ISI MAKALAH
13
Konflik antar budaya pun tidak hanya terjadi pada suku di daerah yang
berdekatan. Konflik Aceh dan Jawa sebagai contoh, pernah terdapat anggapan
bahwa suku Aceh kurang menyukai suku Jawa dikarenakan sejarah antara kedua
daerah yang tidak baik, pada masa penjajahan, Belanda pernah menyerang Aceh
dengan dibantu Suku Jawa yang menyebabkan hubungan antara Aceh dan Jawa
tidak harmonis. Konflik juga terjadi antar etnis, pada penghujung masa orde baru
terjadi konflik antara etnis pribumi dan etnis Tionghoa yang dipicu oleh krisis
moneter. Akibatnya, terjadi kerugian ekonomi karena terjadi banyak kebakaran
dan menimbulkan trauma bagi korban.
14
Faktor lain yang dapat menyebabkan konflik antar budaya adalah politik
antar budaya dimana ketika suatu hal kecil merusak hubungan politik tersebut
dapat menimbulkan konflik yang besar antar kedua belah pihak. faktor lain ialah
diskriminasi budaya dimana suatu budaya menjelekan budaya lain sehingga dapat
memicu amarah dari budaya lainnya sehingga muncul konflik antar budaya.
Faktor lain yang menyebabkan konflik antar budaya adalah kecemburuan
sosial antar budaya. Faktor lainnya adalah Perubahan nilai-nilai budaya akibat
pengaruh globalisasi ternyata telah memicu timbulnya konflik sosial budaya
dalam kehidupan masyarakat Indonesia.banyak faktor lain misalnya perbedaan
agama atau bahkan perbedaan warna kulit dapat memicu konflik antar budaya.
Faktor lain yang juga menyebabkan konflik antar budaya adalah adanya
pihak ketiga yang memprovokasi agar terjadinya konflik. Biasanya dengan cara
menyampaikan berita yang tidak benar dan kekerasan.
3.3 Dampak Konflik Antar Budaya terhadap Kondisi Sosial Ekonomi dan
Keutuhan NKRI
Konflik antar budaya tentu memiliki banyak dampak merugikan terutama
bagi bangsa, selain menimbullkan perpecahan, konflik antar budaya tentunya juga
memberikan dampak buruk di bidang sosial serta ekonomi nasional.
Konflik antar budaya seringkali dilatarbelakangi oleh sifat etnosentris
yaitu anggapan bahwa kebudayaan yang mereka miliki lebih baik dari kebudayaan
lainnya. Hal ini menciptakan dinding yang membatasi antara ‘kami’ dan ‘mereka’.
Dinding inilah yang lambat laun akan menghalangi tumbuhnya rasa persaudaraan
setanah air serta menimbulkan kesenjangan sosial antar suku di Indonesia.
15
Gambar 7 : Konflik Antar Budaya yang Mengunakan Kekerasan
Kasus konflik antar budaya yang seringkali berujung pada terjadinya
perang antara suku menyebabkan kerusakan fasilitas desa atau suatu daerah.
Sehingga, daerah tempat konflik menjadi rawan terhadap krisis ekonomi karena
sumber penghasilan para penduduknya dihancurkan seperti unit-unit usaha dan
toko-toko. Selain itu setelah konflik terjadi akan timbul rasa takut di masyarakat
sehingga rutinitas hidup sehari hari tidak akan berjalan seperti biasa dan kegiatan
transaksi jual beli pun akan terhambat. Ada juga masyarakat yang mengalami
trauma dan takut untuk berhubungan dengan suku tertentu, hal tersebut dapat
menghambat kehidupan sosial karena tidak terciptanya komunikasi yang baik.
16
Contohnya adalah konflik suku Moni dan suku Dani di papua, dan konflik
Lampung Utara dan Lampung Selatan sama-sama disebabkan oleh adanya
perbedaan latar belakang budaya. Contoh yang lainnya adalah konflik antara suku
Moni dan suku Dani di papua dan tragedi sampit yang disebabkan adanya
pertikaian antar warga.
17
1. Negosiasi identitas antar budaya
Setiap suku dan budaya dapat melakukan interaksi antar budaya berupa
komunikasi dan negosiasi tentang sejarah dan latar belakang budaya masing-
masing untuk mencapai kesepakatan perdamaian antar suku dan budaya. Hal
ini dapat dilakukan untuk mencapai keseimbangan yang meliputi rasa saling
mengerti, rasa saling menghargai, dan mencapai perdamaian antara suku dan
budaya masing-masing.
Gambar 8 : Salah Satu BentukNegosiasi Antar Budaya Dengan
Pernikahan Dari Perwakilan Kedua Belah Pihak
18
masing-masing individu kedamaian antar budaya dapat dicapai. Cara
menanamkan sifat toleransi yaitu mengerti dan mendalami kebudayaan yang
dimiliki, menghargai kebudayaan lain, mempelajari dan memahami
kebudayaan lain, dan tidak mencela adat istiadat yang dimiliki kebudayaan
lain.
19