Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MERINGKAS BUKU

JUDUL BUKU:
RASUL PAULUS SANG MISIONARIS
(Perjalanan, strategi, dan metode misi Rasul Paulus)
Karangan: Eckhard J. Schnabel

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SYARAT KELULUSAN MATA KULIAH


TEOLOGI PENGINJILAN DAN PEMURIDAN
DOSEN PENGAMPU: PDT DR. BAMBANG SRIYANTO, M.TH
PRODI: S3 DOKTORAL

DI SUSUN
OLEH:
NAMA: YEFTA YAN MANGOLI
NIM: 2019.5.104

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BERITA HIDUP

KARANGANYAR SOLO

2020
Pengertian Misi
Secara umum, Istilah misi atau misi-misi megacu pada aktivitas komunitas umat
beriman yang membedakan dirinya dari lingkungan dalam lingkup keyakinan agama
(teologi) dan tingkah laku sosial (etika), yang diyakini tentang klaim kebenaran
imannya, dan yang bekerja aktif untuk memenangkan orang lain pada isi iman dan
cara hidup yang diyakini oleh anggota komunitas dari kebenaran dan keperluan
orang itu. Jadi dapat dipahami bahwa misi dan misi-misi merupakan suatu aktivitas
yang dilakukan secara aktif oleh orang beriman yang diyakini sebagai suatu
kebenaran iman untuk memenagkan orang lain menjadi anggota komunitas dari
suatu kebenaran. Dalam melakukan pekerjaan misi, ada tiga faktor yang harus
diperhatikan. Pertama, Tujuan dan gerakan. Adapun tujuan dan gerakan misi
merupakan suatu kesatuan yang berasal dari otoritas yang mengirim utusan dan
pesan kepada orang lain atau tempat lain. Dua faktor ini muncul dari misi Tuhan
Yesus ketika Allah mengutus Yesus Kristus ke dalam dunia untuk menjangkau dan
menerangi dunia yang gelap. Injil Yohanes 1:1-14 menyatakan dengan jelas bahwa
Yesus yang adalah Firman beringkarnasi dari dunia Allah ke dalam dunia manusia
dengan maksud dan tujuan untuk memberi pencerahan kepada manusia,
memampukan manusia menjadi anggota keluarga Allah, dan memberikan kasih
karunia dan kebenaran Allah. Menurut Injil Lukas bahwa Yesus menggambarkan
misinya didepan umum ketika disinagoga di Nazaret. Aspek sentral pemahaman
Yesus tentang diri-Nya sendiri berkaitan dengan kutipan teks Perjanjian Lama yang
menjelaskan pelayanan Hamba Tuhan (Lukas 4:18-19), dari kutipan ayat tersebut,
Tuhan Yesus menyimpulkan bahwa Ia diutus oleh Tuhan Allah untuk menyampaikan
kabar baik tentang kerajaan Allah dari satu tempat ke tempat lain. Rasul Paulus
menjelaskan misi Yesus dengan dua istilah “gerakan” dari Allah ke dalam dunia dan
dengan istilah tujuan misi Yesus yang dicatat dalam Galatia 4:4,5. Bahkan Rasul
Paulus sendiri menjelaskan misinya dengan istilah “gerakan” diutus kepada bangsa-
bangsa lain dengan tujuan memberitakan Yesus Kristus (Galatia 1:1,15-16). Kedua,
Sifat Pekerjaan Misi digereja Mula-mula. Kata kerja latin mittere berkaitan dengan
kata kerja Yunani opostellein, yang muncul 136 kali dalam Perjanjian Baru (muncul
97 kali dalam injil, digunakan baik saat Yesus diutus oleh Allah maupun saat dua
belas Rasul diutus oleh Yesus). Dua belas murid dipanggil Yesus untuk menjadi
pelanjala manusia dan diutus untuk memberitakan kabar baik tentang kerajaan Allah
serta untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan bahkan setelah
kebangkitan Yesus, mereka diutus untuk pergi menjadikan semua bangsa murid
(Mat 28:19; Kis 1:8). Demikian juga Paulus dipanggil oleh Tuhan Yesus untuk
memberitakan injil di antara orang-orang non-Yahudi (Gal 1:15-16; Rom 1:5; Kis
9:15; 26:16-28). Jadi dapat dipahami bahwa sifat pekerjaan misi gereja mula-mula
diawali oleh dua belas murid yang dipanggil untuk memberitakan kabar baik tentang
kerajaan Allah. Pemberitaan mereka diteguhkan melalui kuasa mijizat yang ditandai
dengan kuasa kesembuhan dan pengusiran setan untuk membawa jiwa-jiwa
menjadi murid. Ketiga, Tiga jawatan realita pekerjaan misi rasul-rasul pada di gereja
mula-mula berdasarkan realitas yakni. 1. Para misionaris memberitakan kabar baik
tentang Yesus mesias dan juru selamat kepada orang-orang yang belum mendengar
atau menerima kabar ini. 2. Para misionaris mengenalkan cara hidup baru yang
menggantikan norma sosial dan polah tingkah kalu masyarakat tempat orang yang
baru percaya dan bertobat. 3. Para misionaris menyatukan orang baru percaya
kedalam komunitas baru. Para petobat baru menjadi murid sebagai pengikut Kristus
yang menghubungkan semua orang percaya sebagai anak-anak Allah dalam
sebuah komunitas tempat dimana mereka menyembah Allah dalam dan melalui
Yesus Kristus. Para murid belajar dari Allah dan Yesus Kristus dengan mempelajari
kitab suci Israel dan perkataan Yesus. Jadi dapat dipahami bahwa para misionaris
menjalani hubungan dengan orang-orang yang belum percaya sambil memberitakan
kabar baik tentang Yesus Sang Mesias dan Juruselamat, menuntun orang kepada
Yesus Kristus, dan menyatukan orang yang baru percaya kedalam komunitas lokal
pengikut Yesus Kristus.
Definisi Strategi dan Metode.
Oxford english Dictionary mendfinisikan strategi sebagai seni panglima tertinggi
dalam lingkup seni memproyeksikan dan mengarahkan gerakan militer dan
operasional kampanye yang lebih besar, yang biasanya dibedakan dari taktik.
Secara umum staregi adalah rencana untuk tindakan yang tepat berdasarkan
rasionalitas dan interdependensi gerakan pengikut yang menentang. Sedangkan
metode didefinisikan sebagai prosedur untuk mencapai tujuan atau secara umum
didefinisikan sebagai cara untuk melakukan apa pun, terutama sesuai rencana yang
ditentukan. Jadi dapat dipahami bahwa strategi dan metode merupakan suatu cara
yang dilaukan untuk mencapai sutu tujuan yang telah ditetapkan.
