Anda di halaman 1dari 104

LAMPIRAN

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN


KOTA TANGERANG SELATAN
NOMOR 440/ /DINKES
TENTANG PENETAPAN INDIKATOR
KINERJA PUSKESMAS

I. INDIKATOR KINERJA PROGRAM

A. UKM ESSENSIAL

I. PROMOSI KESEHATAN
A. PENINGKATAN EDUKASI DAN PHBS
1. PHBS Tatanan Rumah Tangga

Pelaksanaan PHBS di rumah tangga yang sasaran primernya harus mempraktekkan perilaku
yang dapat menciptakan rumah tangga yang ber-PHBS. Mencakup indikator PHBS Rumah
Tangga :

1. persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,


2. memberi bayi ASI eksklusif,
3. menimbang bayi dan balita setiap bulan,
4. menggunakan air bersih,
5. mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
6. menggunakan jamban sehat,
7. memberantas jentik nyamuk,
8. makan buah dan sayur setiap hari,
9. melakukan aktifitas fisik setiap hari,
10. tidak merokok di dalam rumah

Persentase PHBS Tatanan Rumah Tangga =

Jumlah rumah tangga/kk yang sudah melaksanakan PHBS dibagi Jumlah rumah tangga/kk di
wilayah kerja puskesmas dikali 100%

Target Pembinaan PHBS Tatanan Rumah Tangga (2021): 100%

Target rumah tangga yang ber-PHBS (2021) : 60%

2. PHBS Tatanan Institusi Pendidikan

Pelaksanaan PHBS di institusi Pendidikan yang sasaran primernya harus mempraktekkan


perilaku yang dapat menciptakan institusi pendidikan Ber-PHBS. Mencakup indikator PHBS
Tatanan Institusi Pendidikan :

1. mencuci tangan menggunakan sabun,


2. mengkonsumsi makanan dan minuman sehat,
3. menggunakan jamban bersih dan sehat,
4. olah raga yang teratur,
5. memberantas jentik nyamuk,

1
6. tidak merokok di lingkungan sekolah,
7. membuang sampah pada tempatnya,
8. melakukan kerja bakti bersama warga lingkungan sekolah

Persentase PHBS Tatanan Institusi Pendidikan =

Jumlah Sekolah yang sudah melaksanakan PHBS dibagi Jumlah Sekolah di wilayah kerja
puskesmas dikali 100%

Target Pembinaan PHBS Tatanan Institusi Pendidikan (2021): 100%

Target Institusi Pendidikan yang ber-PHBS (2021) : 60%

3. PHBS Tatanan Tempat-tempat Umum

Pelaksanaan PHBS di tempat-tempat umum yang sasaran primernya harus mempraktekkan


perilaku yang dapat menciptakan tempat umum Ber-PHBS. Mencakup indikator PHBS
Tatanan Tempat-tempat umum

1. mencuci tangan dengan sabun,


2. mengkonsumsi makanan dan minuman sehat,
3. menggunakan jamban sehat,
4. membuang sampah di tempat sampah,
5. tidak merokok,
6. tidak meludah sembarang tempat,
7. memberantas jentik nyamuk

Persentase PHBS Tempat Ibadah (Mesjid) =

Jumlah tempat ibadah (masjid) yang sudah melaksanakan PHBS dibagi Jumlah sasaran tempat
ibadah (masjid) di wilayah kerja puskesmas dalam 1 tahun dikali 100%

Target Pembinaan PHBS Tempat Ibadah (Masjid) (2021): 100%

Target Tempat Ibadah (Masjid) yang ber-PHBS (2021) : 60%

Persentase PHBS TTU Pasar =

Jumlah pasar yang sudah melaksanakan PHBS dibagi Jumlah sasaran pasar di wilayah kerja
puskesmas dalam 1 tahun dikali 100%

Target Pembinaan PHBS TTU (Pasar) (2021):100%

Target TTU (Pasar) yang ber-PHBS (2021) : 60%

4. PHBS Tatanan Tempat Kerja

Pelaksanaan PHBS di tempat kerja yang sasaran primernya harus mempraktekkan perilaku
yang dapat menciptakan tempat kerja Ber-PHBS. Mencakup indikator PHBS Tatanan Tempat
Kerja :

1. mencuci tangan dengan sabun,


2. mengkonsumsi makanan dan minuman sehat,
3. menggunakan jamban sehat,

2
4. membuang sampah di tempat sampah,
5. tidak merokok,
6. tidak meludah sembarang tempat,
7. memberantas jentik nyamuk

Persentase PHBS Tatanan Tempat Kerja =

Jumlah tempat kerja yang sudah melaksanakan PHBS dibagi Jumlah sasaran sasaran tempat
kerja di wilayah kerja puskesmas dalam 1 tahun dikali 100%

Target Pembinaan PHBS Tempat Kerja (2021):100%

Target Tempat Kerja yang ber-PHBS (2021) : 60%

5. PHBS Tatanan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Pelaksanaan PHBS di Fasyankes yang sasaran primernya harus mempraktekkan perilaku yang
dapat menciptakan fasilitas pelayanan kesehatan Ber-PHBS. Mencakup indikator PHBS
Tatanan Fasyankes :

1. mencuci tangan dengan sabun,


2. menggunakan jamban sehat,
3. membuang sampah di tempat sampah,
4. tidak merokok,
5. tidak meludah di sembarang tempat,
6. memberantas jentik nyamuk

Persentase PHBS Tatanan Fasyankes =

Jumlah Fasyankes yang sudah melaksanakan PHBS dibagi Jumlah Fasyankes di wilayah kerja
puskesmas dikali 100%

Target Pembinaan PHBS Tatanan Fasyankes (2021):100%

Target Fasyankes yang ber-PHBS (2021) : 60%

6. Melaksanakan Edukasi Budaya Germas di tingkat kelurahan

Melaksanakan penyuluhan dan sosialisasi GERMAS kepada masyarakat di wilayah kerja


kelurahan masing-masing

Target pelaksanaan Edukasi Budaya GERMAS di tingkat kelurahan : 100%

B. MELAKSANAKAN PENGGALANGAN DUKUNGAN ORMAS / KELOMPOK


POTENSIAL DALAM PELAKSANAAN GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT
1. Jumlah Organisasi Masyarakat yang berperan serta dalam pelaksanaan GERMAS

Organisasi Masyarakat yang bekerja sama dalam bidang kesehatan berdasarkan MOU yang
telah disepakati bersama puskesmas

3
Capaian Ormas yang sudah bekerja sama dengan puskesmas :

Jumlah Ormas yang sudah bekerja sama dengan puskesmas dibagi Jumlah sasaran Ormas di
wilayah kerja puskesmas dalam 1 tahun dikali 100%

Target Ormas yang bekerja sama dengan Puskesmas (2021) = 50%

2. Jumlah Anggota SBH ( Saka Bhakti Husada)

Anggota SBH (Saka Bhakti Husada) yang telah dilantik oleh MABI Saka dan turut berperan
serta melaksanakan kegiatan di bidang Kesehatan sesuai dengan AD/ART Gerakan Pramuka
Satuan Karya Bakti Husada

C. PROSENTASE KELURAHAN YANG MELAKSANAKAN POSYANDU AKTIF


1. Jumlah Posyandu

Jumlah posyandu di wilayah kerja puskesmas yang merupakan salah satu bentuk UKBM yang
dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelengaraan
pembangunan Kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dan memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi

2. Jumlah Posyandu Aktif

Jumlah posyandu yang memenuhi 5 kriteria Posyandu Aktif yaitu :

1. melakukan kegiatan rutin posyandu minimal 10 kali/tahun,


2. memiliki jumlah kader minimal 5 orang yang disahkan dengan SK Kelurahan,
3. cakupan minimal 50% sasaran posyandu mendapatkan masing-masing layanan KIA, Gizi,
Imunisasi, KB di posyandu, puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya,
4. memiliki alat pemantau pertumbuhan dan perkembangan berupa alat timbangan berat
badan, tinggi badan, serta alat ukur perkembangan,
5. melakukan sekurang-kurangnya 1 kegiatan pengembangan seperti posyandu remaja,
posbindu, TOGA, PAUD, UKGM dll di wilayah kerja puskesmas

Persentase Posyandu Aktif

Jumlah Posyandu Aktif dibagi Jumlah seluruh Posyandu di wilayah kerja puskesmas dikali
100%

Target Posyandu Aktif (2021) = 80%

3. Strata dalam Posyandu

Tingkat perkembangan posyandu yang ditetapkan dengan seperangkat indikator yang


digunakan sebagai penyaring atau penentu tingkat perkembangan posyandu yang meliputi :

1. frekuensi penimbangan,
2. rerata kader tugas,
3. rerata cakupan D/S,
4. cakupan kumulatif KIA,
5. cakupan kumulatif KB,

4
6. cakupan kumulatif Imunisasi,
7. Program tambahan,
8. cakupan dana sehat

Indikator-indikator ini yang nantinya akan terbagi dalam strata Posyandu Pratama, Posyandu
Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri.

Persentase Posyandu strata Pratama =

Jumlah Posyandu Strata Pratama dibagi Jumlah seluruh posyandu di wilayah kerja puskesmas
dikali 100%

Persentase Posyandu strata Madya =

Jumlah Posyandu Strata Madya dibagi Jumlah seluruh posyandu di wilayah kerja puskesmas
dikali 100%

Persentase Posyandu strata Purnama =

Jumlah Posyandu Strata Purnama dibagi Jumlah seluruh posyandu wilayah kerja puskesmas
dikali 100%

Persentase Posyandu strata Mandiri =

Jumlah Posyandu Strata Mandiri dibagi Jumlah posyandu di wilayah kerja puskesmas dikali
100%

Target strata Posyandu (2021) = 80%

D. PEMBINAAN POSYANDU AKTIF


1. Pembinaan Posyandu

Melaksanakan pembinaan posyandu secara teknis di wilayah kerja puskesmas, terkait


dengan pemenuhan 5 kriteria posyandu aktif dan 8 indikator tingkat perkembangan
Posyandu

2. Monitoring dan evaluasi Posyandu

Memantau dan menilai kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas yang dilakukan
setiap 6 bulan

E. PENINGKATAN KAPASITAS KADER KESEHATAN


1. Jumlah seluruh kader Kesehatan

Jumlah kader kesehatan yang disahkan dengan SK Kelurahan

2. Jumlah kader kesehatan per posyandu dan posbindu

Jumlah kader kesehatan di setiap posyandu dan posbindu yang disahkan dengan SK
Kelurahan

3. Jumlah kader kesehatan yang mendapatkan jasa pelayanan

5
Jumlah kader kesehatan posyandu dan posbindu yang disahkan dengan SK Kelurahan dan
memenuhi kriteria untuk mendapatkan jasa pelayanan yang akan dievaluasi setiap 6 bulan
menjelang pencairan jasa pelayanan.

4. Pelaksanaan kegiatan orientasi/pelatihan/refreshing kader Kesehatan

Kegiatan orientasi, pelatihan, dan refreshing kader kesehatan tentang posyandu dan
perkembangan pelaksanaan posyandu terkini

5. Pelatihan dan pelaksanaan SMD dan MMD Kader Kesehatan

Melakukan pelatihan dan pelaksanaan kegiatan SMD yang merupakan suatu upaya
bersama yang dilakukan oleh Puskesmas dengan melibatkan peran serta masyarakat
untuk bersama-sama mengidentifikasi permasalahan kesehatan di masyarakat, dan
menggali potensi-potensi yang dimiliki untuk memecahkan permasalahan tersebut dan
kegiatan MMD yang merupakan pertemuan perwakilan warga beserta tokoh
masyarakatnya dan para petugas kesehatan puskesmas untuk membahas hasil SMD dan
merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari hasil SMD

F. MENGADAKAN PERTEMUAN RUTIN


1. Pelaksanaan Lokakarya Mini Bulanan

Pelaksanan kegiatan evaluasi program-program kesehatan di puskesmas yang dilaksanakan


setiap bulan oleh Kepala Puskesmas beserta stafnya

2. Pelaksanaan RAKORKEL

Rapat Koordinasi Kelurahan yang melibatkan puskesmas, kelurahan, dan kader Kesehatan
yang membahas tentang program-program dan masalah Kesehatan di wilayah kerja kelurahan
yang dilaksanakan setiap bulan

3. Pelaksanaan RAKORCAM

Rapat Koordinasi Kecamatan yang dilaksanakan setiap bulan melibatkan kecamatan,


puskesmas di wilayah kerja kecamatan, kelurahan di wilayah kerja kecamatan, dan kader
Kesehatan yang membahas tentang program dan permasalahan kesehatan serta evaluasi dan
rencana tindak lanjut

4. Pendampingan SMD dan MMD

Mendampingi kegiatan Kegiatan Survey Mawas Diri yang merupakan suatu upaya bersama
yang dilakukan oleh Puskesmas dengan melibatkan peran serta masyarakat untuk bersama-
sama mengidentifikasi permasalahan kesehatan di masyarakat, dan menggali potensi-potensi
yang dimiliki untuk memecahkan permasalahan tersebut yang dilaksanakan di awal tahun.
Dan Kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa yang merupakan pertemuan perwakilan warga
beserta tokoh masyarakatnya dan para petugas kesehatan puskesmas untuk membahas hasil
SMD dan merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari hasil SMD
yang dilaksanakan pada akhir tahun

6
II. KESEHATAN LINGKUNGAN
1. Persentase Desa/Kelurahan stop Buamg Air Besar Sembarangan(SBS)

Desa/Kelurahan yang seluruh penduduknya tidak lagi melakukan praktek buang air besar
sembarangan dibuktikan melalui proses verifikasi dengan kriteria :

a. Memiliki Laporan hasil verifikasi oleh provinsi


b. Melaksanakan minimal 2 tatanan wajib( masyarakat sehat mandiri)
c. Memiliki SK tim pembina KKS
d. Mempunyai Rencana kerja tim Pembina
e. Mempunyai Rencana Kerja Forum
2. Jumlah Kelurahan Sehat
3. Persentase sarana air minum yang diawasi/diperiksa kualitas air minumnya sesuai
standar
a. Pengawasan Kualitas air minum adalah penyelenggaraan air minum yang diawasi
kualitas hasil produksinya secara eksternal oleh dinas kesehatan provinsi/kab/kota dan
KKP yang di buktikan dengan pengujian kualitas air:
b. Jml PDAM/BPAM
c. Jml sarana air minum komunal buka jaringan perpipaan
d. Jml depot air minum
e. Jml pokja air munum

4. Jumlah Fasyankes yang memiliki pengeloaan limbah medis sesuai Standar

5. Persentase tempat pengelolaan pangan(TPP) yang memenuhi syarat sesuai standar

Persentase tempat pengolahan pangan(TPP) yang memenuhi syarat sesuai standar

TPP yang memenuhi syarat kesehatan adalah TPP yang dilaksanakan pengawasan melalui
insfeksi Kesehatan Lingkungan dan memenuhi syarat sesuai standar

6. Persentase tempat dan fasilitas umum (TFU) yang dilakukan pengawasan sesuai standar

Tempat dan fasilitas umum yang dilakukan pengawasan oleh kabupaten/kota dengan cara
melakukan inspeksi Kesehatan Lingkungan minimal 1 kali dalam kurun waktu setahun.TFU
adalah sarana pendidikan SD,SMP dan sederajat yang terdaftar, pasar serta puskesmas

III. KESEHATAN KELUARGA


A. PROGRAM KESEHATAN IBU
1. PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL SESUAI STANDART
Pelayanan kesehatan pada ibu hamil adalah Setiap ibu hamil mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar. Pemerintah Daerah tingkat kabupaten/kota wajib
memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar kepada semua ibu hamil di
wilayah kerja tersebut dalam kurun waktu satu tahun.
Pelayanan sesuai standar meliputi :
a. Standar Kuantitas

7
Standar kuantitas adalah Kunjungan 6 kali selama periode kehamilan (K6) dengan
ketentuan:
1) Satu kali pada trimester pertama.
2) Dua kali pada trimester kedua.
3) Tiga kali pada trimester ketiga.
b. Standar Kualitas
Standar kualitas yaitu pelayanan antenatal yang memenuhi 10 T, meliputi:
1) Pengukuran berat badan.
2) Pengukuran tekanan darah.
3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
5) Penentuan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ).
6) Pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi.
7) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet.
8) Tes Laboratorium.
9) Tatalaksana/penanganan kasus.
10) Temu wicara (konseling).

KUNJUNGAN IBU HAMIL PERTAMA ( K1 )

    Jumlah ibu hamil yang  


    mendapatkan pelayanan antenatal  
  PERTAMA KALI PADA USIA 1 –  
12 MINGGU (TRIMESTER 1) di
wilayah kerja
  kabupaten/kota tersebut dalam  

Cakupan Pelayanan   kurun waktu satu tahun  

Antetal (K1) = x 100 %


  Jumlah sasaran ibu hamil di  

wilayah kerja kabupaten/kota


  tersebut dalam kurun waktu satu
  tahun yang sama

KUNJUNGAN IBU HAMIL ( K4 )


    Jumlah ibu hamil yang  
    mendapatkan pelayanan antenatal  
  sesuai standar di wilayah kerja  
Cakupan   kabupaten/kota tersebut dalam  
Kunjungan   kurun waktu satu tahun  
Pelayanan = x 100 %
Ibu hamil   Jumlah sasaran ibu hamil di  
( K4 )
wilayah kerja kabupaten/kota
  tersebut dalam kurun waktu satu

8
  tahun yang sama

KUNJUNGAN IBU HAMIL LENGKAP ( K6 )


    Jumlah ibu hamil yang  
    mendapatkan pelayanan antenatal  

  sesuai standar di wilayah kerja  

Cakupan   kabupaten/kota tersebut dalam  

Kunjungan   kurun waktu satu tahun  

Pelayanan = x 100 %
Ibu hamil   Jumlah sasaran ibu hamil di  

( K6 )
wilayah kerja kabupaten/kota
  tersebut dalam kurun waktu satu
  tahun yang sama

TARGET INDIKATOR PROGRAM


INDIKATOR TARGET
K1 100%
K4 100%
K6 100%

2. PELAYANAN KESEHATAN PADA IBU BERSALIN


Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar.
Pemerintah Daerah tingkat Kabupaten/Kota wajib memberikan Pelayanan Kesehatan
Ibu Bersalin sesuai standar kepada semua ibu bersalin di wilayah kerja kabupaten/kota
tersebut dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan sesuai standar meliputi: Persalinan
Normal dan Komplikasi. Mekanisma Pelayanan :
a. Penetapan sasaran ibu bersalin di wilayah kabupaten/kota dalam satu tahun.
b. Standar persalinan normal adalah Acuan Persalinan Normal (APN) sesuai
standar.
1) Dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan.
2) Tenaga penolong minimal 2 orang, terdiri dari:
Dokter dan bidan, atau 2 orang bidan, atau Bidan dan perawat.
c. Standar persalinan komplikasi mengacu pada Buku Saku Pelayanan Kesehatan
Ibu di fasilitas pelayanan kesehatan Dasar dan Rujukan.

9
TARGET INDIKATOR PROGRAM
INDIKATOR TARGET
PERSALINAN DI FASYANKES (PF) 100%

3. PELAYANAN KESEHATAN PADA IBU NIFAS


Setiap ibu nifas mendapatkan pelayanan sesuai standar. Pemerintah Daerah tingkat
Kabupaten/Kota wajib memberikan Pelayanan Kesehatan Ibu nifas sesuai standar kepada
semua ibu nifas di wilayah kerja kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun.
Pelayanan sesuai standar meliputi :
1. Standar Kuantitas
Standar kuantitas adalah Kunjungan 3 kali selama periode Nifas (KF 3) dengan
ketentuan:
a. Kunjungan Pertama pada masa 6 jam – 3 hari setelah persalinan
b. Kunjungan kedua pada 4 – 28 hari setelah persalinan
c. Kunjungan ketiga pada 29 – 42 hari setelah persalinan
2. Standar Kualitas
Standar kualitas yaitu pelayanan antenatal yang memenuhi 10 T, meliputi:
a. Pemeriksaan Tanda-tanda vital
b. Pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri
c. Pemeriksaan Lochia dan pengeluaran per vaginam lainnya
d. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif sampai 6 bulan
e. Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kali ( pertama segera
setelah melahirkan dan kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul vit A
pertama)
f. Pelayanan KB pasca salin

10
TARGET INDIKATOR PROGRAM
INDIKATOR TARGET
PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS (KF 3) 100%

4. KOMPLIKASI MATERNAL YANG DI TANGANI


Setiap ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan
yang kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
Komplikasi pada ibu hamil, bersalin, dan nifas antara lain :
1) KPD
2) Perdarahan Pervaginam
Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio plasenta
Intra Parrtum : robekan jalan lahir
Post Partum : atonia uteri, retensio plasenta, kelainan pembekuan darah,
subinvolusi uteri
3) HDK (dengan atau dengan tanpa edema)
4) Ancaman Persalinan Prematur
5) Infeksi berat dalam kehamilan (DBD, Typus, Sepsis)
6) Distosia (Persalinan macet, persalinan tak maju)
7) Infeksi masa nifas

KOMPLIKASI MATERNAL (PK)

TARGET INDIKATOR PROGRAM


INDIKATOR TARGET
MATERNAL KOMPLIKASI 100%
DITANGANI ( PK )

5. KELAS IBU HAMIL YANG DI BENTUK DAN AKTIF


Kelas ibu hamil adalah kelompok ibu hamil dengan jumlah peserta 10 orang.
Di kelas ini ibu hamil akan belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman, tentang
kesehatan ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh dan sistematis serta dapat
dilaksankan secara terjadwal dan berkesinambungan. Kelas ibu hamil difasilitasi oleh
bidan/tenaga kesehatan dengan menggunakan paket kelas ibu hamil.
Setiap ibu hamil minimal mendapatkan kegiatan kelas iu hamil 5x selama masa
kehamilan. Materi yang di sampaikan adalah :

11
uami/keluarga ikut serta minimal 1 kali pertemuan sehingga dapat mengikuti berbagai
materi penting, misalnya materi tentang persiapan persalinan atau materi yang lain.
Kelas Ibu Hamil yang di bentuk dan aktif adalah Kelas Ibu hamil yang terdiri dari ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas dan terdapat kegiatan rutin sehingga ibu hamil
selama amsa kehamilan mendapatkan materi kesehatan sebanyak 5x dan mendapatkan
materi terkait :
Pertemuan Pertama
Pemeriksaan Kehamilan Agar Ibu dan Janin Sehat Ulasan materi :
1. Apa itu kehamilan.
2. Tanda hamil.
3. Keluhan umum saat hamil dan cara mengatasinya.
4. Perubahan tubuh ibu selama kehamilan.
5. Perubahan mental pada ibu hamil.
6. Pemeriksaan kehamilan.
7. Pelayanan kesehatan pada ibu hamil.
8. Menjaga ibu hamil sehat dan janin sehat.
9. Hal-hal yang perlu dihindari ibu selama hamil.
10. Mitos yang berkembang dimasyarakat.
Pertemuan Kedua
Persalinan Aman, Nifas Nyaman, Ibu Selamat dan Bayi Sehat.
1. Persiapan menghadapi persalinan yang aman.
2. Tanda-tanda awal persalinan.
3. Tanda-tanda persalinan.
4. Proses persalinan.
5. Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
6. KB pasca persalinan
7. Pelayanan nifas. h. Menjaga ibu bersalin dan nifas, serta bayi sehat.
8. Hal-hal yang harus dihindari ibu bersalin dan nifas.
9. Mitos
Pertemuan Ketiga
Pencegahan Penyakit, Komplikasi Kehamilan, Persalinan dan Nifas agar Ibu dan
Bayi Sehat
1. Anemia pada ibu hamil.
2. Kurang Energi Kronik (KEK).
3. Tanda bahaya kehamilan
4. Tanda bahaya persalinan.
5. Tanda bahaya dan penyakit ibu nifas.
6. Gangguan kejiwaan setelah melahirkan.
7. Penyakit malaria.
8. Cara penularan malaria.
9. Infeksi menular seksual.
10. Informasi dasar HIV/AIDS.
11. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak. I

12
Pertemuan Keempat
Perawatan BBL agar Tumbuh Kembang Optimal
1. Tanda bayi lahir sehat
2. Perawatan bayi baru lahir.
3. Pelayanan kesehatan neonatus.
4. Tanda bahaya pada BBL.
5. Cacat bawaan.
6. Perawatan metode kangguru (PMK).
7. Pengertian ASI Eksklusif dan sukses menyusui.
8. Pemberian imunisasi pada bayi.
9. Hal-hal yang harus dihindari.
10. Akta kelahiran.
Pertemuan Kelima
Aktivitas Fisik pada Ibu Hamil
1. Aktivitas fisik.
2. Manfaat aktivitas fisik sehari-hari dan latihan fisik ringan.
3. Kondisi yang tidak memungkinkan ibu hamil melakukan aktivitas fisik.
4. Prinsip-prinsip aktivitas fisik.
5. Prinsip-prinsip latihan fisik ringan.
6. Program latihan fisik.
7. Gerakan latihan fisik dan olahraga yang dihindari.
8. Contoh gerakan pemanasan, peregangan dan pendinginan.
9. Contoh senam hamil.
10. Pemantauan.

