Anda di halaman 1dari 5

Pemanfaatan Kebudayaan Yang Sesuai Dengan Iman Kristen

Kesaksian yang ada pada Alkitab dengan perihal yang terkait tentang kehadiran kekristenan
di tengah kebudayaan manusia. Tanpa disadari bahwa kebudayaan sudah mengakar pada
kehidupan kita, tergantung latar belakang kita, tempat kita berkembang, bagaimana kita
dibesarkan dan banyak lainnya dan mengenal prinsip gereja terhadap politik. Maka dari itu
adanya kebudayaan yang berkaitan dengan kehidupan beragama harus disingkronkan agar
terwujud keselarasan dan keseimbangan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat,
diantaranya kebudayaan yang berkaitan dengan Iman Kristus sesuai dengan hukum kasih
dalam Alkitab adalah

 Pandangan Hidup

Pandangan hidup yang dimaksud disini adalah seperti melihat keyakinan yang dimiliki
seseorang dalam agamanya pasti akan memberikan pengaruh pada pandangan hidupnya
sesuai dengan sejarah agama kristen. Sikap, tujuan, dan sistem nilai yang terjadi pda
kehidupan seseorang akan dipengaruhi oleh pandangan hidupnya. Kenyataan ini yang
menjadi tantangan yang cukup memberatkan untuk memberitakan Injil. Hal ini disebabkan
oleh tidak mungkinnya manusia untuk meninggalkan pandangan hidupnya ang sudah
bertahun-tahun sudah menjadi landasaran pemikiran dan sudah dihayati. Maka dari itu
kedatangan Injil yang dianggap sebagai ancaman serius dalam hidupnya. Kesulitan yang
terjadi ini hanya dapat ditebus oleh kuasa Roh Kudus yang hanya sanggup memulihkan
pandangan hidup yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan iman yang dianugerahkan kepada
Allah dalam Yesus Kristus dan menjadi tujuan hidup orang kristen. Apabila tidak diterapkan
dalam kondisir seperti ini akan terlihat bahwa manusia akan selalu ada kecendrungan untuk
inkulturisasi.

 Pola Hidup

Pola hidup manusia merupakan suatu hal yang dipengaruhi oleh kebudayaan dimana dia
hidup. Hal ini akan dilakuakan dengan cara keturunan turun-temurun sehingga akan lahirnya
adat-istiadat. Pada umumnya adat-istiadat ini dijiwai dan akan berhubungan erat dengan
agama yang akan dianut oleh masyarakatnya. Dalam hal pola hidup pun juga merupakan
keadaan yang merupakan suatu hambatan untuk melakukan pelayanan Injil. Karena memang
Injil dianggap sebagai ancaman yang dapat merubah pola hidup yang telah dimiliki oleh
manusia selama hidupnya. Dengan adanya kecendurngan untuk memadukan adanya adat dan
Injil seharusnya dapat diperhatikan dalam setiap pelayanan teruntuk mereka-mereka yang
baru saja bertobat mengajarkan tentang manfaat berdoa bagi orang kristen.

Kebudayan dapat menjadi upaya untuk memisahkan manusia dari sesamanya dan manusia
dari Allahnya maka dengan ini sebaliknya adalah Injil yang akan mempersatukan kembali
umatnya dngan Allah dan sesamanya (Ef 2:13-18 ). Seperti yang diketahui bahwa Injil
bukanlah salah satu hasil dari kebudayaan. Injil akan memulihkan manusia yang telah jatuh
ke dalam dosa, maka dari itu Injil harus inkernasi dalam keadaan manusia. Hal ini juga
ditunjukan pada bentuk-bentuk sejarah yang berupa tempat, yaitu

 Antiokhia

Antiokhia merupakan kota yang menjadi pusat perdagangan yang berisi dnegan hiasan dan
bangunan yang megah yang merupakan prestasi manusia modern dengan adanya kuil-kuil
untuk pemujaan dewa. Pada titik inilah untuk pertama kalinya pengikut Kristus dapat disebut
dengan sebutan orang Kristen, karena diantara 5000.000 jiwa penduduk di kota tersebut yang
didiami oleh umat kafir, sekelompok kecil umat Kristiani menunjukan identitasnya sebagai
manusia yang telah diperbaharui oleh Kristus (Kis 11:26).

 Korintus
Korintus merupakan sebuah kota yang menjadi pusat kegiatan perdagangan dan sekaligus
kota yang menjadi pusat pemuasan hawa nafsu seks. Dengan adanya Injil, lebih banyak orang
percaya dan mengkuduskan kehidupannya dalam Kristus Yesus. Pada kenyataannya
kebudayaan orang Korintus ini memang menjadi salah satu faktor yang menghambat
terjadinya pertumbuhan iman jemaat.

 Athena

Athena merupakan tempat yang tidak asing untuk diketahui, Athena merupakan kota dan
pusat untuk kaum terpelajar yang memiliki penuh dengan berhala.

