Anda di halaman 1dari 12

MAKNA KATA MURTAD DALAM IBRANI 6:6

Desti Samarenna
STT Harvest Semarang
Jl. Rukan Mutiara Marina 40 Semarang Barat
destisamarenna@gmail.com

Abstrak

Tulisan ini merupakan sebuah upaya untuk menjelaskan kata murtad secara khusus
dalam kitab Ibrani 6:6. Penulis juga hendak menjelaskan hubungan antara
murtad dan keselamatan orang percaya dan untuk menjawab pandangan apakah
orang Kristen bisa murtad? Tulisan ini adalah sebuah peringatan akan bahaya
kemurtadan ini agar orang percaya menjadi lebih berhati-hati menjaga iman
mereka agar mereka tidak undur dari Tuhan.

Kata kunci: Murtad, Apostasia.

PENDAHULUAN
Kekristenan muncul pertama kali muncul sebagai suatu gerakan dengan sebuah
kabar keselamatan. Ajaran Kristen mula-mula tidak hanya berlandaskan pada ajaran
Yesus. Tetapi, ajaran tersebut bertumbuh dari keyakinan bahwa isi dari pengajaran-Nya
dikukuhkan dan diwujudkan melalui kebangkitannya dari antara orang mati. Berbicara
tentang keselamatan, selalu ada pandangan yang berbeda. Baik itu dikaji dari agama
manapun. Prosesnya berbeda dan cara mendapatkannya berbeda. Ada satu kata yang
mungkin secara status atau posisi, agama selalu di diskusikan yaitu kata murtad.
Melukiskan kata murtad ini dengan meninggalkan keyakinan atau apa yang dipercayai,
ketika itu terjadi maka sangsi sosial adalah hal yang sangat berat ditanggung bahkan
kematian pun mengintai dimana-mana.
Jika murtad, adalah pilihan, tentunya hal yang terpenting untuk dikaji dengan
baik adalah mengapa itu terjadi. Memiliki pemahaman yang benar tentang murtad,
menghasilkan sikap yang tidak mudah menghakimi dan menjadi penentang yang radikal
bagi mereka yang melakukan atau memilih untuk masuk dalam situasi itu. Namun apa
sebetulnya murtad? Apa yang terjadi pada diri seseorang yang murtad? Melalui tulisan
singkat ini penulis hendak menjelaskan apa sebetulnya murtad itu. Penulis juga hendak
menjelaskan hubungan antara murtad dan keselamatan orang percaya.

1
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif studi pustaka. Objek penelitian ini
adalah perspektif Alkitab tentang murtad. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan studi
literatur untuk dapat menggali dan memahami pandangan Alkitab tentang murtad.
Penelitian ini juga memanfaatkan prinsip-prinsip hermeneutika Alkitab atau penafsiran
Alkitab.

PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini, penulis akan menjelaskan konteks dalam teks Ibrani dan
analisis dalam teks Ibrani 6:6 yang terdiri dari pengertian kata murtad dan analisis dalam
teks ini dan beberapa teks yang paralel tentang hal ini.
Analisis Ibrani 6:6 KAI. parapeso,ntaj( pa,LIn avnaKAInI,zeIn eIvj meta,noIan(
avnastaurou/ntaj e`autoI/j to.n UI`o.n tou/ qeou/ KAI. paradeIgmatI,zontaj. (“…namun
yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka
bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan
menghina-Nya di muka umum.”)

Pengertian Murtad
Pada umumnya murtad berhubungan dengan kata benda apostasia. Dalam bahasa
Inggris menggunakan kata apostasy, atau kata kerja aphistêmi yang secara konseptual
maknanya meninggalkan dengan pengertian berkhianat, memberontak, mengundurkan
diri.1 Apostasia, kata ini juga berkaitan dengan kemurtadan, dengan arti penyeberangan,
pemberontakan, kemurtadan, pengkhianat, kejatuhan, pelarian yang meninggalkan
kepercayaan. Kalau dikaitkan dengan Ibrani 3:12 menggunakan kata apostênai berarti
murtad. Dalam 2 Tesalonika 2:3 apostasia berarti murtad, pemberontakan. Jadi ini adalah
ungkapan atau puncak dari ayat 4-6, secara harfiah berarti dan mereka telah jatuh dari
iman.2
Dalam bahasa Yunani apostasia dipakai dua kali dalam Perjanjian Baru sebagai
kata benda. Teksnya yang terdapat dalam 2 Tesalonika 2:3 dan Ibrani 3:12
menggunakan kata kerja aphistêmi dalam versi lain diterjemahkan sebagai berbalik dari.

