Anda di halaman 1dari 9

Bentuk konflik antar RAS

Konflik merupakan sesuatu yang dapat timbul dimanapun, apalagi lingkungan masyarakat pastinya
konflik dapat muncul dalam lingkup sosial masyarakat. Terdapat banyak faktor yang bisa memicu
timbulnya konflik. Masyarakat sendiri merupakan kumpulan individu yang terdiri dari berbagai
karakter, suku, ras, etnik dan agama. Perbedaan-perpedaan tersebutlah yang kemudian dapat
memicu timbulnya konflik.

Terdapat beberapa fakta yang kemudian tidak bisa dielakkan. Dimana kemudian muncul konflik
yang tak dapat di hindarkan yakni konflik antar ras. Ras sendiri brrasal dari bahasal latin yakni
“Radix” merupakan suatu sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengkategorikan manusia dalam
populasi atau kelompok besar dan berbeda melalui ciri fenotip, asal usul geografis, tampang jasmani
dan kesukuan yang terwarisi.

Di awal abad ke-20 istilah ini sering digunakan dalam arti biologis untuk menunjuk populasi manusia
yang beraneka ragam dari segi genetik dengan anggota yang memiliki fenotip (tampang luar) yang
sama. Boleh jadi kelompok manusia dari dulu selalu menentukan diri sendiri sebagai berbeda dari
kelompok lain. Namun, perbedaan tersebut belum tentu selalu dipandang sebagai sesuatu yang
alami, tak terubahkan dan menyeluruh. Pandang seperti ini merupakan ciri-ciri khas paham “ras”
yang digunakan pada masa kini.

Pengertian Konflik Antar Ras


Banyak ilmuwan sosial sudah menggantikan istilah “ras” dengan kata “kelompok etnik” untuk
menunjuk kelompok yang mengidentifikasi diri sendiri berdasarkan kepercayan mereka mengenai
kebudayaan, asal usul dan sejarah bersama. Selain masalah empiris dan konseptual yang dibawa
paham “ras,” setelah Perang Dunia Kedua, para ilmuwan di bidang evolusi dan sosial sangat
menyadari betapa kepercayaan mengenai “ras” diperalat untuk membenarkan diskriminasi,
apertheid, perbudakan dan Genosida. Sebab tidak sedikit tindakan yang kemudian membawa-bawa
ras sebagai penyebab lahirnya konflik.

Di eropa sendiri tindakan atau konflik yang berkaitan dengan ras dikenal dengan istilah Rasis.
Tindakan ini sendiri menjadi salah satu bentuk kejahatan yang bisa dikenakan tindak pidana. Sebab
perbuatan Rasis ini kemudian dapat memicu konflik yang lebih besar. Sebab tindakan dapat memicu
pecahnya konflik antar etnik yang bisa jadi dampaknya mengarah kepada kerusuhan, tindak
kekerasan serta pertumpahan darah.

Rasisme sendiri merupakan suatu sistem kepercayaan atau doktrin yang menyatakan bahwa
perbedaan biologis yang melekat pada ras manusia menentukan pencapaian budaya atau individu –
bahwa suatu ras tertentu lebih superior dan memiliki hak untuk mengatur ras yang lainnya. Tindakan
inilah yang kemudian dinilai sebagai tindakan pemicu konflik antar ras. Sebab tindakan rasisme
sama dengan tindakan melecehkan suatu kelompok manusia hanya karena mereka memiliki
perbedaan fenotip.

Rasisme telah menjadi faktor pendorong diskriminasi sosial, segregasi dan kekerasan rasial,
termasuk genosida. Politisi sering menggunakan isu rasial untuk memenangkan suara. Istilah rasis
telah digunakan dengan konotasi buruk paling tidak sejak 1940-an, dan identifikasi suatu kelompok
atau orang sebagai rasis sering bersifat kontroversial. Tindakan rasis yang paling sederhana adalah
penghinaan melalui ucapan. Ras yang paling sering mendapat tindakan rasisme ialah merrka dari
etnik kulit hitam.

