Anda di halaman 1dari 7

Sejarah & Aliran Pentakosta di

Indonesia
Gereja-gereja Pentakosta atau Pentakostalisme (aliran Pentakosta) – yang di
Indonesia sering disebut juga Pantekosta – adalah sebuah gerakan di
kalangan Protestanisme yang sangat menekankan peranan karunia-karunia Roh
Kudus. Aliran ini sangat mirip dengan gerakan Karismatik, namun gerakannya
muncul lebih awal dan terpisah dari gereja arus utama. Orang Kristen Karismatik,
setidak-tidaknya pada awal gerakannya, cenderung untuk tetap tinggal di dalam
denominasi mereka masing-masing. Secara ringkas, Gereja Pentakosta memiliki
ciri-ciri umum sebagai berikut:
 Sangat menekankan keyakinan akan peranan Roh Kudusdan karunia-karunia
Roh Kudus di dalam kehidupan sehari-hari para pengikutnya
 Pembaharuan infrastruktur ibadah, antara lain lagu-lagu rohani yang digunakan
lebih modern dibandingkan dengan lagu-lagu lama yang bernuansa Gregorian.
 Gereja mengizinkan peran kaum perempuan dalam pelayanan.
 Desakralisasi hubungan antara imam dan jemaat yang lebih ditekankan pada
nilai kekeluargaan, sehingga jauh dari kesan kesenjangan tingkat kerohanian.
  TEOLOGI Secara teologis, kebanyakan denominasi Pentakosta tergabung
dalam evangelikalisme, artinya mereka menekankan bahwa Alkitabitu sepenuhnya
dapat dipercaya, hingga pada tingkat ineransi (tidak mengandung kesalahan) dan
orang harus bertobat dan percaya kepada Yesus. Orang Pentakosta berbeda
dengan orang Fundamentalis karena mereka lebih menekankan pengalaman rohani
pribadi. Orang Pentakosta memiliki pandangan dunia yang trans-rasional. Meskipun
mereka sangat memperhatikan ortodoksi (keyakinan yang benar), mereka juga
menekankan ortopati (perasaan yang benar) dan ortopraksis (refleksi atau tindakan
yang benar).Penalaran dihargai sebagai bukti kebenaran yang sahih, tetapi orang-
orang Pentakosta tidak membatasi kebenaran hanya pada ranah nalar. Dr. Jackie
David Johns dalam bukunya tentang kepemimpinan formatif Pentakosta,
menyatakan bahwa Alkitab mempunyai tempat yang khusus dalam pandangan
dunia pentakostal karena Roh Kudus selalu aktif di dalam Alkitab. Bagi Dr. Johns,
pertemuan dengan Alkitab adalah pertemuan dengan Allah. Bagi orang Pentakosta,
Alkitab adalah referensi utama bagi persekutuan dengan Allah dan pedoman untuk
memahami dunia. Salah satu ciri paling utama yang membedakan Pentakostalisme
dengan Evangelikalisme adalah penekanannya pada karya Roh Kudus. Bahasa
Roh yang juga dikenal dengan glossolalia, adalah bukti normatif dari baptisan Roh
Kudus. Beberapa gereja Pentakosta utama juga meyakini bahwa mereka yang tidak
berbahasa Roh belum menerima berkat yang mereka namakan baptisan Roh
Kudus. Klaim ini unik bagi kaum Pentakosta dan merupakan salah satu dari sedikit
perbedaannya dengan teologi Karismatik. Beberapa pendeta dan anggota gereja
mengakui bahwa seorang percaya mungkin mampu berbahasa Roh, tetapi karena
berbagai alasan pribadi (misalnya, karena kurangnya pengertian), mereka tidak
melakukannya. Hal ini terjadi apabila seorang percaya dipenuhi oleh Roh Kudus,
tetapi tidak memperlihatkan apa yang disebut “bukti fisik awal” dalam bentuk
berbahasa Roh. Namun hanya sedikit orang yang berpandangan seperti ini. Para
kritikus gerakan ini menyatakan bahwa doktrin ini tidak cocok dengan
kritik Paulus terhadap gereja perdana di Korintus yang sangat menekankan bahasa
Roh (lih. 1 Korintus, ps. 12-14 dalam Perjanjian Baru. Para pendukungnya
mengatakan bahwa posisi Pentakostal sangat erat dengan
penekanan Lukas dalam Kisah Para Rasul dan mencerminkan
suatu hermeneutika yang lebih tajam. Dr. Dale A. Robbins menulis sehubungan
dengan keyakinan karismatik bahwa sejarah Gereja menolak pendapat
bahwa karunia-karunia karismatik menghilang tak lama setelah masa para rasul. Dr.