Tugas Dan Tujuan Misi
1. Paulus tahu bahwa dirinya dipanggil untuk memberikan pesan Yesus Kristus.
Dalam 1 Korintus 2:2, ia menjelaskan bahwa sebagai misionaris perintis, ia
memfokuskan khotbahnya pada “Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.”
2. Paulus tahu bahwa dirinya secara khsus dipanggil untuk memberitakan Injil
Yesus Kristus kepada bangsa-bangsa lain, yaitu penganut Politeisme yang
menyembah ilah-ilah lain.
3. Tujuan Paulus adalah menjangkau sebanyak mungkin orang. Ia ingin
memberitakan “baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang tidak
terpelajar” (Roma 1:14). Ia memberitakan kabar baik tentang Yesus Kristus
dari Yerusalem sampai ke Ilirikum (Roma 15:19). Perjalanannya secara
geografis menggambarkan setengah lingkaran atas dari Yerusalem melalui
Siria, Asia Kecil, Eropa, dan Roma ke Spanyol.
4. Paulus berusaha menuntun setiap orang untuk percaya kepada satu Allah
yang benar dan kepada Yesus Kristus, Sang Mesias, Juruselamat dan Tuhan.
Berarti orang Yahudi harus mengakui bahwa Yesus, pengkhotbah dari
Nazaret yang disalibkan, sungguh-sungguh adalah Mesias yang dijanjikan.
Harus mengakui juga bahwa kematian-Nya merupakan jawaban puncak Allah
terhadap masalah dosa manusia yang tidak bisa diselesaikan dengan tuntas
melalui perjanjian antara Allah dan abraham atau hukum Taurat Musa. Dan
juga harus mengakui bahwa Dia dibangkitkan dari antara orang mati sebagai
pembuktian misi dan khotbah-Nya.
5. Paulus mendirikan gereja-gereja baru, komunitas para pengikut Yesus Kristus
baik orang Yahudi maupun non-Yahudi laki-laki maupun perempuan, orang
merdeka maupun budak dan mengajar orang yang baru percaya tentang
firman Allah, ajaran Yesus, dan pentingnya Injil untuk kehidupan sehari-hari.
Memperkenalkan doktrin Kristen yang sehat, menekankan evaluasi untuk
ajaran di gereja-gereja lokal berdasarkan kebenaran Injil (Gal. 1:6-9) dan
ajaran para rasul (1 Kor. 15:1-5).
Pekerjaan Misi Rasul Paulus
Menggambarkan misi Paulus dengan istilah tiga “perjalanan” yaitu “perjalanan misi
pertama” mencakup pelayanan Paulus di siprus dan Galatia (Kis. 13-14), “perjalanan
misi kedua” membawa Paulus melalui Asia Kecil ke Eropa, tempat ia berkhotbah di
Provinsi Makedonia dan Akhaya (Kis. 15:36-18:22), dan “perjalanan misi ketiga”
membahas perjalanan Paulus di Efesus, dan puncaknya pada perjalanan ke
Makedonia dan Akhaya (Kis. 18:23-21:16). Penjelasan ini mengamsumsikan bahwa
pelayanan misi Paulus dimulai, terutama pada 45 M ketika ia dan Barnabas
meninggalkan Antiokhia di siria untuk memberitakan Injil di pulau Siprus. Namun hal
ini sangat kecil kemungkinannya. Paulus sendiri menyatakan bahwa ia terlibat dalam
pekerjaan misi di tanah Arab tepat setelah pertobatannya (Gal. 1:16-17; band. 2 Kor.
11:32) sebelum memberitakan Injil di Siria dan Kilikia (Gal. 1:21-24).
Latar Belakang, Pertobatan, Dan Panggilan Rasul Paulus
Rasul Paulus dilahirkan di Tarsus (Kis 21:39; 22:3) kota metropolitan di Kilikia, yang
diperintah oleh gubernur Romawi di Propinsi Siria sepanjang abad ke-1. Paulus
berasal dari keluarga Yahudi (suku benyamin) yang taat beribah dan menjalankan
bagian dari gerakan Farisi (Fil 3:5; Gal 1:14). Dari segi pengetahuan teologis, Rasul
Paulus belajar Taurat dari sudut pandang Farisi di bawah bimbingan Rabi Gamaliel.
Selain itu, ia juga dikenal sebagai penganiaya orang kristen yang ada di Yerusalem
(Kis 8:3), di tempat-tempat lain di seluruh Yudea (Gal 1:22-23) bahkan berencana
untuk menagkap orang-orang kristen yang ada di Damaskus, kota di Siria (Kis 2:2-3;
22:5; 26:12). Adapun alasan Rasul Paulus menganiaya orang kristen karena
pengikut kristus diaggap sangat tercela dan sesat sehingga harus dihentikan.
Namun dalam perjalan dari Yerusalem ke Damsyik, Ibu kota Siria tempat dimana ia
akan menangkap orang yang percaya pada Yesus, ia mengalami perjumpaan
dengan Tuhan Yesus (Kis 9:3; 22:6; 26:13) melalui perjumpaanya dengan Tuhan
Yesus, maka ia bertobat , kemudian ditetapkan dan diutus oleh Tuhan Yesus untuk
memberitakan nama-Nya ke seluruh dunia (Kis 9:15; 22:14-15). Pelayanan Misi
Rasul Paulus dapat dibagi dalam beberapa periade sebagai berikut:
Periode Pertama Misi Paulus
Pekerjaan misi Paulus yang pertama dipusatkan di Damsyik. Didamsyik Paulus
memberitakan injil melaui berkotbah (Kis 9: 619-22), dan memberitakan tentang
Yesus di Sinagoga (Kis 9:20,22). Namun oran Yahudi menentang Rasul Paulus dan
mereka berhasil mendapatkan dukungan dari Wali Negeri Raja Aretas untuk
menangkap Paulus (2 Kor 11:32). Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan paulus
merupakan ancaman bagi mereka karena banyak orang yang bertobat dan percaya
kepada Yesus. Sekalipun Paulus maupun Lukas tidak pernah menyodorka data
statistik tentang jumlah total orang yang percaya pada waktu itu.
Periode Ke Dua Misi Paulus
Rasul Paulus melanjutkan pekerjaan misinya, pergi ke Arabia untuk memberitakan
injil tentang Yesus Kristus (Gal 1:15-17). Arabia merupakan wilayah selatan Propinsi
Romawi, Siria. Wilayah ini mencakup Moab dan Edom dan membentang dari
pegunungan Haran ke utara sampai ke wilayah timur dan barat teluk Abara.
