Menyulamkan kayu
Sebab nahkoda mu mulai gelisah perihal pulau harapan yang belum dicapai
Meskipun kau selalu diganggu para bajak laut yang tak berbudi
Tetapi kau masih tetap berani menyeret bedebah itu dengan tangan besi
Demi menjaga hati para penumpang dengan niat hati yang murni
Kau tetap berlayar jauh mencari daratan sebagai tempat peraduan ibu pertiwi
Oh ibu pertiwi
Kau masih terisak tangis menyaksikan drama “pemburu” yang dilakoni awak
bahteramu
Sujud bakti kami para putera-puterimu tak sanggup menghapus tetesan air
matamu
Berusaha meresapi jiwa, hendak menyembuhkan hati ibu pertiwi yang terluka
Tak sadarkah kau perlahan menggali lubang samudera sebagai liang kubur mu?