Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum Struktur dan Bahan Kelompok XX

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Perhitungan Mix Desain Metode Dreux


Perancangan campuran beton yang disyartkan adalah 23,8 MPa dengan
nilai slump 100 mm. Berikut hasil pengujian karakteristik material mulai dari
semen, agregat halus, dan agregat kasar yang digunakan dalam mix.
Tabel 8. Rekapitulasi Pemeriksaan Karakteristik Agregat Kasar
No. Karakteristik Hasil Interval ASTM Keterangan
1 Kadar Air 0,868% 0,50 % - 2,00 % Memenuhi
2 Kadar Lumpur 0,4 % 0,2 % - 1,00 % Memenuhi
3 Berat Volume Padat 1,543 kg/liter 1,40 – 1,90 kg/ltr Memenuhi
4 Berat Volume Gembur 1,423 kg/liter 1,40 – 1,90 kg/ltr Memenuhi
5 Berat Jenis SSD 2,718 1,60 – 3,20 Memenuhi
6 Absorpsi (Penyerapan) 1,031 % 0,20 % - 2,00 % Memenuhi
7 Modulus Kehalusan 2,770 5,50 – 8,50 Tidak Memenuhi

Tabel 9. Rekapitulasi Pemeriksaan Karakteristik Agregat Halus


No. Karakteristik Hasil Interval ASTM Keterangan
1 Kadar Air 3,413% 3,00 % - 5,00 % Memenuhi
2 Kadar Organik No.1 < No.3 Memenuhi
3 Kadar Lumpur 2,7% 0,20 % - 6,00 % Memenuhi
4 Berat Jenis SSD 2,569 1,60 – 3,20 Memenuhi
5 Absorpsi (Penyerapan) 2,249 % 0,20 % - 2,00 % Tidak Memenuhi
6 Berat Volume Padat 1706,67 kg/l >1,200 kg/ltr Memenuhi
7 Berat Volume Gembur 1558,34 kg/l >1,200 kg/ltr Memenuhi
8 Modulus Kehalusan 3,019 2,20 – 3,10 Memenuhi

IV.1.1. Perhitungan Perencanaan Campuran Beton Dengan Metode Dreux.


Perancangan campuran beton yang disyaratkan, f’c = 23,8 Mpa dengan
Slump = 100 mm. Dengan hasil pengujian di laboratorium diketahui sebagai
berikut:

1. Kuat Tekan Yang diisyaratkan, F’c = 23,8 Mpa


2. Dari data sebelumnya diketahui standar deviasi (S) = 4 MPa.
3. Dari Tabel 2 dilakukan interpolasi

BAB IV – Hasil dan Pembahasan IV-1


Laporan Praktikum Struktur dan Bahan Kelompok XX

Jumlah benda uji Faktor koreksi


5 1,45
6 X
10 1,28

x = 1,45- (1,45-1,28)

x = 1,314
diperoleh deviasi standar = 1,314 x 4 = 1,16 Mpa
4. Margin Kekuatan
= 1,64 x 1,16
= 1,902 Mpa
5. Margin Kekuatan berdasarkan tabel 3 adalah 8.5 Mpa
6. Kuat Tekan Rencana
f’cr1 = f’c + 1,902
= 23,8 + 1,902
= 25,702 MPa
f’cr1 = f’c + 8.5
= 23,8 + 8.5
= 32,3 Mpa
7. Kekuatan Tekan Rencana
f’cr2 = f’c + 2,64 S – 4
= 23,8 + 2,64 (1,16) – 4
= 22.862 MPa
8. Kekuatan Tekan Rencana
Diambil f’cr yang terbesar ( f’cr = 32,3 MPa )
9. Rasio Berat Semen-Air (C/E)
Faktor Granular batuan, Tabel 1. (Hubungan Diameter Maksimum Agregat
dengan Faktor Granular) yaitu diambil G = 0,5 dengan kualitas butiran
normal dan diameter butiran agregat kasar 25 mm.
a. Dari Rumus DREUX, besarnya :

