk dalam level
kompetensi Puskesmas sesuai dengan Panduan Praktik Klinis dibandingkan dengan
jumlah seluruh Peserta yang dirujuk oleh Puskesmas dikali 100 (seratus).
12. Pemanfaatan Puskesmas oleh Peserta Prolanis dan Kesinambungan Puskesmas
dalam melaksanakan pemeliharaan kesehatan peserta Prolanis
Indikator Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik (RRNS) dihitung dengan
formulasi perhitungan sebagai berikut:
RRNS = jumlah rujukan kasus non spesialistik x 100
jumlah rujukan Puskesmas
Rasio rujukan rawat jalan kasus non spesialistik merupakan jumlah Peserta yang dirujuk
dengan diagnosa yang termasuk dalam level kompetensi Puskesmas sesuai dengan
Panduan Praktik Klinis dibandingkan dengan jumlah seluruh Peserta yang dirujuk oleh
Puskesmas dikali 100 (seratus).
77
I. INDIKATOR MUTU NASIONAL PUSKESMAS DAN
PROGRAM PRIORITAS NASIONAL
seluruh Balita
79
PENINGKATAN CAKUPAN
DAN MUTU IMUNISASI
PENGENDALIAN PENYAKIT
TIDAK MENULAR
PELAYANAN 100 50 0
LABORATORIUM
FARMASI
DI TETAPKAN OLEH
80
KEPALA PUSKESMAS
1.Penurunan Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian neonatus (AKN).
Pelayanan kesehatan ibu hamil adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan yang dilakukan sejak terjadinya masa konsepsi hingga
melahirkan.
Pelayanan Kesehatan ibu bersalin, yang selanjutnya disebut persalinan adalah
setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada ibu sejak
dimulainya persalinan hingga 6 (enam) jam sesudah melahirkan.
Pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan adalah setiap kegiatan
dan/atau serangkaian yang dilakukan ditujukan pada ibu selama nifas (6 jam – 42
hari sesudah melahirkan).
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir dilakukan melalui pelayanan kesehatan
neonatal esensial sesuai standar. Pelayanan kesehatan neonatal esensial
dilakukan pada umur 0-28 hari.
Pelayanan kesehatan pada ibu hamil, persalinan, masa sesudah melahirkan,
dan bayi baru lahir dilakukan sesuai dengan standar dalam pedoman yang
berlaku.
Pelayanan pada masa kehamilan meliputi pelayanan sesuai standar kuantitas
dan standar kualitas.
Standar kuantitas adalah Kunjungan 6 kali selama periode kehamilan (K6)
dengan ketentuan:
a. Satu kali pada trimester pertama.
81
b. Dua kali pada trimester kedua.
c. Tiga kali pada trimester ketiga
2. Standar Kualitas yaitu pelayanan antenatal yang memenuhi 10 T, meliputi:
a. Pengukuran berat badan dan tinggi badan.
b. Pengukuran tekanan darah.
c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
d. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
e. Penentuan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)
f. Pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi.
g. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet.
h. Tes Laboratorium.
i. Tatalaksana/penanganan kasus.
j. Temu wicara (konseling)
82
b) pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
c) pemeriksaan tinggi fundus uteri
d) pemeriksanaan lochia dan perdarahan
e) pemeriksanaan jalan lahir
f) pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI Eksklusif
g) pemberian kapsul vitamin A
h) pelayanan kontrasepsi pasca persalinan
i) konseling
j) identifikasi risiko dan komplikasi
k) penanganan risiko tinggi dan komplikasi pada nifas
83
Pelayanan bayi baru lahir meliputi pelayanan sesuai standar
kuantitas dan standar kualitas.
a) Pelayanan standar kuantitas adalah kunjungan minimal 3 kali selama
periode neonatal, dengan ketentuan:
1. Kunjungan Neonatal 1 (KN1) 6 - 48 jam
2. Kunjungan Neonatal 2 (KN2) 3 - 7 hari
3. Kunjungan Neonatal 3 (KN3) 8 - 28 hari
b) Standar kualitas:
1. Pelayanan Neonatal Esensial saat lahir (0-6 jam).
Perawatan neonatal esensial saat lahir meliputi:
(1) perawatan neontarus pada 30 detik pertama
(2) menjaga bayi tetap hangat
(3) pemotongan dan perawatan tali pusat.
