Anda di halaman 1dari 9

UJIAN TENGAH SEMESTER

PERBANDINGAN SISTEM DAKWAH

Nama : Hasna Khumairoh Azzahro


NIM : 1214010067
Prodi : BKI – 4B
Dr. Hajir Tajiri, M.Ag

SOAL :

1. Jelaskan pengertian dan tujuan perbandingan dakwah!

Perbandingan dakwah sebenarnya merupakan kajian baru tentang aktivitas dakwah.


Sesuai maknanya “Perbandingan dakwah”, kajian ini mempunyai objek tentang usaha
membandingkan aktivitas dakwah beserta unsur-unsurnya,antara satu organisasi maupun
lembagaa dakwah dengan organisasi dan lembaga dakwah berbeda; antara dakwah masa
tertentu dengan masa dan ruang waktu berbeda; anatra dakwah individu atau kelompok
tertentu dengan individu atau kelompok dakwah lainnya; analisis pendekatan dakwah
tertentu yang efektif pada masyarakat X, namun tidak relevan dilakukan pada masyarakat
Y; serta dengan cara menganalisis dan mengategorisasikan berdasarkan ukuran-ukuran
dan penilaian-penilaian yang digunakan dan dikembangkan dalam ilmu dakwah.
Perbandingan dakwah dimaksud bukan semata membandingkan cara dan pola dakwah
yang dipraktikkan umat Islam, namun lebih dari itu, mencari cara bagaimana menemukan
konsep dakwah yang tepat berdasarkan pada pengalaman-pengalaman, riset, dan analisis
para sarjana tentang studi dakwah Islam.

2. Bagaimanakah model perbandingan dakwah dirumuskan jika proses


penalarannya mengacu kepada pendapat Clifford Geertz tentang
perbandingan tokoh penyebar agama!
Clifford Geertz memaparkan tentang perbandingan tokoh penyebar agama dalam
masyarakat. Dapat dilakukan dengan memperhatikan tiga elemen, pertama dalam
membandingkan Tindakan dakwah, kita dapat memperhatikan metode atau cara
yang digunakan oleh tokoh penyebar agama dalam menyampaikan pesan Islam.
Kedua, dalam membandingkan arti dakwah, kita dapat memperhatikan pesan
yang disampaikan oleh tokoh penyebar agama dalam dakwah mereka. Ketiga,
dalam membandingkan konteks dakwah, kita dapat memperhatikan latar
belakang sosial, budaya, politik dan ekonomi yang mempengaruhi praktik
dakwah.
Dalam merumuskan model perbandingan dakwah, kita harus memperhatikan
konteks sosial budaya yang mempengaruhi praktik dakwah, serta memahami
makna dan pesan yang disampaikan oleh tokoh penyebar agama dalam dakwah.
Hal ini membantu kita untuk memahami perbedaan dan persamaan antara system
dakwah yang berbeda, serta mengevaluasi kelebihan dan kekurangan system
dakwah.
Model perbandingan dakwah dirumuskan pendapat Clifford Geertz tentang
perbandingan tokoh penyebar agama :
3. Jelaskan, apa maksud spirit misi/ dakwah Kristen berikut: Setelah memperoleh
otoritas penuh, kemudian Yesus memberikan mandat/amanat/perintah kepada
para murid-Nya. Kuasa Tuhan yang universal membawa tugas universal untuk
mengabarkan Injil. Mandat itu berupa empat kata kerja yaitu “Pergi, Jadikan
Murid, Baptislah dan Mengajarlah.
Mandat Yesus yang berkesinambungan untuk misi (ayat 19). Setelah memperoleh
otoritas penuh, kemudian Yesus memberikan mandat/amanat/perintah kepada para
murid-Nya. Kuasa Tuhan yang universal membawa kepada tugas universal gereja
untuk mengabarkan Injil. 2Mandat itu berupa empat kata kerja present tense (tiga
buah di ayat ini) yaitu “Pergi (πορευθέντες), Jadikan Murid (μαθητεύσατε),
Baptislah (βαπτίζοντες) dan sebuah kata kerja present tense pada ayat ke-20, yaitu
Mengajarkan (διδάσκοντες). Penjelasan lebih mendalam tiga kata kerja yang
pertama adalah sebagai berikut:
1. Pergi (poreuthentes)
Kata “pergilah” seakan-akan merupakan kata kerja pokok yang mengindikasikan
inti Amanat Agung. Penafsiran lebih seksama dalam bahasa Yunani
memperlihatkan bahwa kata ini bukan merupakan kata kerja pokok melainkan
salah satu kata kerja pembantu. Kata kerja pokok Amanat Agung adalah
“memuridkan atau menjadikan murid”. Pendapat diatas mendapat dukungan dari
Peters yang mengatakan bahwa dari empat kata kerja itu, kata kerja “disciple”
adalah satu-satunya yang merupakan perintah (langsung). Kata ini menyatakan
inti dari Amanat Agung. Tiga kata kerja lainnya berbentuk participle yang
terkait dengan amanat pokok sebagai cara dan metode untuk melaksanakan
amanat itu. Poreuthentes adalah bentuk participle maskulin jamak yang
berfungsi sebagai subyek, aorist pertama dari kata poreumai, sebuah kata kerja
deponen (kata kerja pasif). Kata ini mengalami perubahan bentuk kata sesuai
dengan subyek dari kata perintah yang ada di belakangnya secara langsung
(dalam hal ini matheteusate). Dengan demikian, pengertian yang lebih tepat
adalah “karena itu, sementara pergi, jadikanlah murid”. Shipman yang menulis
bahwa Amanat Agung tidak menyuruh orang-orang pergi, melainkan berasumsi
para murid Yesus pasti akan pergi mengabarkan Injil. Hal ini disebabkan kata
“pergilah” lebih tepat diterjemahkan sebagai “sambil pergi”.27 Sebuah masalah
di sini adalah konteks pengertian “pergi” itu sendiri. Perjanjian Baru Interlinear
mencatat kata poreuo digunakan sebanyak 153 kali dan memiliki arti “pergi,
berangkat, bepergian, berjalan, meneruskan perjalanan, berlalu, hidup, dan
meninggal”. Sedangkan menurut bahasa Yunani, poreuthentes dapat dimengerti
sebagai go (pergi), proceed (lanjutkan), dan travel (melakukan perjalanan). Dari
tiga arti ini, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Amanat : Agung harus
dilakukan dalam setiap situasi, di mana saja kita berada (sementara kamu
pergi….), di komunitas hidup sehari-hari (melanjutkan….), dan terlibat dengan
proyek misi, baik sebagai misionaris atau sebagai pengutus (melakukan
perjalanan…..).
Penjelasan kedua arti kata poreuthentes dalam Bible Works adalah sebagai
berikut: “as a euphemism go to one's death”Penjelasan ini mempunyai arti setiap
murid dipanggil untuk menjadi radikal dalam arti taat sampai mati seperti
Kristus sendiri. Sebuah hal lagi yang perlu dijelaskan pada bagian ini adalah
“siapa saja yang dimaksud dengan murid”. Apakah hanya berlaku bagi para
rasul dan orang-orang tertentu saja. Penelitian teks pada ayat 19 menunjukkan
bahwa Yesus memang berbicara dengan ke-sebelas murid-Nya. Penelaan lebih
cermat menunjukkan bahwa Paulus mengatakan bersama sebelas murid itu ada
“lebih daripada 500 saudara” (1Korintus 15:6). Dari data ini dapat disimpulkan
bahwa Amanat Agung diberikan kepada semua orang percaya dan tidak hanya
ditujukan kepada orang-orang tertentu saja.
2. Jadikan murid (matheteusate)
Kata ini adalah bentuk kedua plural dari μαθητεύω (matheteuo) dan mempunyai
kata dasar mathetes (murid). Sangat menarik, Matius dengan sengaja merubah
kata benda “murid” menjadi kata kerja (jadikan murid). Bentuk kata kerja dari
kata ini hanya muncul empat kali dalam Perjanjian Baru (Mat. 13:52;
27:57;28:29; Kis. 14:21). Kata ini adalah “jangkar” yang menjadi titik tolak
ketiga kata kerja lainnya. Kata ini adalah perintah, baik dilihat bentuk maupun
artinya – satusatunya bentuk perintah verbal dalam ayat 16 sampai ayat 20.
Inilah penekanan dari Amanat Agung yaitu menjadikan murid orang-orang yang
belum mengenal-Nya. Tomatala menyatakan bahwa para murid diperintahkan
untuk menjadikan murid melalui pergi, mengajar, dan membaptis. Pada bagian
inilah dapat dilihat arti penginjilan secara “operasional-objektif”, yaitu
penginjilan yang aktif dan dinamis umat Allah dengan tujuan untuk menjadikan
murid. Pengertian “mengajar” di bagian ini tentun pengajaran tentang
keselamatan yang menuntun orang yang tidak percaya menjadi percaya dan
menuntunnya untuk mengikrarkan kepercayaannya dalam upacara baptisan
3. Baptislah (baptizontes)
Baptizontes adalah bentuk perticiple maskulin jamak yang berfungsi sebagai
subyek. Kata ini tidak berbentuk perintah, namun karena hubungan dan
kedudukannya dengan kata kerja yang mempengaruhinya, maka kata ini
mempunyai kedudukan untuk menyampaikan gagasan perintah. Sutanto
menerjemahkan baptizo sebagai “membasuh (dalam penyucian ritual orang
Yahudi); membaptis” Sementara itu Mounce menambahkan nuansa baptisan
sebagai tindakan yang mencerminkan dedikasi. Sebagai langkah lanjut setelah
percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru-selamatnya, orang itu
memasuki fase yang baru yaitu baptisan. Baptisan bukan sarana untuk menerima
keselamatan melainkan justru setelah diselamatkan, maka orang itu
mengikrarkan kepercayaan-nya yang baru di hadapan Tuhan dan orang-orang
lain melalui upacara baptisan. Baptisan juga merupakan pengakuan penerimaan
mereka yang dibaptis ke dalam persekutuan tubuh Kristus. Setelah baptisan
dilakukan dan mereka diterima di antara murid Kristus, mereka harus diajarkan
semua hal yang diperintahkan Kristus. Baptisan harus dilakukan dalam nama
Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus.Setiap orang telah menerima
baptisa mempunyai lima kewajiban yaitu :
(a)Untuk menjadikan perintah Kristus sebagai penguasa dalam hidupnya.
(b) Untuk mentaati apa yang diperintahkan Kristus.
(c) Untuk mentaati semua hal yang diperintahkan padanya, tanpa kecuali.
(d) Untuk membatasi dirinya pada perintahperintah Kristus dan bukan untuk
menguranginya.
(e) Untuk belajar kewajibannya terhadap hukum Kristus.
4. Pemberian sebuah janji oleh Yesus (ayat 20).
Sebelum pemberian janji oleh Yesus, Dia memberikan perintah berupa kata
kerja yang keempat yaitu διδάσκοντες (to teach in everything/untuk
mengajarkan semuanya). Kata ini harus dianalisa sama dengan kata
baptizontes. Artinya aktivitas mengajar dikaitkan secara langsung dengan
aktivitas membaptis. Dengan kata lain setelah baptisan dilakukan, aktivitas yang
harus dilakukan berikutnya adalah mengajarnya. Yesus memerintahkan agar
petobat baru itu dibantu dengan diajarkan semua hal yang diperintahkan-Nya. Di
sini jelas penekanan Yesus adalah pada pengajaran yang sehat dan
berkesinambungan. Pengajaran yang baik akan menghasilkan murid yang pada
waktunya juga akan memuridkan orang lain.
Semua proses pemuridan ini ditutup dengan sebuah janji yang manis. Yesus
berjanji tidak akan meninggalkan para murid-Nya melainkan akan selalu
menyertainya sampai akhir zaman. Janji ini berlaku bagi setiap murid di setiap
zaman dan di setiap tempat. Bahkan, janji penyertaan ini bukan sekedar
menyertai saja. Sutanto memberikan beberapa arti yang lain yaitu “dengan
bantuan; memihak”. Berarti selain menyertai, Yesus juga membantu dan
memihak para murid-Nya dalam segala kesulitan. Pembahasan di atas, jelas
terlihat bahwa sumber otoritas Amanat Agung berasal dari Kristus sendiri dan
ditujukan kepada semua umat yang menjadi muridNya. Tiga buah kata kerja
“pergi, membaptis, dan mengajar” adalah bagian dari perintah untuk menjadikan
murid.
Perintah itu dikatakan Yesus menggunakan keterangan waktu berupa “present
tense”, sehingga tidak mempunyai batas waktu. Perintah-perintah itu kemudian
ditutup dengan janji penyertaan Yesus kepada semua murid-Nya. Dengan
demikian, perintah itu tidak hanya untuk dilakukan orang-orang tertentu, pada
waktu yang tertentu, melainkan untuk dilakukan oleh semua muridmurid-Nya di
sepanjang zaman. Dari pembahasan di atas, jelas sekali dinyatakan bahwa
Amanat Agung adalah dasar bagi misi dan pemuridan.

4. Berdasarkan soal nomor sebelumnya, bagaimanakah spirit dakwah Islam yang


sebanding dengan spirit misi pada kaum kristiani?
Spirit dakwah Islam yang sebanding dengan spirit misi pada kaum kristiani :
1. Dalam penjelasan diatas dikatakan bahwa pembaptisan dilakukan untuk
mengerjakan apa yang Tuhannya perintahkan, spirit dakwah Islam yang
sebanding dengan spirit dakwah Kristen terdapat dalam surat An-Nisaa ayat 59
yang artinya : "Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu.
Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya."
2. Dalam penjelasan spirit dakwah kristen penyebutkan bahwa halnya di poin
mengajarkan , menjelaskan bahwa yesus memerintahkan agar petobat baru
dibantu dengan diajarkan semua hal yang diperintahkannya sma halnya dengan
spirit dakwah islam yang terkandung dalam surat an-nahl ayat 125 yang artinya "
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." sama
halnya dengan spirit kristen yang menyeru tuhan untuk kita ajarkan kepda
sesama .

5. Nikah beda agama boleh jadi sangat strategis bagi kaum Kristen dalam
melancarkan misinya, ini berbeda dengan muslim, mengapa, jelaskan!
Nikah beda agama pada umumnya tidak dianjurkan dalam Islam karena pernikahan
merupakan ikatan yang sangat kuat dan penting dalam agama. Namun, pada saat
yang sama, Islam juga mengakui hak asasi individu untuk memilih pasangan
hidupnya. Oleh karena itu, dalam Islam, pernikahan beda agama dapat diizinkan jika
pasangan yang akan menikah memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti pasangan
tersebut harus menghormati dan mengakui agama masing-masing.

Sedangkan dalam Kristen, perkawinan antaragama dianggap sebagai suatu strategi


yang efektif dalam melancarkan misi Kristen. Pasangan yang berasal dari agama
yang berbeda dapat saling membantu dalam membawa keselamatan kepada pasangan
masing-masing. Dalam konteks ini, pasangan Kristen yang menikah dengan
pasangan non-Kristen dianggap memiliki peluang lebih besar untuk mengajak
pasangan mereka untuk menerima ajaran Kristen.

Namun, perlu dicatat bahwa baik dalam Islam maupun Kristen, pernikahan beda
agama harus dilakukan dengan memperhatikan sejumlah syarat dan pertimbangan
yang penting, seperti kesepakatan bersama dalam memeluk agama yang sama di
masa depan, menghormati keyakinan agama masing-masing, serta memastikan
keberlangsungan keluarga dan anak-anak dalam lingkungan yang sehat dan
harmonis.

Dalam hal misi, baik Islam maupun Kristen memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk
menyebarkan ajaran agama masing-masing. Namun, cara untuk mencapai tujuan
tersebut dapat berbeda-beda. Bagi umat Kristen, pernikahan beda agama dapat
dianggap sebagai salah satu cara yang efektif untuk melancarkan misi, sementara
dalam Islam, pernikahan beda agama dianggap sebagai sesuatu yang tidak dianjurkan
dan hanya dapat diizinkan dalam kondisi tertentu.

6. Bagaimanakah sudut pandang tentang nikah mut’ah menurut perbandingan


dakwah antara Suni dan Syi’ah? (minimal 7 baris)
Menurut ulama Syiah membolehkan nikah mut'ah. Sementara menurut ulama suni
melarang nikah mut'ah, namun tetap membedakannya dengan perzinahan.Menurut
madzhab Syi'ah mut'ah adalah halal untuk selamanya. kelompok Syi'ah menggunakan
metode tarjih, ijma' sahabah , istishab dan istislahi.

Syi'ah menghalalkan nikah mut'ah dengan berdalil dengan ayat dari Al-Qur'an surah
Al-Nisa' ayat 24, sedangkan Sunni mengharamkan nikah mut' ah secara mutlak
berdasarkan ayat dari Al-Qur'an xvi surah Al-Mukminun ayat 5-7, Al-Thalaq ayat 1
dan 4, Al-Baqarah ayat 228, yang menghapus hukum dari surah Al-Nisa' ayat 4
tersebut.

Menurut madzhab Sunnah, pernikahan mut’ah adalah haram untuk selamanya,


sedangkan menurut madzhab Syi’ah mut’ah adalah halal untuk selamanya. Perbedaan
tersebut selain disebabkan perbedaan penggunaan dalil yang eksploitatif, juga
disebabkan oleh perbedaan manhaj dalam menghukumi masalah pernikahan mut’ah.
Kelompok Sunnah menggunakan metode nasakh-mansukh, qiyas dan istislahi,
sedangkan kelompok Syi’ah menggunakan metode tarjih, ijma’ sahabah, istishab dan
istislahi. Secara metodologis, manhaj Syi’ah lebih meyakinkan bagi penulis,
meskipun penulis tidak sepakat dengan hasil ijtihad Syi’ah yang membolehkan
mut’ah secara mutlak. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, ditemukan
bahwa dalil normatif dari al-Qur’an dan Sunnah yang digunakan untuk
mengharamkan mut’ah atau untuk menghalalkannya, sama-sama tidak mencapai
derajat yang meyakinkan (qath’i). Sehingga penulis menyarankan bahwa yang
seharusnya digunakan untuk mengharamkan atau menghalalkan mut’ah adalah dalil
kemaslahatan.

Berdasarkan uraian pembahasan sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan yaitu


sebagai berikut:
1. Landasan hukum pengharaman nikah mut’ah pada kalangan mazhab Sunni adalah
bahwa surah an-Nisa ayat 24 yaitu ayat nikah mut’ah telah di nasakh oleh surah
al-Mu’minun ayat 6-7 dan beberapa hadis tentang keharaman nikah mut’ah yang
dijadikan rujuakan oleh mazhab sunni adalah hadis-hadis yang terdapat dalam
kitab Shahih Bukhari dan Muslim dimana Nabi saw mengharamkan mut’ah pada
waktu perang Khaibar serta hadis keharaman nikah mut’ah pada waktu
penaklukkan Mekah dan Tahun ‘Autas hingga diharamkan sampai hari kiamat.
Sedangkan landasan hukum kehalalan nikah mut’ah pada kalangan mazhab
Syi’ah adalah dalil al-Quran surah an-Nisa ayat 23-24 dan mengutamakan hadis-
hadis yang diriwayatkan oleh ahlulbait.
2. Alasan penolakan ulama Sunni terhadap praktek nikah mut’ah yaitu menurut
mereka nikah mut’ah merupakan perkawinan yang tidak sesuai dengan ajaran
Islam karena hanya mempermainkan perasaan wanita, menelantarkan anak dan
dapat dijadikan sebagai sarana pelegalan pelacuran. Sedangkan ulama syi’ah
beranggapan bahwa nikah mut’ah tidaklah seperti apa yang ulama sunni katakan.
Pada dasarnya nikah mut’ah dan nikah da’im itu sama yang membedakan
hanyalah batas waktu, keharusan memberi nafkah, saling mewarisi atau adanya
kehamilan yang seluruhnya diatur menurut perjanjian mereka bersama sebelum
melangsungkan pernikahan.

7. Jelaskan perbandingan ini . jelaskan unsur-unsur lambang dan maknanya!

Unsur Lambang Makna Lambang


Unsur-unsur yang 1. Bola dunia adalah
terdapat pada gambar tempat manusia berasal
lambang Nahdlatul dan tinggal. Hal ini sesuai
ulama yaitu terdiri dari dengan surat Thaha ayat
bumi dikelilingi tampar 55.
yang mengikat, untaian 2. Tali atau tambang yang
tampar berjumlah 99, mengelilingi bola dunia.
lima bintang di atas bumi Ini artinya adalah
(yang tengah berukuran lambang ukhuwah, atau
paling besar) dan empat persaudaraan. Ini
bintang di bawah bumi. berdasarkan ayat 103
Terdapat tulisan dalam surat Ali Imran.
Nahdlatul Ulama dalam 3. Peta Indonesia terlihat.
huruf Arab melintang di Meskipun NU
tengah bumi dan di menggunakan lambang
bawah bumi ada tulisan bola dunia, tapi yang
NU dalam huruf latin tampak di permukaan
adalah peta Indonesia. Ini
melambangkan NU
didirikan di Indonesia,
berjuang di Indonesia.
4. Dua simpul ikatan di
bagian bawah
melambangkan hubungan
vertikal dengan Allah dan
hubungan horizontal
dengan sesama umat
manusia.
5. Untaian tampar
tambang yang berjumlah
99 melambangkan nama-
nama terpuji bagi Allah
(Asmaul Husna) yang
berjumlah 99.
6. Lima bintang di atas
bola dunia. Bintang yang
berada di tengah
berukuran besar
dibanding empat yang
lainnya. Bintang paling
besar itu melambangkan
Rasulullah, sementara
yang empat
melambangkan
sahabatnya yang
mendapat julukan
Khulafaur Rasyidin yakni
Abu Bakar, Umar bin
Khatab, Utsman bin
Affan, dan Ali bin Abi
Thalib.
7. Empat bintang di
bawah bola dunia
melambangkan empat
imam mazhab Ahlussunah
wal Jamaah yaitu Imam
Maliki, Imam Syafi'i,
Imam Hanafi, dan Imam
Hanbali.
8. Jumlah bintang secara
keseluruhan ada sembilan.
Ini bermakna Wali Songo
(sembilan ulama penyebar
Islam).
9. Tulisan Nahdlatul
Ulama dalam huruf Arab
melintang di tengah bumi
untuk menunjukkan nama
organisasi tersebut,
Nahdlatul Ulama,
kebangkitan para ulama.
1.Matahari merupakan 1. Muhammadiyah
titik pusat dalam tata dilahirkan pada tahun
surya dan merupakan 1912 dan akan
sumber kekuatan semua memancarkan ajaran
makhluk hidup yang ada Islam ke sagala arah dan
di bumi. Jika matahari memberi pencerahan
menjadi kekuatan cikal dimana-mana, di mana
bakal biologis, saja sinar matahari itu
Muhammadiyah dapat menembus,
diharapkan dapat 2. Dalam
menjadi sumber kekuatan bermuhammadiyah dan
spiritual dengan nilai- dalam menjalankan
nilai Islam yang perintah agama mengikuti
berintikan dua kalimat ajaran Nabi Muhammad
syahadat. saw, berdakwah,
2. Dua belas sinar menegakkan dan
matahari yang memancar menjunjung tinggi agama
ke seluruh penjuru Islam hendaknya
diibaratkan sebagai tekad dilandasi niat yang tulus,
dan semagat warga dan bersih, semata-mata
Muhammadiyah dalam untuk mencari ridha Allah
memperjuangkan Islam, SwT, li’ilaai kalimatillah,
semangat yang pantang li wajhillah.
mundur dan pantang 3. Maksud dan tujuan
menyerah seperti kaum dakwahnya yang
Hawari (sahabat nabi Isa dilaksanakan senantiasa
yang berjumlah 12). untuk membangun
3. Warna Putih pada keselamatan dan
seluruh gambar matahari kedamaian (salam),
melambangkan kesucian kebaikan (khair),
dan keikhlasan. pembangunan (islah),
4. Warna Hijau yang keberkahan (rahmat),
menjadi warna dasar bersikap tengahan,
melambangkan moderat (wasithiyah),
kedamaian dan dan penuh keteladanan
kesejahteraan. (uswah) dan kemuliaan
(izzah) Islam.

Mewujudkan Islam yang


damai, toleran dan
menenteramkan.
Pada lingkaran Jalur-jalur sinar berbentuk
tengahnya bertuliskan bintang bersudut 12 .
“Persatuan Islam” Ditengah-tengan tertulis
dengan huruf Arab, yang dengan huruf Arab,
melambangkan otonom. Persatuan Islam. Bagian
atas ada penggalan ayat
alqur’an: wa’tashimuu
bihablillahi jamii’an
walaa tafarraquu,
sedangkan bagian
bawahnya ada tulisan
:”yadullah ma’al jama’ah

Anda mungkin juga menyukai