Kebanyakan penduduk Arabia adalah kaum Nabatean. Orang Yahudi memandang
kaum Nabatean sebagai keturunan Ismael anak Abraham. Penerjemah Septuaginta
mengaitkan kaum Nabatean dengan Nebayot, anak sulung dari 12 anak Ismael. Jadi
Kaum Nabatean Arab merupakan saudara orang Yahudi yang belum mengenal
Allah. Ketika Rasul Paulus pergi ke Arabia, ia tidak memberi alasan secara spesifik
tentang tujuannya pergi ke tanah Arab. Hengel menduga bahwa Paulus
mengunjungi sinogoga ketika tinggal dikota itu selama dua tahun. Rasul Paulus tidak
menyinggung keberhasilan pelayanan di Arabia atau menyampaikan keadaan
pelayanannya secara umum. Namun reaksi pejabat Nabatea yang agresif yang
berusaha menyingkirkan Rasul Paulus menunjukkan bahwa jumlah orang yang
bertobat cukup besar sehingga menimbulkan kerusuhan di berbagai kota yang
menyebabkan campur tangan raja Nabatea.
Periode ke Tiga Misi Paulus
Rasul Paulus kembali ke Yerusalem setelah kurang lebih dua tahun meninggalkan
Yerusalem (Gal 1:18-19; Kis 9:26-30). Adapun tujuan ke Yerusalem ialah berkenalan
dengan Rasul Petrus (Gal 1:18); Kata kerja Yunani historein berarti “mengunjungi
dengan tujuan untuk datang mengenal seseorang”. Lukas mencatat bahwa di
Yerusalem ia berkotbah dalam komunitas orang Kristen (Kis 9:28) dan meberitakan
injil di sinagoga tempat orang Yahudi Helenistik yang berbahasa Yunani (Kis 6:9)
untuk memimpin mereka pada iman kepada Yesus Kristus (Kis 9:29). Pada waktu itu
ada usaha dari orang Yahudi untuk membunuh Rasul Paulus karena kemungkinan
mereka benci kepada Rasul Paulus karena telah bertobat. Namun rencana mereka
gagal karena Rasul Paulus berhasil meloloskan diri.
Periode ke Empat Misi Paulus
Ketika Rasul Paulus meninggalkan Yerusalem, ia menuju Kaisarea ke Tarsus di
Kilikia kota kelahirannya (Kis 9: 30). Ia memberitakan injil di Kilikia dan Siria (Gal
1:21-24). Lukas mencatat bahwa Rasul Paulus “berangkat mengelilingi Siria dan
Kilikia sambil meneguhkan jemaat-jemaat disitu” (Kis 15:41). Hal ini menyiratkan
bahwa Rasul Paulus dan Silas mendirikan gereja-gereja di Kilikia dan Siri, gereja-
gereja di wilayah lain di luar Antiokhia. Rasul Paulus meninggalkan Tarsus ketikan
bertemu dengan Barnabas yang sedang mencari misionaris dengan pengetahuan
teologis yang memadai yang bisa membantu memperluas komunitas kristen di
Antiokhia, ibu kota Siria (Kis 11: 25-26).
Periode ke Lima Misi Paulus
Pekerjaan misi Rasul Paulus berikutnya berkenaan dengan pelayanan misi di
Antiokhia. Di Antiokhia telah didirikan geareja oleh orang percaya Yahudi yang
berbahasa Yunani dari Yerusalem sekitara tahun 31/32 M, setelah penaniayaan di
Yerusalem dan pembunuhan Stefanus. Gereja ini bertumbuh dengan pesat
sehingga mendorong Para Rasul di Yerusalem untuk mengutus Barnabas ke
Antiokhia untuk meneguhkan pekerjaan misi di kota ini (Kis 11:21-24). Kemudian
barnabas mencari rekan pelayanan dan menemukan Rasul Paulus di Tarsus.
Kemudia ia membawa Paulus ke Antiokhia dan bersama-sama melayani di kota ini
selama satu tahun (Kis 11:26). Di Antiokhia banyak orang non Yahudi menjadi
percaya sehingga dikatakan abahwa Gereja Anthiokhia merupakan induk
Kekristenan di antara orang non Yahudi. Dari Antiokhia, Rasul Paulus, Barnabas
dan disertai Yohanes Markus menuju ke Siprus dan beberapa kota di Provinsi
Galatia (Kis 13:2-3). Pelayanan misi Rasul Paulus bersama Barnabas dan Yohanes
Markus merupakan penugasan dari gereja Lokal untuk mengutus mereka sebagai
misionaris ke wilayah yang belum terjangkau. Pelayanan menjangkau wilayah baru
diawali melalui doa dan Puasa sebagai tindakan mencari tuntunan Allah (Kis 13:2)
dan juga tidak lepas dari konsultasi kepada para pimpinan gereja di Yerusalem (Kis
11:27-30; 12:25).
Periode ke Enam Mis Paulus
Bersama Barnabas dan Yohanes Markus, Rasul Paulus pergi dari Antiokhia menuju
kota pelabuhan Seleukia dengan kapal ke Kota Salamis di ujung Timur pulau Siprus.
Lukas mencatat bahwa ada dua kota sebagai fokus pelayanan Rasul Paulus pada
misi ini (Kis 13:4-12). Rasul Paulus memberitakan injil di Salamis (Kis 13:5) dan
mereka menjelajahi seluruh pulau itu (Kis 13:6) Lukas mencatat bahwa di daerah
inilah kemungkinan di Pafos mereka bertemu dengan Elimas tukang sihir. Di tempat
ini pula seorang Gubernus yakni Segius Paulus mengundang Paulus dan Barnabas
untuk menyampaikan berita mereka dan berita yang di sampaikan oleh mereka
sangat memukau Sergius Paulus yang takjub oleh ajaran Tuhan dan menuntunnya
pada iman kepada Yesus Kristus (Kis 13:12). Ditempat ini, Rasul Paulus dan Lukas
tidak memberikan informasi tentang keberhasilan pelayanan misi. Namun dalam Kis
14:21,23 menceritakan bahwa Paulus dan Barnabas mengunjugi gereja-gereja di
Listra, Ikonium, dan Antiokhia dalam perjalanan kembali ke Siria. Hal ini menunjukan
bahwa sesungguhnya ada sejumlah orang yang telah betobat di kota-kota ini.