Henk ten Napel, “Apostasy,” dalam Kamus Teologi Inggris Indonesia (Jakarta: BPK
1

gunung Mulia, 1999), 37.


2
Paul Ellingworth dan Eugene A. Nida, Pedoman Penafsiran Alkitab Surat Kepada
Orang-orang Ibrani, peny., M.K. Sembiring (Jakarta: Yayasan Karunia Bakti Budaya Indonesia,
LAI, 2013), 129.

2
Istilah Yunani ini ditegaskan sebagai tindakan meninggalkan, berkhianat, memberontak,
mengundurkan diri atau berbalik meninggalkan sesuatu yang dahulu diikuti.3 Istilah ini
dipakai sebagai istilah teknis untuk revolusi politik atau penyebrangan seseorang kepada
musuh. Dalam LXX, kata ini selalu dihubungkan dengan pemberontakan terhadap Allah
(Yos. 22:22; 2Taw. 29:19) yang semula dihasut Iblis, naga yang murtad (Ay. 26:13). 4
Pra ucapan murtad tidak mengacu kepada kesetiaan masyarakat Yahudi di bidang
Politik maupun agama, tetapi kepada zaman akhir dan bencana pemberontakan
yang berakhir kepada kekuasaan Allah, yang ada dalam tulisan-tulisan apokaliptik
merupakan pertanda akhir dunia ini.5

Murtad dapat dianggap pemberontakan duniawi sebagai pasangan dari pemberontakan


surgawi dalam Wahyu 12:7-9.6

Konteks Kitab Ibrani


Menurut pandangan tradisional, Ibrani ditujukan kepada komunitas Yahudi
Kristen di Roma (Ibr.13:24) yang sedang dihadapkan pada penganiayaan. Komunitas
Yahudi tersebut terancam untuk murtad dari imannya kepada Kristus dan kembali kepada
Yudaisme. Peringatan penulis terhadap bahaya kemurtadan ini tersebar dalam seluruh
bagian Ibrani, yaitu pada pasal 2:1-4; 3:7-4 ,11; 5:11-6:12, 20; dan 10:19-39.7
Kitab Ibrani ditulis terutama untuk orang-orang Kristen yang berasal dari bangsa
Yahudi atau Ibrani. Mereka yang sudah mengaku Yesus sebagai Juru Selamat ini
senantiasa berada dalam bahaya, dan sewaktu-waktu mereka dapat kembali lagi ke
agama Yahudi yang dulu dianutnya, atau paling tidak mereka masih terikat dengan
tradisi-tradisi dengan upacara agama secara lahiriah. Tujuan utama pengajaran dari
penulisan Ibrani adalah untuk menunjukkan kemuliaan yang melebihi segala
sesuatu dari anugerah Allah dibandingkan dengan peraturan Perjanjian Lama.8

Donald C. Stamps & Wesley Adam, “Kemurtadan Pribadi,” dalam The Full Life Study
3

Bible (Malang: Gandum Mas, 1992 ), 2060:61.


4
J.D. Daouglas & N, Hillyer, The New Bible Dictionary (Jakarta: Yayasan Komunikasi
Bina Kasih, 2008), 101.
5
E.J. Bicknell, The First & Second Epistle to the Thessalonians ( 1973), 173.
6
J.D. Daouglas & N, Hillyer, The New Bible Dictionary, 101.
7
George Eldon Ladd, A Theology of the New Testament (Grand Rapids Michigan:
William B. Eerdmans Publishing Company, 1975), 571-2. Dale Moody, Apostasy (Greenville,
South Carolina: Smyth & Helwys Publishing, Inc., 1991), 61.
8
Frank Charles Thompson, The New Chain Reference Bible (B. B. Kirkbride Bible Co.
1934), 1.