BAB IV – Hasil dan Pembahasan IV-2


Laporan Praktikum Struktur dan Bahan Kelompok XX

C f'cr 32,3
= +0,5 = +0,5 =1,792
E G ×fcc 0,5 ×50

b. Slump rencana = 100 mm


c. Plastisitas beton = lembek
d. Pemadatan = tusukan
e. Ukuran Agregat Maksimum 25 mm
f. Jumlah Semen
g. Menentukan Jumlah Semen.
h. Agregat kasar berupa batu pecah, maka nilai Slump =120-20= 100 mm
i. Sehingga dari Gambar 1.(Kurva Hubungan C/E – Slump), diperoleh
jumlah semen = 398 kg/m3.
j. Jumlah Air Bebas = 398/1,792 = 222,098 kg/cm3
k. Koreksi Jumlah Air menurut table 5 adalah 0 %
l. Menentukan Persentase Masing-masing Agregat.
Ukuran agregat maksimum = 25 mm
25
Sehingga X = =12,5 mm
2
Ordinat Y
Y = 50  D  K  Ks
Nilai ‘K’ (Tabel 5) untuk dosis semen = 398 Kg/m3 beton adalah
K= 0,08

Maka : Ks = 6 Mf – 15  Mf = 3,019
= 6 ∙ (3,019) – 15
= 3,114

Jadi : Y = 50  D  K  Ks

= 50 – + 0,08 + 3,114

= 48,194

Jadi titik patah (12,5 mm ; 48,194)

BAB IV – Hasil dan Pembahasan IV-3


Laporan Praktikum Struktur dan Bahan Kelompok XX

Gambar 3. Kurva Granulametri


Dengan kurva Granulametri Agregat, didapatkan :
Fraksi Halus = 37 %
Fraksi tengah = 12 %
Fraksi kasar = 51 %

Karena batu yang digunakan tidak diolah, maka fraksi tersebut hanya
terdiri atas 2 fraksi , yaitu :
Fraksi halus (Pasir) = 37 %
Fraksi kasar (Batu Pecah) = 12 + 51
= 63 %
m. Menentukan Jumlah Air.
C 398
Jumlah Air = (C / E ) =1,792 =222,098 kg/m3

Koreksi kadar air (EI) agregat maksimum = 25 mm, menurut Tabel 4


(Koreksi Kadar Air) dengan imterpolasi diperoleh EI = 0 %
Sehingga jumlah air bebas = (1+ 0/100) × 222,098
= 222,098 kg/m3

BAB IV – Hasil dan Pembahasan IV-4


Laporan Praktikum Struktur dan Bahan Kelompok XX

n. Menentukan Berat Agregat (Kondisi SSD).


Untuk beton lembek dengan pemadatan tusukan bagi agregat
maksimum berukuran 25 mm, maka menurut Tabel 7 (Koefisien

Kekompakan Beton) dengan interpolasi diperoleh    = 0,805

1. Koreksi kekompakan    :
Agregat berupa pasir alam dan batu pecah, maka K1 = 0,0096
Jumlah semen 398, maka nilai K2 direduksi = -0.010
Sehingga :    = 0,805 + K1 + K2
= 0,805 + 0,0096 - 0,010
= 0,805

398
2. Volume Semen = =126,349 l/m3
3,15
3. Volume Agregat = 1000 × 0,805 – 126,349= 678,651 kg/m3
Jadi berat Agregat Halus = 0,37 × 678,651 × 2,569 = 645,078 kg/m3
Jadi berat Agregat Kasar = 0,63 × 678,651 × 2,718 = 1162,081 kg/m3

o. Menentukan Berat Agregat (Kondisi Lapangan).


Diketahui :
Kadar air Agregat Halus : 3,413 %
Kadar air Agregat Kasar : 0,868 %
Absorpsi Agregat Halus : 2,249 %
Absorpsi Agregat Kasar : 1,031 %

3,413 2,249
Jumlah agregat halus = ×678,651 +645,078 =652,977
100
kg/m3
Jumlah agregat kasar =

0,868 1,031
×678,651 +1162,081 =1160 ,975 kg/m3
100

Jumlah air = 222,098– x 1160,975)

= 222,100 kg/m3.

