Konflik merupakan sesuatu yang dapat timbul dimanapun, apalagi lingkungan masyarakat pastinya
konflik dapat muncul dalam lingkup sosial masyarakat. Terdapat banyak faktor yang bisa memicu
timbulnya konflik. Masyarakat sendiri merupakan kumpulan individu yang terdiri dari berbagai
karakter, suku, ras, etnik dan agama. Perbedaan-perpedaan tersebutlah yang kemudian dapat
memicu timbulnya konflik.
Terdapat beberapa fakta yang kemudian tidak bisa dielakkan. Dimana kemudian muncul konflik
yang tak dapat di hindarkan yakni konflik antar ras. Ras sendiri brrasal dari bahasal latin yakni
“Radix” merupakan suatu sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengkategorikan manusia dalam
populasi atau kelompok besar dan berbeda melalui ciri fenotip, asal usul geografis, tampang jasmani
dan kesukuan yang terwarisi.
Di awal abad ke-20 istilah ini sering digunakan dalam arti biologis untuk menunjuk populasi manusia
yang beraneka ragam dari segi genetik dengan anggota yang memiliki fenotip (tampang luar) yang
sama. Boleh jadi kelompok manusia dari dulu selalu menentukan diri sendiri sebagai berbeda dari
kelompok lain. Namun, perbedaan tersebut belum tentu selalu dipandang sebagai sesuatu yang
alami, tak terubahkan dan menyeluruh. Pandang seperti ini merupakan ciri-ciri khas paham “ras”
yang digunakan pada masa kini.
Di eropa sendiri tindakan atau konflik yang berkaitan dengan ras dikenal dengan istilah Rasis.
Tindakan ini sendiri menjadi salah satu bentuk kejahatan yang bisa dikenakan tindak pidana. Sebab
perbuatan Rasis ini kemudian dapat memicu konflik yang lebih besar. Sebab tindakan dapat memicu
pecahnya konflik antar etnik yang bisa jadi dampaknya mengarah kepada kerusuhan, tindak
kekerasan serta pertumpahan darah.
Rasisme sendiri merupakan suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa
perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu –
bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras yang lainnya. Tindakan
inilah yang kemudian dinilai sebagai tindakan pemicu konflik antar ras. Sebab tindakan rasisme
sama dengan tindakan melecehkan suatu kelompok manusia hanya karena mereka memiliki
perbedaan fenotip.
Rasisme telah menjadi faktor pendorong diskriminasi sosial, segregasi dan kekerasan rasial,
termasuk genosida. Politisi sering menggunakan isu rasial untuk memenangkan suara. Istilah rasis
telah digunakan dengan konotasi buruk paling tidak sejak 1940-an, dan identifikasi suatu kelompok
atau orang sebagai rasis sering bersifat kontroversial. Tindakan rasis yang paling sederhana adalah
penghinaan melalui ucapan. Ras yang paling sering mendapat tindakan rasisme ialah merrka dari
etnik kulit hitam.
Konflik ras menjadi kondisi yang dapat menyebabkan timbulnya pertikaian dan perpecahan. Oleh
karenanya penerapan hukuman terhadap setiap tindakan rasis telah banyak dilakukan di negara
negara eropa. Adanya anggapan bahwa ras tertentu lebih baik dibanding ras yang lain dapat
menjadi pemicunya. Selain itu juga, pelaku rasis biasanya tidak menyadari bahwa tindakannya tidak
hanya melukai individu tersebut. Namun, juga merupakan penghinaan bagi semua ras yang di ejek.
Tentu saja hal itu sangat berbahaya, apalagi jika sudah melibatkan banyak pihak. Tentu konflik yang
lebih besar dapat timbul.
Beberapa contok konflik antar ras berikut ini akan semakin menjelaskan betapa konflik antar ras
menjadi salah satu pemicu timbulnya pertikaian.
2. Konflik Apertheid
apertheid merupakan sebuah kebijakan yang melarang ras kulit hitam untuk ikut dalam
pemerintahan. Politik ini diterapka di negara Afrika Selatan yang dihuni oleh penduduk asli ras kulit
hitam. Sebagai penduduk asli ras kulit hitam justru mendapat perlakuan yang dikriminatif dari ras
kulit putih atau bangsa eropa yang menjajah negara ini seperti juga penyebab perang israel dan
palestina . Semua sendi sendi kehidupan diatur oleh warga kulit putih yang mayoritas menghuni
wilayah ini. Saat Nelson Mandela melakukam revolusi dengan mendobrak kebijakan tersebut ia
berhasil menjadi presiden kulit hitam pertama dan menghapuskan politik apertheid. Dengan begitu
maka Afrika Selatan tumbuh menjadi negara yang aman dan tenteram. Serta kerukunan antara ras
kulit hitam dan putih tetap terjaga.
