Selamat! Anda telah menyelesaikan asesmen pra program. Semoga Bapak dan Ibu sudah
siap untuk sama-sama belajar.
Pada topik ini, Anda akan lebih jauh mengenal dan memahami mengenai Asesmen
Nasional. Melalui penjelasan pada fase orientasi, apa yang dapat Anda simpulkan mengenai
Asesmen Nasional?
Ya, benar. Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah,
madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu satuan
pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar siswa yang mendasar (literasi, numerasi, dan
karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan yang
mendukung pembelajaran. Informasi-informasi tersebut diperoleh dari tiga instrumen
utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan
Belajar.
Anda dapat melanjutkan ke aktivitas berikutnya. Jangan lupa tandai selesai dan lanjutkan.
Evaluasi Ujian Nasional
Berdasarkan penjelasan pada aktivitas sebelumnya, Bapak dan Ibu telah membandingkan
Asesmen Nasional dan Ujian Nasional. Kebijakan pelaksanaan Asesmen Nasional juga
berangkat dari evaluasi yang dilakukan terhadap Ujian Nasional yang telah berlangsung
selama ini. Ujian Nasional menjadi lebih berorientasi pada pencapaian hasil belajar individu
dan pembelajaran yang berorientasi pada ujian. Sasaran kompetensi yang diharapkan
sebagai perbaikan mutu pendidikan sendiri seringkali terabaikan. Selain itu, beberapa poin
evaluasi berikut ini juga menjadi pertimbangan untuk menghentikan pelaksanaan Ujian
Nasional dan menetapkan penyelenggaraan Asesmen Nasional.
Pertama, Butir-butir soal UN hanya mengukur kemampuan kognitif siswa, sehingga input
dan proses pembelajaran kurang dapat tergambarkan dengan baik. Hal ini belum sejalan
dengan tujuan pendidikan yang ingin mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
serta kompetensi lain yang relevan dengan Abad 21, sebagaimana tercermin pada
Kurikulum 2013. Harapan untuk mengevaluasi keterampilan siswa dalam menerapkan
pengetahuan serta konsep melalui berbagai konteks kehidupan, serta menunjukan karakter
sebagaimana yang diharapkan dalam profil pelajar pancasila belum lengkap dilakukan
melalui UN saja.
Kedua, UN kurang dapat dimanfaatkan guru untuk memperbaiki pembelajaran pada subjek
siswa yang sama. Asesmen Nasional dirancang untuk memberi dorongan lebih kuat ke arah
pengajaran yang inovatif dan berorientasi pada pengembangan kompetensi, termasuk di
dalamnya kemampuan bernalar.
Ketiga, UN kurang optimal sebagai alat untuk mengevaluasi mutu pendidikan secara
nasional. Hal ini disebabkan UN diterapkan di akhir jenjang pendidikan lebih
sebagai assessment of learning yang mengukur capaian akhir, bukan sebagai
sebagai assessment for learning, yang mengukur proses pembelajaran. Hasil UN tidak bisa
digunakan untuk mengakomodir kebutuhan belajar yang diperlukan siswa.
Pemberlakuan Asesmen Nasional ini merupakan sinyalemen yang kuat dari pemerintah
untuk terus memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Dan dari ketiga poin tersebut,
maka sesungguhnya yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi Asesmen Nasional adalah
pemahaman mengenai tujuan dan manfaat Asesmen Nasional, serta implikasinya pada
perubahan praktik dan strategi pembelajaran di kelas. Siswa, guru, orangtua, kepala satuan
pendidikan tidak lagi direkomendasikan untuk berlatih soal-soal persiapan AKM
sebagaimana penilaian yang berbasis ujian.
Silakan membaca penjelasan lengkap pada tautan berikut ini Tanya Jawab Ujian Nasional
Anda dapat melanjutkan ke aktivitas berikutnya. Jangan lupa tandai selesai dan lanjutkan.
Untuk mendapatkan informasi yang tepat, Anda perlu membandingkan beberapa hal
penting mengenai Ujian Nasional dan Asesmen Nasional terlebih dahulu.
Pada aktivitas ini, Anda akan mempelajari penjelasan tentang petunjuk dan teknis
pelaksanaan Asesmen Nasional. Silakan Anda cermati infografik berikut ini.
Berdasarkan penjelasan tersebut, Anda telah melihat perbedaan teknis pelaksanaan
Asesmen Nasional dengan Ujian Nasional? Teknis pelaksanaan mana yang menurut Anda
paling mendasar? Menurut Anda, mengapa perubahan tersebut diperlukan dalam Asesmen
Nasional?