Konflik ras menjadi kondisi yang dapat menyebabkan timbulnya pertikaian dan perpecahan. Oleh
karenanya penerapan hukuman terhadap setiap tindakan rasis telah banyak dilakukan di negara
negara eropa. Adanya anggapan bahwa ras tertentu lebih baik dibanding ras yang lain dapat
menjadi pemicunya. Selain itu juga, pelaku rasis biasanya tidak menyadari bahwa tindakannya tidak
hanya melukai individu tersebut. Namun, juga merupakan penghinaan bagi semua ras yang di ejek.
Tentu saja hal itu sangat berbahaya, apalagi jika sudah melibatkan banyak pihak. Tentu konflik yang
lebih besar dapat timbul.
Beberapa contok konflik antar ras berikut ini akan semakin menjelaskan betapa konflik antar ras
menjadi salah satu pemicu timbulnya pertikaian.

1. Konflik Ras Rohingya


Rohingya menjadi etnis yang diperlakukan secara diskriminatif oleh pemerintah myanmar. Bahkan
konflik ini menjadi sebuah tragedi kemanusia di abad-21 seperti juga penyebab konflik antar ras .
Pembataian etnis rohingya oleh tentara pemerintah disebabkan karena rohingya dianggap bukan
merupakan bagian dari penduduk myanmar. Apalagi mayoritas etnis rohingya merupakan muslim
sehingga hal ini memicu ketidaksenangan pemerintah. Mayoritas myanmar dihuni oleh agama
budha sehingga kedatangan etnis rohingya dianggap menganggu dan bukan merupakan bagian dari
penduduk myanmar.

2. Konflik Apertheid
apertheid merupakan sebuah kebijakan yang melarang ras kulit hitam untuk ikut dalam
pemerintahan. Politik ini diterapka di negara Afrika Selatan yang dihuni oleh penduduk asli ras kulit
hitam. Sebagai penduduk asli ras kulit hitam justru mendapat perlakuan yang dikriminatif dari ras
kulit putih atau bangsa eropa yang menjajah negara ini seperti juga penyebab perang israel dan
palestina . Semua sendi sendi kehidupan diatur oleh warga kulit putih yang mayoritas menghuni
wilayah ini. Saat Nelson Mandela melakukam revolusi dengan mendobrak kebijakan tersebut ia
berhasil menjadi presiden kulit hitam pertama dan menghapuskan politik apertheid. Dengan begitu
maka Afrika Selatan tumbuh menjadi negara yang aman dan tenteram. Serta kerukunan antara ras
kulit hitam dan putih tetap terjaga.

3. Konflik Antar Etnis Tionghoa dan Jawa di Surakarta


Tahun 1998 menjadi sebuah sejarah kelam dimana konflik antara etnis tionghoa dan suku jawa asli
yang mendiami wilayah Surakarta. Konflik tersebut dipicu karena adanya anggapan bahwa etnis
tionghoa bukan merupakan bagian dari warga negara indonesia seperti juga penyebab israel dan
palestina perang . Kondisi ini diperparah dengan krisis moneter yang melanda. Kerusuhan akibat
konflik meluas yang menyebabkan penjarahan toko toko serta pembakaran fasilitas umum.

4. Konflik Ras Melayu VS Tionghoa di Singapura


Konflik antar ras di Singapura ini melibatkan ras melayu dan etnis tionghoa di wilayah singapura.
Pemicu konflik tidak lain adalah perebutan hak kekuasaan atas pemerintahan seperti juga akibat
konflik palestina dan israel . Perebutan tersebut menyebabkan konflik pecah. Sebagai ras yang telah
mendiami wilayah singapura terlebih dahulu, ras melayu merasa berhak untuk memimpin
pemerintahan. Namun, hal tersebut ditentang oleh etnis Tionghoa yang juga merasa memiliki hak
atas pemerintahan. Perdebatan perdebatan tersebut memicu konflik antara ras melayu dan
tionghoa. Namun, kejadian masa silam tersebut tidak berlangsung lama dan dapat segera diatasi
dengan baik.

