Anda di halaman 1dari 6

MULTIKULTURALISME MEMBANGKITKAN PERSATUAN DAN KESATUAN NKRI

Dinasti Ayu Tunggal Dewi


Institut Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada
dinastiayu17@gmail.com

Abstrak
Multikulturalisme memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positifnya bisa mengukuhkan
persatuan, sementara dampak negatifnya bisa menyebabkan perpecahan. Salah satu masalah yang
ada di masyarakat terkait dengan multikulturalisme adalah konflik yang disebabkan oleh
etnosentrisme yang dapat memecah persatuan dan kesatuan dalam masyarakat. Oleh karena itu
dibutuhkan semangat multikulturalisme, yaitu bagaimana kelompok-kelompok etnik semestinya
memposisikan dirinya ke dalam sebuah kehidupan bersama dalam sebuah masyarakat nasional yang
dikelilingi oleh nilai-nilai universal, seperti: demokrasi, keadilan, persatuan, dan kemanusiaan.Salah
satu usaha untuk menjaga keharmonisan multikulturalisme adalah melakukan sosialisasi atau
pembinaan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga keserasian antara berbagai suku bangsa.
Pembinaan kepada masyarakat dapat dilakukan dengan sosialisasi langsung kepada masyarakatumum
maupun melalui pendidikan di sekolah, khususnya kepada generasi muda bangsa.

Kata Kunci: Multikulturalisme, Persatuan, Kesatuan

Latar belakang
Indonesia sebagai negara multikultural berbagai gejolak sosiokultural dan politikyang
memiliki keberagaman kebudayaan. terjadi. Adanya konflik sektoral dan horizontal
Keberagaman inilah yang akan memunculkan mengancam cita-cita kebhinekaan, dan
sifat-sifat tertentu dalam kelompok keberagaman bangsa Indonesia.
masyarakat yang ada. Bagi bangsa Indonesia, Masalah pembinaan persatuan dan
multikulturalisme adalah suatu keniscayaan kesatuan bangsa juga mulai diguncang, upaya
dan keharusan. Keragaman suku, bangsa, ras, tersebut sudah tidak diperlukan lagi setelah
agama, dan bahasa merupakan ciri khas serta bangsa Indonesia merdeka lebih dari 46
kelebihan bangsa Indonesia yang tahun, dan bahwa upaya pembinaan itu
membedakannya dengan bangsa lain. seolah-olah hanya dalih untuk membatasi
Keragaman budaya pada masyarakat gerak masyarakat belaka. Mereka lupa kondisi
multikultural memiliki dimensi ganda. Pada geografis dan demografis masyarakat
sisi positif bisa mengukuhkan persatuan, Indonesia yang beraneka ragam. Mereka lupa
sementara sisi negatifnya bisa menyebabkan kepada masa silam bangsa Indonesia yang
perpecahan. penuh pemberontakan, mereka lupa kepada
Kementrian Dalam Negeri pada tahun semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang
2012 mencatat jumlah penduduk Indonesia mengamanatkan kepada bangsa Indonesia
sebanyak 251.857.940 juta jiwa, dan tidak untuk senantiasa membina persatuan dan
kurang dari 30 ribu pulau di Indonesia. Dari kesatuan karena banyak perbedaannya.
jumlah pulau tersebut, sebanyak 13.446 pulau Persatuan dan kesatuan Indonesia inilah
telah diberi nama dan sekitar 17 ribu pulau yang seharusnya menjadi ekspresi dan
lainnya masih tanpa nama, dimana mereka pendorong semangat kegotongroyongan,
tinggal tersebar di pulau-pulau tersebut. Hal serta untuk mewujudkannya perlu diperkuat
ini yang juga berkaitan dengan tingkat dengan budaya gotong royong dalam
peradaban kelompok-kelompok suku bangsa kehidupan masyarakat sipil dan politikdengan
dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. mengembangkan pendidikan
Dalam konteks Indonesia, sebagai salah kewarganegaraan dan multikulturalisme yang
satu penerapan keberagaman mayarakat mampu membangun rasa keadilan dan
dapat dilihat pada proses dan dampak dari kebersamaan. Jika warga negara suatu bangsa
Indonesia mengingkari sifat multikultur yang terjadi di Indonesia karena disebabkan
sudah ada sejak ratusan tahun lalu, hal itu perbedaan padangan, yaitu:
menyebabkan bangsa Indonesia kembali 1. Tragedi Sampit pada tahun 2001.
