Anda di halaman 1dari 5

Nama/NIM : Mudita/010621

Prodi : PAK
Tugas : Teologi Misi dan Kontekstual
Dosen : David Eko Setiawan, M.Th

Korelasi Injil dengan Kebudayaan

Pendahuluan

Hubungan antara Injil dan kebudayaan yaitu pemberita Injil dapat memahami dan
mengerti kebudayaan dan pemikiran atau suatu kepercyaan masyarakat setempat, kemudian
menemukan metode yang tepat untuk melakukan pekabaran Injil. Kebudayaan adalah suatu
tindakan dan karya yang dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam
pengertian ini kemudian berkembang dalam arti culture yaitu sebagai kegiatan atau segala
daya manusia untuk mengolah dan mengubah lingkungan alam. Pekabaran Injil adalah
menyampaikan kabar gembira yaitu kabar baik tentang pribadi Yesus yang turun ke dunia,
mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia. Kebudayaan dapat disebut sebagai hasil
kegiatan budidaya manusia yang mengatur segala hal yang berhubungan dengan keberadaan
manusia itu sendiri. Kebudayaan meliputi segala hasil dari pemikirian dan karya serta suatu
perasaan bangsa atau golongan dalam masyarakat. Setiap kebudayaan memiliki ciri-ciri yang
berbeda-beda, cara-cara kehidupan masyarakat juga di dasari oleh nilai-nilai dan nomra-
norma dalam kehidupan dari suatu agama. Hubungan antara agama dan kebudayaan sangat
erat, keduanya saling memperngaruhi satu sama lain. Kebudayaan dibentuk dan diubah oleh
agama dan agama juga dibatasi oleh ruang lingkup dari kebudayaan yang ada di masyarakat.

Tujuan Allah di dalam Kristus bukan hanya memberikan keselamatan kepada orang-
orang Yahudi, melainkan memberikan keselamatan untuk semua orang. Dalam pertumbuhan
Gereja itu menimbulkan persoalan mengenai hubungan antara kebudayaan dan Injil. Di
dalam Injil Kristus dibatasi oleh kebudayaan dan agama Yahudi. Kita tidak boleh
menimbulkan kesulitan bagi mereka dari bangsa-bangsa yang berbalik kepada Allah (Kis.
15:29). Rasul Paulus dalam mengabarkan Injil sukses, disebabkan oleh kemampuan untuk
memberitakan Injil ke dalam kebudayaan, ia mampu menghubungkan Injil dan kebudayaab
yang ditujunya. Rasul Paulus mengenal kebudayaan orang-orang yang dikabari Injil tersebut.
Dalam agama mengajarkan bagi umatnya untuk bertemu dengan Allah, agama muncul dari
suatu kelompok budaya yang memiliki kepercayaan kepada Tuhan. Tuhan yang menciptakan
kebudayaan, kebudayaan digunakan untuk memuliakan Tuhan.1 Ada perbedaan setiap
kebudayaan. Gereja juga terlibat dalam hubungan kebudayaan dan Injil bagi masyarakat.

Kepercayaan atau agama mempengaruhi jalan pikiran seseorang yang akan


mempengaruhi tindakan-tindakan seseorang. Gereja-gereja berkembang dari tindakan yaitu
melakukan pengabaran Injil yang dilakukan oleh para misionaris yang dibatasi dalam
lingkungannya. Ada hubungan antara Kristus dan kebudayaan yaitu Yesus datang ke dunia
untuk mengatasi segala permasalahan. Pertumbuhan gereja menimbulkan permasalahan
antara kebudayaan dengan Injil. Orang-orang Kristen ada perbedaan latar belakang dalam
kebudayaan mereka masing-masing.

Dalam Injil ada kebudayaan, untuk memberitakan Injil perlu kita memahami
kebudayaan yang akan kita sampaikan berita kabar baik itu, supaya masyarakat atau orang
yang mendengar dapat memahaminya. Sebagai kabar baik yang diberikan Allah kepada umat
manusia, yaitu bahwa di dalam Yesus Firman Allah menyelamatkan manusia. Kabar baik
memiliki tujuan untuk memberikan informasi bagi kehidupan manusia berdasarkan kasih
Allah agar kehidupan manusia tercipta damai sejahtera dan ada keselamatan. Pemberitaan
Injil hanya ada dalam orang Kristen untuk melakukan “penanaman gereja”. Dalam
pemberitaan Injil bukan hanya sekedar “mengkristenkan” orang lain, pemberitaan Injil ini ini
bertujuan agar melalui iman kepada Yesus kita dapat mengalami perubahan dalam
kehidupan, hal ini disebut dengan transformasi.

