Anda di halaman 1dari 20

JURNAL EMPOWER:

Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam


P-ISSN: 2580-085X, E-ISSN: 2580-0973

Volume 6 Issue 2, Desember 2021

PENGEMBANGAN EKONOMI PESANTREN MELALUI


DISEMINASI PROGRAM ONE PESANTREN ONE PRODUCT
DI KABUPATEN MAJALENGKA

Ahmad Gianul Mushlih


Prodi Pengambangan Masyarakat Islam, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah
Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon
Email: gianmushlih69@gmail.com

INFO ARTIKEL ABSTRAK

Kata Kunci: Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan menganalisa tentang
Ekonomi Pesantren, proses diseminasi kegiatan program One Pesantren One Product
Diseminasi, Program dalam upaya pengembangan ekonomi pesantren di Kabupaten
One Pesantren One Majalengka. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
Product kualitatif, dengan teknik pengumpulan data menggunakan
metode observasi, wawancara, studi pustaka, dan dokumentasi.
Keywords: Dari penelitian ini menunjukan sebuah korelasi yang efektif dan
Pesantren Economics, efisien dalam proses diseminasi kegiatan program One Pesantren
Dissemination, One One Product bahwa pesantren merasa terbantu dari adanya
Pesantren One Product
kegiatan program One Pesantren One Product dalam upaya
Program
mewujudkan kemandirian ekonomi pesantren.
How to cite:
Last Name, A1., Last
Name, A2., & Last Name, ABSTRACT
A3. (year). Title of
Article. Jurnal Empower: This study aims to see and analyze the process of disseminating the
Jurnal Pengembangan activities of the One Pesantren One Product program in an effort to
Masyarakat, Vol (No), develop the economics of Islamic boarding schools in Majalengka
page. Regency. This study uses a qualitative descriptive method, with data
collection techniques using the methods of observation, interviews,
Article History: literature study, and documentation. From this research, it shows an
Received effective and efficient correlation in the dissemination process of the
Accepted One Pesantren One Product program that Islamic boarding schools feel
Published helped by the One Pesantren One Product program in an effort to
realize the economic independence of pesantren.

1
P-ISSN: 2580-085X, E-ISSN: 2580-0973

PENDAHULUAN

Pondok pesantren merupakan salah satu wadah pendidikan agama islam


yang dilakukan dan diajarkan oleh para kyai maupun ulama. Kehadiran
pesantren sebagai lembaga keislaman memiliki tujuan yang jelas dengan ilmu-
ilmu yang diberikan sebagai bekal dalam kehidupan, juga pesantren
diharapkan memberi citra kepada masyarakat dengan nuansa islami serta
dapat bermakna dan bermanfaat bagi masyarakat, agama dan negara.
Pesantren tidak hanya terkenal sebagai pendidikan islam lebih dari itu pondok
pesantren merupakan sebuah pendidikan moral untuk menciptakan manusia
yang unggul dengan menyesuaikan lingkungan serta menerapkan nilai-nilai
islam.

Secara hitungan matematis menurut data dari Kementerian Agama


Republik Indonesia (Januari, 2022) terdapat 26.975 pondok pesantren di
Indonesia dan Jawa Barat merupakan penyumbang jumlah pondok pesantren
terbanyak yaitu sebanyak 8.343 pesantren. Inilah bukti bahwa eksistensi
pesantren masih populer sebagai ruang pendidikan islam. Dengan berbagai
tantangan, zaman yang berubah semakin cepat, teknologi yang hadir lebih
besar, namun pondok pesantren masih menjadi wadah pendidikan yang
mampu menyesuaikan lingkungan dengan tidak melupakan nilai-nilai islam,
serta visi misi yang baik sehingga dapat menghasilkan santri-santri yang
berakhlak mulia dan berilmu.

Sejak awal pondok pesantren hanya sebuah lembaga pendidikan yang


bergerak dalam bidang sosial keagaamaan, namun dewasa ini pesantren telah
banyak melakukan revolusi ke arah perkembangan dan kemajuan. Eksisntensi
pesantren yang selalu identik dengan pendidikan keagamaan, dalam hal ini
pesantren telah berperan dalam berbagai aspek kehidupan tak terkecuali
adalah aspek ekonomi. Kehadiran aspek ekonomi di kehidupan pondok
pesantren merupakan respon atas kehidupan dinamika sosial yang berubah
sangat cepat, serta bertujuan untuk menjawab dan memahami kebutuhan santri
khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Aktivitas ekonomi diharapkan mampu menuju hidup yang sejahtera.


Dalam kenyataannya masih banyak pondok pesantren yang belum sampai
pada tahap mandiri secara ekonomi, artinya secara umum pondok pesantren
tersebut belum bisa mandiri secara pengembangan ekonominya, bahkan bukan
hanya pada tahap pengembangan ekonomi, untuk menuju tahap pertumbuhan
ekonomi pun masih banyak pondok pesantren yang kesulitan. Maka dari itu

2
Empower. Vol. (No): page-page

pondok pesantren tersebut masih terlihat samar-samar menuju tahap


kehidupan yang sejahtera.

Secara realitanya aspek kehidupan global telah terganggu akibat adanya


pandemi Covid-19. Tak terbantahkan lagi sejak pandemi Covid-19 lahir pada
akhir tahun 2019 telah menghancurkan seluruh aspek kehidupan tak terkecuali
menjadi hambatan bagi aspek ekonomi. Pemerintah telah mengubah berbagai
kebijakan dalam berusaha menyelesaikan persoalan pandemi Covid-19 ini.
Merespon atas realita yang terjadi kehidupan pondok pesantren semakin
tergerak dengan berusaha membangun kembali perekonomian masyarakat.
Pondok pesantren dituntut untuk mandiri dengan membentuk kreativitas
sertas inovasi yang bertujuan untuk kemajuan pesantren.

Sejalan dengan fenomena tersebut, tahun 2019 dan 2020 Pemerintah


Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
menggagas sekaligus melaksanakan sebuah program pemberdayaan ekonomi
yang berbasis pesantren. Program tersebut diberi nama One Pesantren One
Product dan disingkat menjadi program OPOP Jawa Barat. Program ini
bertujuan untuk memfasilitasi seluruh pondok pesantren di Jawa Barat untuk
berupaya tumbuh dan berkembang secara mandiri dalam aspek sosial dan
ekonomi. Dengan adanya program One Pesantren One Product tersebut, pondok
pesantren telah bergerak mendukung program pemerintah yang sifatnya
pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini melalui pemberdayaan ekonomi,
santri didorong untuk mampu unggul bukan hanya dalam ilmu agama tetapi
dalam berwirausaha yang berbasis pesantren dengan mengelola sumber daya
dan potensi lokal yang ada serta memanfaatkan secara optimal.

