C. Refleksi
Jenis-Jenis Devosi
a. Devosi terkait aspek tertentu dari pribadi Allah
Dalam perjalanan sejarah Gereja, muncul sejumlah devosi
kepada aspekaspek tertentu dari pribadi-pribadi Allah,
seperti: devosi Kerahiman Ilahi, devosi kepada Tubuh dan
Darah Kristus, devosi kepada Sakramen Mahakudus, devosi
kepada Darah Mulia Kristus, devosi kepada Hati Kudus
Yesus, devosi kepada Yesus yang bersengsara, devosi
kepada Yesus sebagai Raja, devosi kepada Roh Kudus,
devosi kepada Tritunggal Mahakudus, dan lain-lain
b. Devosi kepada maria
Dalam perjalanan sejarah Gereja juga tumbuh dan
berkembang begitu banyak devosi kepada Maria Bunda
Yesus yang kebanyakan terlukis dalam gelargelar yang
dikenakan kepadanya, seperti: Maria Perawan, Maria
Ratu Rosari, Maria Bunda Allah, Maria Bunda
Penolong Abadi, Maria dengan Hati Tak Bernoda, dan
seterusnya.
Macam-macam devosi kepada Maria Bunda Yesus,
antara lain: Doa Rosario, Doa, Devosi bulan Mei dan
Oktober, Skapulir.
Doa Rosario dan Doa Angelus merupakan Doa Devosi
yang paling populer.
Bulan Mei merupakan puncak musim semi di Eropa, di
mana bunga-bunga dan terutama bunga mawar mekar
indah.
c. Devosi Kepada Santo/a
Sudah sejak awal perkembangan Gereja muncul
penghormatan kepada orang-orang kudus, terutama
kepada para martir. Maka hal itu merupakan kenyataan
gerejawi yang sangat tua, yang berakar dalam Kitab
Suci dan sudah dipraktekkan Gereja sejak Abad II.
Melalui DKUL 211 Tahta Apostolik/Suci memberikan
penjelasan bahwa ajaran dan liturgi Gereja
menampilkan para santo-santa dan para beato-beata,
yang sudah memandang Allah Tritunggal, kepada
kaum beriman karena mereka adalah:
saksi historis panggilan universal kepada
kekudusan,
murid-murid unggul Kristus dan karenanya
menjadi model hidup injili, sebagai model bagi
kaum beriman,
warga Yerusalem surgawi yang tidak henti-
hentinya melambungkan madah kemuliaan dan
belas kasih Allah,
sahabat dan pendoa bagi kaum beriman yang
masih berziarah di dunia,
pelindung GerejaGereja lokal dan pelindung
bangsa-bangsa.
Sasaran akhir dari penghormatan para kudus adalah
kemuliaan Allah dan pengudusan manusia dengan jalan
menyerasikan sepenuhnya hidup mereka dengan
kehendak ilahi dan dengan mengikuti keutamaan para
murid Tuhan yang unggul.
d. Devosi kepada orang yang sudah meninggal
Penghormatan kepada orang yang sudah meninggal
bukan seperti penghormatan kepada orang-orang kudus
yaitu memohon bantuan atau pertolongan, tetapi karena
rasa cinta dan hormat kepada sanak keluarga yang
sudah meninggal, maka anggota keluarga yang masih
hidup terus memohonkan kerahiman Allah.
Tujuannya adalah agar Allah membebaskan mereka
sesegera mungkin dari proses pemurnian di api
penyucian atau purgatorium.