Pemberitaan Injil tidak hanya berada dalam lingkup mentransformasi nilai-nilai,


namun ini usaha untuk dapat mencapai gereja dalam proses pertumbuhan. Gereja perlu
memperhatikan lingkungan yang ada disekitar, gereja juga menjadi comtoh bagi masyarakat.
Dalam gereja juga perlu kerjasama untuk memberitakan kabar baik ditengah lingkungan
masyarakat agar gereja juga menjadi teladan bagi lingkungan tersebut. Perlu memahami
kebudayaan khususnya budaya kita sendiri, jadi ketika sudah paham budaya maka ketika
memberikan kabar baik melalui budaya yang kita pahami, maka ketika kita menyampaikan
Injil orang dapat memahami dan mengerti mengenai Injil yang disampaikan oleh para
misionaris.

1
Juanda Yulianus, “Kebudayaan Bagi Pekabaran Injil” 4, no. 1 (2022): 78–87.
Pembahasan

Sementara ahli kebudayaan memandang kebudayaan sebagai suatu strategi (van


Peursen, 1976: 10). Salah satu strategi yaitu memperlakukan kata/istilah kebudayaan bukan
sebagai “kata benda” melainkan “kata kerja”. Kebudayaan terutama dihubungkan dengan
kegiatan manusia (van Peursen, 1976: 11) yaitu menciptakan, memikirkan, dan bekerja.
Dalam kebudayaan dapat dipahami dari hasil proses rasa, karsa dan cipta manusia.
Kebudayaan adalah tugas manusia untuk mengerjakan, menciptakan, melakukan kebudayaan
tersebut dengan diturunkan ke dunia sebagai utusan Allah untuk mengelola dunia dan
seisinya.2

Memberitakan Injil ini adalah tugas kita sebagai orang Kristen, setiap pribadi yang
sudah diselamatkan oleh Yesus memiliki tugas untuk memberitakan Injil, baik secara internal
maupun eksternal. Paulus dalam suratnya kepada jemaat Korintus menyatakan bahwa:
“Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak memiliki alasan untuk memegahkan diri
sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil”. Dalam
Matius 28:19-20 dikatakan bahwa Tuhan telah meberikan perintah kepada pengikut-Nya
untuk memberitakan Injil. Rasul Paulus menjelaskan ada dua arti Injil, yaitu Injil adalah
kabar baik yang menjelaskan bahwa kekuatan Ilahi ada dalam Injil. Kekuatan tersebut dapat
mengubah dunia melalui kedatangan Yesus Kristus. Keselamatan tidak dibatasi, melainkan
untuk orang mendapatkan anugerah Allah, baik orang Yahudi maupun orang Yunani.
Keselamatan ada lawan dari hukuman atau murka Allah (Roma 1:18).

Manusia mempunyai keterkaitan dan kesatuan dalam lingkungan hidup. Manusia


diciptakan menurut gambar Allah yang diberikan untuk menguasai dan menaklukkan bumi
dan segala isinya.3 Injil perlu diberitakan kepada semua manusia agar orang dapat mendengar
dan menerima Injil dan percaya akan Tuhan dan mereka juga percaya ada keselamatan dalam
kehidupan mereka.

Tuhan menegaskan bahwa kesaksian Injil berlaku bagi seluruh bangsa dan akan
berkembang mulai dari Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi. Realitas
sosial budaya dalam suatu masyarakat mempengaruhi kesaksian Injil sampai ke ujung bumi.
Dalam pemberitaan Injil hanya dapat diterima apabila penyampaian dilakukan dengan

2
Nurdien Harry Kistanto, “Tentang Konsep Kebudayaan,” Sabda : Jurnal Kajian Kebudayaan 10, no. 2
(2017): 1–11, https://doi.org/10.14710/sabda.v10i2.13248.
3
Ibelala Gea, “Beritakan Injil Kepada Segala Makhluk,” BIA’: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen
Kontekstual 1, no. 1 (2018): 56–69, https://doi.org/10.34307/b.v1i1.19.
memperhatikan realitas sosial budaya oleh penerima Injil. Komunikasi Injil dan realitas sosial
budaya dalam masyarakat harus ada hubungan timbal balik yang berjalan bersama-sama dan
saling mempengaruhi, baik Injil yang akan mempengaruhi realitas sosial budaya penerima
Injil, maupun realitas sosial budaya penerima Injil yang akan mempengaruhi komunikasi
Injil. Dalam sejarah dan perkembangan kekristenan di dunia, aspek budaya telah menjadi alat
untuk berkomunikasi mengenai Injil keselamatan (Jong- Kuk, 1996:2). Komunikasi Injil
secara lintas budaya dan pendekatannya kontekstual harus mendapat tekanan yang penting.