dihadapkan pada suatu situasi yang Tahun 2001 adalah salah satu sejarah kelam
meresahkan, yaitu ancaman disintegrasi yang bangsa Indonesia terutama di daerah Sampit.
dapat merusak persatuan dan kesatuan Tragedi Sampit adalah kerusuhan yang amat
bangsa. Melalui etika kebhinnekaan, dalam mengerikan yang melibatkan dua suku Dayak
bingkai kebersamaan bangsa sebagaimana dan suku Madura. Tercatat 500 orang tewas
yang diikrarkan oleh para pemuda pada tahun dan 100 orang di antaranya mengalami
1928, dapat menjadi ciri maupun orientasi pemenggalan kepala.
tiap individu masyarakat Indonesia di mana 2. Konflik antar agama di Ambon tahun 1999.
kebersamaan adalah paradigma dari Konflik ini awalnya dianggap sebagai konflik
masyarakat lingkungannya. biasa. Namun muncul sebuah dugaan jika ada
Meskipun masyarakat Indonesia pihak yang sengaja merencanakan dengan
merupakan masyarakat yang pluralistik dari memanfaatkan isu yang ada. Selain itu ABRI
sisi ras, etnis, bahasa, status sosial, juga tak bisa menangani dengan baik, bahkan
kepercayaan, dan sebagainya, namun diduga sengaja melakukannya agar konflik
merupakan suatu kesatuan guna mencapai terus berlanjut dan mengalihkan isu-isubesar
tujuan bersama dalam konteks Negara lainnya. Kerusuhan yang terjadi di Ambon
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang membuat kerukunan antar umat beragamadi
berdasar Pancasila dan UUD 1945. Artikel ini Indonesia jadi memanas hingga waktu yang
bertujuan untuk memaknai secara dalam cukup lama.
multikulturalisme itu sendri dan 3. Konflik antar etnis pada tahun 1998.
merefleksikan penerapan sikap Konflik ini diawali oleh krisis moneter yang
multikulturalisme sebagai pentingnya upaya mengakibatkan sendi-sendi negara lumpuh
tersebut untuk persatuan dan kesatuan dan meluas sehingga berubah menjadi konflik
Negara Republik Indonesia yang memiliki antar entis Pribumi dan etnis Tionghoa,
keberagaman etnik, agama, dan budaya di konflik ini mengakibatkan banyak aset-aset
dalamnya agar tetap mampu merawat Tionghoa dijarah dan dibakar. Selain itu, juga
kebhinekaan dan menjaga keindonesiaan, banyak laporan yang menyatakan telah
sehingga bisa menjadi contoh bagi warga terjadi pelecehan seksual dan pembunuhan
bangsa lain. pun tak bisa dihindari. Konflik antar etnis ini
benar-benar menjadikan Indonesia seperti
Kasus/Masalah lautan darah.