Periode ke Tuju Misi Paulus
Pada bagian ini Paulus bersama Barnabas meninggalkan Pafos dan menuju
Antiokhia di Pisidia. Kemungkinan Alsan mereka berpindah atas dasar saran Sergius
Paulus untuk menjangkau saudara-saudaranya yang berada di Galatia untuk
mendengarkan injil. Paulus dan barnabas tiba di Antiokhia mungkin pada musim
panas sekitar tahun f46 M. Ditempat ini Paulus dan Barnabas memberitakan injil
melalaui pelayanan khotbah di sinagoga dan banyak orang yang tertarik dengan
penyampaian mereka tentang Yesus sebagai mesias. Tampaknya banyak orang
mulai bertobat pada iman kepada Yesus Kristus. Namun ada perlawanan dari orang-
orang Yahudi yang dihadapi oleh meraka (Kis 13: 45). Sekalipun demikian,
kesuksesan pelayanan misi di Antiokhia terhadap orang non Yahudi sangat pesat
(Kis 13:48-49). Bangsa-bangsa lain data pada iman kepada Yesus Kristus sampai
ke beberapa desa dia di wilayah kota Antiokhia. Di daerah ini Rasul Paulus
melakukan pelayanan misi dengan cara berkhotbah dan berdiskusi kepada pejabat
Sinagoga, orang-orang Yahudi pada hari sabat di sinagoga, kaum proselit yang
saleh, kelompok-kelompok yang takut akan Allah, kelompok-kelompok perempuan,
dan pembesar-pembesar kota.
Setelah pulang melakukan pelayan misi dari kota-kota di bagian selatan Galatia,
Paulus peri mengunjungi gereja-gereja yang telah didirikan di bagian barat. Paulus
pergi bersama Silas untuk meneguhkan jemaat (Kis 15: 41) sebelum menuju Derbe
dan Listra dan mungkin juga Ikonium dan Antiokhia di Pisidia (Kis 16:1-5). Tujuan
melakukan misi ini ilaha menjangkau Asia (Kis 16:6). Rasul Paulus dengan
penglihatan (Kis 16:9-10) Menyebrang Laut Aegea menuju Eropa dan tiba di
Neopolis kota pelabuhan Makedonia. Dari san ia meberitakan Injil di tiga kota di
Propinsi Makedonia: Filipi, Tesalonika dan Berea. Di daerah ini Rasul Paulus
berhasil dalam pemberitaan Injil sehingga beberapa gereja didirikan.
Periode ke delapan Misi Paulus
Tujuan Paulus adalah untuk menjangkau provinsi asia (Kis 16:6) dan beberapa
pilihan terbentang di hadapanya ketika ia sampai dianthiokia di pisidia. Dan
kemungkinan besar Paulus memberitakan injil di beberapa kota yaitu antara lain:
Makedona, Filipi, Tesalonika, dan Berea.
Periode kesembilan misi Paulus: Asia
Efesusu merupakan tempat kunjungan utama yang paling singkat ke efesus pada
akhir musim panas 51 M, selama perjalanannya dari korintus keyerusalem, ada
beberapa tempat yang dikunjungi oleh Paulus dalam kunjungan dan salah satunya
ialah mengunjungi Sinagoga untuk berkhotbah
Periode kesepuluh misi Paulus: Ilirkum
Paulus tentu saja tidak mengacu pada wilayah makedonia,yang dipandang sebagai
wilayah Ilrikum dalam pengertian etnis , seperti dikatakan dalam Roma 15:24-28
tentang provinsi romawi ( spanyol, makedonia, akhaya) Istilah ilrikum memiliki
makna politik , dan kenapa Paulus pergi ke ilrikum ? dan menjadi jawabanya,
ternyata dia pergi untuk membiasakan diri dengan wilayah yang memakai bahasa
latin sebagai persiapan rencan penginjilanya ke spanyol.
Periode kesebelas misi Paulus: kaiserea
Pada wakti itu ketika Paulus sudah kembali dari Yerusalem dan ia ditangkap, dan
dipindahakan ke sebuah kota yang bernama kaisarea, dan ia menghabiskan waktu
selama dua tahun sebagain tahanan gubernur Romawi disana. Kemudia gubernur
festus ini memerintahkan kepalapasukan yang bertanggung jawab atas
pemenjaraan Paulus untuk memberikan sedikit kebebasan kepadanya (Kis 24:23)
sehingga Paulus mendapat kesempatan untuk berbicara didepan gubernur Romawi,
Porsius Festus, di depan Raja Agripaa 1 dan istrinya, Bernike,dan golongan elite
aristocrat KAISERA serta para pejabat militer tingkat tinggi (Kis 25:23), tampaknya
ini merupakan moment paling dramatis dalam pidato misi Paulus.
Periode ke duabelas misi Paulus: Roma.
Jadi setelah Paulus dipindahakan dari kaisarea ke Roma, (Kis 27:1-28 ;16.) Ia
menghabiskan waktu selam dua tahun , 60-62 SM sebagai tahanan kaisar
menunggu pengadilanya .ia mendapat pejabat yang melaporkan kepada –prafectus
praetorri yang adalah seorang pemimpin prajurit untuk tinggal dirumah sewaan –
pribad Paulus menyataakan dalam suratnya kepada jemaat difilipi, yang ditulis
selama ia dipenjara di Roma, bahwa injil telah dikenal diseluruh praetorium atau
istana.
Periode ke tigabelas misi Paulus: Spanyol
Paulus kemungkinan dilepasakan dari penjara Roma pada 62 M, hal ini
memampukannya untuk terlibat dalam pekerjaan misi mungkin di spanyol. Paulus
merencanakan misi ke spanyol paling tidak sejak musim dingin, 56/57 M, ketika ia
menulis dari korintus kepada jemaat dikota Roma. Spanyol bisa dengan muda
dicapai dari Roma, dengan kondisi pelayaran yang baik, kapal hanya membutuhkan
waktu tujuh hari untuk menempuh jarak antara ostia, pelabuhan di Roma, dan
Spanyol. Dan perjalanan darat juga tidak ada halngan karena ada jaringan jalan
romawi yang sudah berkembang di wilayah ini. Jika Paulus sungguh-sungguh
sampai di spanyol , traco,ibukota provinsi Hispania citerior di pantai utara Spanyol,
akan menjadi target alamiah untuk pekerjaan misinya.
