Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MID SEMESTER GANJIL

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA : IRENE ITO ANGGITA SIMANJUNTAK
KELAS : X-7
MAPEL. : AGAMA KRISTEN PROTESTAN
SMA NEGERI 1 SIBOLGA
KATA PENGANTAR :
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus, atas
berkat dan anugrahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan
jilid saya ini.
Adapun tujuan penulisan ini untuk memenuhi salah satu tugas saya
yaitu tugas mata pelajaran agama Kristen protestan, yaitu dalam
memberikan beberapa informasi yang telah saya sampaikan dalam
penulisan ini mengenai hasil pengamatan saya tentang beberapa
perbedaan yang saya temukan tentang pemahaman mengenai
penderitaan sakit dan kematian berdasarkan informasi dari teman-
teman yang berkeyakinan berbeda, mengenai inti dari pemberitaan
firman Tuhan pada saat berduka dan kesan-kesan yang timbul setelah
mengikuti ibadah tersebut.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada bapak SP. Hasugian
ST.H, selaku guru mata pelajaran PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
PROTESTAN SMA NEGERI 1 SIBOLGA.
Saya menyadari bahwa informasi yang saya dapatkan ini masih
terbatas dan jauh dari kata sempurna. Namun saya telah bekerja keras
dan berusaha dalam upaya penulisan jilid ini agar dapat bermanfaat
bagi pembaca sekalian. Dan kiranya kita semua dapat menjadi orang
Kristen yang kuat, taat dan takut akan Allah dan firman Tuhan.

Sibolga, 18 September 2023

Penulis
POIN 1 : PERBEDAAN PEMAHAMAN DARI BEBERAPA KEYAKINAN
MENGENAI PENDERITAAN SAKIT DAN KEMATIAN.

A.Penderitaan
Sebagian dari kita pasti pernah mengeluh,”hidup kok gini amat ya?”, yang muncul
dalam kehidupan manusia yang penuh dengan lika-liku. Beberapa istilah tersebut
adalah salah satu bukti bahwa kehidupan manusia sangat akrab dengan derita.
Penderitaan seakan menjadi salah satu tema klasik dalam sejarah kehidupan umat
manusia.
Penderitaan mampu menampilkan beragam sikap yang muncul dari berbagai sifat
manusia. Seseorang bisa merasa tidak berarti,hancur dan kecewa, atau frustasi. Lalu
seketika itu juga merasa gagal total dan tidak berdaya dalam menghadapi tekanan
hidup.
Reaksi manusia tentang penderitaan yang dihadapi bisa sangat dipengaruhi oleh
ajaran agama yang dianutnya. Bagaimana Agama Islam mempersepsi penderitaan dan
bagaimana pula umat Kristen menafsirkan konsep serupa. Berikut saya akan
mengulas mengenai perbedaan antara tradisi Islam dan Kristen mengenai penderitaan.
Dalam Kristen, penderitaan disinggung dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Kitab
Kejadian, yang merupakan induk dari Perjanjian Lama, menjelaskan bahwa Allah
menciptakan dunia dalam keadaan yang baik. Namun karena Adam dan Hawa melanggar
dengan menuruti godaan setan, maka Allah memberikan penderitaan kepada keduanya
berupa; Adam yang harus bekerja keras hidup di dunia dan rasa sakit saat melahirkan bagi
perempuan. Namun, banyak teolog Kristen menafsirkan bahwa penderitaan tidak bisa
dipandang secara sempit sebagai “hukuman” Allah semata atas dosa manusia.

Penderitaan juga dilihat sebagai pengorbanan. Pengorbanan ini terbagi menjadi dua;
berkorban demi orang lain dan berkorban demi iman. Contoh berkoban demi iman ada dalam
kitab Makabe. Diceritakan tujuh bersaudara yang rela disiksa sampai mati untuk membela
iman mereka kepada Allah, dalam perjanjian dan perintah-Nya, dan dalam kebenaran. Umat
Kristen percaya bahwa cerita ini memberikan contoh “kesyahidan” bagi orang beriman.