B. PELAYANAN KESEHATAN BAYI


1. PELAYANAN KESEHATAN PADA BAYI BARU LAHIR
Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan neonatal esensial
sesuai standar. Pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota wajib memberikan
pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar kepada semua bayi usia 0-28 hari
di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
Pelayanan sesuai standar meliputi :
Standar Kuantitas
Kunjungan minimal 3 kali selama masa periode neonatal dengan ketentuan :
1) Kunjungan Neonatal 1 (KN1) 6 - 48 jam
2) Kunjungan Neontal 2 ( KN2) 3-7 hari
3) Kunjungan Neonatal 3 (KN3) 8-28 Hari

Standar Kualitas
Pelayanan neonatal esensial saat lahir (0-6 Jam) meliputi :
1) Pemotongan dan perawatan tali pusat
2) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
3) Pencegahan perdarahan (injeksi vitamin K1)

13
4) Pemberian salep/tetes mata antibiotik
5) Pemberian imunisasi (injeksi vaksin Hepatitis B0)
Pelayanan Neonatal Setelah Lahir ( 6-28 Hari) meliputi:
1) Konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI eksklusif
2) Memeriksa kesehatan dengan menggunakan pendekatan MTBM
3) Pemberian vitamin K1 bagi yang lahir tidak di fasilitas Pelayanan kesehatan atau
belum mendapatkan Vitamin K
4) imunisasi Hepatitis B injeksi untuk bayi usia < 24 jam yang lahir tidak ditolong
tenaga kesehatan
5) Penanganan dan rujukan kasus neonatal komplikasi

a. KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA ( KN 1 )

b. KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP ( KN 3 )

TARGET INDIKATOR PROGRAM


INDIKATOR TARGET
KN 1 100%
KN 3 100%

2. KOMPLIKASI NEONATAL YANG DITANGANI (NK)


Setiap neonatal dengan komplikasi di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan
yang kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan

Komplikasi pada neonatal antara lain :


1. Prematuritas dan BBLR
2. Asfiksia

14
3. Infeksi Bakteri

4. Kejang
5. Ikterus
6. Diare
7. Hipotermi
8. Tetanus Neonatus
9. Masalah Pemberian ASI
10. Trauma lahir, sindrom gangguan pernafasan, kelainan kongenital dll

KOMPLIKASI NEONATAL (PK)

TARGET INDIKATOR PROGRAM


INDIKATOR TARGET
NEONATAL 100%
KOMPLIKASI
DITANGANI ( NK )

3. PELAYANAN KESEHATAN PADA BAYI


Setiap bayi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar. Pemerintah
Daerah Tingkat Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan sesuai
standar kepada semua balita di wilayah kerja kabupaten/kota tersebut dalam kurun
waktu satu tahun.
Pelayanan sesuai standar meliputi :
a. Standar Kuantitas
1) Pelayanan Kesehatan Bayi Usia 29 hari – 2 bulan
2) Pelayanan Kesehatan Bayi Usia 3 – 5 bulan
3) Pelayanan Kesehatan Bayi Usia 6 – 8 bulan
4) Pelayanan Kesehatan Bayi Usia 9 – 11 bulan
b. Standar Kualitas
Pelayanan kesehatan Bayi usia 0 -11 bulan:
1) Penimbangan minimal 8 kali setahun
2) Pengukuran panjang/tinggi badan minimal 2 kali /tahun
3) Pemantauan perkembangan minimal 2 kali/tahun.
4) Pemberian kapsul vitamin A pada usia 6-11 bulan 1 kali setahun
5) Pemberian imunisasi dasar lengkap

15
KUNJUNGAN BAYI

TARGET INDIKATOR PROGRAM


INDIKATOR TARGET
KUNJUNGAN BAYI 100%

C. PELAYANAN KESEHATAN BALITA


1. PELAYANAN KESEHATAN BALITA SESUAI STANDART
Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar. Pemerintah
Daerah Tingkat Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan sesuai
standar kepada semua balita di wilayah kerja kabupaten/kota tersebut dalam kurun
waktu satu tahun. Setiap balita (0-59 Bulan) mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar.
Pelayanan sesuai standar meliputi :
a. Standar Kuantitas
1) Pelayanan Kesehatan Balita Usia 0-11 bulan
2) Pelayanan Kesehatan balita Usia 12-23 Bulan
3) Pelayanan Kesehatan Balita Usia 24- 59 bulan
Pelayanan Balita sakit adalah Pelayanan balita mengunakan pendekatan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
b. Standar Kualitas
Pelayanan kesehatan Balita usia 12-23 bulan:
1) Penimbangan minimal 8 kali setahun (minimal 4 kali dalam kurun waktu 6
bulan)
2) Pengukuran panjang/tinggi badan minimal 2 kali/tahun
3) Pemantauan perkembangan minimal 2 kali/ tahun
4) Pemberian kapsul vitamin A sebanyak 2 kali setahun
5) Pemberian Imunisasi Lanjutan
Pelayanan kesehatan Balita usia 24-59 bulan:
1) Penimbangan minimal 8 kali setahun (minimal 4 kali dalam kurun waktu 6
bulan)
2) Pengukuran panjang/tinggi badan minimal 2 kali/tahun
3) Pemantauan perkembangan minimal 2 kali/ tahun
4) Pemberian kapsul vitamin A sebanyak 2 kali setahun

16
KUNJUNGAN ANAK BALITA

TARGET INDIKATOR PROGRAM


INDIKATOR TARGET
KUNJUNGAN ANAK BALITA 100%

b. MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT


Tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan
kesehatan dasar. Meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak,
malaria, infeksi telinga, malnutrisi dan upaya promotif dan preventif yang meliputi
imunisasi dan pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan.
Sasaran MTBS adalah anak umur 0-5 tahun dan dibagi menjadi dua kelompok sasaran
yaitu kelompok usia 1 hari- 2 bulan dan kelompok usia 2 bulan- 5 tahun.
Cakupan MTBS adalah cakupan anak balita (umur 12-59 bulan) yang berobat ke
puskesmas dan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar (MTBS) di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

% Cakupan MTBS = Ʃ BS x 100%


Ʃ total

Ʃ BS = Jumlah anak balita sakit yang memperoleh pelayanan sesuai tatalaksana MTBS di
Puskesmas disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Ʃ total = Jumlah seluruh anak balita sakit yang berkunjung ke Puskesmas disuatu Wilayah
kerja dalam 1 tahun

c.STIMULASI DETEKSI INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK)


Semua balita umur 0 – 5 tahun dan anak prasekolah umur 5 – 6 tahun mendapatkan
pelayanan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang agar tumbuh dan
berkembang secara optimal.
Skrining Pemeriksaan Perkembangan Anak Menggunakan Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan petugas PAUD terlatih. Jadwal

17
skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah setiap 3 bulan pada anak < 24 bulan dan tiap 6 bulan
pada anak usia 24 - 72 tahun (umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72
bulan). Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh
kembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan menggunakan KPSP
untuk umur skrining yang lebih muda dan dianjurkan untuk kembali sesuai dengan waktu
pemeriksaan umurnya.
Cakupan SDIDTK adalah Semua balita umur 0 – 5 tahun dan anak prasekolah umur 5 – 6
tahun mendapatkan pelayanan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang agar
tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.

% Cakupan SDIDTK = Ʃ B x 100%


Ʃ total

Ʃ B = Jumlah balita umur 0 – 5 tahun dan anak prasekolah umur 5 – 6 tahun mendapatkan
pelayanan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang disuatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
Ʃ total = Jumlah seluruh anak balita umur 0 – 5 tahun dan anak prasekolah umur 5 – 6
tahun di suatu Wilayah kerja dalam 1 tahun

d. KELAS IBU BALITA YANG DI BENTUK DAN AKIF

Kelas Ibu Balita adalah kelompok belajar ibu-ibu yang mempunyai anak usia antara 0 – 5
tahun dengan pengelompokan 0-1 tahun, 1-2 tahun, 2-5 tahun. 1 Kelas Ibu balita terdiri dari
15 orang ibu balita.
Indikator Keberhasilan
1. Indikator Input
- Jumlah tenaga kesehatan (fasilitator)
- Jumlah kader yang aktif pada kegiatan Kelas Ibu Balita
- Perbandingan antara tenaga kesehatan (fasilitator) dengan jumlah ibu Balita (ideal
1:15)
- Kelengkapan sarana penyelenggaran
- Kelengkapan prasarana penyelenggaraan
2. Indikator Proses
- Penyelenggaraan kelas Ibu Balita yang sesuai dengan pedoman
- % ibu Balita yang hadir pada kelas Ibu Balita
- % ibu Balita yang aktif pada saat penyelenggaraan
- % ibu Balita yang nilai post-test lebih tinggi dari pre-test
3. Indikator Output
- % bayi yang memiliki Buku KIA i % bayi yang mendapat ASI eksklusif (6 bulan)
- % bayi yang mendapat Imunisasi lengkap
- % bayi ( 6-11 bulan) yang mendapat Vit A 100.000 IU
- % bayi yang ditimbang 8 kali pertahun
- % bayi yang mendapat pelayanan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh

18
Kembang minimal 4 kali pertahun

- % Balita 6-24 bulan yang mendapat MP ASI


- % Balita (12-59 bulan) yang memiliki Buku KIA
- % Balita (12-59 bulan) yang mendapat Vitamin A 2 kali pertahun
- %Balita(12–59bulan) yang mendapatkan pelayanan Stimulasi Deteksi Dini Tumbuh
Kembang minimal 2 kali pertahun

D. PELAYANAN KESEHTAN ANAK USIA PENDIDIKAN DASAR DAN REMAJA


1. PELAYANAN KESEHATAN ANAK USIA PENDIDKAN DASAR SESUA STANDAR
Setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib melakukan pelayanan kesehatan
sesuai standar pada anak usia pendidikan dasar di dalam dan luar satuan pendidikan
dasar di wilayah kerja kabupaten/kota dalam kurun waktu satu tahun ajaran.
Pelayanan sesuai standar meliputi :
a. Skrining kesehatan
Pelaksanaan skrining kesehatan anak usia pendidikan dasar dilaksanakan di
satuan pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTS) dan di luar satuan pendidikan
dasar seperti di pondok pesantren, panti/LKSA, lapas/LPKA dan lainnya,
meliputi:
1) Penilaian status gizi.
2) Penilaian tanda vital.
3) Penilaian kesehatan gigi dan mulut.
4) Penilaian ketajaman indera.
b. Tindak Lanjut Skrining Kesehatan
1) Memberikan umpan balik hasil skrining kesehatan
2) Melakukan rujukan jika diperlukan
3) Memberikan penyuluhan kesehatan
c. Standar Jumlah dan Kualitas Personil/Sumber Daya Manusia Kesehatan
Tenaga kesehatan dan Tenaga kesehatan masyarakat
Tenaga non kesehatan terlatih atau mempunyai kualifikasi tertentu:
1. Guru
2. Kader kesehatan/ dokter kecil/ peer conselor

19
TARGET INDIKATOR PROGRAM
INDIKATOR TARGET
SKRINING KESEHATAN PESERTA DIDIK KELAS 1 – 6 100%

SKRINING KESEHATAN ANAK USIA 7 - 12 TAHUN 100%


(SETARA PESERTA DIDIK KELAS 1 – 6) DILUAR SEKOLAH

2. PELAYANAN KESEHATAN REMAJA SESUAI DENGAN STANDAR


PENGERTIAN
a. Remaja adalah kelompok usia 10 tahun sampai berusia 18 tahun (Permenkes No 25
tahun 2014)
b. Pelayanan kesehatan pada Remaja adalah Setiap remaja mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar. Pemerintah Daerah tingkat kabupaten/kota wajib memberikan
pelayanan kesehatan remaja sesuai standar kepada semua remaja di wilayah kerja
tersebut dalam kurun waktu satu tahun.
Pelayanan sesuai standar meliputi : pelayanan kesehatan yang nyaman bagi anak usia
sekolah dan remaja dan komprehensif
Definisi Operasional Puskesmas menyelenggarakan kesehatan remaja, dengan memenuhi
3 kriteria
1. Memiliki Tenaga Kesehatan Terlatih/Terorientasi PKPR
2. Memiliki pedoman PKPR
3. Melakukan pelayanan konseling pada remaja
Karakteristik Puskesmas :
 Kebijakan yang peduli remaja
 Prosedur pelayanan yang peduli remaja
 Petugas khusus yang peduli remaja
 Petugas pendukung yang peduli remaja.
 Fasilitas kesehatan yang peduli remaja.
 Partisipasi/keterlibatan remaja
 Keterlibatan masyarakat.
 Berbasis masyarakat, menjangkau keluar gedung, serta mengupayakan pelayanan
sebaya
 Pelayanan harus sesuai dan komprehensif

TARGET INDIKATOR PROGRAM


INDIKATOR TARGET
Cakupan pelayanan kesehatan remaja 100%

20
Jumlah Remaja Yang diberi Pelayanan Kesehatan di dalam dan luar gedung X 100

Jumlah Sasaran Remaja Yang Ada di Suatu Wilayah

3.PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA (PKPR)

Pelayanan kesehatan diberikan kepada semua remaja, dilaksanakan di dalam atau di luar
gedung untuk perorangan atau kelompok.
Pelayanan kesehatan peduli remaja dilakukan melalui:
a. Pelayanan Konseling;
Pelayanan konseling diberikan oleh konselor terlatih kepada Remaja untuk membantu
agar Remaja mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi, dan dapat berkembang
menjadi orang dewasa yang mandiri dan bertanggungjawab.
b. Pelayanan Klinis Medis;
Pelayanan klinis medis diberikan kepada Remaja yang menderita penyakit tertentu
sesuai standar.
b. Pelayanan Rujukan;
Pemberian pelayanan rujukan meliputi pelayanan rujukan bidang medis sosial; dan
hukum. Pelayanan rujukan bidang sosial dan hukum harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pemberian Komunikasi, Informasi Dan Edukasi Kesehatan Remaja;
Pemberian komunikasi, informasi dan edukasi kesehatan Remaja dilakukan sesuai
dengan tahap tumbuh kembang dan kebutuhan Remaja
d. Partisipasi Remaja;
Partisipasi Remaja sebagaimana dilakukan dengan cara melibatkan Remaja secara aktif
dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan peduli Remaja serta
pemberdayaan konselor sebaya
f. Keterampilan Sosial.
Keterampilan dilakukan oleh tenaga kesehatan dan tenaga pendidik dengan melibatkan
peran Remaja sesuai standar.

Kriteria Puskesmas mampu melaksanakan PKPR sebagai berikut :


a. Memberikan pelayanan konseling pada semua remaja yang memerlukan konseling
yang kontak dengan petugas PKPR.
b. Melakukan pembinaan pada minimal 1 (satu) sekolah dalam 1 (satu) tahun di
sekolah umum atau sekolah berbasis agama, dengan minimal melaksanakan kegiatan
KIE di sekolah binaan minimal 2 kali dalam setahun.
c. Melatih konselor sebaya di sekolah minimal sebanyak 10% dari jumlah murid
sekolah binaan.

21
Standar Nasional PKPR ini mengatur 5 aspek yang berkaitan dengan penyelenggaraan
PKPR, yaitu:
a. SDM kesehatan
b. Fasilitas kesehatan
c. Remaja
d. Jejaring,
e. Manjemen Kesehatan

INDIKATOR PROGRAM
Target Renstra :
Kriteria Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan usia sekolah
dan remaja adalah

a. Minimal 40% Puskesmas mampu laksana Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja


(PKPR)

b. Setiap Puskesmas membina minimal 20% sekolah/madrasah (SD/MI,


SMP/MTs, SMA/SMK/MA) melalui kegiatan UKS/M yang ada di wilayah
kerja Puskesmas

4.POSYANDU REMAJA

Posyandu remaja merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat termasuk remaja dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan dalam memperoleh pelayanan
kesehatan bagi remaja untuk meningkatkan derajat kesehatan dan keterampilan hidup
sehat remaja.
Pelayanan kesehatan remaja di Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang peduli
remaja, mencakup upaya promotif dan preventif, meliputi: Keterampilan Hidup Sehat
(PKHS), kesehatan reproduksi remaja, kesehatan jiwa dan pencegahan penyalahgunaan
Napza, gizi, aktifitas fisik, pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM) dan pencegahan
kekerasan pada remaja.
Sasaran Kegiatan Posyandu Remaja: Remaja usia 10-18 tahun, laki-laki dan
perempuan dengan tidak memandang status pendidikan dan perkawinan termasuk remaja
dengan disabilitas.
Sasaran Petunjuk Pelaksanaan: a. Petugas kesehatan b. Pemerintah desa/kelurahan,
tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi kemasyarakatan lainnya c. Pengelola program
remaja d. Keluarga dan masyarakat e. Kader Kesehatan Remaja
Dalam pelaksanaan Posyandu Remaja, kegiatan utama yang harus ada adalah:
1. Pendidikan Ketrampilan Hidup Sehat (PKHS)
a. KIE yang diberikan : Memberikan informasi dan pengetahuan tentang
kecerdasan majemu, Melakukan sosialisasi dan penanaman 10 kompetensi
PKHS yaitu: a) Kesadaran diri b) Empati c) Pengambilan keputusan d)

22
Pemecahan masalah e) Berpikir kritis f) Berpikir kreatif g) Komunikasi efektif
h) Hubungan interpersonal i) Pengendalian emosi j) Mengatasi stress
b. Pelayanan kesehatan yang diberikan yaitu : 1) Identifikasi dan pengembangan
kecerdasan majemuk bagi remaja yang pertamakali datang 2) Pelayanan
kesehatan berupa konseling

2. Kesehatan Reproduksi Remaja


a. KIE yang diberikan : 1) Kesehatan Reproduksi, yang mencakup tentang
pemberian informasi tentang organ reproduksi remaja, pubertas, proses
kehamilan, menstruasai, KB, penyakit menular seksual, infeksi menular
seksual, gender dan pendewasaan usia perkawinan 2) HIV dan AIDS,
mencakup pemberian informasi seputar penularan, pencegahan dan gejala
HIV dan AIDS
b. Pelayanan kesehatan yang diberikan : 1) Konseling tentang kesehatan
reproduksi (masalah atau gangguan haid, pubertas, dll) 2) Konseling
HIV&AIDS 3) VCT jika diperlukan

3. Masalah Kesehatan Jiwa dan Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA


a. KIE yang diberikan : Pemberian informasi masalah kesehatan jiwa dan
NAPZA pada remaja
b. Pelayanan Kesehatan yang diberikan : 1) Skrining masalah psikososial
remaja dengan menggunakan instrumen Pediatric Symtom Checklist (PSC)
2) Konseling masalah kesehatan jiwa dan penyalahgunaan NAPZA 3)
Merujuk ke fasilitas kesehatan apabila didapatkan permasalahan kesehatan
jiwa dan penyalahgunaan NAPZA
4. Gizi
a. KIE yang diberikan : 1) Gizi seimbang bagi remaja 2) Pencegahan masalah
gizi pada remaja: a) KEK b) Obesitas c) Anemia
b. Pelayanan kesehatan yang diberikan : 1) Pengukuran Antropometri (BB, TB,
LP dan LILA) 2) Penilaian status gizi berdasarkan IMT/Umur 3) Penilaian
anemia pada remaja terutama remaja putri menggunakan pemeriksaan tanda
klinis dan apabila memungkinkan dapat dilakukan pemeriksaan kadar Hb
secara laboratorium sederhana 4) Pemberian tablet tambah darah (TTD) bagi
remaja putri 5) Penyuluhan dan konseling gizi 6) Merujuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan jika diperlukan
5. Aktivitas fisik pada remaja
a. KIE yang diberikan : 1) Pentingnya melakukan aktivitas fisik setiap hari
2) Jenis aktifitas fisik yang dapat dilakukan setiap hari
b. Kegiatan di Posyandu Remaja Kegiatan aktivitas fisik yang dapat
dilakukan di Posyandu Remaja antara lain peregangan atau senam sehat
bugar secara bersamasama, kegiatan ini bertujuan untuk memicu remaja
melakukan aktifitas fisik setiap harinya.
6. Penyakit Tidak Menular (PTM)

23
a. KIE yang diberikan : 1) Jenis Penyakit Tidak Menular misalnya Kanker,
Diabetes, Stroke, dll 2) Dampak dan bahaya Penyakit Tidak Menular 3)
Upaya pencegahan faktor risiko Penyakit Tidak Menular melalui perilaku
CERDIK (Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin
aktivitas fisik, Diet sehat dengan kalori seimbang, Istirahat cukup dan
Kelola stress).
b. Pelayanan kesehatan yang diberikan ) Deteksi dini faktor risiko Penyakit
Tidak Menular

7. Pencegahan Kekerasan pada Remaja

a. KIE yang diberikan : Pemberian informasi tentang faktor risiko


kekerasan, dampak dan pencegahan tindak kekerasan.

b. Pelayanan kesehatan yang diberikan : 1) Melakukan rujukan ke fasilitas


kesehatan pada remaja yang diduga mengalami tindak kekerasan. 2)
Melakukan pendampingan korban kekerasan sebelum dan sesudah
rehabilitasi bersama pihak terkait (petugas Puskesmas, jaringan layanan
pusat perlindungan anak misal polisi, rumah aman, LKSA/Panti,
P2TP2A, dll)

E. PROGRAM KELUARGA BERENCANA


Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan
hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.

a. Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate): Rata-rata banyaknya anak yang dilahirkan
hidup oleh seorang wanita selama masa reproduksinya.

b. Contraceptive Prevalence Rate: Persentase cakupan peserta KB aktif dibandingkan


dengan jumlah PUS di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

c. Efek Samping Kontrasepsi: Efek yang tidak diinginkan yang dapat terjadi akibat
penggunaan alat kontrasepsi

d. Fasilitas Pelayanan Kesehatan: Suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan


upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.

e. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama: Fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan komprehensif non spesialistik berupa pelayanan kesehatan promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif.

f. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan: Fasilitas Kesehatan pelayanan


komprehensif spesialistik atau sub spesialistik.

g. Informed consent: Persetujuan tertulis tentang tindakan medis yang diberikan kepada
klien atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis
yang akan dilakukan terhadap klien tersebut.

24
h. KB Pasca Persalinan: Penggunaan suatu metode kontrasepsi sesudah melahirkan
sampai 6 minggu/42 hari melahirkan.

i. Kegagalan KB: Kasus terjadinya kehamilan pada akseptor KB aktif, yang pada saat
tersebut menggunakan metode kontrasepsi.

j. Komplikasi Kontrasepsi: Gangguan kesehatan ringan sampai berat bagi klien yang
terjadi akibat penggunaan metode kontrasepsi.

k. Pasangan Usia Subur (PUS): pasangan yang istrinya berumur antara 15-49 tahun.

l. Peserta KB Aktif : Akseptor yang pada saat ini sedang memakai alat atau obat
kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan, dan
masih terlindungi oleh kontrasepsi.

m. Peserta KB Baru: peserta yang baru pertama kali menggunakan metode kontrasepsi
termasuk mereka yang pasca keguguran dan sesudah melahirkan,

n. Unmet Need : Pasangan usia subur yang tidak ingin punya anak lagi atau yang ingin
menjarangkan kelahiran, tetapi tidak menggunakan kontrasepsi.

o. Vasektomi : Metode Sterilisasi Pria

p. Tubektomi: Metode Sterilisasi Perempuan

PELAYANAN KB AKTIF

TARGET INDIKATOR PROGRAM


INDIKATOR TARGET
CAKUPAN KB AKTIF PER BULAN 70%

F. PROGRAM KESEHATAN LANJUT USIA

1. PELAYANAN KESEHATAN PADA USIAL LANJUT


Setiap Warga Negara usia 60 tahun ke atas mendapatkan pelayanan kesehatan usia
lanjut sesuai standar. Pemerintah Daerah Tingkat Kabupaten/Kota wajib
memberikan pelayanan kesehatan dalam bentuk edukasi dan skrining usia lanjut
sesuai standar pada Warga Negara usia 60 tahun ke atas di wilayah kerjanya dalam
kurun waktu satu tahun.
Pelayanan kesehatan usia lanjut sesuai standar meliputi :
1) Edukasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

25
Pelayanan edukasi pada usia lanjut adalah Edukasi yang dilaksanakan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan/atau UKBM dan/atau kunjungan rumah
2) Skrining faktor risiko penyakit menular dan penyakit tidak menular
Pelayanan Skrining faktor risiko pada usia lanjut adalah skrining yang
dilakukan minimal 1 kali dalam setahun untuk penyakit menular dan penyakit
tidak menular meliputi:
a) Pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar perut
b) Pengukuran tekanan darah
c) Pemeriksaan gula darah
d) Pemeriksaan gangguan mental
e) Pemeriksaan gangguan kognitif
f) Pemeriksaan tingkat kemandirian usia lanjut
g) Anamnesa perilaku berisiko
3) Tindaklanjut hasil skrining kesehatan meliputi:
a) Melakukan rujukan jika diperlukan
b) Memberikan penyuluhan kesehatan
Form Instrumen skrining kesehatan usia lanjut yang digunakan :
a) Instrumen Geriatric Depression Scale (GDS)
b) Instrumen Abbreviated Mental Test (AMT)
c) Form penilaian Activity Daily Living (ADL) dengan instrument Indeks Barthel
Modifikasi

Pelayanan kesehatan pada kelompok lanjut usia artinya memberikan pelayanan


kesehatan kepada kelompok usia pralansia dan lansia yang dilakukan secara
komprehensif dengan pendekatan secara Holistik, baik itu lanjut usia yang sakit atau
yang sehat agar tetap bisa mempertahankan kondisi kesehatan secara optimal.
Sasaran :
- Pralansia umur 45-59 tahun
- Lanjut usia umur 60-69 tahun
- Lanjut usia Resiko Tinggi umur > 70 tahun

Pelayanan kesehatan Lansia terdiri dari pelayanan :


a. Lansia yang berkunjung ke Puskesmas pada kontak pertama dengan petugas
kesehatan dilakukan: Pengkajian Paripurna Pasien Geriatri (P3G) yaitu penilaian
menyeluruh terhadap lansia dari aspek biologis, kognitif dan sosial untuk
menentukan permasalahan dan rencana penatalaksanaan Dilakukan oleh tim
yang dipimpin oleh dokter
Pengkajian P3G yang dilaksanakan kepada :
Lansia Mandiri atau ketergantungan ringan contoh Posyandu lansia,
pemberdayaan lansia ( dilakukan pembinaan dari Puskesmas)
Ketergantungan sedang dan Ketergantungan berat/total contoh dirujuk ke
Puskesmas dan home care ( dilakukan oleh keluarga, puskesmas atau Rumah
sakit )

26
b. Pelayanan kepada lansia sehat
Tujuan: mempertahankan derajat status fungsionalàpaling optimal.
Aktivitas:
• Latihan fisik (senam Lanjut Usia, senam osteoporosis, senam poco2, dll)à
sesuai kebutuhan
• Stimulasi kognitif
• Pemberian makanan tambahan
• Penyuluhan kesehatan primer
• Berinteraksi sosial
• Menggali potensi untuk diberdayakan secara optimal bagi keluarga dan
masyarakat
c. Pelayanan kepada lansia sakit
d. Rujukan

Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan


kesehatan sesuai standar pada warga negara usia 60 tahun atau lebih dinilai dari
cakupan warga negara berusia 60 tahun atau lebih yang mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar minimal 1 kali di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu
tahun.

