Anda di halaman 1dari 4

1.

Tuliskan 3 konsep dan deskripsikan yang sauadar temukan dalam bahan

ajar KB 3!

2. Bagaimana anda menghubungkan konsep yang ditemukan itu dengan

realitas kehidupan social?.

3. Refleksikan konsep tersebut dalam praktek mengajar anda sebagai guru

agama dan katekis!

1. Konsep dan deskripsinya

Konsep-konsep yang terdapat dalam modul PPG Ajaran Gereja adalah sebagai berikut:

1. Devosi

Devosi adalah ungkapan kesalehan umat yang mengungkapkan kepasrahan, dedikasi, kemauan, dan
kesiapsediaan untuk mengungkapkan semua yang dimiliki demi pelayanan Allah. Devosi mencakup
beragam simbol ragawi dan simbol lainnya, seperti mencium atau menyentuh patung/gambar,
tempat kudus, relikui, dan barang-barang kudus lainnya; ziarah dan prosesi; berjalan dengan
telanjang kaki atau berjalan dengan berlutut; berlutut atau meniarap; mengenakan medali dan
lencana. Devosi juga memiliki teks dan rumusan-rumusan doa yang hendaknya diilhami oleh Kitab
Suci, Liturgi Kudus, Ajaran Gereja serta selaras dengan iman Gereja.

2. Kesalehan Umat

Kesalehan umat adalah realitas yang hidup dalam Gereja dan dari Gereja. Sumbernya adalah
kehadiran lestari Roh Allah dalam komunitas gerejawi; acuannya adalah misteri Kristus, Juru Selamat
kita; tujuannya adalah pemuliaan Allah dan penyelamatan manusia. Kesalehan umat memiliki
kepekaan terhadap yang kudus dan yang transenden, mengungkapkan kehausan yang tulus akan
Allah, dan kepekaan yang mendalam terhadap sifat-sifat Allah, seperti kebapaan, penyelenggaraan,
kehadiran lestari dan penuh kasih, dan kerahiman.

3. Devosi kepada Santo-Santa dan Beato-Beata

Devosi kepada Santo-Santa dan Beato-Beata merupakan penghormatan kepada orang-orang kudus,
terutama kepada para martir. Gereja mengimani bahwa orang-orang kudus menjadi alat yang
berguna di tangan Allah untuk memberikan perlindungan bagi umat-Nya orang per orang dan/atau
dalam komunitas atau kelompok-kelompok. Ajaran dan liturgi Gereja menampilkan para santo-santa
dan para beato-beata, yang sudah memandang Allah Tritunggal, kepada kaum beriman karena
mereka adalah saksi historis panggilan universal kepada kekudusan, murid-murid unggul Kristus
dan karenanya menjadi model hidup injili, sebagai model bagi kaum beriman, warga Yerusalem
surgawi yang tidak henti-hentinya melambungkan madah kemuliaan dan belas kasih Allah, sahabat
dan pendoa bagi kaum beriman yang masih berziarah di dunia, dan pelindung Gereja-Gereja lokal
dan pelindung bangsa-bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa Gereja menghormati dan mengakui
peran orang-orang kudus sebagai teladan dan pelindung bagi umat-Nya. Ajaran dan liturgi Gereja
menampilkan para orang kudus sebagai model hidup injili dan sebagai sahabat dan pendoa bagi
kaum beriman yang masih berziarah di dunia. Melalui devosi kepada orang-orang kudus, umat
beriman dapat memperoleh perlindungan dan bantuan dalam kehidupan rohani mereka.

2. Konsep dan Hubungannya dengan Realitas Sosial

Devosi, kesalehan umat, dan devosi kepada Santo-Santa dan Beato-Beata dapat
dihubungkan dengan realitas sosial melalui pengaruhnya terhadap tindakan sosial umat beriman.
Sebagai contoh, devosi dan kesalehan umat dapat memotivasi umat beriman untuk melakukan
tindakan sosial yang positif dan membantu sesama, seperti memberikan bantuan kepada orang
yang membutuhkan, mengunjungi orang sakit, dan melakukan kegiatan sosial lainnya. Devosi
kepada Santo-Santa dan Beato-Beata juga dapat memotivasi umat beriman untuk meneladani
teladan hidup mereka yang penuh kasih dan pengabdian kepada Allah dan sesama.

Selain itu, devosi dan kesalehan umat juga dapat membantu umat beriman untuk
memperkuat hubungan sosial mereka dengan sesama. Melalui devosi dan kesalehan umat, umat
beriman dapat membangun persahabatan, kasih, dan persekutuan kekeluargaan yang saling
mendukung dan memperkuat. Devosi kepada Santo-Santa dan Beato-Beata juga dapat memperkuat
hubungan sosial umat beriman dengan sesama, karena mereka dapat menjadi teladan hidup yang
menginspirasi umat beriman untuk melakukan tindakan sosial yang positif dan membantu sesama.

Dalam konteks realitas sosial yang lebih luas, devosi, kesalehan umat, dan devosi kepada
Santo-Santa dan Beato-Beata juga dapat membantu umat beriman untuk memperkuat hubungan
mereka dengan masyarakat dan lingkungan sekitar. Melalui tindakan sosial yang positif dan
membantu sesama, umat beriman dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar. Devosi dan kesalehan umat juga dapat membantu umat beriman untuk
membangun hubungan yang harmonis dengan masyarakat dan lingkungan sekitar, karena mereka
dapat memperkuat nilai-nilai sosial yang positif seperti persahabatan, kasih, dan kepedulian
terhadap sesama dan lingkungan.

