PENDAHULUAN
berdasarkan dari struktur geologi, kondisi air tanah dan faktor pengontrol
dipengaruhi oleh geometri lereng, struktur batuan, sifat fisik dan mekanik
1
batuan serta gaya luar yang bekerja pada lereng tersebut. Suatu cara yang
dengan faktor keamanan dan juga pengaruh elevasi timbunan. Faktor ini
Kestabilan lereng disposal atau penimbunan pada tambang terbuka pada PT.
Vale Indonesia Tbk telah menjadi masalah yang membutuhkan perhatian yang
lebih bagi kelangsungan kegiatan penambangan dan menjadi hal yang penting
untuk melakukan studi teknis. Kelongsoran pada lereng disposal tambang terbuka
maupun instalasi penting yang berada di sekitar disposal yang akan menyebabkan
gangguan pada proses pengangkutan dan produksi yang dilakukan oleh PT. Vale
Indonesia Tbk.
elevasi timbunan dan batas dumping terhadap kestabilan lereng disposal pada
yang dapat memodelkan sesuai dengan kondisi asli di lapangan agar terjadi
dua dimensi yang digunakan secara khusus melakukan analisis deformasi dan
stabilitas untuk bebagai aplikasi dalam bidang geoteknik. Program ini merupakan
2
metode antarmuka grafis yang mudah digunakan sehingga pengguna dapat dengan
3
1.2 Permasalahan
1. Bagaimana menghitung nilai faktor keamanan dari lereng timbunan pada area
1.3.1Tujuan.
1. Menghitung nilai faktor keamanan dari lereng timbunan pada area disposal
terhingga.
kestabilan lereng.
4
2. Penelitian ini akan fokus pada analisis stabilitas lereng area timbunan
1.3.2 Manfaat
1. Untuk Penulis, manfaat penelitian ini yaitu untuk menambah pengetahuan dan
2. Untuk Akademisi, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai
konsumsi ilmiah bagi kaum akademis dan dapat dijadikan referensi bagi
3. Untuk Perusahaan,berupa informasi dan arsip bagi PT. Vale Indonesia Tbk.
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar penelitian yang
Laporan Tugas Akhir ini dibagi ke dalam beberapa bagian sebagai berikut:
1) BAB I PENDAHULUAN
5
Pada bab ini menguraikan secara singkat penulisan mengenai : latar belakang,
Menulis dan menganalis hasil yang telah didapat terkait judul atau topik yang
5) BAB V PENUTUP
Dalam bab ini dijelaskantentang kesimpulan dansaran yang diambil dari hasil
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lereng alam adalah lereng yang terbentuk karena proses alam. Material
yang membentuk lereng memiliki kecenderungan tergelincir di bawah beratnya
7
sendiri dan gaya-gaya luar yang ditahan oleh kuat geser tanah dari material
tersebut. Gangguan terhadap kestabilan terjadi jika tahanan geser tanah tidak
dapat mengimbangi gaya-gaya yang menyebabkan gelincir pada bidang longsor.
Lereng alam yang telah stabil selama bertahun-tahun dapat saja mengalami
longsor akibat:
a) Kenaikan tekanan air pori (akibat naiknya muka air tanah) karena hujan yang
berkepanjangan, pembanguanan dan pengisian waduk, gangguan pada sistem
drainase, dan lain lain.
b) Penurunan kuat geser tanah secara progresif akibat deformasi sepanjang bidang
yang berpotensi longsor
c) Proses pelapukan
d) Gempa
e) Gangguan luar akibat pemotongan atau timbunan baru.
Lereng ini merupakan lereng yang di buat oleh manusia untuk suatu
kepentingan yang berkaitan dengan proyek konstruksi. Lereng buatan ini dibagi
menjadi dua bagian yaitu:
a) Penggalian
Lereng dengan timbuanan umumnya adalah untuk badan jalan raya, jalan
kereta api,dam,dan tanggul. Sifat teknis tanah timbuanan dipengaruhi oleh cara
penimbunan dan derajat kepadatan tanah. Analisis secara terpisah harus dilakuaan
pada lereng timbunan, yaitu :
8
Kondisi jangka pendek (saat penimbunan selesai)
Kondisi jangka panjang
Penurunan muka air seketika (sudden drawdown)
Gangguan gempa
Kestabilan suatu lereng sangat bergantung pada kekuatan geser dari bahan
pembentuknya. Keruntuhan geser pada tanah merupakan akibat adanya gerakan
relatif antara butir-butir tanah, bukan karena butir sendirinya yang hancur. Oleh
9
karena itu, kekuatan geser tanah tergantung dari gaya-gaya yang bekerja antar
butirnya. Kekuatan geser tanah terdiri dari dua komponen, yaitu:
a) Bagian yang bersifat kohesi, tergantung dari macam tanah dan kepadatan
butirnya
b) Bagian yang mempunyai sifat gesekan yang sebanding dengan tegangan
normal yang bekerja pada bidang geseran.
