Anda di halaman 1dari 6

1.

Dalam berbagai dokumen perencanaan, antara lain yaitu Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan
2005-2025, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2014-2019, terutama dalam analisa
situasi maupun kondisi umum yang menggambarkan kondisi saat ini di bidang kesehatan,
telah diuraikan keberhasilan di bidang pembangunan kesehatan yang telah dicapai. Dalam
analisis dokumen tersebut dikemukakan adanya kesenjangan capaian indikator-indikator
pembangunan kesehatan antar daerah. Riset berbasis komunitas ini dengan kajiannya telah
menetapkan 24 indikator yang disajikan menjadi suatu indeks yang pertama kali dapat
menggambarkan derajat kesehatan masyarakat setiap kabupaten/kota di Indonesia. Indeks
dimaksud adalah Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) yang erat
hubungannya untuk menilai umur harapan hidup dan mengetahui Daerah Bermasalah
Kesehatan (DBK).
Berdasarkan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM), Pendataan Status
Ekonomi – Badan Pusat Statistik (PSE-BPS) Kementerian Kesehatan telah menetapkan 130
DBK. Jumlah DBK tidak menutup kemungkinan mengalami penambahan atau pengurangan
sebagai akibat kebijakan pemerintah terkait dengan perubahan jumlah kabupaten/kota.
Penanggulangan DBK (PDBK) telah menjadi salah satu upaya reformatif dan akseleratif
dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2014-2019. PDBK diselenggarakan
berfokus pada pendekatan non material untuk mengimbangi pendekatan material dalam
pembangunan kesehatan. Hal ini dikarenakan daerah telah banyak menerima anggaran
pembangunan kesehatan atau kesejahteraan rakyat antara lain berupa Bantuan Operasional
Puskesmas (BOK), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), dan Jaminan Persalinan
(Jampersal), disamping Dana Dekonsentrasi, Dana Tugas Pembantuan, PNPM Mandiri atau
dukungan lain berupa tenaga maupun sarana dan prasarana, namun belum menunjukkan
dampak yang signifikan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di DBK.
Lokasi DBK diantaranya di provinsi Papua (22 Kab/kota), Aceh (15 Kab/kota), NTT
(15 Kab/kota), Sumatra Utara (13 Kab/kota), Sultra (10 Kab/kota), Sulteng (8 Kab/kota),
Papua Barat (7 Kab/kota), Maluku (7 Kab/kota), NTB (7 Kab/kota), Jatim (6 kab/kota),
Gorontalo (6 Kab/kota), Bengkulu (5 kab/kota), Sumsel (5 kab/kota), Sulbar (4 Kab/kota),
Sumatra Barat (3 kab/kota), Jateng (3 kab/kota), Riau (2 kab/kota), Lampung (2 kab/kota),
Jabar (2 kab/kota), Banten (2 Kab/kota), Kalbar (2 Kab/kota), Kalteng (2 Kab/kota), Kaltim
(2 Kab/kota), Sulsel (2 Kab/kota), Malut (2 Kab/kota), Jambi (1 kab/kota), dan Kepri (1
kab/kota).
2. Dalam lima bulan terakhir, jumlah peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan terus meningkat. Pada 1 September 2018 jumlah peserta mencapai 201.660.548
jiwa. Jumlah peserta BPJS Kesehatan pada 30 September 2019 mencapai 221.203.615 jiwa
atau meningkat sebesar 8,9 persen. Demikian data dikutip dari laman resmi BPJS. Dengan
angka sebanyak 221 juta jiwa ini, artinya jumlah peserta BPJS Kesehatan telah mencapai
83,3 persen dari total penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 265 juta jiwa. Namun,
angka ini masih terpaut sekitar 11,7 persen dari target pemerintah. Sebelumnya, pemerintah
telah menargetkan angka peserta BPJS Kesehatan mencapai 95% dari total penduduk.
Penambahan tidak hanya terdiri dari sisi peserta, namun juga dari sisi fasilitas kesehatan atau
faskes mitra BPJS Kesehatan. Jika pada 1 September 2018 jumlah faskes mencapai 22.467
faskes, maka per 30 September 2019 banyak terjadi penambahan dimana terdapat sebanyak
23.145 Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan sebanyak 2.519 faskes lanjutan serta
sebanyak 1.651 Apotik dan Optik mitra BPJS.
3. Kapitasi merupakan besaran pembayaran per bulan yang dibayarkan di muka oleh BPJS
Kesehatan kepada FKTP berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar. Dana Kapitasi ini
dibayarkan langsung oleh BPJS Kesehatan kepada Bendaharawan Dana Kapitasi JKN pada
Puskesmas.
Berdasarkan Pasal 4 nomor 2 tahun 2015 Tentang Peraturan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan disebutkan bahwa Standar tarif kapitasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) ditetapkan sebagai berikut:
a. puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara sebesar Rp.3.000,00 (tiga ribu rupiah)
sampai dengan Rp.6.000,00 (enam ribu rupiah);
b. rumah sakit Kelas D Pratama, klinik pratama, praktik dokter, atau fasilitas kesehatan
yang setara sebesar Rp.8.000,00 (delapan ribu rupiah) sampai dengan Rp.10.000,00 (sepuluh
ribu rupiah);
c. praktik perorangan dokter gigi sebesar Rp.2.000,00 (dua ribu rupiah).
4. Faskes rujukan tingkat lanjutan merupakan upaya pelayanan kesehatan perorangan
yang bersifat spesialistik atau sub-spesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan,
