Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE)

SKRINING KASUS KATARAK

UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN


UNIT KERJA : PUSKESMAS GUMURUH UPT PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE
PROGRAM : INDERA
KEGIATAN : BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) /DAK
(1.02.1.02.01.35.16.043)
SUB KEGIATAN : SKRINING KASUS KATARAK

1. LATAR BELAKANG
a. Dasar Hukum
UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 132 ayat 3
Permenkes No 03/Permenkes/Per/2019 tentang petunjuk teknis penggunaan dana alokasi
khusus non fisik bidang kesehatan, tahun anggaran 2019.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Permenkes No 29 Tahun 2016 pasal 1 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
Mata di Fasilitas Pelayanan Kesehatan pasal 1 ayat 1 dan 2
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 307 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5612);
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1676);
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan
Refraksionis Optisien dan Optometris (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 656);

b. Gambaran Umum Singkat

Mata adalah indera yang menjadi garda terdepan alur jalur informasi utama dalam
kehidupan sehari-hari sejak dilahirkan sampai usia tua. Mata yang terdiri dari kelopak
mata, sistem lakrimal, jaringan lunak orbita, dan tulang orbita serta bola mata merupakan
satu kesatuan fungsional yang saling berkaitan satu sama lainnya sehingga pelayanan
kesehatan mata paripurna harus meliputi semua bagian dari organ mata tersebut.

Indonesia adalah negara yang telah mencanangkan diri untuk memusatkan


perhatian pada masalah kebutaan melalui komitmennya terhadap VISION 2020, the
Global Initiative for the Elimination of Avoidable Blindness. Prevalensi kebutaan di
Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara, yaitu 1,5%, dengan 52% dari
jumlah tersebut (0,78%) disebabkan oleh katarak. Dalam kaitan dengan kelompok usia,
prevalensi kebutaan katarak ditemukan semakin tinggi seiring bertambahnya umur, yaitu
20/1000 pada kelompok usia 45-59 tahun, dan tertinggi (50/1000) pada kelompok usia
>60 tahun. Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 melaporkan bahwa pada tahun 2025,
jumlah penduduk kelompok usia >55 tahun diperkirakan akan meningkat menjadi 61
juta, yaitu sekitar seperempat keseluruhan penduduk Indonesia. Dengan adanya kasus-
kasus lama yang belum tertangani akibat rendahnya tingkat operasi katarak di Indonesia,
ditambah dengan peningkatan kasus baru sebanyak 0,1% (24 0.000 kasus baru) setiap
tahun, akan terus terjadi penumpukan kasus katarak antara kasus-kasus lama dan
penambahan kasus-kasus baru sehingga terjadi apa yang dikenal sebagai backlog katarak.

Hal yang patut disadari adalah bahwa kebutaan bukan hanya merupakan beban
pribadi penderita tetapi juga beban bagi orang-orang di sekeliling penderitayang menjadi
caregiver penderita Kondisi ini memberi dampak buruk terhadap produktivitas, kualitas
hidup, serta kesejahteraan baik individu maupun keluarga, dan dalam lingkup lebih
besar, komunitas serta negara. Oleh karena itu, selain sebagai masalah kesehatan
masyarakat (public health), kebutaan dan gangguan penglihatan juga sudah menjadi
masalah sosial ekonomi yang harus diatasi secara sungguhsungguh guna memutus rantai
kebutaan kemiskinan, dan memperoleh kembali sumber daya manusia yang hilang.
Dengan masalah tersebut diatas maka puskesmas raman utara melaksanakan program
penjaringan katarak.

2. KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN


a. Uraian Kegiatan
Kegiatan Skrining Kasus Katarak di wilayah kerja Puskesmas Gumuruh

b. Bantuan Kegiatan
Kegiatan Skrining Kasus Katarak yang urutan kegiatannya sebagai berikut :
1. Koordinasi dan sosialisasi dengan kader di wilayah kerja Puskesmas Gumuruh
2. Pendataan dilakukan dengan lintas sektor yang melibatkan Tokoh Masyarakat dan
Pemerintahan Desa
3. Melakukan Pemeriksaan di setiap Posyandu dan Posbindu
4. Menentukan waktu pelaksanaan
5. Melakukan Pelaksanaan Skrining Kasus Katarak di dalam dan luar gedung

3. MAKSUD DAN TUJUAN


Tujuan Skrining Kasus Kelainan Refraksi
a. Seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gumuruh mampu memahami
pentingnya manfaat dari penjaringan katarak
b. Meningkatkan derajat kesehatan indera penglihatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Gumuruh
c. Meningkatnya temuan kasus gangguan penglihatan secara dini

4. INDIKATOR
a. Indikator Keluaran
Diperolehnya data jumlah penderita katarak di wilayah kerja Puskesmas Gumuruh

b. Keluaran / Output
- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dan kader
- Meningkatnya kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat untuk memelihara kesehatan
mata.
- Meningkatnya jangkauan pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan kepada
masyarakat melalui penjaringan katarak.

5. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN


a. Metode Pelaksanaan
Pemeriksaan dilaksanakan oleh tim dari Puskesmas Gumuruh serta lintas sektoral
terkait. Kegiatan dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali pertemuan di dalam gedung dan
luar gedung
Adapun kegiatan yang dilakukan yaitu:
1. Pemeriksaan mata gratis bagi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gumurh
2. Screening (penjaringan) kasus Katarak pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas
Gumuruh
3. Penyuluhan kesehatan mata (pentingnya menjaga kesehatan mata)

b. Tahapan Pelaksanaan
Tahapan Pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut :
1) Persiapan Kegiatan
2) Pelaksanaan Kegiatan
3) Laporan pelaksanaan Kegiatan Skrining Kasus Katarak

6. TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN


Kegiatan Pelaksanaan Skrining Kasus Katarak di dalam gedung Puskesmas Gumuruh
dan Posyandu, Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Gumuruh.

7. PELAKSANA DAN PENANGGUNG JAWAB KEGIATAN


Pelaksana dan Penanggung jawab kegiatan adalah Pelaksanaan program Indra dan
Staf puskesmas.

8. JADWAL KEGIATAN
a. Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Pelaksanaan Skrining Kasus Katarak dilaksanakan pada Tanggal 29 s/d 30
April 2019.
.
Matriks Kegiatan

Tanggal
no Kegiatan
27 29 30 1
1 Persiapan
2 Pelaksanaa
3 Pelaporan

9. BIAYA
Biaya pelaksanaan kegiatan Skrining Kasus Katarak bersumber dari dana Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) dengan perincian sebagai berikut:

Deskripsi
No Uraian Jumlah
Program

Dokter dan 3 dus snack x @Rp. 15.000 x 2 hari Rp. 270.000


1
Refraktionis 1 dus makmin x @Rp. 35.000 x 2 hari Rp. 70.000

Kader
2 35 dus snack x @Rp. 10.000 x 2 hari Rp. 700.000
Posyandu

dan Posbindu 10 dus makmin x @Rp. 25.000 x 2 hari Rp. 500.000

Publikasi
3 Administrasi/ 17 buah x Rp. 50.000 Rp. 850.000
perizinan

4 Transportasi 4 kali x @Rp.15.000 x 2 hari Rp. 120.000

Jumlah Rp. 2.510.000

10. PENUTUP
Dengan terlaksananya Skrining Kasus Katarak ini diharapkan dapat meningkatkan deteksi
kelainan sejak dini dan agar memiliki pola hidup sehat. Sehingga pada akhirnya akan
meminimalisir biaya pengobatan serta dapat mencegah kelainan refraksi pada anak.

Mengetahui, Bandung,

Kuasa Pengguna Anggaran Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan


dr. SylfieVirgianti dr.Juriati

NIP. 19640902 198903 2006 NIP. 19650702 200003 2004

Anda mungkin juga menyukai