Pengembangan ekonomi pesantren melalui pemberdayaan santri akan


mempengaruhi perubahan sosial yang signifikan. Dengan demikian dalam
pengembangan ekonomi santri dapat terlibat sebagai subjek sekaligus objek
perubahan sosial. Dengan adanya program One Pesantren One product ini,
respon dari seluruh pondok pesantren di Jawa Barat sangat baik termasuk
pondok pesantren yang berada di wilayah Kabupaten Majalengka. Pada tahun
2021 di wilayah Kabupaten Majalengka terdapat sejumlah 260 pesantren (open
data jabar, 2021). Jumlah ini menunjukan bahwa pesantren di Kabupaten
Majalengka tidak sedikit, peran pondok pesantren di Kabupaten Majalengka
sangat mempengaruhi dalam hal pendidikan keagamaan.

Sejak program One Pesantren One Product dilaksanakan sejumlah pesantren


di Kabupaten Majalengka telah ikut serta dalam program tersebut, yang mana

3
P-ISSN: 2580-085X, E-ISSN: 2580-0973

tujuan ikut serta dalam program One Pesantren One Product yakni berupaya
menuju pesantren yang mandiri secara sosial dan ekonomi dan mampu
memenuhi kebutuhan santri khususnya. Dalam hal keikutsertaan program One
Pesantren One Product, pesantren di Kabupaten Majalengka belum semuanya
mengikuti program tersebut, bahkan ada saja pesantren yang belum
mengetahui informasi mengenai salah satu program yang berbasis ekonomi
pesantren yaitu program One Pesantren One Product. Ketidakmerataan dalam
hal akses pada sumber-sumber informasi akan berdampak terhadap
ketimpangan dan menyebabkan keterbelakangan.

Peran komunikasi yang efektif sangat diperlukan, komunikasi menjadi


kunci dari proses pengembangan ekonomi pesantren dengan keterlibatan dari
berbagai pihak sehingga menciptakan keselarasan dalam proses bertukar ide
dan informasi. Lebih lanjut penyebaran informasi mengenai program One
Pesantren One Product secepatnya dapat merata dan tersebar pada pondok
pesantren. Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut dapat dirumuskan
suatu masalah yaitu, 1). Bagaimana gambaran umum program One Pesantren
One Product, 2). Bagaimana proses diseminasi kegiatan program One Pesantren
One Product dalam upaya pengembangan ekonomi pesantren di Kabupaten
Majalengka? Dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan mampu
mendeskripsikan gambaran mengenai permasalahan sesuai dengan topik
penelitian tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

a. Penelitian Terdahulu

Untuk mendukung penelitian ini, peneliti melakukan kajian terhadap


penelitian terdahulu sebagai bahan acuan untuk mendapatkan informasi yang
berkaitan penelitian. Dalam hal ini maka peneliti meninjau serta mengkaji
beberapa karya ilmiah berkaitan dengan topik penelitian.

Kajian pertama mengulas penelitian dari Siti Nur Azizah, dkk (2018)
dengan melakukan penelitian yang berjudul Model Pengembangan Ekonomi
Pesantren Berbasis Kearifan Lokal: Studi Kasus Ponpes Sidogiri. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif. Tujuan dari penelitian berusaha
untuk mengetahui model pengembangan ekonomi pesantren yang berbasis
lokal dengan berusaha mengoptimalkan potensi yang dimiliki pesantren dan
masyarakat lokal, sehingga dapat bersinergi dalam mencapai model usaha
produktif yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi.

4
Empower. Vol. (No): page-page

Adapun hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Siti Nur Azizah, dkk
(2018) adalah bahwa ditemukan model pengembangan ekonomi berbasis
pesantren di pesantren Sidogiri, yaitu dengan adanya peran dari BMT UGT
yang berusaha membantu memenuhi kebutuhan masyarakat dengan sistem
koperasi syariah salah satunya disini berusaha menyelesaikan persoalan
rentenir di masyarakat. Perbedaan penelitian yang dilakukan Siti Nur Azizah,
dkk (2018) dengan peneliti yaitu pada penelitian yang dilakukan Siti Nur
Azizah, dkk (2018) membahas bagaimana model pengembangan ekonomi
pesantren dengan pendekatan berbasis lokal yang diterapkan di pesantren
Sidogiri. Sedangkan penelitian yang dilakukan dengan peneliti membahas
mengenai pengembangan ekonomi pesantren melalui diseminasi program One
Pesantren One Product di Kabupaten Majalengka.

Kajian kedua meninjau penelitian yang dilakukan oleh Ugin Lugina (2018),
dengan judul penelitian Pengembangan Ekonomi Pondok Pesantren Di Jawa
Barat. Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dengan
demikian penelitian ini bertujuan untuk, berupaya membahas pengertian
potensi ekonomi berbasis pesantren di Jawa Barat, mendeskripsikan macam-
macam potensi ekonomi berbasis pesantren di Jawa Barat, dan bertujuan untuk
mengetahui model-model pengembangan ekonomi berbasis pesantren di Jawa
Barat. Sehingga santri memiliki kemampuan dalam berwirausaha dan pada
akhirnya dapat mengembangkan keterampilannya dserta bermanfaat bagi
dirinya maupun orang lain.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengembangan potensi ekonomi


berbasis pesantren di Jawa Barat perlu lebih diberdayakan dengaan
mengoptimalkan santri sehingga dapat menciptakan kemandirian pesantren
secara ekonomi. Lebih lanjut dengan dukungan sebuah program dapat tercapai
pengembangan ekonomi berbasis pesantren yang dapat mensejahterakan
masing-masing pondok pesantren. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh
Ugin Lugina (2018) dan peneliti adalah penelitian yang dilakukan oleh Ugin
Lugina (2018) membahas mengenai pengembangan ekonomi pondok pesantren
di Jawa Barat. Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan membahas tentang
pengembangan ekonomi pesantren melalui diseminasi program One Pesantren
One Product di Kabupaten Majalengka.

Kajian ketiga dalam hal ini meninjau penelitian yang dilakukan oleh Tirta
Rahayu Ningsih dengan judul penelitian Pemberdayaan Ekonomi Pesantren
Melalui Pengembangan Sumber Daya Lokal (Studi pada Pondok Pesantren
Daarut Tauhid). Pada penelitian ini yaitu dengan mengumpulkan data

5
P-ISSN: 2580-085X, E-ISSN: 2580-0973

menggunakan metode observasi, studi pustaka, wawancara serta analisis data.


Kemudian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk kelembagaan
yang diselenggarakan pesantren serta dampaknya terhadap pesantren tersebut,
dan untuk mengetahui sistem ekonomi yang dijalankan pesantren dengan cara
yang tepat juga relevan untuk menjaga eksistensi pesantren tersebut. Sehingga
pada akhirnya pesantren tersebut dapat menjadi pesantren yang populer secara
sistem perekonomiannya baik dan menjadi contoh untuk pesantren yang lain.