Robbins mengutip seorang bapa Gereja mula-mula, Ireneus(l.k. 130-202) yang
menulis sbb. “… kami mendengar banyak saudara di gereja yang memiliki karunia-
karunia bernubuat, dan yang berbahasa Roh, dan yang juga menyingkapkan
berbagai rahasia manusia demi kebaikan mereka sendiri [pengetahuan]…”. Dr.
Robbins juga mengutip tulisan Ireneus berikut ini, “Ketika Allah menganggap perlu,
dan ketika gereja banyak berdoa dan ber-puasa, mereka melakukan banyak
perbuatan yang ajaib, bahkan menghidupkan kembali orang yang sudah meninggal.”
Menurut Dr. Robbins, Tertulianus (l.k. 155-230) melaporkan kejadian-kejadian
serupa, seperti halnya pula dengan Origenes (l.k. 182-251),Eusebius (l.k. 275-
339), Firmilianus (l.k. 232-269), dan Krisostomus (l.k. 347-407). Keyakinan bahwa
orang tidak diselamatkan apabila ia tidak berbahasa roh ditolak oleh kebanyakan
aliran utama Pentakosta. Alasan cukup mendasar penolakan itu adalah, bahwa
jemaat adalah tubuh yang memiliki peran dan karunia masing-masing. Sebagian
gereja Pentakosta berpegang pada teologi Keesaan yang menolak
doktrin Tritunggal (Trinitas) yang tradisional dan menganggapnya tidak alkitabiah.
Denominasi Keesaan Pentakostal yang terbesar di Amerika Serikat adalah United
Pentecostal Church. Kaum Pentakostal Keesaan ini kadang-kadang juga dikenal
dengan “Nama Yesus”, “Kerasulan” atau yang oleh para pengecamnya disebut
sebagai orang-orang Pentakosta “Yesus saja”. Hal ini disebabkan oleh keyakinan
mereka bahwa para Rasul yang mula-mula itu membaptiskan orang-orang Kristen
baru di dalam nama Yesus. Mereka juga percaya bahwa Allah menyatakan diri-Nya
dalam berbagai peran, dan bukan dalam tiga pribadi yang berbeda. Namun demikian
organisasi-organisasi pentakostaltrinitarian yang utama, termasuk Pentecostal World
Conference dan Fellowship of Pentecostal and Charismatic Churches of North
America menentang teologi Keesaan dan menganggapnya sebagai ajaran sesat.
Mereka tidak menerima kelompok ini sebagai anggota mereka. Kelompok Keesaan
ini pun memperlakukan hal yang sama terhadap kelompok trinitarian.
SEJARAH Gerakan Pentakosta juga menonjol di kalangan gerakan Kesucian yang
pertama-tama mulai menggunakan istilah pentakostal pada tahun 1867 ketika
mereka mendirikan Perhimpunan Pertemuan Kemah Nasional untuk Pemasyhuran
Kesucian Kristen dengan sebuah catatan yang berbunyi: [Kami mengundang] semua
orang – apapun juga alirannya … yang merasa terasing di dalam keyakinan
kesuciannya agar semuanya secara bersama-sama dapat mewujudkan baptisan
Pentakosta oleh Roh Kudus… Pentakostalisme modern sesungguhnya dimulai
sekitar tahun 1901. Pada umumnya gerakan ini diakui berasal pada waktu Agnes
Ozman menerima karunia berbahasa roh (glossolalia) pada suatu persekutuan doa
di Sekolah Alkitab Bethel di Topeka, Kansas, tahun 1901. Parham, seorang pendeta
yang berlatar belakang Metodis, merumuskan ajaran bahwa bahasa roh adalah
“bukti alkitabiah” dari baptisan Roh Kudus. Gerakan Pentakosta muncul di Eropah
tapi juga muncul di Amerika Utara sekitar tahun 1906. Gerakan ini awalnya muncul
dalam Gerakan Methodis yang berkeinginan untuk kembali kepada kegairahan dan
kesederhanaan yang menekankan kembali kepada pertobatan secara mendadak
yang menjadi cita-cita dalam kebangunan Methodis dan kesempurnaan Kristen
seperti yang dianjurkan dalam Teologi Wesley. Dalam perkembangnya penganut
gerakan ini membentuk organisasi tersendiri. Pada tahun 1900 salah seorang tokoh