TARGET INDIKATOR PROGRAM

INDIKATOR TARGET
Presentasi Lansia yang mendapatkan 100%
Pelayanan

2.PUSKESMAS SANTUN LANSIA


Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan santun lanjut usia adalah Puskemas yang :
a) Memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas -- > Petugas terlatih atau
memahami pelayanan kesehatan lansia dan geriatri
b) Memberikan prioritas pelayanan kepada lanjut usia dan penyediaan sarana yang
aman dan mudah diakses
c) Melakukan pelayanan secara pro-aktif --- > minimal 50% desa mempunyai
Posyandu Lansia
d) Melakukan koordinasi dengan lintas program dengan pendekatan siklus hidup

27
Puskesmas yang menyelenggarakan Strata I Strata II Strata III
pelayanan santun lanjut usia : (Pratama) (Madya) (Paripurna)

1. Memberikan pelayanan yang baik dan


berkualitas -- > Petugas terlatih atau Terlatih/
v v
memahami pelayanan kesehatan lansia Terorientasi
dan geriatric
Sudah
Sudah
memberika
memberika
n prioritas
n prioritas - Sudah
mulai dari
mulai dari punya sarana
loket, poli,
loket, poli, tersendiri,
lab dan
lab dan loket, poli,
apotik,
apotik, dan apotik dan
tetapi
sudah lab.
belum
punya poli
punya poli
tersendiri
tersendiri.
2. Memberikan prioritas pelayanan
- Sarana
kepada lanjut usia dan penyediaan sarana - Mulai
mulai Atau one
yang aman dan mudah diakses memperhat
memperhat stop service
ikan
ikan dengan poli
keamanan
keamanan tersendiri
Lansia
Lansia
    - Sarana
lain sudah
memenuhi
sesuai
standar
keamanan
bagi lansia
3. Melakukan pelayanan secara pro-aktif
--- > minimal 50% desa mempunyai 50% 60% 70%
Posyandu Lansia
4. Melakukan koordinasi dengan lintas
v V v
program dengan pendekatan siklus hidup

3.POSBINDU LANSIA/ KEGIATAN DI MASYARAKAT


Posbindu adalah : Suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di Masyarakat dimana
proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan
kebutuhan masyarakat itu sendiri dan dilaksanakan bersama oleh masyarakat, kader, swadaya
masyarakat, lintas sektor, swasta dan organisasi sosial dengan menitik beratkan pada upaya
Promotif, dan preventif serta deteksi dini.

28
Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh kader dengan pendampingan dari tenaga kesehatan
Puskesmas
Sasaran :
o Pralansia umur 45-59 tahun
o Lanjut usia umur 60-69 tahun
o Lanjut usia Resiko Tinggi umur > 70 tahun
Mengembangkan dan meningkatkan jumlah kelompok lanjut usia Indikator: persentase
puskesmas dengan Kelompok Lanjut Usia aktif di setiap Kelurahan
Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia Mekanisme pelayanan posyandu lansia terdiri atas 5
meja, yaitu :
a. Meja 1 : Tempat pendaftaran. Lansia mendaftar, kemudian kader mencatat lansia
tersebut. Lansia yang sudah terdaftar dibuku register kemudian menuju meja
selanjutnya.
b. Meja 2 : Tempat pengukuran dan penimbangan berat badan.
c. Meja 3 : pencatatan tentang pengukuran tinggi badan dan berat badan, Indeks Masa
Tubuh (IMT), dan mengisi KMS.
d. Meja 4 : Tempat melakukan kegiatan konseling dan pelayanan pojok gizi, Penyuluhan
kesehatan individu berdasarkan KMS, serta pemberian PMT.
e. Meja 5 : Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, mengisi data-data hasil pemeriksaan
kesehatan pada KMS. Dan diharapkan setiap kunjungan para lansia dianjurkan untuk
selalu membawa KMS lansia guna memantau status kesehatan.

Tindakan pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada lansia di posyandu lansia,
antara lain :
1) Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan,
seperti makan atau minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur,
buang air besar atau kecil dan sebagainya.
2) Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional
dengan menggunakan pedoman mmetode 2 (dua) menit.
3) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
4) Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan
denyut nadi selama satu menit.
5) Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquits, sahli atau cuprisulfat.
6) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula
(diabetes mellitus).
7) Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit ginjal.
8) Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.
9) Penyuluhan kesehatan.
10) Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi
setempat dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia.

29
11) Kegiatan olah raga seperti senam lansia, gerak jalan santai untuk meningkatkan
kebugaran. 12) Program kunjungan lansia ini minimal dapat dilakukan 1 (satu) bulan
sekali atau sesuai dengan program pelayanan kesehatan puskesmas setempat

TARGET INDIKATOR POSBINDU

INDIKATOR PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI

Frekuensi pertemuan (x/thn) <8 9-Aug ≥10 ≥10


Kehadiran Kader (pada hari H)
<3 ≥3 >3 >3
(Orang)
Pelayanan Kesehatan :

Cakupan penimbangan < 50% 50 % - 60% >60% >60%


Cakupan pemeriksaan
< 25% 25 % - 50% >50% >50%
Laboratorium
Cakupan pemeriksaan kesehatan
( Tekanan darah, status mental, < 50% 50% - 60% >60% >60%
dan status fungsional)
Cakupan penyuluhan < 50% 50% - 60% >60% >60%

Senam Lansia <8 8-9 >10 >10

Kegiatan Sektor Terkait (jenis) 0 1 2 >2


Pendanaan Kegiatan Berasal
- - < 50% >50%
dari Masyarakat

G. PROGRAM UPAYA KESEHATAN SEKOLAH ( UKS )


1. PELAYANAN KESEHATAN ANAK USIA SEKOLAH
Usaha Kesehatan Sekolah adalah
 upaya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara
terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah, perguruan
agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan
kesehatan di lingkungan sekolah
 Usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik
beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama
 UKS merupakan wahana untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan
selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat, yang pada gilirannya menghasilkan
derajat kesehatan yang optimal
 Usaha Kesehatan Sekolah merupakan bagian dari usaha kesehatan pokok yang
menjadi beban tugas puskesmas yang ditujukan kepada sekolah-sekolah dengan anak
beserta lingkungan hidupnya, dalam rangka mencapai keadaan kesehatan anak sebaik-
baiknya dan sekaligus meningkatkan prestasi belajar anak sekolah setinggi-tingginya.

30
Sasaran anak Usia Sekolah adalah anak umur lebih dari 6 tahun sampai sebelum berusia
19 tahun.

Ruang Lingkup Kegiatan Uks Kegiatan utama usaha kesehatan sekolah disebut dengan
Trias UKS, yang terdiri dari:
1. Pendidikan kesehatan
2. Pelayanan kesehatan
3. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat.
Penerapan trias UKS oleh Puskesmas
1. Pendidikan Kesehatan
 Literasi Kesehatan
 Pembiasaan Hidup Bersih (Cuci tangan pakai sabun, sikat gigi, menjaga
kebersihan kuku)
 Pendidikan Gizi (Sarapan Bersama Bergizi Seimbang
 Aktifitas Fisik (Peregangan, senam bersama)
 Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan Pendidikan
 Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)
 Pembinaan Kader Kesehatan Sekolah (Dokcil, PMR, Konselor Sebaya, dll)
2. Pelayanan Kesehatan
 Penjaringan Kesehatan dan Pemeriksaan Berkala
 Imunisasi
 Pemberian Tablet Tambah Darah bagi
 Remaja Putri (SMP dan SMA) /
 Pemberian obat cacing ( SD)
 Konseling
 P 3 K dan P 3 P
3. Pembinaan Lingkungan Sehat
 Pemeliharaan sanitasi sekolah dan Pengeloaan Sampah
 Pembinaan kantin dan PKL sekitar sekolah
 Pemanfaatan Perakarang Sekolah (Toga, buah/sayur)
 Pemberantasan sarang nyamuk
 Penerapan Kawasan Tanpa Rokok, tanpa NAPZA dan tanpa Kekerasan, tanpa
Pornografi

2. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PROTOKOL KESEHATAN DALAM


PEMBELAJARAN TATAP MUKA
Pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan harus dilakukan dengan protokol kesehatan
yang ketat dan terpantau oleh Pemerintah daerah, kantor wilayah Kementerian Agama
provinsi, dan/atau kantor Kementerian Agama kabupaten/kota sesuai kewenangannya
dengan membudayakan pola hidup bersih dan sehat dalam rangka pencegahan dan
pengendalian COVID-19 dengan menggunakan prosedur sebagaimana berikut:
a. Prosedur Pembelajaran Tatap Muka di Satuan Pendidikan yang berkaitan dengan
Kondisi Kelas, Jumlah hari dan jam pembelajaran tatap muka dengan pembagian
rombongan belajar (shift), Perilaku wajib di seluruh lingkungan satuan pendidikan,

31
Kondisi medis warga satuan Pendidikan, kantin, Kegiatan Olahraga dan
Ekstrakurikuler, Kegiatan Selain Pembelajaran di Lingkungan Satuan Pendidikan,
Kegiatan Pembelajaran di Luar lingkungan Satuan Pendidikan
b. Tugas dan Tanggung Jawab masing masing sector terkait.

Puskesmas wajib melaksanakan verifikasi persiapan pembelajaran tatap muka di


sekolah serta melakukan pembinaan dan pengawasan penerapan protocol kesehatan di
sekolah dengan menggunakan daftar tilik yang sudah di tetapkan yang terdiri dari
ketersediaan sarana protokol kesehatan, pengaturan sarana dan prasarana sekolah,
ketersediaan data warga satuan pendidikan, kesiapan sebelum mulai pembelajaran serta
kesiapan setelah selesai pembelajaran.

Sasaran : Semua Sekolah yang ada di wilayah kerja Puskesmas


Target : 100% Sekolah yang ada di wilayah kerja Puskesmas

IV. GIZI

a) Persentase Ibu hamil KEK mendapatkan PMT


i. Definisi Operasional
Ibu hamil dengan risiko Kekurangan Energi Kronik (KEK) yang ditandai dengan
ukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm yang mendapat makanan
tambahan asupan zat gizi diluar makanan utama dalam bentuk makanan tambahan
pabrikan.

ii. Rumus perhitungan

Jumlah ibu hamil KEK yang

Persentase Ibu Hamil mendapat makanan

KEK mendapat = tambahan X 100%


makanan Tambahan Jumlah sasaran ibu hamil
KEK yang ada

iii. Frekuensi Laporan


 Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat ibu menerima
makanan tambahan
 Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan
 Rekapitulasi data tahunan diperoleh melalui penjumlahan data bulan Januari
sampai Desember (kumulatif)

iv. Mekanisme pelaporan


 Melakukan pemeriksaan LiLA ibu hamil dan mencatat/entri hasil pengukuran
 Menentukan jumlah sasaran ibu hamil yang diperiksa LiLA dan kategori
LiLA (KEK/Normal)
 Mencatat/entri pemberian PMT pada ibu hamil dengan kategori KEK

32
b) Persentase Balita 0-59 Bulan di Surveilans gizi melalui ePPGBM
i. Definisi Operasional
puskesmas melakukan kegiatan pengumpulan data, pengolahan dan analisis data,
serta diseminasi informasi melalui Aplikasi Pencatatan dan Pelaporan Gizi
Berbasis Masyarakat (ePPGBM)
 Pengumpulan data adalah puskesmas di wilayah kerja kabupaten/kota
melakukan entry data sasaran balita serta data pengukuran melalui ePPGBM,
rerata setiap bulan mencapai minimal 85% sasaran balita
 Pengolahan dan analisis data adalah puskesmas di wilayah kerja
kabupaten/kota melakukan konfirmasi dan identifikasi penyebab masalah gizi
 Diseminasi informasi adalah puskesmas di wilayah kerja Kabupaten/Kota
melakukan penyusunan rencana kegiatan berdasarkan hasil surveilans gizi dan
di-upload ke dalam sistem setiap triwulan
ii. Rumus perhitungan

Jumlah entry data sasaran


Persentase Balita 0-59
balita serta data pengukuran
Bulan di Surveilans gizi = X 100%
balita
melalui ePPGBM
Jumlah sasaran balita

iii. Frekuensi Laporan


 Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat dilakukan pelayanan
kesehatan balita
 Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan
 Rekapitulasi data tahunan diperoleh berdasarkan kondisi dari Januari sampai
Desember (kumulatif)

iv. Mekanisme pelaporan


 Entry data sasaran dibandingkan dengan jumlah seluruh sasaran yang ada
 Entry data konfirmasi dan identifikasi penyebab masalah gizi pada seluruh
balita dengan masalah gizi
 Upload rencana kegiatan berdasarkan data yang ada

c) Persentase Ibu Hamil Mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) Minimal 90 Tablet
i. Definisi Operasional
Ibu hamil yang mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD) sekurangnya
mengandung zat besi setara dengan 60 mg besi elemental dan 0,4 mg asam folat
yang disediakan oleh pemerintah minimal 90 tablet selama masa kehamilan

ii. Rumus perhitungan

Persentase Ibu Hamil = Jumlah ibu hamil yang X 100%


mendapat minimal 90 Tablet

33
Tambah Darah
yang Mendapat 90 TTD
Jumlah ibu hamil yang ada

iii. Frekuensi Laporan


 Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu, pada saat ibu melakukan
pemeriksaan kehamilan
 Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan
 Rekapitulasi data tahunan diperoleh melalui penjumlahan data bulan
Januari sampai Desember (kumulatif)

iv. Mekanisme pelaporan


1) Mencatat jumlah TTD yang diberikan kepada ibu setiap kali melakukan
kunjungan pemeriksaan kehamilan dan mengecek kartu monitoring konsumsi
TTD
2) Merekap jumlah ibu hamil yang sudah mendapatkan TTD minimal 90 tablet
dan merekap jumlah ibu hamil yang sudah mengonsumsi TTD minimal 90
tablet
3) Menghitung persentase ibu hamil yang mendapat TTD minimal 90 tablet
dengan membagi jumlah ibu hamil mendapat TTD minimal 90 tablet dengan
jumlah ibu hamil yang ada
4) Menghitung persentase ibu hamil yang mengonsumsi TTD minimal 90 tablet
dengan membagi jumlah ibu hamil mengonsumsi TTD minimal 90 tablet
dengan jumlah ibu hamil yang ada

d) Persentase Bayi baru lahir Mendapat IMD


i. Definisi Operasional
proses menyusu yang dimulai segera setelah lahir dengan cara kontak kulit ke
kulit antara bayi dengan ibunya dan berlangsung minimal 1 (satu) jam

ii. Rumus perhitungan

Jumlah bayi baru lahir hidup


Persentase jumlah bayi
yang mendapat IMD
baru lahir mendapat = X 100%
Jumlah seluruh bayi baru
IMD
lahir hidup

iii. Frekuensi Laporan


 Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu saat bayi baru lahir
 Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan
 Laporan tahunan diperoleh melalui penjumlahan data bulan Januari sampai
Desember (kumulatif)
34
iv. Mekanisme pelaporan
1) Mencatat/entri bayi baru lahir dan praktik IMD
2) Menghitung persentase bayi baru lahir hidup mendapat IMD dengan membagi
jumlah bayi mendapat IMD terhadap jumlah bayi baru lahir hidup yang ada

e) Persentase bayi usia Kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI eksklusif


i. Definisi Operasional
Bayi usia 0 bulan 5 bulan 29 hari yang diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan
lain kecuali obat, vitamin dan mineral berdasarkan recall 24 jam

ii. Rumus perhitungan

Jumlah bayi kurang dari 6

Persentase bayi usia bulan masih mendapat ASI

kurang dari 6 bulan = ekslusif X 100%


mendapat ASI Ekslusif Jumlah bayi kurang dari 6
bulan yang di 𝑟𝑒𝑐𝑎𝑙𝑙

iii. Frekuensi Laporan


 Recall/entri data dilakukan setiap bulan
 Rekapitulasi laporan dilakukan bulan Februari dan Agustus
 Laporan tahunan diperoleh melalui penjumlahan data bulan Februari dan
Agustus dengan pertimbangan balita yang di recall pada bulan Februari
berbeda dengan bayi yang di recall pada bulan Agustus

iv. Mekanisme pelaporan


1) Mencatat/entri hasil recall ASI Eksklusif setiap bulan a) Tentukan umur anak
dalam bulan b) Tanyakan ibu bayi apakah bayi sehari sebelumnya sudah
diberikan makanan/ minuman lain kecuali obat, vitamin dan mineral,
kemudian catat jawaban ibu ke dalam KMS balita pada kolom Pemberian ASI
Eksklusif 0,1,2,3,4,5 bulan dengan memberikan tanda-tanda notasi atau simbol
berikut: √= bayi masih diberi ASI saja X = bayi sudah diberi
makanan/minuman lain selain ASI kecuali obat, vitamin dan mineral A = bayi
tidak di recall Gambar 11. Contoh Catatan ASI Eksklusif pada KMS
2) Rekapitulasi hasil recall ASI Eksklusif setiap bulan Februari dan Agustus
Rekap catatan pemberian ASI pada KMS sesuai dengan tanda atau simbol
yang telah diisi pada bulan Februari atau Agustus dan jumlahkan masing-
masing kode-kode atau simbol sebagai berikut:
Contoh Tabel Rekap Pencatatan Pemberian ASI Eksklusif Bulan Februari di
Posyandu Mawar
3) Menentukan jumlah bayi yang masih ASI Eksklusif berdasarkan kelompok
umur 0 bulan, 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan dan 0 sampai 5 bulan

35
4) Menghitung persentase bayi yang masih ASI Eksklusif dengan membagi bayi
yang masih ASI dengan seluruh bayi yang di recall berdasarkan kelompok
umur

f) Persentase Balita yang Ditimbang Berat badannya (D/S)


i. Definisi Operasional
Anak yang berusia 0 bulan sampai 59 bulan yang ditimbang berat badannya (D/S)

ii. Rumus perhitungan

Persentase Balita Jumlah balita ditimbang (D)


= X 100%
ditimbang Jumlah Balita yang ada (S)

iii. Frekuensi Laporan


 Pencatatan/entri data dilakukan setiap bulan saat melakukan pemantauan
pertumbuhan
 Rekapitulasi laporan dilakukan setiap bulan dikenal dengan laporan SKDN
 Laporan tahunan diperoleh untuk melihat gambaran rerata balita ditimbang
berat badannya dengan menjumlahkan capaian bulan Januari sampai Desember
kemudian dicari reratanya Alat dan Bahan

iv. Mekanisme pelaporan


 Mengidentifikasi dan entri seluruh sasaran yang ada diwilayah kerja puskesmas
berdasarkan kecamatan, Desa/Kelurahan, RW atau Desa.
 Pemantauan pertumbuhan dilakukan setiap bulan baik di posyandu maupun di
fasilitas pendidikan anak usia dini
 Pencatatan/entri hasil pemantauan pertumbuhan dalam buku KIA/KMS dan
formulir pencatatan hasil pemantauan pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan
balita di Pendidikan Anak usia Dini (PAUD) atau tempat penimbangan lainnya
dicatat di Posyandu asal atau Posyandu dimana PAUD berada.
 Menghitung persentase balita yang melakukan penimbangan terhadap jumlah
balita yang ada

g) Persentase balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan


i. Definisi Operasional
Anak usia 0 - 59 bulan yang memiliki tanda klinis gizi buruk dan atau indeks
Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi
Badan (BB/TB) dengan nilai Z-score kurang dari -3 SD atau LiLA < 11,5 cm pada
balita usia 6 - 59 bulan yang di rawat inap maupun rawat jalan di fasilitas
pelayanan kesehatan dan masyarakat sesuai dengan tata laksana gizi buruk

ii. Rumus perhitungan

Persentase Gizi Buruk = Jumlah gizi buruk pada bayi 0 X 100%


pada Balita 0 – 59 – 5 bulan + balita 6 – 59 bulan
bulan yang mendapat yang mendapat perawatan

36
Jumlah seluruh gizi buruk
Perawatan
pada balita 0 – 59

iii. Frekuensi Laporan


 Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu saat balita mendapat pelayanan
tatalaksana gizi buruk
 Rekapitulasi laporan juga dilakukan setiap bulan
 Laporan tahunan diperoleh melalui penjumlahan data bulan Januari sampai
Desember (kumulatif)

iv. Mekanisme pelaporan


 1) Mencatat/entri data hasil pemantauan pertumbuhan atau pelayanan kesehatan
balita untuk mengetahui kategori status gizi 2) Rekapitulasi balita dengan status
gizi buruk 3) Mencatat/entri data pelayanan tatalaksana gizi buruk 4)
Menghitung persentase balita gizi kurang yang mendapat perawatan dengan
membagi jumlah balita gizi buruk yang ada

h) Persentase balita gizi kurang yang mendapatkan PMT


i. Definisi Operasional
Balita usia 6 bulan sampai dengan 59 bulan dengan kategori status gizi
berdasarkan indeks Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat
Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) memiliki Z-score -3 SD sampai kurang
dari -2 SD yang yang mendapat tambahan asupan gizi selain makanan utama
dalam bentuk makanan tambahan pabrikan.

ii. Rumus perhitungan

Jumlah balita gizi kurang


Persentase Balita Gizi
mendapat makanan tambahan
Kurang mendapat = X 100%
Jumlah seluruh balita gizi
Makanan Tambahan
kurang

iii. Frekuensi Laporan


 Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu saat balita mendapat makanan
tambahan
 Rekapitulasi laporan juga dilakukan setiap bulan
 Laporan tahunan diperoleh melalui penjumlahan data bulan Januari sampai
Desember (kumulatif)

iv. Mekanisme pelaporan


 Mencatat/entri data hasil pemantauan pertumbuhan atau pelayanan kesehatan
balita untuk mengetahui kategori status gizi
 Rekapitulasi balita dengan status gizi kurang
 Mencatat/entri data distribusi makanan tambahan

37
 Menghitung persentase balita gizi kurang yang mendapat makanan tambahan
dengan membagi jumlah balita gizi kurang yang mendapat makanan tambahan
dengan jumlah balita gizi kurang yang ada

i) Persentase Balita usia 6-59 bulan yang mendapatkan vitamin A


i. Definisi Operasional
Bayi umur 6 sampai 11 bulan yang mendapat kapsul vitamin A berwarna biru
dengan kandungan vitamin A sebesar 100.000 Satuan Internasional (SI) dan anak
umur 12 sampai 59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A berwarna merah
dengan kandungan vitamin A sebesar 200.000 SI

ii. Rumus perhitungan

Persentase balita 6 – 59 Jumlah balita 6 − 59 bulan

bulan mendapat kapsul = yang mendapat kapsul vit.A X 100%


vitamin A Jumlah balita 6 − 59 bulan

iii. Frekuensi Laporan


 Pencatatan/entri data dilakukan setiap bulan Februari dan Agustus

 Rekapitulasi laporan juga dilakukan setiap bulan Februari dan Agustus

 Laporan tahunan untuk cakupan bayi umur 6 – 11 bulan yang mendapat kapsul
vitamin A diperoleh melalui penjumlahan data bulan Februari dan Agustus
sedangkan data cakupan balita umur 12 – 59 bulan yang mendapat kapsul
vitamin A menggunakan data bulan Agustus

iv. Mekanisme pelaporan


 Mencatat/entri balita mendapat kapsul vitamin A setiap bulan Februari dan
Agustus
 Rekapitulasi laporan balita mendapat kapsul vitamin A setiap bulan Februari
dan Agustus
 Menghitung persentase balita yang mendapat vitamin A terhadap jumlah balita
yang ada berdasarkan kelompok umur 6 – 11 bulan, 12 – 59 bulan dan 6 -59
bulan

j) Persentase remaja putri mendapat TTD


i. Definisi Operasional
Remaja perempuan berusia 12-18 tahun yang bersekolah di SMP/SMA atau
sederajat mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) seminggu sekali yang
sekurangnya mengandung zat besi setara dengan 60 mg besi elemental dan 0,4 mg
asam folat

ii. Rumus perhitungan

38
Jumlah remaja putri mendapat

Persentase Remaja TTD


= X 100%
Putri mendapat TTD Jumlah seluruh remaja putri
12-18 tahun di sekolah

iii. Frekuensi Laporan


 Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu saat mendapat dan mengonsumsi
TTD
 Rekapitulasi laporan dilakukan setiap 3 bulan
 Laporan tahunan diperoleh berdasarkan kumulatif bulan Januari sampai
Desember

iv. Mekanisme pelaporan


 Siswi mencatat TTD yang didapat dan diminum pada kartu monitoring
suplementasi remaja putri
 Merekap jumlah TTD yang diterima dan diminum (angka 1) serta jumlah
minggu yang dilalui siswi sejak bersekolah ditempat tersebut atau memasuki
usia 12 tahun berdasarkan formulir pemantauan program TTD rematri
 Menghitung cakupan jumlah tablet yang diterima terhadap jumlah minggu yang
dilalui dan persentase jumlah tablet yang diminum terhadap jumlah minggu
yang dilalui. Perhitungan ini dilakukan setiap 3 bulan (triwulan)
 Cakupan rematri terima TTD dihitung dengan membagi jumlah rematri terima
TTD terhadap seluruh remaja putri 12-18 tahun yang ada/terdaftar disekolah
tersebut

k) Persentase Rumah tangga yang diperiksa mengonsumsi garam beriodium


i. Definisi Operasional
Rumah tangga yang mengonsumsi garam dengan komponen utamanya Natrium
Klorida (NaCl) dengan penambahan Kalium Iodat (KIO3) dan apabila diuji
dengan larutan uji garam beriodium maka terjadi perubahan warna menjadi ungu.

ii. Rumus perhitungan

Jumlah rumah tangga yang

Persentase rumah mengonsumsi garam

tangga mengonsumsi = beriodium X 100%


garam beriodium Jumlah rumah tangga yang
diperiksa

iii. Frekuensi Laporan


 Pencatatan/entri data dilakukan setiap waktu saat melakukan survei
 Rekapitulasi laporan dilakukan setiap setelah melakukan survei

iv. Mekanisme pelaporan


 Pencatatan/entri hasil survei

39
 Menghitung jumlah rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium
terhadap jumlah rumah tangga yang di survei

V. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

1. PROGRAM TBC
a. Pengobatan Semua Kasus TB/Case Detection Rate (CDR)

Adalah jumlah semua kasus TB yang diobati dan dilaporkan di antara perkiraan jumlah semua
kasus TB (insiden). CDR menggambarkan seberapa banyak kasus TB yang terjangkau oleh
program.

