2. Langkah Perancangan
1) Hitung kuat tekan rata-rata beton, berdasarkan kuat tekan rencana dan margin,
f’cr = m + f’c
a. m = 1.64*Sd, standar deviasi diambil berdasarkan data yang lalu, jika tidak ada
diambil dari Tabel 8.1 berdasarkan mutu pelaksanaan yang diinginkan.
b. Kuat tekan rencana (f’c) ditentukan berdasarkan rencana atau dari hasil uji yang
lalu.
Kecil (< 1000 m3) 4.5 < sd <5.5 5.5 < sd <6.5 6.5 < sd <8.5
Sedang (1000 - 3000 m3) 3.5 < sd <4.5 4.5 < sd <5.5 5.5 < sd <7.5
Besar ( > 3000 m3) 2.5 < sd <3.5 3.5 < sd <4.5 4.5 < sd <6.5
b. Ukuran maksimum agregat dihitung dari 1/3 tebal plate dan atau 3/4 jarak
bersih antar baja tulangan, tendon, bundle bar, atau ducting dan atau 1/5 jarak
terkecil bidang bekisting ambil yang terkecil, jika tidak diambil dari Tabel 8.3.
3) Tetapkan jumlah air yang dibuhkan berdasarkan ukuran maksimum agregat dan
nilai slump dari Tabel 8.4
Air (lt/m3)
Slump (mm)
9.5 12.7 19.1 25.4 38.1 50.8 76.2 152.4
mm mm mm mm mm mm mm mm
25.4 s/d 50.8
210 201 189 180 165 156 132 114
76.2 s/d 127
231 219 204 195 180 171 147 126
152.4 s/d 177.8
246 231 216 204 189 180 162 -
Mendekati
jumlah
kandungan udara
dalam beton air
3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.3 0.2
entrained (%)
25.4 s/d 50.8 183 177 168 162 150 144 123 108
76.2 s/d 127 204 195 183 177 165 159 135 120
152.4 s/d 177.8 219 207 195 186 174 168 156 -
Kandungan
udara total rata-
rata yang
disetujui (%)
Diekspose 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0
sedikit 6.0 5.5 5.0 4.5 4.5 4.0 3.5 3.0
Diekspose
menengah 7.5 7.0 6.0 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0
Sangan ekspose
Tabel 8.4 Perkiraan Air Campuran dan Persyaratan Kandungan Udara untuk Berbagai
Slump dan Ukuran Nominal Agregat Masimum
4) Tetapkan nilai Faktor Air Semen dari 8.5. Untuk nilai kuat tekan dalam Mpa yang
berada di antara nilai yang diberikan dilakukan interpolasi.
FAS
Kekuatan Tekan
28 hari (Mpa) Beton Beton
Air-entrained Non Air-entrained
41.4 0.41 -
34.5 0.48 0.4
27.6 0.57 0.48
20.7 0.68 0.59
13.8 0.62 0.74
Tabel 8.5 Nilai Faktor Air Semen
5) Hitung semen yang diperlukan, yaitu jumlah air dibagi dengan factor air semen.
6) Tetapkan volume agregat kasar berdasarkan agregat maksimum dan Modulus
Halus Butir (MHB) agregat halusnya sehingga didapat persen agregat kasar
(Tabel 8.6). Jika nilai Modulus Halus Butirnya berada di antaranya, maka
dilakukan interpolasi. Volume agregat kasar=persen agregat dikalikan dengan
berat kering agregat kasar.
7) Estimasikan berat beton segar berdasarkan Tabel 8.7, kemudian hitung agregat
halus, yaitu berat beton segar – (berat air + berat semen + berat agregat kasar).
8) Hitung proporsi bahan, semen, air, agregat kasar dan agregat halus, kemudian
koreksi berdasarkan nilai daya serap air pada agregat.
9) Koreksi Proporsi Campurannya.
2. Bahan lain
Meskipun air minum yang paling cocok untuk digunakan dalam beton, agregat tersebut
dipilih secara teliti. Agregat terdiri dari 60 sampai 75 persen dari total volume beton. Jenis
dan ukuran campuran agregat tergantung pada ketebalan dan tujuan dari produk beton akhir.
Hampir semua air alami yang diminum dan tidak memiliki rasa diucapkan atau bau dapat
digunakan sebagai air pencampuran untuk beton. Namun, beberapa perairan yang tidak sesuai
untuk minum mungkin tidak cocok untuk beton.
Kotoran yang berlebihan di pencampuran air tidak hanya dapat mempengaruhi setting
time dan kekuatan beton, tetapi juga dapat menyebabkan pembungaan, pewarnaan, korosi
tulangan, ketidakstabilan volume, dan daya tahan berkurang. Spesifikasi biasanya
menetapkan batas klorida, sulfat, alkali, dan padatan dalam air pencampuran kecuali tes dapat
dilakukan untuk mengetahui pengaruh ketidakmurnian telah di berbagai properti. bagian
bangunan yang relatif tipis panggilan untuk agregat kasar yang kecil, meskipun agregat
sampai enam inci (150 mm) dengan diameter telah digunakan dalam bendungan besar.
Sebuah gradasi kontinu ukuran partikel yang diinginkan untuk efisiensi penggunaan pasta.
Selain itu, agregat harus bersih dan bebas dari segala hal yang mungkin mempengaruhi
kualitas beton.
b. Tentukan FAS dari Grafik dan berdasarkan keawetan Tabel 8.8. Pilih nilai yang
terkecil
c. Buat proporsi agregat dari masing-masing fraksi (perbandingan antara agregat halus
dengan agregat kasar), sehingga masuk dalam salah satu kurfa dalan grafik 8.3.1
sampai 8.3.4 ASTM C-33.
d. Tetapkan proporsi antara agregat dengan semen berdasarkan tingkat kemudahan
pengerjaan, diameter maksimum agregat, bentuk dan FAS ( Tabel 8.9).
e. Hitung proporsi antara semen, air, dan agregat dengan dasar FAS dan proporsi antara
agregat semen.