(4) inisiasi Menyusu Dini (IMD).
(5) Pemberian identitas
(6) injeksi vitamin K1.
(7) pemberian salep/tetes mata antibiotik.
(8) Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
(9) Penentuan usia gestasi
(10) pemberian imunisasi (injeksi vaksin Hepatitis B0).
(11) Pemantauan tanda bahaya
(12) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi
stabil, tepat waktu ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu
2. Pelayanan Neonatal Esensial setelah lahir (6 jam – 28 hari).
Perawatan neonatal esensial setelah lahir meliputi
(1) menjaga bayi tetap hangat
(2) konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI eksklusif.
(3) memeriksa kesehatan dengan menggunakan standar
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan buku KIA).
(4) pemberian vitamin K1 bagi yang lahir tidak di fasilitas
kesehatan atau belum mendapatkan injeksi vitamin K1.
(5) imunisasi Hepatitis B injeksi untuk bayi usia < 24 jam
yang lahir tidak ditolong tenaga kesehatan.
(6) Perawatan metode kangguru bagi Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
(7) penanganan dan rujukan kasus neonatal komplika
84
Bagi Puskesmas yang memberikan pelayanan persalinan harus melakukan
pelayanan sesuai dengan kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan
perundangan
Pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan
kesehatan ibu bersalin, pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan,
pelayanan kesehatan bayi baru lahir dilaksanakan secara akurat dan sesuai
prosedur meliputi cakupan program kesehatan keluarga, pencatatan kohor,
pelaporan kematian ibu, bayi lahir mati dan kematian neonatal serta pengisian
dan pemanfaatan buku KIA.
85
• Puskesmas mampu melakukan penjaringan kasus TB RO dan
merujuk terduga untuk melakukan diagnosis jika diperlukan
• Puskesmas mampu melanjutkan pengobatan pasien TB RO
• Puskesmas mampu melakukan rujukan pemeriksaan laboratorium,
follow up bagi pasien TB RO.
• pemberian pengobatan pencegahan TB pada anak dan ODHA
• pemberian edukasi tentang penularan, pencegahan penyakit TB dan
etika batuk kepada pasien dan keluarga.
• Puskesmas memberikan pelayanan pengawasan menelan obat (PMO)
bagi pasien TBC SO dan TBC RO.
• kewajiban melaporkan kasus TBC kepada Program Nasional
Penanggulangan TBC.
• mengikuti pemantapan mutu laboratorium mikroskopis TBC sesuai
ketentuan Program TBC.
Program pengendalian tuberkulosis perlu disusun dan dikoordinasikan baik
dalam upaya preventif maupun upaya kuratif di Puskesmas melalui strategi
DOTS.
87
Intervensi gizi spesifik meliputi:
a) pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja puteri
b) pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada ibu hamil
c) pemberian makanan tambahan pada ibu hamil Kurang Energi Kronik
(KEK)
d) promosi/konseling IMD, ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI
yang tepat/PMBA (Pemberian Makanan Bayi dan Anak)
e) pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita
f) tata laksana balita gizi buruk
g) pemberian vitamin A bayi dan balita
h) pemberian makanan tambahan untuk balita kurus
Dalam pencegahan dan penurunan stunting harus dapat menjamin
terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang akurat dan sesuai prosedur
terutama pengukuran tinggi badan menurut umur (TB/U) dan perkembangan
balita.
Pencatatan dan pelaporan program stunting dilaksanakan secara akurat dan
sesuai prosedur.
