Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masyarakat adalah sejumlah individu yang hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu,
bergaul dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan kesadaran pada diri setiap
anggotanya sebagai suatu kesatuan.
Masyarakat beradab dan sejahtera dapat diartikan sebagai civil society atau masyarakat
madani. Meskipun memiliki makna dan sejarah sendiri tetapi keduanya merujuk pada semangat
yang sama sebagai masyarakat yang adil, terbuka, demokratis dan sejahtera dengan kesadaran
ketuhanan yang tinggi yang diterapkan dalam kehidupan sosial.
Asal-usul pembentukan masyarakat bermula dari fitrah manusia sebagai makhluk sosial
yang senantiasa membutuhkan orang lain. Banyak diantara masyarakat yang mungkin
meremehkan adab bertetangga. Contohnya, menyakiti mereka dengan perkataan maupun
perbuatan. Padahal jika masyarakat menyadari bahwa tidak ada manusia yang dapat hidup
sendiri dan mau menjunjung tinggi adab bertetangga akan tercipta peradaban manusia yang jauh
lebih baik dan sejahtera.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian masyarakat beradab dan sejahtera ?
2. Bagaimana hubungan antara masyarakat yang sejahtera dan masyarakat madani ?
3. Bagaimana sejarah terwujudnya masyarakat beradab dan sejahtera ?
4. Apa karakteristik serta prinsip masyarakat beradab dan sejahtera?
5. Bagaimana peran umat beragama dalam mewujudkan masyarakat beradab dan sejahtera?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk dapat mengetahui apa pengertian dari masyarakat beradab dan sejahtera
2. Untuk dapat mengetahui bagaimana hubungan antara masyarakat yang sejahtera dan
masyarakat madani
3. Untuk dapat mengetahui sejarah terwujudnya masyarakat beradab dan sejahtera

1|Agama
4. Untuk dapat mengetahui apa saja karakteristik serta prinsip masyarakat beradab dan
sejahtera
5. Untuk dapat mengetahui peran apa saja yang dapat dilakukan untuk mewujudkan
masyarakat beradab dan sejahtera

1.4 Manfaat Penulisan


Agar terciptanya Masyarakat yang beradab dan sejahtera dengan kesadaran ketuhanan
yang tinggi yang diterapkan dalam kehidupan sosial. Dengan menghindari sikap yang
menonjolkan kelompok mayoritas atau minoritas, dialog, melakukan studi agama,
menumbuhkan kesadaran pluralisme dan masyarakat madani, menjaga perdamaian,
bermusyawarah, dan bersikap adil.

2|Agama
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masyarakat Beradab dan Sejahtera

Masyarakat adalah sejumlah individu yang hidup bersama dalam wilayah tertentu, bergaul
dalam jangka waktu lama sehingga menimbulkan kesadaran pada diri setiap anggotanya sebagai
suatu kesatuan. Beradab berarti kesopanan, kehalusan, dan kebaikan budi pekerti Sejahtera
berarti aman sentosa dan makmur, selamat dari gangguan dan kesukaran.

Masyarakat beradab & sejahtera adalah masyarakat yang kumpulan manusianya terdiri
atas orang-orang yang halus, sopan, dan baik budi pekertinya supaya masyarakat tersebut
selamat dan bebas dari gangguan maupun kesukaran.

2.2 Menuju Masyarakat Madani

Masyarakat beradab dan sejahtera dapat dikonseptualisasikan sebagai civil society atau
masyarakat madani. Masyarakat madani merujuk pada semangat yang sama sebagai sebuah
masyarakat yang adil, terbuka, demokratis, sejahtera, dengan kesadaran, ketuhaan yang tinggi
yang diimplementasikan dalam kehidpan social.

2.3. Sejarah Masyarakat Beradab dan Sejahtera


Filsuf Yunani Aristoteles(384-322) yang memandang civil society sebagai system
kenegaraan atau identik dengan negara itu sendiri. Pandangan ini merupakan fase pertama
sejarah wacana civil society.Pada masa Aristoteles civil society dipahami sebagai sistem
kenegaraan dengan menggunakan istilah ‘’koinonia politike’’, yakni sebuah komunitas politik
tempat warga dapat terlibat langsung dalam berbagai percaturan ekonomi-politik dan
pengambilan keputusan.
Rumusan civil society selanjutnya dikembangkan oleh Thomas Hobbes (1588-1679 M )
dan John Locke (1632-1704), yang memandangnya sebagai kelanjutan dari evolusi natural
society. Menurut Hobbes, sebagai antitesa Negara civil society mempunyai peran untuk
meredam konflik dalam masyarakat sehingga ia harus memiliki kekuasaan mutlak, sehingga ia