Rumus :

Target : 100%

Strategi penemuan dan pengobatan TBC dapat dilakukan dengan 2 cara yakni :

- Pasif

Penemuan pasien TBC berbasis layanan yakni dengan mengandalkan kunjungan


pasien ke fasilitas kesehatan.

- Masiv dan aktif


Penemuan pasien TBC berbasis keluarga dan masyarakat, misal dengan investigasi
kasus dan penjaringan kasus di lapangan.
b. Success Rate (SR)

Adalah jumlah semua kasus TB yang sembuh dan pengobatan lengkap di antara semua kasus
TB yang diobati dan dilaporkan. Dengan demikian angka ini merupakan penjumlahan dari
angka kesembuhan semua kasus dan angka pengobatan lengkap semua kasus. Angka ini
menggambarkan kualitas pengobatan TB.

Rumus :

Target : 100 %

Strategi dalam mencapai keberhasilan pengobatan adalah dengan melakukan pemeriksaan


BTA follow up secara rutin setiap akhir pengobatan bulan ke 2, akhir bulan ke 5, dan akhir
pengobatan. Serta pendampingan dan motivasi pengobatan oleh petugas kesehatan dan atau
PMO (Pengawas minum obat).

c. Persentase pasien TB yang mengetahui status HIV

40
Adalah jumlah pasien TB yang mempunyai hasil tes HIV yang dicatat di formulir pencatatan
TB yang hasil tes HIV diketahui termasuk pasien TB yang sebelumnya mengetahui status
HIV positif di antara seluruh pasien TB. Indikator ini akan optimal apabila pasien TB
mengetahui status HIV ≤15 hari terhitung dari pasien memulai pengobatan. Data ini
merupakan bagian dari pasien yang dilaporkan di TB.07 dan dilaporkan seperti laporan
TB.07.

Rumus :

Target : 100%

Angka ini menggambarkan kemampuan program TB dan HIV dalam menemukan pasien TB
HIV sedini mungkin. Angka yang tinggi menunjukan bahwa kolaborasi TB HIV sudah berjalan
dengan baik, klinik layanan TB sudah mampu melakukan tes HIV dan sistem rujukan antar TB
dan HIV sudah berjalan baik. Angka yang rendah menunjukan bahwa cakupan tes HIV pada
pasien TB masih rendah dan terlambatnya penemuan kasus HIV pada TB.

Strategi dalam mencapai Persentase pasien TB yang mengetahui status HIV adalah dengan
bekerja sama dengan PP HIV dalam penjaringan dan pemeriksaan HIV pada pasien TBC. Serta
memasukan pemeriksaan HIV menjadi salah satu pemeriksaan wajib pasien TBC selama
pengobatan.

d. Suspek TBC Mendapatkan Pelayanan Sesuai Standar

Pelayanan sesuai standar artinya setiap orang terduga Tuberkulosis (TBC) mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar. Pemerintah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan
kesehatan sesuai standar kepada orang terduga TBC di wilayah kerja Kabupaten/Kota tersebut
dalam kurun waktu satu tahun.

Pengertian Pelayanan orang terduga TBC sesuai standar bagi orang terduga TBC meliputi :

- Pemeriksaan klinis

Pelayanan klinis terduga TBC dilakukan minimal 1 kali dalam setahun, adalah pemeriksaan
gejala dan tanda

- Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang, adalah pemeriksaan dahak dan/atau bakteriologis dan/atau radiologis

- Edukasi

41
Edukasi perilaku berisiko dan pencegahan penularan

Definisi Operasional Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan


pelayanan sesuai standar bagi orang dengan terduga TBC dinilai dari persentase jumlah orang
terduga TBC yang mendapatkan pelayanan TBC sesuai standar di wilayah kerjanya dalam
kurun waktu satu tahun.

Rumus :

Target : 100%

Catatan:

a. Orang terduga TB adalah seseorang yang menunjukkan gejala batuk > 2 minggu disertai dengan
gejala lainnya.
b. Nominator : Jumlah orang terduga TBC yang dilakukan pemeriksaan penunjang dalam kurun
waktu satu tahun.
c. Denominator : Jumlah orang yang terduga TBC dalam kurun waktu satu tahun yang sama.

Strategi dalam mencapai Suspek TBC Mendapatkan Pelayanan Sesuai Standar dapat dilakukan
dengan melakukan investigasi kontak kepada semua indeks kasus TBC, selain itu dapat juga
dengan meningkatkan jejaring internal di fasyankes agar semua suspek TBC dapat terjaring dari
semua poli.

2. PROGRAM HIV
a. Cakupan ODHA baru ditemukan mendapatkan pengobatan

Definisi operasional dari ODHA baru ditemukan mendapatkan pengobatan yaitu jumlah
ODHA baru yang mulai pengobatan ARV dibagi jumlah ODHA yang dites dengan
hasil positif dikali 100%.

Indikator ini digunakan untuk melihat jumlah ODHA yang melakukan pengobatan Anti
Retro Virus (ARV) sesuai standar.

Rumus :

Target capaian tahun 2020-2024 sebesar 95%.

Sumber data untuk mencapai indikator tersebut antara lain:


o Pencatatan dan pelaporan jumlah ODHA baru yang ditemukan di layanan Konseling
dan Testing (KT) HIV dan telah dilaporkan melalui Sistem Informasi HIV/AIDS &
IMS (SIHA).

42
o Pencatatan dan pelaporan jumlah ODHA baru yang memulai pengobatan ARV di
layanan Perawatan Dukungan Pengobatan (PDP) HIV dan telah dilaporkan melalui
Sistem Informasi HIV/AIDS & IMS (SIHA) dan Kohort ARK.

b. Cakupan pasien sifilis yang diobati

Definisi operasional dari cakupan pasien sifilis yang diobati yaitu jumlah pasien diobati
sifilis adekuat (minimal 1 kali injeksi BPG) dibagi jumlah pasien dengan hasil tes
sifilis positif dikali 100%.

Indikator ini digunakan untuk melihat jumlah pasien sifilis yang diobati sesuai standar.

Rumus :

Target capaian tahun 2020-2024 sebesar 95%.


Sumber data untuk mencapai indikator tersebut antara lain:
o Pencatatan dan pelaporan jumlah pasien dengan hasil tes positif sifilis di layanan
kesehatan yang terintegrasi dengan SIHA dan telah melapor di Laporan Penyakit
Infeksi Menular Seksual (PIMS) Sistem Informasi HIV/AIDS & IMS (SIHA).
o Pencatatan dan pelaporan jumlah pasien diobati sifilis di layanan kesehatan yang
terintegrasi dengan SIHA dan telah telah melapor di Laporan Penyakit Infeksi
Menular Seksual (PIMS) Sistem Informasi HIV/AIDS & IMS (SIHA).

3. PROGRAM KUSTA DAN FRAMBUSIA


3.1 Program Kusta

Indikator Program Kusta merupakan alat ukur kinerja dan kemajuan program (maker
of progress) serta untuk mempermudah analisis data. Kemajuan atau keberhasilan
program Penanggulangan Kusta dinilai dari beberapa indicator,sebagai berikut :

1. Penderita Kusta Terdaftar dan Angka Penderita Kusta Terdaftar (Prevalence dan
Prevalence Rate = PR)

Merupakan jumlah penderita kusta PB dan MB terdaftar atau yang mendapatkan


pengobatan pada saat tertentu per 10.000 penduduk. Angka ini menunjukkan besarnya
masalah disuatu daerah ,menentukan beban kerja,dan sebagai alat evaluasi.

Target : < 1 per 10.000 penduduk.

Strategi : pencatatan dan pelaporan yang benar dan tepat waktu

Rumus :

2. Angka penemuan Penderita Kusta Baru (Case Detection Rate = CDR)

43
Adalah jumlah penderita kusta yang baru ditemukan pada periode 1 (satu) tahun per
100.000 penduduk. Merupakan indkator yang bermanfaat dalam menetapkan
besarnya masalah dan transmisi yang sedang berlangsung. Selain itu, juga
dipergunakan untuk menghitung jumlah kebutuhan obat serta menunjukkan aktivitas
program.

Target : < 5 per 100.000 penduduk

Strategi : Edukasi kepada seluruh tenaga kesehatan tentang penyakit kusta (terutama
gejala utamanya / Cardinal Sign) dan pencarian kasus secara aktif

Rumus :

3. Proporsi Penderita Kusta Baru dengan Cacat Tingkat 2

Adalah jumlah Penderita kusta cacat tingkat 2 yang ditemukan diantara penderita kusta
baru pada periode 1 (satu) tahun. Angka ini bermanfaat untuk menunjukkan keterlambatan
antara kejadian penyakit dan penegakkan diagnosa (keterlambatan penderita kusta mencari
pengobatan atau keterlambatan petugas dalam penemuan penderita kusta). Target : < 5%

Strategi untuk mencegah cacat tk.2 adalah MDT harus diambil sendirii oleh pasien,
pengelola program melakukan POD (Prevention of Disability) kepada pasien setiap kali
mengambil obat dan mengisi kartu penderita dengan benar. Mengedukasi pasien bagaimana
cara perawatan bagian tubuh yang cacat bila pasien sudah cacat

Rumus :

4. Proporsi Penderita Kusta Baru pada Anak

Merupakan proporsi kusta baru pada anak usia < 15 tahun.Indikator tersebut dapat
digunakan untuk melihat keadaan penularan saaat ini dan memperkirakan kebutuhan obat.

Target : < 5%

Strategi : melakukan screening di sekolah dan saat PISPK dengan menggunakan Form
Temukan Bercak

Rumus :

5. Angka Kesembuhan atau Release From Treatment (RFT) Rate

Angka ini sangat penting dalam menilai kualitas tata laksana penderita dan kepatuhan
penderita kusta dalam minum obat.

44
a. RFT Rate MB

Jumlah penderita kusta baru MB dari periode Kohort 1 (satu) tahun yang sama yang
menyelesaikan pengobatan tepat waktu (12 dosis dalam 12-18 bulan) dinyatakan dalam
persentase.

Rumus :

Target : 98 %

b. RFT Rate PB

Jumlah kasus baru PB dari periode kohort 1 tahun yang sama yang menyelesaikan
pengobatan tepat waktu (6 dosis dalam 6-9 bulan) dinyatakan dalam persentase.

Rumus :

Target : 100 %

Strategi agar RFT rate PB dan MB tercapai adalah dengan mengedukasi pasien sejak
awal pengobatan bahwa kusta dapat disembuhkan dengan minum obat secara teratur dan
segera menghubungi pasien/keluarganya bila terlambat mengambil MDT

3.2 Frambusia

Indikator Program Frambusia adalah Zero Reporting .Tangerang Selatan merupakan


Kota Non Endemis Frambusia.Strategi untuk mencapai Zero Reporting adalah dengan
melakukan skrining di Puskesmas dan SD/MI terhadap koreng dengan menggunakan
Form Temukan Bercak Dan Koreng

4. PROGRAM ISPA
a. Penemuan kasus Pneumonia balita

Jumlah balita yang ditemukan dengan nafas cepat atau terdapat TDDK (Tarikan Dinding
dada ke dalam).

Rumus:

45
Target: 65%

b. Balita pneumonia mendapatkan tatalaksana sesuai standar

Jumlah balita pneumonia yang ditemukan mendapatkan tatalaksana sesuai standar.

Rumus :

Target : 52%

c. Tatalaksana Pneumonia
· Menilai anak batuk dan atau kesukaran bernapas
· Klasifikasi pneumonia
· Diagnosa pneumonia
· Pengobatan dan rujukan
· Konseling ibu
· Monitoring dan evaluasi

5. PROGRAM HEPATITIS
a. Definisi operasional

Seluruh ibu hamil Trimester 1-3 dilakukan deteksi dini Hepatitis

Rumus:

Target : 90%

b. Pelaksanaan
· Saat bumil datang untuk memeriksakan kandungan

46
· Bila hasil Positif, beri penjelasan tindak lanjut dan rencana rujuk ke RS untuk
layanan lanjutan kasus hepatitis B ibu nya; Partus sesuai kondisi ada /tidaknya
penyulit
· Bayi yg dilahirkan dari ibu dengan HBsAg reaktif diberikan Vit K, HBIG dan
HBO segera setelah bayi lahir < 12 jam, dan vaksinasi hepatitis B berikutnya
sesuai program imunisasi nasional.
· Saat bayi berumur 9 – 12 bulan perlu dilakukan pemeriksaan kembali status
HBSAg bayi tersebut
· Bila hasil HBsAg reaktif rujuk ke RS yang mampu melakukan Tatalaksana
Hepatitis Virus

· Bayi yang dilahirkan dari ibu dengan HBsAg non-reaktif, diberikan vitamin K
dan HB 0 kurang 24 jam setelah kelahiran dan vaksinasi hepatitis B berikutnya
sesuai program imunisasi nasional.
c. Persyaratan mendapatkan HBIG
· Melakukan Deteksi dini pada Puskesmas sesuai wilayah domisili
· Apabila melakukan ANC di Rumah Sakit harus melaporkan ke Puskesmas
minimal tiga bulan sebelum tanggal persalinan
· HBIG hanya bisa diambil oleh tenaga kesehatan dari Rumah sakit yang
mengajukan
· Ketersediaan HBIG sesuai dengan alokasi dari Dinas kesehatan Provinsi banten.
· Apabila HBIG mengalami kekurangan atau keterlambatan ketersediaan ibu hamil
diperkenanka untuk melakukan pengadaan sendiri.

6. PROGRAM DIARE
a. Tatalaksana Diare Balita Sesuai standar

Persentase Kasus diare balita (usia 0-59 bulan) mendapatkan tatalaksana sesuai standar

Rumus:

b. Tata laksana Diare semua umur sesuai standar

Persentase Kasus diare balita (usia 0 - > 60 tahun) mendapatkan tatalaksana sesuai standar

47
Target : 80%

c. Tatalaksana Diare sesuai standar


· Rehidrasi Oral (pemberian Oralit Osmolaritas rendah)
· Berikan tablet Zinc selama 10 hari
· Berikan ASI dan makanan sesuai usia
· Berikan antibiotika sesuai indikasi
· Nasihat dan penyuluhan pada orang tua atau pengasuh.

7. PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT BESEUMBER BINATANG (P2B2) DBD,


CHIKUNGUNYA, KECACINGAN, FILARIASIS dan ZOONOSIS.

A. PROGRAM DBD
1. Indikator
1). Angka Kesakitan/ Incidence Rate (IR)

Angka Kesakitan adalah angka yang menunjukkan proporsi kasus/ kejadian (baru)
penyakit dalam suatu populasi. Angka Kesakitan merupakan jumlah orang yang
menderita penyakit dibagi jumlah total populasi dalam kurun waktu tertentu dikalikan
konstanta.

Target IR 40/100.000 Penduduk dan menurun 1% setiap tahunnya.

Kegiatan jumlah kasus baru yang di laporkan baik dari RS, Puskesmas dan layanan
kesehatan lainya di buktikan dengan hasil laboratorium dengan nilai trombosit
terendah >100.000 dan kenaikan HT 20%.

2). Angka Kematian/ Case Fatality Rate (CFR)

CFR adalah persentase kematian yang diakibatkan dari suatu penyakit dalam suatu
kurun waktu tertentu.

48
CFR atau Case Fatality Rate adalah jumlah kematian yang di temukan di wilayah
terjangkit DBD dengan di buktikan dengan surat kematian dari Rumah Sakit.
Adapun target CFR adalah <1%.

3). Attack Rate (AR)

Ukuran epidemiologi pada saat terjadi KLB, untuk menghitung kasus pada populasi
berisiko disuatu wilayah dan waktu tertentu.

Attacke Rate (AR) di gunakan pada saat terjadi KLB yaitu peningkatan 2 (dua) kali
lipat dari bulan yang sama dengan tahun sebelumnya.

4). Angka Bebas Jentik (ABJ)

ABJ adalah persentase jumlah rumah/bangunan yang tidak terdapat jentik.

Target Angka Bebas Jentik (ABJ) > 95% dan di laporkan ke Dinas Kesehatan Kota
Tangerang Selatan setiap bulannya baik melaporkan ke aplikasi SILANTOR dan
laporan bulanan melalui email.

5). Diagnosa dan Pemeriksaan Penunjang DBD

1) Diagnosa DBD

1. Demam Dengue (DD)


2. Demam Berdarah Dengue (DBD)
3. Sindrom Syok Dengue (SSD)
4. Expanded Dengue Syndrom (EDS)

2) Pemeriksaan

1. Hematologi
2. Radiologi
3. Serologi

49
B. PROGRAM CHIKUNGUNYA

Indikator Program Chikungunya

1. Penanganan dan pengendalian kasus sesuai standar 100%

A) Tahap pelaksanaan di lingkungan sesuai dengan SOP pengendalian kasus


yaitu Penyelidikan Epidemiologi (PE), dan di lakukan penyemprotan
fogging 2 (dua) siklus interval 1 (satu) minggu jika di temukan penyebaran
kasus chikungunya pada wilayah tersebut

B) untuk penanganan pasien di obati sintomatis dan di ambil sampel darah untuk
di kirim ke BTKL Jakarta guna penegakan diagnosa chikungunya.

C. PROGRAM KECACINGAN

1. Indikator Program Kecacingan

1) Sasaran Program Pencegahan Obat Massal (POPM) Cacingan, anak usia 1 s.d 12 tahun

2) Jenis dan frekuensi pemberian obat cacing

 Obat yang digunakan : Albendazole tablet kunyah dan suspensi dosis tunggal
 Frekuensi POPM Cacingan :

Prevalensi ≥ 20% - 50% : 1 kali/tahun

Prevalensi ≥ 50% : 2 kali/tahun

 Dosis obat :

12 – 23 bulan : 200 mg atau ½ tablet/botol atau 5 ml

2 – 12 tahun : 400 mg atau 1 tablet/botol atau 10 ml

3) Pelaksanaan POPM Kecacingan

Berdasarkan surat dari kemenkes RI Prihal: Pelaksanaan Pemberian Obat


Pencegah Massal Cacingan di Daerah Intervensi Stunting Tahun 2021, Nomor:
PV.04.02/1/ 11767 /2020.

Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) pada penduduk sasaran usia 1-12
tahun dilaksanakan 2x setahun dengan interval 6 bulan

D. PROGRAM FILARIASIS

Indikator Program

Jumlah Puskesmas endemis filariasis berhasil menurunkan angka mikrofilaria <1% atau
tidak di temukan laki kasus filariasis baru, untuk pelaporan setiap ada kasus melaporkan ke
dinas kesehatan dan 1 x 24 di lakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE)

E. ZOONOSIS

Indikator Program Zoonosis

Program Gigitan Hewan Pembawa Rabies (GHPR)

50
Jenis kegiatan penanganan kasus GHPR sesuai standar

 Cuci luka selama 15 (lima belas) menit menggunakan sabun dan air mengalir
 Melakukan penyuntikan/Vaksin Anti Rabies (VAR) sebanyak 3 (tiga) kali pada
hari ke 0-7-28.
 Melakukan pelaporan setiap bulannya ke Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

8. PROGRAM IMUNISASI

Imunisasi program adalah imunisasi yang di wajibkan kepada seseorang sebagai bagian dari
masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Imunisasi program terdiri dari :

- Imunisasi rutin
- Imunisasi tambahan
- Imunisasi khusus

Imunisasi diberikan pada sasaran yang sehat ,untuk itu diperlukan skreaning

untuk menilai kondisi sasaran, meliputi :

1. Kondisi sasaran
2. Jenis dan manfaat vaksin yang diberi
3. Akibat bila tidak diimunisasi
4. Kemungkinan KIPI yang upaya yang harus dilakukan
5. Jadwal imunisasi berikutnya

DEFINISI OPERASIONAL

Imunisasi BCG Imunisasi BCG untuk mencegah penyakit Tuberkulosis

Imunisasi DPT 1-3 Imunisasi DT 1-3 untuk mencegah penyakit Difteri, Pertusis
dan Tetanus

Imunisasi Campak Imunisasi Campak untuk mencegah penyakit Campak

Imunisasi MR Imunisasi MR untuk mencegah penyakit Campak & Rubella

Imunisasi HB 0-3 Imunisasi HB 0-3 untuk mencegah penyakit Hepatitis B

Imunisasi Hib 1-3 Imunisasi Hib 1-3 untuk mencegah penyakit Haemophilus
Influenza tipe b

Imunisasi Polio 1-4 , IPV Imunisasi Polio 1-4, IPV untuk mencegah penyakit Polio

Imunisasi DT,Td Imunisasi DT untuk mencegah penyakit Difteri & Tetanus

51
Imunisasi rutin adalah Kegiatan imunisasi yang secara rutin dan terus menerus harus dilaksanakan
pada periode waktu yang telah ditetapkan, berdasarkan kelompok usia sasaran dan tempat
pelayanan

a. Imunisasi dasar adalah adalah Kegiatan imunisasi yang secara rutin dan terus menerus
diberikan pada bayi sebelum berusia 1 ( satu ) tahun.