5. Konflik Ras Kulit Putih dan Ras Kulit Hitam


Dimulai saat abad ke-17 dimana dimana bangsa eropa berbondog bondong memasuki kawasan
negeri paman sam tersebut. Kedatangan bangsa eropa yang mayoritas berkulit putih juga dibarengi
kedatangan ras kulit hitam yang mereka bawa sebagai pekerja atau budak seperti dampak konflik
agama . Sepanjang sejarah berlangsung, tradisi menjadikan ras kulit hitam sebagai budak masih
terus berjalan meskipun zaman telah berlalu. Hal ini kemudian, menimbulkan pemberontakan ras
kulit hitam, yang merasa didiskriminasi oleh ras kulit putih. Konflik horizontal tersebut masih kerap
terjadi hingga saat ini.
Penyebab konflik antar RAS

4 Penyebab Konflik Antar Ras Suku Bangsa Di Dunia


Seperti yang kita tahu, Indonesia kaya akan nilai budaya dan keberagamannya mulai dari bahasa,
tarian, seni budaya, dan juga sukunya. Banyak sekali jumlah suku yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Keistimewaan dari suatu suku itulah yang melahirkan ras-ras seperti ras madura atau ras-
ras campuran yang ada di Indonesia. Nah, pada awalnya ras-ras ini terlahir di Indonesia dan hidup
bermasyarakat dengan rukun dan damai.

Entah di mana mulanya, akhirnya konflik antar ras pun muncul di berbagai wilayah. Korbannya, bisa
dipastikan kebanyakan adalah yang berasal dari warga sipil. Padahal belum tentu warga sipil ikut
serta dalam konflik tersebut. Bisa saja mereka diserang membabi buta oleh pihak yang berseteru.
Kerusakan material sudah tidak terhitung lagi berapa jumlah totalnya. Sekarang yang menjadi
pertanyaan adalah mengapa konflik ini bisa terjadi hanya dikarenakan perbedaan ras? Apakah konflik
ini benar-benar terjadi murni hanya karena itu saja? Apakah ada keterkaitan dengan faktor-faktor
lainnya? Mari kita simak bersama Penyebab Konflik Antar Ras berikut:

1. “Kepanikan” Budaya
Panik di sini berarti ada suatu rasa terkejut dari ras tertentu apabila ras lainnya yang notabene dekat,
memiliki kebudayaan yang berbeda. Budaya ini bisa berbentuk macam-macam mulai dari tingkah laku
sampai dengan fashion yang digunakan sehari-hari. Nah, perbedaan-perbedaan tersebut merupakan
suatu yang indah bukan? Menyaksikan keragaman budaya dalam suatu daerah merupakan kekayaan
tersendiri yang patut disyukuri. Namun, bagi pihak yang “kaget” akan budaya baru yang dibawa oleh
ras tertentu, akan merasa bahwa budayanya terinjak-injak oleh budaya lain yang menurut dia lebih
jelek.

Hal tersebut tidak sepenuhnya benar, karena belum tentu budaya lain seluruhnya negatif. Namun
dengan prasangka buruk tadi, maka timbullah rasa tidak sesuai yang lahir dari dalam diri, dan
berusaha untuk menghimbau ras lain untuk tidak melakukan budayanya lagi. Hal ini tentunya
merupakan tekanan untuk ras tersebut, karena toh mereka melakukan hal yang turun temurun
dilakukan, apa salahnya bila meneruskan budaya yang lahir sejak jaman dahulu. Lalu dari rasa saling
tidak terima itu lah, usaha kompromi malah berujung menjadi konflik antar ras. Konflik di sini bukan
hanya berbentuk perkelahian, namun juga bisa berbentuk hinaan kepada ras-ras tertentu yang
banyak sekali kita jumpai di sosial media.