3
Dalam Ibrani 6:6 Menyalibkan lagi Anak Allah berarti berpikir bahwa salib
layak bagi Yesus. Pada waktu Yesus disalibkan oleh umat Israel, mereka menganggap
salib itu layak untuk Yesus.
Kemudian teks menjelaskan bahwa setelah mereka bertobat, mereka berpaling dari
pikiran itu dan merasa bahwa salib itu sangat tidak layak bagi Tuhan Yesus. Kalau
mereka murtad berarti mereka memihak (lagi) kepada orang-orang yang setuju
dengan penyaliban Kristus. Ini menunjukkan bahwa mereka sudah mengeraskan
hati.9

Ini adalah tindakan yang dilakukan meresponi karya penyelamatan melalui penyalipan
oleh orang Yahudi pada saat itu. Dalam Ibrani 6:6 terdapat kata Yunani parapesóntas
mengandung arti pada saat itu, ada beberapa orang melakukan kemurtadan atau murtad
lagi. Ini bisa mengisyaratkan penolakan iman selama penganiayaan secara konteks pada
saat itu.10 Kemurtadan digambarkan sebagai cabang yang tidak tinggal di dalam pokok
anggur Kristus dan dengan demikian layu dan dilemparkan ke dalam api (Yoh. 15:6).
Pemahaman yang dibangun dalam perspektif orang percaya bahwa murtad ini menyertai
antikristus atau manusia durhaka dan mendahului kedatangan Kristus yang kedua (2Tes.
2:3). Dalam pengiringan kepada Tuhan, menjelaskan tindakan final untuk memberontak
kepada Allah.11
Dalam eskatologis salah satu tandanya adalah murtad pada hari yang akan
datang. Pengalaman kuno Israel, adanya peningkatan kemurtadan di hari-hari terakhir
dari pengalaman gereja dikaitkan dengan munculnya manusia durhaka yang akan
membingungkan dan mengelisahkan (2Tes. 2:1-3).12 Murtad, pemberontakan atau
meninggalkan iman. Hal ini mengacu pada Perjanjian Lama untuk menggambarkan
ketidaksetiaan Israel kepada Allah (Yer. 2:19; 5:6; Yos. 22:22; 2Taw. 33:19) dan di
Perjanjian Baru murtad digambarkan dengan meninggalkan iman Kristen (Ibr. 6:6). Jika
dikaitkan dengan iman Kristen, maka murtad itu terjadi pada saat memutuskan hubungan

9
Dave Hagelberg, Tafsiran Ibrani dari bahasa Yunani (Bandung: Yayasan Kalam
Hidup, 1996), 37-38.
10
Henry H. Halley, Penuntun ke dalam Perjanjian Baru, pen., Siem Hong An dan Liem
Khiem Soe (Surabaya: Yakin, 1979), 275.
11
Leland Ryken,; Wilhoit, Jim ; Longman, Tremper ; Duriez, Coli ; Penney, Douglas;
Reid, Daniel G. Dictionary of Biblical Imagery. Electronic edition. (InterVarsity Press: Downers
Grove, IL , 2000), 40.
12
J. Wesley Brill, Tafsiran Surat Tesalonika (Bandung: Yayasan kalam Hidup, 2008),
124.

