Anda di halaman 1dari 1

Refleksi selama mempelajari mata kuliah Pengantar Filsafat di STF-SP

Selama semester 1 (satu) ini, ada beberapa mata kuliah baru yang menurut saya
menarik, salah satu diantaranya adalah mata kuliah Pengantar Filsafat. Banyak pertanyaan
yang muncul di otak saya terkait mata kuliah yang “berat-keras” ini. Dalam refleksi ini, saya
mencoba untuk keluar dari definisi Filsafat seperti yang diungkapkan oleh para ahli. Karena
filsafat berbicara dalam konteks yang lebih luas, tidak hanya sebatas sebagai ilmu saja, akan
tetapi memiliki bagian-bagiannya tersendiri.

Saya akan mengawali refleksi ini dengan sebuah pertanyaan tentang arti penting dari
sebuah Filsafat. Ketika itu di kelas, saya mengemukakan suatu argumen kepada dosen saya:
“Kalau menjadi sebuah pemikiran yang kritis, logis, sistematis dan konseptual, seharusnya
filsafat itu memiliki suatu titik akhir dalam pemikirannya!” lalu dosen saya menjawab:
“Filsafat itu lebih dari sekedar pengetahuan atau ajaran tertentu. Jika anda berpikir seperti itu,
maka anda akan jatuh pada aliran Dogmatisme (karena yang pertama menganggap benar apa
yang disebut terakhir adalah pendapat dan bukan penegasan). Perlu dipahami, filsafat juga
mengkaji sesuatu secara mendalam, sehingga Filsafat itu selalu ragu, bertanya-tanya, heran,
dan kritis”. Di satu sisi saya bisa memahami penjelasan yang disampaikan dosen saya di atas,
namun di sisi lain, pikiran abstrak masih terbang melayang bebas di kening saya. Hal itu
kemudian yang memaksa saya untuk terus “mengembara” mencari konsepsi yang tepat
tentang Filsafat, hingga suatu hari, ketika mendalami berbagai materi, saya pun menjadi
mengerti mengapa saya harus belajar filsafat (ber-filsafat)?

Kalau boleh jujur, dari mata kuliah Pengantar Filsafat, awalnya saya sangat bosan dan
kadang merasa ragu-ragu untuk belajar Filsafat. Tapi, pada akhirnya semua itu hanya suatu
ekspektasi belaka. Realita pun berbicara bahwa ternyata banyak manfaat yang saya peroleh
dari belajar Filsafat. Secara tidak disadari, saya menjadi kritis terhadap permasalahan sehari-
hari, peka terhadap persoalan-persoalan kemanusiaan, melatih curiosity (rasa ingin tahu), dan
terlebih sebagai seorang calon imam, disatu sisi Filsafaat juga membimbing saya kepada
sikap hidup keagamaan yang lebih mendalam.” Maka dari itu, benarlah perkataan ini “If you
are confused then you are philosophizing” atau “Jika anda bingung maka anda sedang
berfilsafat.” Sebab, menurut saya sebenarnya setiap orang memiliki filsafat itu sendiri,
walaupun mungkin mereka tidak sadar akan hal tersebut.

Akhir kata, dengan masuk dan mendalami dunia filsafat serta mempelajari pemikiran
filosofisnya, saya mengalami perkembangan dalam hal memandang segala sesuatu.

Anda mungkin juga menyukai