2. Tidak Suka Adanya Perbedaan


Kita sejak kecil lahir di keluarga dan masyarakat yang selalu dekat dengan kita. Tiap hari kita belajar
bagaimana masyarakat kita bertingkah laku, bagaimana masyarakat bercengkrama dan melakukan
aktifitasnya sehari-hari. Kita belajar untuk mengetahui identitas kita. Pada suatu hari, suatu ras datang
untuk mengungsi di tempat kita tinggal. Lalu apa yang harus kita lakukan? Membenci atau menerima?
Pertanyaan itulah yang akan menimbulkan dua jawaban, ya dan tidak. Ya, kita menerima dengan
pengecualian sifat-sifat buruk mereka, yang seharusnya tidak mereka lakukan. Kita menerima
perbedaan mereka.

Selain jawaban ya, adapula jawaban tidak. Tidak, kita tidak akan menerima perbedaan itu. Nah,
jawaban inilah yang berpotensi menimbulkan konflik, walaupun kecil bentuknya. Tapi jangan salah,
dari kebencian yang kecil itu, nantinya akan berkembang menjadi rasa tidak suka yang semakin
besar. Lebih seram lagi, bila kita sudah terlanjur menjadi sangat tidak suka, yang ada di pikiran kita
hanyalah cara untuk menyingkirkan mereka. Padahal belum tentu mereka tahu apa kesalahan
mereka. Mereka hanya berbeda, ada perbedaan antara mereka dengan kita. Tapi kita sama-sama
manusia, bukankah itulah hal yang penting?

3. Tidak Adanya Rasa Memaklumi / Toleransi


Memaklumi di sini bukan berarti bahwa memaklumi bahwa kita membenci mereka karena mereka
berbeda, namun adalah memaklumi perbedaan itu sendiri. Dengan pikiran terbuka, kita bisa
mengetahui apakah perbedaan dari mereka itu yang membedakan dengan kita. Dengan mengetahui
latar belakangnya, kita bisa belajar banyak mengapa mereka bisa berbeda dengan kita. Bagaimana
mereka berjuang dengan perbedaannya. Lalu, dengan dibumbui rasa simpatik tadi, kita akan belajar
cara memaklumi sebuat perbedaan. Kita bisa melihat sebuah perbedaan tadi adalah suatu
keistimewaan.

Namun sayangnya, hal tersebut nampaknya belum bisa diaplikasikan ke masyarakat luas. Buktinya,
masih saja banyak masyarakat yang “triggered” dengan hal yang menurut mereka berbeda. Hal
serupa dapat kita jumpai di berbagai sosial media. Mereka sangat menjamur di sana.

4. Rasisme yang Masih Marak


Entah bagaimana mulanya, kebiasaan kita di waktu kecil untuk mengejek orang lain masih saja
diaplikasikan sampai dewasa. Hal ini sungguh mengecewakan, mengingat tingkat rasisme yang tinggi
dapat ditemukan pada rentan usia remaja sampai dewasa, yang notabene (kebanyakan) sudah
matang pikirannya. Sebutan-sebutan merendahkan untuk suatu ras masih saja diomongkan.
Walaupun memang tujuan awalnya untuk bercanda, namun tidak setiap orang memiliki tingkat
kesabaran yang sama. Ada orang yang terluka hatinya saat anda panggil dengan sebutan yang
kurang menyenangkan, walaupun kita tidak ada maksud sedikitpun untuk melukai.

Mungkin bagi orang yang sabar, dia bisa menerima “hinaan” itu dengan senyuman, menganggapnya
hanya candaan saja. Namun bila bagi seseorang yang tidak terima akan panggilan tadi, bisa saja dia
melakukan tindakan lain yang kurang bagus juga, “mengatai” balik dengan emosi misalnya. Lalu
kedua ras tadi saling menghina satu sama lain. Awalnya bercanda, lama kelamaan makin serius.
Akhirnya konflik merambat ke sosial media, dimana netizen bisa memilih siapa yang harus di bela,
dan mengatai pihak yang tidak disukai. Semua sama saja. Dari candaan, berubah menjadi
permusuhan.
Akibat konflik antar RAS