Berbagai persepsi soal penderitaan dalam Perjanjian Lama kemudian disempurnakan


dalam Perjanjian Baru melalui kisah kematian Yesus di kayu salib dan kebangkitannya yang
agung. Dalam Perjanjian Baru, penderitaan yang dialami Yesus ditafsirkan berbeda-beda.
Penafsiran yang paling lazim adalah soal gagasan “partisipasi”, yaitu Tuhan yang menjelma
sebagai manusia dan membiarkan dirinya menderita untuk menebus semua dosa umat
manusia. Artinya, pemikiran ini tidak bersumber dari kecintaan manusia kepada Tuhan, tetapi
justru sebaliknya, justru karena Tuhan lebih dulu mencintai manusia.
Serupa dengan agama Kristen, penderitaan dalam perspektif Islam juga disinggung dalam al-
Qur’an sebagai kitab suci. Al-Qur’an menyebut penderitaan dengan “shaqawah”. Shaqawah
bisa diartikan sebagai musibah besar, kesengsaraan, keadaan payah, kesusahan, kegelisahan,
keputusasaan, kesengsaraan, dan penderitaan. Melalui term shaqawah, al-Qur’an berusaha
untuk men-generalisir segala bentuk penderitaan dalam Al-Qur’an seperti yang telah
disebutkan sebelumnya.

Setelah rampung dalam tataran etimologis, langkah selanjutnya adalah menginvestigasi


persepsi Islam soal penderitaan. Dalam al-Qur’an, ada empat konteks utama yang
menyinggung soal penderitaan manusia; pertama, sebagai ujian bagi orang beriman; kedua,
sebagai peringatan bagi umat manusia; ketiga, sebagai hukuman bagi manusia yang berbuat
dosa dan maksiat; keempat sebagai kasih sayang kepada orang beriman.

Perbedaannya terletak pada motivasinya. Dalam agama Kristen, penderitaan dipandang


sebagai cara Tuhan mengingatkan manusia untuk kembali ke jalan Tuhan. Sedangkan dalam
Islam, bencana dilihat sebagai ujian bagi seorang mukmin apakah mampu melewatinya untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan. Namun, justru melalui perbedaan itulah titik temu di antara
keduanya terlihat, bahwa Islam dan Kristen sama-sama menginginkan umatnya untuk
kembali kepada jalan Tuhan.

B.Sakit dan kematian


Apa itu Kematian Manusia?
Pandangan umum:

Kematian adalah kenyataan paling penting dalam kehidupan seseorang. Lewat


kematian seseorang beralih dari keadaan fana dunia ini ke keadaan pasti di
akhiratsebagai keselamatan atau kegagalan abadi. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, WJS. Poerdarminta mendefenisikan, kematian (‘mati’) adalah tidak
bernyawa lagi, tidak hidup lagi atau meninggal dunia.

Pemahanan ini menghubungkan kematian dengan kehidupan. Sementara itu dari sudut
pandang ilmu kedokteran, kematian dipandang sebagai pemberhentian kehidupan
dalam organisme tumbuh-tumbuhan, binatang atau manusia. Kematian dipandang
sebagai konsekuensi logis dari kenyataan natural dari mahkluk bertubuh. Sebagai
mahkluk biologis yang ada secara natural, setiap mahkluk termasuk manusia memiliki
hak untuk hidup dan hak untuk mati. Karena itu, tidak dapat disangkal bahwa manusia
yang terdiri dari tubuh mortal dan jiwa imortal harus mengalami kematian sebagai
konsekuensi logis persatuan keduanya.

Menurut pandangan Kristen :

Dalam konteks Perjanjian Baru, kematian lebih dimengerti sebagai mati bersama
Kristus dengan harapan akan bangkit bersama Kristus. Paulus dalam suratnya kepada
umat di Filipi, mengungkapkan arti kematian kristen, bahwa oleh Kristus kematian itu
memiliki arti yang lebih positif “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah
keuntungan” (Flp 1: 21). Dengan ini Paulus menampilkan dimensi baru dari kematian
kita: “Jika kita mati dengan Dia, kitapun akan hidup dengan Dia (2 Tim 2: 11). Aspek
yang baru pada kematian kristen terdapat dalam kata-kata ini: “oleh pembaptisan
warga kristen secara sakramental sudah ‘mati bersama Kristrus’, supaya dapat
menghidupi satu kehidupan baru”.