Berikut penjelasan setiap poin pembeda AN dan UN:
1. Tujuan penyelenggaraan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional tidak sama. Seperti
yang telah dijelaskan pada topik dan aktivitas sebelumnya, Asesmen Nasional bertujuan
untuk mengevaluasi mutu sistem pendidikan di Indonesia, sedangkan Ujian Nasional
bertujuan untuk mengevaluasi capaian hasil belajar siswa secara individu.
2. AN diberlakukan untuk semua jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah
pertama, dan pendidikan menengah atas. Ini termasuk MI, MTS dan MAN, serta program
kesetaraan. Sementara UN berlaku mulai jenjang pendidikan menengah pertama dan atas
saja.
3. Asesmen Nasional tidak diselenggarakan pada akhir jenjang pendidikan
sebagaimana Ujian Nasional, melainkan di tengah jenjang pendidikan. Yaitu pada kelas 5, 8,
11. Hal ini dilakukan untuk mendorong guru dan sekolah melakukan tindak lanjut perbaikan
mutu pembelajaran setelah mendapatkan hasil laporan AN. Jadi bukan sekedar untuk
mengetahui capaian hasil belajar siswa sebagai salah satu syarat kelulusan.
4. Pada pelaksanaannya, Asesmen Nasional menggunakan metode survei. Metode
survei dilakukan dengan mengambil sampel siswa diambil secara acak dari setiap sekolah.
Berbanding terbalik dengan Ujian Nasional yang menggunakan metode sensus dimana
semua siswa di seluruh Indonesia wajib mengikutinya.
5. Model soal asesmen yang diberikan dalam AN lebih bervariasi bukan sekedar pilihan
ganda dan uraian singkat sebagaimana yang diberikan dalam UN.
6. Salah satu komponen hasil belajar murid yang diukur pada asesmen nasional adalah
literasi membaca dan numerasi. Asesmen ini disebut sebagai Asesmen Kompetensi
Minimum (AKM) karena mengukur kompetensi mendasar atau minimum yang diperlukan
individu untuk dapat hidup secara produktif di masyarakat. Sementara Ujian Nasional
berbasis mata pelajaran yang memotret hasil belajar murid pada mata pelajaran tertentu.
Hal inilah yang terkadang memberi kesan mata pelajaran yang penting dan kurang penting
dalam pendidikan. Dalam hal ini, AKM memotret kompetensi mendasar yang diperlukan
untuk sukses pada berbagai mata pelajaran.
7. Metode penilaian AN dan UN pun berbeda meskipun keduanya berbasis komputer.
AN menggunakan metode penilaian Computerized Multistage Adaptive Testing (MSAT).
MSAT ialah metode penilaian yang mengadopsi tes adaptif, dimana setiap siswa dapat
melakukan tes sesuai level kompetensinya.
Bapak dan Ibu telah membandingkan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional. Sebagai
tanggapan atas pemberlakuan Asesmen Nasional, berbagai respons pun muncul dari
sejumlah pihak mengenai kebijakan ini. Apakah kebijakan ini hanya sekedar penggantian
nama semata? Menurut Anda, apakah Asesmen Nasional merupakan pengganti Ujian
Nasional?
Benar. Asesmen Nasional bukan pengganti Ujian Nasional. Selain dari teknis
pelaksanaannya, cakupan Asesmen Nasional berbeda jika dibandingkan dengan Ujian
Nasional. Asesmen Nasional lebih memberikan gambaran yang lebih utuh dan luas
mengenai mutu pendidikan, bukan hanya secara kognitif, namun juga karakter dan iklim
belajar.
Pada topik sebelumnya, telah dibahas tentang perbedaan AN dan UN. Kali ini, kita akan
mengidentifikasi dimana letak perbedaanya. Apakah perbedaannya ada di dalam teknis
penyelenggaraan atau dalam pelaksanaannya? Mari, kita mencermati dan menyimak
infografis ini.
Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh satuan pendidikan tingkat dasar dan menengah
di Indonesia, serta program kesetaraan yang dikelola oleh PKBM. Di tiap satuan pendidikan,
Asesmen Nasional akan diikuti oleh sebagian peserta didik kelas V, VIII, dan XI yang dipilih
secara acak oleh Pemerintah. Untuk program kesetaraan, Asesmen Nasional akan diikuti
oleh seluruh peserta didik yang berada pada tahap akhir tingkat 2, tingkat 4 dan tingkat 6
program kesetaraan.
Hal ini terkait dengan tujuan dan fungsi Asesmen Nasional. Asesmen Nasional tidak
digunakan untuk menentukan kelulusan menilai prestasi siswa sebagai seorang individu.
Evaluasi hasil belajar setiap individu siswa menjadi kewenangan pendidik. Pemerintah
melalui Asesmen Nasional melakukan evaluasi sistem. Asesmen Nasional merupakan cara
untuk memotret dan memetakan mutu sekolah dan sistem pendidikan secara keseluruhan.
