XII MIPA 1
03
RANGKUMAN AGAMA
b. Gereja Kalvinis
Yohanes Calvin (1509-1564) adalah tokoh reformasi yang ingin memperbaharui
Gereja dalam terang Injil. Ia menggambarkan Gereja dalam dua dimensi yaitu Gereja
sebagai persekutuan orang-orang terpilih sejak awal dunia yang hanya dikenal oleh Allah
dan Gereja sebagai kumpulan mereka yang dalam keterbatasannya di dunia mengaku diri
sebagai penganut Kristus dengan ciri-ciri pewartaan Injil dan pelayanan sakramen-
sakramen. Pengaturan Gereja ditentukan oleh empat jabatan yaitu pastor, pengajar,
diakon, dan penatua.
c. Gereja Anglikan
Bermula ketika raja Henry VII menobatkan dirinya sebegai kepala Gereja karena
Paus di Roma menolak perceraiannya. Anglikantisme terpengaruh reformasi namun
mempertahankan beberapa corak Gereja yaitu Uskup-Imam-Diakon sehingga
berkembang dengan warna yang khas.
Kimberly Michaeline Sidarta
XII MIPA 1
03
Konsili mengeaskan posisi Katolik dalam hal yang disangkal oleh pihak
Reformasi yakni soal Kitab Suci adnTradisi, Penafsiran Kitab Suci dan hal lainnya.
Konsili Trente menekankan Gereja sebagai penjaga iman yang benar dan utuh ditandai
dengan sakramen-sakramen. Gereja tampil sebagai persekutuan para kuduslewat
penghormatan pada mereka dan Gereja menghormati tradisi.
Berpegang pada Gerakan Ekumenis yaitu kegiatan dan suaha yang menanggapi
bermacam-macam kebutuhan Gereja dan berbagai situasi yang diadakan ditujukan untuk
mendukung kesatuan umat kristen seperti menghindari kata-kata yang merusak persatuan.
Selain itu menyelenggarakan dialog agar semua peserta memperoleh pengertian yang
lebih cermat tentang ajaran dan perihidup setiap Gereja serta penghargaan yang sesuai
dengan kenyataan. Kemudian Gereja dapat menggalang kerja sama dengan lingkung
lebih luas melalui berbagai usaha demi kesejahteraan umum menurut tuntutan suara hari
kristen jika memungkinkan mereka bertemu dalam doa sehati sejiwa. Pemeriksaan batin
mengenai kesetiaan terhadap kehendak Kristus mengenai Gereja juga hendaknya
dilakukan dan dijalankan dengan tekun usaha pembaharuan dan perombakan.
Apabila dilakukan dengan bijaksana dan sabar serta dibawah pengawasan para
gembala maka akan membantu terwujudnya nilai keadilan, kebenaran, kerukunan,
kerjasama, dan semangat persaudaraan dan persetauan. Sehingga dapat terwujud
persekutuan gerejawi yang sempurna. Dalam kegiatan Ekumenis umat katolik
menunjukkan perhatian sepenuhnya terhadap saudari yang terpisah dengan mendoakan
mereka, bertukar pandangan, dan mengambil langkah-langkah pendekatan terhadap
mereka. Namun hal yg paling utama adalah memperbaharui kehidupan keluarga sehingga
dapat memberikan kesaksian lebih setia dan jelas tentang ajaran dan segala sesuatu yang
ditetapkan oleh Kristus dan diwariskan melalui para Raul.
Umat katolik perlu mengakui dan menghargai nilai-nilai kristen yang berasal dari
warisan bersama. Kekayaan Kristus serta kuasa-Nya dalam berkarya di kehidupan orang
harus diakui. Segala sesuatu yang bersifat kristen tidak pernah berlawanan dengan nilai-
nilai iman sejati. Bagi gereja, perpecahan umat kristen merupakan penghalang untuk
mewujudkan ciri katolik dalam diri putera-puterinya.
b. Aliran Kepercayaan
1. Ajaran
Aliran kepercayaan dalam dokumen Nostra Aetate disebut juga kepercayaan
terhadap Yang Mahatinggi. Aliran Kepercayaan mengajarkan tentang sikap batin dan
berkisar pada ilham dari diri sendiri, yakni:
a) Peningkatan integrasi diri manusia (melawan pengasingan).
b) Pengalaman batin bahwa diri pribadi beralih ke kesatuan dan persatuan yang lebih
tinggi.
c) Partisipasi dalam tata tertib sempurna yang mengatasi daya kemampuan manusia
biasa.
2. Hubungan Aliran Kepercayaan dan Agama Asli
Aliran kepercayaan tidak langsung berkembang dari agama asli, tetapi unsur
kebatinan, kerohanian, atau mistisisme dan kejiwaan yang mengembangkan budi pekerti
serta adat etis.
Agama-agama asli di Indonesia dalam peredaran zaman mengalami banyak
tantangan, tidak hanya dari yang disebut “agama internasional”, tetapi juga dari
perkembangan kebudayaan dan modernisasi. Menurut kepercayaan asli seluruh alam
merupakan satu kesatuan sakral, yang didekati manusia melalui sistem penggolongan dan
pembagian. Pandangan hidup ini tidak cocok dengan alam pikiran modern, dan memaksa
para penganut agama asli mengubah cara berpikir dan mereka menemukannya pada
Aliran Kepercayaan itu. Orang mulai menggali harta terpendam dari pusaka kebudayaan
asli. Dengan demikian, tradisi nenek moyang berkembang menjadi suatu kebudayaan
rohani, yang unsur-unsurnya menyangkut perilaku, hukum, dan ilmu suci.
Kimberly Michaeline Sidarta
XII MIPA 1
03
c. Sikap Gereja Katolik terhadap Aliran Kepercayaan dan Agama Asli
Gereja dengan penuh keyakinan menegaskan bahwa iman dan wahyu orang bukan
Kristen dapat bersifat menyelamtkan dangereja harus menolak semua sarana yang
memaksa dalam pewartaan imannya seperti sifat fanatisme yang berlebihan. Lembaga
gereja dan tradisinya, dalam orang-orang kudus dan kitab-kitab sucinya, pesan kristiani
secara aktif disingkapkan oleh Roh Kudus di tengah-tengah kita dan melampaui
rintangan budaya, seturut janji yang Yesus berikan kepada para Rasul-Nya.
C. Membangun Persaudaraan Sejati Melalui Kerja Sama Antarumat Beragama dan Kepercayaan
Lain
II. Mendalami Ajaran Kitab Suci dan Ajaran Gereja tentang Membangun Persaudaraan
Antarpemeluk Agama
1. Konsili Vatikan II dalam dokumen Nostra Aetate Art. 1 dan 2 mengatakan bahwa kita
hendaknya menghormati agama-agama dan kepercayaan lain, sebab dalam agama-agama itu
terdapat pula kebenaran dan keselamatan. kita hendaknya berusaha dan bersatu dalam
persaudaraan sejati demi keselamatan manusia dan bumi tempat tinggal kita.
2. Nostra Aetate juga menegaskan bahwa setiap orang yang tidak mencintai sesamanya dan
tidak mau bersikap sebagai saudara dengan umat dari agama yang lain, maka ia tidak
mengenal Allah. Hal ini terinspirasi dari Injil.
3. Gereja melalui dokumen ini ingin mengecam segala bentuk diskriminasi berdasarkan
keturunan atau warna kulit, kondisi hidup atau agama, atau lainnya yang berlawanan dengan
semangat Kristus.