Umur Jenis Interval minimal untuk


jenis imunisasi yang
sama

0 – 24 Jam Hepatitis B

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2

3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3 1 Bulan

4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV

9 bulan Campak

Rumus Penghitungan :

- Menghitung Jumlah Bayi :

Jumlah Bayi = Jumlah Penduduk x CBR

- Menghitung sasaran Bayi dan Surviving Infant :

Surviving Infant/SI = ( Jumlah bayi – ( Jumlah bayi x IMR )

- IMR ( Infant Mortality Rate )= Angka Kematian Bayi


- Angka Kematian bayi di Banten 40/1000 kelahiran hidup = 0,04

1. Kunjungan Imunisasi Hepatitis ( HB 0 )

Jumlah kunjungan bayi usia < 24 jam - < 7 hari yang mendapat
imunisasi HB0 sesuai standart di wilayah kerja kabupaten/kota
Cakupan Imunisasi = tersebut dalam kurun waktu satu tahun
HB 0 ----------------------------------------------------------------------- x 100 %
Jumlah sasaran bayi di wilayah kerja kabupaten/kota tersebut
dalam kurun waktu satu tahun yang sama
2. Kunjungan Imunisasi BCG, Polio 1

Jumlah kunjungan bayi usia 1 bulan yang mendapat

52
imunisasi BCG, Polio 1 sesuai standart di wilayah kerja
kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun
Cakupan Imunisasi= ------------------------------------------------------------------------- x 100 %
BCG, Polio 1 Jumlah sasaran bayi di wilayah kerja kabupaten/kota tersebut
dalam kurun waktu satu tahun yang sama
3. Kunjungan Imunisasi DPT-HB-Hib 1, Polio 2

Jumlah kunjungan bayi usia 2 bulan yang mendapat


Imunisasi DPT-HB-Hib 1, Polio 1 sesuai standart di wilayah kerja
kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun
Cakupan Imunisasi= ------------------------------------------------------------------------- x 100 %
DPT-HB-Hib 1, Jumlah sasaran Surviving infant/SI di wilayah kerja kabupaten/kota
Polio 2 tersebut dalam kurun waktu satu tahun yang sama

4. Kunjungan Imunisasi DPT-HB-Hib 2, Polio 3

Jumlah kunjungan bayi usia 3 bulan yang mendapat

Imunisasi DPT-HB-Hib 2, Polio 3 sesuai standart di wilayah

kerja kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun

Cakupan Imunisasi= ------------------------------------------------------------------------- x 100 %

DPT-HB-Hib 2, Jumlah sasaran Surviving infant/SI di wilayah kerja kabupaten/kota

Polio 3 tersebut dalam kurun waktu satu tahun yang sama

5. Kunjungan Imunisasi DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV

Jumlah kunjungan bayi usia 4 bulan yang mendapat

Imunisasi DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV sesuai standart di wilayah

kerja kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun

Cakupan Imunisasi= -------------------------------------------------------------------------- x 100 %

DPT-HB-Hib 3, Jumlah sasaran Surviving infant/SI di wilayah kerja kabupaten/kota

Polio 4 , IPV tersebut dalam kurun waktu satu tahun yang sama

6. Kunjungan Imunisasi Campak

53
Jumlah kunjungan bayi usia 9 bulan yang mendapat

Imunisasi Campak sesuai standart di wilayah

kerja kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun

Cakupan Imunisasi= -------------------------------------------------------------------------- x 100 %

Campak Jumlah sasaran Surviving infant/SI di wilayah kerja kabupaten/

Kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun yang sama

7. Kunjungan Imunisasi Campak Lanjutan ( Booster )

Jumlah kunjungan bayi usia 18 – 24 bulan yang mendapat

Imunisasi Campak lanjutan sesuai standart di wilayah

kerja kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun

Cakupan Imunisasi= ------------------------------------------------------------------------- x 100 %

Campak lanjutan Jumlah sasaran Surviving infant/SI di wilayah kerja kabupaten/

(MR ) Kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun yang sama

8. Kunjungan Imunisasi Pentavalent lanjutan ( Booster )

Jumlah kunjungan bayi usia 18 – 24 bulan yang mendapat

Imunisasi Pentavalent lanjutan sesuai standart di wilayah

kerja kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun

Cakupan Imunisasi= -------------------------------------------------------------------------- x 100 %

Pentavalent lanjutan Jumlah sasaran Surviving infant/SI di wilayah kerja kabupaten/

Kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun yang sama

9. Kunjungan BIAS Campak/MR

Jumlah kunjungan anak Kelas 1 SD yang mendapat

Imunisasi Campak sesuai standart di wilayah

kerja kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun

Cakupan BIAS = --------------------------------------------------------------------------- x 100 %

Campak/MR Jumlah sasaran total anak kelas 1 SD di wilayah kerja kabupaten/

Kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun yang sama

10. Kunjungan Imunisasi DT

54
Jumlah kunjungan anak kelas 1 SD yang mendapat

Imunisasi DT sesuai standart di wilayah

kerja kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun

Cakupan Imunisasi= -------------------------------------------------------------------------- x 100 %

DT Jumlah sasaran total anak kelas 1 SD di wilayah kerja kabupaten/

Kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun yang sama

11. Kunjungan Imunisasi Td

Jumlah kunjungan anak kelas 2 dan 5 SD yang mendapat

Imunisasi Td sesuai standart di wilayah

kerja kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun

Cakupan Imunisasi= -------------------------------------------------------------------------- x 100%

Td Jumlah sasarantotal anak kelas 2 dan 5 SD di wilayah kerja

Kabupaten/Kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun yang

12. Kunjungan Imunisasi Td2 Bumil

Jumlah kunjungan Bumil yang mendapat


Imunisasi Td2 sesuai standart di wilayah
kerja kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun
Cakupan Imunisasi= -------------------------------------------------------------------------- x 100 %
Td 2 Bumil Jumlah sasaran total Bumil di wilayah kerja
Kabupaten/Kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun yang
sama

13. Drop Out DPT/HB1-DPT/HB3

Jumlah kunjungan bayi DPT 1 dikurangi kunjungan DPT 3


yang mendapat sesuai standart di wilayakerja kabupaten/kota
tersebut dalam kurun waktu satu tahun
DO D1-D3 = -------------------------------------------------------------------------- x 100 %
Jumlah kunjungan DPT 1 di wilayah kerja kabupaten/kota
tersebut dalam kurun waktu satu tahun yang sama

14. Drop Out DPT/HB1- Campak

55
Jumlah kunjungan bayi DPT 1 dikurangi kunjungan Campak
yang mendapat sesuai standart di wilayah kerja kabupaten/kota
tersebut dalam kurun waktu satu tahun
DO D1-Campak = ------------------------------------------------------------------------- x 100 %
Jumlah kunjungan DPT 1 di wilayah kerja kabupaten/kota
tersebut dalam kurun waktu satu tahun yang sama

15. Kelurahan UCI


Jumlah desa/kelurahan UCI di wilayah kerja
kabupaten/kota tersebut
Cakupan Desa/Kel. UCI = --------------------------------------------------------------x 100 %
Seluruh desa/kelurahan di wilayah kerja kabupaten/kota
tersebut

16. Imunisasi Dasar Lengkap ( IDL )


Jumlah kunjungan bayi yang mendapat imunisasi dasar lengkap
Sesuai standart di wilayah kerja kabupaten/kota tersebut dalam
kurun waktu satu tahun
Cakupan IDL = --------------------------------------------------------------------- x 100 %
Jumlah sasaran bayi di wilayah kerja kabupaten/kota
tersebut dalam kurun waktu satu tahun yang sama

b. Imunisasi lanjutan adalah Merupakan ulangan imunisasi dasar untuk mempertahankan tingkat
kekebalan dan untuk memprpanjng masa perlindungan anak yang sudah mendapatkan
imunisasi dasar.
Imunisasi lanjutan diberikan pada :
1. Anak usia bawah dua tahun ( Baduta )
2. Anak usia sekolah dasar ( BIAS )
3. Wanita usia subur ( WUS )

Jadwal imunisasi lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun

Umur Jenis Imunisasi Interval minimal setelah


imunisasi dasar
18 bulan DPT-HB-Hib 12 bulan dari DPT,HB,Hib 3
Campak 6 bulan dari Campk dosis

56
pertama

Jadwal imunisasi lanjutan pada Anak Usia Sekolah ( BIAS )


Sasaran Imunisasi Waktu Pelaksanaan
Kelas 1 SD Campak Agustus
Dt November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 5 SD Td November

Jadwal imunisasi lanjutan pada Wanita Usia Subur ( WUS )


Status Imunisasi Interval Miniml Masa Perlindungan
Pemberian
T1 - -
T2 4 minggu setelah T1 3 tahun
T3 4 minggu setelah T2 5 tahun
T4 4 minggu setelah T3 10 tahun
T5 4 minggu setelah T4 Lebih dari 25 tahun

9. PROGRAM SURVEILANS DAN PENANGGULANGAN KRISIS


a. Presentase Sinyal Kewaspadaan Dini yang direspon
Unit Surveilans Kabupaten/Kota
unit surveilans Kabupaten/kota harus melakukan pemeriksaan setiap minggu terhadap seluruh
laporan penyakit yang telah dientri dalam sistem aplikasi. Apabila ditemukan alert/sinyal
maka petugas kabupaten/kota menghubungi petugas puskesmas untuk melakukan klarifikasi
terhadap sinyal tersebut. Apabila hasil klarifikasi benar menunjukan sebagai KLB maka
selanjutnya petugas surveilans kabupaten/kota menghubungi petugas laboratorium untuk
mengambil spesimen dan memeriksa spesimen tersebut. Apabila laboratorium provinsi tidak
memiliki kemampuan dalam melakukan pemeriksaan spesimen tertentu maka dapat meminta
bantuan Laboratorium Rujukan Nasional.

Melaksanakan investigasi Pendahuluan


Langkah pertama investigasi KLB adalah melakukan konfirmasi KLB dan melihat
besarnya masalah KLB tersebut. Tim Provinsi dan Kabupaten/kota akan bergabung dengan
petugas dari Puskesmas dan memulai investigasi dan menemukan kasus secara aktif.
Setiap KLB diinvestigasi dengan menggunakan format PE KLB khusus sesuai dengan
penyakitmya bila tidak tersedia format PE KLB khusus penyakit tertentu dapat menggunakan
format PE KLB umum. Semua informasi tentang kasus KLB tersebut dicatat dalam program
Spread Sheet (program Microsoft Excel). Kemudian melakukan analisa data diprogram seperti
Epi info atau Epi Data untuk menghasilkan analisa deskriptif menurut waktu, tempat dan
orang.

57
Pada saat yang sama respon tim sebaiknyak melakukan
- Rencana pengambilan sample klinis dan lingkungan
- Formulasi hipotesis mengenai sumber pajanan dan cara penularan.
- Tes hipotesis
- Menulis laporan dan rekomendasi
Melakukan tindakan pengendalian awal dengan segera meliputi :
- Tatalaksana kasus
- Pengendalian infeksi
- Pencarian kontak kasus
- Pengendalian lingkungan
- Mobilisasi sosial
- Komunikasi, informasi dan Edukasi kepada masyakarat

b. Penemuan Kasus Discarded Campak ≥ 2 per 100.000 penduduk


Penyakit campak dikenal juga sebagai morbili atau measles, merupakan penyakit yang
sangat menular (infeksius) disebabkan oleh morbilivirus yang merupakan virus RNA. Campak
akan menyerang hampir 100% anak yang tidak kebal terhadap virus tersebut. Rubela
disebabkan oleh togavirus jenis Rubivirus yang juga termasuk golongan virus RNA. Virus
campak maupun rubela cepat mati oleh sinar ultraviolet, bahan kimia, bahan asam dan
pemanasan. Virus Rubela dapat melalui sawar plasenta sehingga bila mnginfeksi janin pada
masa awal khemailan akan menyebabkan abortus, lahir mati atau cacat bawaan apabila bayi
tetap hidup.
Dengan mempertimbangkan beban penyakiot rubela dan CRS yang terus meningkat maka
seluruh negara anggota WHO/SEARO termasuk juga Indonesia telah menetapkan target
pencapaian eliminasi campak dan pengendalian rubela/CRS pada tahun 2020. Namun
dikarenakan beberapa negara wilayah SEARO termasuk Indonesia tidak mencapai target tahun
2020 tersebut. Oleh karena itu target regional telah ditetapkan menjadi mencapai eliminasi
campak dan rubela/CRS pada tahun 2023.
1) Kebijakan Surveilans Campak-Rubela
a) Melaksanakan surveilans demam dan ruam maculopapular untuk penemuan kasus
suspek campak-rubela;
b) Mencapai discarded rate campak-rubela ≥ 2 per 100.000 penduduk yang merata di
setiap kabupaten/kota setiap tahun dan mempertahankannya;
c) Mencapai kofirmasi laboratorium terhadap kasus suspek campak (CBMS) 100% setiap
tahun dan mempertahankannya;
d) Setiap kasus suspek campak dilakukan PE dalam 2 x 24 jam;
e) Setiap KLB Suspek Campak dilakukan PE menyeluruh dalam 2 x 24 jam;
f) Melakukan pengambilan spesimen urin minimal 1 kasus per kab/kota/tahun
2) Indikator Kinerja
a) Rutin
- Discarded rate (kasus bukan campak dan bukan rubel) secara nasional ≥ 2 per 100.000
penduduk.

58
- Persentase kabupaten/kota melaporkan discarded rate (kasus bukan campak dan bukan
rubela) ≥ 2 per 100.000 penduduk ≥ 80%
- Kasus supek campak yang diinvestigasi adekuat (< 48 jam) ≥ 80%
- Kasus suspek campak-rubela yang diperiksa IgM ≥ 80%
- Kelengkapan laporan puskesmas (MR-01) ≥ 90 %
- Ketepatan laporan puskesmas (MR-01) ≥ 80 %
- Kelengkapan laporan Surveilans Aktif Rumah Sakit ≥ 90 %
- Spesimen adekuat untuk pemeriksaan IgM ≥ 80 %
- Spesimen adekuat untuk pemeriksaan virologi ≥ 80 %
b) KLB
- Kelengkapan laporan MR-KLB ≥ 90 %
- KLB dilakukan investigasi menyeluruh 100 %
- KLB dilakukan investigasi < 48 jam ≥ 80 %
- KLB suspek campak yang diperiksa virologi ≥ 80 %
Surveilans Campak-Rubela dilaksanakan di setiap tingkat sesuai dengan peran dan
kewenangan masing-masing.

3) Penemuan Kasus
- Melakukan penemuan suspek campak dengan gejala demam dan ruam maculopapular,
selanjutnya wajib dilakukan penyelidikan epidemiologi dalam waktu 2x24 jam setelah suspek
ditemukan.
- Hasil investigasi diisi ke dalam Form investigasi kasus suspek campak-rubela (Form MR-01)
yang dibuat untuk masing-masing suspek (form individual).
- Melibatkan peran aktif kader atau petugas desa siaga, dalam pencarian kasus suspek campak
di masyakarat, dan segera melaporkan ke petugas puskesmas.
- Pada saat melakukan penyelidikan epidemiologi, petugas puskesmas juga mencari kasus
tambahan lainnya dengan menanyakan apakah ada kasus yang sama di keluarga atau tempat
lain. Jika jumlah kasus memenuhi kriteria KLB, maka dilakukan penanggulangan KLB
campakrubela.
- Melakukan verifikasi jika ada rumor/issue di masyarakat, media massa dan atau media sosial
dalam waktu <24 jam sejak sinyal diterima.

59
4) Pengambilan Spesimen
- Setiap suspek campak yang ditemukan di puskesmas diambil spesimen serum (maksimum
pada hari ke-28 dari tanggal ruam).
- Melakukan pengambilan spesimen urin terhadap kasus suspek campak dengan gejala
tambahan batuk, pilek atau conjuctivitis minimal 1 kasus per kab/kota/tahun (berkoordinasi
dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota).
- Pada KLB suspek campak, spesimen urin diambil sebanyak maksimal 5 kasus suspek campak
dengan gejala tambahan batuk, pilek atau conjuctivitis
- Spesimen urine diambil maksimum pada hari ke-5 dari tanggal ruam.
5) Penyimpanan dan Pengiriman Spesimen
- Petugas puskesmas mengambil spesimen serum dan memasukkan kedalam tabung yang telah
diberi label: nama, umur dan tanggal ambil. Spesimen serum diambil maksimum pada hari ke-
28 dari tanggal ruam.
- Simpan spesimen serum ke dalam refrigerator dengan suhu 2-8 ˚C, dan dikirim ke kabupaten/
kota/provinsi setiap Senin dan Kamis disertai form MR-01.
- Spesimen urin dikirim ke laboratorium dengan suhu 2-8 ˚C dalam waktu 1x24 jam setelah
pengambilan.
- Pengiriman dan pengepakan spesimen harus adekuat (volume minimal 1 cc dan suhu 2-8 ˚C
sampai ke laboratorium)
6) Pencatatan Pelaporan
- Setiap kasus suspek campak baik rutin maupun KLB dicatat dalam Form investigasi kasus
suspek campak dan rubela (Form MR-01) kemudian setiap hari Senin dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota (Dinkes Kab/Kota) dengan melampirkan Form MR-01 melalui
mekanisme pelaporan yang ditentukan (WA, email, dsb) dan dilaporkan melalui mekanisme
SKDR.
- Pastikan setiap kolom pada Form MR-01 (kecuali nomor EPID, karena nomor EPID diberikan
oleh Dinkes Kab/Kota) diisi dengan benar.
7) Analisis Data dan Diseminasi Informasi
- Setiap seminggu sekali dilakukan analisis data untuk mengetahui adanya peningkatan kasus
berdasarkan wilayah kejadian. Analisis data berdasarkan orang, tempat, dan waktu.
- Hasil analisis data disampaikan pada saat kegiatan minilokarya lintas program dan lintas
sektor.

c. Penemuan Kasus AFP Non Polio ≥ 2 per 100.000 penduduk Usia ˂ 15 tahun
1. Pengertian
- Kasus AFP adalah semua anak berusia kurang dari 15 Tahun dengan kelumpuhan yang
sifatnya Flacid (layuh) terjadi secara akut (mendadak) dan bukan disebabkan oleh
rudapaksa.
- Kasus AFP non Polio adalah kasus AFP yang pada pemeriksaan spesimennya tidak
ditemukan virus polio liar atau kasus AFP yang ditetapkan oleh Tim ahli sebagai kasus
AFP non Polio dengan kriteria tertentu.
2. Definisi Operasional

60
Jumlah kasus AFP Non Polio yang ditemukan diantara 100.000 penduduk < 15 tahun
pertahun di satu wilayah kerja tetentu

3. Cara Perhitungan Rumus


- Rumus

Non polio AFP rate = Jumlah kasus AFP non polio yang dilaporkan x 100

Per 100.000 penduduk Jumlah penduduk < 15 tahun

- Pembilang

Jumlah kasus AFP non Polio pada penduduk < 15 tahun di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu

- Penyebut

Jumlah Penduduk , 15 tahun di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama

- Ukuran Konstanta

Proporsi per 100.000 penduduk

- Sumber Data
a. Form Pelacakan FP.1
b. Laporan W2
- Target

Target tiap tahun ≥ 2/100.000 penduduk dibawah 15 tahun

- Langkah kegiatan
a. Sosialisasi
b. Pencarian kass
c. Pengambilan specimen ( tinja )
- SDM
a. Dokter spesialis
b. Dokter uum
c. Epidemiolog kesehatan
d. Perawat
e. Bidan
f. Pranata laboratorium kesehatan

10. PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR

Pelayanan Kesehatan Pada Usia Produktif

a. Pernyataan Standar

61
Setiap warga negara usia 15 tahun sampai 59 tahun mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan dalam
bentuk edukasi dan skrining kesehatan sesuai standar kepada warga negara usia 15-59 tahun
di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.

b. Pengertian Pelayanan kesehatan usia produktif sesuai standar meliputi :


1) Edukasi kesehatan
2) Skrining faktor risiko penyakit menular dan penyakit tidak menular.

c. Mekanisme Pelayanan
1) Penetapan sasaran usia produktif (berusia 15-59 tahun) diwilayah kabupaten/kota dalam satu
tahun menggunakan data proyeksi BPS atau data riil yang diyakini benar, dengan
mempertimbangkan estimasi dari hasil survei/ riset yang terjamin validitasnya, yang
ditetapkan oleh Kepala Daerah.
2) Pelayanan edukasi pada usia produktif adalah Edukasi yang dilaksanakan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dan/atau UKBM.
3) Pelayanan Skrining faktor risiko pada usia produktif adalah skrining yang dilakukan minimal
1 kali dalam setahun untuk penyakit menular dan penyakit tidak menular, meliputi:
a) Pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar perut.
b) Pengukuran tekanan darah.
c) Pemeriksaan gula darah.
d) Anamnesa perilaku berisiko.

4) Tindaklanjut hasil skrining kesehatan meliputi:


a) Melakukan rujukan jika diperlukan.
b) Memberikan penyuluhan kesehatan

d. Capaian Kinerja

1) Definisi operasional
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan kesehatan
usia produktif dinilai dari persentase orang usia 15–59 tahun yang mendapat pelayanan skrining
kesehatan sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.

2) Rumus Perhitungan

Jumlah orang usia 15–59 tahun di kab/kota yang


mendapat pelayanan skrining kesehatan sesuai
standar dalam kurun waktu satu tahun
Persentase orang usia 15–59
tahun mendapatkan skrining = _________________________________ x 100%
s Jumlah orang usia 15–59 tahun di kab/kota dalam kurun waktu satu
tahun yang sama

62
Catatan:
Nominator: Jumlah orang usia 15–59 tahun di wilayah kerja yang mendapat pelayanan skrining
kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
Denominator: Jumlah orang usia 15–59 tahun di wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun
yang sama.

Standar Jumlah dan Kualitas Barang dan/atau Jasa


No Barang Jumlah Fungsi

1 Pedoman dan media KIE perpuskesmas Panduan dalam


Minimal 2
melakukan skrining

kesehatan

sesuai standar

2 - Alat ukur berat badan, Sesuai jumlah Melakukan

- Alat ukur tinggi badan, sasaran Skrining

- Alat ukur lingkarperut, kesehatan

- Tensimeter,

- Glukometer,

- Tes strip gula darah,

- Lancet

- Kapas alkohol,

3 Formulir pencatatan dan Sesuai kebutuhan Pencatatan dan

pelaporan pelaporan

Aplikasi Sistem Informasi

Penyakit Tidak Menular (SI

PTM)

2. Standar Jumlah dan Kualitas Personil/Sumber daya Manusia Kesehatan


a. Tenaga kesehatan:
1) Dokter, atau
2) Bidan, atau
3) Perawat
4) Gizi
5) Tenaga kesehatan masyarakat
b. Tenaga non kesehatan terlatih atau mempunyai kualifikasi tertentu, kader kesehatan

63
Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi

a. Pernyataan Standar
Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar. Pemerintah
daerah kabupaten/kota wajib memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar kepada seluruh
penderita hipertensi usia 15 tahun ke atas sebagai upaya pencegahan sekunder di wilayah
kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.

b. Pengertian
Pelayanan kesehatan penderita hipertensi sesuai standar meliputi:
1) Pengukuran tekanan darah
2) Edukasi

c. Mekanisme Pelayanan
1) Penetapan sasaran penderita hipertensi ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan menggunakan
data RISKESDAS terbaru yang di tetapkan oleh Menteri Kesehatan.
2) Pelayanan kesehatan hipertensi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang meliputi:
- Pengukuran tekanan darah dilakukan minimal satu kali sebulan di fasilitas pelayanan
kesehatan
- Edukasi perubahan gaya hidup dan/atau kepatuhan minum obat
- Melakukan rujukan jika diperlukan Keterangan: Tekanan Darah Sewaktu (TDS) lebih
dari 140 mmHg ditambahkan pelayanan terapi farmakologi
-
d. Capaian Kinerja

1) Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai
standar bagi penderita hipertensi, dinilai dari persentase jumlah penderita hipertensi usia 15
tahun keatas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar di wilayah kerjanya
dalam kurun waktu satu tahun.

2) Rumus Perhitungan Kinerja

Jumlah penderita hipertensi usia≥15 tahun di dalam


wilayah kerjanya yang mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai standar dalam kurun
waktu satu tahun
Persentase penderita
Hipertensi mendapatkan = _________________________________ x 100 %
pelayanan kesehatan
sesuai standar Jumlah estimasi penderita hipertensi usia ≥15 tahun yang
berada di dalam wilayah kerjanya berdasarkan angka
prevalensi kab/kota dalam kurun waktu satu tahun

64
yang sama.

Catatan:
Nominator: Jumlah penderita hipertensi usia ≥15 tahun yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan
hipertensi sesuai standar terdiri dari: pengukuran dan monitoring tekanandarah,edukasi dan terapi
farmakologi.
Denominator: Jumlah estimasi penderita hipertensi usia ≥15 tahun yang berada di dalam wilayah
kerjannya berdasarkan angka prevalensi kab/kota dalam kurun waktu satu tahun yang sama.

Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus


a. Pernyataan Standar
Setiap penderita diabetes melitus mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar.Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan
kesehatan sesuai standar kepada seluruh penderita Diabetes Melitus (DM) usia 15 tahun ke
atas sebagai upaya pencegahan sekunder di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
b. Pengertian
Pelayanan kesehatan penderita diabetes melitus sesuai standar meliputi:
1) Pengukuran gula darah;
2) Edukasi

c. Mekanisme Pelayanan
1) Penetapan sasaran penderita diabetes melitus ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan
menggunakan data RISKESDAS terbaru yang di tetapkan oleh Menteri Kesehatan.
2) Pelayanan kesehatan diabetes mellitus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
meliputi:
a) Pengukuran gula darah dilakukan minimal satu kali sebulan di fasilitas pelayanan kesehatan
b) Edukasi perubahan gaya hidup dan/atau Nutrisi
c) Melakukan rujukan jika diperlukan
Keterangan:
Gula darah sewaktu (GDS) lebih dari 200 mg/dl ditambahkan pelayanan terapi farmakologi

d. Capaian Kinerja
1) Definisi Operasional
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai
standar bagi penderita DM dinilai dari persentase penderita DM usia 15 tahun ke atas yang
mendapatkan pelayanan sesuai standar di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun

2) Rumus Perhitungan Kinerja

Jumlah penderita diabetes mellitus


usia ≥15 tahun di dalam wilayah
kerjanya yang mendapatkan

65
Persentase Penderita pelayanan kesehatan sesuai standar
DM yang dalam kurun waktu satu tahun
mendapatkan = ______________________________ X 100%

Pelayanan kesehatan Jumlah estimasi penderita diabetes melitus


sesuai standar usia ≥15 tahun yang berada di dalam wilayah kerjanya
berdasarkan angka prevalensi kab/kota dalam kurun
waktu satu tahun yang sama.

Catatan:
Nominator : Jumlah penderita diabetes mellitus usia ≥15 tahun di dalam wilayah kerjanya yang
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun
Denominator : Jumlah estimasi penderita diabetes mellitus usia ≥15 tahun yang berada di dalam
wilayah kerjannya berdasarkan angka prevalensi kab/kota dalam kurun waktu satu tahun yang sama.