Adapun hasil penelitian menunjukan bahwa pesantren yang merupakan


sebuah institusi budaya bukan hanya bergerak sebagai institusi pendidikan
tetapi pesantren telah melakukan reposisi dalam merespon perosalan yang
terjadi di masyarakat seperti dalam aspek sosial, ekonomi dan politik. Dalam
hal ini pesantren terdorong untuk melakukan perubahan yang berupaya
mengoptimalkan potensi dan sumber daya yang dimilikinya, khususnya
memperhatikan pemberdayaan ekonomi berbasis pesantren. Perbedaan
penelitiannya, bahwa penelitian yang dilakukan oleh Tirta Rahayu Ningsih
membahas mengenai pemberdayaan ekonomi pesantren melalui pemanfaatan
sumber daya lokal yang dapat dikembangkan. Sedangkan penelitian yang
dilakukan peneliti yaitu membahas mengenai pengembangan ekonomi
pesantren melalui diseminasi program One Pesantren One product di Kabupaten
Majalengka.

b. Kajian Pustaka

Secara definitif ekonomi merupakan suatu aktivitas dimana masyarakat


memproduksi barang atau jasa, kemudian menyalurkannya pada anggota
masyarakat lain dengan dasar untuk memenuhi kebutuhan. Dengan ini
mengingat bahwa pesantren dengan eksistensinya yang berpengaruh
dilingkungan masyarakat, menjadi mungkin apabila pesantren menerapkan
sistem ekonominya serta berperan dalam memenuhi dasar logistik kebutuhan
masyarakat yaitu salah satunya dengan memanfaatkan potensi pesantren yang
dimiliki untuk membangun kemandirian pesantren secara aspek ekonomi.
Keunggulan pesantren dengan lembaga pendidikan agamanya, ini merupakan
sebuah kekuatan dalam peningkatan ekonomi yaitu dengan mengoptimalkan
pemberdayaan ekonomi pesantren sehingga akhir dari sasarannya yaitu
mencapai pada taraf kemandirian pesantren (Moh. Idil Ghufron, 2021).

Pengembangan ekonomi pesantren pada dasarnya diarahkan untuk


mampu mengembangkan ekonomi di lingkungan pesantren. Untuk menuju
pengembangan ekonomi pesantren dibutuhkan manajemen pesantren yang
baik mulai dari perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi.

6
Empower. Vol. (No): page-page

Umumnya ekonomi pesantren dibangun dengan merespon kebutuhan dasar


logistik santri sehari-hari dengan mengatur pengelolaan keuangan di
lingkungan pesantren. Pengembangan ekonomi pesantren melihat serta
berupaya mengoptimalkan potensi dan sumber daya yang dimiliki, dengan
kata lain bertujuan untuk menumbuhkan perekonomian di lingkungan
pesantren. Sejumlah pesantren dalam upaya pengembangan ekonominya
umumnya berwirausaha yang berbasis sektor riil seperti berwirausaha dalam
bidang peternakan, pertanian, koperasi pesantren, dan usaha laundry (Siti
Nurazizah, 2018)

Selanjutnya, untuk mendukung pengembangan ekonomi pesantren perlu


mengoptimalkan potensi lokal yang dimiliki pesantren tersebut. Dalam hal ini
perlu meninjau kondisi internal pesantren serta lingkungan masyarakat
setempat sehingga dapat ditemukan keselarasan dalam upaya pengembangan
ekonomi pesantren tersebut. Kondisi lingkungan masyarakat pesantren ini
akan membuat tingkat posisi pesantren dalam melakukan perubahan sosial
semakin meningkat, dalam hal ini kepercayaan masyarakat terhadap pesantren
semakin peduli dan mendukung keberlanjutan perekonomian pesantren. Peran
pesantren dalam mengoptimalkan potensi yang dimilikinya harus benar-benar
bisa memanfaatkannya, karena potensi tersebut apabila dapat dikelola dengan
baik maka sistemnya akan bersifat berkelanjutan yang mana sumber daya
tersebut bisa menghasilkan keluaran yang sifatnya berulang-ulang.

Terlepas dari potensi lokal, dalam hal ini peran dari keterlibatan berbagai
pihak perlu diperhatikan. Karena hal ini sifatnya adalah pengembangan
ekonomi berbasis pesantren maka warga pesantren harus mendukung adanya
pengembangan ekonomi pesantren, terlebih khususnya dengan melakukan
pemberdayaan terhadap santri. Santri di lingkungan pesantren tidak hanya
mencari pengalaman dalam aspek pendidikan agama, melihat pada
perkembangan global santri dituntut untuk menyesuaikan diri dengan kondisi
lingkungan khusunya sektor ekonomi. Melalui pemberdayaan ekonomi, santri
dituntut oleh pesantren untuk belajar berwirausaha, supaya kedepannya santri
telah dibekali ilmu yang tidak hanya pendidikan agama tetapi pendidikan yang
dapat membuatnya bisa bertahan hidup. Selain itu pada akhirnya santri
mampu bersaing dengan individu maupun kelompok lain karena keterampilan
dan pengetahuan yang dimilikinya.

Jika pemanfaatan potensi lokal yang dimiliki telah dilaksanakan secara


optimal, pesantren dituntut secara kemandiriannya dalam sektor ekonomi dan
finansial. Secara finansial pesantren dapat mengelola keuangan baik yang

7
P-ISSN: 2580-085X, E-ISSN: 2580-0973

bersifat internal maupun eksternal dengan pola manajemen keuangan yang


optimal. Oleh karena itu pesantren jika memaksimalkan kerja sama dengan
pihak luar, kemampuan finansialnya lebih mudah beradaptasi dengan
tantangan zaman yang terjadi. Karena pesantren sering melakukan kegiatan
bertukar informasi ataupun ide. Kemudian kuatnya pesantren secara ekonomi,
pesantren dapat memaksimalkan hasil dari potensi lokal yang dimiliki dengan
sebelumnya telah dilakukan pengolahan dan pengelolaan atau telah diproduksi
menjadi barang atau jasa yang nilainya lebih tinggi. Dengan demikian sistem
ekonomi yang dikelola oleh pesantren dapat menuju pengembangan ekonomi
pesantren yang sejahtera dan mampu bersaing dengan lingkungan diluar
pesantren atau sebagai bekal dalam kehidupan sosial (Ugin Lugina, 2018).