Dalam sejarah perjalanan bangsa 4. Konflik antar golongan dan pemerintah
Indonesia, realitas kehidupan berbangsa dan (GAM, RMS dan OPM).
bernegara telah mengalami pasang surutyang Konflik antar golongan memang sering
melelahkan dan menguras tenaga. Polemik terjadi di Indonesia, namun yang paling parah
Natsir-Soekarno pada masa pra kemerdekaan, adalah perlawanan GAM terhadap
tentang hubungan agama dan negara adalah pemerintah yang akhirnya dibawa ke dunia
satu contoh nyata sebagai sebuah realitas Internasional. Konflik ini terjadi didasari atas
sejarah bangsa ini. Polemik tersebut telah keinginan memerdekakan diri dari negara
merefleksikan pencarian bentuk jati diri Indonesia. Sayangnya pemerintah tidak
bangsa yang merupakan pertarungan mengedepankan dialog, sehingga operasi
ideologis antara kubu nasional sekuler dan militer pun akhirnya diberlakukan oleh
kubu Islam politik yang sampai saat ini masih pemerintah selama bertahun-tahun dan
menjadi perbincangan yang sering muncul telah memakan banyak korban. Konflik ini
dimana-mana. Konflik bisa saja terjadi karena akhirnya mereda setelah terjadi kesepakatan,
perbedaan pandangan antara dua atau lebih yang menjadikan Aceh sebagai daerah
kelompok masyarakat di suatu wilayah. dengan otonomi khusus.
Beberapa konflik mengerikan yang pernah
Tinjauan Pustaka Pembahasan
Multikulturalisme adalah landasan 1. Konsep Multikulturalisme
budaya yang terkait dengan pencapaian Konsep multikulturalisme bukanlah kosa
civility (keadaban), yang amat esensial bagi kata baru bagi sejarah Indonesia. Substansi
terwujudnya demokrasi yang berkeadaban, multikulturalisme lekat kaitannya dengan
dan keadaban yang demokratis (Azra, 2004). lahirnya NKRI. Multikulturalisme didefinisikan
Ide multikulturalisme merupakan suatu secara umum oleh banyak kalangan sebagai
gagasan untuk mengatur keberagaman sebuah kepercayaan yang menyatakan bahwa
dengan prinsip-prinsip dasar pengakuan akan kelompok-kelompok etnik atau budaya
keberagaman itu sendiri (politics of (ethnic and cultural groups) dapat hidup
recognition). Gagasan ini menyangkut berdampingan secara damai dalam prinsip co-
pengaturan hubungan sosial atau relasi antara existence yang ditandai oleh kesediaan untuk
kelompok etnis (Taylor, 1994: 25). menghormati budaya lain.
Multikulturalisme adalah sebuahideologi Multikulturalisme merupakan ideologi
yang mengakui dan mengagungkan yang lahir dari keragaman struktur budaya
perbedaan dalam kesederajatan baik secara dalam masyarakat yang membentuk suatu
individual maupun secara kebudayaan masyarakat yang multikultur. Kehidupan
(Suparlan, 2008: 726). masyarakat multikultural rentan adanya
Pendekatan multikultural itu sendiri konflik sosial. Oleh karena itu, terbentuklah
dilakukan dengan memberikan pendidikan multikulturalisme sebagai acuan utama
multikultural, yaitu sebuah ikhtiar untuk terwujudnya kedamaian di tengah
mengurangi gesekan-gesekan atau keragaman, yang mengakui dan
ketegangan-ketegangan yang diakibatkan mengagungkan perbedaan dalam
oleh perbedaan-perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun
masyarakat (Tilaar, 2004:104). secara kebudayaan. Dalam multikulturalisme,
Pancasila sila ke 2 yaitu Kemanusiaan sebuah masyarakat dilihat sebagai sebuah
Yang Adil dan Beradab, pada butir ke dua juga kebudayaan yang berlaku umum dalam
memuat tentang perlindungan terhadap masyarakat yang coraknya seperti sebuah
keberagaman beragama. Butir ke 2 dari sila mozaik. Di dalam mozaik tercakup semua
tersebut menyatakan bahwa mengakui kebudayaan dari masing-masing suku bangsa
persamaan derajad, hak dan kewajiban asasi yang sangat jelas dan belum tercampur oleh
setiap manusia tanpa membeda-bedakan warna budaya lain membentuk masyarakat
suku, keturunan, agama, jenis kelamin, warna yang lebih besar.