Pada suatu saat Injil diberitakan untuk mendapat tantangan dari kaum intelektualnya. Tetapi
pada faktanya yang terjadi adalah Injil malah melampaui akal budi manusia yang dapat
dibuktikan dengan lahirnya jemaat di Athena

 Efensus

Efensus juga merupakan kota yang terkenal dengan segala pemujaan kepada Dewi Atemis
sehingga kehadiran Injil pada Efensus merupakan suatu ancaman yang besar bagi
perkembangan kebudayaan yang dapat dirasakan oleh agama mereka. (Kis 19, 25, 27).
Namun berlawanan dengan Athena, Efensus lebih menolak Injil dengan kekerasan tetapi
tanpa diduga hasil dari penginjilan di efensus lebih besar daripada penginjilan yang terjadi di
Athena.
HUBUNGAN IMAN KRISTEN & KEBUDAYAAN

Dalam menghadapi kebudayaan dengan berbagai kecenderungannya, kita patut


memperhatikan bagaimana hubungan dan sikap iman Kristen menghadapi kebudayaan. Ada 5
macam sikap umat Kristen terhadap kebudayaan yang sama diungkapkan oleh Jan Verkuyl
dalam bukunya ‘Etika Kristen dan Kebudayaan’ dan Richard Niebuhrdalam bukunya ‘Christ
and Culture’, yaitu sikap:

Antagonistis atau Oposisi

Sikap antagonistik (oposisi, menentang, menolak) terhadap kebudayaan ialah sikap yang
melihat pertentangan yang tidak terdamaikan antara agama Kristen dan kebudayaan dan
sebagai akibatnya menolak dan menyingkiri kebudayaan dalam semua ungkapannya. Gereja
dan umat beriman sebagai individu memang kerapkali harus berkata tidak atau menolak
terhadap ungkapan kebudayaan tertentu, yakni kebudayaan yang: (1) menghina Tuhan; (2)
menyembah berhala; dan (3) yang merusak kemanusiaan. Namun, itu tidak berarti bahwa
semua aspek kebudayaan perlu ditentang;

Akomodasi atau Persetujuan

Sebaliknya dari sikap antagonistis, adalah yang mengakomodasikan, menyetujui atau


menyesuaikan diri dengan kebudayaan yang ada. Dengan demikian maka agama Kristen
dikorbankan untuk kepentingan kebudayaan yang ada demi suatu sinkretisme. Salah satu
sikap demikian ditujukan untuk membawa orang kepada suatu cara berfikir, cara hidup dan
berkomunikasi atau berhubungan dengan orang lain sedemikian rupa hingga seolah-olah
‘semua agama sama saja’ dan di dalam pergaulan hidup disingkirilah unsur agama Kristen
yang sekiranya dapat menimbulkan keengganan golongan lain serta menyesuaikan diri
dengan keadaan disekelilingnya;
Dominasi atau Sintesa

Ada juga sikap dominasi gereja terhadap kebudayaan seperti yang dengan jelas terlihat dalam
gereja yang mendasari ajarannya dengan teologi Thomas Aquinas yang menganggap bahwa
sekalipun kejatuhan manusia dalam dosa telah membuat citra ilahinya merosot, pada
dasarnya manusia tidak jatuh total, melainkan masih memiliki kehendak bebas yang mandiri.
Itulah sebabnya dalam menghadapi kebudayaan kafir sekalipun, umat bisa melakukan
akomodasi secara penuh dan menjadikan kebudayaan kafir itu menjadi bagian iman, namun
kebudayaan itu disempurnakan dan disucikan oleh sakramen yang menjadi alat anugerah
ilahi;

Dualisme atau Pengkutuban

Yang dimaksudkan dengan sikap dualistis/pengkutuban (mendua) terhadap kebudayaan ialah


pendirian yang hendak memisahkan iman dari kebudayaan. Pada satu pihak terdapatlah
dalam kehidupan kaum beriman kepercayaan kepada pekerjaan Allah dalam Tuhan Yesus
Kristus, namun manusia tetap berdiri di dalam kebudayaan kafir dan hidup di dalamnya.
Peran penebusan Tuhan Yesus yang mengubah hati manusia berdosa dan mengubahnya
menjadi kehidupan dalam iman tidak ada artinya dalam menghadapi kebudayaan. Manusia
beriman hidup dalam kedua suasana atau lapangan baik agama maupun kebudayaan secara
bersama-sama;

Pengudusan atau Pentobatan

Sikap pengkudusan tidak menolak (antagonistis) namun juga tidak menerima (akomodasi),
tetapi dengan sikap keyakinan yang teguh bahwa kejatuhan manusia dalam dosa tidak
menghilangkan kasih Allah atas manusia melainkan menawarkan pengampunan dan
kesembuhan bagi manusia untuk bertobat, memulai suatu kehidupan yang lebih baik dengan
mengalami transformasi kehidupan etika dan moral sesuai kehendak Allah. Manusia dapat
menerima hasil kebudayaan selama hasil-hasil itu memuliakan Allah, tidak menyembah
berhala, mengasihi sesama dan kemanusiaan. Sebaliknya bila kebudayaan itu memenuhi
salah satu atau ketiga sikap budaya yang salah itu, umat beriman harus menggunakan firman
Tuhan untuk mengkuduskan kebudayaan itu sehingga terjadi trasformasi budaya kearah
‘memuliakan Allah’, ‘tidak menyembah berhala’ dan mengasihi manusia dan kemanusiaan.

Anda mungkin juga menyukai