1. Ketegangan Antara Individu atau Kelompok yang Berkonflik


Konflik sara bisanya diawali terjadi karena adanya perbedaan pendapat dan cara pandang antara
lebih dari satu penganut agama seperti latar belakang yugoslavia . Konflik dimulai dari individu
kemudian berkembang ke kolompok yang lebih besar dan melibatkan lebih banyak orang terseret
didalamnya. Akibat awal yang akan terjadi dari timbulnya konflik ini adalah tentu ketegangan antara
individu dan kelompok yang berkonflik. Jika tidak segera diredam maka ketegangan ini akan dapat
menimbulkan konflik lain yang lebih besar lagi. Oleh karena itu, sebisa mungkin ketegangan ini harus
segera di redam dan diselesaikan. Biasanya pada saat ini diperlukan seorang mediator netral untuk
memediasi kedua individu atau kelompok yang berkonflik agar berdamai.

2. Memicu Tindak Kekerasan


Setelah timbulnya ketegangan maka secara psikologis akan mempengaruhi jiwa seseoramg dan
dapat memicu timbulnya tindak kekerasan. Tindakan ini biasanya timbul dalam konflik antara dua
kelompok yang memiliki pemikiran radikal. Mereka tidak segan segan menggunkan tindak kekerasan
agar tujuannya mendapat pengakuan dan di benarkan. Padahal dari sini saja kita dapat melihat
bahwa tindakan ini merupakan tindakan yang salah. Karena bagaimanapun, apapun ajaran yang
dipercayai tidak membolehkan untuk saling menyakiti dan melukai sesama manusia. Kondisi yang
demikian tentu harus segera diatasi oleh para penegak hukum seperti pada tahap penyelesaian
konflik yugoslavia , jika tidak maka tindakan ini dapat semakin meluas dan mengancam banyak jiwa.

3. Hilangnya Rasa Aman dalam Kehidupan Bermasyarakat


Sudah tentu bahwa jika terjadi tindak kekerasan maka akan memicu tindakan kerusuhan yang lain
seperti juga penyebab perang pakistan dan india . Dengan kondisi demikian maka masyarakat akan
merasa ketakutan dan tidak aman. Keadaan ini bukan hanya berdampak pada kelompok yang
berkonflik namun, juga masyarakat sipil di sekitar akan terkena dampaknya. Akibatnya banyak anak
anak tidak akan dapat bermain dengan leluasa, tidak bisa sekolah karena takut akan adanya
penyerangan. Orang orang dewasa akan ketakutan saat berangkat bekerja, para pemilik usaha akan
ketakutan jika usahanya menjadi sasaran. Kondisi yang demikian tentu amat mengerikan dan tak
dapat dibayangkan. Lambat laun perekonomian akan lumpuh karena tidak ada transaksi keuangan.
Banyak orang yang memutuskan menyimpan uangnya, menarik tabungan nya untuk berjaga jaga jika
kondisi konflik semakin pelik.

4. Jatuhnya Korban Jiwa dan Kerugian Harta Benda


Kondisi keamanan yang tidak stabil, kerusuhan dan kekerasan yang terjadi tentu saja menimbulkan
korban yang berjatuhan. Entah itu korban luka, atau bahkan hingga meninggal tidak dapat dihindari
seperti pada latar belakang konflik kamboja . Akibatnya konflik akan semakin memanas, karena
banyaknya korban yang berjatuhan yang akan menyebabkan salah satu pihak tidak terima dan
berusaha untuk membalas. Maka, tidak perlu menunggu lama agar perang pecah. Tidak hanya
korban jiwa yang berjatuhan, harta benda juga akan tidak luput dampak konflik. Karena terdesak
maka pihak tertentu akan menjarah toko, merampok dan merusak fasilitas umum yang anda. Jika
kondisi ini tidak dapat segera di take over oleh organisasi militer dan kepolisisan setempat maka
tinggal menunggu waktu saja. Perang antar penganut agama yang lebih melibatkan banyak pihak
akan terjadi.