4
keselamatan dengan Kristus atau mengundurkan diri dari persekutuan dan iman yang
sangat penting.13 Murtad juga menjelaskan seseorang yang dibaptis dengan bebas dan
seutuhnya meninggalkan iman. Murtad memiliki pengertian dua aspek yang berbeda
namun berhubungan yaitu kemurtadan teologis dengan menolak semua atau sebagian dari
ajaran Kristus dan para rasul (1Tim. 4:1; 2Tim. 4:3) dan berhubungan dengan kemurtadan
moral, yaitu seseorang yang sebelumnya percaya kini tidak lagi tinggal dalam Kristus dan
memperbudak dirinya kepada dosa (Yes. 29:13; Mat. 23:25-28; Rm. 6:15-23; 8:6-13).
Meninggalkan iman dalam Ibrani 3:12 memperingatkan waspada agar orang-
orang percaya, bersama satu sama lain dan membantu, terutama jika mereka melihat
orang lain percaya pada hal lain dan dalam kesulitan. Mereka harus mencoba untuk
melawan tipu daya dosa. Penangkal untuk mengembangkan hati yang keras adalah
komunitas yang peduli dan mendorong orang percaya.14 Nasihat ini masih benar-benar
relevan untuk setiap jemaat pada saat ini, di mana kecenderungan pengerasan dosa sering
dapat dinetralkan oleh sesama orang Kristen benar-benar prihatin.15
Konteks menjelaskan bahwa pada awalnya orang Yahudi berpikir tidak berdosa
dan bukan dosa yang serius ketika mereka berbalik pada kepercayaan mereka dulu. Maka
mereka diperingatkan untuk harus saling memberi semangat, perhatian dan nasihat,
mendorong satu sama lain setiap saat. Murtad merupakan bahaya berkesinambungan atas
gereja, dan Perjanjian Baru berulang-ulang mengingatkannya (1Tim. 4:1-3; 2Tes 2:3;
2Pet. 3:27).
Sifatnya dijelaskan dalam 1 Timotius 4:1 dan Ibrani 3:12 yaitu meninggalkan
kepercayaan dan meninggalkan Allah yang hidup. Kemurtadan akan bertambah-tambah
pada masa-masa pencoban tertentu (Mat. 24:9; 10; Luk. 8:13), dan dipengaruhi oleh guru-
guru palsu (Mat. 24:11; Gal. 2:4) yang membujuk orang-orang percaya meninggalan
Firman Tuhan untuk berbalik kepada Injil lain-lain (Gal. 1:6-8; 2 Tim 4 :3, 4:2 ;2 Pet 2:1-
12; Yud 3:4).16 Alkitab memberikan peringatan yang mendesak mengenai kemurtadan,

D. Guthrie, “Ibrani,” dalam Tafsiran Alkitab masa Kini 3: Matius-Wahyu, pen., Harun
13

Hadiwijono (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2013), 745.


14
Arnold G. Fruchtenbaum, Surat-surat Yahudi Mesianik: Ibrani, Yakobus, Petrus
Pertama, Kedua Petrus, Yudas. Ed 1., (Tustin , CA: Ariel Ministries, 2005), 47.
15
John F. Walvoord, Roy B Zuck, Dallas Theological Seminary: The Bible Knowledge
Commentary: An Exposition of Kitab Suci (Wheaton, IL: Victor Books , 1983), 787.
16
J.D. Daouglas & N, Hillyer, The New Bible Dictionary Terj Ensiklopedia Alkitab,
101.

5
dengan tujuan mengingatkan agar waspada terhadap bahaya meninggalkan kesatuan
dengan Kristus dan mendorong untuk bertekun di dalam iman dan ketaatan.
Teks ini adalah peringatan, di mana secara konteks dan kondisi pada saat itu
kemungkinan kemurtadan belum terjadi tetapi teks memberikan peringatan-peringatan
yang menjelaskan bahwa realitas masa percobaan harus disikapi dengan benar jika ingin
memelihara keselamatan sampai pada akhirnya.17 Penjelasan yang berisi peringatan
dalam Matius 24:4-5,11-13; Yohanes 15:1-6; Kisah Para Rasul 11:21-23; 14:21-22; 1
Korintus :1-2; Kolose 1:21-23; 1 Timotius 4:1, 16; 1 Timotius 6:10-12; 2 Timotius 4:2-5;
Ibrani 2:1-3; 3:6-8, 12-14; 6:4-6; Yakobus 5:19-20; 2 Petrus 1:8-11; 1 Yohanes 2:23-25.
Ada keseriusan yang mendalam dari peringatan Alkitab tentang kemurtadan setelah
pencerahan dan setelah pengetahuan tentang kebenaran. Gagasan dosa melawan Roh
Kudus dan murtad adalah dosa yang tidak dapat diampuni. Jadi ini adalah peringatan
kepada orang beriman bukan karena beriman bisa murtad, tetapi dengan mendapatkan
peringatan orang beriman tersebut semakin setia dan bertanggung jawab.
Sekalipun Allah memperingatkan umatnya untuk tidak tersesat dan tidak
murtad, Allah selalu mengkofirmasikan bahwa umatnya tersebut tidak akan tersesat dan
murtad. Dalam 2 Tesalonika 2:3 Rasul Paulus memperingatkan kepada jemaat di
Tesalonika supaya jangan disesatkan, karena akan banyak pemurtadan dalam pemahaman
penolakan terhadap agama tetapi dalam ayat 13,14 Paulus mengucap syukur kepada Allah
karena sebagai umat pilihan Allah mereka akan tetap selamat dan memperoleh kemuliaan
Kristus, sehingga pada ayat 15, Paulus meminta mereka untuk tetap berdiri teguh dan
berpegang pada ajaran yang benar.18 Jadi, jelas bahwa adanya peringatan jangan
disesatkan dan banyak pemurtadan tidak menunjukkan adanya indikasi bahwa jemaat di
Tesalonika akan dapat tersesat dan murtad, tetapi sebaliknya mereka tetap aman dalam
proses keselamatannya.
Dalam Ibrani 3:12 Penulis kitab ini memperingatkan supaya orang Ibrani
jangan ada yang murtad. Pada ayat-ayat berikutnya dinyatakan bahaya-bahaya dari
murtad yang sampai puncaknya pada Ibrani 6:4-7 Penulis kitab Ibrani memperingatkan
jangan murtad kepada orang Ibrani bukan karena mereka bisa murtad, tetapi untuk
meneguhkan pengharapan mereka akan keselamatan yang sudah pasti, dan supaya iman