Praktik Devosi
a. Devosi dan Tahun Liturgi
Sejumlah kesalehan umat yang kebanyakan dalam
bentuk devosi dilaksanakan seiring waktu dalam
lingkaran tahun liturgi, karena terkait dengan misteri-
misteri iman yang dirayakan dalam masa-masa liturgi
sepanjang satu lingkaran tahun liturgi.
devosi dipuncakkan dalam Perayaan Ekaristi
dilaksanakan pada hari itu disebut Hari Raya, seperti:
Hari Raya Tritunggal Mahakudus, Hari Raya Tubuh
dan Darah Kristus, Hari Raya Maria Diangkat Ke
Surga, Hari Raya Santa Maria Bunda Allah, Hari Raya
Semua Orang Kudus, Hari Raya Kelahiran Santo
Yohanes Pembaptis, Hari Raya Santo Yusuf, Hari Raya
Petrus dan Paulus, dst.
b. Tempat Ziarah, Ziarah dan Devosi
Dalam perjalanan sejarah Gereja, tumbuh dan
berkembang perjalananperjalanan kunjungan umat
beriman ke tempat-tempat bersejarah dan tempattempat
yang dianggap suci karena dialami oleh umat beriman
sebagai tempat penampakan pihak ilahi (pewahyuan),
Maria Bunda Yesus, atau orang-orang kudus lainnya.
Ada berbagai kegiatan devosional yang dilakukan umat
beriman dalam rangkaian ziarah, seperti: jalan salib,
doa rosario, doa novena, adorasi, Misa, sakramen
rekonsiliasi, sakramen pengurapan orang sakit, dan
lain-lain.
Terkait dengan tempat ziarah DKUL 261 menjelaskan
dengan singkat: “Hubungan antara liturgi dan
kesalehan umat barangkali paling jelas pada tempat-
tempat ziarah.
DKUL 262 menjelaskan: Dari sudut pandangan
teologis, tempat ziarah yang tidak jarang muncul dari
ulah kesalehan umat, adalah tanda kehadiran Tuhan
yang aktif dan menyelamatkan; juga merupakan tempat
persinggahan, di mana Umat Allah, dalam
perjalanannya ke Kota Surgawi (bdk. Ibr. 13:14), dapat
memulihkan kekuatan untuk perjalanan ziarahnya.
DKUL 263 mengutip pernyataan Paus Yohanes Paulus
II tahun 1981: Tempat-tempat ziarah Kristiani dahulu
dan sekarang tetap menjadi tanda kehadiran Allah dan
campur tangan-Nya dalam sejarah. Masing-masing
merupakan kenangan akan inkarnasi dan penebusan.
c. Devosi Populer di kalangan umat
Doa Rosario (DKUL 197 – 202)
Rosario dari bahasa Latin rosarium, artinya
karangan bunga mawar.
doa Rosario merupakan devosi kepada Santa
Perawan Maria, namun doa Rosario sungguh
memiliki ciri kristologis (artinya ada kaitan
kuatnya dengan Kristus) dan membantu umat
beriman untuk merenungkan misteri karya
penyelamatan melalui Yesus Kristus yang lahir
dari Santa Perawan Maria.
Doa Novena (DKUL 155 dan 189)
Novena berasal dari bahasa Latin novem, yang
artinya sembilan.
Novena merupakan doa atau ibadat yang dilakukan
untuk intensi tertentu selama sembilan hari
berturut-turut pada jam tertentu yang sama atau
juga sembilan hari dengan tenggang waktu antara
satu minggu atau satu bulan.
Paus Pius XII mengatakan dalam Ensiklik
Miserentissimus Redemptor tahun 1920 bahwa
kalau orang ingin memperbaiki diri dari dosa-
dosanya dapat berdoa kepada Hati Yesus yang
Mahakudus.
Ibadat Jalan Salib (DKUL 131-135)
Ibadat jalan salib menurut sejarahnya merupakan
kebaktian umat yang muncul berkaitan dengan
kebiasaan umat mengikuti ziarah perjalanan ke
tanah suci, khususnya Yerusalem, bersama
Kelompok Fransiskan sejak Abad XIV.
Ibadat jalan salib merupakan salah satu ibadat
devosional yang sangat membantu umat beriman
untuk merenungkan dan menghayati misteri
sengsara dan wafat Yesus Kristus.