3|Agama
mampu mengontrol dan mengawasi secara ketat pola-pola interaksi (prilaku politik) setiap warga
Negara. Berbeda dengan John Locke, kehadiran civil society adalah untuk melindungi kebebasan
dan hak milik setiap warga Negara.
Fase kedua, pada tahun 1767 Adam Ferguson mengembangkan wacana civil society
dengan konteks sosial dan politik di Skotlandia. Ferguson, menekankan visi etis pada civil
society dalam kehidupan sosial. Pemahamannya ini lahir tidak lepas dari pengaruh dampak
revolusi industri dan kapitalisme yang melahirkan ketimpangan sosial yang mencolok.
Fase ketiga, pada tahun 1792 Thomas Paine mulai memaknai wacana civil society sebagai
sesuatu yang berlawanan dengan lembaga Negara, bahkan dia dianggap sebagai antitesa Negara.
Menurut pandangan ini, Negara tidak lain hanyalah keniscayaan buruk belaka. Konsep Negara
yang absah, menurut mazhab ini, adalah perwujudan dari delegasi kekuasaan yang diberikan oleh
masyarakat demi terciptanya kesejahteraan bersama. Semakin sempurna sesuatu masyarakat
sipil, semakin besar pula peluangnya untuk mengatur kehidupan warganya sendiri.
Fase keempat, wacana civil society selanjutnya dikembangkan oleh Hegel (1770-1837
M), Karl Marx (1818-1883 M) dan Antonio Gramsci (1891-1937 M). Dalam pandangan
ketiganya civil society merupakan elemen ideologis kelas dominan.
Fase kelima, wacana civil society sebagai reaksi terhadap mazhab Hegelian yang
dikembangkan oleh Alexis de Tocqueville (1805-1859 M). Pemikiran Tocqueville tentang civil
society sebagai kelompok penyeimbang kekuatan Negara. Menurut Tocqueville, kekuatan politik
dan masyarakat sipil merupakan kekuatan utama yang menjadikan demokrasi Amerika
mempunyai daya tahan yang kuat. Adapun tokoh yang pertama kali menggagas istilah civil
society ini adalah Adam Ferguson dalam bukunya ”Sebuah Esai tentang Sejarah Masyarakat
Sipil’’ (An Essay on The History of Civil Society) yang terbit tahun 1773 di Skotlandia.
Ferguson menekankan masyarakat madani pada visi etis kehidupan bermasyarakat.
Pemahamannya ini digunakan untuk mengantisipasi perubahan sosial yang diakibatkan oleh
revolusi industri dan munculnya kapitalisme, serta mencoloknya perbedaan antara individu.

4|Agama
2. 4 Karakteristik masyarakat madani
1. Bertuhan
2. Damai
3. Tolong menolong
4. Toleran
5. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial
6. Berperadaban tinggi
7. Berakhlak mulia

Prinsip masyarakat beradab & sejahtera


1. Keadilan sosial
2. Egalitarianisme
3. Pluralisme
4. Supremasi hukum
5. Pengawasan sosial

2.5 Peran Umat Beragama Mewujudkan Masyarakat Beradab dan Sejahtera

Agar masyarakat beradab dan sejahtera terwujud, peran pemerintah dalam menjalankan roda
pemerintahan tidak bisa dilepaskan. Bangsa Indonesia yang tersebar mendiami bumi Nusantara
terdiri atas berbagai ragam suku, budaya, bahasa, dan agama. Keragaman yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia itu merupakan kekayaan alam dan budaya yang sangat potensial untuk menjadi
modal dasar dalam pembangunan masyarakat dan bangsa.

Akan tetapi keragaman itu tidak mustahil menjadi tantangan jika dalam implementasi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terjadi perpecahan. Maka dalam hal ini
bukan hanya pemerintah yang mempunyai peran tetapi juga masyarakat punya andil yang besar
dalam menjaga keharmonisan dalam bermasyarakat, agar segala perbedaan itu dapat dirangkum
menjadi sesuatu yang bernilai positif.

5|Agama
Selain itu, pemerintah juga harus menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan hukum dan
peraturan yang berlaku. Potensi yang sangat besar dalam menghambat tujuan hidup bersama
adalah masalah agama. Contoh nyata yang terjadi dewasa ini yaitu konflik berbau agama yang
terjadi di Tanjungbalai di mana rumah ibadah dibakar oleh sekelompok orang yang
mengatasnamakan agama tertentu.