Dalam pengertiannya diseminasi merupakan sebuah suatu kegiatan yang


bertujuan untuk menyebarkan informasi kepada sasarannya dalam hal ini
suatu kelompok maupun individu, dengan kata lain supaya sasaran tersebut
memperoleh informasi, menimbulkan kesadarannya, kemudian menerima
informasinya dan pada akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Diseminasi
erat kaitannya dengan makna difusi, namun dalam pengertiannya diseminasi
dengan difusi berbeda. Difusi merupakan suatu kegiatan penyebaran ide baru
yang sifatnya spontan atau tidak terencana. Sedangkan diseminasi merupakan
suatu kegiatan penyebaran ide baru yang sifatnya terencana atau atau dikelola
secara terprogram (Muhtadi dan Tantan, 2013).

Suatu program apabila pengelolaannya dilakukan dengan baik termasuk


proses diseminasinya berjalan secara optimal, maka akan memperoleh hasil
yang maksimal terhadap sasaran yang dituju. Dengan kata lain, salah satunya
program One Pesantren One Product. Program One Pesantren One Product
merupakan salah satu program inovasi yang digagas oleh Pemerintah Provinsi
Jawa Barat dengan tema Pesantren Juara. Program ini sangat terstruktur dan
terencana dengan sasarannya yaitu kepada pondok pesantren di seluruh Jawa
Barat. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi dan membantu pondok
pesantren supaya memaksimalkan potensinya dengan tujuan untuk
pengembangan ekonomi pesantren. Untuk kelancaran program OPOP tersebut
dengan kata lain supaya pesantren dapat memperoleh informasi mengenai
program OPOP, sehingga timbul kesadaran, dan menerima program tersebut
serta kemudian memanfaatkan programnya untuk pemberdayaan ekonomi di
pesantrennya masing-masing, maka perlu dilakukan suatu kegiatan yang
disebut diseminasi.

8
Empower. Vol. (No): page-page

Diseminasi dalam program One Pesantren One Product ini merupakan


sebuah jalan untuk mendukung terciptanya kemandirian ekonomi pesantren di
Jawa Barat. Diseminasi dalam hal ini bertujuan menyebarkan ide baru yang
mana ide tersebut merupakan sebuah program yang sasarannya merupakan
pesantren. Setelah dilakukan diseminasi harapannya pesantren di Jawa Barat
dapat menerimanya dan memanfaatkan program OPOP tersebut, karena
program ini bertujuan untuk kemaslahatan umat yaitu pesantren mampu
melaksanakan kegiatan memproduksi barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan dasar masyarakat. Berkaitan dengan hal itu, pesantren juga pada
akhirnya akan lebih mandiri secara pengelolaanya baik sistemnya maupun
ekonominya. Karena program One Pesantren One Product tujuannya untuk
pengembangan ekonomi berbasis pesantren, maka peran dari warga pesantren
perlu ditingkatkan terutama santri karena program ini disamping
mensejahterakan pesantren di Jawa Barat, lebih dari itu program ini ingin
memaksimalkan peran santri yaitu dengan dilakukan pemberdayaan santri,
karena santri merupakan generasi masa depan maka santri perlu dibekali ilmu
pengetahuan dan keterampilan supaya dapat menyesuaikan dengan kehidupan
sosial dan tantangan zaman yang berubah semakin cepat.

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif


kualitatif. Disini, yang dimaksud metode deskriptif yaitu penelitian ini
berpusat dari pendapat dengan menggambarkan suatu pendapat masalah yang
bersifat aktual. Metode penelitian kualitatif merupakan metode yang dilakukan
dengan tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan variabel satu
dengan variabel yang lain, tetapi berfungsi untuk mengetahui suatu nilai dari
variabel tertentu atau dengan kata lain metode penelitian kualitatif hanya
berupaya membangun pandangan yang diteliti sehingga membentuk sebuah
kalimat dan gambaran (Sujiono, 2009: 11). Dengan demikian penelitian ini
hanya untuk menggambarkan dan mendeskripsikan pendapat dan tidak
menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantitatif lainnya.

Sedangkan pada teknik pengumpulan data, yaitu data primer dan


sekunder. Lebih lanjut penelitian ini menggunakan teknik berupa observasi,
wawancara, studi kepustakaan, dan dokumentasi. Adapun uraian lebih lanjut
yaitu sebagai berikut:

a. Observasi, teknik pengumpulan data ini yaitu dengan cara mengamati


langsung ke tempat penelitiannya. Observasi ini bisa dengan cara
dilakukan secara partisipatif mauapun non partisipatif. Pada penelitian

9
P-ISSN: 2580-085X, E-ISSN: 2580-0973

ini penulis mengobservasi ke lapangan yaitu dengan mengunjungi


sekretariat OPOP Ciayumajakuning langsung untuk mengetahui
informasi lebih lanjut mengenai program One Pesantren One Product di
wilayah Kabupaten Majalengka.
b. Wawancara, yaitu kegiatan mengumpulkan data yang dilaksanakan
secara lisan dengan secara langsung atau tatap muka, baik secara
individu maupun kelompok. Kegiatan wawancara ini bisa dengan
bentuk informal ataupun secara tersetruktur dengan kata lain peneliti
membuat pertanyaan terlebih dahulu sebelumnya (Sukmadinata dalam
Metode Penelitian, 2005: 112-113). Pada penelitian ini peneliti
melakukan kegiatan wawancara terhadap subjek penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui proses diseminasi tentang program One
Pesantren One Product di Kabupaten Majalengka.
c. Studi kepustakaan, yaitu peneliti mengumpulkan data dengan cara
mengkaji dan mempelajari beberapa artikel atau karya ilmiah dan buku
yang membahas mengenai fokus pada topik penelitian.
d. Dokumentasi, yaitu teknik mengumpulkan data dengan cara mencari
data-data dalam proses kelapangan seperti bentuk dokumen atau
gambar. Dokumentasi tersebut dikumpulkan kemudian diurutkan dan
isinya dianalisis sehingga membentuk sebuah hasil kajian yang
sistematis (Sukmadinata dalam Metode Penelitian, 2005:112-113).

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Gambaran Umum Program One Pesantren One Product

Program One Pesantren One Product Jawa Barat telah berjalan sekitar tiga
tahun, program ini telah diikuti oleh 2.574 pondok pesantren di Jawa Barat.
Bagi pondok pesantren diseluruh Jawa Barat yang belum mengetahui dan
bergabung dalam kegiatan program One Pesantren One Product perlu
memperhatikan tahapan-tahapannya, syarat ketentuan pondok pesantren dan
peserta delegasinya, serta menyiapkan usaha atau bisnis yang diproduksi di
lingkungan pesantren sebagai barang produksi yang akan di audisikan.
Adapun syarat ketentuan untuk mengikuti kegiatan program One Pesantren
One Product yaitu sebagai berikut (Wawan Lulus Setiawan, 2020):

a. Pondok pesantren berada di Jawa Barat dan diutamakan terdaftar


memiliki Nomor Statistik Pondok Pesantren (NSPP)
b. Pesantren memiliki bisnis usaha yang akan atau sudah dilaksanakan
c. Membuat proposal usaha sesuai bisnis yang dilakukan di pesantren

10
Empower. Vol. (No): page-page

d. Belum pernah menerima bantuan dari pemerintah dibuktikan dengan


surat pernyataan bermaterai
e. Mengisi formulir profil usaha
f. Lolos seleksi dan verifikasi administrasi
g. Terseleksi sebagai peserta OPOP
h. Bersedia mengikuti kegiatan program OPOP dengan menyatakan surat
perjanjian bermaterai.