Program Deteksi dini Kanker leher rahim dan payudara


Deteksi dini kanker adalah deteksi dini kanker payudara ( SADANIS ) dan kenker leher Rahim
( IVA ) pada 80% populasi perempuan usia 30 -50 tahun atau perempuan yang memiliki riwayat
seksual aktif.
Pelaksana : Dokter terlatih dan Bidan terlatih

Capaian Kinerja
Cakupan perempuan usia 30 – 50 Tahun atau perempuan yang memiliki riwayat seksual aktif yang
mendapatkan deteksi dini kanker payudara dan kenker leher Rahim minimal 1 kali dalam setahun.
Rumus Perhitungan
Jumlah Perempuan usia 30-50 tahun yang dideteksi
Cakupan deteksi dini dini Kanker payudara dan leher rahim
Kanker payudara dan = ______________________________________ X 100%
Leher Rahim pada Jumlah seluruh perempuan usia 30 – 50 tahun
perempuan usia disuatu wilayah
30 – 50 tahun

Nominator : Jumlah perempuan usia 30 -50 tahun yang dideteksi dini kanker payudara dan leher
Rahim
Denominator : Jumlah seluruh Perempuan usia 30-50 tahun disuatu wilayah

Program Layanan Upaya berhenti Merokok ( UBM )


Pengertian
a. Kegiatan Layanan UBM adalah pemberian konseling kepada perokok untuk berhenti merokok di
FKTP
b. Kegiatan meliputi :
- Identifikasi klien
- Evaluasi dan motivasi
- Penentuan pilihan terapi yang akan diberikan

66
- Penyusunan rencana untuk menindaklanjuti / follow up yang sudah dilakukan
Sasaran : setiap warga perokok yang berkunjung ke klinik UBM
Pelaksana : Dokter, Dokter gigi, Perawat, Bidan

Capaian Kinerja :
Kabupaten / Kota yang memiliki paling kurang 40% FKTP melakukan layanan UBM

Rumus Perhitungan :
Jumlah Puskesmas ( FKTP ), Dokter praktik mandiri, klinik pratama
yang melakukan konseling UBM sesuai standar
______________________________________________________ X 100%
Jumlah Puskesmas ( FKTP ), Dokter praktik mandiri dan klinik pratama
yang terdapat di wilayah tersebut

Program Pelayanan Terpadu ( PANDU ) PTM


Pengertian
a. Kegiatan Pandu PTM adalah kegiatan penemuan dan penanganan kasus PTM dan manajemen
Faktor resiko PTM di FKTP secara terpadu
b. Pembinaan Puskesmas terhadap penyelenggaraan Posbindu PTM
c. Kegiatan manajemen faktor resiko meliputi :
 Wawancara usia, jenis kelamin, perilaku merokok, pola makan dan riwayat PTM
 Pengukuran Tekanan Darah
 Pemeriksaan kadar gula darah sewaktu
 Pemeriksaan kadar kolesterol
d. Penanganan penyandang PTM dan Program Rujuk balik

Sasaran
Setiap warga negara usia 15 tahun keatas yang memiliki faktor resiko dan menyandang PTM yang
berkunjung ke FKTP.
Dinas Kesehatan dan Puskesmas :
 Menetapkan sasaran program P2PTM menggunakan data angka kesakitan PTM, PRB,
temuan dan rujukan faktor resiko di kabupaten kota
 Berkoordinasi dan berkolaborasi dengan Bid Yankes dalam menerapkan kegiatan.
 Memastikan ketersediaan alat kesehatan, bahan habis pakai dan obat-obatan yang mendukung
PANDU.
 Memastikan adanya pedoman PPK 1 dan pedoman pengendalian PTM terpadu sebagai acuan
bagi petugas di FKTP
 Memastikan kegiatan tercatat dalam rekam medis dan dilaporkan dalam sistem pelaporan
 Memastikan prujukan FKRTL sesuai indikasi medis dan menangani kasus rujuk balik sesuai
standar.
 Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi secara berjenjang dan berkala.
Pelaksana : Dokter, Perawat dan Bidan
Capaian Kinerja :
67
Persentase Puskesmas yang melakukan pelayanan PTM secara Terpadu di kab / kota

Rumus Perhitungan :
Jumlah Puskesmas yang melakukan Pelayanan
PTM secara terpadu
_______________________________________ X 100%
Jumlah Puskesmas di kab/ kota
Catatan :
Nominator : Jumlah Puskesmas yang melakukan pelayanan PTM secara Terpadu
Denominator : Jumlah Seluruh Puskesmas di Kab / Kota

- VI. KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT (PERKESMAS)


Keperawatan Kesehatan Masyarakat adalah suatu bidang dalam keperawatan kesehatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan melibatkan/
mendorong peran serta aktif masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif, preventif,
secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara terpadu,
ditunjukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai suatu kesatuan yang
utuh, melalui proses keperawatanuntuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal
sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya.
- Sasaran Pelayanan Perkesmas
- 1. Sasaran Individu
 Sasaran individu adalah sesuai kebutuhan berdasarkan siklus hidup manusia, mulai dari ibu
hamil dan ibu bersalin, bayi dan ibu menyusui, balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa sampai
lanjut usia. Adapun sasaran prioritas individu antara lain bayi resiko tinggi, balita gizi buruk,
ibu hamil resiko tinggi, penderita penyakit TBC, hipertensi, kesehatan jiwa dan penyalahgunaan
NAPZA, perilaku yang tidak sehat.
 Target Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan : 100 orang individu per bulan per puskesmas

- 2. Sasaran Keluarga
 Sasaran keluarga diprioritaskan pada keluarga rentan terhadap masalah kesehatan atau beresiko
tinggi antara lain:
 a. Keluarga yang mempunyai masalah kesehatan (misalnya TBC, hipertensi, gangguan jiwa,
BBLR)
 b. Keluarga yang belum kontak dengan fasilitas pelayanan kesehatan
 c. Keluarga yang belum memiliki akses air bersih dan jamban sehat
 d. Keluarga yang belum mempunyai Jaminan Kesehatan Nasional
 Target sasaran Keluarga tingkat Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan : 25% dari Jumlah
Kepala Keluarga

- 3. Sasaran Kelompok
 Sasaran kelompok diprioritaskan pada kelompok masyarakat khusus yang rentan terhadap
timbulnya masalah kesehatan, baik yang terikat maupun tidak terikat dalam suatu institusi,
seperti :

68
 a. kelompok khusus tidak terikat dalam suatu institusi antara lain posyandu, posbindu PTM,
kelompok balita, kelompom remaja, kelompok ibu hamil, kelompok penderita penyakit tertentu.
 b. kelompok khusus terikat dalam suatu institusi, antara lain sekolah, pesantren, panti asuhan,
panti usia lanjut, rumah tahanan, lembaga permasyarakatan (Lapas), pusat rehabilotasi jiwa,
pusat pelayanan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (Napza)
 Target sasaran kelompok tingkat Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan : 2 kelompok per
puskesmas

VII.PROGRAM KELUARGA SEHAT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA (PIS-PK)


PIS-PK adalah singkatan dari Program Keluarga Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan
sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di dalam gedung
melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungin keluarga di wilayah kerjanya.
Terdapat 12 Indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas
indikator utama tersebut adalah sebagai berikut :
1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat immunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) ekslusif
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6. Penderita Tuberculosis paru mendapat pengobatan sesuai standar
7. Penderita Hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak diterlantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau mrnggunakan jamban sehat

Berdasarkan Indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat (IKS) dari
setiap keluarga. Nilai IKS ini merupakan akumulasi dari nilai 12 indikator PIS-PK dan
dikategorikan kedalam 3 kelompok, yakni Keluarga Sehat bila nilai IKS lebih dari 0,8 ,
Keluarga Pra Sehat bila nilai IKS 0,5 – 0,8 dan Keluarga Tidak Sehat bila nilai IKS kurang
dari 0,5.
Target Program PIS PK adalah seluruh Puskesmas sudah melaksanakan kunjungan keluarga,
dengan mengunjungi (Intervensi awal) seluruh keluarga di desa / kelurahannya dan
menginput data tersebut ke dalam Aplikasi Keluarga Sehat.
Setelah melaksanaan kunjungan awal maka berikutnya Puskesmas akan melakukan Intervensi
ulang. Diharapkan dengan Intervensi lanjutan akan meningkatkan Indeks Keluarga Sehat
(IKS) di wilayah kerja Puskesmas tersebut.

II. UKM PENGEMBANGAN

a. KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA

69
Pelayanan Kesehatan Kerja Internal (minimal 70%puskesmas diwilayah kerjanya melaksanakan
kesehatan kerja)

a. Pelaksanaan K3 Internal Puskesmas


Identifikasi faktor resiko di tempat kerja
Puskemas melakukan identifikasi resiko ( hazard) yang mungkin terjadi di puskesmas
1. Penggunaan APD
Cara memakai APD yang baik dan benar,
2. Ketersediaan APAR
Jumlah APAR ( Alat Pemadam Kebakaran ) yang tersedia di puskemas
3. Ketersediaan SITE Plan dan Jalur Evakuasi
sudah terpasang di setiap masing masing ruangan puskesmas
b. Deteksi dini PTM dan PM dan PAK

Jumlah pekerja puskesmas yang terkena PTM ( Penyakit Tidak Menular), Penyakit
Menular (PM) dan PAK ( Penyakit Akibat Kerja)

c. Pemberdayaan Masyarakat kelompok pekerja puskesmas

Jumlah Kelompok masyarakat yang ada diwilayah kerja Puskesmas

d. SK K3 Puskesmas

Tersedianya SK K3 ( Kesehatan dan keselamatan kerja) di Puskesmas

e. Pembinaan Kerja disektor Formal dan Informal

Jumlah tempat kerja sektor informal dan formal yang telah di bina

Pelayanan Kerja Ekstrenal (minimal 70%puskesmas diwilayah kerjanya melaksanakan


kesehatan kerja)
a. Jumlah sektor informal

minimal 70 % sektor informal di wilayah kerja puskesmas

b. Pos UKK yang terbentuk

minimal dalam satu tahun terbentuk minimal 3 pos UKK

Pelayanan Kesehatan Olahraga (minimal 70%puskesmas diwilayah kerjanya


melaksanakan kesehatan kerja)
a. Tes Kebugaran ASN, anak sekolah dan Jamaah Haji

Minimal dalam satu tahun di lakukan tes kebugaran bagi ASN dan anak sekolah dan
Jamaah Haji diwilayah kerjanya

b. Melakukan pembinaan di kelompok Masyarakat ( lansia,Bumil,Kelompok Olah raga


masyarakat)

Kelompok Masyarakat yang melakukan aktifitas Minimal dalam satu tahun di lakukan
melakukan pembinaan di kelompok

b. KESEHATAN INDERA

70
Program Deteksi dini gangguan Indera

Deteksi Dini Gangguan Indera

Pengertian

Kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi sejak dini faktor resiko Gangguan penglihatan dan
pendengaran

Kegiatan deteksi dini gangguan indera meliputi :

a. Deteksi dini gangguan penglihatan di UKBM melalui E-Tumbling atau E-Chart atau Snellen chart
dan deteksi dini di FKTP melalui pemeriksaan katarak dan gangguan refraksi anak sekolah

b. Deteksi dini gangguan pendengaran di UKBM dilakukan tes syara atau di FKTP melalui integrase
stimulasi Deteksi Intervensi Tumbuh Kembang ( SDIDTK ).

Sasaran : Seluruh populasi beresiko

Pelaksana : Dokter, Bidan, Perawat, Kader Kesehatan terlatih

c. Capaian Kinerja

Kabupaten Kota yang melaksanakan deteksi dini gangguan indera pada ≥40% populasi

d. Rumus Perhitungan

Jumlah waga negara yang mendapat layanan deteksi dini gangguan penglijhatan dan pendengaran

Jumlah warga negara yang

mendapat layanan deteksi dini

gangguan penglihatan

Jumlah kab/ kota dan pendengaran

Melakukan deteksi dini pada paling = __________________________ X 100%

kurang 40% Populasi Jumlah seluruh warga negara

disuatu wilayah

Nominator : Jumlah warga negara yang mendapat layanan deteksi dini gangguan penglihatan dan
pendengaran

Denominator : Jumlah seluruh warga negara disuatu wilayah

c. KESEHATAN HAJI
Penyelenggaraan Kesehatan Haji
Renyelenggaraan kesehatan haji adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembinaan, pelayanan dan
perlindungan kesehatan dalam penyelenggaraan ibadah haji. Bertujuan untuk mempersiapkan
kesehatan jemaah haji agar dapat melaksanakan ibadah sesuai syariat islam dengan aman tanpa
membahayakan dirinya dan orang lain.

71
Rangkaian kegiatan penyelenggaraan kesehatan haji di kabupaten/kota yang dilaksanakan di
Puskesmas antara lain:
a. Pemeriksaan Kesehatan Tahap 1
Kegiatan pemeriksaan kesehatan tahap 1 meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, diagnosis, penetapan tingkat risiko kesehatan (Risti atau non-Risti),
rekomendasi/saran atau tindak lanjut. Hasil pemeriksaan kesehatan tahap 1 digunakan untuk
menentukan kategori Risti atau non-Risti.
b. Pembinaan Kesehatan Masa Tunggu
Dilakukan untuk membentuk atau meningkatkan status Istitha’ah kesehatan. Dilaksanakan
secara terintegrasi program dengan pendekatan keluarga. Program-program yang terintegrasi
antara lain program promosi kesehatan, kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, gizi,
pembinaan kebugaran jasmani, pengendalian penyakit tidak menular, pengendalian penyakit
menular, kesehatan tradisional, kesehatan jiwa dan surveilans.
c. Pemeriksaan Kesehatan Tahap 2
Kegiatan pemeriksaan kesehatan tahap 2 meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, diagnosis, penetapan Istitha’ah kesehatan, rekomendasi/saran atau tindak lanjut.
Pemeriksaan tahap 2 akan menentukan calon jemaah haji memenuhi syarat atau tidak
memenuhi syarat Istitha’ah Kesehatan, didasarkan pada pertimbangan medik sebagai berikut:
1) Jemaah haji dapat melakukan aktivitas fisik untuk menyelesaikan seluruh rangkaian ibadah
yang bersifat rukun dan wajib
2) Status kesehatan jemaah haji tidak akan memburuk oleh pengaruh prosesi ibadahnya dan
lingkungannya
3) Kondisi kesehatan jemaah haji tidak menyebabkan gangguan kesehatan dan kenyamanan
bagi jemaah haji lainnya
4) Kondisi kesehatan jemaah haji dan tindakan yang diperlukan tidak mengganggu lingkungan
sekitarnya.
Hasil pemeriksaan tahap 2 menjadi dasar penetapan istitha’ah kesehatan jemaah haji sesuai
dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2016 tentang
Istitha’ah Kesehatan Jemaah Haji.
d. Pembinaan Kesehatan Masa Keberangkatan
Dilakukan untuk meningkatkan atau setidaknya mempertahankan status kesehatan jemaah haji
agar tetap memenuhi syarat Istitha’ah kesehatan sampai menjelang keberangkatan.
Dilaksanakan secara terintegrasi dengan metode pendekatan keluarga artinya melibatkan
keluarga jemaah haji. Pembinaan kesehatan meliputi pengobatan, konsultasi kesehatan oleh

dokter puskesmas, rujukan kepada fasilitas kesehatan yang lebih tinggi, dan penanganan
rujukan balik.
e. Vaksinasi
Dilakukan sebagai upaya perlindungan bagi jemaah haji terhadap risiko penyakit. Pemberian
vaksinasi yang wajib adalah vaksin Meningitis Meningokokus.

Semua rangkaian kegiatan penyelenggaraan kesehatan haji wajib diinput ke SISKOHATKES dan
capaian seluruh indikator akan dimonitoring langsung oleh Dinas Kesehatan melalui
SISKOHATKES.

72
Indikator:
a. Persentase Jemaah haji yang mendapatkan Pemeriksaan Kesehatan tahap 1
b. Persentase Jemaah haji yang mendapatkan Pembinaan Kesehatan Masa Tunggu
c. Persentase Jemaah haji yang mendapatkan Pemeriksaan Kesehatan tahap 2
d. Persentase Jemaah haji yang mendapatkan Pembinaan Kesehatan Masa Keberangkatan
e. Persentase Jemaah haji yang mendapatkan Vaksinasi Meningitis Meningokokus

Perhitungan Capaian Indikator:


a Persentase Jemaah Jumlah Jemaah Haji yang mendapatkan Pemeriksaan Kesehatan
Haji yang tahap 1X 100%
mendapatkan
Jumlah estimasi Jemaah Haji pada tahun berjalan
Pemeriksaan
Kesehatan tahap 1

b Persentase Jemaah Jumlah Jemaah Haji yang mendapatkan Pembinaan Kesehatan Masa
Haji yang Tunggu
mendapatkan
X 100%
Pembinaan
Kesehatan Masa Jumlah estimasi Jemaah Haji pada tahun berjalan

Tunggu

c Persentase Jemaah Jumlah Jemaah Haji yang mendapatkan Pemeriksaan Kesehatan


Haji yang tahap 2 X 100%
mendapatkan
Jumlah estimasi Jemaah Haji pada tahun berjalan
Pemeriksaan
Kesehatan tahap 2

d Persentase Jemaah Jumlah Jemaah Haji yang mendapatkan Pembinaan Kesehatan Masa
Haji yang Keberangkatan
mendapatkan
X 100%
Pembinaan
Kesehatan Masa Jumlah estimasi Jemaah Haji pada tahun berjalan

Keberangkatan

e Persentase Jemaah Jumlah Jemaah Haji yang mendapatkan Vaksinasi Meningitis


Haji yang Meningokokus
mendapatkan
X 100%
Vaksinasi
Meningitis Jumlah estimasi Jemaah Haji pada tahun berjalan

Meningokokus

Catatan:
Nominator: Jumlah Jemaah Haji yang (salah satu item indikator yang akan dihitung capaian yaitu
a/b/c/d/e).
Denominator: Jumlah Estimasi Jemaah Haji pada tahun berjalan

73
d. KESEHATAN JIWA
Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)Berat

a. Pernyataan Standar

Setiap orang dengan gangguan jiwa berat mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
Pemerintah daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar kepada
seluruh orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)

berat sebagai upaya pencegahan sekunder di wilayah kerjanya dalam kurun waktu

satu tahun.

b. Pengertian

Pelayanan kesehatan pada ODGJ berat sesuai standar bagi psikotik akut dan Skizofrenia meliputi:

1) Pemeriksaan kesehatan jiwa;

2) Edukasi

c. Mekanisme Pelayanan

1) Penetapan sasaran pada ODGJ berat ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan menggunakan data
RISKESDAS terbaru yang di tetapkan oleh Menteri Kesehatan.

2) Pemeriksaan kesehatan jiwa meliputi:

a) Pemeriksaan status mental

b) Wawancara

3) Edukasi kepatuhan minum obat.

4) Melakukan rujukan jika diperlukan

d. Capaian Kinerja

1) Definisi Operasional

Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar
bagi ODGJ Berat, dinilai dari jumlah ODGJ berat yang mendapatkan pelayanan sesuai standar di
wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.

2) Rumus Perhitungan Kinerja

Persentase Jumlah ODGJ berat di wilayah kerja Kab/Kota yang

ODGJ berat mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa sesuai standar

yang dalam kurun waktu satu tahun

mendapatkan = _____________________________________ X 100%

pelayanan Jumlah ODGJ berat berdasarkan proyeksi di wilayah

jiwa sesuai standar kesehatan kerja Kab/Kota dalam kurun waktu satu

tahun yang sama.

74
Catatan:

Nominator : Jumlah ODGJ berat di wilayah kerja Kab/Kota yang mendapatkan pelayanan kesehatan
jiwa sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun

Denominator : Jumlah ODGJ berat berdasarkan proyeksi di wilayah kerja Kab/Kota dalam kurun
waktu satu tahun yang sama

Kasus Jiwa dan napza yang mendapat pelayanan


Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental,
spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi
tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.

Orang Dengan Masalah Kejiwaan yang selanjutnya disingkat ODMK adalah orang yang mempunyai
masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga
memiliki risiko mengalami gangguan jiwa.
Upaya Kesehatan Jiwa adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang optimal
bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

Untuk melaksanakan Upaya Kesehatan Jiwa,Pemerintah membangun sistem pelayanan


KesehatanJiwa yang berjenjang dan komprehensif.

Sistem pelayanan Kesehatan Jiwa terdiri atas:


a. pelayanan Kesehatan Jiwa dasar; dan
b. pelayanan Kesehatan Jiwa rujukan

Mekanisme Pelayanan
- Deteksi dini dan penanganan kasus jiwa dan napza ( gangguan perilaku, gangguan jiwa,
gangguan psikosomatik, masalah napza dll ) yang datang berobat ke Puskesmas/ fasyankes
- Penanganan kasus kesehatan jiwa yang dirujuk ke RS
- Penemuan dan penanganan kasus gangguan perilaku dan Napza berdasarkan rujukan dari
Kader

e. PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL


 Peningkatan Kemampuan dalam Asuhan Mandiri Toga Dan Akupresure
 TOGA atau taman obat keluarga adalah sekumpulan tanaman yang berkhasiat obat untuk
kesehatan keluarga yang di tata menjadi sebuah taman yang memiliki nilai keindahan
 Akupresure adalah tehnik pengobatan tradisional memiliki beberapa manfaat untuk
kesehatan

75
 Peningkatan Kemampuan dalam Asuhan Mandiri Toga Dan Akupresure adalah upaya
masyarakat untuk memelihara kesehatannya dan mengatasi masalah kesehatan ringan secara
mandiri dengan memanfaatkan TOGA (taman obat keluarga) dan ketrampilan akupresur.
 Target sasaran tingkat Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan : semua Puskesmas di
wilayah Kota Tangerang Selatan dapat melaksanakan asuhan mandiri TOGA dan akupresure
di wilayah kerja Puskesmas dengan di setiap kelurahan memiliki minimal 1 keluarga binaan
(5 Kepala Keluarga ) dan memiliki tanaman TOGA.
 Bagi puskesmas yang sudah dilatih asuhan mandiri TOGA dan akupresure dapat melayani
pasien dengan keluhan ringan dengan mengajarkan titik akupresure dan cara pengobatan
melalui toga.

f. UKGM
1. Indikator : Tertanganinya permasalahan gigi masyarakat.
2. Target pelayanan kesehatan gigi dan mulut melalui UKGM à 60%
3. Pelaksanaan UKGM dilakukan bersamaan dengan kegiatan posyandu melalui :
a. Pemeriksaan gigi dan mulut
b. Penanganan kesehatan gigi dan mulut darurat
c. Pelatihan dan pembentukan kader kesehatan gigi dan mulut
4. Tujuan dilaksanakannya UKGM :
· Tertanganinya masalah kesehatan gigi masyarakat terutama yang tidak bisa mengakses
pelayanan gigi di puskesmas.
· Meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut

g. JAMINAN KESEHATAN NASIONAL


1. Jumlah peserta JKN yang menggunakan Puskesmas sebagai FKTP
Peserta JKN yang terdaftar dan memanfaatkan Puskesmas sebagai pemberi layanan
kesehatan dasar
2. Jumlah pelayanan kesehatan rawat jalan peserta JKN di Puskesmas
Peserta JKN yang terdaftar di Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama
yang mendapat layanan rawat jalan di Puskesmas
3. Jumlah pelayanan kesehatan rawat inap peserta JKN di Puskesmas
Peserta JKN yang terdaftar di Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama
yang mendapat layanan rawat inap di Puskesmas
4. Jumlah pelayanan kesehatan kebidanan dan persalinan peserta JKN di Puskesmas
Peserta JKN yang terdaftar di Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama
yang mendapat layanan kebidanan dan persalinan di Puskesmas
5. Jumlah pelayanan kesehatan peserta JKN yang dirujuk
Peserta JKN yang terdaftar di Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama
yang mendapat layanan rujukan di Puskesmas
6. Jumlah pelayanan kesehatan rawat jalan peserta JKN segmen PBI di Puskesmas
Peserta JKN dari segmen penduduk miskin dan kurang mampu serta masyarakat yang
beresiko berdampak sosial yang terdaftar di Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan
tingkat pertama yang mendapat layanan rawat jalan di Puskesmas
7. Jumlah pelayanan kesehatan rawat inap peserta JKN segmen PBI di Puskesmas

76
Peserta JKN dari segmen penduduk miskin dan kurang mampu serta masyarakat yang
beresiko berdampak sosial yang terdaftar di Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan
tingkat pertama yang mendapat layanan rawat inap di Puskesmas
8. Jumlah pelayanan kesehatan kebidanan dan persalinan peserta JKN segmen PBI
di Puskesmas
Peserta JKN dari segmen penduduk miskin dan kurang mampu serta masyarakat yang
beresiko berdampak sosial yang terdaftar di Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan
tingkat pertama yang mendapat layanan kebidanan dan persalinan di Puskesmas
9. Jumlah pelayanan kesehatan peserta JKN segmen PBI yang dirujuk
Peserta JKN dari segmen penduduk miskin dan kurang mampu serta masyarakat yang
beresiko berdampak sosial yang terdaftar di Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan
tingkat pertama yang mendapat layanan rujukan di Puskesmas
10. Pemanfaatan pelayanan primer di Puskesmas oleh Peserta dan kepedulian serta
upaya Puskesmas terhadap kesehatan Peserta pada setiap 1.000 (seribu) Peserta
terdaftar di Puskesmas
Indikator Angka Kontak (AK) dihitung dengan formulasi perhitungan sebagai berikut:
AK = jumlah Peserta terdaftar yang melakukan kontak x 1000
jumlah Peserta terdaftar di FKTP
Angka kontak merupakan jumlah Peserta terdaftar yang melakukan kontak dengan
FKTP dibandingkan dengan total jumlah peserta terdaftar di FKTP dikali 1.000 (seribu)

11. Optimalnya koordinasi dan kerjasama antara Puskesmas dengan Fasilitas


Kesehatan Tingkat Lanjutan sehingga sistem rujukan terselenggara sesuai indikasi
medis dan kompetensinya
Indikator Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik (RRNS) dihitung dengan
formulasi perhitungan sebagai berikut:
RRNS = jumlah rujukan kasus non spesialistik x 100
jumlah rujukan Puskesmas

merupakan jumlah Peserta yang dirujuk dengan diagnose yang termasuk dalam level
kompetensi Puskesmas sesuai dengan Panduan Praktik Klinis dibandingkan dengan
jumlah seluruh Peserta yang dirujuk oleh Puskesmas dikali 100 (seratus).
12. Pemanfaatan Puskesmas oleh Peserta Prolanis dan Kesinambungan Puskesmas
dalam melaksanakan pemeliharaan kesehatan peserta Prolanis
Indikator Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik (RRNS) dihitung dengan
formulasi perhitungan sebagai berikut:
RRNS = jumlah rujukan kasus non spesialistik x 100
jumlah rujukan Puskesmas

Rasio rujukan rawat jalan kasus non spesialistik merupakan jumlah Peserta yang dirujuk
dengan diagnosa yang termasuk dalam level kompetensi Puskesmas sesuai dengan
Panduan Praktik Klinis dibandingkan dengan jumlah seluruh Peserta yang dirujuk oleh
Puskesmas dikali 100 (seratus).

