Anda di halaman 1dari 4

PENYAKIT BUDAYA

Penyakit budaya adalah suatu keadaan atau perubahan sikap yang timbul dengan
tidak terkontrol, yang tidak menyenangkan sehingga menimbulkan sikap
etnosentrisme, stereotip, prasangka, rasisme, space goating/kambing hitam, dan
diskriminasi. Salah satu hal penting dalam meningkatkan pemahaman antar
budaya dan masyarakat ini adalah sedapat mungkin dihilangkannya penyakit-
penyakit budaya.  Penyakit-penyakit budaya inilah yang bisa memicu konflik
antar kelompok masyarakat di Indonesia. Penyakit budaya tersebut diantaranya
sebagai berikut :
1. Etnosentrisme atau sikap etnosentris diartikan sebagai suatu kecenderungan
yang melihat nilai atau norma kebudayaannya sendiri sebagai sesuatu yang
mutlak serta menggunakannya sebagai tolak ukur kebudayaan lain.
2. Stereotip adalah pemberian sifat tertentu terhadap seseorang berdasarkan
kategori yang bersifat subjektif, hanya karena dia berasal dari kelompok yang
lain. Keyakinan ini menimbulkan penilaian yang cenderung negatif atau
bahkan merendahkan kelompok lain.
3. Prasangka pada mulanya merupakan pernyataan yang hanya didasarkan pada
pengalaman dan keputusan yang tidak teruji sebelumnya. Prasangka mengarah
pada pandangan yang emosional dan bersifat negatif terhadap orang atau
sekelompok orang. Jadi, prasangka merupakan salah satu rintangan atau
hambatan dalam berkomunikasi karena orang yang berprasangka sudah
bersikap curiga dan menentang pihak lain.
4. Rasisme  bermakna anti terhadap ras lain atau ras tertentu di luar ras sendiri.
Rasisme dapat muncul  dalam bentuk mencemooh perilaku orang lain hanya
karena orang itu berbeda ras dengan kita.
5. Scape Goating artinya perkambinghitaman. Teori kambing hitam (Scape
Goating) mengemukakan kalau individu tidak bisa menerima perlakuan
tertentu yang tidak adil, maka perlakuan itu dapat ditanggungkan terhadap
orang lain.
6. Diskriminasi merupakan tindakan yang membeda-bedakan dan kurang
bersahabat dari kelompok dominan terhadap kelompok subordinasinya. Antara
prasangka dan diskriminasi ada hubungan yang saling menguatkan. Selama
adda prasangka, disana ada diskriminasi.

Lalu bagaimana cara kita mencegah agar sikap itu tidak terjadi? Berikut adalah
beberapa cara untuk mencegah munculnya sikap-sikap seperti itu, yaitu:

1. Semangat religius
Semangat religius merupakan suatu tindakan oleh masyarakat yang masih
menjunjung tinggi nilai dan norma agama dalam mengahadapi arus globalisasi
dan modernisasi, atau westernisasi. Adanya isu memecah belah antar umat
beragama maupun interen agama masing-masing hendaknya terus diwaspadai,
karena tidak mustahil memang sengaja dihembuskan oleh oknum atau
kelompok yang ingin mengacaukan suasana ketentraman yang telah berhasil
dicapai demi kepentingan politik mereka sendiri.

2. Semangat Nasionalisme
Semangat nasionalisme merupakan suatu tindakan dimana masyarakat sangat
menjunjung tingggi nilai semangat Bhineka Tunggal Ika dalam menghadapi
berbagai penghalang dari luar yang dapat menyebabkan pudarnya nilai
toleransi dan gotong royong dalam berbagai kalangan suku, agama, ras, dan
antar golongan. Untuk dapat tampil sebagai negara maju dan kuat Indonesia
harus mewaspadai potensi-potensi konflik tersebut dan mendeteksinya secara
cermat untuk kalau mungkin mengubahnya menjadi unsur kesatuan yang
memperkokoh negara Indonesia yang merdeka dan demokratisasi
Dalam hal mengantisipasi dia lebih memfokuskan analisisnya pada kles
(Clash) peradaban daripada kles ideologi dan ekonomi.
Peradaban yang dimaksud adalah entitas kultural yang unsur-unsurnya berupa
bahasa, sejarah agama, adat istiadat, lembaga-lembaga yang menentukan
indentitas manusia.

3. Semangat Pluralisme
Semangat pluralisme merupakan menyadari bahwa negara indonesia terdiri
dari berbagai macam suku. Bangsa kita telah menjadi bangsa yang besar dan
bisa membangun karena telah berhasil menyatukan berbagai perbedaan suku,
agama maupun ras dalam satu kesatuan yang utuh. Jangan rusak ini karena
kepentingan-kepentingan yang sempit atau satu golongan kecil. Perbedaan-
perbedaan yang ada dalam bangsa Indonesia baik itu perbedaan etnik, agama,
ras, perbedaan derajat maupun kondisi ekonomi, telah berhasil disatukan
pemerintah selama ini sebagai kekuatan untuk membangun bangsa dan negara
seperti sekarang ini.

4. Semangat Humanisme
Semangat humanisme merupakan suatu semangat dimana masyarakat satu
dengan masyarakat yang lainnya memikirkan jalan keluar masalah yang
terjadi dalam hubungan antar manusia atau golongan, agar tidak ada terjadi
konflik yang terus-menerus dan menuju Indonesia raya yang merdeka.

5. Dialog antar umat beragama


   Dialog antar umat beragama. : adanya pertemuan antar pemuka agama yang
ada di masyarakat, untuk menyelesaikan  suatu masalah yang terjadi di dalam
masyarakat yang berbeda agama.

6. Harmonisasi
Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi , maupun konfigurasi
hubungan antar agama, media masa, dan harmonisasi dunia.
Keterbukaan, kedewasaan sikap, pemikiran global yang bersifat inklusif serta
kesadaraan kebersamaan dalam mengarungi sejarah, merupakan modal yang
sangat menentukan bagi terwujudnya sebuah bangsa yang bhineka tunggal ika.
Menyatu dalam keragaman , dan beragam dalam kesatuan. Segala bentuk
kesenjangan didekatkan, segala keaneka ragaman dipandang sebagai kekayaan
bangsa, milik bersama. Sikap inilah yang perlu dikembangkan dalam pola
pikir masyarakat majemuk yang keanekaragaman  SARA untuk menuju
Indonesia Raya merdeka.

Berikut adalah beberapa cara agar tidak memunculkan sikap-sikap tersebut.


Mari kita sebagai bangsa indonesia menjaga tanah air kita bersama-sama
dengan menghindarkan sikap-sikap tersebut.

Anda mungkin juga menyukai