1. LATAR BELAKANG
a. Dasar Hukum
UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 132 ayat 3
Permenkes No 03/Permenkes/Per/2019 tentang petunjuk teknis penggunaan dana alokasi
khusus non fisik bidang kesehatan, tahun anggaran 2019.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Permenkes No 29 Tahun 2016 pasal 1 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Mata di Fasilitas Pelayanan Kesehatan pasal 1 ayat 1 dan 2
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 307 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5612);
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1676);
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan
Refraksionis Optisien dan Optometris (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 656);
Mata adalah indera yang menjadi garda terdepan alur jalur informasi utama dalam
kehidupan sehari-hari sejak dilahirkan sampai usia tua. Mata yang terdiri dari kelopak
mata, sistem lakrimal, jaringan lunak orbita, dan tulang orbita serta bola mata merupakan
satu kesatuan fungsional yang saling berkaitan satu sama lainnya sehingga pelayanan
kesehatan mata paripurna harus meliputi semua bagian dari organ mata tersebut.
Hal yang patut disadari adalah bahwa kebutaan bukan hanya merupakan beban
pribadi penderita tetapi juga beban bagi orang-orang di sekeliling penderitayang menjadi
caregiver penderita Kondisi ini memberi dampak buruk terhadap produktivitas, kualitas
hidup, serta kesejahteraan baik individu maupun keluarga, dan dalam lingkup lebih
besar, komunitas serta negara. Oleh karena itu, selain sebagai masalah kesehatan
masyarakat (public health), kebutaan dan gangguan penglihatan juga sudah menjadi
masalah sosial ekonomi yang harus diatasi secara sungguhsungguh guna memutus rantai
kebutaan kemiskinan, dan memperoleh kembali sumber daya manusia yang hilang.
Dengan masalah tersebut diatas maka puskesmas raman utara melaksanakan program
penjaringan katarak.
b. Bantuan Kegiatan
Kegiatan Skrining Kasus Katarak yang urutan kegiatannya sebagai berikut :
1. Koordinasi dan sosialisasi dengan kader di wilayah kerja Puskesmas Gumuruh
2. Pendataan dilakukan dengan lintas sektor yang melibatkan Tokoh Masyarakat dan
Pemerintahan Desa
3. Melakukan Pemeriksaan di setiap Posyandu dan Posbindu
4. Menentukan waktu pelaksanaan
5. Melakukan Pelaksanaan Skrining Kasus Katarak di dalam dan luar gedung
4. INDIKATOR
a. Indikator Keluaran
Diperolehnya data jumlah penderita katarak di wilayah kerja Puskesmas Gumuruh
b. Keluaran / Output
- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dan kader
- Meningkatnya kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat untuk memelihara kesehatan
mata.
- Meningkatnya jangkauan pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan kepada
masyarakat melalui penjaringan katarak.
b. Tahapan Pelaksanaan
Tahapan Pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut :
1) Persiapan Kegiatan
2) Pelaksanaan Kegiatan
3) Laporan pelaksanaan Kegiatan Skrining Kasus Katarak
8. JADWAL KEGIATAN
a. Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Pelaksanaan Skrining Kasus Katarak dilaksanakan pada Tanggal 29 s/d 30
April 2019.
.
Matriks Kegiatan
Tanggal
no Kegiatan
27 29 30 1
1 Persiapan
2 Pelaksanaa
3 Pelaporan
9. BIAYA
Biaya pelaksanaan kegiatan Skrining Kasus Katarak bersumber dari dana Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) dengan perincian sebagai berikut:
Deskripsi
No Uraian Jumlah
Program
Kader
2 35 dus snack x @Rp. 10.000 x 2 hari Rp. 700.000
Posyandu
Publikasi
3 Administrasi/ 17 buah x Rp. 50.000 Rp. 850.000
perizinan
10. PENUTUP
Dengan terlaksananya Skrining Kasus Katarak ini diharapkan dapat meningkatkan deteksi
kelainan sejak dini dan agar memiliki pola hidup sehat. Sehingga pada akhirnya akan
meminimalisir biaya pengobatan serta dapat mencegah kelainan refraksi pada anak.
Mengetahui, Bandung,