Periode keempatbelas misi Paulus : Kreta
Ada beberapa gereja Kristen di beberapa kota di kreta saat surat kepada Titus ditulis
namun tidak jelas siapa yang mendirikan gereja tersebut . Ada kemungkinan
beberapa diantara peziarah ini mulai beriman akibat pemberitaan injil petrus tentang
Yesus Mesias selam pentakosta, jika demikian kasusnya injil bisa jadi dibawa ke
kreta oleh orang percaya yahudi ini sejak 30 M.
Tugas Misi Menurut Surat Paulus
Rasul Paulus menulis surat-suratnya kepada gereja yang didirikan atau oleh orang
lain. Ia menulis sebagai teolog yang membantu gereja-gereja lokal untuk memahami
Injil secara lebih lengkap dan lebih konsisten. Ia juga menulis sebagai missionaris
yang terlibat aktif dalam pemberitaan Injil kepada orang Yahudi dan non Yahudi.
Rasul paulus dipanggil Allah menjadi Rasul untuk memberitakan kabar baik tentang
Yesus Kristus yang terkait erat dengan pekerjaan misinya. Melalui surat-suratnya
kita kan memperhatikan beberapa prinsip utama mengenai tugas misi yang ia
sampaikan kepada orang percaya di Asia kecil, Yunani, dan Roma.
1. Surat Kepada Jemaat di Galatia
Rasul Paulus menggambarkan pertobatan dan panggilannya untuk melakukan
pelayanan misi secara lebih luas dalam Galatia 1:1. Dalam hal ini, Rasul Paulus
menyampaikan bahwa dirinya melakukan pelayanan misi bukan karena utusan para
Rasul di Yerusalem melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah Bapa (Gal. 1:15-16).
Selain itu, Rasul Paulus menggambarkan Allah kepadanya sama seperti 2 Nabi
besar (Yesaya dan Yeremia) “Yes. 49:5-6; Yer. 1:5” dalam Perjanjian Lama yang di
pilih untuk menjadi juru bicara Allah dan ditugaskan untuk membertakan firman Allah
keselamatan kepada bangsa-bangsa. Dalam pelayanan misinya Paulus
menyampaikan bahwa hanya iman kepada yesus Kristuslah yang memberikan
kebenaran, pengampunan, keselamatan, dan pengangkatan kita sebagai anak
dalam keluarga Allah dan Roh Kudus. Inilah pesan yang berfokus kepada Yesus
Mesias yang disalibkan (Gal. 3:1). Iman kepad Yesus Kristus adalah satu-satunya
prasyarat untuk mendapatkan rekonsilliasi dari Allah yang dalam kasih karunia dan
kemurahanNya mengampuni dosa orang berdosa secara Cuma-Cuma, baik orang
Yahudi maupun non Yahudi.
2. Surat Kepada Jemaat di Makedonia: Tesalonika dan Filipi
Dalam surat kepada jemaat Tesalonika Rasul Paulus menyampaikan keyakinannya
tentang tugas misi yang dilakukan (1 Tes. 1:4-10). Selain itu, Rasul Paulus juga
menyampaikan tentang pentingnya kontak awal yang ia jalani dengan penduduk di
sebuah kota baru. Istialah Pintu Masuk (Yunani, eisodos 1 Tes. 1:9) mengacu pada
sikap Paulus selama kunjungan pertamanya di kota itu. Ada beberapa penekanan
misi yang disampaikan oleh Paulus di Tesalonika: Khotbah Paulus berfokus pada
Allah yaitu pada satu Allah Yahudi yang sejati. Tujuan misinya ialah menggerakkan
orang non Yahudi untuk meninggalkan berhala mereka dan menyembah satu Allah
yang benar. Paulus menyampaikan kabar baik tentang Yesus Kristus yang hidup
dan menderita yang mati dan yang dibangkitkan dari kematian untuk
menyelamatkan umat manusia. Paulus memberitakan Yesus sebagi pribadi historis
sekaligus anak Allah. Dalam hal ini, Paulus berpendapat bahwa Yesus memiliki
status dan perkenanan khusus dari Allah bahkan memiliki atribut dan peran yang
sama dengan Allah, memiliki kemuliaan yang sama denganNya dan yang paling
penting layak menerima pemujaan formal dalam sidang Kristen sama dengan Allah.
Memberitakan Yesus sebagai Juruslamat yang membebaskan kita dari hukuman
Allah yang akan datang. Menjelaskan pentingnya pertobatan kepada pendengar non
Yahudi yang terdiri dari orang yang berpaling dari ilah yang sia-sia dan berbalik
kepada Allah yang sejati dan hidup. Menyampaikan tujuan pertobatan para
penyembah berhala adalah beriman kepada Allah (1 Tes. 1:8). Iman kepada Allah
yang sejati adalah iman dalam Yesus Kristus sebagai Juruslamat. Dari semua
penyampaian ini, ia menekankan bahwa fokusnya bukan pada dirinya melainkan
pada Allah yang telah mempercayakan dirinya menyampaikan pesan atau kabar
baik.
3. Surat Kepada Jemaat di Akalya: di Korintus
Dalam 1 Kor. 3:5-15, Paulus memberikan penjelasan yang lebih luas tentang
pemahamannya mengenai pekerjaan misi. Sebagai pelayan misi Paulus
mengungkapkan keyakinannya tentang pekerjaan misi sebagai berikut: Paulus
memahami dirinya sebagai hamba (diakonos 1 Kor. 3:51). Allah adalah Tuhan
(kyrios atas pekerjaan misi dan pekerjaan gereja “1 Kor. 3:5”) Dia adalah atasan
yang mengarahkan pekerjaan asisten yang melayaninya, para missionaris dan
pengkhotbah, dan yang mengaruniakan setiap talenta yang berbeda. Ikatan yang
mempersatukan pengkhotbah, guru, dengan Tuhan dalam pelayanan Gereja (1 Kor.
3:8). Paulus memahami dirinya sebagai missionaris perintis, yang dipanggil Allah
untuk menanam dan meletakkan dasar yaitu mendirikan jemaat-jemaat baru (1 Kor.