Kaitan antara budaya dan penginjilan yang kontekstual sangat erat. Pemberita Injil
memiliki konteks budata tersendiri, seorang pribadi yang dilahir dan dibesarkan di
lingkungan kebudayaan tertentu yang berbeda dengan kebudayaan penerima maupun konteks
dari teks berita Injil yang akan disampaikan. Penerima Injil juga memiliki konteks budaya
sendiri. Seorang pemberita Injil dapat mengumpulkan informasi mengenai kepercayaan, adat
dan kebiasaan pada masyarakat yang merupakan hubungan dalam komunikasi Injil secara
kontekstual terhadap masyarakat yang akan dilayani. Menurut Tomatala (2017:70), upaya
pendekatan Injil kontekstual bertujuan supaya Injil dapat masuk dalam inti budaya atau
realitas dari suatu kelompok masyarakat. 4 Pendekatan penginjilan kontekstual berkaitan
dengan Injil terhadap nilai-nilai kelompok masyarakat penerima Injil. Mengahpus juga aspek-
aspek dari praktek budaya dari masyarakat penerima Injil. Mengembangkan milai-nilai
budaya dalam masyarakat melalui Injil yang diberitakan kepada masyarakat tersebut, supaya
masyarakat dapat menerima dan memahami Injil yang disampaikan.

Penginjilan yang kontekstual harus mampu memberitakan Injil yang bersumber pada
Alktitab dan dapat menyentuh masyarakat penerima Injil. Seorang utusan Injil juga tidak
sepenuhnya menerima budaya masyarakat, namun mampu untuk memilih. Yesus
menyelamatkan melalui pekabaran Injil yang kontekstual dengan cara melalui kebudayaan
yang ada di masyarakat tersebut.

Kesimpulan

Injil dan kebudayaan memiliki hubungan karena dalam memberitakan kabar baik ke
semua orang dapat dilakukan atau dilaksanakan melalui kebudayaan yang ada di masyarakat
tersebut, sehingga masyarakat dapat menerima Injil yang disampaikan. Komunikasi sangat
penting, maka dalam melakukan penginjilan kita perlu memahami atau mengerti terlebih
4
Marde Christian Stenly Mawikere and Sudiria Hura, “Paradigma Teologi Injili Mengenai
Pendayagunaan Matra-Matra Budaya Dalam Pekabaran Injil Kontekstual,” Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 8,
no. July (2022): 59–60.
dahulu budaya yang akan kita sampaikan Injil tersebut, supaya penerima Injil dapat
memahami.

Sebagai orang Kristen kita dapat memberitakan Injil kepada orang-orang yang ada di
masyarakat, dengan memberitakan Injil kita perlu mengenal pribadi Tuhan, kita juga
menjelaskan mengenai keselamatan yang Tuhan berikan kepada kita, yaitu dengan karya
penebusan Tuhan rela disalib untuk menyelamatkan dan menebus dosa manusia.

Daftar Pustaka

Gea, Ibelala. “Beritakan Injil Kepada Segala Makhluk.” BIA’: Jurnal Teologi Dan
Pendidikan Kristen Kontekstual 1, no. 1 (2018): 56–69.
https://doi.org/10.34307/b.v1i1.19.

Kistanto, Nurdien Harry. “Tentang Konsep Kebudayaan.” Sabda : Jurnal Kajian


Kebudayaan 10, no. 2 (2017): 1–11. https://doi.org/10.14710/sabda.v10i2.13248.

Mawikere, Marde Christian Stenly, and Sudiria Hura. “Paradigma Teologi Injili Mengenai
Pendayagunaan Matra-Matra Budaya Dalam Pekabaran Injil Kontekstual.” Jurnal
Ilmiah Wahana Pendidikan 8, no. July (2022): 59–60.

Yulianus, Juanda. “Kebudayaan Bagi Pekabaran Injil” 4, no. 1 (2022): 78–87.

Anda mungkin juga menyukai