gerakan tersebut, Ch. F. Parham (asal dari Gereja Methodis dan keluar)
mengembangkan 3 pokok ajaran yang kemudian hari menjadi ciri gerakan
Pentakosta pada umumnya, yaitu tekanan pada eskatologi, pada baptisan dengan
Roh dan pada karunia-karunia Roh, khususnya karunia lidah, sebagai tanda
seseorang telah menerima baptisan Roh. Parham meninggalkan Topeka dan
memulai pelayanan kebangunan rohani yang membawanya kepada Kebangunan
Rohani Azusa Street melalui William J. Seymour yang menjadi muridnya di
sekolahnya di Houston. Seymour, karena ia seorang kulit hitam, saat itu hanya
diizinkan duduk di luar kelas untuk mendengarkan kuliah-kuliahnya. Gerakan ini
meluas yang dimulai dari Kebangunan Rohani Azusa Street, pada 9 April 1906 di
rumah Edward Lee di Los Angeles. Ia menggambarkan pengalamannya dipenuhi
oleh Roh Kudus pada 12 April 1906. Pada 18 April 1906, koran Los Angeles
Timesmemberitakan gerakan ini pada halaman mukanya. Pada minggu ketiga April
1906, gerakan yang kecil namun berkembang pesat itu telah menyewa sebuah
gedung African Methodist Episcopal Church yang kosong di 312 Azusa Street dan
mulai diorganisir sebagai Misi Iman Kerasulan Apostolic Faith Mission. Dasa warsa
pertama Pentakostalisme ditandai oleh kebaktian-kebaktian antar-ras, “… Orang-
orang kulit putih dan hitam bergabung dalam gejolak keagamaan,…” demikian
laporan sebuah koran setempat. Hal ini berlangsung hingga 1924, ketika gereja ini
terpecah mengikuti garis ras (lih. Apostolic Faith Mission). Namun demikian, ibadah-
ibadah antar-ras berlanjut selama bertahun-tahun, bahkan juga di daerah-daerah
selatan A.S. yang tersegregasi. Ketika Persekutuan Pentakostal Amerika Utara
terbentuk pada 1948, organisasi itu sepenuhnya terdiri atas denominasi-denominasi
Pentakostal kulit putih Amerika. Karena itu United Pentecostal Church tidak
bergabung dan kebijakan antar-rasnya bertahan terus sepanjang sejarahnya. Pada
1994, gereja-gereja Pentakostal yang tersegregasi kembali ke akar antar-ras mereka
dan mengusulkan penyatuan kembali secara resmi kelompok-kelompok Gereja
Pentakostal hitam dan putih, dalam sebuah pertemuan yang kemudian dikenal
sebagai Mukjizat Memphis. Penyatuan ini terjadi terjadi pada 1998, juga di Memphis,
Tennessee. Penyatuan gerakan kulit hitam dan putih menyebabkan Persekutuan
Pentakostal Amerika Utara ditata ulang menjadi Gereja-gereja
Pentakostal/Karismatik Amerika Utara (Pentecostal/Charismatic Churches of North
America). Pada awal abad XX, Albert Benjamin Simpson sangat terlibat dengan
gerakan Pentakostal yang berkembang pesat. Pada saat itu para pendeta dan
misionaris Pentakostal biasanya dilatih di Missionary Training Institute yang didirikan
oleh Simpson. Karena itu, Simpson dan C&MA (sebuah gerakan penginjilan yang
didirikan Simpson) sangat berpengaruh terhadap Pentakostalisme, khususnya
gereja-gereja Sidang Jemaat Allah dan Foursquare Church. Pengarh ini mencakup
penekanan pada penginjilan, doktrin C&MA, nyanyian-nyanyian dan buku-buku
karya Simpson, dan penggunaan istilah ‘Tabernakel Injil’ yang berkembang menjadi
gereja-gereja Pentakostal yang dikenal sebagai ‘Tabernakel Injil Sepenuh’. Gerakan
ini dengan cepat menyebar ke seluruh wilayah Amerika Serikat dan negara-negara
lain. Menurut data, pada tahun 1972 pengikut aliran Pentakosta di seluruh dunia
sudah mencapai 20 juta orang. Gereja Pentakosta mempunyai ciri-ciri yang sama di
seluruh dunia, antara lain: kebaktian yang serba bebas, pemakaian Alkitab secara ?