17
Donald Guthrie, New Testament Introduction (Downers Grove, Illinois, USA:
Intervarsity Press, 1990), 719.
18
Brill, Tafsiran Surat Tesalonika, 76.

6
mereka bertumbuh. Contoh-contoh kemurtadan yang sesungguhnya terjadi terdapat dalam
penyembahan Patung lembu emas dalam Keluaran 32:1-35, Israel masuk pembuangan
karena dosa, 2 Raja-raja 17:7-23; Bangsa yang memberontak, Yesaya 1:2-4; Israel
Meninggalkan Allah, Yeremia 2:1-9; Yudas dalam Kisah Para Rasul 1:25; kembali
kepada Hukum Taurat Galatia 5:4 ; Nabi-nabi dan Guru Palsu yang menyesatkan dan
membinasakan 2 Petrus 2:1, 15, 20-22.
Tuhan Yesus sudah menyatakan orang-orang yang diumpamakan sebagai tanah
yang berbatu-batu (Mat. 13:5). Kata “murtad” dalam bagian ini diambil dari kata Yunani
skandalizo. Dalam Alkitab terdapat tiga puluh kali, dan hanya tiga kali diterjemahkan
dengan murtad, yang lainnya diterjemahkan dengan menjadi kecewa dan menolak,
tergoncang, dan sebagainya. Dilihat dari konteksnya, maka cenderung diterjemahkan
sebagai menjadi kecewa dan menolak. Dengan demikian orang-orang yang diumpakan
sebagai tanah yang berbatu-batu adalah orang yang pada mulanya senang menerima
firman tetapi karena dalam kehidupan sehari-hari tidak demikian membuat mereka
kecewa dan akhirnya menolak firman Tuhan tersebut karena mereka hanya sekedar
tertarik firman Tuhan dan belum mempercayainya dalam hati. Jadi, bagaimana mereka
dapat dikatakan murtad kalau mereka sesungguhnya belum pernah beriman.
Contoh tokoh dalam Alkitab yang dianggap kehilangan keselamatannya adalah
Yudas Iskariot. Secara eksplisit, Alkitab tidak menjelaskan Yudas percaya kepada Yesus
Kristus dan memilih untuk diselamatkan sebaliknya Alkitab menggambarkan Yudas tidak
percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya. Yudas dipilih sebagai salah
satu murid adalah untuk menggenapi rencana Allah yang telah ditetapkan sebelumnya.
Teks menjelaskan bahwa Yudas memanggil Yesus hanya dengan sebutan Rabi, dan tidak
pernah memanggil dengan sebutan Tuhan. Jadi, Yudas hanya mengganggap Yesus
sebagai guru dan pemimpin yang baik, bukan sebagai Tuhan dan Juru Selamat.
Ada beberapa teks yang menjelaskan Yudas dipilih bukan karena beriman tetapi
semata-mata untuk menggenapi rencana Allah, yaitu Yohanes 6:64,70;13:10-11; 18 ;12:6.
Jadi, Yudas bukan pilihan Allah yang dipakai untuk menggenapi rencanaNya. Dalam I
Timotius 4:1, 2, “tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian,
ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan oleh
tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka.” Ada beberapa
kata di dalam bahasa Yunani yaitu Scandalize (Mat. 13:21), Apostasia (2Tes.

