Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KLIPING
KONFLIK HORIZONTAL DAN PENYEBABNYA

MATERI KULIAH TERKAIT


INTEGRITAS NASIONAL
DISUSUN

OLEH
Amir Supriyanto : 18700053

Dosen :
Ibu Reza Olina, SH

UNIVERSITAS TAMA JAGAKARSA


JAKARTA 2019
MATERI KULIAH TERKAIT :
INTEGRASI NASIONAL
SUB JUDUL : PENYEBAB KONFLIK HORIZONTAL
1. Pengertian
Bung Karno mengatakan, bahwa persatuan Indonesia adalah persatuan antara orang dan tempat
Artinya bahwa persatuan Indonesia/integrasi nasional, tidak dilandaskan pada kesamaan ras, etnik,
ataupun agama, tetapi berlandaskan pada kesamaan tekad dan semangat untuk hidup sebagai satu
bangsa di bawah satu negara yang sama. Harus ada hubungan emosional antara orang Indonesia
dengan tanah airnya.
2. Pluralitas Masyarakat Indonesia
Tantangan Globalisasi
a. Suasana persaingan antar negara semakin ketat dan keras, karena tingkat saling ketergantungan
antar negara yang semakin tinggi
b. Terpaan budaya, berupa cara berpakaian, life style (gaya hidup), bahkan cara berpikir dan lain-lain
masuk ke tengah-tengah masyarakat Indonesia, yang semakin hari semakin canggih. Bila tidak
disikapi dengan arif, dapat menimbulkan goncangan-goncangan budaya yang pada gilirannya
mengakibatkan disorientasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
c. Di bidang sosial-politik, berkembang paham Tribalisme (paham kesukuan) adalah paham
primordialisme ekstrim atas kelompok sendiri, bisa berbasis suku, bahasa, budaya, agama, bahkan
profesi.
d. Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua ciri :
 Secara horizontal : perbedaan-perbedaan suku bangsa, perbedaan agama, adat, serta perbedaan-
perbedaan kedaerahan, menyebabkan konflik horizontal, adalah konflik antar warga masyarakat
atau antar kelompok yang terdapat dalam masyarakat pemilahan sosial disintegrasi.
 Secara vertikal : adanya perbedaan- perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah
yang cukup tajam menyebabkan konflik vertikal, yakni konflik antara pemerintah – rakyat, atau
antara pemerintah pusat - pemerintah daerah.

