BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Topik bahasan ini sangatlah besar dan memiliki area yang sangat luas, serta
tidak mungkin bisa diselesaikan dalam waktu yang singkat ini. Ini bukan sekedar
berbicara tentang bagaimana relasi antara Kristus dan kebudayaan saja, melainkan ini
juga berbicara tentang pemahaman suatu definisi kebudayaan. Untuk menemukan
Tujuan dalam penguasaan yang baik dalam memahami atau pengembalaan yang
tertuju dalam kontekstualisasi yang akan menemukan tujuan penting dalam kedua
mandat tersebut untuk memebawa kita memahami sesungguhnya tugas kita sebagai
Kristen yang baik dalam memahami tugas besar tersebut aupaya tidak terjadi
penyimpangan yang besar Oleh sebab itu, penulis memandang perlu membahas isu
iman Kristen dan kebudayaan.Rumusan masalah dalam mandat Penginjilan tersebut
adalah bagaimana pandangan iman Kristen tentang kebudayaandan juga seimbang
dalam mandat Penginjilan?Tujuan penelitian ini adalah memaparkan pandangan iman
Kristen tentang kebudayaan.dan juga mandat Penginjilan.
BAB II
PEMBAHASAN DAN
KAJIAN TEORI
Dalam sub Bab ini kita akan lebih memperluas pengertian masing masing dalam
pembahasan yang akan memperjelas untuk memahami penggembalaan yang kita lakukan
dengan kontekstualisasi dimasa kini supaya mandate budaya dengan mandate Penginjilan
tersebut mendapat keseimbangan yang harus kita perjelas dalam kontekstualisasi dalam
menemukan sifat sifat iman Kristen tersebut.
A.Prinsip Kosmologis (Mandat Budaya)
Allah menciptakan alam semesta, bumi dan segala isinya agar manusia terpelihara
hidupnya. Allah memberikan mandat budaya (Kej. 1:28) kepada manusia untuk memenuhi
bumi dan menaklukkan bumi. Itu berarti bahwa manusia diberi tanggung jawab untuk
mengelola segala potensi alam agar berguna bagi keberlangsungan hidupnya. Mandat Budaya
itu diberikan sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, sehingga berlaku secara universal.
Namun setelah kejatuhan manusia dalam dosa, mandat budaya itu tidak pernah dibatalkan
oleh Allah. Bahkan Allah mengulanginya beberapa kali. Artinya, semua manusia, meskipun
berdosa dan apa pun etnis serta agamanya, tetap memiliki tanggung jawab untuk
melaksanakan mandat budaya tersebut. Memang ketika manusia jatuh ke dalam dosa, seluruh
aspek budaya nya dipengaruhi dosa, sehingga mereka melaksanakan mandat budaya tersebut
dalam konteks keberdosaanya. Karena itu mereka tidak mampu melaksanakan mandat
budaya sebagaimana yang Allah kehendaki seperti semula. Tanggung jawab bersama
terhadap alam sebagai tempat tinggal bersama inilah yang mengharuskan semua manusia
membangun relasi dengan sesamanya demi terwujudnya mandat budaya dari Allah.
KESIMPULAN
5
Ibid., 379; David W. Hall and Marvin Padgett, Calvin Dan Kebudayaan (Surabaya: Momentum, 2017), 77–79.
Penulis menyimpulkan bahwa pembahasan tersebut diatas haruslah sejalan denga
napa yang tuhan inginkan dalam maksut dan tujuan untuk memuliakan Allah dalam proyek
penggembalaan ini dan juga menemukan apa yang harusnya ALKITAB cakup dalam bidang
kehidupan setiap insang di dunia, karna kedua proyek tersebut tidak akan terpidah dari
proyek kerja kita dalam pengembalaan yang inginkan oleh sang pencipta Alam semesta untuk
melanjutkan misi dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan juga manusia mampu
mengenal Allah dalam sifatnya melalui sifat penggembalaan yang kita lakukan didunia ini
sehingga kita mamapu mengenal Allah yang maha Kuasa tersebut.