Anda di halaman 1dari 2

Nama : Jessel Bastian Supit

Prodi / Sem. : Teologi / 1


BAHASA INDONESIA

“Membangun Devosi dalam Spiritualitas Kristiani yang Benar dan Otentik serta
Korelasinya dengan Pribadi Maria sebagai Pengantara yang Sejati”

1) Latar belakang
Membangun hidup rohani merupakan tindakan iman yang sempurna untuk mencapai
persatuan yang khusus dan mesra dengan Allah. Sebagai suatu keyakinan, umat beriman
berusaha untuk senantiasa mengintegrasikan kehidupan rohaninya ke dalam praktek kebaktian
yang bersifat personal dan khusus. Praktek-praktek tersebut mengenal berbagai macam kebaktian
yang lazim disebut dengan devosi. Devosi atau kebaktian merupakan sikap hati dan perwujudan,
yang mana seseorang mengarahkan diri kepada pribadi atau sesuatu yang dijunjung tinggi dan
dicintai. Umat Katolik mengenal dan menghormati para kudus dalam jumlah yang tak ternilai
banyaknya, termasuk penghormatan atau devosi kepada Maria, Bunda Yesus Kristus. Tanpa
keraguan, hampir seluruh umat Katolik menganggap bahwa devosi kepada Bunda Maria
merupakan suatu bentuk penghormatan atau cinta yang jauh lebih agung, dominan dan populer.

Melihat realitas kehidupan devosi yang berkembang pesat, banyak umat berbondong-
bondong pergi ke tempat peziarahan tertentu seperti ke goa Maria, berdoa Rosario, mengikuti
ibadat Jalan Salib, Adorasi, Kebaktian Rohani Katolik (KRK), Retret Penyembuhan Luka Batin,
dan praktek devosional lainnya. Sepintas bisa diambil suatu pandangan bahwa penghayatan
hidup iman umat sangat baik. Dalam kesempatan lain, penulis juga memperhatikan bahwa
banyak umat bahkan berdoa Rosario saat misa sedang berlangsung, ada yang mengaku tidak ke
gereja karena lebih suka berziarah ke tempat-tempat suci, bahkan yang lebih parah atau radikal
lagi, umat sedemikian percaya bahwa dengan berdevosi mereka bisa dibebaskan dari kutuk,
penyakit, serta mendapat berkat, keberuntungan, dan lain sebagainya. Praktek-praktek
devosional seperti ini justru mengorbankan iman Katolik umat sendiri. Devosi justru tidak
menghasilkan buah-buah iman tetapi, membawa suatu pengertian atau penghayatan yang keliru
dan bersifat mitis.

1
Atas kenyataan ini, penulis mengelaborasi sebuah gagasan, yang kiranya boleh
memberikan pencerahan kepada umat mengenai kehidupan devosi yang sesuai dengan apa yang
dianjurkan oleh Gereja. Maka dari itu, penulis terdorong untuk mengambil suatu karya tulis
dengan judul: “Membangun Devosi dalam Spiritualitas Kristiani yang Benar dan Otentik serta
Korelasinya dengan Pribadi Maria sebagai Pengantara yang Sejati.” Alasan penulis memilih
judul ini didasarkan dengan suatu pandangan bahwa, di zaman modern ini bentuk-bentuk doa
yang beragam telah tersebar di kalangan umat beriman, salah satunya devosi (kebaktian). Maka,
penulis tergerak hati untuk mengangkat tema seputar devosi, juga sosok atau pribadi Maria
sebagai pribadi yang khusus dan istimewa dalam Gereja. Hal ini bertolak dari realitas
perkembangan iman umat di zaman modern ini yang langsung berhubungan dengan praktek
kebaktian kepada Maria yang tengah populer. Sehubungan dengan itu, teori atau metode yang
hendak digunakan oleh penulis sebagai bahan penelitian ialah, metode penelitian kepustakaan.
Artinya, seluruh sumber rujukan teoretis diambil atau didasarkan atas buku-buku yang sesuai
dengan tema dan judul karya tulis yang diangkat. Dengan itu, penulis ingin menjawab segala
kemendesakan yang muncul bahwa, apabila kesenjangan terhadap hidup devosionl umat tidak
mendapatkan suatu jalan tengah, maka umat beriman hanya akan terjerumus dalam bahaya atau
ancaman dalam berdevosi. Konsekuensinya, umat pun akan terus berada dalam arus penghayatan
yang semu dan sia-sia.

Dengan demikian, devosi kepada Maria akan menjadi buah-buah rohani apabila
keseluruhan bentuk-bentuk kebaktian itu dijadikan sebagai sarana iman yang dapat menunjukkan
cinta kasih Allah. Di mana, Allah sendiri merupakan pusat dan sekaligus sumber kepengantaraan
yang sejati segala bentuk praktek devosional yang ada. Oleh karena itu, penulisan karya tulis ini
memuat suatu tujuan yang hendak dicapai, yakni: agar umat beriman dapat mengenal, mengerti
dan memahami cara atau upaya yang benar dalam membangun devosi yang sejati, otentik serta
sesuai dengan ajaran Gereja.

Anda mungkin juga menyukai