77
I. INDIKATOR MUTU NASIONAL PUSKESMAS DAN
PROGRAM PRIORITAS NASIONAL

INDIKATOR MUTU SKALA 3 SKALA 2 SKALA 1


NASIONAL 100 50 0
PELAYANAN ANC IBU HAMI
     
SESUAI STANDART
100% Ibu Hamil 51- 90% Ibu Hamil < 50% Ibu Hamil
Ibu Hamil Mendapatkan pelayanan Mendapatkan Mendapatkan Mendapatkan
ANC sesuai Standar pelayanan ANC pelayanan ANC sesuai pelayanan ANC
sesuai Standar Standar sesuai Standar
KEBERHASILAN
PENGOBATAN TB SENSITIF      
OBAT
< 50%
100% Keberhasilan
51 - 90% Keberhasilan Keberhasilan
pengobatan pasien
Keberhasilan pengobatan pasien pengobatan pasien TB pengobatan pasien
TB semua kasus
TB semua kasus Sensitif Obat  semua kasus Sensitif TB semua kasus
Sensitif Obat Semua
Obat Semua Pasien Sensitif Obat
Pasien
Semua Pasien
KEPATUHAN
     
MENGGUNAKAN APD
100% Penggunaan 50% -90% < 50% Penggunaan
Penggunaan APD Lengkap Sesuai
APD Lengkap Penggunaan APD APD Lengkap
Indikasi
Sesuai Indikasi Lengkap Sesuai Sesuai Indikasi
78
Semua Petugas Indikasi Semua Semua Petugas
Kesehatan Petugas Kesehatan Kesehatan
KEPATUHAN IDENTIFIKASI
     
PASIEN
100% Identifikasi 50% -90% Identifikasi < 50% dilakukan
Identifikasi Pasien saat Tindakan saat tindakan saat tindakan Identifikasi Pasien
Intervensi Pasien intervensi pada intervensi pada saat tindakan
semua pasien sebagian pasien intervensi
KEPATUHAN KEBERSIHAN
     
TANGAN
100% seluruh tenaga 50% -90% tenaga < 50% tenaga
Tindakan Kebersihan Tangan 5 kesehatan Cuci kesehatan Cuci tangan kesehatan Cuci
Moment Dan 6 langkah tangan 5 Moment 5 Moment Dan 6 tangan 5 Moment
Dan 6 langkah langkah Dan 6 langkah
KEPUASAN MASYARAKAT      
Kepuasan Pelanggan Kepuasan Pelanggan Kepuasan
Pengukuran kepuasan pasien
> 80% 50% -79% Pelanggan < 50%

PROGRAM PRIORITAS SKALA 3 SKALA 2 SKALA 1


NASIONAL 100 50 0
PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU DAN ANGKA KEMATIAN BAYI 

Persalinan di fasilitas pelayanan


100% 50%-80% <50%
kesehatan

Ibu hamil mendapatkan pelayanan


100% 50%-80% <50%
antenatal sesuai standart

Bayi Baru Lahir mendapatkan


100% 50%-80% <50%
pelayanan sesuai standart

Balita mendapatkan pelayanan


100% 50%-80% <50%
sesuai standart

PROGRAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS 

Suspek TBC Yang mendapatkan


100% 50%-80% <50%
Pelayanan Sesuai Standar

Keberhasilan pengobatan pasien


100% 50%-80% <50%
TB semua kasus Sensitif Obat 

PENCEGAHAN DAN PENURUNAN STUNTING 

Pemantauan pertumbuhan berat

badan dan tinggi badan pada 100% 50%-80% <50%

seluruh Balita

79
PENINGKATAN CAKUPAN
     
DAN MUTU IMUNISASI

Persentase bayi 0 - 11 bulan


100% 50%-80% <50%
Imunisasi Dasar Lengkap

PENGENDALIAN PENYAKIT
     
TIDAK MENULAR

Pelayanan Kesehatan penderita


100% 50%-80% <50%
Hipertensi sesuai standar

Pelayanan kesehatan penderita


100% 50%-80% <50%
Diabetes sesuai standar

     

PROGRAM MUTU SKALA 3 SKALA 2 SKALA 1

PELAYANAN 100 50 0

LABORATORIUM      

Waktu Tunggu Hasil Pelayanan


100% 50%-80% <50%
Laboratorium

Tidak Ada Kesalahan Penyerahan


100% 50%-80% <50%
Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Kepuasan Pelanggan ≥ 80 % 60 - 79 % < 60 %

FARMASI      

Waktu Tunggu pelayanan Obat


100% 50%-80% <50%
Jadi ≤ 30 menit

Waktu Tunggu pelayanan obat


100% 50%-80% <50%
racikan ≤ 60 menit

Tidak terjadinya kesalahan


100% 50%-80% <50%
pemberian obat

Tidak adanya obat expired yang


100% 50%-80% <50%
tidak terpantau

UNIT PELAYANAN LAINNYA      

DI TETAPKAN OLEH

80
KEPALA PUSKESMAS

PROGRAM PRIORITAS NASIONAL

1.Penurunan Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian neonatus (AKN).
 Pelayanan kesehatan ibu hamil adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan yang dilakukan sejak terjadinya masa konsepsi hingga
melahirkan.
 Pelayanan Kesehatan ibu bersalin, yang selanjutnya disebut persalinan adalah
setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada ibu sejak
dimulainya persalinan hingga 6 (enam) jam sesudah melahirkan.
 Pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan adalah setiap kegiatan
dan/atau serangkaian yang dilakukan ditujukan pada ibu selama nifas (6 jam – 42
hari sesudah melahirkan).
 Pelayanan kesehatan bayi baru lahir dilakukan melalui pelayanan kesehatan
neonatal esensial sesuai standar. Pelayanan kesehatan neonatal esensial
dilakukan pada umur 0-28 hari.
 Pelayanan kesehatan pada ibu hamil, persalinan, masa sesudah melahirkan,
dan bayi baru lahir dilakukan sesuai dengan standar dalam pedoman yang
berlaku.
 Pelayanan pada masa kehamilan meliputi pelayanan sesuai standar kuantitas
dan standar kualitas.
 Standar kuantitas adalah Kunjungan 6 kali selama periode kehamilan (K6)
dengan ketentuan:
a. Satu kali pada trimester pertama.

81
b. Dua kali pada trimester kedua.
c. Tiga kali pada trimester ketiga
2. Standar Kualitas yaitu pelayanan antenatal yang memenuhi 10 T, meliputi:
a. Pengukuran berat badan dan tinggi badan.
b. Pengukuran tekanan darah.
c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
d. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri).
e. Penentuan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ)
f. Pemberian imunisasi sesuai dengan status imunisasi.
g. Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet.
h. Tes Laboratorium.
i. Tatalaksana/penanganan kasus.
j. Temu wicara (konseling)

 Pelayanan pada masa persalinan sesuai standar meliputi:


1. Persalinan normal.
2. Persalinan dengan komplikasi

 Standar persalinan normal adalah Acuan Persalinan Normal (APN) sesuai


standar.
a) Dilakukan di fasilitas kesehatan.
b) Tenaga penolong minimal 2 orang, terdiri dari:
1) Dokter dan bidan,
2) atau 2 orang bidan, atau
3) Bidan dan perawat.
 Standar persalinan dengan komplikasi mengacu pada Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di FKTP dan FKRTL.
 Standar persalinan dengan komplikasi mengacu pada Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di FKTP dan FKRTL.
 Pelayanan Kesehatan Masa Sesudah Melahirkan dilakukan minimal 4 kali:
a) Pelayanan pertama dilakukan pada waktu 6-48 jam setelah persalinan
b) Pelayanan kedua dilakukan pada waktu 3-7 hari setelah
persalinan
c) Pelayanan ketiga dilakukan pada waktu 8-28 hari setelah
persalinan
d) Pelayanan keempat dilakukan pada waktu 29-42 hari setelah persalinan.
 Dengan ruang lingkup meliputi:
a) pemeriksaan status mental ibu

82
b) pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
c) pemeriksaan tinggi fundus uteri
d) pemeriksanaan lochia dan perdarahan
e) pemeriksanaan jalan lahir
f) pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian ASI Eksklusif
g) pemberian kapsul vitamin A
h) pelayanan kontrasepsi pasca persalinan
i) konseling
j) identifikasi risiko dan komplikasi
k) penanganan risiko tinggi dan komplikasi pada nifas

83
 Pelayanan bayi baru lahir meliputi pelayanan sesuai standar
kuantitas dan standar kualitas.
a) Pelayanan standar kuantitas adalah kunjungan minimal 3 kali selama
periode neonatal, dengan ketentuan:
1. Kunjungan Neonatal 1 (KN1) 6 - 48 jam
2. Kunjungan Neonatal 2 (KN2) 3 - 7 hari
3. Kunjungan Neonatal 3 (KN3) 8 - 28 hari
b) Standar kualitas:
1. Pelayanan Neonatal Esensial saat lahir (0-6 jam).
Perawatan neonatal esensial saat lahir meliputi:
(1) perawatan neontarus pada 30 detik pertama
(2) menjaga bayi tetap hangat
(3) pemotongan dan perawatan tali pusat.
(4) inisiasi Menyusu Dini (IMD).
(5) Pemberian identitas
(6) injeksi vitamin K1.
(7) pemberian salep/tetes mata antibiotik.
(8) Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
(9) Penentuan usia gestasi
(10) pemberian imunisasi (injeksi vaksin Hepatitis B0).
(11) Pemantauan tanda bahaya
(12) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi
stabil, tepat waktu ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu
2. Pelayanan Neonatal Esensial setelah lahir (6 jam – 28 hari).
Perawatan neonatal esensial setelah lahir meliputi
(1) menjaga bayi tetap hangat
(2) konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI eksklusif.
(3) memeriksa kesehatan dengan menggunakan standar
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan buku KIA).
(4) pemberian vitamin K1 bagi yang lahir tidak di fasilitas
kesehatan atau belum mendapatkan injeksi vitamin K1.
(5) imunisasi Hepatitis B injeksi untuk bayi usia < 24 jam
yang lahir tidak ditolong tenaga kesehatan.
(6) Perawatan metode kangguru bagi Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
(7) penanganan dan rujukan kasus neonatal komplika

84
 Bagi Puskesmas yang memberikan pelayanan persalinan harus melakukan
pelayanan sesuai dengan kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan
perundangan
 Pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan
kesehatan ibu bersalin, pelayanan kesehatan masa sesudah melahirkan,
pelayanan kesehatan bayi baru lahir dilaksanakan secara akurat dan sesuai
prosedur meliputi cakupan program kesehatan keluarga, pencatatan kohor,
pelaporan kematian ibu, bayi lahir mati dan kematian neonatal serta pengisian
dan pemanfaatan buku KIA.

2.Program Penanggulangan Tuberkulosis


 Penanggulangan Tuberkulosis adalah segala upaya kesehatan yang
mengutamakan aspek promotif dan preventif, tanpa mengabaikan aspek
kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan untuk melindungi kesehatan
masyarakat, menurunkan angka kesakitan, kecacatan atau kematian,
memutuskan penularan, mencegah resistensi obat dan mengurangi dampak
negatif yang ditimbulkan akibat Tuberkulosis.
 Program penanggulangan tuberkulosis direncanakan, dilaksanakan, dipantau
dan ditindak lanjuti dalam upaya eliminasi tuberkulosis.
 Untuk tercapainya target program Penanggulangan TB Nasional, Pemerintah
Daerah provinsi dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota harus menetapkan
target Penanggulangan TB tingkat daerah berdasarkan target nasional dan
memperhatikan strategi nasional.
 Tuberkulosis merupakan permasalahan penyakit menular baik global maupun
nasional. Upaya untuk penanggulangan penularan tuberkulosis merupakan
salah satu program prioritas nasional bidang kesehatan
 Pelayanan pasien TB dilaksanakan melalui
- pelayanan kasus TB Sensitif Obat (SO), terdiri dari:
• penemuan kasus TB secara aktif dan pasif
• diagnosis dilakukan sesuai standar dengan pemeriksaan tes cepat
molekuler, mikroskopis, dan biakan
• pengobatan TB sesuai standar
• perbaikan pasien TB dilakukan melalui pemeriksaan mikroskopis
di akhir bulan 2 (dua), akhir bulan 5 (lima) dan akhir pengobatan.
- pelayanan kasus TB Resisten Obat (RO) dilakukan dengan
• penemuan kasus TB secara aktif dan pasif

85
• Puskesmas mampu melakukan penjaringan kasus TB RO dan
merujuk terduga untuk melakukan diagnosis jika diperlukan
• Puskesmas mampu melanjutkan pengobatan pasien TB RO
• Puskesmas mampu melakukan rujukan pemeriksaan laboratorium,
follow up bagi pasien TB RO.
• pemberian pengobatan pencegahan TB pada anak dan ODHA
• pemberian edukasi tentang penularan, pencegahan penyakit TB dan
etika batuk kepada pasien dan keluarga.
• Puskesmas memberikan pelayanan pengawasan menelan obat (PMO)
bagi pasien TBC SO dan TBC RO.
• kewajiban melaporkan kasus TBC kepada Program Nasional
Penanggulangan TBC.
• mengikuti pemantapan mutu laboratorium mikroskopis TBC sesuai
ketentuan Program TBC.
 Program pengendalian tuberkulosis perlu disusun dan dikoordinasikan baik
dalam upaya preventif maupun upaya kuratif di Puskesmas melalui strategi
DOTS.

3.Peningkatan cakupan dan mutu imunisasi

 Sebagai upaya untuk melindungi masyarakat dari penyakit menular yang


dapat dicegah melalui imunisasi, Puskesmas wajib melaksanakan kegiatan
imunisasi sebagai bagian dari program prioritas nasional.
 Pelaksanaan program imunisasi di Puskesmas perlu
direncanakan,dilaksanakan, dipantau dan dievaluasi agar dapat mencapai
cakupan imunisasi secara optimal.
 Perencanaan yang detail (micro planning) meliputi pemetaan wilayah,
identifikasi dan penentuan jumlah sasaran, kebutuhan SDM, penentuan
kebutuhan, jadwal pelaksanaan imunisasi serta jadwal dan mekanisme
distribusi logistik, dan biaya operasional disusun untuk memastikan
pelaksanaan program imunisasi berjalan dengan baik. Micro planning disusun
dengan melibatkan lintas program terkait.
 Pencatatan dan pelaporan program imunisasi dilaksanakan secara akurat dan
sesuai prosedur meliputi cakupan imunisasi, stok dan pemakaian vaksin dan
logistik lainnya, kondisi peralatan rantai vaksin dan KIPI.
 Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkala, berkesinambungan,
berjenjang dan dilakukan analisa serta rencana tindak lanjut perbaikan
86
program imunisasi berdasarkan hasil.
 Tindak lanjut perbaikan program imunisasi berdasarkan hasil pemantauan dan
evaluasi dilaksanakan meliputi upaya dalam rangka penjangkauan sasaran
dan meningkatkan cakupan imunisasi melalui:
• kegiatan sweeping, drop out follow up (DOFU), kegiatan SOS (Sustainable
Outreach Services) untuk daerah geografis sulit, defaulter tracking,
Backlog Fighting, Crash Program dan Catch Up Campaign;
• upaya peningkatan kualitas imunisasi melalui pengelolaan vaksin yang
sesuai prosedur, pemberian imunisasi yang aman dan sesuai prosedur,
kegiatan validasi data sasaran, Data Quality Self assessment (DQS),
Rapid Convenience Assessment (RCA) untuk melakukan validasi
terhadap hasil cakupan imunisasi dan supervisi berkala; serta
• upaya penggerakkan masyarakat melalui kegiatan penyuluhan
sosialisasi melalui berbagai media komunikasi, peningkatan keterlibatan
lintas program dan lintas sektor terkait dan pembentukan forum
komunikasi masyarakat peduli imunisasi

4.Pencegahan dan Penurunan Stunting


 Pencegahan dan penurunan stunting merupakan salah satu fokus Pemerintah
yang bertujuan agar anak-anak Indonesia tumbuh dan berkembang secara
optimal dan maksimal disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang
siap untuk belajar serta berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.
 Upaya pencegahan dan penurunan stunting tidak dapat dilakukan oleh sektor
kesehatan saja, tetapi perlu dilakukan dengan pemberdayaan lintas sektor dan
masyarakat melalui perbaikan pola makan, pola asuh, dan sanitasi serta
akses terhadap air bersih.
 Dalam pencegahan dan penurunan stunting dilakukan upaya untuk
meningkatkan layanan dan cakupan intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi
sensitif sesuai dengan pedoman yang berlaku.
 Intervensi gizi sensitif antara lain meliputi:
• perlindungan sosial
• penguatan pertanian
• perbaikan air dan sanintasi lingkungan
• keluarga berencana

87
Intervensi gizi spesifik meliputi:
a) pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja puteri
b) pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada ibu hamil
c) pemberian makanan tambahan pada ibu hamil Kurang Energi Kronik
(KEK)
d) promosi/konseling IMD, ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI
yang tepat/PMBA (Pemberian Makanan Bayi dan Anak)
e) pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita
f) tata laksana balita gizi buruk
g) pemberian vitamin A bayi dan balita
h) pemberian makanan tambahan untuk balita kurus
 Dalam pencegahan dan penurunan stunting harus dapat menjamin
terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang akurat dan sesuai prosedur
terutama pengukuran tinggi badan menurut umur (TB/U) dan perkembangan
balita.
 Pencatatan dan pelaporan program stunting dilaksanakan secara akurat dan
sesuai prosedur.

5.Pengendalian penyakit tidak menular dan faktor risikonya


 Meningkatnya faktor risiko dan penyakit tidak menular serta komplikasinya
tidak hanya berdampak pada terjadinya peningkatan angka morbiditas,
mortalitas dan disablilitas, namun juga berdampak kehilangan produktivitas
yang berdampak pada beban ekonomi baik tingkat individu, keluarga, dan
masyarakat
 Upaya pengendalian penyakit tidak menular dilakukan melalui berbagai
kegiatan promotif dan preventif tanpa mengesampingkan tindakan kuratif dan
rehabilitatif.
 Kegiatan promotif dan preventif dilakukan melalui upaya:
• Promotif yaitu memberikan informasi dan edukasi seluas- luasnya
kepada masyarakat agar tumbuh kesadaran untuk ikut bertanggung
jawab terhadap kesehatan diri dan lingkungannya.
• Preventif
1) Pembinaan terhadap UKBM (POSBINDU), agar
penyelenggaraannya tertib 1 kali/bulan dengan kader terlatih
(sesuai juknis posbindu terbaru, terlampir) yang melakukan
deteksi dini faktor risiko PTM:
1.1. ukur Tekanan Darah (TD)
1.2. Gula Darah Sewaktu (GDs)
1.3. Indeks Masa Tubuh (IMT) dan Lingkar Perut (LP) dan

88
1.4. memberikan edukasi sesuai indikasi
1.5. menyelenggarakan konseling upaya berhenti merokok
(UBM) dengan tenaga terlatih
1.6. menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di lingkungan
Puskesmas. Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan daerah
Kabupaten/Kota dan instansi terkait mendorong dan
mengawasi penerapatan KTR di 7 tatanan (fasyankes,
sekolah, tempat kerja, tempat ibadah, angkutan umum,
fasilitas umum, dan tempat bermain anak)
2) Preventif di FKTP dilakukan melalui deteksi dini kanker payudara
dan kanker leher rahim dengan Pemeriksaan Payudara Klinis
(SADANIS) dan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada
perempuan usia 30-50 tahun.
 Kegiatan kuratif dan rehabilitatif dilakukan melalui upaya:
a) menguatkan akses Pelayanan terpadu PTM di Puskesmas dengan
menguatkan keterampilan petugas kesehatan dalam penanganan PTM
dan faktor risiko PTM sesuai kewenangan dan kompetensi di FKTP.
b) menguatkan sistem rujukan dari UKBM ke FKTP
c) menindaklanjuti Program Rujuk Balik (PRB) PTM
d) menindaklanjuti pelayanan paliatif berbasis komunitas sesuai standar
 Deteksi dini atau penapisan (screening) perlu dilakukan untuk mencegah
terhadinya peningkatan kasus PTM.
 Penguatan keterampilan penanganan kasus PTM terutama pada dokter dan
tenaga kesehatan, dilakukan untuk mencegah terjadinya kompolikasi.
 Dalam upaya pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular, antara lain:
diabetes, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, merokok, dan faktor
risiko yang lain, dilakukan secara terintegrasi melalui pendekatan keluarga
dengan PIS-PK.
 Dalam upaya pengendalian penyakit tidak menular harus dapat menjamin
terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang akurat dan terpadu sesuai
ketentuan.