spontan?, pembangunan jemaat melalui kegiatan kebangunan rohani yang meliputi
dorongan untuk bertobat dan hidup suci, dan anggapan bahwa dalam lingkungan
jemaat perlu ada karunia lidah dan karunia kesembuhan sebagai tanda-tanda orang
percaya. Sejak akhir tahun 1950-an, gerakan Karismatik, yang sebagian besar
diilhami dan dipengaruhi oleh Pentakostalisme, mulai berkembang di kalangan
denominasi-denominasi Protestan arus utama, maupun di lingkungan Gereja Katolik
Roma. Berbeda dengan “Pentakosta Klasik” yang melulu membentuk gereja-gereja
ataupun denominasi Pentakostal, kaum Karismatik bermotokan, “Berkembang di
manapun Allah menempatkanmu.” Di Inggris, gereja Pentakostal pertama yang
dibentuk adalah Apostolic Church (Gereja Kerasulan), yang kemudian diikuti oleh
Elim Church (Gereja Elim). Di Swedia, gereja Pentakostal yang pertama
adalah Filadelfiaförsamlingen (Persekutuan Filadelfia) di Stockholm. Gereja yang
dipimpin oleh Lewi Pethrus ini mulanya adalah sebuah Gereja Baptis, yang
kemudian dikeluarkan dari Gabungan Baptis Swedia pada 1913 karena perbedaan-
perbedaan doktrin. Saat ini gereja ini mempunyai sekitar 7000 anggota, yang
merupakan jemaat Pentakostal terbesar di Eropa utara. Pada tahun 2005, gerakan
Pentakostal Swedia mempunyai sekitar 90.000 anggota dengan hampir 500 gereja.
Gereja-gereja ini semuanya independen namun mereka melakukan banyak kerja
sama. Kaum Pentakostal Swedia sangat aktif dalam melakukan misi dan mendirikan
gereja di banyak negara. Di Brazilia, misalnya, gereja-gereja yang didirikan oleh misi
Pentakostal Swedia mengaku mempunyai beberapa juta anggota. Sejarah
Pentakostalisme di Australia dicatat dalam buku “Heart of Fire” oleh Dr. Barry Chant
(1984, Adelaide: Tabor). Sejarah Pentakostalisme di Indonesia dimulai lebih
terkordinir dengan berdirinya De Pinkstergemeente in nederlandsch indie dicatat
dalam buku Sejarah Gerakan “Pentakosta dan Karismatik di Indonesia” oleh David
DS Lumoindong. Pada awalnya dengan pelayanan missi dari Weenink Van Loon
bersama Johanes Thiessen, John Bernard dari Liverpool, Inggris. Weenink Van
Loon Hoofd On-derwyzer (Kepala Sekolah), mereka dari satu persekutuan yang
bernama ‚’’De Bond Voor Evangelistie’’ yang membentuk suatu yayasan” De
Zendings Vereeniging”. Yayasan ini mengelola/mengasuh sebuah sekolah Kristen
yakni Hollands Chineesche school met de Bijbel, sebagai pimpinan Sekolah ditunjuk
Wenink Van Loon. Di samping itu, di Kota Temanggung terdapat pula yayasan
Zwakzinhigenzorg yg disponsori oleh Pa Van Steur. Yayasan tersebut bergerak di
bidang penampungan anak-anak terlantar yang mempu-nyai sebuah Panti Asuhan
yang pimpinannya adalah suster M A Van Alt, semua tokoh tersebut ternyata adalah
simpatisan Gereja Gerakan Pentakosta yang diperkenalkan oleh John Bernard.