Untuk dapat mengikuti kegiatan program One Pesantren One Product perlu
diperhatikan tahapan-tahapannya, yang mana tahapan ini yang akan
menentukan hasil yang diperoleh dengan kata lain pesantren mendapat
pengetahuan, keterampilan serta apresiasi secara materi. Adapun alur tahapan
aktivitas kegiatan program One Pesantren One Product yaitu sebagai berikut
(Wawan Lulus Setiawan, 2020):

Pendaftaran online Audisi OPOP tahap I

Temu bisnis dan gelar produk OPOP Verifikasi lapangan

Audisi OPOP tahap III Pelatihan magang

Audisi OPOP tahap II Pendampingan OPOP

Tabel 1. Alur tahapan kegiatan program One Pesantren One Product

Pondok pesantren yang ingin ikut serta dalam program One Pesantren One
Product perlu memperhatikan tahapan demi tahapannya. Program One
Pesantren One Product ini terbagi atas dua bagian tingkatan, yaitu kelompok
Start Up yang mana usahanya belum berjalan selama satu tahun, dan kelompok
Scale Up yang mana usaha pesantren telah berjalan diatas satu tahun.

Pertama, pondok pesantren harus mendaftar program OPOP melalui online


dan dengan mengumpulkan berkas-berkas persyaratan yang telah ditentukan.
Jika pesantren tersebut dianggap lolos dalam tahap administrasi makan

11
P-ISSN: 2580-085X, E-ISSN: 2580-0973

pesantren tersebut dengan perwakilan pesertanya berhak melaju ke tahap


selanjutnya. Sebelum pada tahap selanjutnya semua peserta dibekali
pengetahuan dan keterampilan oleh pendamping di wilayahnya supaya pada
saat audisi tahap I peserta tersebut mampu menunjukan potensinya.

Kedua, setelah pondok pesantren dinyatakan lolos administrasi maka


peserta yang telah diamanati oleh pesantren tersebut dapat mengikuti audisi
OPOP tahap I dan tidak boleh digantikan, apabila terdapat hambatan yang
berarti pada peserta, akan diberikan keringanan seperti misalnya dengan
melakukan audisi secara online, dalam audisi OPOP tahap I tersebut semua
peserta harus melakukan semua rangkaian yang telah diatur sebelumnya.
Bentuk dari audisi tahap I yaitu dengan melakukan presentasi didepan juri.
Pada audisi tahap I ini biasanya dilakukan ditempat yang masih berada di
wilayahnya seperti di hotel, auditorium, graha ataupun aula.

Ketiga, setelah melewati audisi tahap I dan kemudian apabila dinyatakan


lolos dengan kata lain disebut pemenang, maka selanjutnya kegiatan verifikasi
lapangan yang dilakukan oleh pihak terkait seperti oleh Dinas Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah. Dalam kegiatan ini pihak terkait meninjau pada
pondok pesantren yang lolos audisi tahap I, tujuannya untuk mengetahui
kesesuaian di proposal dengan kondisi di lapangan. Setelah kondisi di
lapangan sesuai dengan proposal rencana usaha maka pesantren tersebut dapat
meneruskan perjuangannya menuju tahap selanjutnya.

Keempat, pondok pesantren yang dinyatakan lolos audisi dapat mengikuti


tahapan selanjutnya yaitu kegiatan pelatihan magang. Pelatihan magang ini
biasanya dilakukan secara terpusat namun pembagiannya ditempatkan disuatu
Kabupaten/Kota lain. Seperti misalnya untuk wilayah Ciayumajakuning bagi
pesantrennya yang lolos dapat mengikuti pelatihan magang di suatu pesantren
yang tempat dan lokasinya telah memenuhi kriteria dalam menyelenggarakan
pelatihan. Disini seluruh peserta dibekali pelatihan-pelatihan berwirausaha
dengan baik. Kemudian pada tahap ini juga yang akan menentukan peserta
pada tahap-tahap selanjutnya. Dalam hal ini tujuannya untuk meningkatkan
pengetahuan maupun keterampilan pesertanya.

Kelima, menindaklanjuti pada tahap pelatihan sebelumnya. Pada tahap ini


seluruh peserta kembali dilakukan pembekalan dengan didampingi oleh
koordinator dan pendamping wilayah masing-masing tujuannya untuk
menatap pada tahap selanjutnya. Dengan dilakukan pendampingan nantinya
seluruh peserta dapat mumpuni berkomunikasi didepan umum dalam hal

12
Empower. Vol. (No): page-page

mendeskripsikan kinerja pelaksanaan usaha bisnisnya yang telah dilakukan di


pesantrennya. Kemudian pada tahap ini juga sebagai langkah terakhir sebelum
mengikuti audisi tahap II dalam hal ini bersaing dengan pesantren-pesantren
dari Kabupaten/Kota lain.

Keenam, setelah melewati beberapa rangkaian dan tahapan kegiatan


peserta uang dinyatakan lolos audisi tahap I akhirnya kembali mengikuti audisi
pada tahap II. Jangka waktu dari audisi tahap I menuju tahap II selang waktu
sekitar tiga bulan. Pada audisi tahap II ini peserta dipertemukan dengan
pesantren diluar wilayah Kabupaten/Kota tetapi pembagiannya masih bersifat
regional belum bersifat terpusat seluruh Kabupaten/Kota yang ada di Jawa
barat. Berbeda dengan tahap I yang bersifat santai namun serius, pada audisi
tahap II keadaannya semakin serius, karena dalam penjurian juga berbeda
sebelumnya juri audisi tahap I masih berasal dari wilayahnya, namun pada
penjurian audisi tahap II biasanya jurinya berasal dari institusi atau lembaga
ternama, seperti dosen, guru besar, maupun kepala dinas dari Provinsi Jawa
Barat.

