Anda di halaman 1dari 4

R eview materi kuliah umum prodi sosiologi FISIP ULM

Nama : Annisa nur rahmatika.

Nim : 2310415220055

Prodi : sosiologi

MERAWAT KEBHINEKAAN & MEMPERKUAT INTEGRASI BANGSA:


MULTIKULTURALISME SEBAGAI KEKUATAN BERSAMA MENGHADAPI
GEMPURAN POLITIK IDENTITAS!?

Narasumber : Jeiryy sumampow

 KONTEKS : TRANSISI DEMOKRASI


Sejak reformasi pancasila meredup, padahal Pancasila adalah payung kemajemukan bangsa MPR
Sosialisasi 4 pilar yaitu : Pancasila, UUD 45, Bhineka Tunggal Ika & NKRI.
Liberalisasi politik memberi ruang bagi tumbuh-kembang idiologi baru  Muncul banyak
kelompok kepentingan yang ingin mendorong kepentingan idiologi sendiri Agama menjadi alat
politik (politisasi agama) yang semakin memperparah persoalan.
 TIMBUL
1. Pada bagian hukum

Penegakan hukum menjadi tumpul! Lembaga penegak hukum seolah tak berdaya
menghadapi maraknya aksi kriminal & intoleran.

2. Pada bagian lembaga negara


Lembaga Negara tak berfungsi dengan baik!  Parlemen, Pemerintah, Parpol, dll., terjerat
lingkaran korupsi yang akut.
3. Pada situasi ekonomi - sosial
Situasi Ekonomi-Sosial yang sulit!  Kemiskinan, kesenjangan makin lebar, pengangguran,
lapangan pekerjaan yang terbatas, harga barang yang cenderung naik, kriminalitas tinggi, dll.
 AKIBATNYA
Institusi negara, termasuk insitusi pendidikan, menjadi media untuk mengintrodusir
kepentingan kelompok masing-masing, yang seringkali bertentangan dengan kepentingan
nasional.
Akhirnya terjadi yang namanya korupsi besar besaran, dilakukan bahkan secara terang
terangan. Para pejabat tak takut lagi mencuri uang rakyatnya, korupsi pun merajalela.
Banyaknya kericuhan yang terjadi di pemerintahan maka muncul upaya politis untuk
mengintrodusir idiologi lain dalam konteks kebangsaan. Sebab ada ruang kebebasan yang
cukup terbuka. Rakyat cepat marah, mudah terprovokasi & mudah terjerat politik uang.
 PERSOALAN
1. Diskriminasi terhadap masyarakat adat & kepercayaan.
2. Pendirian Rumah Ibadah.
3. Penyesatan terhadap kelompok agama yang berbeda.
4. Ujaran kebencian terhadap kelompok yang berbeda. Marak di media sosial.
5. Pendidikan yang cenderung makin sektarian.
6. Persekusi: perlakuan buruk atau penaniayaan secara sistematis oleh individu (kelompok),
khususnya karena suku, agama atau pandangan politik.
7. Politik SARA.
 POLITIK IDENTITAS
Berikut beberapa definisi politik identitas menurut beberapa ahli :
1. Benedict Anderson: Menyebut politik identitas sebagai "konstruksi sosial dan budaya dari
pengertian tentang siapa kita dan siapa orang lain, terkait dengan kategori-kategori seperti
etnisitas, agama, bahasa, dan kebangsaan.
2. Stuart Hall: Mengartikan politik identitas sebagai "upaya untuk menentukan cara-cara di
mana orang memahami diri mereka sendiri dalam hubungannya dengan orang lain, dengan
menggunakan kategori-kategori yang memberikan identitas
3. Iris Marion Young: Mengemukakan bahwa politik identitas melibatkan "upaya kelompok
untuk mendefinisikan dan menegaskan hak-hak khusus mereka sebagai kelompok dengan
karakteristik atau kepentingan tertentu.
Politik identitas pada awalnya muncul pada tahun 1970-an di Amerikat Serikat untuk tuntutan
perjuangan minoritas, gender, ras yang merasa terpinggirkan. Dalam sejarah manusia digerakan oleh
perjuangan untuk pengakuan dan penerimaan sebuah kelompok tertentu.
 POLITISASI SARA

Politisasi SARA: “upaya untuk menumbuhkan sentimen politik dengan cara mengeksploitasi
identitas sehingga menimbulkan kebencian & permusuhan terhadap yang berbeda & berdampak
mendegradasi identitas.”