Dalam waktu yang hampir bersamaan bulan Maret 1921 datang pula dua penginjil
dari,” Bethel Tempel” dari Seatle Amerika Serikat yakni Rev C E Grosbeck dan Rev
DR Van Klaveren, keduanya membawa serta keluarganya. Mereka tiba di pelabuhan
Batavia dengan menumpang KM Suwa Maru pada bulan Maret 1921. Langsung
menuju ke Denpasar Bali, tapi waktu itu oleh pemerintah Hindia Belanda
menyatakan bahwa Pulau Bali tertutup untuk penginjilan sebab Pulau Bali telah
dijadikan sebagai pulau wisata untuk menarik para pelancong dari luar negeri
supaya boleh meningkatkan pendapatan keuangan dari pemerintah yang ada. Oleh
karena itu kedua penginjil tadi tidak dapat berbuat banyak sekalipun sempat
memberitakan injil di pulau dewata ini tapi hasilnya tidak menggembirakan. Dan
pada bulan Desember 1922 keduanya berangkat menuju ke Surabaya. Di Surabaya
mereka berpisah, Rev R Van Klaveren menuju Jakarta dan melayani dengan Rev.J
Thiessen. Sedangkan Rev Groesbeck tetap di Surabaya dan giat mangadakan
penginjilan (Camp Meetings) dan kebanyakan yang hadir di dalam camp meeting itu
adalah pemuda-pamuda berdarah campuran Belanda Indonesia. (Ambon,
Minahasa, Timor). Kemudian Rev Groesbeck bertemu dengan Rev Van Gesel
seorang karyawan BPM di Cepu.Dan mereka bersama-sama bergabung pada
persekutuan De Bond Voor Evangelisatie. Ibu Moeke Wynen salah seorang yang
aktif pada organisasi ini, dan dialah memperkenalkan penginjil dari Seatle USA ini
pada organisasi tersebut. De bond Voor Evangelisatie berpusat di Bandung dan
pimpinannya adalah antara lain Wenink Van Loon. Pada tanggal 29 Maret 1923
tibalah di Cepu Rev Johannes Thiesen bersama Wenink Van Loon (pimpinan‚ De
bond Van Evangelistie dari Bandung dan mengadakan kebaktian. Yang hadir dalam
ibadah tersebut sebagian besar adalah pimpinan dan karyawan BPM Cepu dan
keluarga mereka diantaranya SIP Lumoindong, Tn Agust Kops, Tn Win Vincentie,
dan lainnya. Kemudian keesokan harinya adalah hari Jumat Agung (Goede Vrijdag)
Tanggal 30 Maret 1923 diumumkan akan diadakan baptisan air di daerah pasar
sore. Jumlah yang dibaptis pada waktu itu adalah 13 jiwa yang nama-nama mereka
sbb: Jan Jeckel, Ny Jeckel, tn F G van Gesel, Ny van Gesel, Ch C De Vriew, Tn Frits
Salem Lumoindong, Tn Win Vincentie, Ny Vincentie, Tn Agust Kops, Corie
Eiderbrink, Anton Leterman, Tn Sambow Ignatius Paulus Lumoindong, Ny SIP
Lumoindong Vincentie. Mereka dibaptis oleh Pdt Thiessen dan Pdt Groesbeck,
dalam kebaktian Kebangunan Rohani di Cepu Tanggal 29-30 Maret 1923 itu terjadi
pemenuhan Roh Kudus pada mereka yang mengikuti Kebaktian dan acara
pembaptisan air. Papa Thiessen dan Wenink Van Loon kembali ke Bandung dan
meneruskan pelayanan disana. Sedangkan dari Cepu Api Pentakosta terus menjalar
dengan disertai kuasa dan mukjizat – mukjizat ke Surabaya dan hampir seluruh
Jawa Timur. Para Pelopor aliran Pentakosta ini membagi wilayah pelayanan
mereka. Rev Johannes memilih Kota Bandung sebagai basis pelayanannya. Pada
mula pelayanannya di Bandung Rev Thiessen menyewa gedung pangadilan negeri
(Landraadzaal) sebagai tempat kebaktian, kemudian pindah ke temapat sekarang jl.
Marjuk No. 11 untuk dibangun gedung gereja. Dengan pertolongan Tuhan berdirilah
gereja (gedung) Pinkster Beweging yang pertama di Bandung. Ny.Kawulur seorang
yang buta huruf tapi setelah bertobat dan dipenuhi Roh Kudus maka yang sangat
bersemangat memberitakan injil melalui buku-buku atau majalah (warta) rohani
Pinkstergemeente yang dibagi-bagikan, padahal ia sendiri tidak dapat membaca.