Ketujuh, selang waktu beberapa bulan dari audisi tahap II bagi peserta
yang dinyatakan lolos audisi tahap II berhak melaju dan melanjutkan
perjuangannya dalam audisi tahap III. Dari mulai tahap I, II dan sekarang III
ketika dinyatakan lolos pesantren mendapat sebuah insentif yang harus
dikelola dengan baik untuk pengembangan ekonomi pesantren dan tidak boleh
digunakan untuk pembangunan pesantren. Dari setiap apresiasi yang diberikan
mulai dai audisi tahap I, II dan III jumlahnya berbeda atau dengan kata lain
semakin meningkat dari setiap tahapannya. Pada audisi tahap III peserta yang
lolos dari audisi tahap II akan dipertemukan dengan peserta yang memiliki
potensi yang hebat, pengelolaan ekonomi pesantrennya yang baik. Bentuk
kegiatannya masih sama dengan audisi sebelumnya yaitu dengan melakukan
presentasi yang baik dan menarik secara materi.

Kedelapan, setelah mendapatkan pengumuman sebagai pemenang peserta


dari setiap pesantren mengikuti gelaran festival produk UMKM bersama
Gubernur Jawa Barat. Dalam hal ini sifatnya mempromosikan usaha produksi
yang dihasilkan oleh setiap pesantren, dan dalam hal ini turut hadir dari
berbagai perusahaan atau lembaga yang pada akhirnya akan mengajak dan
menggandeng usaha pesantren untuk dilakukan kerja sama. Dengan demikian
produk-produk yang dihasilkan dari berbagai pesantren tidak hanya
menembus pasar regional tetapi akan populer di pasar nasional dan
harapannya menembus pasar internasional. Program ini jelas berkaitan dengan

13
P-ISSN: 2580-085X, E-ISSN: 2580-0973

upaya pengembangan ekonomi pesantren, asalkan dari setiap pihak harus


berpartisipasi terutama santri karena tujuan program ini salah satunya untuk
memberdayakan santri di seluruh Jawa Barat.

b. Diseminasi Kegiatan Program One Pesantren One Product di Kabupaten


Majalengka

Sejak tahun 2019-2021 program One Pesantren One Product telah dilakukan
dengan perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi yang optimal. Pondok
pesantren di Kabupaten Majalengka cukup banyak hal ini yang menjadi latar
belakang pentingnya diseminasi program One Pesantren One Product yang
bertujuan untuk kemandirian pesantren. Dalam proses diseminasi program One
Pesantren One Pesantren sebelum menyebarkan informasi atau sosialisasi
dilakukan terlebih dahulu suatu perencanaan. Bentuk perencanaan ini
dilakukan dengan proses sosialisasi yang difasilitasi oleh pemerintah provinsi
Jawa Barat, dalam hal ini pihak yang terlibat yaitu seperti organisasi
masyarakat islam, tokoh agama, forum pondok pesantren, koordinator dan
pendamping wilayah pada program One Pesantren One Product. Proses
perencanaan tersebut merupakan langkah awal dalam menyebarkan informasi
pada masing-masing pesantren di Kabupaten Majalengka.

Munculnya program One Pesantren One Product di Kabupaten Majalengka


memberi pandangan yang berbeda dalam mencari jalan alternatif untuk
meningkatkan kemandirian ekonomi pesantren. Dalam pelaksanaannya, untuk
kelancaran kegiatan program One Pesantren One Product dibutuhkan adanya
kegiatan sosialisasi sebagai usaha untuk menyebarkan informasi pada masing-
masing pesantren di Kabupaten Majalengka. Proses kegiatan sosialisasi ini
dilakukan oleh koordinator dan pendamping wilayah. Untuk di Kabupaten
Majalengka terdapat empat pendamping wilayah, karena koordinator itu
mencakup wilayah Ciayumajakuning. Dalam pelaksanaannya terdapat
kolaborasi yang dilakukan antara koordinator dan pendamping, strategi yang
dilakukan dalam menyebarkan informasi mengenai program tersebut oleh
pendamping wilayah Kabupaten Majalengka, yaitu pertama dengan
memanfaatkan teknologi komunikasi dengan mensosialisasikan menggunakan
media sosial dan media massa, kemudian strategi yang kedua yaitu dengan
mendatangi langsung pondok pesantren yang belum mengetahui program
tersebut.

Sosialisasi dimaksudkan untuk menyebarkan informasi mengenai kegiatan


program One Pesantren One Product serta terdapat indikator yang berkorelasi
terhadap pemahaman, kesadaran, dan aksi pada pondok pesantren di

14
Empower. Vol. (No): page-page

Kabupaten Majalengka dalam berpartisipasi terhadap kegiatan program One


Pesantren One Product. Seluruh pondok pesantren di Kabupaten Majalengka
yang telah dilakukan proses diseminasi terhadap program OPOP dapat
ditemukan bahwa tidak ada suatu penolakan dan bahkan seluruh pondok
pesantren menerimanya dan mengadopsi informasi kegiatan program tersebut.
Bersama peserta dari seluruh pondok pesantren yang telah mengadopsi
program tersebut, maka pendamping wilayah sesuai dengan tugasnya yaitu
melakukan kegiatan pendampingan, membimbing serta memfasilitasi,
sehingga peserta dapat langsung beraktivitas dan berlatih melalui forum yang
difasilitasi oleh pendamping wilayah. Dalam mencapai tujuan juga kesempatan
mendapatkan manfaat dari program tersebut semakin mudah dengan
mengikuti forum-forum yang disediakan pendamping wilayah.

Sosialisasi tidak hanya berbentuk sebuah materi seputar kegiatan program


OPOP, namun juga dilakukan dengan pemutaran film dokumenter tentang
suksesnya sebuah pesantren di wilayah lain setelah mengikuti kegiatan
program OPOP tujuannya untuk memberikan motivasi dan pesan kepada
seluruh peserta kegiatan program OPOP. Melalui film dokumenter diharapkan
akan memberikan pemahaman yang menyeluruh kepada peserta sosialisasi
kegiatan program OPOP. Sehingga peserta akan lebih mudah untuk
menyiapkan seluruh rencana bisnisnya yang akan ditampilkan ketika audisi
tahap I. Selain itu audio visual akan lebih memberikan pengetahuan yang kuat
bagi peserta terhadap pentingnya memaksimalkan persiapan sehingga bisa
mendapatkan manfaat dari kegiatan program OPOP.

Teknik yang digunakan dalam menyebarkan informasi kegiatan program


One Pesantren One Product yaitu dengan menggunakan teknik edukatif dan
dialog. Pada tahap edukatif yaitu dengan cara pendamping mengajak peserta
program OPOP untuk belajar, berlatih serta adanya kemauan sendiri dengan
menunjukan semangat keinginan untuk belajar dalam mencapai tujuannya.
Sedangkan pada tahap dialog yaitu pendamping bersifat terbuka kepada
seluruh peserta kegiatan program One Pesantren One Product untuk
berpendapat dalam mengungkapkan ide atau gagasannya. Dalam hal ini baik
pendamping maupun peserta secara tidak langsung mencapai pada tahap
saling pengertian dan kesepakatan.