BAB IV – Hasil dan Pembahasan IV-5


Laporan Praktikum Struktur dan Bahan Kelompok XX

Sehingga komposisi akhir menjadi :


a. Jumlah air = 222,100 kg/m3
b. Jumlah semen = 398 kg/m3
c. Jumlah Agregat Halus = 652,977 kg/m3
d. Jumlah Agregat Kasar = 1160,975 kg/m3
e. Berat Jenis Beton Teoritis = 2434,052 kg/m3

p. Menentukan komposisi campuran berdasarkan perbandingan volume


a. Volume semen = = 1 m3

b. Volume air = = 0,558 m3

c. Volume Agregat Halus = = 1,641 m3

d. Volume Agregat Kasar = = 2,917 m3


e. Perbandingan Komposisi = semen : Agregat halus : Agregat kasar
1 : 1,641 : 2,917

q. Kapasitas Untuk 6 Silinder.


1
Volume silinder =    d2×t ; dimana : d =15 cm dan t = 30
4
cm
1
= × 3,14 × 0,152 × 0,3
4
= 0,0053 m3
Volume untuk 6 silinder = 6 × 0,0053 = 0,0318 m3

Maka kapasitas untuk 6 silinder, yaitu :


1. Berat Air = 0,0318 × 222,100 = 7,063 kg + 5 % = 7,416
kg

BAB IV – Hasil dan Pembahasan IV-6


Laporan Praktikum Struktur dan Bahan Kelompok XX

2. Berat Semen = 0,0318 × 398 = 12,656 kg + 5 % = 13,289


kg
3. Berat Agregat Halus = 0,0318 × 652,977 = 20,765 kg + 5 % = 21,803
kg
4. Berat Agregat Kasar = 0,0318 ×1160,975 = 36,919 kg +5 % = 38,765
kg

Tabel Hasil Perhitungan


Referensi
No. Uraian Nilai
Perhitungan
1. Kuat Tekan Yang Disyaratkan f’c Disyaratkan 23,8 Mpa
2. Deviasi Standar Tabel 2 1,16
3. Margin Kekuatan 1,64 [2] 1,902
4. Margin Kekuatan Tabel 3 8,5
1+3 25,702 Mpa
5 Kuat Tekan Rencana
1+4 32,3 Mpa
6. Kekuatan tekan rencana fcr = fc’ + 2,64s -4 22,862 Mpa
7. Kekuatan tekan rencana Terbesar (5) & (6) 32,3 Mpa
8. Rasio Berat Semen-Air (C/E) Rumus DREUX 1,792
9. Slump Rencana Disyaratkan 100 mm
10. Plastisitas Beton Tabel 6 Lembek
11. Jenis Pemadatan Beton Tabel 6 Tusukan
12. Ukuran Agregat Maksimum Disyaratkan Tabel 1 25 mm
13. Jumlah Semen Gambar 1 398 kg/m3
14. Jumlah Air bebas C/(C/E) 222,098 kg/m3
15 Koreksi Jumlah Air Tabel 4 0%
16. Jumlah Air Bebas Yang Dipakai
Pada Perencanaan {1+[16]/100}*[15] 222,098 kg/m3

17. Proporsi Agregat Halus Kurva Granulametri 37 %


18. Proporsi Agregat Kasar Kurva Granulametri 63 %
19. Koefisien Kekompakan Beton Tabel 7 0,805
Koreksi Kekompakan Beton, K1 0,0096
Bila Menggunakan :
Agregat halus alam dan agregat
kasar dipecah
Agregat Halus dan Agregat Kasar -0,01
di Pecah
BAB IV – Hasil dan Pembahasan IV-7
Laporan Praktikum Struktur dan Bahan Kelompok XX

Agregat Ringan
21. Koreksi Kekompakan Beton, K2 ([13]-350)/5000 -0,01

Kekompakan Beton Yang Telah [19] + [20] + [21]