88
1.4. memberikan edukasi sesuai indikasi
1.5. menyelenggarakan konseling upaya berhenti merokok
(UBM) dengan tenaga terlatih
1.6. menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di lingkungan
Puskesmas. Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan daerah
Kabupaten/Kota dan instansi terkait mendorong dan
mengawasi penerapatan KTR di 7 tatanan (fasyankes,
sekolah, tempat kerja, tempat ibadah, angkutan umum,
fasilitas umum, dan tempat bermain anak)
2) Preventif di FKTP dilakukan melalui deteksi dini kanker payudara
dan kanker leher rahim dengan Pemeriksaan Payudara Klinis
(SADANIS) dan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada
perempuan usia 30-50 tahun.
Kegiatan kuratif dan rehabilitatif dilakukan melalui upaya:
a) menguatkan akses Pelayanan terpadu PTM di Puskesmas dengan
menguatkan keterampilan petugas kesehatan dalam penanganan PTM
dan faktor risiko PTM sesuai kewenangan dan kompetensi di FKTP.
b) menguatkan sistem rujukan dari UKBM ke FKTP
c) menindaklanjuti Program Rujuk Balik (PRB) PTM
d) menindaklanjuti pelayanan paliatif berbasis komunitas sesuai standar
Deteksi dini atau penapisan (screening) perlu dilakukan untuk mencegah
terhadinya peningkatan kasus PTM.
Penguatan keterampilan penanganan kasus PTM terutama pada dokter dan
tenaga kesehatan, dilakukan untuk mencegah terjadinya kompolikasi.
Dalam upaya pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular, antara lain:
diabetes, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, merokok, dan faktor
risiko yang lain, dilakukan secara terintegrasi melalui pendekatan keluarga
dengan PIS-PK.
Dalam upaya pengendalian penyakit tidak menular harus dapat menjamin
terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang akurat dan terpadu sesuai
ketentuan.
89
INDIKATOR MUTU PELAYANAN LABORATORIUM
90
laboratorium
Standar 100%
3. Kepuasan Pelanggan
Standar ≥ 80%
91
INDIKATOR MUTU PELAYANAN FARMASI
Definisi Operasional Waktu tunggu pelayanan obat jadi adalah tenggang waktu
mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima
obat jadi
92
Frekuensi 1 bulan sekali
pengumpulan data
3. Salah orang
4. Salah jumlah
5. Obat LASA
Daftar Obat ED
Standart 100%
Definisi Operasional Obat expired adalah batas waktu penggunaan obat setelah di
racik, di kemas,di siapkan dan setelah kemasan obat rusak
Daftar Obat ED
Standart 100%
94
III.INDIKATOR MANAJEMEN PUSKESMAS
N JENIS VARIABEL
O SKALA 3 SKALA 2 SKALA 1
NILAI = 100 NILAI = 50 NILAI = 0
I PERENCANAAN PUSKESMAS
1 Tersusunnya Rencana Usulan
Kegiatan (RUK) berdasarkan
Rencana Strategis (Renstra)
Puskesmas/Rencana kerja lima Lebih atau sama minimal 1
tahunan Puskesmas melalui analisis dengan 2 Tahapan Tahapan di
Kebuthan masyarakat kegiatan laksanakan Tidak ada
2 Tersusun Rencana Pelaksanaan
Kegiatan (RPK) Puskesmas Tahun Lebih atau sama minimal 1
berjalan yang tersinkronisasi dengan dengan 2 Tahapan Tahapan di
Anggaran Dinas Kesehatan kegiatan laksanakan Tidak ada
3 Terselenggaranya kegiatan Tahapan
Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Kegiatan (RPK)
9-12 kali/ 5-8 kali/tahun < 5 kali/ tahun
Melaksanakan Mini Lokakarya
bulanan
1. Penyusunan RKA tahun berjalan:Baik dan benar: lengkap ada anggaran kas,
5. Melaporkan pelaksanaan kegiatan dalam RKA dan atau DPA pada Monev
Bulanan:Baik dan Benar: mengisi fisik dan keuangan beserta masalah dan
tindak lanjut bila terjadi selisih antara rencana dan fisiknya. Pelaporan setiap
Bulan paling lambat tgl 28
6. DRPK Baik dan benar: mengacu kepada renstra dinas kesehatan terutama
dalam penyusunan F1 dan F3. Di buat maksinal dua kali tahun anggaran
(Murni dan Perubahan)
7. Penilaian Resiko Baik dan benar: mengacu kepada RKA/DPA. Di buat
maksinal dua kali tahun anggaran (Murni dan Perubahan)