7
2:3 ), Arneomai (ITim. 5:8), dan Aphistemi (ITim. 4:1).19 Aphistemi ini diterjemahkan
sebagai mundur, seperti dalam Lukas 4:13 “Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan
itu, ia mundur, dari padaNya dan menunggu waktu yang baik.” Kisah Para Rasul
22:29 “Maka mereka yang harus menyesah dia, segera mundur dan kepala pasukan itu
juga takut, setelah ia tahu, bahwa Paulus, yang ia suruh ikat itu, adalah orang Roma.
Dalam 2 Korintus 12:8 “Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya
utusan Iblis itu mundur dari padaku.”
Jadi, Kata-kata mundur pada ketiga ayat di atas berasal dari kata yang sama
dengan I Timotius 4:1 yaitu aphistemi yaitu mundur tidak dapat dikatakan sebagai
meninggalkan selamanya. Kata mundur di atas berarti meninggalkan sementara, dan akan
kembali lagi. Dengan demikian kata murtad dalam I Timotius 4:1 juga harus diartikan
bahwa pada akhir zaman ini ada orang Kristen sejati akan mundur dari imannya kepada
Kristus, bahkan mungkin bisa ragu-ragu akan keselamatannya tetapi semuanya itu hanya
sementara. Mereka pasti akan kembali ke imannya.
Pilihan untuk tersesat, lebih dahulu diperingatkan oleh Tuhan Yesus dalam
Matius 24:24 “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka
akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya
mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.” Jelaslah bahwa pengajar-
pengajar sesat tidak mungkin menyesatkan orang pilihannya. Nampaknya ada orang
Kristen sejati mengikuti ajaran sesat, tetapi ia kembali ke ajaran yang benar karena
Tuhan sudah menjaminnya.
Timotius diberi tugas untuk menentang ajaran-ajaran sesat dan mengingatkan
orang Kristen sejati akan adanya banyak ajaran-ajaran sesat yang membahayakan
iman Kristen. Jadi, adanya kata murtad pada I Timotius 4: 1 tidak menunjukkan
adanya orang percaya yang dapat kehilangan keselamatan. Ayat itu
hanya menunjukkan bahwa orang percayapun masih bisa mundur dan mengikuti
ajaran sesat, tetapi hanya untuk sementara dan mereka pasti kembali ke Tuhan
dengan cara dan kuasa Tuhan. Agar tidak terjerumus dalam kemurtadan maka
nasihat diberikat, "Pada hari ini jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah
keraskan hatimu" (Ibr. 3:7-8, 15; 4:7).20

19
W.E. Vine, Vine’s Espository Dictionary of Old and new Testament Words
(Tarrytoen, New York: Fleming H. Revell Company, 1971).
20
Donald C. Stamps & Wesley Adam, “Kemurtadan Pribadi,” dalam The Full Life
Study Bible, 2061.