Untuk tahap monitoring dan evaluasi, pada kegiatan program One


Pesantren One Product dilakukan langsung oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah Provinsi Jawa Barat. Dengan mengkoordinasi bersama koordinator
wilayah Ciayumajakuning dan pendamping wilayah Majalengka melakukan

15
P-ISSN: 2580-085X, E-ISSN: 2580-0973

pengawasan pada pondok pesantren yang telah menerima bantuan manfaat


dari kegiatan program One Pesantren One Product tersebut. Kegiatan monitoring
dan evaluasi yaitu dengan mengawasi pesantren dilihat dari kesesuaian modal
usaha dengan rencana bisnis tertulis serta dengan meninjau dan mengawasi
kondisi usaha di lapangan. Tujuannya supaya pesantren tidak keluar jalur dan
penggunaan modal usaha tersebut sesuai demi mewujudkan kemandirian
ekonomi juga pengembangan ekonomi pesantren.

Dampak Ekonomi dan Sosial

Sebagai sebuah lembaga pendidikan agama bahkan sebagai kelompok


berwirausaha, pondok pesantren di Kabupaten Majalengka yang telah
mengikuti tahapan-tahapan kegiatan program OPOP dan dinyatakan sebagai
penerima manfaat dari program tersebut diharapkan dapat mengembangkan
ekonominya dan bahkan seperti tujuan dari programnya, pesantren mampu
membangun kemandirian ekonominya. Pondok pesantren dituntut untuk
memaksimalkan modal usaha yang diberikan dari program tersebut, lebih
lanjut pondok pesantren untuk tidak lagi menjadi pesantren yang proposal
oriented, namun harus merubah mindset menjadi company oriented yaitu dengan
berfikir pada sebuah usaha bisnisnya. Dengan mempunyai produk yang
dihasilkan dari kegiatan pemberdayaan santrinya, kemudian hasil dari
penjualannya untuk kemajuan pembangunan di pesantrennya. Sehingga
pesantren dapat mandiri, ini merupakan sebuah efektivitas dan efisiensi dari
kegiatan program One Pesantren One Product.

Keberhasilan kegiatan program One Pesantren One Product dengan


melibatkan berbagai pihak, kiranya membuat pondok pesantren di Kabupaten
Majalengka menjadi manfaat yang berarti dan membuat pesantren lebih
mandiri. Tidak hanya dalam hal pelaksanaan, koordinator dan pendamping
masih memberikan dampingannya setelah pesantren mendaptkan bantuan dari
program tersebut. Koordinator beserta pendamping wilayah membuat sebuah
kelompok yang bernama Serikat Ekonomi Pesantren yang mana anggota dari
kelompoknya berisi peserta yang merupakan alumni kegiatan program OPOP.
Dengan terbentuknya kelompok tersebut merupakan sebuah kegiatan yang
sifatnya menindaklanjuti usaha-usaha pesantren, yaitu dengan membantu
usaha yang dijalankan pesantren seperti dalam hal akses pemasarannya dengan
cara menjembatani pesantren dengan komunitas usaha atau koperasi.

Program One Pesantren One Product yang berbasis kemandirian ekonomi


pesantren telah mampu meningkatkan kesadaran masyarakat pesantren
khususnya santri dalam mewujudkan pengembangan ekonomi pesantren.

16
Empower. Vol. (No): page-page

Kesadaran yang tumbuh dari kegiatan program One Pesantren One Product yang
dilakukan oleh pendamping wilayah dan diikuti oleh peserta tersebut
kemudian menghasilkan peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk
mewujudkan kemandirian ekonomi pesantren melalui pemanfaatan potensi
lokal yang dimiliki pesantren. Selain itu dampak yang ditimbulkan adalah
mewujudkan pesantren yaitu dengan mencetak generasi santri yang taqwa,
kreatif, terampil, dan mandiri. Kreativitas dan keterampilan peserta meningkat
dengan mengikuti kegiatan program One Pesantren One Product.

Pesantren dalam Kegiatan Program One Pesantren One Product di Kabupaten


Majalengka

Pondok pesantren di Kabupaten Majalengka sebagian telah mengikuti


seluruh kegiatan yang dilaksanakan dalam program One Pesantren One Product
namun dalam hal ini tidak semua yang mendaftar mendapatkan manfaatnya,
karena ada saja yang menjadi hambatan mulai dari ketidakseriusan peserta
dalam mengikuti kegiatan program One Pesantren One Product, adanya
kekurangan ketika mengikuti audisi yang membuat juri berbeda penilaian,
kemudian ketidaksesuaian proposal usaha dengan bisnis yang nyata di
lapangan. Dalam hal ini terdapat data pondok pesantren yang telah mengikuti
program One Pesantren One Product yang dinyatakan lolos audisi tahap I dari
tahun 2019-2021 (Pendamping OPOP wilayah Majalengka):

Tabel 2. Pesantren mengikuti program OPOP di Kabupaten Majalengka

No. Tahun Jumlah Pesantren Kabupaten

1. 2019 45 Pesantren Majalengka

2. 2020 26 Pesantren Majalengka

3. 2021 59 Pesantren Majalengka

Sumber: Pendamping program OPOP wilayah Majalengka

Dari data diatas yang merupakan pondok pesantren di Kabupaten


Majalengka yang telah mengikuti kegiatan program One Pesantren One Product
dan telah dinyatakan lolos audisi tahap I yaitu dapat dideskripsikan sebagai
berikut:

a. Pada tahun 2019 merupakan tahun pertama dilaksanakannya program


One Pesantren One Product diseluruh Jawa Barat termasuk di Kabupaten
Majalengka. Dapat dilihat pada tahun 2019 pondok pesantren di