kulit, dan sebagainya. Semangat multikulturalisme adalah
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 dan mencoba menggugat pertanyaan pokok
29 dengan tegas menyatakan tentang tentang bagaimana kelompok-kelompoketnik
keberagaman dan kebebasan hidup dan budaya itu semestinya memposisikan
beragama. Secara jelas pasal 28 E menyatakan dirinya ke dalam sebuah kehidupan bersama
sebagai berikut: ayat (1) Setiap orang bebas dalam sebuah masyarakat nasional yang
memeluk agama dan beribadat menurut dikelilingi oleh nilai-nilai universal, seperti:
agamanya, memilih pendidikan dan demokrasi, keadilan, persatuan, dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kemanusiaan. Lebih jelasnya adalah,
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di bagaimana misalnya kelompok-kelompok
wilayah negara dan meninggalkannya, serta etnik Bugis, Makassar, Batak, Minang, Betawi,
berhak kembali. Ayat (2) Setiap orang berhak Sunda, Jawa, China, Bali, Ambon, Manado,
atas kebebasan meyakini kepercayaan, Papua atau yang beragama Islam, Hindu,
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan Khong Hu Cu, Buddha, Kristen, Katolik, itu
hati nuraninya. Ayat (3) Setiap orang berhak semuanya mampu hidup berdampingan
atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan dalam sebuah proses sosial yang di satu pihak
mengeluarkan pendapat. memberi tempat bagi terpeliharanya identitas
lokal dan kepercayaan partikularnya masing-
masing, dan di pihak lain memberi 2. Membangun Multikulturalisme
kesempatan bagi sebuah proses terjadinya Ada dua sejarah penting bangsa
integrasi sosial. Indonesia, pertama, adalah Ikrar Sumpah
Ide multikulturalisme menurut Taylor Pemuda pada Tahun 1928 dan kedua,
(1994: 25) merupakan suatu gagasan untuk Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik
mengatur keberagaman dengan Indonesia pada Tahun 1945. Ikrar “Sumpah
prinsipprinsip dasar pengakuan akan Pemuda” menegaskan tekad dengan
keberagaman itu sendiri (politics of bersumpah untuk berbangsa, bertanah air,
recognition). Gagasan ini menyangkut dan berbahasa satu yaitu Indonesia. Ketika
pengaturan hubungan sosial atau relasi antara merdeka para pejuang dan pendiri bangsa ini
kelompok etnis. Sedangkan Suparlan (2008: memilih bentuk negara kesatuan. Kedua
726) mengungkapkan bahwa peristiwa bersejarah tersebut menunjukkan
multikulturalisme adalah sebuah ideologi adanya kebutuhan yang secara sosial dan
yang mengakui dan mengagungkan budaya merefleksi keberadaan
perbedaan dalam kesederajatan baik secara multikulturalisme di tanah air. Kenyataan
individual maupun secara kebudayaan. Oleh sejarah melalui serangkaian peristiwa sosial
karena itu, konsep multikulturalisme tidak dan budaya tersebut lebih diperkuat lagi
dapat disamakan dengan konsep melalui semboyan “Bhineka Tunggal Ika”yaitu
keanekaragaman secara suku bangsa (ethnic) “berbeda-beda dalam kesatuan” pada
atau kebudayaan suku bangsa yang menjadi lambang negara Indonesia.
ciri khas masyarakat majemuk, karena Multikulturalisme tentu saja memiliki
multikulturalisme menekankan etnisitas dampak positif dan negatif. Dampak
dalam kesederajatan. positifnya bisa mengukuhkan persatuan,
Multikulturalisme merupakan paradigma sementara dampak negatifnya bisa
yang baik dalam upaya merajut kembali menyebabkan perpecahan. Saat ini, Indonesia
hubungan antarmanusia yang belakangan sedang diuji dengan adanya ancaman akan
selalu hidup dalam suasana penuh konfliktual. keberadaan multikulturalisme. Dalam
Secara sederhana, multikulturalisme dapat masyarakat banyak muncul sifat atau sikap
dipahami sebagai suatu konsep egosentrisme, baik atas nama agama, suku,
keanekaragaman budaya dan kompleksitas atau politik. Sifat atau sikap tersebut dapat
dalam masyarakat. Melalui multikulturalisme berubah menjadi eksklusivisme dan pada
masyarakat diajak untuk menjunjung tinggi akhirnya memicu perpecahan, apalagi jika
toleransi, kerukunan, dan perdamaian bukan ditambah dengan himpitan masalah ekonomi,
konflik atau kekerasan dalam arus perubahan sosial, serta budaya.
