Anda di halaman 1dari 2

“KEBERANIAN IMAN”: Renungan, Minggu 5 Maret 2023

Hari Minggu Prapaskah II (U) E Syah PrefKhus


BcE Kej. 12 :1-4a; Mzm. 33:4-5,18-19,20,22; 2Tim. 1:8b-10; Mat. 17:1-9.

Pengalaman yang berkaitan dengan peristiwa yang istimewa memang sungguh


memikat. Bahkan hal sedemikian ini membuat kita tetap berada di dalamnya. Kiranya ini
adalah hal yang umum terjadi dalam hidup kita. Itu terjadi bukan karena tidak tahu lagi apa
yang harus diperbuat, melainkan karena kita seakan-akan berada dalam sebuah kepenuhan
hidup. Sabda Tuhan hari ini mengungkapkan juga kisah pengalaman yang sama. Di sini kita
dapat merenungkan kembali bagaimana kita mau menghidupi pengalaman sedemikian.

Pertama-tama, lewat pengalaman Abraham yang menanggapi panggilan Allah untuk


meninggalkan negerinya sungguh mengungkapkan suatu keberanian iman dan jasmaniah.
Itulah karena adanya keharusan menghadapi tantangan alam dan perjalanan yang tak terduga,
pun kebenaran suara yang memanggilnya. Namun Abraham tetap berangkat dengan suatu
kepastian akan terpenuhinya isi suara tersebut. Kedua, bersama pengalaman Petrus, Yakobus
dan Yohanes yang terbuai oleh kenikmatan penampakan kemuliaan di atas gunung. Memang
pengalaman itu indah dan memukau. Tetapi Yesus mengajak mereka kembali turun gunung.
Ajakan tersebut menjadi gambaran jelas, bahwa manusia harus hidup realistis. Sekalipun
harus menghadapi penderitaan; kita harus berani menghadapi dan menjalaninya. Gambaran
nyata keberanian dan ketabahan menghadapi penderitaan hidup nampak jelas dalam diri
Yesus. Dalam Dia kita memahami arti penderitaan. Jalan kemuliaan Yesus adalah jalan salib
dan penderitaan. Peristiwa Abraham dan Kristus menjadi bukti dari kasih tersebut.

Bertolak dari pengalaman-pengalaman sedemikian itu, kita bisa melihat terjadinya hal
yang istimewa bagi keselamatan manusia. Rahasia bagi orang-orang yang mampu memaknai
penderitaan dan tabah dalam penderitaan adalah mendengarkan suara Allah. Bagi pengikut
Yesus, kalimat “Dengarkanlah Dia” (Mat 17:5) menjadi jawaban rahasia menjalani kehidupan
ini. Kebahagiaan dan ketabahan menjalani hidup akan menjadi nyata, bila kita mau
mendengarkan Dia. Iman, harapan dan kasih akan Yesus Kristus menjadi pilar utama yang
menyokong sikap setia kepada Allah. Dengan begitu, setiap pengorbanan yang dilakukan
berdasarkan iman, akan mendapatkan arti dan nilai dalam kesatuan dengan penderitaan Yesus
sendiri.

Masa Prapaskah ini menjadi kesempatan yang sangat baik bagi kita semua untuk
merenungkan dan menghayati kembali arti kasih karunia itu. Dengan menghidupinya
kembali, kita diajak untuk menjadi orang yang berani keluar dari kedirian kita untuk masuk
dalam perjumpaan dengan dunia kita dan membawa penebusan Kristus ke dalamnya. Itulah
yang menjadi tanda keberanian iman kita di masa sekarang ini.

(P. A. Bayu Nuyartanto, Pr)

“Berdirilah, jangan takut!” (Mat. 17:8)

Marilah berdoa:
Ya Bapa, semoga kami semakin menyadari akan makna penderitaan baik yang
dialami Kristus pun apa yang menjadi bagian hidup kami. Amin.

Anda mungkin juga menyukai