22. 0,805
Dikoreksi

Perancangan Campuran Beton Dengan Metode Dreux

No. Uraian Referensi Perhitungan Nilai


23. Jumlah total agregat [22]*1000-[14]/3,15 678,651 kg/m3
24. Berat Jenis Agregat Halus (SSD) 2,569 kg/m3
25. Berat Jenis Agregat Kasar (SSD) 2,718 kg/m3
26. Jumlah Agregat Halus [17]/100*[23]*[24] 645,078 kg/m3
27. Jumlah Agregat Kasar [18]/100*[23]*[25] 1162,081 kg/m3
28. Kelembaban Agregat Halus 3,413 %
29. Kelembaman Agregat Kasar 0,868 %
30. Absorpsi Agregat Halus 2,249 %
31. Absorpsi Agregat Kasar 1,031 %

Menentukan Komposisi Campuran Beton Kondisi Lapangan

No. Uraian Referensi Perhitungan Nilai


32. Jumlah Agregat Halus (28)-(30)/100*(23)+(26) 652,977 kg/m3
33. Jumlah Agregat Kasar (29)-(31)/100*(23)+(27) 1160,975 kg/m3
(16)-(((28)-(30)/100)-
34. Jumlah Air 222,100 kg/m3
(29)-(30)/100)
35. Berat jenis beton teoritis [13]+[32]+[33]+[34] 2434,552 kg/m3

Menentukan Komposisi Mix Kapasitas benda uji


36. Kapasitas 1 benda uji silinder 0,0053 m3
37. Kapasitas benda uji 6 buah 0,0318 m3
Semen
[13]*[37] 13,289 kg
38.
39. Air [34]*[37] 7,416 kg
40. Agregat Halus [32]*[37] 21,803 kg
41. Agregat Kasar [33]*[37] 38,765 kg
42. Perbandingan komposisi 1 : 1,66 : 2,92
BAB IV – Hasil dan Pembahasan IV-8
Laporan Praktikum Struktur dan Bahan Kelompok XX

Data Setelah Pelaksanaan


43 Sisa Air Campuran Tidak ada
44 Penambahan Air 1,3 ltr
45 Jumlah Air Sesungguhnya 7,416 kg
46 Nilai Slump Yang Diukur 100 mm
47 Volume Yang Direncanakan Kapasitas 6 Silinder 0,0318 m3
48 Volume Sesungguhnya 0,0053 m3

IV.2. Perhitungan Hasil Uji


IV.2.1. Kuat tekan (Tabel dan grafik)
Untuk menentukan kuat tekan
Tegangan hancur = Beban maksimum / Luas penampang silinder
Dimana : Beban maximum ( N )
Luas penampang silinder ( mm2 )
Tegangan Hancur ( N/mm2 )

a. Umur 3 Hari :
d = 150 mm
t = 300 mm
Beban Maksimum (P) = 230 kN = 230000 N
Luas Penampang (A) = ¼ π d2
= ¼. 3,14. 1502.
= 17662,5 mm2
P
Tegangan Hancur =
A
= 230000/ 17662,5
= 13,02 N/mm2
= 13,02 Mpa

BAB IV – Hasil dan Pembahasan IV-9


Laporan Praktikum Struktur dan Bahan Kelompok XX

b. Umur 7 Hari :
d = 150 mm
t = 300 mm
Beban Maksimum (P) = 230 kN = 230000 N
Luas Penampang (A) = ¼ π d2
= ¼. 3,14. 1502.
= 17662,5 mm2

P
Tegangan Hancur =
A
= 230000/ 17662,5
= 11,32 N/mm2
= 11,32 Mpa

c. Umur 14 Hari :
d = 150 mm
t = 300 mm
Beban Maksimum (P) = 230 kN = 230000 N
Luas Penampang (A) = ¼ π d2
= ¼. 3,14. 1502.
= 17662,5 mm2
P
Tegangan Hancur =
A
= 230000/ 17662,5
= 12,46 N/mm2
= 12,46 Mpa

d. Umur 21 Hari :
d = 150 mm
t = 300 mm
Beban Maksimum (P) = 230 kN = 230000 N
Luas Penampang (A) = ¼ π d2
= ¼. 3,14. 1502.
= 17662,5 mm2
P
Tegangan Hancur =
A
= 230000/ 17662,5
= 17,83 N/mm2
= 17,83 Mpa
e. Umur 28 Hari :
d = 150 mm
t = 300 mm
Beban Maksimum (P) = 230 kN = 230000 N
Luas Penampang (A) = ¼ π d2