3. Refleksi

Sebagai guru agama dan katekis, konsep Devosi sangat penting untuk diterapkan dalam
praktek mengajar saya. Devosi merupakan ungkapan kesalehan umat yang mengungkapkan
kepasrahan, dedikasi, kemauan, dan kesiapsediaan untuk mengungkapkan semua yang dimiliki demi
pelayanan Allah. Devosi mencakup beragam simbol ragawi dan simbol lainnya, seperti mencium
atau menyentuh patung/gambar, tempat kudus, relikui, dan barang-barang kudus lainnya; ziarah
dan prosesi; berjalan dengan telanjang kaki atau berjalan dengan berlutut; berlutut atau meniarap;
mengenakan medali dan lencana.

Sebagai guru agama dan katekis, saya akan mengajarkan siswa tentang pentingnya devosi
dalam kehidupan rohani mereka. Siswa akan diajarkan untuk memahami bahwa devosi bukanlah
pengganti liturgi resmi, namun dapat menjadi sarana untuk memperdalam iman dan kepasrahan
kepada Allah. Siswa juga akan diajarkan untuk memahami bahwa devosi harus tetap sesuai dengan
iman Gereja yang benar, dan harus dijauhkan dari bahaya praktek magis.

Selain itu, saya juga akan mengajarkan siswa tentang devosi kepada Santo-Santa dan Beato-
Beata. Siswa akan diajarkan untuk memahami bahwa devosi kepada orang-orang kudus dapat
menjadi teladan hidup yang menginspirasi umat beriman untuk melakukan tindakan sosial yang
positif dan membantu sesama. Siswa juga akan diajarkan untuk memahami bahwa devosi kepada
orang-orang kudus dapat memperkuat hubungan sosial umat beriman dengan sesama dan dengan
masyarakat dan lingkungan sekitar.

Dalam praktek mengajar, saya akan mengajarkan siswa untuk melakukan devosi dengan
benar dan sesuai dengan ajaran Gereja. Siswa akan diajarkan untuk memahami bahwa devosi harus
didasarkan pada kepasrahan yang mendalam dan dedikasi seutuhnya kepada Allah. Siswa juga akan
diajarkan untuk memahami bahwa devosi bukanlah pengganti liturgi resmi, namun dapat menjadi
sarana untuk memperdalam iman dan kepasrahan kepada Allah. Selain itu, siswa juga akan diajarkan
untuk memahami bahwa devosi harus tetap sesuai dengan iman Gereja yang benar, dan harus
dijauhkan dari bahaya praktek magis.

Sebagai guru agama dan katekis, saya akan mengajarkan siswa untuk memahami bahwa
devosi adalah ungkapan kesalehan umat yang mengungkapkan kepasrahan, dedikasi, kemauan, dan
kesiapsediaan untuk mengungkapkan semua yang dimiliki demi pelayanan Allah. Siswa akan
diajarkan untuk memahami bahwa devosi mencakup aspek internal (kepasrahan kepada Allah) dan
eksternal (rangkaian doa-doa dan tindakan), dan idealnya keduanya harus berjalan bersama. Artinya,
sikap batin (internal) mesti menjadi dasar dari yang lahiriah (eksternal).

Selain itu, saya juga akan mengajarkan siswa untuk memahami bahwa devosi harus
dilakukan dengan benar dan sesuai dengan ajaran Gereja. Siswa akan diajarkan untuk memahami
bahwa devosi harus didasarkan pada kepasrahan yang mendalam dan dedikasi seutuhnya kepada
Allah. Siswa juga akan diajarkan untuk memahami bahwa devosi bukanlah pengganti liturgi resmi,
namun dapat menjadi sarana untuk memperdalam iman dan kepasrahan kepada Allah. Selain itu,
siswa juga akan diajarkan untuk memahami bahwa devosi harus tetap sesuai dengan iman Gereja
yang benar, dan harus dijauhkan dari bahaya praktek magis.

Dalam praktek mengajar, saya akan mengajarkan siswa untuk melakukan devosi dengan
benar dan sesuai dengan ajaran Gereja. Siswa akan diajarkan untuk memahami bahwa devosi harus
dilakukan dengan kepasrahan yang mendalam dan dedikasi seutuhnya kepada Allah. Siswa juga
akan diajarkan untuk memahami bahwa devosi bukanlah pengganti liturgi resmi, namun dapat
menjadi sarana untuk memperdalam iman dan kepasrahan kepada Allah. Hal ini sangat penting
untuk dipahami oleh siswa, karena devosi tidak boleh dianggap sebagai pengganti liturgi resmi,
melainkan sebagai sarana untuk memperdalam iman dan kepasrahan kepada Allah. Sebagai guru
agama dan katekis, saya akan mengajarkan siswa untuk memahami bahwa devosi harus dilakukan
dengan benar dan sesuai dengan ajaran Gereja, dan tidak boleh menggantikan liturgi resmi yang
telah ditetapkan oleh Gereja. Siswa juga akan diajarkan untuk memahami bahwa devosi harus
dilakukan dengan kepasrahan yang mendalam dan dedikasi seutuhnya kepada Allah, dan tidak
boleh dijadikan sebagai praktek magis atau pengganti liturgi resmi. Dengan memahami konsep
devosi dengan benar, siswa akan dapat mengembangkan kehidupan rohani yang lebih dalam dan
memperkuat hubungan mereka dengan Allah dan sesama.

Anda mungkin juga menyukai