Entah di mana mulanya, akhirnya konflik antar ras pun muncul di berbagai wilayah. Korbannya, bisa
dipastikan kebanyakan adalah yang berasal dari warga sipil. Padahal belum tentu warga sipil ikut
serta dalam konflik tersebut. Bisa saja mereka diserang membabi buta oleh pihak yang berseteru.
Kerusakan material sudah tidak terhitung lagi berapa jumlah totalnya. Sekarang yang menjadi
pertanyaan adalah mengapa konflik ini bisa terjadi hanya dikarenakan perbedaan ras? Apakah konflik
ini benar-benar terjadi murni hanya karena itu saja? Apakah ada keterkaitan dengan faktor-faktor
lainnya? Mari kita simak bersama Penyebab Konflik Antar Ras berikut:
1. “Kepanikan” Budaya
Panik di sini berarti ada suatu rasa terkejut dari ras tertentu apabila ras lainnya yang notabene dekat,
memiliki kebudayaan yang berbeda. Budaya ini bisa berbentuk macam-macam mulai dari tingkah laku
sampai dengan fashion yang digunakan sehari-hari. Nah, perbedaan-perbedaan tersebut merupakan
suatu yang indah bukan? Menyaksikan keragaman budaya dalam suatu daerah merupakan kekayaan
tersendiri yang patut disyukuri. Namun, bagi pihak yang “kaget” akan budaya baru yang dibawa oleh
ras tertentu, akan merasa bahwa budayanya terinjak-injak oleh budaya lain yang menurut dia lebih
jelek.
Hal tersebut tidak sepenuhnya benar, karena belum tentu budaya lain seluruhnya negatif. Namun
dengan prasangka buruk tadi, maka timbullah rasa tidak sesuai yang lahir dari dalam diri, dan
berusaha untuk menghimbau ras lain untuk tidak melakukan budayanya lagi. Hal ini tentunya
merupakan tekanan untuk ras tersebut, karena toh mereka melakukan hal yang turun temurun
dilakukan, apa salahnya bila meneruskan budaya yang lahir sejak jaman dahulu. Lalu dari rasa saling
tidak terima itu lah, usaha kompromi malah berujung menjadi konflik antar ras. Konflik di sini bukan
hanya berbentuk perkelahian, namun juga bisa berbentuk hinaan kepada ras-ras tertentu yang
banyak sekali kita jumpai di sosial media.
Selain jawaban ya, adapula jawaban tidak. Tidak, kita tidak akan menerima perbedaan itu. Nah,
jawaban inilah yang berpotensi menimbulkan konflik, walaupun kecil bentuknya. Tapi jangan salah,
dari kebencian yang kecil itu, nantinya akan berkembang menjadi rasa tidak suka yang semakin
besar. Lebih seram lagi, bila kita sudah terlanjur menjadi sangat tidak suka, yang ada di pikiran kita
hanyalah cara untuk menyingkirkan mereka. Padahal belum tentu mereka tahu apa kesalahan
mereka. Mereka hanya berbeda, ada perbedaan antara mereka dengan kita. Tapi kita sama-sama
manusia, bukankah itulah hal yang penting?
Namun sayangnya, hal tersebut nampaknya belum bisa diaplikasikan ke masyarakat luas. Buktinya,
masih saja banyak masyarakat yang “triggered” dengan hal yang menurut mereka berbeda. Hal
serupa dapat kita jumpai di berbagai sosial media. Mereka sangat menjamur di sana.
Mungkin bagi orang yang sabar, dia bisa menerima “hinaan” itu dengan senyuman, menganggapnya
hanya candaan saja. Namun bila bagi seseorang yang tidak terima akan panggilan tadi, bisa saja dia
melakukan tindakan lain yang kurang bagus juga, “mengatai” balik dengan emosi misalnya. Lalu
kedua ras tadi saling menghina satu sama lain. Awalnya bercanda, lama kelamaan makin serius.
Akhirnya konflik merambat ke sosial media, dimana netizen bisa memilih siapa yang harus di bela,
dan mengatai pihak yang tidak disukai. Semua sama saja. Dari candaan, berubah menjadi
permusuhan.
Akibat konflik antar RAS
Bagaimana tidak, sebab konflik antar ras pada masa lampu juga di dasari oleh prilaku
rasisme sebagaimana pengertian konflik antar ras . Perilaku ini kemudian menjurus
pada penyebab konflik antar ras dan perlakuan diskriminasi bahwa berujung pada
genosida. Tentunya, jangan sampai peristiwa yang sama menjadi terulang kembali
sebagaimana penyebab perang israel palestina . Rasanya akan menjadi hal yang dapat
memicu pertikaian dan peerpecahan. Karenanya diperlukan sebuah upaya seperti 5 cara
mengatasi konflik antar ras yang paling efektif.