3:6, 10). Kesuksesan dalam pelayanan selalu berasal dari Allah semata. Hal ini
berlaku baik untuk missionaris maupun para guru dalam gereja lokal dan hanya
Allah yang memberikan pertumbuhan 1 Kor. 3:6-7. Jemaat yang didirikan bukan
milik pelayan melainkan jemaat Allah atau bangunan Allah 1 Kor. 3:9. Seluruh
pelayan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjannya sendiri
(1 Kor. 3:8) Allah sendiri adalah tuan dari missionaris dan para guru. Paulus
menyampaikan tugas khusus yang diterima dari Allah yaitu merintis dan mendirikan
jemaat (1 Kor. 3:10). Fondasi yang diletakkan Rasul Paulus sendiri adalah Yesus
Kristus sendiri 1 Kor. 3:11. Yesus Kristus yang disalibkan dan bangkit adalah isi
pemberitaan misi sebagai dasar pemberitaan misi. Pengkhotbah dan guru
bertanggungjawab untuk membangun di atas fondasi Yesus Kristus yang telah
dirintis oleh para missionaris. Selain itu, Rasul Paulus juga menyampaikan unsur
dasar pekerjaan misi dan praktiknya: Sang missionaris memperhatikan
pendengarnya dengan serius. Missionaris adalah seorang hamba yang sama
dengan pendengarnya. Prinsip ini harus dimiliki oleh missionaris untuk menjangkau
mereka. Pelayan misi tidak memandang status sosial atau latar belakang etnis
namun harus menyadari bahwa semua orang membutuhkan tentang kabar
keselamatan. Pelayanan misi memiliki tujuan untuk memenangkan sebanyak
mungkin orang (1 Kor. 9:19)
3. Surat Jemaat di Roma
Surat Paulus di kota Roma dapat dibaca sebagai dokumen misi karena Paulus
mempersiapkan dirinya dan jemaat di Roma untuk pekerjaan misi di Spayol yang ia
rencanakan. Berikut penekanan yang disampaikan oleh Rasul Paulus:
Menyampaikan lingkup internasional dan universal pelayanan misinya (Roma
15:19,24,28). Mengarahkan orang Kristen di kota Roma untuk memahami surat
teologisnya dan terlibat dalam pekerjaan misinya. Pekerjaan misi Paulus dan Gereja
berfokus pada pemberitaan keselamatan Allah dalam diri Yesus yang disalibkan dan
bangkit, yang adalah Mesias (Roma 3:21-23). Paulus menyampaikan bahwa
pekerjaan misi dan penginjilan menjadi efektif apabila kasih Allah diwujudkan
ditengah-tengah gereja dan dalam kehidupan setiap orang percaya (Roma 12:1-
15;29).
4. Surat Kepada Jemaat di Asia: Kolose dan efesus
Melalui suratnya kepada jemaat di Asia Paulus menjelaskan aspek sentral berikut
tentang pekerjaan misinya: Paulus menyampaikan bahwa penderitaan yang dialami
sebagai Rasul Yesus Kristus telah terlebih dahulu diteladankan oleh Tuhan Yesus
selama menjalankan misinya. Penderitaan merupakan akibat pekerjaan misi dan tak
terhindarkan. Itu berarti sengsara mesianik menjadi realitas sejarah dalam
penderitaan Kristus sang Mesias dan berlanjut dalam pekerjaan misi Paulus. Paulus
menyebut dirinya sebagai pelayan Injil yang ditetapkan oleh Allah untuk
memberitakan firman Allah diantara orang-orang non Yahudi dengan kuasa Roh
Kudus supaya orang menerima pesan Tuhan Yesus Kristus dan datang pada iman
yang menyelamatkan. Paulus menjelaskan proses pemberitaan firman Allah dengan
menggunakan kata kerja “memberitakan, memperingatkan, menasehatkan mereka
mengenai keyakinan dari sikap yang salah.” Kegiatan misi adalah pekerjaan yang
berat dan seringkali melibatkan pergumulan (Kol. 1:29). Hal ini menunjukkan bahwa
pekerjaan misi menuntut perhatian dan seluruh energi oleh karena itu pelayan misi
harus bersandar pada kuasa Roh Kudus. Sedangkan melalui suratnya kepada
jemaat yang ada di Efesus, Paulus menjelaskan panggilan misi dan khotbahnya
sebagai bagian integral dari rencana keselamatan Allah untuk umat manusia.
Keselamatan adalah kasih karunia dari Allah secara Cuma-Cuma (Efesus 3:2,7,8).
Paulus menerima tugas atau penata layanan merupakan kasih karunia dari Allah
untuk mengutus Paulus memberitakan penebusan Allah ditengah orang-orang yang
menyembah ilah-ilah lain. Paulus menyampaikan bahwa orang percaya sejati siap
melakukan gerakan maju terus untuk melakukan pemberitaan Injil dengan
berlandaskan kerelaan untuk menyampaikan firman Allah ditengah-tengah dunia
yang dikuasai oleh si jahat sehingga orang yang dibebaskan dari kendali Iblis dan
mendapatkan keselamatan.
5. Surat Kepada Rekan Sekerja: Timotius dan Titus
Rasul Paulus memberi pengarahan kepada Timotius untuk memastikan bahwa sikap
orang percaya di gereja-gereja Asia kecil mendukung penyebaran Injil. Ia juga
mendorong Timotius untuk mengarahkan orang-orang Kristen memusatkan
perhatian kepada hal-hal yang berguna untuk memajukan pekerjaan Allah (1 Tim.
1:4). Melalui suratnya kepada Timotius mengingatkan tanggungjawab untuk gereja-
gereja di Efesus dan kota-kota lain di provinsi Asia. Bahkan Rasul Paulus
menghimbau semua pemimpin gereja di Asia kecil untuk terlibat dalam pekerjaan
misi. Sedangkan melalui suratnya kepada Titus, Rasul Paulus menghimbau
perempuan maupun budak-budak yang telah menjadi orang percaya untuk
mempraktikkan realitas Injil dalam kehidupan mereka sehari-hari.
6. Rasul Paulus Sebagai Missionaris, Pendeta dan Teolog
Pemahaman Rasul Paulus tentang dirinya sendiri sebagai Rasul Yesus Kristus,
Pendeta dan Teolog adalah sebagai berikut: Allah adalah Kurios, Tuhan atas semua
pekerjaan misi (1 Kor. 3:5). Allah memberikan tugas khusus dan karunia rohani
khusus kepada setiap Rasul missionaris, Pendeta, dan Guru. Kesuksesan dalam
pekerjaan misi semata-mata hanya karena kuasa dan anugrah Allah, karena hanya
Dia yang memberikan pertumbuhan (1 Kor. 3:6-7). Oleh karena itu, Rasul paulus
bergantung terus-menerus pada kuasa Yesus Kristus. Sedangkan efektivitas dalam
pekerjaan misi dan pastoral tidak bergantung pada orang atau program, atau pada
teknik rektorika atau metode yang terperinci. Kesuksesan apapun dalam pelayanan
misi adalah buah karya Allah. Sehingga Yesus Kristus yang disalibkan dan bangkit
dari kematian adalah isi khotbah misi sekaligus menjadi fondasi pendirian gereja
serta pertumbuhannya. Missionaris adalah pelayan yang hidupnya dipersembahkan
sepenuhnya untuk melayani Tuhan mereka. Kelemahan dan penderitaan missionaris
yang dipakai oleh Allah untuk memberitakan Injil dan mendirikan gereja-gereja
menunjukkan bahwa kesuksesan dan pertumbuhan pekerjaan misi semata-mata
adalah hasil kuasa Allah, dalam kebenaran firman Allah, dan kuasa Roh Kudus ( 2
Kor. 4:7-15; Kol. 1:24). Pemahaman Paulus tentang dirinya sendiri ditentukan oleh
perjumpaannya dengan Yesus Kristus di jalan menuju Damsyik. Ia memahami
dirinya sebagai duta Yesus Kristus yang berbicara sebagai wakil Mesias. (Rm.