17
P-ISSN: 2580-085X, E-ISSN: 2580-0973

Kabupaten Majalengka yang mendapatkan manfaat dari program


tersebut dengan kata lain pesantren telah menerima apresiasi yang
berupa materi dari hasil audisi tahap I, berjumlah 45 pesantren. Dalam
hal ini yang mendaftar dan lolos administrasi jumlahnya lebih dari itu
namun terdapat penilaian berbeda pada saat audisi tahap I yang
membuat pesantren tersebut tidak bisa mendapatkan manfaat berupa
materi yang berguna bagi pengembangan ekonomi pesantren.
b. Dapat dilihat pada tahun kedua dilaksanakannya program One
Pesantren One Product di Kabupaten Majalengka terlihat mengalami
penurunan jumlah pesantren yang lolos audisi tahap I. Pada tahun 2020
pesantren di Kabupaten Majalengka yang mendapatkan manfaat dari
program tersebut berjumlah 26 pesantren. Dalam hal ini mengacu pada
fenomena global yang terjadi dengan masuknya pandemi Covid-19 ke
Indonesia ternyata berpengaruh pada kegiatan program tersebut.
Dikarenakan pada saat itu seluruh santri dipulangkan kepada orang
tuanya masing-masing jadi terdapat sebuah kepanikan yang terjadi dan
mayoritas pesantren lebih mencari aman ketimbang memikirkan
ekonomi pesantren.
c. Dari tabel diatas dapat dilihat pada tahun ketiga dilaksanakannya
program One Pesantren One product data menunjukan sebuah
peningkatan jumlah pesantren yang mendapatkan manfaat dari
program tersebut. Pada tahun 2021 pondok pesantren di Kabupaten
Majalengka yang lolos audisi tahap I berjumlah 59 pesantren. Hal ini
menunjukan sebuah peningkatan dari aspek partisipasi pesantren,
namun sebenarnya yang mendaftar dan lolos administrasi lebih dari
jumlah tersebut. Sehingga masih banyak pondok pesantren yang belum
bisa mendapatkan apresiasi untuk pengembangan ekonomi pesantren.

Pesantren di Kabupaten Majalengka yang kini telah mendapat bantuan


modal usaha dari kegiatan program One Pesantren One Product, sebagian sudah
bisa memenuhi kebutuhan dasar warga pesantrennya. Dalam hal ini artinya
pesantren tersebut telah memanfaatkan dan memaksimalkan usahanya untuk
membangun kemandirian ekonomi pesantren. Bahwasanya dapat diketahui
disamping usahanya yang berkembang juga hasil dari penjualannya masuk ke
pesantren yang mana dapat digunakan sebagai pembangunan yang sifatnya
kemajuan untuk pesantren. Dengan demikian dapat ditinjau bahwa terdapat
hubungan yang berkesinambungan antara diseminasi yang dilakukan
koordinator dengan pendamping wilayah, efektivitas pendampingan yang
dilakukan dapat membuat pesantren mewujudkan kemandirian ekonomi.

18
Empower. Vol. (No): page-page

KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti, dimana kita dapat menarik
kesimpulan bahwa proses diseminasi kegiatan program One Pesantren One
Product mempengaruhi terhadap kelancaran pelaksanaannya dan suksesnya
peserta dalam kegiatan audisi tahap I, yang mana akhirnya peserta dari suatu
pesantren dapat mengambil manfaat dan bantuan yang bisa dimaksimalkan
sebagai modal untuk usaha bisnisnya. Proses diseminasi yang dilakukan
terbukti efektif dalam menyadarkan serta pada akhirnya warga pesantren
mengadopsi program tersebut. Dalam proses diseminasi yang berlangsung
dilakukan oleh koordinator wilayah Ciayumajakuning bersama pendamping
wilayah Majalengka, strategi yang dilakukan dalam menyebarkan informasi
mengenai kegiatan program dinilai cukup efektif, karena selama proses
diseminasi tidak ditemukan adanya penolakan dari pesantren yang berada di
Kabupaten Majalengka. Selain itu pesantren yang mengikuti kegiatan program
One Pesantren One Product sangat merasa terbantu dengan adanya program
tersebut, karena disamping membuat peserta bertambah pengetahuan dan
keterampilannya juga berdampak pada keadaan pesantren secara ekonomi dan
sosialnya.

b. Saran

Dengan adanya program One Pesantren One Product harapan kedepannya


seluruh pondok pesantren di Jawa Barat ini mampu mandiri secara ekonomi
bukan hanya menciptakan satu produk saja namun dapat menciptakan
multiproduk, jadi usaha yang dilakukan tidak hanya berfokus pada satu
produk tetapi harus bisa membuat produk yang lainnya atau lebih dari satu
produk. Karena pada program One Pesantren One Product tidak hanya diberikan
modal usaha tetapi modal pengetahuan, teknik pemasaran, pengelolaan
keuangan yang baik, jadi harapannya semua pondok pesantren yang berada di
Jawa Barat bisa mandiri secara ekonomi supaya tidak mengandalkan donatur-
donatur. Dengan demikian sesuai dengan tagline program yaitu Jabar juara,
pesantren juara dan umat sejahtera.

19
P-ISSN: 2580-085X, E-ISSN: 2580-0973

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Siti Nur., & Fitriyani, Yeni. (2018). Model Pengembangan Ekonomi
Pesantren Berbasis Kearifan Lokal: Studi Kasus Ponpes Sidogiri. Jurnal CIMAE.
Vol. 1. Page: 68-76.

Firmansyah, Erick., dkk. (2020). Pesantren Mandiri Pangan, Program Pelatihan


Optimasi Pemanfaatan Lahan Kritis Berbasis Pertanian Terpadu Di Pondok
Pesantren Al-Hikmah Gunung Kidul. Jurnal Masyarakat mandiri. Vol. 4 No. 5.
https://doi.org/10.31764/jmm.v4i5.2970

Ghufron, M. Idil., & Ishomuddin, Kholid. (2021). KOSMARA: Konsep


Pengembangan Ekonomi dan Pola Perilaku Konsumtif Santri di Pondok Pesantren
Nurul Jadid. Jurnal Penelitian dan Pemikiran Keislaman. Vol. 8 No. 1.

Lugina, Ugin. (2018). Pengembangan Ekonomi Pondok Pesantren Di Jawa Barat.


Risalah: Jurnal Pendidikan dan Studi Islam. Vol. 4 No. 1.

Muhtadi., & Hermansah, Tantan. (2013). Manajemen Pengembangan Masyarakat


Islam (PMI). Tangerang Selatan, Banten: UIN Jakarta Press.

Ningsih, Tirta Rahayu. (2017). Pemberdayaan Ekonomi Pesantren Melalui


Pengembangan Sumber Daya Lokal. Lembaran Masyarakat: Jurnal
Pengembangan Masyarakat Islam. Vol. 3 No. 1.

Setiawan, Wawan Lulus. (2020). Program One Pesantren One Product Dapat
Menjadi Pendekatan Akselerasi Bisnis Di Pesantren Pada Masa Pandemi Covid-
19. E-Coops-Day: Jurnal Pengabdian Masyarakat. Vol. 1 No. 2.

Sukmadirana, Edi., dkk. (2021). Model Diseminasi Penerapan Mobile Money Di


Masyarakat Pedesaan Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Aplikasi Manajemen dan
Bisnis. Vol. 7 No. 1. http://dx.doi.org/10.17358/jabm.7.1.145

Sunuantari, Manik., & Gunawan, Imsar. (2020). Diseminasi Informasi Kelompok


Informasi Masyarakat (KIM) dalam Mendorong Kemandirian Ekonomi. Journal of
Servite. Vol. 2 No. 1. https://doi.org/10.37535/102002120205

20

Anda mungkin juga menyukai