Konflik ini pada dasarnya di sebabkan oleh hilangnya atau terkikisnya sikap saling
menghormati antara satu sama lain. Sikap inilah yang harusnya diranamkan sebagai
dasar dan pandangan. Dimana bahwa setiap ras atau etnik yang hidup diatas bumi
memiliki hak yang sama. Serta layak mendapat penghormatan dan sejajar dengan ras
yang lainnya. Rasanya memang tidak mudah bagaimana memberikan kesadaran setiap
orang bahwa pemecah dan solusi yang tepat dari berbagai konflik antar ras lahir dari
sikap saling menghormati.
Sikap ini pada dasarnya lahir dari setiap individu yang pastinya mrmiliki kesadaran akan
pentingnya hal ini. Sebab bukan hanya kasus konflik antar ras yang disebabkan oleh
hilangnya sikap salung menghormati ini. Bernagai tindakan dan kasus yang terjadi
belakangan juga disebabkan oleh hal yang sama. Oleh karena itu, sangat penting untuk
kemudian menanamkan sikap saling menghormati antar sesama ras sejak dini. Sehingga
pola yang didapat sejak dini maka akan bisa bertahan hingga individu kelak menjadi
dewasa.
2. Menghargai Perbedaan
Mengatasi konflik antar ras yang kedua dapat dilakukan dengan cara saling menghargai
perbedaan. Dalam penciptaannya manusia sudah pasti diciptakan berbeda sesuai
dengan lingkungan dimana dia tinggal sebagai dampak konflik agama . Misalnya orang
eropa atau ras kulit putih cenderung memiliki kulit putih sebab sesuai dengan kondisi
mereka yang mendapati 4 musim, dimana mereka hanya mendapatkan cahaya matahari
selama 3 bulan. Sedangjan ras negroid memiliki warna kulit yang hitam legam sebab
mereka berasal dari dataran Afrika dengan kondisi alam yang amat ekstrim sehingga
pastinya menyesuaikan dengan kondisi bentang akam disana.
Tentunya perbedaan ini bukan dianggap sebagai sebuah penghalan untuk kemudian
menjalin sosialisasi. Sebab sejak jaman dahulu dan bahkan mungkin hingga kini. Kaum
kulit hitam cenderung mendapatkan sikap diskriminasi dan tindakan rasisme karena
warna kulit mereka. Warna kulit bukan menjadi persoalan , sebab masalh utamanya
adalah terletak pada pribadi individu yang mengesampingkan perbedaan. Pada faktanya
saja pelangi dicuptakan dengan warna spektrum yang berbeda untuk kemudian dapat
menghasilkan keindahan. Begitupula manusia yang diciptakan berneda selayaknya akan
mengisi keindahan pada setiap pojok dunia.
Analoginya adalah seorang yang sadar akan cenderung jauh dan tidak kama terlibat
dalam masalah. Sebaliknya mereka yang kehilangan kesadaran biasanya menjadi biang
kerok atau pemicu dalam sebuah insiden. Tentunya analogi ini tepat untuk
mengambarkan betapa kesadaran pribadi seseorang. Memegang peranan penting dalam
menciptakam situasi yang minim konflik dan pertentangan . Untuk itu, sangat penting
menanamkan pandamgan atas kesadaran bahwa perbedaan ras bukan menjadi sebuah
masalah. Sebab masih banyak sekali masalah kemanusiaan yang harusnya menarik
kesadaran kita u tuk lebih fokus memperjuangkannya.
Tentunya hal ini menjadi masalah baru sebagai bentuk dan pemicu konflik antar ras.
Itulah mengapa banyak yang menyebut bahwa saat ini jari lebih kejam dari pada lidah.
Pelaku rasis cenderung menyerang mereka yang memiliki perbedaan fenotif dengan
kebanyakan orang. Inilah yang kemudian harus di stop, bagaimana negara dan sebuah
bangsa akan maju jika generasi mudanya masih bersikap primitif dalam memandang
perbedaan ras. Bukankan lebih baik menggunakan media sosial sebagai ajang
kampanye melawan tindakan rasisme, pastinya hal ini akan memberikan respon positif
bagi pribadi anda.
Tidak ada pembeda kecuali kita sendiri yang membuat perbedaan tersebut dengan
mengelompokkan orang dalam kotak-kotak tertentu. Untuk dapat mengatasi konflik antar
ras salah satu cara yang paling bisa dilakukan. Ialah dengan menanamkan pandangan
bahwa manusia adalah sama. Manusia adalah makluk sosial yang membutuhkan orang
lain. Maka dengan pandangan ini, tentu akan menghapus segala konflik yang bisa
ditimbulkan akibat adanya perbedaan.
Pendapat kami tentang konflik antar RAS adalahSeharusnya
mereka tidak saling konflik.seharusnya mereka menjaga
nama baik indonesia percuma memiliki simbol berbeda beda
tetapi tetap satu tapi mereka tidak mengamalkannya dalam
kehidupan mereka