5. Mengancam Keutuhan Persatuan dan Kesatuan Dalam Kehidupan Berbangsa


Dengan kondisi yang terjadi pada poin sebelumnya, maka kerukunan antar umat beragama akan
hilang. Sehingga persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bernegara akan runtuh. Dengan demikian
maka tinggal menunggu waktu saja. Seberapa lama negara mampu bertahan menghadapi konflik
internal yang terjadi seperti latar belakang tragedi allepo . Jika gagal menghadapi kondisi ini maka
yang akan terjadi adalah negara tersebut akan hancur dan hanya menyisakan namanya dalam
sejarah dunia. Dan jika berhasil menuntaskan konflik ini maka akan membutuhkan waktu yang lama
untuk sebuah negara dapat bangkit dan kembali pada kondisi sebelumnya.

6. Menimbulkan Terpicunya Terjadi Konflik Lain


Sudah menjadi kodratnya, manusia akan merasakan nasib yang sama terutama kepada saudara
mereka dengan keyakinan, suku dan ras yang sama. Kodrat inilah yang kemudian memunculkan rasa
ingin membantu dan meringankan beban mereka yang berada di zona konflik. Sebenarnya hal ini
merupakan hal yang positif dan patut mendapat apresiasi. Namun, di lain hal kondisi ini akan memicu
pertentangan lain seperti contoh konflik antar ras . Serta dapat menyebabkan timbulnya konflik lain
seperti konflik antar ras, suku dan etnis. Sehingga kondisi ini akan semakin pelik dan sulit menemukan
cara penyelesaian yang tepat.

7. Kehancuran Sebuah Negara


Yugoslavia menjadi negara yang harus menyerah pada konflik sara yang timbul. Kini negara tersebut
hanya menyisakan sejarahnya saja. Hal ini menjadi bukti bahwa jika pemerintah tidak segera
bertindak dan melakukan pengendalian konflik sosial dan menganggap konflik sara sebagai konflik
yang tidak serius. Maka tentu yang akan terjadi di Yugoslavia juga akan terjadi pada negara lain yang
sedang di landa kecamuk konflik sara. Pemerintah harus berperan secara aktif dengan mengebuk
pihak yang dapat memicu timbulnya konflik sara. Penegakan hukum harus dilakukam secara adil dan
setara kepada semua pihak. Sehingga jika ada tindakan yang akan memicu konflik sara maka harus
segera di tindak dengan tegas.
5 Cara Mengatasi Konflik Antar RAS
yang Paling Efektif
Konflik antar ras merupakan salah satu konflik yang paling banyak terjadi di dunia.
Tindakan yang memicu konflik ini disebabkan oleh salah satu tindakan yang disebut
dengan rasis. Rasisme sendiri merupakan sebuah bentuk sebuah tidakan yang dinilai
melecehkan ras lain. Dimana para pelaku rasis memandang bahwa ras mereka lebih
unggul dibandingkan dengan ras lain. Sehingga kemudoan melakukan tindakan berupa
menghina atau mengejek dan bahkan melakukan tindak kekerasan terhadap ras lainnya.

Ras sendiri merupakan penggolongan kelompok manusia berdasarkan ciri fenotipnya.


Misalkan ras kulit putih dan ras kulit hitam. Perbedaan antar keduanya terletak pada
warna kulit. Perbedaan inilah yang kemudian dinilai dapat menimbulkan dan memicu
konflik. Sebab pada kenyataannya banyak konflik antar ras yang terjadi dengan faktor
utama didasarkan pada perbedaan secara fisik. Mengingat banyaknya tindakan rasisme
tentu membuat kekhawatiran tersendiri.

Bagaimana tidak, sebab konflik antar ras pada masa lampu juga di dasari oleh prilaku
rasisme sebagaimana pengertian konflik antar ras . Perilaku ini kemudian menjurus
pada penyebab konflik antar ras dan perlakuan diskriminasi bahwa berujung pada
genosida. Tentunya, jangan sampai peristiwa yang sama menjadi terulang kembali
sebagaimana penyebab perang israel palestina . Rasanya akan menjadi hal yang dapat
memicu pertikaian dan peerpecahan. Karenanya diperlukan sebuah upaya seperti 5 cara
mengatasi konflik antar ras yang paling efektif.