15:18; 2 Kor 5:20; 13:3). Paulus mengenal dirinya dipanggil oleh Allah untuk bekerja
sebagai misionaris perintis yang “menanam” gereja, yang meletakkan dasar sebagai
“ahli bangunan”, maksudnya, yang mendirikan komunitas baru orang percaya (1 Kor.
3:6,10; 9:10). Proses sentral pekerjaan misi adalah pemberitaan kabar baik secara
lisan tentang Yesus Sang Mesias dan Juruselamat (Rm. 1014-17;n15:18; 1 Kor.
15:1,2,11; Kol. 1:8). Peraturan dasar pekerjaan misi adalah perhatian terus-menerus
pada pendengarnya: orang Yahudi harus dijangkau dengan Injil sebagai orang
Yahudi, dan orang non-Yahudi harus dijangkau dengan Injil sebagai orang non-
Yahudi (1 Kor. 9:19). Semua orang perlu mendengar Injil: baik kaum elite di kota-
kota Yunani-Romawi maupun orang asing dan barbar, baik yang perpendidikan
tinggi maupun yang tidak berpendidikan (Rm 1:14). Misionaris tunduk pada
pemberitaan Injil. Misionaris bersedia menjadi “segala sesuatu untuk semua orang”
(1 Kor. 9:22) dengan ketentuan bahwa integritas Injil adalah kriteria normatif untuk
kemudahan yang diberikan misionaris (1 Kor. 9:23). Paulus tidak puas dengan
kesuksesan misinya. Ia ingin menjangkau lebih banyak orang di seluruh dunia
dengan Injil (1 Kor. 9:19; Rm. 10:18). Paulus bekerja sama dengan para guru di
gereja-gereja setelah ia pergi untuk melakukan pekerjaan misi di kota lain. paulus
menekankan bahwa kesetiaan setiap misionaris dan guru di gereja kepada Tuhan
meneguhkan kesatuan pelayanan semua orang yang melayani Tuhan. Misionaris
perintis yang “menanam” serta pengkhotbah dan guru yang “menyiram” terlibat
dalam satu pekerjaan yang sama. Mereka bergantung pasa satu Tuhan yang sama.
Paulus yakin bahwa pekerjaan misinya dilakukan pada hari-hari terakhir (Rm. 13:11;
1Tes. 4:13-18) dan pekerjaan ini memiliki eran penting dalam penyataan “rahasia”
Allah tentang rencana keselamatannya (Ef. 3:1-13). Oleh karena itu, hal ini menjadi
saksi bagi karunia penebusan dan transformasi Allah. Para misionaris, pengkhotbah
dan guru yang terlibat dalam usaha membangun gereja bertanggungjawab kepada
Allah atas tindakan dan motivasi mereka. Realitas tanggung jawab ini akan menjadi
nyata dan memiliki dampak pada Hari Penghakiman. Karena Allah adalah Tuhan
atas upaya misi itu sendiri, misionaris bertanggung jawab kepada Allah secara
langsung. Masing-masing akan menerima upahnya “sesuai dengan pekerjaan
sendiri” (1 Kor. 3:8). Karena Allah adalah “majikan” mereka, meeka
bertanggungjawab terutama dan sepenuhnya kepadaNya.
Pesan Misi Rasul Paulus Kepada orang Yahudi dan Non Yahudi
Melalui khotbah misinya di depan orang Yahudi Rasul Paulus menyampaikan
tentang identitas mesianik Yesus Kristus. Pada umumnya orang Yahudi
mempertanyakan apakah Yesus adalah Mesias yang dijanjikan. Pertanyaan ini
dijawab oleh Paulus melalui khotbahnya dengan mengatakan bahwa Allah
mengampuni dosa manusia melalui kematian Yesus Kristus di kayu salib dan bukan
terletak pada aturan-aturan hukum taurat. Sedengkan kepada orang non Yahudi
seperti di Listra, Rasul Paulus mengajar penduduk Listra lima kebenaran tentang
Allah yakni: Pertama, Allah hadir dalam pekerjaan penciptaan yang menjadi saksi
bisu kebaikan-Nya. Kedua, Allah dalam kebaikan-Nya memuaskan kebutuhan orang
yang Dia perhatikan. Ketiga, Allah ingin umat-Nya mengalami sukacita dalam hati
mereka. Keempat, hanya Allah sendiri yang layak disembah karena Dia adalah Allah
yang benar dan sejati. Kelima, Allah tidak menginginkan orang semua umat manusia
meninggalkan berhala kesia-siaan mereka dan berpaling kepada Allah yang hidup
dan yang benar.
Tujuan Misi Rasul Paulus
Adapun tujuan pelayanan mis Rasul Paulus ialah sebagai berikut: Memberitakan Injil
kepada orang Yahudi dan non-Yahudi merupakan tugas utama Rasul Paulus
sebagai pelayan misi (Rom 1:1) untuk memimpin sebanyak mungkin orang
mengalami pertobatan, membangun dan mendirikan komunitas pengikut karistus,
mengajar petobat baru, dan melatih misionaris baru.
Metode Misi Rasul Paulus
Metode misi Rasul Paulus bisa digambarkan sebagai berikut:
1. Ceramah, khotbah didepan umum, dan pembicararaan pribadi.
2. Mendatagi orang-orang yang tinggal di kota-kota besar, kota-kota kecil, dan desa-
desa.
3. Memberitakan Injil di berbagai provinsi Romawi.
4. Pergi ketempat-tempat mereka bersedia mendengar seperti di sinagoga, ruang
kuliah untuk menjangkau orang Yahudi dan ke alun-alun, pasar, kota-kota untuk
menjangkau orang non-Yahudi
5. Menggunakan masalah identitas dan kelompok etnis, budaya dan gender yang
relevan untuk dibahas sebagai jembatan untuk menjangkau segala lapisan
masyarakat untuk mendengar Injil.