Mengapa Konflik Horizontal Mudah Terjadi di Indonesia


Sebagai negara yang dibangun dengan menjunjung tinggi perbedaan, ternyata Indonesia masih rentan
dengan ancaman terjadinya kerusuhan yang disebabkan oleh konflik SARA. Hal ini perlu diwaspadai dan
dijadikan pelajaran, mengapa konflik terjadi dengan mudah dan cepat?
Penyebab Konflik
Konflik horisontal yang terjadi di Indonesia membesar karena dipicu oleh perbedaan. Konflik Sampit dan
Sambas membesar karena ada perbedaan suku. Konflik Ambon membesar karena perbedaan agama.
Konflik Sampang membesar karena adanya perbedaan aliran atau mazhab. Jika dipelajari, pemicu dari
konflik - konflik tersebut adalah hal-hal kecil, yang dapat dikategorikan kasus kriminal biasa. Namun
karena sentimen SARA maka perkara kecil dibesar-besarkan dan perbedaan SARA menjadi katalisator.
Selain adanya perbedaan SARA, konflik cepat membesar karena masyarakat mempunyai karakter “sumbu
pendek”, mudah terbakar dan meledak. Pendeknya sumbu ini menhalangi akal sehat dan kesabaran untuk
berpikir menhargai perbedaan. Hal-hal kecil dengan cepat meledak jika pelakunya berbeda dari sisi
SARA, sementara hal-hal yang lebih besar akan mudah diterima jika pelakunya dari kelompok yang sama.
Perbedaan-perbedaan yang dapat menjadi katalisator konflik adalah suku agama, ras, antar golongan.
Deklarasi Indonesia sebagai negara dengan filosofi Bhinneka Tunggal Ika belum mampu menyatukan
masyarakat dan mendinginkan suasana jika terjadi konflik.
Penyebab lain Konflik/kerusuhan membesar adalah lemahnya aparat keamanan untuk melakukan deteksi
dini dan pencegahan dini potensi konflik. Tidak berwibawanya aparat keamanan di lapangan membuat
pelaku konflik merasa negara tidak hadir dan hukum tidak ada. Apapun akan mereka lakukan demi
meluapkan amarah, emosi, dan sentimen perbedaan yang mereka miliki.
Berikut adalah Kliping yang berkaitan dengan Materi Kuliah Tersebut diatas
Salah satu kasus yang dapat menjadi penyebab konflik horizontal dan solusinya
Sumber Koran Kompas Edisi Sabtu Tanggal 22 Juni 2019 Halaman 6
Rubrik Opini
Sumber Koran Kompas Edisi Rabu Tanggal 26 Juni 2019 Halaman 9
Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan
Antisipasi Konflik / Kerusuhan
Untuk mencegah konflik/kerusuhan horizontal yang disebabkan faktor SARA, maka harus ada daya
pemersatu di masyarakat. Negara harus menciptkana daya pemersatu yang kuat dan tidak mudah ditembus
oleh sentimen SARA. Contoh daya pemersatu tersebut adalah rasa nasionalisme cinta akan tanah air yang
sama.
Nasionalisme yang melemah di Indonesia menyebabkan perbedaan menjadi penting dan dianggap sebagai
hal yang kurang bisa diterima. Negara harus hadir dan dirasakan oleh masyarakat sehingga masyarakat
akan mencintai negara dan pemerintah dalam satu kesatuan tanah air yang sama.
Intelijen mempunyai peran penting dalam mendeteksi dini dan melakukan pencegahan dini terhadap
konflik. Seharusnya aparat intelijen ada dimana saja, mempunyai jaring dimana-mana. Intelijen tidak akan
kekurangan informasi jika sesuai perannya mampu membangun jaringan dengan baik. Informasi intelijen
sedini mungkin dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan, termasuk keputusan-
keputusan untuk mencegah dan menangani konflik.

Kesimpulan
Nasionalisme yang luntur, ketidakhadiran negara yang tidak dirasakan masyarakat membuat konflik
horizontal mudah terjadi. Daya pemersatu masyarakat yang beragam melemah. Perbedaan SARA justru
semakin menguat untuk menunjukkan identitas. Nasionalisme sebagai pendorong identitas warga negara
Indonesia diragukan kekuatannya. Negara harus menguatkan rasa cinta tanah air, nasionalisme. Negara
harus menunjukkan keberadaannya di masyarakat.
Konflik harus bisa dideteksi dan dicegah oleh aparat intelijen. Jaringan intelijen yang lemah, dan analisis
intelijen yang kurang akan menumpulkan bahan-bahan pendukung pengambilan keputusan. Penguatan
kemampuan aparat intelijen adalah salah satu langkah penting untuk mendeteksi dan mencegah konflik
horizontal.
Masyarakat harus berperan aktif dalam mengantisipasi tindakan intoleransi yang dapat menyebabkan
terjadinya konflik horizontal, melindungi anak dan keluarganya dari pengaruh luar, khususnya
menanamkan dan menjunjung tinggi nilai nilai Pancasila Bhineka Tunggal Ika bahwa perbedaan yang ada
di Indonesia adalah anugerah yang harus disyukuri dan harus menghargai segala bentuk perbedaan baik
suku, agama, bahasa dan budaya, sehingga generasi muda tidak mudah terpengaruh dengan gerakan
radikalisme.

Anda mungkin juga menyukai