sosial. Meskipun berada dalam perbedaan, Salah satu tantangan rakyat Indonesia
paradigma multikulturalisme diharapkan saat ini adalah bagaimana menjadikan
menjadi solusi konflik sosial yang terjadi multikulturalisme itu sebagai kekuatan, yang
selama ini. Dengan demikian, inti tentunya nanti bisa membawa rakyat pada
multikulturalisme adalah kesediaan persatuan dan kesatuan bangsa.
menerima kelompok lain secara sama sebagai Multikulturalisme masyarakat Indonesia
kesatuan, tanpa memedulikan perbedaan dapat menimbulkan masalah tentang sulitnya
budaya, etnis, gender, bahasa, ataupun membangun masyarakat Indonesia yang
agama. Sedangkan fokus multikulturalisme terintegrasi pada tingkat lokal dan tingkat
terletak pada pemahaman akan hidup penuh nasional. Salah satu masalah yang ada dalam
dengan perbedaan sosial budaya, baik secara masyarakat terkait multikulturalisme adalah
individual maupun kelompok dan masyarakat. konflik yang dapat memecah persatuan dan
Dalam hal ini individu dilihat sebagai refleksi kesatuan dalam masyarakat. Oleh karena itu
dari kesatuan sosial dan budaya. dibutuhkan strategi pemerintah untuk
menghindari perpecahan akibat dampak
negatif multikulturalisme.
Menurut Din Syamsudin selaku Presiden sustainability). Indonesia yang multikultural
Komite Keagamaan dan ini akan tetap bertahan sebagai sebuah
Perdamaian Asia dalam acara World negara kesatuan, apabila elemen-elemen
Culture Forum (WCF) 2016 yang pendukung kebersamaan tetap
diselenggarakan pada tanggal 12 Oktober dipertahankan. Kecenderungan dominasi
2016 di Nusa Dua Bali, bahwa untuk mayoritas (suku dan agama) harus ditata
membangun persatuan melalui kembali agar rasa memiliki bangsa ini tidak
multikulturalisme, pertama, harus ada luntur. Gejolak yang terjadi di berbagai daerah
kesadaran tentang pentingnya seperti Aceh, Sulawesi Tengah, Kalimantan
multikulturalisme, yang dalam pandangan Tengah, Maluku, dan Papua, membutuhkan
Islam adalah hukum (ketetapan) Tuhan, dan penanganan yang serius. Kelalaian tidak
kedua, mengembangkan budaya dalam memperhatikan multikultural bangsa, di masa
masyarakat untuk saling menghargai dan mendatang akan menjadi bom waktu yang
tenggang rasa. Memang ada perbedaan di sangat mengganggu persatuan dan kesatuan
antara kelompok masyarakat, tetapi di sisi bangsa.