Ukuran Agrefat/Cement
JenisAgregat Kasar FAS
Maksimum (A/C)
0.35 2.9
0.40 4.3
Alami 40 mm 0.45 5.7
0.50 7.1
0.55 8.1
0.40 3.2
0.45 3.9
0.50 4.7
Di Pecah 40 mm 0.55 5.4
0.60 6.1
0.65 6.8
Alami 20 mm 0.35 2.8
0.40 3.9
0.45 5.0
0.50 5.9
0.55 7.4
0.60 8.0
0.35 2.3
0.40 2.9
0.45 3.4
0.50 3.9
Di Pecah 20 mm 0.55 4.5
0.60 4.9
0.65 5.4
0.70 5.8
Table 8.9 Program Agregat dengan Semen (berat)
f. Kebutuhan dasar dari beton dihitung dari volume absolute, prinsip hitungan ialah
volume beton padat sama dengan jumlah absolute kbahan-bahan dasarnya. Proporsi
campuran dapat dihitung jika diketahui:
s = Berat jenis semen air = Berat jenis air
ag.h = Berat jenis agregat halus v = Prosentase udara dalam beton
ag.k = Berat jenis agregat kasar S = Berat semen yang diperlukan dalam I m3
The British Mix Design Method
Mix desain metode menurut cara Inggris ("The British Mix Design Method") di
Indonesia ini dikenal dengan cara DOE yang dipakai sebagai standar perencanaan oleh
Departemen Pekerjaan Umum dan dimuat dalam Standar SNI.T-15-190-03 ("Tata Cara
Pembuatan Rencana campuran Beton Normal"). Adapun langkah-langkahnya secara garis
besarnya adalah sebagai berikut:
1. Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan (f'c) pada umur tertentu.
2. Penetapan nilai standar deviasi (Sd). Standar deviasi ditetapkan berdasarkan tingkat mutu
pengendalian pelaksanaan campuran beton-nya. Makin baik mutu pelaksanaan makin
kecil nilai standar deviasinya.
3. Perhitungan nilai tambah ('Margin/M')
4. Jika nilai tambah sudah ditetapkan sebesar 12 MPa, maka langsung ke langkah
5. Jika nilai tambah dihitung berdasarkan nilai standar deviasi Sd, maka margin dihitung
dengan rumus:
M = k. Sd
dimana:
M : Nilai tambah (MPa)
K : 1.64
Sd : Standar deviasi (MPa)
6. Menetapkan kuat tekan rata-rata yang direncanakan, dihitung dengan rumus:
f'cr = f'c + M
dimana:
f'cr : Kuat tekan rata-rata (MPa)
f'c : Kuat tekan yang disyaratkan (MPa)
M : Nilai tambah (MPa)
7. Penetapan jenis semen Portland.
8. Penetapan jenis agregat, memakai jenis pasir atau kerikil yang alami atau agregat jenis
batu pecah.
9. Menetapkan faktor air semen.
10. Penetapan faktor air semen maksimum, dari fas maksimum yang diperoleh dibandingkan
dengan fas langkah 8, dicari nilai yang terkecil.
11. Penetapan nilai slump, ditetapkan berdasar-kan pelaksanaan pembuatan, pengangkutan,
penuangan, pemadatan maupun jenis strukturnya.
12. Penetapan ukuran maksimum agregat kasar.
13. Menentukan jumlah air per meter kubik beton berdasarkan ukuran maksimum agregat,
jenis agregat dan nilai slump.
14. Hitung berat semen yang dibutuhkan. Berat semen per kubik dihitung dengan membagi
jumlah air (langkah 12) dengan faktor air semen (langkah 8)
15. Kebutuhan semen minimum.
16. Penyesuaian kebutuhan semen. Apabila kebutuhan semen pada langkah 13 lebih kecil
dari kebutuhan semen minimum (langkah 14), maka kebutuhan semen harus dipakai yang
minimum.
17. Penyesuain jumlah air dan faktor air semen.
18. Penentuan daerah gradasi agregat halus. Gradasi agregat halus dibagi menjadi 4 daerah :
daerah I, II, III dan IV.
19. Perbandingan agregat halus dan agregat kasar. Dicari berdasarkan besar butir maksimum,
nilai slump, faktor air semen dan daerah gradasi agregat halus, berdasarkan data tersebut
dapat dicari perbandingan agregat halus dan agregat kasar.
20. Berat jenis agregat campuran, dihitung dengan:
Bj agr.ksrs 100 K x Bj agr.hls 100 = P Bj camp
dimana:
Bj camp : Berat jenis agregat campuran
Bj agr.hls : Berat jenis agregat halus
Bj agr.ksr : Berat jenis agregat kasar
P : Persentase agregat halus terhadap agregat campuran
K : Persentase agregat kasar terhadap agregat campuran
21. Penentuan berat jenis beton. Dengam data berat jenis agregat campuran (langkah 18) dan
kebutuhan air tiap meter kubik beton, maka dapat diperkirakan berat jenis betonnya.
22. Kebutuhan agregat campuran. Diperoleh dengan mengurangi berat beton per meter
kubikdengan kebutuhan air dan semen.
23. Hitung berat agregat halus, dengan cara mengalikan kebutuhan agregat campuran
(langkah 20)dengan prosentase berat agregat halusnya (langkah 17)
24. Hitung berat agregat kasar, dengan cara mengurangi kebutuhan agregat campuran
(langkah 20) dengan kebutuhan agregat halus (langkah 21)