Sementara menurut keyakinan lain (Muslim) :

Kematian menurut Islam adalah suatu ketentuan yang dikehendaki oleh Allah atas
tiap makhluk, termasuk manusia. Ayat-ayat Al-Qur’an menjelaskan bahwa kematian
merupakan sebuah keniscayaan bagi makhluk yang bernyawa. Penyebab kematian
dapat karena tidak terpenuhinya kebutuhan jasmani atau kesehatan tubuh yang
melemah. Sementara Allah mustahil mengalami kematian.

Intinya setiap agama akan selalu memberikan pengajaran yang terbaik untuk setiap
umatnya agar tetap hidup dan mati di dalam jalan Tuhan, serta tidak gentar atau takut
pada apa yang disebut dengan sakit/ kematian sebab telah mempunyai bekal kebaikan
menuju tempat yang paling indah di surga Allah.

POIN 2 : INTI DARI PEMBERITAAN FIRMAN TUHAN SERTA


KESAN-KESAN YANG TIMBUL SETELAH MENGIKUTI IBADAH
PENUTUPAN PETI, IBADAH PEMAKAMAN ATAU IBADAH
PENGHIBURAN YAITU IBADAH YANG TERKAIT DENGAN
SESEORANG YANG MENINGGAL.

Kematian secara fisik adalah sesuatu yang tak terhindar. Gereja dan pelayan jemaat
harus siap sedia untuk memberikan pelayanan penghiburan bagi keluarga yang
ditinggalkan oleh seseorang yang meninggal, dan gereja juga memiliki tugas untuk
melepas dan menguburkan jenazah dari jemaat/anggota gereja. Pelayanan ibadah
penghiburan dapat dilakukan oleh siapa saja yang menjadi pelayan jemaat. Namun
untuk ibadah pelepasan/pemberangkatan jenazah dari rumah duka ke tempat
pemakaman serta ibadah pemakaman/penguburan itu sendiri, dilakukan oleh seorang
pejabat gereja (Pdp/Pdm/Pdt) yang ditugaskan oleh gembala gereja lokal.

Pelayanan ibadah penghiburan dan pemakaman menjadi penting bagi keluarga, sanak
saudara dan teman- teman dari orang yang meninggal dunia, karena pada momen
inilah iman mereka dikuatkan, jiwa mereka dihiburkan, dan kasih Tuhan dinyatakan.

Setiap orang pasti pernah mengalami peristiwa ditinggalkan oleh orang terdekat. Hal
ini tentunya bukan sesuatu yang menyenangkan. Karenanya, sebagai umat Kristen,
ada baiknya untuk menekuni dan merenungi beberapa ayat Alkitab tentang kematian
serta penghiburannya.

Saya pernah mengikuti upacara pemakaman di sana saya melihat mayat umat
Kristiani dikenakan jas lengkap bagi pria atau gaun putih bagi wanita, tubuh
dimasukkan ke dalam peti mati kemudian dikuburkan. Ada beberapa penyembahan
seperti ibadah doa dan khotbah-khotbah. Ada juga bentuk penghiburan berupa ibadah
yang bertujuan untuk memberikan kekuatan untuk keluarga yang ditinggalkan dan
untuk memberikan pemahaman akan kematian sesuai dengan kebenaran firman Tuhan
yang telah disampaikan. Penutupan peti dilakukan setelah peti ditutup. Kemudian
ibadah penguburan dilakukan di tempat mayat seorang Kristiani akan dikuburkan.

Inti khotbah :

Membahas kematian seremonial tidak sedikit orang Kristen yang masih salah dalam
mengartikan kematian itu sendiri. Karena sering tidak sadar masih mempercayai
keyakinan leluhur ketimbang keyakinan yang berasal dari Alkitab. Tentang hal berdoa
misalnya, kita tidak mesti berdoa kepada Tuhan agar rohnya diterima di samping
Tuhan, masalah di mana mereka akan pergi, ke surga atau ke neraka itu hanya dapat
ditentukan dengan melihat kehidupan mereka selama mereka masih hidup dan
seberapa besar imannya telah bertumbuh, apakah saat mereka masih hidup mereka
percaya pada Tuhan Yesus atau sebaliknya (1 tesalonika 4:14-17).