10
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menganalisa kestabilan
lereng penambangan adalah sebagai berikut:
2.4.1 Kuat Geser Tanah atau Batuan
Kekuatan yang sangat berperan dalam analisa kestabilan lereng terdiri
dari sifat fisik dan sifat mekanik dari batuan tersebut. Sifat fisik batuan yang
digunakan dalam menganalisa kemantapan lereng adalah bobot isi tanah (),
sedangkan sifat mekaniknya adalah kuat geser batuan yang dinyatakan
dengan parameter kohesi (c) dan sudut geser dalam (). Kekuatan geser
batuan ini adalah kekuatan yang berfungsi sebagai gaya untuk melawan atau
menahan gaya penyebab kelongsoran.
Bobot isi tanah atau batuan
Nilai bobot isi tanah atau batuan akan menentukan besarnya beban yang
diterima pada permukaan bidang longsor, dinyatakan dalam satuan berat per
volume. Bobot isi batuan juga dipengaruhi oleh jumlah kandungan air dalam
batuan tersebut. Semakin besar bobot isi pada suatu lereng tambang maka
gaya geser penyebab kelongsoran akan semakin besar. Bobot isi diketahui
dari pengujian laboratorium. Nilai bobot isi batuan untuk analisa kestabilan
11
lereng terdiri dari 3 parameter yaitu nilai Bobot isi batuan pada kondisi asli
(n ), kondisi kering (d ) dan Bobot isi pada kondisi basah (w).
Kohesi
Kohesi adalah gaya tarik menarik antara partikel dalam batuan,
dinyatakan dalam satuan berat per satuan luas. Kohesi batuan akan semakin
besar jika kekuatan gesernya makin besar. Nilai kohesi (c) diperoleh dari
pengujian laboratorium yaitu pengujian kuat geser langsung (direct shear
strength test) dan pengujian triaxial (triaxial test).
12
dibanding dengan lereng yang tidak terlalu tinggi dan dengan jenis batuan
penyusun yang sama atau homogen. Demikian pula dengan sudut lereng,
semakin besar sudut kemiringan lereng, maka lereng tersebut akan semakin
tidak stabil. Sedangkan semakin besar lebar berm maka lereng tersebut akan
semakin stabil.
2.4.3 Tinggi muka air tanah
Muka air tanah yang dangkal menjadikan lereng sebagian besar basah
dan batuannya mempunyai kandungan air yang tinggi, kondisi ini menjadikan
kekuatan batuan menjadi rendah dan batuan juga akan menerima tambahan
beban air yang dikandung, sehingga menjadikan lereng lebih mudah longsor.
1. Gaya luar
Gaya luar yang mempengaruhi kestabilan lereng penambangan adalah
beban alat mekanis yang beroperasi diatas lereng, getaran yang diakibatkan
oleh kegiatan peledakan, dll.
13
Berdasarkan alasan sosiologis di masyarakat, banyak perusahaan
menjauhi nama wastedump. Istilah yang dipakai adalah disposal area,
wasterock storage area, rock piles dan lain-lain
Disposal biasanya dapat dibuat pada lubang-lubang bekas penambangan
ataupun bekas penambangan kuar, seperti yang terlihat pada gambar 6.1.
Ketika lubang tersebut telah penuh, maka permukaan dari disposal ini akan
dututupi dengan lapisan tanah penutup (top soil) untuk dijadikan daerah
penghijauan. Sudah menjadi tanggung jawab tiap perusahaan penambangan
untuk melakukan penghijauan kembali setelah area penambangan ditutup.
Oleh karena itu, suatu area yang berupa lubang atau lerengbekas
penambangan harus disiapkan untuk menjadi disposal area.
Rancangan disposal sangat penting untuk perhitungan keekonomian.
Lokasi dan bentuk dari disposalakan berpengaruh terhadap jumlah gilir truk ,
biaya operasi dan jumlah truk dalam satu armada yang diperlukan. Pada
umumnya daerah yang diperlukan untuk disposal luasnya berkisar antara 2 -3
kali dari daerah penambangan (pit). Hal ini berdasarkan pertimbangan
diantaranya:
a) Materialyang telah dibongkar (loose material) berkembang 30-45%
dibandingkan dengan material in situ.
14
b) Sudut kemiringan untuk suatu dump umumnya lebih landau dari pit.