Suatu tindakan disebut Politisasi SARA , jika memenuhi 3 unsur: Menumbuhkan sentimen politik
,Menimbulkan kebencian & permusuhan, Berdampak degradasi kesetaraan.

Bahaya dari politisasi sara yaitu : munculnya kecurigaan, terjadinya polarisasi, memicu konflik,
terjadinya perpecahan.
 MULTIKULTURALISME
Definis multikulturalisme adalah suatu pendekatan atau ideologi yang mempromosikan
pengakuan, penghargaan, dan penerimaan terhadap keberagaman budaya, agama, tradisi, dan
latar belakang etnis yang ada dalam suatu masyarakat.
Tujuan dari multikulturalisme adalah menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan
mengurangi ketegangan sosial dengan membangun jembatan komunikasi dan pemahaman
antarberbagai kelompok budaya dan etnis.
 MENGELOLA KEBHINEKAAN : MODERASI BERAGAMA
Politik perukunan
1. Tarik menarik antara perbedaan & persatuan yang kuat mewarnai politik agama di Indonesia.
2. Orang harus mempertimbangkan keduanya secara bersamaan.
3. Sebab jika hanya menekankan persatuan & menafikan perbedaan, hasilnya: penyeragaman.
4. Jika hanya menekankan perbedaan tanpa upaya merawat persatuan, akan memunculkan
fragmentasi sosial-politik yang berbahaya. Situasi inilah yang melahirkan “politik
perukunan”

✓ APA ITU MODERASI?

Morderasi ada jalan tengah!

Moderasi juga berarti sesuatu yang terbaik. Sebab yang ada di tengah itu berarti berada di antara dua
hal buruk.

✓ MORDERASI BERAGAM

Cara beragama jalan tengah

Seseorang tidak ekstrim & tidak berlebih-lebihan saat menjalani ajaran agamannya.Orang yang
melakukannya disebut moderat.

Moderasi beragama bertujuan untuk menengahi serta mengajak kedua kutup ekstrim (kiri &
kanan) dalam beragama untuk bergerak ke tengah, Kembali kepada esensi ajaran agama, yaitu
memanuasiakan manusia.

 MEMPERKUAT INTEGRASI BANGSA


1. Memperkuat pemahaman kebangsaan untuk melawan politik SARA & politisasi agama.
2. Menggalakkan kembali pendidikan kebangsaan dengan Pancasila & UUD 45 sebagai sumber
nilai yang utama.
3. Kritis menggunakan Media Sosial!
4. Paling penting: Penguatan & pendampingan masyarakat agar bisa berpartisipasi secara
substansial dalam proses pembangunan bangsa. Tidak sekedar menjadi penonton atau objek.
 POLITIK KEBHINEKAAN
Makin beragam masyarakat, ada kebutuhan besar untuk membangun persatuan, persatuan yang
dibutuhkan adalah rasa sebagai bagian dari satu bangsa yang punya komitmen untuk hidup
Bersama.
Berikut ini beberapa prinsip penting :
1. Semangatnya bukan mengintervensi tapi menjamin dan melindungi.
2. Pengaturan bukan sumber baru konflik, tapi menyelesaikan konflik “antar agama”.
3. Pengaturan ini harus memiliki sensitivitas kelompok minoritas, bukan alat baru hegemoni
mayoritas.
4. Pengaturan harus menekankan kepada kewajiban negara dalam kaitan kehidupan beragama.
Bukan menjadi ancaman baru pada masyarakat, khususnya yang “minoritas”.
5. Ketentuan sanksi harus diarahkan pada aparatus negara yang gagal menjamin dan melindungi
kebebasan beragama.
6. Ada semangat perlindungan korban.
7. Menjamin & melestarikan kemajemukan rakyat.

Anda mungkin juga menyukai