Suatu saat ia masuk ke daerah terlarang bagi umum karena lokasi mereka yang
berpenyakit Kusta, ia masuk dan membagikan bacaan tersebut. Seorang yang
membacanya kemudian bertanya apa benar Tuhan dapat menyembuhkan segala
penyakit?. Iapun menjawab ya pasti jika ia percaya. Orang tersebut memintanya
untuk mendoakan, karena Ny.Kawulur belum mendalami ajaran kekristenan maka ia
hanya menghafal doa bapa kami, maka orang tersebut didoakan dengan doa Bapa
Kami. Tetapi ternyata TUHAN tidak mendengar doa orang karena indahnya dan
pandainya seorang berdoa tapi melihat iman dan ketulusan. Mujizat ternyata si
penyakitan kusta sembuh seketika, hal ini menghebohkan komplex tersebut,
pemimpin rumah sakit tersebut kemudian memanggil Ny.Kawulur dan memintanya
memanggil pemimpinnya untuk memberi penjelasan. Maka Ny.Kawulur karena
masih awam kemudian memanggil hamba-hamba Tuhan dari jawa, mereka datang
dan kemudian terjadilah kebangunan rohani besar-besaran, sejak itulah
Pinkstergemeente masuk kalimantan. Ny.Kawulur kemudian mengikuti suaminya
yang bertugas dan pensiun di Manado, rumahnya disumbangkan bagi
Pinkstergemeente, Ny.Kawulur meninggal dengan suaminya anaknya sudah
meninggal duluan semasa perang, ia mengangkat beberapa anak
diantaranya Paulus Lumoindong seorang pembawa api Pentakosta tahun 1970an
yang mengobarkan gerakan karismatik persekutuan doa di Kota Manado. Louis
Johnson dan Arland Wasell berlayar dari Bethel temple dan melayani di Kalimantan,
mereka menyeberangi banyak sungai-sungai besar menuju ke pedalaman dari pulau
tersebut melebihi dari penginjil-penginjil lain yang pernah lakukan sebelumnya. Tapi
akhirnya mereka terpaksa kembali ke Jawa karena Arland Wasell sakit malaria, dan
Inice Presho yang memang juru rawat mengasuhnya. Arland hampir tidak mampu
sampai ke rumah karena lelahnya perjalanan dengan kereta api dari Surabaya. Ouis
Johnson ternyata mengadakan hubungan dengan Eileen English dan bertunangan
pada hari Valentin di tahun 1933, yang kemudian diteruskan dengan pernikahan di
Magelang dan pesta diadakan di Solo.   PEMELUK Christianity Today melaporkan
dalam sebuah artikel yang berjudul “World Growth at 19 Million a Year” (Bertumbuh
19 juta angota di seluruh dunia) bahwa menurut sejarahwan Vinson Synon,
dekan Regent University School of Divinity (Sekolah Teologi Universitas Regent) di
Virginia Beach bahwa 25% dari seluruh umat Kristen di dunia adalah aliran
Pentakosta atau karismatik. Denominasi-denominasi Pentakostal terbesar di AS
adalah Assemblies of God (Sidang Jemaat Allah), Church of God in Christ,Church of
God (Cleveland), dan United Pentecostal Church. Menurut sebuah artikel Musim
Semi 1980 dari Christian History, ada sekitar 11.000 denominasi pentakostal atau
karismatik di seluruh dunia. Di AS gereja-gereja Pentakostal diperkirakan
mempunyai lebih dari 20 juta anggota, termasuk sekitar 918.000 (4%)
pendudukHispanik. Jumlah ini mencakup jemaat-jemaat yang tidak berafiliasi,
meskipun jumlahnya tidak pasti. Hal ini sebagian disebabkan karena sebagian
ajaran Pentakostalisme juga dianut oleh denominasi non-Pentakostal yang dikenal
sebagai gerakan karismatik. Perhitungan konservatif atas penganut aliran
Pentakosta di seluruh dunia pada tahun 2000 diperkirakan sekitar 115 juta.
Perkiraan lain menyebutkan jumlah hampir 400 juta. Sebagian terbesar dari
pemeluknya terdapat di negara-negara Dunia Ketiga, meskipun kebanyakan
pemimpin mereka masih orang Amerika Utara. Pentakostalisme kadang-kadang
disebut sebagai “gerakan ketiga Kekristenan”.
 Gereja Kristen terbesar di dunia adalah Yoido Full Gospel Church(Gereja Injil
Sepenuh Yoido) di Korea Selatan, sebuah gereja Pentakostal. Gereja ini
didirikan dan dipimpin oleh David Yonggi Cho sejak 1958. Pada tahun 2003
anggotanya berjumlah 780.000
 Gereja Yesus Sejati, adalah gereja pribumi yang didirikan oleh orang-orang
Tionghoa di daratan Tiongkok, namun pusatnya sekarang berada di
Taiwan. Gereja Kerasulanadalah gereja yang paling cepat berkembang di
seluruh dunia.
Di Indonesia gereja-gereja Pentakosta diperkirakan mempunyai lebih dari 2 juta
anggota, gereja-gereja Pentakostal/Karismatik yang utama adalah

 Gereja Gerakan Pentakosta(GGP),


 Gereja Pantekosta di Indonesia(GPdI), 600 an ribu
 Gereja Pantekosta Serikat Di Indonesia(GPSDI),
 Gereja Kerapatan Pentakosta(GKP),
 Gereja Sidang Pantekosta DI Indonesia(GSPDI),
 Gereja Pantekosta Pusat Surabaya(GPPS),
 Gereja Pentakosta Indonesia(GPI),
 Gereja Isa Almasih(GIA),
 Gereja Bethel Indonesia(GBI), 500 an ribu
 Gereja Kristen Kemah Daud(GKKD),
 Gereja Kemenangan Iman Indonesia(GKII),
 Gereja Pantekosta Isa Almasih(GPIA),
 Gereja Tiberias Indonesia, 20 an ribu
 Abbalove Ministries, (GKYT)
 Gereja Bethany Indonesia, 20 an ribu
 Jemaat Pentakosta Indonesia(JPI),
 Gereja Utusan Pentakosta(GUP),
 Gereja Duta Injil, (GDI)
 Gereja Kristen Perjanjian Baru (GKPB),
 Gereja Pantekosta Serikat di Indonesia (GPSDI)/ United Pentacostal Church in
Indonesia (UPCI)
 Gereja Bethel Tabernakel (GBT),
 Jakarta Praise Community Church, (JPCC) Gereja Persekutuan Doa Jakarta
(GPDJ)
 Gereja Sidang-Sidang Jemaat Allah(GSSJA),
 Gereja Kegerakan Pantekosta Minahasa (GKPM)
 Gereja Segala Bangsa (GESBA)
 Gereja Pimpinan Rohulkudus (GPR)
 Gereja Cahaya Rohulkudus (GCR)
 Gereja Kegerakan Roh Suci (GKR)
 Gereja Mawar Sharon (GMS)
 Gereja Pantekosta Tabernakel (GPT)dan lain-lain.
Menurut Christianity Today, Pentakostalisme adalah “iman yang hidup di antara
kaum miskin, yang menjangkau ke dalam kehidupan sehari-hari anggotanya, dan
menawarkan tidak hanya harapan tetapi juga sebuah cara hidup yang baru.” Selain
itu, menurut sebuah laporan PBB pada 1999, “Gereja-gereja Pentakostal sangat
berhasil dalam merekrut anggotanya dari kalangan yang paling miskin”. Juga
menurut Christianity Today, di kalangan gereja-gereja Brazilia, di mana pemeluk
Pentakostal pada umumnya sangat miskin, “Para pendetanya seringkali meminta
anggotanya persembahan yang jumlahnya layak ditertawai; namun orang-orang ini
memberikan 20, 30, dan kadang-kadang bahkan 50 persen dari penghasilan
mereka”. Christianity Today juga mencatat bahwa kaum Pentakostal Brazilia
berbicara tentang Yesus yang riil dan dekat kepada mereka, serta melakukan
berbagai hal bagi mereka termasuk memberikan makanan dan tempat bernaung.
Selain itu, Christianity Today mencatat “Para sarjana telah lama mengecap
Pentakostalisme sebagai agama yang tidak memperhatikan hal-hal yang ada di
dunia sini. Bagi banyak orang, hal ini dianggap sebagai kesimpulan yang tidak
terelakkan, karena gerakan ini sangat menekankan pengalaman karismatik,
religiositas yang mendalam, dan kecenderungan asketik (bertarak). Bahkan para
sarjana Pentakostal yang sangat dihormati pun mengakui hal ini.

Anda mungkin juga menyukai