8
Jikalau kemurtadan berjalan terus tanpa dikendalikan, orang-orang percaya itu
mungkin akhirnya mencapai titik di mana mereka tidak mendapat kesempatan lagi untuk
kembali kepada Tuhan. Mereka yang pernah mengalami keselamatan namun kemudian
dengan sengaja dan terus-menerus mengeraskan hati terhadap suara Roh (Ibr. 3:7-19),
terus berbuat dosa dengan sengaja (Ibr. 10:26), serta menolak untuk bertobat dan kembali
kepada Allah mungkin akan mencapai titik di mana mereka tidak bisa berbalik lagi
sehingga tidak mungkin bertobat dan menerima keselamatan lagi (Ibr. 6:4-6; Ul. 29:18-
21; 1Sam. 2:25; Ams. 29:1"). Kesabaran Allah ada batasnya (1Sam. 3:11-14; Mat. 12:31-
32; 2Tes. 2:9-11; Ibr. 10:26-29,31; 1Yoh.5:16).
Jadi, pandangan yang menyatakan bahwa kalau ada orang pilihan murtad, itu
hanya membuktikan bahwa ia memang bukan orang pilihan, itu bukan hanya pandangan
tanpa dasar, tetapi pandangan yang sesuai dengan Alkitab. Donald Guthrie berpendapat
jika seseorang tidak sungguh-sungguh percaya maka ada kemungkinan seseorang dapat
berlaku murtad.21 Pertobatan bagi orang yang murtad.22 Penekanannya sekalipun
kemurtadan merupakan bahaya bagi semua orang percaya yang mulai hanyut dari iman
(Ibr. 2:1-3) dan undur dari Allah (Ibr. 6:6), perbuatan itu tidak akan menjadi lengkap
jikalau orang yang bersangkutan tidak dengan sengaja dan terus-menerus berbuat dosa
terhadap suara Roh Kudus (Mat. 12:31). Mereka yang menjauhkan diri dari Allah karena
hati yang tidak percaya (Ibrani 3:12) mungkin berpikir bahwa diri mereka masih Kristen
namun ketidakacuhan mereka terhadap tuntutan-tuntutan Kristus dan Roh Kudus serta
peringatan-peringatan Alkitab menunjukkan keadaan yang sebaliknya. Karena
kemungkinan penipuan diri ini ada, Paulus mendesak agar semua orang yang mengaku
diri sudah diselamatkan untuk "uji ... dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak dalam
iman. Selidikilah dirimu" (2Kor. 13:5). 23 Pendapat lain yang menyatakan bahwa
perbaikan kembali setelah murtad adalah mustahil, dengan terinci dipaparkan dalam Ibr
6:4-6 6:4.
“Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap
karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, 6:5
dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia
dunia yang akan datang,6:6 namun yang murtad lagi, tidak mungkin
dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka

21
Donal Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2: Misi Kristus, Roh Kudus, Kehidupan
Kristen (Jakarta: Gunung Mulia Jakarta, 2008), 270.
22
Donald C. Stamps & Wesley Adam, “Kemurtadan Pribadi,” dalam The Full Life
Study Bible, 2061.

9
menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di
muka umum. “Ibr 6:4-6 “Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah
memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban
untuk menghapus dosa itu (Ibr. 10:26).

Mereka yang sungguh-sungguh mempunyai perhatian terhadap keadaan rohani


dan hati mereka ingin berbalik kepada Allah dalam pertobatan memiliki bukti yang pasti
bahwa mereka tidak melakukan kemurtadan yang tidak bisa diampuni. Alkitab dengan
jelas menandaskan bahwa Allah tidak ingin seorang pun binasa (2Pet. 3:9; Yes. 1:18-19;
55:6-7) dan menyatakan bahwa Allah akan menerima kembali semua orang yang pernah
mengalami kasih karunia yang menyelamatkan jikalau mereka bertobat dan kembali
kepada Tuhan Matius 16:16; Matius 26:74-75; Yohanes 21:15-22.
Orang yang mundur, tidak mungkin lagi dibaharui sekali lagi sedemikian
sehingga mereka bertobat, dalam terjemahan harfiah bahasa Yunani ialah “tidak
mungkin…untuk memperbaharui mereka lagi dalam pertobatan. Artinya secara konteks
di ata1 1 ungkapan ini berarti mereka tidak mungkin lagi dibawah untuk hidup seperti
ketika mereka bertobat.24 Jangan terlalu mudah mengucapkan kata Murtad, karena kata
ini mengandung banyak arti, pada konteknya surat Ibrani ini pun, kata ini diucapkan
sebagai peringatan untuk tidak terbawa oleh angin pengajaran yang tidak sesuai dengan
keutuhan Firman Allah dan mencampuradukan dengan tradisi. Fondasi iman harus kuat
dan mengenal Kristus dengan benar.