BAB IV – Hasil dan Pembahasan IV-10


Laporan Praktikum Struktur dan Bahan Kelompok XX

= ¼. 3,14. 1502.
= 17662,5 mm2
P
Tegangan Hancur =
A
= 230000/ 17662,5
= 11,89 N/mm2
= 11,89 Mpa

Tabel 10. Rekapitulasi Perhitungan Tegangan Hancur


Umur Luas Tegangan
Beban Max Berat Beton
NO Perawatan Penampang Hancur
P (N) (kg)
(hari) A (mm ) 2 (N/mm2)
1 3 230000 12,53 17662,5 13,02
2 7 200000 12,57 17662,5 11,32
3 14 220000 12,61 17662,5 12,46
4 21 315000 12,64 17662,5 17,83
5 28 210000 12,68 17662,5 11,89

BAB IV – Hasil dan Pembahasan IV-11


Laporan Praktikum Struktur dan Bahan Kelompok XX

Gambar 4. Grafik Regresi


PEMBAHASAN :
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh:
a. Hasil dari grafik regresi menunjukkan perbandingan antara kuat tekan
beton dengan umur beton tidak tetap.
b. Kuat tekan beton yang sesungguhnya berbanding lurus dengan umur
beton, dimana semakin lama umur beton maka kuat tekan beton akan
semakin besar. Hal ini tidak sesuai dengan hasil percobaan yang
menunjukkan perbandingan yang tidak tetap.
c. Proses pembuatan benda uji misalnya proses pemadatan yang berlebihan
akan menyebabkan agregat kasar akan berkumpul di dasar silinder yang
mengakibatkan kuat tekannya rendah.
d. Proses penjemuran beton setelah perendaman, dimana beton tidak kering
sempurna mengakibatkan kuat tekan beton tidak mencapai nilai maksimal.

IV.3. Kuat Tarik belah


IV.3.1. Ruang Lingkup
BAB IV – Hasil dan Pembahasan IV-12
Laporan Praktikum Struktur dan Bahan Kelompok XX

Metode pengujian ini mencakup cara penentuan kuat tarik belah


benda uji yang dicetak berbentuk silinder atau beton inti yang diperoleh
dengan cara pengeboran termasuk ketentuan peralatan dan prosedur
pengujiannya serta perhitungan kekuatan tarik belahnya.
Pengujian kuat tarik belah digunakan untuk mengevaluasi ketahanan
geser dari komponen struktur yang terbuat dari beton yang menggunakan
agregat ringan.
IV.3.2. Persyaratan
1. Peralatan pengujian
Peralatan untuk pengujian harus memenuhi persyaratan berikut :
a. Mesin uji tekan
Mesin uji tekan yang digunakan untuk pengujian kuat tarik
belah beton harus memenuhi ketentuan yang berlaku pada pengujian
kuat tekan untuk benda uji beton, selain itu juga harus memenuhi
persyaratan kecepatan pembebanan yang diatur dalam metoda ini.
b. Pelat atau batang penekan tambahan
Pelat atau batang tekan tambahan diperlukan bila diameter
atau panjang benda uji lebih besar dari ukuran permukaan tekan dari
mesin uji yang digunakan; pelat atau batang tekan tambahan tersebut
harus dipasangkan pada bagian bawah dan bagian atas dari mesin uji
tekan dan harus terbuat dari pelat baja yang memiliki tingkat

kerataan 0,025 mm bila diukur tegak lurus terhadap setiap titik

pada garis singgung bidang tekan. Pelat atau batang penekan


tambahan tersebut harus berukuran lebar minimal 50 mm dan tebal
minimal sama dengan jarak antara tepi bidang tekan bagian bawah
dari mesin uji hingga ujung silinder benda uji. Pelat atau batang
penekan tambahan tersebut harus digunakan sedemikian rupa hingga
beban tekan diberikan pada seluruh panjang benda uji.