1. Menjunjung Tinggi Rasa Saling Menghormati


Konflik antar ras biasanya disebabkan oleh hilangnya rasa saling menghormati diranah
publik. Ras yang satu merasa memiliki posisi lebih tinggi dibandingkan dengan ras
lainnya juga terjadi dalam penyebab palestina dan israel berperang . Sehingga
menganggap diri mereka superior dibandingkan dengan yang lain. Tetunya ini
merupakan nilai yang salah kaprah dan pastinya menjadi pemicu utama sehingga
kemudian memunculkan sikap diskriminasi, rasisme dan yang paling parah adalah
berujung pada aksi genosida. Pada faktanya banyak sudah konflik antar ras yang
berujung pada pemusnahan suatu ras atau etnik.

Konflik ini pada dasarnya di sebabkan oleh hilangnya atau terkikisnya sikap saling
menghormati antara satu sama lain. Sikap inilah yang harusnya diranamkan sebagai
dasar dan pandangan. Dimana bahwa setiap ras atau etnik yang hidup diatas bumi
memiliki hak yang sama. Serta layak mendapat penghormatan dan sejajar dengan ras
yang lainnya. Rasanya memang tidak mudah bagaimana memberikan kesadaran setiap
orang bahwa pemecah dan solusi yang tepat dari berbagai konflik antar ras lahir dari
sikap saling menghormati.

Sikap ini pada dasarnya lahir dari setiap individu yang pastinya mrmiliki kesadaran akan
pentingnya hal ini. Sebab bukan hanya kasus konflik antar ras yang disebabkan oleh
hilangnya sikap salung menghormati ini. Bernagai tindakan dan kasus yang terjadi
belakangan juga disebabkan oleh hal yang sama. Oleh karena itu, sangat penting untuk
kemudian menanamkan sikap saling menghormati antar sesama ras sejak dini. Sehingga
pola yang didapat sejak dini maka akan bisa bertahan hingga individu kelak menjadi
dewasa.

2. Menghargai Perbedaan
Mengatasi konflik antar ras yang kedua dapat dilakukan dengan cara saling menghargai
perbedaan. Dalam penciptaannya manusia sudah pasti diciptakan berbeda sesuai
dengan lingkungan dimana dia tinggal sebagai dampak konflik agama . Misalnya orang
eropa atau ras kulit putih cenderung memiliki kulit putih sebab sesuai dengan kondisi
mereka yang mendapati 4 musim, dimana mereka hanya mendapatkan cahaya matahari
selama 3 bulan. Sedangjan ras negroid memiliki warna kulit yang hitam legam sebab
mereka berasal dari dataran Afrika dengan kondisi alam yang amat ekstrim sehingga
pastinya menyesuaikan dengan kondisi bentang akam disana.

Tentunya perbedaan ini bukan dianggap sebagai sebuah penghalan untuk kemudian
menjalin sosialisasi. Sebab sejak jaman dahulu dan bahkan mungkin hingga kini. Kaum
kulit hitam cenderung mendapatkan sikap diskriminasi dan tindakan rasisme karena
warna kulit mereka. Warna kulit bukan menjadi persoalan , sebab masalh utamanya
adalah terletak pada pribadi individu yang mengesampingkan perbedaan. Pada faktanya
saja pelangi dicuptakan dengan warna spektrum yang berbeda untuk kemudian dapat
menghasilkan keindahan. Begitupula manusia yang diciptakan berneda selayaknya akan
mengisi keindahan pada setiap pojok dunia.