Doa Angelus (DKUL 195-196)
Nama Angelus diambil dari kata pertama Angelus
Domini (Malaikat Tuhan) menunjuk bentuk
tradisional sebuah doa yang biasanya didoakan
umat beriman untuk mengenangkan kembali
peristiwa inkarnasi Sang Sabda, pemberitaan
kelahiran Yesus oleh Malaikat Gabriel kepada
Maria.
Nama devosi ini berasal dari kata pertama dari bait
Angelus Domini nuntiavit Mariae (Maria diberi
kabar oleh Malaikat Tuhan).
Dalam doa Angelus kita mensyukuri Misteri
Agung, yaitu peristiwa Sabda menjadi daging
dalam Rahim Perawan Maria karena kuasa atau
kekuatan Roh Kudus.
Completorium; Bel dibunyikan sebagai tanda
untuk melakukan doa malam
Adorasi Ekaristi (DKUL 164-165)
Kegiatan Devosi atau kebaktian kepada Sakramen
Mahakudus bisa dipandang atau dipahami sebagai
kelanjutan atau perpanjangan dari madah syukur
atas penerimaan diri Kristus dalam komuni.
Paus Benediktus XVI menyebut Adorasi Ekaristi
sebagai perpanjangan dan pedalaman dari segala
sesuatu yang terjadi dalam Perayaan Ekaristi.
Adorasi Ekaristi merupakan konsekuensi alami
dari Perayaan Ekaristi yang merupakan tindakan
adorasi paling agung dan luhur.
Doa Kerahiman Ilahi (DKUL 154)
Doa Kerahiman Ilahi adalah Salah satu doa
devosional yang lagi banyak dihidupi umat
beriman sekarang ini.
Devosi Kerahiman Ilahi muncul sejak penampakan
Yesus kepada Santa Faustina Kowalska 22
Februari 1931.
Doa Kerahiman Ilahi adalah doa Koronka yang
rangkaiannya dimulai pukul tiga sore, pada pada
jam yang ditetapkan sebagai jam Kerahiman Ilahi.
Doa Kerahiman Ilahi merupakan devosi Katolik
Kepada Allah yang berbelas kasih, teristimewa
untuk jiwa-jiwa dari orang-orang yang sudah
meninggal dan masih membutuhkan kerahiman
ilahi.
Doa Novena Kerahiman Ilahi, yaitu doa yang
dilaksanakan selama 9 hari berturut-turut
menjelang Hari Minggu Kerahiman Ilahi (Hari
Minggu Paskah II).
Ziarah (DKUL 279)
Ziarah adalah pengalaman religius universal dan
ungkapan khas kesalehan umat.
Umat beriman juga memahami ziarah sebagai
ungkapan iman akan makna Gereja sebagai
peziarah (kaum musafir) yang sedang berjalan
menuju ke tanah air surgawi.
Pengenangan Orang yang Sudah Meninggal
Penghormatan kepada orang yang sudah
meninggal bukan seperti penghormatan kepada
orang-orang kudus yaitu memohon bantuan
pertolongan, tetapi karena rasa cinta dan hormat
kepada sanak keluarga yang sudah meninggal,
maka anggota keluarga yang masih hidup terus
memohonkan kerahiman Allah untuk
membebaskan mereka sesegera mungkin dari
pemurnian di api penyucian atau purgatorium.
Dalam praksisnya, keluarga dari yang
meninggal, biasanya selain melaksanakan
kegiatan ibadat, kadang juga menyelenggarakan
“perjamuan” untuk meneguhkan rasa
kekeluargaan dalam berbagi duka dan dalam
menopang perjalanan orang yang sudah
meninggal menuju ke hadapan Allah.
Kata devosi kurang lazim untuk penghormatan
orang meninggal, tetapi yang lazim adalah
pengenangan atau peringatan arwah.