lain, juga ada persamaan, oleh karena itu Konflik antar-suku bangsa dewasa ini
penting mencari titik temunya. Indonesia disebabkan antara lain tidak ada atau
sangat beruntung karena pendiri bangsa ini kurangnya pemahaman dan penghargaan
telah mewariskan dua pedoman yang bisa atas suku bangsa lain, sehingga salah satu
menyatukan kemajemukan dalam usaha untuk menanggulangi konflik ini adalah
masyarakat, yakni Pancasila dan Bhinneka
dengan usaha melakukan sosialisasi atau
Tunggal Ika. Perlu semangat kebersamaan,
pembinaan kepada masyarakat tentang
kerjasama, dan berbagi atas nama
kemanusiaan tanpa memandang perbedaan pentingnya menjaga keserasian antara suku
untuk menguatkan persatuan di antara bangsa. Karena salah satu keuntungan ini
masyarakat dengan budaya yang beragam. adalah bisa menjadikan identitas suatu
Menurut Magnis-Suseno (2005: 216), bangsa. Pembinaan kepada masyarakat dapat
bangsa Indonesia yang multikultur mutlak dilakukan dengan sosialisasi langsung kepada
harus dipandang dari kacamata masyarakat umum maupun melalui
multikulturalisme, Indonesia hanya dapat pendidikan di sekolah, khususnya kepada
bersatu, bila pluralitas yang menjadi generasi pemimpin bangsa. Melalui
kenyataan sosial dihormati. Artinya, pendidikan kita dapat mengubah cara berpikir
penegakan kesatuan Indonesia bukan hendak kita dengan pandangan yang lebih baik demi
menghilangkan identitas setiap komponen terciptanya lingkungan sosial yang harmonis.
bangsa, tetapi harapannya agar semuanya
menjadi warga negara Indonesia tanpa
Kesimpulan
merasa terasing. Sikap saling menghormati
Multikulturalisme merupakan sebuah
identitas masingmasing dan kesediaan untuk
tidak memaksakan pandangan sendiri tentang paradigma dalam menjaga keharmonisan
“yang baik” kepada siapapun merupakan hubungan antaretnik yang tidak saja perludan
syarat keberhasilan masa depan Indonesia. penting, tetapi juga merupakan jawaban atas
Untuk itu, diperlukan transformasi kesadaran kegagalan kita di masa lalu dalam mengelola
multikulturalisme menjadi identitas nasional, masyarakat majemuk di Indonesia. Perbedaan
integrasi nasional, dan menempatkan agama merupakan keniscayaan yang mesti dan harus
menjadi fondasi kesatuan bangsa. diterima oleh semua kelompok etnis di tanah
Dengan adanya struktur masyarakat air. Dalam konteks bernegara, berbangsa, dan
Indonesia dan masalah multikultural, maka bermasyarakat akan menimbulkan
diperlukan kebijakan pemerintah yang keragaman tatanan sosial dan kebudayaan.
menjamin kelangsungan hidup masyarakat,
dengan cara tetap menghormati pranata,
struktur, dan kebiasaan yang ada (social
Daftar Pustaka
Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar metodologi penelitian. Literasi Media Publishing.
Sodik, MA, & Nzilibili, SMM (2017). Peran Promosi Kesehatan Dan Dukungan Keluarga Dengan Sikap
Pasangan Usia Subur Dalam Mengikuti Program Keluarga Berencana Di Bidang Kesehatan. Jurnal
Penelitian Global Kesehatan Masyarakat , 2 (2), 82-89.
Sodik, MA, Suprapto, SI, & Pangesti, D. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan
Pelayanan Prima Pegawai Di RSui Orpeha Tulungagung. STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan , 2 (1), 24-32.
Sodik, M. A. (2018). Merokok & Bahayanya.
Sodik, MA, & Setyani, AT (2018). Pengaruh Merokok Bagi Remaja Terhadap Perilaku dan Interaksi
Sosial.
Suparlan, P. (2014). Menuju masyarakat Indonesia yang multikultural. Antropologi Indonesia.
Nisrina, A., & Nurani, F. Multikulturalisme Dalam Bingkai Persatuan dan Kesatuan Negara Republik
Indonesia.
Mulyadi, M. (2017). Membangun NKRI dengan Multikulturalisme. Majalah Info Singkat:Kesejahteraan
Sosial, IX, 10.
Ambarudin, R. I. (2016). Pendidikan multikultural untuk membangun bangsa yang nasionalis
religius. Jurnal Civics, 13(1), 28-45.

Anda mungkin juga menyukai