rawat inap tingkat lanjutan dan rawat inap di ruang perawatan khusus serta fasilitas lainnya
seperti apotek Program Rujukan Balik (PRB) dan Kronis serta Optik. Jumlah Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
mencapai 2.266 Rumah Sakit, 253 Klinik utama, 573 Apotek Program Rujukan Balik (PRB)
dan Kronis serta sebanyak 1.078 Optik per 30 September 2019. Demikian data berdasarkan
laman resmi BPJS.
a. Klinik Spesialis merupakan fasilitas pelayanan kesehatan spesialistik bagian dari klinik
utama yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan
pelayanan medis spesialistik yang diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga
kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis. (Permenkes No. 28 Tahun 2011)
b. Rumah Sakit Umum merupakan sebuah institusi pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan pada semua jenis bidang dan penyakit. (UU No. 44
Tahun 2009)
c. Rumah Sakit Khusus adalah institusi pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ jenis penyakit, atau kebutuhan khusus lainnya. (UU No. 44
Tahun 2009)
5. JKN membatasi penjaminan pelayanan alat bantu kesehatan. Pembatasan dilakukan
dengan memberikan batas maksimum pertanggungan. Dengan demikian, jika peserta
menggunakan pelayanan lebih dari batas pertanggungan, maka kelebihan biaya tersebut
menjadi tanggung jawab peserta. Jenis alat bantu kesehatan tersebut adalah:
No Alat Bantu Batas tanggungan Ketentuan
1. Hak Rawat Kelas 3 :
1. Pelayanan diberikan paling cepat 2
Rp150.000
(dua) tahun sekali
2. Hak Rawat Kelas 2 : 
1. Kacamata 2. Indikasi medis minimal:
Rp200.000
 Sferis 0,5D
3. Hak Rawat Kelas 1 : 
 Silindris 0,25D
Rp300.000
Pelayanan diberikan paling cepat 5
2. Alat bantu dengar Rp 1.000.000
(lima) tahun sekali atas indikasi medis
Prothesa alat gerak
Pelayanan diberikan paling cepat 5
3. (kaki atau tangan Rp 2.500.000
(lima) tahun sekali atas indikasi medis
palsu)
1. Pelayanan diberikan paling cepat 2
(dua) tahun sekali atas indikasi
4. Protesa gigi Rp 1.000.000 medis untuk gigi yang sama
2. Masing-masing rahang maksimal
Rp500.000
Korset tulang Pelayanan diberikan paling cepat 2
5. Rp 350.000
belakang (dua) tahun sekali atas indikasi medis
Pelayanan diberikan paling cepat 2
6. Collar neck Rp 150.000
(dua) tahun sekali atas indikasi medis
Pelayanan diberikan paling cepat 5
7. Kruk Rp 350.000
(lima) tahun sekali atas indikasi medis
6. Tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) adalah sebagai berikut :
a. Tujuan 1 - Tanpa kemiskinan 
Mengentaskan segala bentuk kemiskinan di semua tempat.
b. Tujuan 2 - Tanpa kelaparan 
Mengentaskan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan nutrisi serta pertanian.
c. Tujuan 3 - Kehidupan sehat dan sejahtera 
Menggalakkan hidup sehat dan mendukung kesejahteraan untuk semua usia.
d. Tujuan 4 – Pendidikan yang berkualitas 
Memastikan pendidikan berkualitas serta memberi kesempatan belajar bagi semua orang.
e. Tujuan 5 - Kesetaraan gender 
Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan.
f. Tujuan 6 - Air bersih dan sanitasi layak 
Menjamin akses air dan sanitasi untuk semua.
g. Tujuan 7 - Energi bersih dan terjangkau 
Memberikan akses energi yang terjangkau, berkelanjutan dan modern untuk semua.
h. Tujuan 8 - Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi 
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, lapangan pekerjaan yang layak.
i. Tujuan 9 - Industri, inovasi dan infrastruktur 
Membangun infrastruktur, mempromosikan industri berkelanjutan dan mendorong inovasi.
j. Tujuan 10 - Berkurangnya kesenjangan 
Mengurangi kesenjangan di dalam dan di antara negara-negara.
k. Tujuan 11 - Kota dan komunitas berkelanjutan 
Membuat perkotaan menjadi aman, kuat, dan berkelanjutan.
l. Tujuan 12 - Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab 
Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan.
m. Tujuan 13 - Penanganan perubahan iklim 
Berperan melawan perubahan iklim dan dampaknya.
n. Tujuan 14 - Ekosistem laut 
Perlindungan dan penggunaan samudera, dan sumber daya kelautan secara berkelanjutan.
o. Tujuan 15 - Ekosistem daratan 
Mengelola hutan, menghentikan dan merehabilitasi kerusakan lahan dan hayati.
p. Tujuan 16 - Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh 
Mendorong masyarakat adil dan damai.
q. Tujuan 17 - Kemitraan untuk mencapai tujuan 
Menghidupkan kemitraan global demi pembangunan berkelanjutan.
7. Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) berikut:
a. Prinsip Kegotongroyongan
b. Prinsip Nirlaba
c. Keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas
d. Portabilitas
e. Kepesertaan bersifat Wajib
f. Dana Amanat
g. Pengelolaan dana JSN seluruhnya untuk pengembangan program dan kepentingan
peserta
Manfaat yang dapat dirasakan peserta BPJS adalah sebagai berikut :
Pelkes Rujukan Tingkat
Manfaat Pelkes Tingkat Pertama
Lanjutan