3. Meningkatkan Kesadaran Pribadi


Banyak orang yang tidak memiliki edukasi mengenai bagaimana membentuk kesadaran
diri pribadi sebagi ciri-ciri demokrasi terpimpin . Mereka cenderung mengedepankan
sikap egoisme yang pada akhir ya saling berbenturan dan menimbulkan konflik.
Begitupula dengan konflik antar ras yang marak terjadi. Kesadaran pribadi yang
harusnya menjadi dasar yang dipegang setiap.individu seperti sirna. Hanya karena
melihat diri anda dan warna kulit mereka berbeda dari anda.

Analoginya adalah seorang yang sadar akan cenderung jauh dan tidak kama terlibat
dalam masalah. Sebaliknya mereka yang kehilangan kesadaran biasanya menjadi biang
kerok atau pemicu dalam sebuah insiden. Tentunya analogi ini tepat untuk
mengambarkan betapa kesadaran pribadi seseorang. Memegang peranan penting dalam
menciptakam situasi yang minim konflik dan pertentangan . Untuk itu, sangat penting
menanamkan pandamgan atas kesadaran bahwa perbedaan ras bukan menjadi sebuah
masalah. Sebab masih banyak sekali masalah kemanusiaan yang harusnya menarik
kesadaran kita u tuk lebih fokus memperjuangkannya.

4. Tidak Membudayakan Membulli berdasarkan Perbedaan Ras


Tahukan anda, seiring dengan perkembangan teknologi dan era digital yang begitu
membumi. Membuat seseorang dengan mudahnya membuli seseorang sebagai dampak
negatif konflik . Hanya melalui kolom komentar mereka bisa dengan keji menuliskan
hinaan yang bahkan cenderung mengarah kepada perbuatan rasisme. Tentunya hal ini
tidak bisa dibiarkan begitu saja. Sebab, membully akan menjadi sebuah budaya
dimasyarakat jika kebiasaan ini tidak segera di tanggulangi. Fakta yang mencegangkan
banyak kasus rasisme yang berawal dari komen dan bulian di media sosial.

Tentunya hal ini menjadi masalah baru sebagai bentuk dan pemicu konflik antar ras.
Itulah mengapa banyak yang menyebut bahwa saat ini jari lebih kejam dari pada lidah.
Pelaku rasis cenderung menyerang mereka yang memiliki perbedaan fenotif dengan
kebanyakan orang. Inilah yang kemudian harus di stop, bagaimana negara dan sebuah
bangsa akan maju jika generasi mudanya masih bersikap primitif dalam memandang
perbedaan ras. Bukankan lebih baik menggunakan media sosial sebagai ajang
kampanye melawan tindakan rasisme, pastinya hal ini akan memberikan respon positif
bagi pribadi anda.

5. Menanamkan Pandangan Bahwa Semua Manusia adalah Sama


Pada dasarnya jika dinilai secara penampakan dan fenotif pastinya setiap manusia
memiliki perbedaan sekaligus keunikam masing-masing. Tentunya kita tidak bisa
menghapus hal ini sebagai salah satu penyebab konflik antar golongan . Sebab secara
kodrati manusia memang di ciptakan secara berbeda dan dengan karakteristik yang
berbeda pula. Namun, pandangan ini selayaknya harus disikapi dengan sikap yang
bijaksana. Bukankan kita diajarkan untuk selalu memandang seseorang sebagai satu
kesatuan yang sama.

Tidak ada pembeda kecuali kita sendiri yang membuat perbedaan tersebut dengan
mengelompokkan orang dalam kotak-kotak tertentu. Untuk dapat mengatasi konflik antar
ras salah satu cara yang paling bisa dilakukan. Ialah dengan menanamkan pandangan
bahwa manusia adalah sama. Manusia adalah makluk sosial yang membutuhkan orang
lain. Maka dengan pandangan ini, tentu akan menghapus segala konflik yang bisa
ditimbulkan akibat adanya perbedaan.
Pendapat kami tentang konflik antar RAS adalahSeharusnya
mereka tidak saling konflik.seharusnya mereka menjaga
nama baik indonesia percuma memiliki simbol berbeda beda
tetapi tetap satu tapi mereka tidak mengamalkannya dalam
kehidupan mereka

Anda mungkin juga menyukai