2.6 Tipe-tipe disposal
Lokasi disposal adalah mined out area (di dalam daerah “Bluezone”) atau
areal lain sebagai tempat penumpukan tanah penutup, waste, reject, atau
material lain yang tidak ekonomis untuk diproses, yang telah mendapat
persetujuan oleh QA, Mining Engineering Control dan STP. Lereng disposal
termasuk kedalam lereng timbunan (embankment). Sifat teknis tanah
timbunan dipengaruhi oleh cara penimbunan dan derajat kepadatan tanah.
Ada tiga tipe disposal di PT. VALE Indonesia Sorowako, yaitu:Induced
Flow, Semi Induced Flow dan Finger disposal
2.6.1 Finger Disposal
Finger Disposal adalah disposal yang dibuat maju dengan bantuan
dozer. Disposal tipe ini memiliki ciri-ciri yaitu ketinggian kurang dari 15
meter dengan kemiringan lereng yang landai kurang dari 400. Dibutuhkan
kontinuitas dari material sipil sebagai landasan Dump Truckagar tidak terjadi
longsoran. Jika diperlukan dapat dibuat dyke untuk melindungi area yang
belum terganggu dan juga untuk meningkatkan kapasitas disposalnya. Sama
seperti tipe dumpingsemi induced flow,material didorong dengan dozer
hingga ujung lereng. Dozer mendorong material buangan dari jarak 7,5 mater
dari crest yang merupakan posisi truk menongkang muatannya.
Karena kemiringannya yang landai, pengaruh gaya gravitasi tidaklah
terlalu besar sehingga dibutuhkan dozer yang lebih banyak untuk mendorong
material. Disposal ini dapat bergerak maju setelah dilakukan pembatuan
dengan menggunakan material sipil seperti slag, material reject, dan material
kuari. Kelebihan dari jenis ini yaitu dapat memaksimalkan kapasitas
disposalitu sendiri. Sedangkan kerugiannya, membutuhkan biaya untuk
pembatuan atau kontinuitas material sipil.
15
2.6.2 Disposal Tipe Induced Flow
16
Kekurangan tipe dumping ini yaitu tidak dapat diterapkan pada semua slope
karena batuan landasannya harus cukup kuat untuk menahan liveroad dari truk
beserta muatannya hingga ke crest-nya, kapasitas disposal-nya kurang maksimal
dan membutuhkan banyak biaya untuk pengadaan backstop.
17
oleh dozer hingga ujung crest. Crest ke toeadalah 30 meter dengan kemiringan
lereng antara 260–360. Semi Induced Flow membutuhkan pembatuan material
sipil pada landasan truk yang akan menongkang untuk menambah daya dukung
tanah agar tidak terjadi longsoran (subsidence). Karena kemiringannya lebih
besar, disposal tipe ini membutuhkan dozer yang lebih sedikit dari pada
Fingerflow. Namun batas dorongan dozer pada disposal jenis ini tidak bergerak
maju. Sebagai langkah antisipasi kelongsoran, perlu dilakukan pemantauan
dengan alat extensometer.
Kelebihan dari jenis ini yaitu tidak mengeluarkan biaya untuk melakukan
pembatuan di dumping area. Kekurangannya dibanding Disposal Induced Fow
adalah mengeluarkan biaya untuk pengadaan dozer dan apabila dibandingkan
dengan fingerdisposal, kapasitas disposal-nya kurang maksimal.
18
karakter tanah dimana bangunan akan didirikan. Untuk memperoleh nilai-nilai
parameter tanah yang dibutuhkan tersebut dapat dilakukan dengan du acara, yaitu
pengujian di lapangan (in situtest)dan pengujian di laboratorium
Uji sondir dikenal dan berkembang sejak 70 tahun yang lalu. Uji sondir ini
dibandingkan dengan uji geoteknik lapangan lainnya relatif murah dan cepat
memberikan hasil data yang cukup akurat dan detail. Namun kerugiannya antara
lain tidak dapat diperoleh sampel untuk uji laboratorium maupun untuk klasifikasi
visual dan tidak dapat menembus lapisan batu maupun lapisan keras (akan
menunjukkan tekanan konus yang besar, dan bahkan tidak dapat diteruskan
sehingga tidak dapat memberikan informasi mengenai lapisan keras tersebut
misalnya mengenai ketebalannya, jenisnya, dan kemenerusannya).
19
Sampel tanah untuk tes laboratorium tidak akan didapatkan melalui uji
sondir, tetapi berbagai percobaan telah memberikan berbagai korelasi antara nilai
yangdidapat dari uji sondir terhadap parameter-parameter tanah. Suatu perkiraan
koreksi antara tahanan penetrasi konus dan parameter kekuatan geser yang
diusulkan oleh Meyerhof diberikan pada gambar berikut:
20
Parameter kohesi dapat dikorelasikan dengan persamaan berikut :
perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat
bagian padat (solid) dari tanah dan dinyatakan dalam persen (%).
