Anda di halaman 1dari 2

Foundational Issues in Christian Education–Robert W.

Pazmiño

Biblical Foundations

Alkitab sebagai kebenaran adalah dasar dalam pelaksanaan pendidikan kristen. Ada begitu
banyak teori pendidikan yang ada dan berpotensi membingungkan sehingga dasar-dasar
alkitabiah akan menjadi pembeda dan dasar yang esensial untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawab sebagai pengajar pendidikan kristen yang baik. Dasar-dasar ini dapat
ditemukan baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Setiap dasar atau prinsip ini
menyediakan petunjuk yang dapat dipelajari oleh pengajar pendidikan kristen untuk
kemudian diformulasikan sebagai metode yang dapat digunakan secara relevan sesuai kondisi
yang dihadapi.

Perjanjian Lama

Perjanjian Lama banyak membahas tentang peran dan elemen-elemen penting dalam
penyampaian kehendak Tuhan kepada manusia. Dalam kitab Ulangan, ada empat komponen
penting yang bisa dipelajari (ethos, pathos, logos dan doxology). Ketiga konsep ini masih
relevan hingga sekarang dan bahkan dikembangkan ke dalam bentuk-bentuk yang lebih
kontemporer, misalnya penggunaan pathos untuk mempengaruhi emosional masyarakat
Amerika dalam pidato legendaris I Have a Dream oleh Martin Luther King Jr.

Pendidikan kristen dalam Perjanjian Lama adalah mengenai mengajar orang percaya untuk
beriman kepada Tuhan dengan segenap hati. Pengajaran berorientasi kepada meneruskan
perintah Tuhan dan kemudian mengajar orang percaya untuk taat dan percaya sepenuh hati
pada kehendak Tuhan. Hal ini dianggap hanya menjadi tugas orang tua, namun sesungguhnya
adalah tujuan dari segala bentuk pendidikan. Tuhan sebagai sumber kebenaran kemudian
menjadi guru maha guru, para pengajar di masa itu kemudian melakukan tanggung jawab
dengan tekun dan tidak terbatas waktu dan tempat. Pendidikan kristen bukan sesuatu yang
terjadi begitu saja, namun sesuatu yang diniatkan. Ini berarti ada perencanaan dan
pelaksanaan, ada afirmasi dan koreksi yang kemudian mewujudkan pendidikan kristen yang
efektif, pemberitaan firman Tuhan, hidup kekal atau binasa, berkat atau kutuk. Dengan
menelaah Perjanjian Lama akan ada banyak sekali nilai dan prinsip yang bisa diadopsi, begitu
juga peran dan metode yang relevan untuk digunakan dalam praktik pendidikan kristen
sehari-hari.

Perjanjian Baru

Ajaran kristen yang diajarkan oleh Yesus dan para murid merupakan pemenuhan akan nubuat
yang sudah ada jauh sebelumnya. Meski demikian, hal-hal tersebut dianggap sesuatu yang
sama sekali baru bagi masyarakat pada masa itu. Agak berbeda dengan masa Perjanjian Lama
di mana tantangan pendidikan kristen adalah menjaga tradisi, di masa Perjanjian Baru, resiko
dalam melaksanakan pendidikan kristen bisa sampai mendatangkan kematian. Tantangan ini
diatasi dengan mendorong jemaat mula-mula untuk menelaah firman dan pengajaran Yesus
dengan lebih tekun dan cermat, hal ini kemudian menciptakan jemaat yang juga adalah
pengajar. Visi pelayanan murid-murid pada masa itu adalah dimuridkan untuk memuridkan,
semua murid mengajar orang lain untuk juga menjadi murid yang taat pada Tuhan. Tantangan
baru kemudian lahir dan bahkan terus berlangsung sampai masa kini, yaitu menjaga agar
pengajaran yang diberikan dalam pemuridan adalah pengajaran yang sama dengan yang
diajarkan Yesus pertama kali. Di sini kemudian dibutuhkan ketelitian dan ketekunan untuk
terus melaksanakan pendidikan kristen yang sesuai dengan kebenaran. Orang kristen sebagai
satu tubuh juga harus saling terus mengingatkan akan visi dan misi pelayanan kristen, begitu
juga dengan saling berbagi memori tentang sejarah perkembangan kekristenan.

Di masa Perjanjian Lama, pengajaran cenderung dilakukan satu arah. Para nabi bertugas
menyampaikan firman Tuhan kepada umat. Di masa perjanjian lama, Yesus merevolusi
pengajaran dengan melakukan diskusi, menerima pertanyaan, mengoreksi dan
mengklarifikasi, menjadi teladan, dan meminta respon. Keterlibatan para murid dalam
pengajaran menimbulkan implikasi bahwa tidak hanya pikiran yang terlibat tapi juga
perasaan. Yesus mengajar dengan otoritas, mengetahui bahwa dia memperkatakan kebenaran,
dia juga melatih para murid untuk berpikir. Yesus mengajar secara oral, sesuatu yang jarang
waktu itu. Ini menginspirasi pengajar di masa sekarang untuk lebih kreatif.

Tokoh penting dalam pendidikan kristen di perjanjian baru adalah Paulus. Paulus menjadi
berbeda saat itu karena sebagai orang yang terkenal terpelajar, dia mau merendahkan hati dan
kemudian tunduk pada hikmat dari roh kudus. Teladan Paulus adalah pengakuannya terhadap
keilahian Yesus Kristus dan penyerahan diri yang total dalam iman terhadap kehendak Tuhan,
dia juga menyadari bahwa mengajar adalah hadiah spiritual yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup gereja sebagai tubuh Kristus. Kesadaran seperti ini akan sangat
meningkatkan kualitas seorang pendidik kristen.

Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru walaupun terikat dengan konteks waktu pada masanya
tetap memiliki nilai dan prinsip masing-masing yang bisa ditelaah dan dijalin sedemikian
rupa untuk bisa digunakan pada masa sekarang sesuai kondisi yang dibutuhkan. Di saat
bersamaan pendidik kristen juga harus meneladani karakter Kristus sebagai teladan dan juga
maha guru. Hal terpenting adalah mengingat bahwa pendidikan kristen mutlak harus
berdasarkan Alkitab sebagai sumber kebenaran dan menyadari bahwa pendidikan kristen
adalah suatu pekerjaan pekabaran injil keselamatan yang harus dikerjakan hari ke hari dengan
sepenuh hati dan penuh hikmat.

Anda mungkin juga menyukai