6. Mempertimbangkan kebutuhan para pendengar.
7. Memperhatikan hal apa yang membuat pekerjaan misi menjadi sukses dan gagal.
Tugas Misionaris Pada Abad Ke -21
Para misionaris abad ke 21 harus memperhatikan Alkitab sebagai dasar untuk
melaksanakan tugas misi dalam dunia modern-postmodern. Adapun hal-hal yang
harus dilakukan adalah latihan dan persiapan diri yang dapat dilakukan melalui
pendidikan formal dan non-formal supaya terampil dalam melakukan pelayanan misi
dimanapun diutus. Selain itu persiapan pribadi harus meliputi persiapan rohani,
karakter, komitmen, kompetensi, dan pemahaman budaya. Setiap gereja lokal
mempersipkan jemaatnya (membentuk tim) untuk melakukan pelayanan misi.
Adapun isi pemberitaan misi ialah menyampaikan bahwa hanya ada satu Allah yang
hidup dan yang benar (1 Tes 1:9), menyampaikan tentang penghukuman Allah bagi
orang-orang yang terikat dengan hawa nafsu dan tingkah laku yang najis (1 Tes 4:3-
8), orang yang menolak Yesus sebagai Tuhan akan mendapat murkah Allah (1Tes
2:15-16), Penghukuman Allah akan muncul dengan tiba-tiba dan tak terduga (1 Tes
1:10), untuk mendapat keselatan maka semua orang harus menyerahkan diri pada
Allah (1 Tes 5:9), orang yang menerima pemberitaan injil akan diselamatkan (1 Tes
2:14-16), Yesus adalah Allah, Mesias yang dijanjikan untuk menyelatkan manusia
dari hukuman yang akan datang (1 Tes 5:9-10), orang yang percaya Yesus akan
menikmati dunia baru bersama Allah dalam kemuliaan-Nya, dan para pengikut
Yesus dituntut untuk hidup dalam kebenaran, kekudusan, dan pimpinan Roh Kudus.
Untuk menyampikan pesan tersebut di atas, tidak cukup jika seorang pelayan misi
hanya mengandalkan kecerdasan retorika, strategi komunikasi yang canggih,
metode atau teknik penginjilan atau administrasi gereja lainnya namun pelayan misi
perlu kuasa Allah dan pimpinan Roh Kudus yang akan memampukan untuk
melakukan pelayanan misi yang sukses dan bertumbuh.

Pengajaran Pengikut Yesus


Paulus menghabiskan sebagian besar waktunya sebagai misionaris untuk mengajar
petobat baru. Bahkan Rasul Paulus berulang-ulang menyebut para pengajar sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari masing-masing jemaat lokal yang menguraikan
makna kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus, Mesias dan Juruselamat.
Orang kristen berkumpul bersama bukan untuk mendapatkan hiburan, melainkan
untuk mendapatkan petunjuk dan menyembah. Alasan pentingnya pengajaran
berkaitan dengan pekerjaan misi yang memberitakan kabar tentang Yesus dan
karena itu dikaitkan juga dengan pendidikan. Gereja harus memperhatikan
pengajaran dalam segala aktivitasnya seperti pelayanan khotbah, pendidikan
sekolah minggu, persekutuan orang dewasa, kelas katekisasi, kelas baptis, studi
Alkitab tengah minggu, studi Alkitab kelompok kecil, kebaktian komsel-komsel, serta
kesempatan pendidikan lainnya.
Tujuan Dan Pekerjaan Gereja Loka
Adapun tujuan dan pekerjaan gereja lokal ialah mendidik jemaat melalui pengajaran
sebagai tugas dan tanggung jawab pemimpin gereja untuk meperlengkapi orang-
orang percaya bagi pekerjaan pelayanan pembangunan tubuh Kristus (Efesus 4:12-
13), dan memuji memuliakan nama Tuhan melalui pujian nyanyian rohani dan
pelayanan perjamuan Tuhan. Selain itu ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh
gereja atau jemaat Tuhan:
1. Penginjilan dan pekerjaan misi. Gereja memiliki tugas memastikan bahwa orang
yang ada disekitarnya mendengar kabar tentang Yesus.
2. Terlibat secara aktif dalam pendirian gereja dan pertumbuhan gereja
3. Membangun gereja yang diarahkan oleh tujuan sebagai model gereja yang
sehat
4. Membangun komunitas Kristen yang giat mencari jiwa untuk diselamatkan
5. Melakukan pengutusan untuk terlibat dalam pelayanan misi
Tantangan Budaya
Sejak zaman gereja mula-mula, tantangan pekerjaan misi selalu menjadi tantangan
bagi gereja. Ketika para Rasul meberitakan keyakinan mereka bahwa Yesus adalah
Mesias, maka pemimpin politis dan spiritual bagsa Yahudi di Yerusalem membuat
mereka di penjara bahkan berulang-ulang mereka mengalami benturan dengan
orang Yahudi, Yunani, dan terkadang dengan orang Kristen ynag menolak
perubahan. Budaya tradisonal menjadi tantangan bagi para pelayanan misi sampai
saat sekarang ini. Karna menjadi orang Kristen berarti menjadi milik Allah dimana
semua orang percaya hidup dalam budaya baru, gaya hidup yang baru yang
berlandaskan dengan kebenaran Firman Tuhan.
Kuasa Allah
Perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan menjadi sentral perubahan dalam hidup
orang percaya. Melalui pekerjaan kuasa Allah maka orang-orang percaya akan
mengalami perubahan hidup secara total seperti yang dialami oleh para rasul.
Bahkan keberhasilan dalam sebuah pelayanan dapat terjadi ketika ada kuasa Allah
yang hadir di dalamnya. Rasul Paulus menekankan bahwa kuasa Allah semata yang
menginsafkan orang akan dosa, membawa mereka pada pertobatan, dan
menyatukan mereka dam persekutuan tubuh Kristus. Tidak ada metode dan mujizat
yang menjamin kesuksesan khotbah misi selain hanya Allah sendiri dan melalui Roh
Kudus-Nya yang bisa menciptakan kebenaran, kekududsan, dan penebusan. Jadi
penyebab utama kesuksesan dalam pelayanan misi dan kemajuan pekerjaan Tuhan
di gereja lokal ialah terletak pada kehadiran kuasa Allah.

Anda mungkin juga menyukai