Administrasi Pelayanan √ √

Pelayanan Promotif dan √


Preventif

Pemeriksaan & Pengobatan √ √

Konsultasi Medis oleh Dokter √


Umum

Tindakan Medis Non √


Spesialistik (Non Operatif dan
Operatif)

Pemeriksaan Penunjang √
Diagnostik Tingkat Pertama

Pemeriksaan, Pengobatan dan √


Tindakan Pelayanan Kesehatan
Gigi Tingkat Pertama

Pelayanan Rujuk Balik √

Rehabilitasi Medis Dasar √

Pemeriksaan Ibu Hamil, Ibu √


Nifas, Ibu Menyusui, Bayi dan
Anak Balita oleh Dokter dan
Bidan
Pelkes Rujukan Tingkat
Manfaat Pelkes Tingkat Pertama
Lanjutan

Konsultasi Medis oleh Dokter √


Spesialis dan Subspesialis

Tindakan Medis Spesialistik √

Pemeriksaan Penunjang √
Diagnostik Tingkat Lanjutan

Obat, Bahan Medis Habis Pakai, √ √


Alat Kesehatan

Pelayanan Darah √ √

Rawat Inap Tingkat Pertama √

Rawat Inap Non Intensif √

Rawat Inap Di Ruang Intensif √

Pelayanan Kedokteran Forensik √


Klinik

Pelayanan Jenazah Bagi Pasen √


Yang Meninggal Pasca
Perawatan Di Fasilitas
Kesehatan Yang Bekerja Sama
Dengan BPJS Kesehatan

Beberapa Halangan dalam Program JKN

Dalam menjalankan program Jaminan Kesehatan Nasional ini pemerintah menemui


berbagai halangan, beberapa halangan-halangan yang dihadapi dalam menjalankan program
Jaminan Kesehatan Nasional tersebut adalah sebagai berikut:
1. Jumlah faslitas pelayanan kesehatan tidak mencukupi dan persebarannya kurang merata
khususnya bagi Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) dengan tingkat
utilisasi yang rendah akibat tidak memadainya fasilitas kesehatan pada daerah tersebut.
2. Jumlah tenaga kesehatan yang ada masih kurang dari jumlah yang dibutuhkan.
3. Untuk pekerja sektor informal akan mengalami kesulitan dalam penarikan iurannya setiap
bulan karena pada sektor tersebut belum ada badan atau lembaga yang menaungi sehingga
akan menyulitkan dalam penarikan iuran di sektor tersebut.
4. Permasalahan akan timbul pada penerima PBI karena data banyak yang tidak sesuai antara
pemerintah pusat dan daerah sehingga data penduduk tidak mampu tidak sesuai dengan
kondisi di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai