Anda di halaman 1dari 2

Nama : Wahyu Manumpak Hutabarat

Tingkat/Jurusan : IV-A/Teologi
Mata Kuliah : Metode dan Kurikulum Pembinaan Warga Gereja
Keterangan : Tugas Pribadi
Dosen Pengampu : Dr. Tony L. Hutagalung

RESUME KELOMPOK I

DASAR TEOLOGIS, PEDAGOGIS DAN FILOSOFIS PEMBINAAN WARGA JEMAAT

Istilah “Pembinaan” berasal dari kata “bina” yang berarti “mengusahakan supaya lebih baik,
maju dan sempurna. Sedangkan arti dari pembinaan adalah proses atau cara dan usaha yang
dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Dan “warga gereja”
dalam bahasa Yunani ialah “laikoi”, yang berarti “semua anggota dalam tubuh Kristus, yaitu gereja
secara rohaniah, yang telah menerima Kristus sebagai Juruselamat, terdaftar sebagai anggota dalam
sebuah gereja lokal. Oleh Karena itu dapat dikatakan bahwa pembinaan warga gereja adalah suatu
usaha pembinaan yang berpusat pada Kristus, berdasarkan pengajaran Alkitab, dan merupakan
proses untuk menghubungkan kehidupan warga jemaat dengan Firman Tuhan, melalui membimbing
dan mendewasakannya dalam Kristus melalui kuasa Roh Kudus. Pembinaan warga jemaat bukan
saja merupakan suatu proses belajar-mengajar, melainkan suatu proses untuk mencapai perubahan
hidup. Perubahan hidup sebagai hasil dari proses pembinaan atau pendidikan terdiri dari tiga hal,
yaitu perubahan pengetahuan (kognitif), perubahan sikap (afektif), dan perubahan perbuatan.
Pembinaan warga jemaat dapat digolongkan menjadi beberapa golongan agar pembinaan itu sendiri
dapat berjalan dengan baik. Pembinaan dapat digolongkan kepada orang tua, anak-anak dan
remaja/pemuda. PWJ lebih bersifat non formal pada warga gereja yang diselenggarakan sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan khusus dan berlangsung dalam waktu yang singkat. Pelaksanaan PWJ
lebih bersifat fleksible, karena disiapkan dan disusun sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan aktual.
Secara teologis, Manusia adalah makhluk yang diberi kesempatan oleh Allah untuk berubah dan
bertumbuh melalui media belajar (pembinaan) sampai mencapai kepenuhan martabatnya sebagai
ciptaan Allah.Hal ini merupakan hak istimewa manusia. Ulangan 6:4-9 ini menekankan agar semua
orang percaya yang memilihkan Tuhan dengan segenap realitas hidupnya. Dalam Perjanjian Baru,
ditemukan bahwa tokoh sentral yang melakukan pembinaan ialah Yesus Kristus. Pada awal
pelayanan-Nya, Yesus melakukan pembinaan kepada murid-murid-Nya. Namun dalam
perkembangan selanjutnya, Yesus melakukan pembinaan kepada orang-orang banyak, yang dalam
hal ini bisa dikategorikan sebagai jemaat. Yesus membina murid-murid-Nya dengan untuk
1
pengenalan, pemahaman dan pengertian serta pengalaman bersama dengan Dia. Secara singkatnya,
bahwa dasar teologis pembinaan warga jemaat adalah Allah sudah terlebih dahulu membina secara
langsung, dan kemudian Yesus mencontohkan bagaimana menjadi pembina atau pengajar yang baik
dan benar, dan diteruskan oleh rasul hingga hamba Tuhan di masa sekarang ini.
Lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu: Prinsip relevansi, Prinsip
fleksibilitas, Prinsip kontinuitas, Prinsip efisiensi, Prinsip efektivitas. Dalam merancang kurikulum
kita tidak hanya harus memikirkan apa yang mestinya tertulis di kertas, tetapi juga apa yang akan
terjadi di dalam proses interaksi guru dengan murid. Harus ada antisipasi ke depan, mengenai apa
yang terjadi di dalam kegiatan pembelajaran jika kurikulum diaplikasikan. Desain kurikulum dapat
diartikan sebagai kerangka, pola, bagaimana kurikulum dirancang dan dikembangkan atau
diorganisasikan. Evaluasi merupakan kegiatan yang luas, kompleks dan terus-menerus untuk
mengetahui proses dan hasil pelaksanaan system Pendidikan dalam mencapai tujuan yang
ditentukan. Evaluasi juga meliputi rentangan yang cukup luas, mulai dari bersifat sangat informal
sampai dengan yang sangat formal. Istilah yang tidak asing sering didengar adalah: gereja
memberitakan Firman, gereja menggembalakan, gereja melayankan sakramen, dan gereja
menginjili, namun jarang didengar ungkapan gereja mendidik atau membelajarkan. Pendidikan
Kristen bertujuan untuk memampukan mereka, untuk memperoleh perspektif dan gaya hidup yang
membebaskan. Dalam konteks tugas pengajaran tersebut, gereja secara langsung bertanggungjawab
kepada Yesus yang adalah kepala gereja. Tugas gereja adalah mendidik, tidak terkecuali mendidik
orang dewasa. Tugas itu adalah amanat yang mulia oleh karena Allah lah yang memberikan
kepercayaan untuk mendidik dan membelajarkan warga gereja. Tugas membelajarkan warga jemaat
merupakan bagian yang integral dengan tugas pelayanan gereja lainnya.. Dalam konteks gereja
pembinaan warga jemaat seharusnya berlangsung melalui empat jalur “urat nadi” gereja, yaitu:
ibadah, persekutuan, pengajaran, dan pelayanan. Namun dalam praktiknya, pengajaran dalam
konteks gereja masih sering diartikan pada program sekolah minggu anak-anak, katekisasi bagi
calon baptisan serta bagi para remaja atau kaum muda yang hendak disidi. Sementara dalam terang
ajaran Alkitab, semua kegiatan pelayanan di gereja seharusnya terencana, terarah untuk
membimbing warga jemaat mengalami kegiatan belajar

Anda mungkin juga menyukai