89
INDIKATOR MUTU PELAYANAN LABORATORIUM

1. Waktu Tunggu Hasil Pelayanan Laboratorium

Waktu Tunggu Hasil Pelayanan


Judul Laboratorium

Efektifitas, kesinambungan pelayanan,


Dimensi Mutu efisiensi

Tergambarnya kecepatan pelayanan


Tujuan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dimaksud


adalah pelayanan pemeriksaan laboratorium
rutin dan kimia darah. Waktu tunggu hasil
Definisi Operasional pelayanan laboratorium untuk pemeriksaan
laboratorium adalah tenggang waktu mulai
pasien diambil sampel sampai dengan
menerima hasil

Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulan

Jumlah kumulatif waktu tunggu hasil


Enumerator pelayanan laboratorium pasien yang
disurvey dalam satu bulan

Jumlah pasien yang diperiksa di


Denomirator laboratorium yang disurvey dalam bulan
tersebut

Sumber Data Survey

Standar ≤ 140 menit

2. Tidak Ada Kesalahan Penyerahan Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Tidak Ada Kesalahan Penyerahan Hasil


Judul Pemeriksaan Laboratorium

Dimensi Mutu Keselamatan

Tujuan Tergambarnya ketelitian pelayanan

90
laboratorium

Penyerahan hasil laboratorium pada pasien


Definisi Operasional
yang salah

Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulan

Jumlah seluruh pasien yang diperiksa


laboratorium dalam satu bulan dikurangi
Numerator
jumlah penyerahan hasil laboratorium salah
orang dalam satu bulan

Jumlah pasien yang diperiksa di


Denomirator
laboratorium dalam bulan tersebut

Sumber Data Rekam medis

Standar 100%

3. Kepuasan Pelanggan

Judul Kepuasan Pelanggan

Dimensi Mutu Kenyamanan

Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap

Kepuasan pelanggan adalah peryataan puas


Definisi Operasional oleh pelanggan terhadap pelayanan
laboratorium

Frekuensi Pengumpulan Data 1 bulan

Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan


Numerator
dari pasien yang disurvei

Jumlah total pasien yang disurvei (N =


Denomirator
minimal 50 orang)

Sumber Data Survey

Standar ≥ 80%

91
INDIKATOR MUTU PELAYANAN FARMASI

a. Waktu Tunggu pelayanan Obat Jadi ≤ 30 menit


Judul Waktu Tunggu pelayanan Obat Jadi ≤ 30 menit

Dimensi Mutu Efektifitas, keselamatan

Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan farmasi

Definisi Operasional Waktu tunggu pelayanan obat jadi adalah tenggang waktu
mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima
obat jadi

Frekuensi 1 bulan sekali


pengumpulan data

Periode analisa 3 bulan

Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu pelayanan obat jadi pasien


yang disurvey dalam satu bula

Denominator Jumlah pasien yang disurvey dalam 1 bulan ( minimal 50


sampel)

Sumber Data Register Farmasi

Standart < 30 menit

Penanggung jawab Tim survey


Pengumpulan data

b. Waktu Tunggu pelayanan obat racikan ≤ 60 menit

Judul Waktu Tunggu pelayanan Obat racikan ≤ 60 menit

Dimensi Mutu Efektifitas, keselamatan

Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan farmasi

Definisi Operasional Waktu tunggu pelayanan racikan adalah tenggang waktu


mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima
obat racikan

92
Frekuensi 1 bulan sekali
pengumpulan data

Periode analisa 3 bulan

Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu pelayanan obat racikan


pasien yang disurvey dalam satu bula

Denominator Jumlah pasien yang disurvey dalam 1 bulan

Sumber Data Register Farmasi

Standart < 30 menit

Penanggung jawab Tim Survey


Pengumpulan data

c. Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat


Judul Tidak terjadinya kesalahan pemberian obat

Dimensi Mutu Efektifitas, keselamatan

Tujuan Tergambarnya kejadian kesalahan dalam pemberian obat

Definisi Operasional Kesalahan pemberian obat meliputi :

1. Salah dalam memberikan jenis obat

2. Salah dalam memberikan dosis

3. Salah orang

4. Salah jumlah

5. Obat LASA

6. Obat High Alert

Frekuensi 1 bulan sekali


pengumpulan data

Periode analisa 3 bulan

Numerator Jumlah seluruh pasien farmasi yang disurvey dikurangi jumlah


pasien yang mengalami kesalahan pemberian obat

Denominator Jumlah seluruh pasien farmasi yang disurvey( minimal 50


sampel)

Sumber Data Register Farmasi


93
Daftar Obat LASA

Daftar Obat High Alert

Daftar Obat ED

Standart 100%

Penanggung jawab Tim Mutu


Pengumpulan data

d. Tidak adanya obat expired yang tidak terpantau


Judul Tidak adanya obat expired yang tidak terpantau

Dimensi Mutu Efektifitas, keselamatan

Tujuan Tergambarnya kejadian kejadian tidak terpantaunya obat


expired

Definisi Operasional Obat expired adalah batas waktu penggunaan obat setelah di
racik, di kemas,di siapkan dan setelah kemasan obat rusak

Frekuensi 1 bulan sekali


pengumpulan data

Periode analisa 3 bulan

Numerator Jumlah obat expired yang terpantau

Denominator Jumlah seluruh obat expired

Sumber Data Register Farmasi

Daftar Obat LASA

Daftar Obat High Alert

Daftar Obat ED

Standart 100%

Penanggung jawab Penanggung jawab farmasi


Pengumpulan data

94
III.INDIKATOR MANAJEMEN PUSKESMAS

N JENIS VARIABEL
O SKALA 3 SKALA 2 SKALA 1
   
NILAI = 100 NILAI = 50 NILAI = 0
         
I PERENCANAAN PUSKESMAS      
1 Tersusunnya Rencana Usulan
Kegiatan (RUK) berdasarkan
Rencana Strategis (Renstra)
Puskesmas/Rencana kerja lima Lebih atau sama minimal 1
tahunan Puskesmas melalui analisis dengan 2 Tahapan Tahapan di
Kebuthan masyarakat kegiatan laksanakan Tidak ada
2 Tersusun Rencana Pelaksanaan
Kegiatan (RPK) Puskesmas Tahun Lebih atau sama minimal 1
berjalan yang tersinkronisasi dengan dengan 2 Tahapan Tahapan di
Anggaran Dinas Kesehatan kegiatan laksanakan Tidak ada
3 Terselenggaranya kegiatan Tahapan
Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Kegiatan (RPK)
9-12 kali/ 5-8 kali/tahun < 5 kali/ tahun
  Melaksanakan Mini Lokakarya
bulanan

9-12 kali/ 5-8 kali/tahun < 5 kali/ tahun


  Melaksanakan Mini Lokakarya
triwulan (lintassektor)

4 kali/tahun 2-3 kali/tahun < 2 kali/tahun


4 Membuat Laporan realisasi
Penyerapan pelaksanaan kegiatan
12 kali /tahun 10 kali/tahun < 10 kali/Tahun
belanja Barang dan jasa

5 Tersusunnya Rencana Strategis


Bisnis Puskesmas dengan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah (PPK- Ada tetapi tidak
BLUD) Ada dan Lengkap lengkap Tidak ada
6 Tersusunnya Rencana Strategis
Bisnis Anggaran Puskesmas dengan
Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah (PPK- Ada tetapi tidak
BLUD) Ada dan Lengkap lengkap Tidak ada
7 Tersusun serta tersinkronisasi
Rencana Usulan Kegiatan bersumber tercakup dalam tercakup dalam 4
Bantuan Operasional Kesehatan tercakup dalam 4 4 bidang dn 12 bidang dn 5
dengan Kegiatan Dinas Kesehatan bidang dn 16 Seksi Seksi Seksi
8 Melaksanakan Monitoring dan
Evaluasi Program dan Pelayanan

9-12 kali/tahun 6-8 kali/tahun < 6 kali/tahun


9 Mengirimkan laporan Ke Dinas
Kesehatan tepat Waktu

9-12 kali/tahun 6-8 kali/tahun < 6 kali/tahun


10 Pengendalian Dokumen (SK, SOP, Ya dan Lengkap Ada tetapi tidak Tidak ada
Pedoman dan Lainnya) lengkap

II TATA KELOLA ORGANISASI      


1. Menetapkan Struktur Organisasi Ya dan Lengkap Ada tetapi tidak Tidak Ada
Puskesmas lengkap
   
     
2. Melakukan Evaluasi Struktur Setiap tahun dan Setiap tahun Tidak Pernah
Organisasi Puskesmas lengkap tetapi tidak
lengkap
   
     
3 Membuat Dokumen Pendelegasian Ya dan Lengkap Ada tetapi tidak Tidak Ada
Wewenang lengkap
   
     
4 Melakukan Pembinaan dan Ya dan Lengkap Ada tetapi tidak Tidak Ada
Pengawasan Jaringan dan Jejaring lengkap
   
     
5 Membuat Rekapan Sistem Informasi Ya dan Lengkap Ada tetapi tidak Tidak Ada
Puskesmas serta melakukan lengkap
monitoring dan evaluasi
   
     
III MANAJEMEN SUMBER DAYA
MANUSIA      
1. Membuat Rencana Kebutuhan Setiap tahun dan Setiap tahun Tidak Pernah
Pegawai lengkap tetapi tidak
lengkap
2. Membuat Analisa Beban Kerja Setiap tahun dan Setiap tahun Tidak Pernah
Pegawai lengkap tetapi tidak
lengkap
3. Membuat Uraian Tugas, Wewenang
dan Persyaratan Jabatan Pegawai Ya, seluruhnya Ya, sebagian Tidak ada
  serta melakukan monitoring dan
evaluasi   besar  
4 Membuat dokumen Orientasi Ya dan Lengkap Ada tetapi tidak Tidak Ada
Pegawai serta melakukan monitoring lengkap
dan evaluasi
   
     
5. Kelengkapan Berkas Pegawai Ya dan Lengkap Ada tetapi tidak Tidak Ada
lengkap
6 Dokumentasi penyelenggaraan MFK
Dan K3 Ya, seluruhnya Ya, sebagian Tidak ada
7 Membuat penilaian Kinerja Pegawai
tepat waktu Ada, seluruh Ada, sebagian Tidak Ada
   
petugas besar petugas  
8 Ketepatan Waktu Kenaikan Gaji
Berkala Ya, Seluruh
Petugas dan Ya, Sebagian Tidak ada
Dokumen Lengkap petugas dan ada
dokumen
9 Ketepatan Waktu Kenaikan Pangkat
Pegawai Ya, Seluruh
Petugas dan Ya, Sebagian Tidak ada
Dokumen Lengkap petugas dan ada
dokumen
10 Ketepatan waktu Perpanjangan
Surat Ijin Praktek (SIP) Ya, Seluruh
Petugas dan Ya, Sebagian Tidak ada
Dokumen Lengkap petugas dan ada
dokumen
11 Update Data SISSDMK
Ya, Seluruh
Petugas dan Ya, Sebagian Tidak ada
Dokumen Lengkap petugas dan ada
dokumen
IV MANAJEMEN SARANA
PRASARANA, ALAT DAN
OBAT      
1. Pengisian Kartu Inventaris ruangan
di semua unit 81-100% ruang 61-80% ruang < 60% ruang
2. Updating Data sarana Prasarana
ASPAK 2x setahun 1x setahun tidak pernah
3. Mencatat penerimaan dan
pengeluaran obat di Ya, seluruhnya Ya, sebagian Ya, beberapa
  setiap unit pelayanan
  besar unit
4. Membuat Kartu stok untuk setiap
jenis obat/bahan Ya, seluruh Ya, sebagian Ya, beberapa
  di gudang obat secara rutin
item obat besar item obat item obat
5. Menerapkan FIFO dan FEFO Ya, seluruh Ya, sebagian Ya, beberapa
   
item obat besar item obat item obat
6 Melakukan Pemeliharaan dan Ya dan
Kaliberasi Alat Kesehatan Ya dan seluruh
sebagian alat Tidak Ada
Alat Kesehatan
kesehatan
V MANAJEMEN KEUANGAN
     
1 Melakukan Penyetoran jasa
pelayanan kesehatan setiap hari kerja Ya, lebih dua Ya, lebih dari 1
Ya, setiap hari
(1 x 24 jam ) paling lambat pukul hari minggu
14.00 WIB
Ya, tanggal 10 Ya, tanggal ˃ 15
Melakukan Laporan keuangan Ya, tanggal ≤
2 pada bulan pada bulan
bulanan BLUD UPT 15 pada bulan
berikutnya berikutnya
berikutnya
3 Terverifikasinya spj di upt sebelum
melakukan pembayaran
Ya, 100 %
Ya, ≥ 50 % Ya, ˂ 50%
Ya, tanggal ≤
Ya, tanggal 31 Ya, tanggal ˃ 28
Melakukan laporan keuangan 28 februari pada
4 januari tahun februari tahun
tahunan BLUD UPT tahun
berikutnya berikutnya
berikutnya
Kepala Puskesmas melakukan
Ya, setiap tiga
5 pemeriksaan keuangan secara Ya, setiap bulan Ya,tidak tentu
bulan
berkala
6 Tercapainya realisasi keuangan
sesuai dengan anggaran kas
Ya, ≥ 80 % Ya, ≥ 50 % Ya, ˂ 50%
Ya, tanggal 10 Ya, tanggal ≤ Ya, tanggal ˃ 15
Melakukan Laporan Pajak bulanan
7 pada bulan 15 pada bulan pada bulan
BLUD UPT
berikutnya berikutnya berikutnya
I.MANAJEMEN PERENCANAAN

1. Penyusunan RKA tahun berjalan:Baik dan benar: lengkap ada anggaran kas,

RKA dilengkapi dokumen pendukung, yaitu: DRPK, RBA, RAB, ROK,/TOR,


Penilaian Resiko, RKBMD, RKPBMD, ASB

2. Ruk tahun berjalan:Baik dan benar: lengkap di jilid dari pendahuluan sd


lampiran, tertanda tangan. Maksimal dua ruk pertahun (Murni dan Perubahan)
3. Rpk tahun dan bulanan berjalan:Baik dan benar: lengkap sesuai RKA dan
tambahan lainnya. tertanda tangan. 1-2 RPK tahunan (murni dan atau
Perubahan). Dan 12 RPK bulanan
4. SK Tim perencanaan tahun berjalan Baik dan benar: lengkap anggotanya,
sesuai tanggal yang tercantum. tertanda tangan

Melaksanakan Proses Perencanaan:Baik dan benar: lengkap notulensi


perencanaan: MMD/SMD, Pertemuan penyusunan RUK/DRPK dan RPK
tahunan dan bulanan, sesuai tanggal yang tercantum. tertanda tangan

5. Melaporkan pelaksanaan kegiatan dalam RKA dan atau DPA pada Monev
Bulanan:Baik dan Benar: mengisi fisik dan keuangan beserta masalah dan
tindak lanjut bila terjadi selisih antara rencana dan fisiknya. Pelaporan setiap
Bulan paling lambat tgl 28
6. DRPK Baik dan benar: mengacu kepada renstra dinas kesehatan terutama
dalam penyusunan F1 dan F3. Di buat maksinal dua kali tahun anggaran
(Murni dan Perubahan)
7. Penilaian Resiko Baik dan benar: mengacu kepada RKA/DPA. Di buat
maksinal dua kali tahun anggaran (Murni dan Perubahan)
8. ROK,/TOR Baik dan benar: sebagai pedoman penyusunan DRPK/RKA/DPA.
Di buat maksinal dua kali tahun anggaran (Murni dan Perubahan)
9. RBA Baik dan benar: sebagai pedoman penyusunan DRPK/RKA/DPA. Khusus
UPT dengan PK BLUD, hasil dari bimbingan dan koordinasi drngan
Keuangan. Di buat minimal satu kali tahun anggaran (Murni, bila perlu
pergeseran atau Perubahan)
10. RAB Baik dan benar: sebagai pedoman penyusunan DRPK/RKA/DPA. Di buat
minimal satu kali tahun anggaran (Murni, bila perlu pergeseran atau
Perubahan)
11. Pelaksanaan Tindak Pengendalian (PTP) Kegiatan:Baik dan benar: sudah
disusun dokumen dan di TTD beserta lampirannyaBelum baik dan benar. Di
buat sesuai jadwal pada RTP penilaian resiko
II..TATA KELOLA ORGANISASI

I. Menetapkan Struktur Organisasi Puskesmas


 Struktur organisasi puskesmas telah ditetapkan melalui Peraturan Walikota Tangerang
Selatan Nomor 37 tahun 2020 tentang Perubaahn atas Peraturan Walikota Nomor 25
Tahun 2018 tentang Pembentukan, Kedudukan, Susuna Organisasi, Tugas, Fungsi,
Uraian Tugas dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah pada Dinas Kesehatan.
II. Evalusia Struktur Organisasi
 Evaluasi struktur organisasi dapat dilakukan dengan melihat kondisi saat ini di UPTD,
apabila perlu dilakukan perubahan pada Uraian tugas pada sturktur maka dapat
diajukan untuk perubahannya melaui Dinas Kesehatan.
III. Membuat Pendelegasian Wewenang
 Pendelegasian wewenang pada puskesmas dapat diberikan dengan melihat adanya
kekosongan pada salah satu jabatan
IV. Melakukan Pembinaan dan Pengawasan Jaringan dan Jejaring
V. Membuat Rekapan Sistem Informasi Puskesmas serta melakukan monitoring dan
evaluasi
 SIMPUS :
- Sistem informasi puskesmas yang terintegrasi antar poli, mulai dari loket
pendaftran sampai apotek dan kasir.
 TUJUAN :
- Melakukan implementasi informasi kesehatan secara online dan terintegrasi
pada perangkat layanan kesehatan berupa pengumpulan data, pencatatan,
pengolahan , sampai dengan deseminsi informasi kesehatan di puskesmas
a. Petugas Pelaksana :
 Pengimputan data dilakukan setiap hari:
 Kunjungan pasien rawat jalan mulai dari loket pendatran, poli
pelayanan, sampai apotek
 Melakukan EOD ( End Off Day ) kasir di hari yang sama
b. Kepala Puskesmas / TU:
 Menitoring table status pelayanan poli dilakukan setiap hari selesai
pelayanan:
- Poli Umum
- Poli Gigi
- Poli KIA
- Poli TB
- Apotek

(Monitoring table status pelayanan dapat di lihat di infoggrafis simpu)

https://simpus.tangerangselatankota.go.id/simpus-tangsel/infografis
III.MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

1. Membuat Rencana Kebutuhan Pegawai


· Penyusunan Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan bertujuan untuk memberikan
acuan bagi setiap satuan kerja dari tingkat institusi, kabupaten/kota, provinsi, dan
nasional dalam melaksanakan penyusunan perencanaan kebutuhan sumber daya
manusia kesehatan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
· Perhitungan kebutuhan SDM Kesehatan wajib dilaksanakan oleh fasilitas
kesehatan di bawah koordinasi:
a. Dinas kesehatan kabupaten /kota untuk fasilitas kesehatan di tingkat
kabupaten/kota;
b. Dinas kesehatan provinsi untuk fasilitas kesehatan di wilayah pemerintah
provinsi; dan
c. Kementerian Kesehatan untuk fasilitas kesehatan yang merupakan Unit
Pelaksana Teknis di Lingkungan Kementerian Kesehatan.
· Dapat disimpulkan bahwa perencanaan kebutuhan SDMK adalah adalah proses
sistematis dalam upaya menetapkan, jumlah, dan kualifikasi SDMK yang
dibutuhkan sesuai dengan kondisi suatu wilayah dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan kesehatan.
· Perhitungan perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan Puskesmas Meliputi jabatan
sebagai berikut:
1. Dokter;
2. Dokter Gigi;
3. Perawat;
4. Bidan;
5. Apoteker;
6. Asisten Apoteker;
7. Nutrisionis;
8. Sanitarian;
9. Penyuluh Kesehatan Masyarakat;
10. Fisioterapis;
11. Perekam Medis;
12. Pranata Laboratorium Kesehatan;
13. Terapis Gigi dan Mulut; dan
14. Jabatan Pelaksana.
· Perencanaan kebutuhan SDMK disusun secara periodik dengan jangka waktu 1
(satu) tahun.
2. Membuat Analisa Beban Kerja Pegawai
· Metode ABK Kes (Analisa Beban Kerja Kesehatan) adalah suatu metode
perhitungan kebutuhan SDMK berdasarkan pada beban kerja yang dilaksanakan
oleh setiap jenis SDMK pada Puskesmas sesuai dengas tugas pokok dan fungsinya.
· Atas dasar penggunaan metode tersebut diatas dapat menggunakan Aplikasi
Rencana Kebutuhan SDMK versi 4.0 yang sudah mencakup semua kebutuhan data
meliputi:
1. Dashboard Analisa Beban Kerja Kesehatan (ABK-Kes) adalah menu yang
menampilkan data hasil perhitungan ABK-Kes;
2. Entry ABK-Kes yang berfungsi untuk menghitung kebutuhan SDM
Kesehatan dengan metode Analisis Beban Kerja Kesehatan yang sudah
tersedia form eksisting jabatan dan jenjang jabatan;
3. Detail uraian pekerjaan dan tugas penunjang pada masing – masing jabatan;
4. Detail Perhitungan yang berfungsi untuk menampilkan detail dari
perhitungan hasil Analisa Beban Kerja; dan
5. Laporan Analisa Beban Kerja yang berfungsi untuk menampilkan jumlah
kebutuhan pada masing – masing jabatan.
· Data hasil olahan pada perhitungan kebutuhan SDMK tersebut selanjutnya
dianalisis sehingga diperoleh informasi untuk penyusunan perencanaan kebutuhan
SDMK.
3. Membuat Uraian tugas, wewenang dan persyaratan jabatan pegawai serta melakukan
monitoring evaluasi
 Tugas wewenang dan persyaratan jawaban untuk Dinas Kesehatan sudah diatur
melalui Peraturan Menteri Kesehatan
4. Kelengkapan Berkas Pegawai

berkas Pegawai Negeri Sipil (PNS) sudah tersimpan melalui aplikasi dari BKPP

7.Membuat Penilaian Kinerja tepat waktu

Penilaian kinerja merupakan hasil integrasi penilaian SKP dan perilaku kerja berdasarkan
ketentuan perka BKN No.1/2013. Penilaian SKP dilakukan terhadap kegiatan tugas jabatan
yang dapat diukur capaiannya dalam kurun waktu Januri – Desember.

1. Ketapatan Gaji Berkala

Gaji berkala adalah kenaikan gaji yang diberikan kepada PNS yang telah mencapai
masa kerja golongan yang ditentukan untuk kenaikan gaji berkala yaitu setiap 2 tahun
sekali dan apabila telah memenuhi persyaatan berdasarkan peraturan perundang –
udangan yang berlaku.

Pemberian gaji berkala dilakukan dengan surat pemberitahuan dari Bagian Umum dan
Kepegawaian 2 bulan sebelum kenaikan gaji berkala itu berlaku

2. Ketapatan Waktu Kenaikan Pangkat

Kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja dan
pengabdian PNS terhadap Negara, serta sebagai dorongan PNS untuk lebih
meningkatkan prestasi kerja.
Kenaikan pangkat untuk pejabat struktural dan fungsional umum dilakukan 4 tahun
sekali, dan untuk jabatan fungsional tertentu dilakukan apabila nilai PAK sudah
terpenuhi

1. Ketepatan waktu Perpanjangan Surat Ijin Praktek (SIP)


· Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik di bidang pelayanan kesehatan
wajib memiliki Surat Ijin Praktek (SIP).
· SIP Masih berlaku sepanjang:
1. STR masih berlaku; dan
2. Tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIP.
· Setiap Tenaga Kesehatan diharapkan untuk memperpanjang Surat Ijin Praktek
dalam waktu kurang dari 6 (enam) bulan sebelum masa berlaku habis.
· Tenaga Kesehatan yang dimaksud meliputi:
1. Dokter Umum;
2. Dokter Gigi;
3. Perawat;
4. Bidan;
5. Apoteker;
6. Asisten Apoteker;
7. Kesehatan Lingkungan;
8. Gizi;
9. Rekam Medis;
10. Ahli Teknologi Laboratorium Medik;
11. Fisioterapis; dan
12. Terapis Gigi dan Mulut;
2. Update Data SISDMK
· Sistem Informasi SDM Kesehatan (SISDMK) adalah Serangkaian subsistem
informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi baik di pusat maupun di daerah yang
mampu menghasilkan informasi terkini dan akurat guna mendukung
pengembangan dan pemberdayaan SDMK.
· Fitur pada Aplikasi Website SISDMK Meliputi:
1. Fitur Dashboard dapat digunakan untuk melihat hasil rekapan data SDMK
yang telah diinput;
2. Dashboard Sertifikasi dan Perijinan SDMK, fitur ini digunakan untuk
memonitoring data Sertifikasi dan Perijinan SDMK yang masih aktif, masa
berlaku akan habis dan sudah habis sehingga dengan adanya fitur ini akan
lebih memudahkan dan mengingatkan kapan waktunya untuk memproses
atau memperpanjang Sertifikasi dan Perijinan SDMK pada waktu yang
sudah ditentukan;
3. Input Data SDMK digunakan oleh pengguna untuk memasukan, melakukan
pembaruan atau melakukan editing data SDMK;
4. Laporan Rekapitulasi Keadaan SDMK/daftar pekerjaan lebih dari 1 (satu),
Fitur ini digunakan untuk melihat data untuk analisis keadaan SDMK pada
fasilitas kesehatan tersebut;
5. Laporan Rekapitulasi Data Kesehatan, fitur ini digunakan untuk melihat
data Riwayat kesehatan SDMK pada fasilitas kesehatan tersebut; dan
6. Laporan Rekapitulasi Pelatihan Vaksinator, fitur ini digunakan untuk
melihat data SDMK yang sudah dilatih pada pelatihan tersebut.
· Rumpun Tenaga Kesehatan dan Tenaga Penunjang Kesehatan yang diinput kedalam
Aplikasi Web SISDMK meliputi:
1. Medis;
2. Psikologi Klinis;
3. Keperawatan;
4. Kebidanan;
5. Kefarmasian;
6. Kesehatan Lingkungan;
7. Kesehatan Masyarakat;
8. Gizi;
9. Keterapian Fisik;
10. Keteknisian Medis;
11. Teknik Biomedika;
12. Kesehatan Tradisional;
13. Asisten Tenaga Kesehatan; dan
14. Tenaga Penunjang.
· Monitoring update Data SISDMK dilakukan per 3 (tiga) bulan sekali dengan
adanya menu monitoring pada Aplikasi SISDMK maka akan terlihat Puskesmas
yang sudah atau belum mengupdate datanya.

V.MANAJEMEN KEUANGAN

o Ketepatan waku penyeteroran pendapatan UPT Puskesmas dan


Laboratorium kesehatan daerah adalah;
 ketapatan waktu penyetoran jasa layanan BLUD setiap hari ke
rekenig masing – masing UPT paling lambat pukul 14.00 WIB
setiap harinya.
 ketapatan waktu penyetoran Retribusi setiap hari ke rekenig kas
daerah paling lambat pukul 14.00 WIB setiap harinya.
 NIlai End Of Day (EOD) pada Sistem informasi Puskesmas
(SIMPUS) harus sama dengan nilai setoran ke bank
 Ketetapan jumlah pendapatan perhari adalah :

ΣEOD/HARI = ΣSTS/HARI
o Spj terferivikasi adalah pemeriksaan spj yang dilakukan oleh manajemen
puskesmas, yan terdiri ;
 Keseusai antara kegitantan dan kelengkapan pertangung jawaban
yang ada dibuat baik gu ataupun ls
 Kesesuaian pertangung jawaban keuangan dengan peraturan barang
dan jasa
 Kesesuaian pertangung jawaban keuangan dengan peraturan aset
dan persedian daerah.
o Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan bulan blud kedinas yaitu
paling lambat tanggal 10 pada bulan berikutnya.
o Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan tahunan blud kedinas
yaitu paling lambat tanggal 31 januari pada tahun berikutnya.
o Pemeriksaan berkala laporan keuangan dan pertangung jawaban bendahara
oleh kepala UPT, yaitu bulanan, triwulanan, semesteran, tahunan.
o Ketepatan waktu realisasi anggaran per triwulan sesuai dengan anggaran
kas yang telah di susun dalan DPA masing masing UPT.
o Ketepatan waktu dalam melakukan pelaporan pajak bulan pada UPT
masing – masing.

Anda mungkin juga menyukai