Komposisi massa dan volume tanah terdiri dari:
21
Percobaan ini dilakukandengan membandingkan berat tanah basah dengan berat
tanah setelah dikeringkan dalam oven ±18-24 jam
22
Gambar 12. Alat geser langsung (Craig, 1989 : 94).
Benda uji dibebani gaya vertikal (N) melalui pelat beban (loading plate) dan
secara berangsur-angsur akan timbul tegangan geser dengan membuat pergeseran
di antara kedua bagian kotak tersebut. Gaya geser (σ) diukur bersamaan dengan
perpindahan geser (Δl). Biasanya perubahan tebal benda uji (Δh) juga diukur.
Harga tegangan geser runtuh diplot terhadap tegangan normalnyauntuk
mendapatkanparameter-parameter kekuatan geser
23
`Memperkecil ketinggian lereng, lihat Gambar 14. Cara ini hanya dapat
dipakai pada lereng yang ketinggiannya terbatas, yaitu dalam hal
kelongsoran yang bersifat “rational slide”.
24
2.9 Metode Elemen Hingga Plaxis
Plaxis (Finite Elemen Code for Soil and Rock Analyses) merupakan suatu
rangkuman program elemen hingga yang telah dikembangkan untuk menganalisis
deformasi dan stabilisasi geoteknik dalam perencanaan-perencanaan sipil.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian ini berada di PT. Vale Indonesia Tbk. Jl. D Towuti No. 44,
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari data primer dan
26
3.2.1 Data Primer
Data ini diperoleh secara langsung dari lapangan, data yang diperoleh antara
lain :
dan historikal
dengan topik penelitian yang akan dijadikan sebagai dasar teori guna
27
3.3 Cara Pengambilan Data
critical cross section, data rencana pit dan data penelitian terdahulu pada lokasi
penelitian. Dalam penelitian ini data yang digunakan terbagi menjadi dua bagian
lebar,tinggi serta sudut kemiringan lereng. Data tambahan lain yaitu data
topografi lokasi penelitian pada tahun, tahun sebelumnya. Hal ini berfungsi
b) Dumping Point
c) Elevasi timbunan
Elevasi timbunan actual dapat dilihat dilapangan. Hal ini berfungsi untuk
melihat elevasi awal yang menjadi acuan untuk menentukan elevasi disposal
yang direncanakan.
28
d) Nilai Kuat Geser
geoteknik dan percobaan laboratorium ini untuk mendapatkan data tanah yang
sampel tanah di lokasi penelitian diambil dari titik pengeboran dalam hal ini akan
dijelalaskan alat dan bahan yang digunakan, langkah kerja dan cara mencari nilai
2 Langkah Kerja
29
a) Masukkan cetakan benda uji dengan menekan ke sampel tanah,
e) Masukkan benda uji ke dalam cincin geser yang masih terkunci dan
tutup kedua cincin geser sehingga menjadi satu bagian, posisi benda uji
(sampel tanah) berada diantara dua batu pori dan kertas saring.
g) Atur stang penekan dalam posisi vertikal dan tepat menyentuh bidang
penekan.
j) Berikan beban pertama seberat 3320 gram dan isi shear box dengan air
30
m) Setelah pembacaan proving ring maksimum dan mulai menurun dua
n) Bersihkan cincin geser dan shear box dari kotoran sampel tanah di
dalamnya.
o) Ulangi langkah kerja (e) sampai langkah kerja (n) untuk sampel tanah
yang kedua dengan beban kedua sebesar 6640 gram dan sampel tanah
Nilai kohesi (c) dan sudut geser tanah (ᴓ)dapatdicari dengan cara :
c) Dari titik-titik tersebut ditarik garis lurus yang akan memotong sumbu
ordinat.
d) Untuk mencari harga kohesi (c) diukur dari jarak titik potong garis lurus
e) Sudut geser dalam tanah (ᴓ) yaitu dengan mengukur sudut potong dari
31
dari data topografi yang telah di olah. Pada proses ini kita juga dapat melihat
historikal dari lokasi tersebut. Pada umumnya lokasi dapat dibagi menjadi
dua yaitu lokasi tersebut merupakan original dan lokasi merupakan area
penimbunan.
32
3.4.2 Penentuan Parameter Geoteknik
Plaxis 2d. pada umumnya lapisan dapat dibagi menjadi Bluezone, Limonite,
Beban pertama merupakan beban yang berasal dari Dozer D8RDZ dan
Beban dari Dozer sebesar 110 kPa dengan dan beban dari
Dumptrucksebesar 250kPa
//
33
Gambar 18. Ground Pressure yang diakibatkan oleh alat berat
Jika nilai SF <1.3 maka akan dilakukan remodeling dari Plaxis dengan
mencapai 1.3
34