Sungguh memang di luar akal sehat bahwa sekelompok orang melakukan aksi intoleran
atas nama agama yang seharusnya agama itu menyatukan perbedaan-perbedaan bukan mencari
perbedaan. Oleh karena itu, setiap pemeluk agama yang berbeda harus mampu menjalankan
ajaran agamanya dengan baik dan benar agar tidak terjadi perpecahan. Setiap umat beragama
harus berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Partisipasi tersebut dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mendoakan bangsa, masyarakat dan pemerintah.


Mendoakan orang lain,tanpa melihat latar belakang suku, ras, dan agama adalah
salah satu bentuk mengasihi dan memedulikan orang lain. Dengan mendoakan secara
tulus dan ikhlas menjadi pertanda bahwa kita telah berpartisipasi di dalam segala
pergumulan bangsa dan negara.
2. Taat akan hukum dan peraturan yang berlaku.
Hidup dengan taat terhadap hukum dan peraturan yang berlaku adalah penjabaran
dan prinsip hidup seluruh umat beragama lainnya.
Ketaatan kepada hukum dan peraturan yang berlaku di masyarakat tidak boleh
bertentangan dengan ketaatan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi dasar
atau patokan terhadap segala macam peraturan yang ada di tengah-tengah masyarakat.
Hukum dan peratutan yang benar adalah hukum dan peraturan yang tidak menyimpang
dari rencana dan kehendak Tuhan Yang Maha Esa.
3. Menjauhkan sikap mental negatif.
Sikap mental yang negatif ini tampak dalam kesombongan religius, dan lebih
tepat dikatakan sombong rohani. Sikap tersebut muncul adalah sebagai akibat dari
timbulnya prasangka bahwa ajaran agamanya saja yang benar serta menganggap agama
lain salah.

6|Agama
Hal inilah permasalahan besar dalam beragama. Tafsir yang salah akan ajaran agama
akan menimbulkan dampak yang sangat besar karena bisa berpotensi menimbulkan
doktrin yang salah sehingga otomatis implementasinya pun akan salah.
4. Menjauhkan sikap yang menonjolkan kelompok mayoritas atau minoritas.
Di dalam kehidupan umat beragama, sering muncul sikap merasa lebih berkuasa
karena dalil kemayoritasan sehingga mereka merasa bahwa yang layak diperhitungkan
atau difasilitasi hanyalah kelompok mayoritas. Inilah yang menimbulkan adanya
diskriminasi dalam hal hidup berbangsa dan bernegara.
Kita berbeda dalam banyak hal baik dari segi agama, harta, pendidikan, adat istiadat,
suku tetapi di hadapan Tuhan kita semua adalah sama. Yang membedakan kita adalah
iman dan perbuatan kita.
5. Dialog untuk mengikis kecurigaan dan menumbuhkan saling pengertian.
6. Melakukan studi-studi agama.
7. Menumbuhkan kesadaran pluralism.
8. Menumbuhkan kesadaran untuk bersama-sama mewujudkan masyarakat madani.
9. Menjaga perdamaian.
10. Saling tolong menolong.
11. Bermusyawarah dalam segala urusan.
12. Bersikap adil.

7|Agama
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Masyarakat beradab dan sejahtera adalah masyarakat yang adil, terbuka, demokratis,
sejahtera, dengan kesadaran ketuhanan yang tinggi yang diterapkan dalam kehidupan sosial.
Peranan umat beragama dalam mewujudkan masyarakat beradab dan sejahtera yaitu mendoakan
bangsa, masyarakat dan pemerintah, taat akan hukum dan peraturan yang berlaku, menjauhkan
sikap mental negative, menjauhkan sikap yang menonjolkan kelompok mayoritas atau minoritas,
dialog, melakukan studi agama, menumbuhkan kesadaran pluralisme dan masyarakat madani,
menjaga perdamaian, bermusyawarah, dan bersikap adil.

3.2 Saran
Dalam kehidupan bermasyarakat sudah seharusnya memperhatikan adap dalam
bertetangga karena kedudukan tetangga sangatlah besar dan mulia. Serta diharapkan masyarakat
dapat ikut berperan dalam mewujudkan masyarakat beradap dan sejahtera.

8|Agama

Anda mungkin juga menyukai