KESIMPULAN
Konteks tidak menjelaskan makna murtad sebagai tindakan meninggalkan
selamanya imannya. Jika konsep orang percaya bisa murtad atau kehilangan keselamatan
atau tidak lagi mempunyai hidup kekal, maka apa yang Tuhan Yesus janjikan bukan
kebenaran dan janjinya tidak bisa dipercaya. Jika itu terjadi maka Alkitab bisa mengalami
kesalahan dan kontradiktif. Kalau orang Kristen bisa kehilangan keselamatan maka
keselamatan atau hidup kekal bukan lagi sebagai anugerah, tetapi sebagai usaha orang
percaya yaitu usaha untuk hidup sedemikian rupa sampai mereka tidak murtad. Hal ini
bertentangan dengan Alkitab yang menyatakan bahwa hidup kekal dan keselamatan
seseorang adalah semata-mata anugerah. Seorang Kristen sejati yang sudah lahir baru dan
mendapat anugerah Keselamatan dari Allah, ia tidak akan bisa murtad. Kata murtad

24
Paul Ellingworth dan Eugene A. Nida, Pedoman penafsiran Alkitab Surat Kepada
Orang-orang Ibrani, 130.

10
dalam Alkitab dilihat arti dari bahasa aslinya dan secara konteks di mana kata itu berada,
tidak ada satupun yang mengidentifikasikan bahwa orang pilihan Allah bisa kehilangan
keselamatan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bicknell, E.J. The First & Second Epistle to the Thessalonians. t.t:t.t, 1973.
Brill, J. Wesley. Tafsiran Surat Tesalonika. Bandung: Yayasan kalam Hidup,
2008.
Douglas, J.D. & N, Hillyer. The New Bible Dictionary. Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih, 2008.
Ellingworth, Paul dan Eugene A. Nida, Pedoman penafsiran Alkitab Surat
Kepada Orang-orang Ibrani. Penyunting M.K. Sembiring. Jakarta: Yayasan
Karunia Bakti Budaya Indonesia, LAI, 2013.
Fruchtenbaum, Arnold G. Surat-surat Yahudi Mesianik: Ibrani, Yakobus, Petrus
Pertama, Kedua Petrus, Yudas. Ed 1., (Tustin , CA: Ariel Ministries, 2005),
47.
Guthrie, D. “Ibrani.” Dalam Tafsiran Alkitab masa Kini 3: Matius-Wahyu.
Penerjemah Harun Hadiwijono. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih,
2013.
Guthrie, Donald. New Testament Introduction. Downers Grove, Illinois, USA:
Intervarsity Press, 1990.
Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru 2: Misi Kristus, Roh Kudus, Kehidupan
Kristen. Jakarta: Gunung Mulia Jakarta, 2008.
Hagelberg, Dave. Tafsiran Ibrani dari bahasa Yunani. Bandung: Yayasan Kalam
Hidup, 1996.
Halley, Henry H. Penuntun ke dalam Perjanjian Baru. Penerjemah Siem Hong
An dan Liem Khiem Soe. Surabaya: Yakin, 1979.
Ladd, George Eldon, A Theology of the New Testament. Grand Rapids Michigan:
William B. Eerdmans Publishing Company, 1975. Dale Moody. Apostasy.
Greenville, South Carolina: Smyth & Helwys Publishing, Inc., 1991.
Napel, Henk ten. “Apostasy.” Dalam Kamus Teologi Inggris Indonesia. Jakarta:
BPK gunung Mulia, 1999.
Ryken, Leland; Wilhoit, Jim ; Longman, Tremper ; Duriez, Coli ; Penney,
Douglas; Reid, Daniel G. Dictionary of Biblical Imagery. Electronic edition.
InterVarsity Press: Downers Grove, IL , 2000.
Stamps, Donald C. & Wesley Adam, “Kemurtadan Pribadi.” Dalam The Full Life
Study Bible. Malang: Gandum Mas, 1992.
Thompson, Frank Charles. The New Chain Reference Bible. B. B. Kirkbride Bible
Co. 1934.
Vine, W.E. Vine’s Espository Dictionary of Old and new Testament Words.
Tarrytoen, New York: Fleming H. Revell Company, 1971.
Walvoord, John F. Roy B Zuck, Dallas Theological Seminary: The Bible
Knowledge Commentary: An Exposition of Kitab Suci. Wheaton, IL: Victor
Books , 1983.

12

Anda mungkin juga menyukai