Untuk keluarga yang ditinggalkan atau yang berduka, menangis adalah hal yang wajar
untuk dilakukan. Ditinggalkan oleh orang yang dicintai tentu akan membuat kita
terasa sangat tersesat, mengingat bahwa tidak akan bisa bertemu lagi dengan orang
tersebut. Jadi tidak mengherankan bahwa teriakan keluarga dan orang-orang terdekat
paling histeris saat penutupan peti, Karena itu adalah kesempatan mereka yang
terakhir kalinya untuk melihat wajah orang yang mereka cintai Yang telah pergi ke
pangkuan Tuhan secara langsung.

Hal yang harus dilakukan adalah tidak boleh terus-menerus larut dalam kesedihan dan
mulai melupakan bahwa kematian adalah Salah satu hal alami yang akan terjadi pada
setiap manusia. Seluruh umat manusia pasti akan meninggalkan dunia fana karena
Tuhan telah menyiapkan tempat yang kekal.

(Pengkotbah 3:1-2)” untuk segala sesuatu ada waktu, untuk apapun di bawah langit
adalah waktu, ada waktu untuk dilahirkan dan ada waktu untuk mati, ada waktu untuk
menanam dan ada waktu untuk mencabut yang ditanam.”

Belajarlah untuk meringkas pengalaman orang yang telah mati dan memperbarui
hidup kita. Tidak perlu khawatir tentang roh orang mati, karena jika dia adalah
seorang yang beriman maka kita tidak perlu khawatir kemana roh itu akan pergi,
tetapi jika roh tersebut adalah orang yang tidak percaya maka kita perlu belajar dari
hal tersebut untuk lebih dekat kepada Tuhan. Buatlah sebuah pelajaran bahwa baik
untuk mulai memperkenalkan pribadi Tuhan Yesus kepada orang-orang yang masih
hidup.

Orang-orang yang berdukacita membutuhkan dukungan rohani ketika yang mereka


kasihi Tuhan ijinkan beristirahat sementara. Berikut ayat-ayat Alkitab untuk
penghiburan dan juga untuk upacara pemakaman :

Ayb 14:1, 2, 14, 15 – “Engkau akan memanggil, dan Aku pun akan menyahut.”
Mzm 23 – “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya,
sebab Engkau besertaku.”

Mzm 27 – “Nantikanlah Tuhan! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu!

Mzm 46 – “Allah itu bagi kami tempat perlindungan, sebagai penolong dalam
kesesakan sangat terbukti.

Mzm 90 – “Tuhan, Andalah tempat perteduhan kami turun-temurun.

Mzm 91:1, 2, 11, 12 – “Akan berkata kepada Tuhan: Tempat perlindunganku dan
kubu pertahananku, Allahku yang kupercaya.

Mzm 121 – “Pertolonganku ialah dari Tuhan.”

Yes 33:15-17, 24 – “Tidak seorang pun yang tinggal di situ akan berkata, aku sakit.

Yes 35:3-10 – “Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga
orang-orang tuli akan dibuka …. Kedukaan dan keluh kesah akan menjauh.”

Yes 40:28-31 – Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan


baru.”

Yes 43:1, 2 – “Apabila anda menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau.

Penutup :

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan saya baik dalam hal penyampaian
maupun pengartian, oleh karena itu saya masih membutuhkan beberapa saran dan
kritik yang membangun agar selanjutnya dapat menjadi lebih baik lagi. Demikian hal
yang bisa saya sampaikan,atas berbagai hal yang kurang berkenan saya mohon maaf.
Sekali lagi marilah kita menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada Tuhan dan
mengandalkan janji Tuhan serta menyingkirkan segala kekuatiran kita. Atas perhatian
pembaca, saya ucapkan terimakasih~.
TUGAS MID SEMESTER GANJIL
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA : YANNES PANGGABEAN
KELAS : X-4
MAPEL: AGAMA KRISTEN PROTESTAN
SMA NEGERI 1 SIBOLGA

Anda mungkin juga menyukai