c. Bantalan bantu pembebanan

BAB IV – Hasil dan Pembahasan IV-13


Laporan Praktikum Struktur dan Bahan Kelompok XX

Untuk setiap benda uji harus disediakan dua buah bantalan


bantu pembebanan yang terbuat dari kayu lapis tanpa cacat setebal 3
mm dengan lebar 25 mm dan sedikit lebih panjang dari panjang
benda uji. Bantalan bantu pembebanan harus diletakkan di antara
benda uji dan permukaan tekan mesin uji atau bila menggunakan
pelat atau batang penekan tambahan tersebut. Bantalan
bantupembebanan tersebut hanya dapat dipakai untuk satu kali
pengujian dan tidak boleh dipakai ulang.
2. Prosedur pengujian
a. Mengambil benda uji dari bak perendaman, benda uji kemudian
dijemur hingga kering
b. Mengangkat benda uji kemudian didinginkan hingga mencapai
suhu normal
c. Menimbang benda uji lalu dicatat beratnya.
d. Memasang peralatan baja pada benda uji dan batang penekan
pada benda uji
e. Memasang bantalan baja pada bagian bawah alat uji, lalu
ditambah dengan pelat baja diatasnya
f. Meletakkan benda uji di atas pelat baja dengan posisi
horizontal ke arah depan, lalu ditambah dengan pelat baja di atas
benda uji
g. Melakukan pembebanan pada benda uji hingga mencapai titik
hancur yang ditandai dengan retaknya benda uji (terbelah)
h. Mencatat beban maksimum yang terjadi pada benda uji

BAB IV – Hasil dan Pembahasan IV-14


Laporan Praktikum Struktur dan Bahan Kelompok XX

3. Perhitungan kuat tarik belah


Menghitung kuat tarik belah dari benda uji dengan rumus sebagai
berikut :

Keterangan :
fct : kuat tarik-belah, dalam MPa
P : beban uji maksimum (benda belah/hancur)
dalam Newton (N) yang ditunjukkan mesin uji
tekan
L : panjang benda uji dalam mm
D : diameter benda uji dalam mm

Dari hasil percobaan diketahui data-data sebagai berikut :


Silinder TB1 :
Umur 28 hari
L = 300 mm
D = 150 mm
P = 165 kN = 165000 N
Kuat Tarik Belah ( fct ) = 2P / LD
= (2x165000) / (300x150)
= 7,33 N/mm2
= 7,33 MPa

BAB IV – Hasil dan Pembahasan IV-15


Laporan Praktikum Struktur dan Bahan Kelompok XX

4. Pembahasan hasil uji


Kuat Tarik
Kuat Tekan N/mm2 (MPa)
Belah (MPa)
Disyaratkan 23,8
Rencana 23,8 7,33
Hasil Percobaan 11,89

Dari hasil pengamatan dan perhitungan yang didapat pada umur 28


hari ialah nilai kuat tekannya sebesar 11,89 Mpa dan tidak memenuhi kuat
tekan yang diisyaratkan yaitu 23,8 Mpa.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan nilai kuat tekan
karekteristiknya tidak mencapai yang direncanakan, yakni :
1. Adanya kekeliruan dan kurang teliti dalam melakukan proses
perencanaan dan pelaksanaan campuran,
2. pada saat pencucian agregat, tidak dilakukan dengan maksimal
sehingga masih tertinggal material yang tidak diinginkan yang akan
berdampak pada daya lekat dari agregat itu sendiri.
3. Perawatan beton yang kurang maksimal seperti beton yang tidak
kering sempurna atau lamanya penjemuran yang terlalu singkat.
4. Penambahan air yang berlebihan sehingga dapat mengurangi kuat
tekan beton.
5. Proses pemadatan pada saat beton dimasukkan ke dalam silinder
kurang baik, sehingga mengakibatkan terbentuk banyak rongga
pada beton.
6. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kuat tekan beton sebesar
11,89 MPa dan kuat tarik belah sebesar 7,33 MPa.

BAB IV – Hasil dan Pembahasan IV-16

Anda mungkin juga menyukai