8. ROK,/TOR Baik dan benar: sebagai pedoman penyusunan DRPK/RKA/DPA.
Di buat maksinal dua kali tahun anggaran (Murni dan Perubahan)
9. RBA Baik dan benar: sebagai pedoman penyusunan DRPK/RKA/DPA. Khusus
UPT dengan PK BLUD, hasil dari bimbingan dan koordinasi drngan
Keuangan. Di buat minimal satu kali tahun anggaran (Murni, bila perlu
pergeseran atau Perubahan)
10. RAB Baik dan benar: sebagai pedoman penyusunan DRPK/RKA/DPA. Di buat
minimal satu kali tahun anggaran (Murni, bila perlu pergeseran atau
Perubahan)
11. Pelaksanaan Tindak Pengendalian (PTP) Kegiatan:Baik dan benar: sudah
disusun dokumen dan di TTD beserta lampirannyaBelum baik dan benar. Di
buat sesuai jadwal pada RTP penilaian resiko
II..TATA KELOLA ORGANISASI
https://simpus.tangerangselatankota.go.id/simpus-tangsel/infografis
III.MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
berkas Pegawai Negeri Sipil (PNS) sudah tersimpan melalui aplikasi dari BKPP
Penilaian kinerja merupakan hasil integrasi penilaian SKP dan perilaku kerja berdasarkan
ketentuan perka BKN No.1/2013. Penilaian SKP dilakukan terhadap kegiatan tugas jabatan
yang dapat diukur capaiannya dalam kurun waktu Januri – Desember.
Gaji berkala adalah kenaikan gaji yang diberikan kepada PNS yang telah mencapai
masa kerja golongan yang ditentukan untuk kenaikan gaji berkala yaitu setiap 2 tahun
sekali dan apabila telah memenuhi persyaatan berdasarkan peraturan perundang –
udangan yang berlaku.
Pemberian gaji berkala dilakukan dengan surat pemberitahuan dari Bagian Umum dan
Kepegawaian 2 bulan sebelum kenaikan gaji berkala itu berlaku
Kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja dan
pengabdian PNS terhadap Negara, serta sebagai dorongan PNS untuk lebih
meningkatkan prestasi kerja.
Kenaikan pangkat untuk pejabat struktural dan fungsional umum dilakukan 4 tahun
sekali, dan untuk jabatan fungsional tertentu dilakukan apabila nilai PAK sudah
terpenuhi
V.MANAJEMEN KEUANGAN
ΣEOD/HARI = ΣSTS/HARI
o Spj terferivikasi adalah pemeriksaan spj yang dilakukan oleh manajemen
puskesmas, yan terdiri ;
Keseusai antara kegitantan dan kelengkapan pertangung jawaban
yang ada dibuat baik gu ataupun ls
Kesesuaian pertangung jawaban keuangan dengan peraturan barang
dan jasa
Kesesuaian pertangung jawaban keuangan dengan peraturan aset
dan persedian daerah.
o Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan bulan blud kedinas yaitu
paling lambat tanggal 10 pada bulan berikutnya.
o Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan tahunan blud kedinas
yaitu paling lambat tanggal 31 januari pada tahun berikutnya.
o Pemeriksaan berkala laporan keuangan dan pertangung jawaban bendahara
oleh kepala UPT, yaitu bulanan, triwulanan, semesteran, tahunan.
o Ketepatan waktu realisasi anggaran per triwulan sesuai dengan anggaran
kas yang telah di susun dalan DPA masing masing UPT.
o Ketepatan waktu dalam melakukan pelaporan pajak bulan pada UPT
masing – masing.