Karena itu, tidak semua siswa perlu menjadi peserta dalam Asesmen Nasional. Yang
diperlukan adalah informasi dari sampel yang mewakili populasi siswa di setiap sekolah
pada jenjang kelas yang menjadi target dari Asesmen Nasional.
Mengapa yang menjadi sampel adalah siswa kelas V, VIII dan XI?
Perlu diketahui, selain peserta didik, Asesmen Nasional juga akan diikuti oleh semua guru
dan kepala sekolah di setiap satuan pendidikan. Informasi dari peserta didik, guru, dan
kepala sekolah diharapkan memberi informasi yang lengkap tentang kualitas proses dan
hasil belajar di setiap satuan pendidikan. Sementara Asesmen Kompetensi Minimum untuk
pendidikan kesetaraan berfungsi sebagai ujian kesetaraan.
Bentuk soal Asesmen Nasional AKM, terdiri dari pilihan ganda, pilihan ganda kompleks,
menjodohkan, isian singkat dan uraian.
1. Pilihan ganda, siswa hanya dapat memilih satu jawaban benar dalam satu soal.
2. Pilihan ganda kompleks, siswa dapat memilih lebih dari satu jawaban benar dalam
satu
3. Menjodohkan, siswa menjawab dengan dengan cara menarik garis dari satu titik ke
titik lainnya yang merupakan pasangan pertanyaan dengan jawabannya.
4. Isian singkat, siswa dapat menjawab berupa bilangan, kata untuk menyebutkan nama
benda, tempat, atau jawaban pasti lainnya.
5. Uraian, siswa menjawab soal berupa kalimat-kalimat untuk menjelaskan jawabannya.
Murid kelas V akan mengerjakan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi
membaca dan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi numerasi. Sedangkan siswa kelas
VIII dan XI akan mengerjakan 36 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi membaca
dan 36 butir soal untuk mengukur kompetensi numerasi.
AKM dilaksanakan secara adaptif, sehingga setiap siswa akan menempuh soal yang sesuai
dengan tingkat kemampuan siswa itu sendiri. AKM mengukur kompetensi mendasar yang
perlu dipelajari semua siswa tanpa membedakan peminatannya. Oleh karena itu seluruh
siswa akan mendapat soal yang mengukur kompetensi yang sama. Keunikan konteks
beragam materi kurikulum lintas mata pelajaran dan peminatan tercermin dalam ragam
stimulus soal-soal AKM.
Materi belajar pada topik ini sudah Anda lewati. Petunjuk, teknis pelaksanaan, kriteria
peserta dan merumuskan butir soal AN telah Anda pahami. Sebelum melangkah ke topik
selanjutnya, silahkan mengikuti kuis Pelaksanaan Asesmen Nasional untuk mengukur
pemahaman belajar Anda pada topik ini. Berikut terdapat beberapa pernyataan benar atau
salah. Pilihlah pernyataan yang benar.
Literasi membaca termasuk dalam kompetensi yang paling mendasar yang ingin dievaluasi
dalam Asesmen Kompetensi Minimum. Sebelum membahas lebih jauh mengenai asesmen
Literasi membaca dalam AKM, Bapak dan Ibu perlu meninjau kembali apa yang dimaksud
dengan literasi membaca dan menulis.
Literasi baca dan tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis,
mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi,
dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan
potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial.
Literasi membaca dan menulis, tidak seperti sebutannya, mencakup kemampuan yang lebih
dari sekedar mampu mengeja kalimat dan menuliskannya. Literasi membaca dan menulis,
perlu dikembangkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih bermakna terkait
berbagai cakupan dan konteks kehidupan. Di dalam lingkungan satuan pendidikan,
kompetensi literasi yang terus berkembang memungkinkan siswa untuk dapat
menggunakannya dalam berbagai mata pelajaran.
Selanjutnya Bapak dan Ibu dapat melanjutkan ke aktivitas berikutnya untuk mengenali
bagaimana Asesmen Kompetensi Minimum literasi membaca diterapkan.
Pada topik ini, Bapak dan Ibu guru akan mempelajari lebih jauh mengenai Asesmen Literasi
Membaca yang berlaku untuk Asesmen Kompetensi Minimum yang akan diberikan pada
siswa. Dalam penilaiannya asesmen literasi membaca tidak hanya mengukur topik atau
konten tertentu tetapi berbagai konten, berbagai konteks dan pada beberapa tingkat
proses kognitif.
Konten pada Literasi Membaca menunjukkan jenis teks yang digunakan, dalam hal ini
dibedakan dalam dua kelompok yaitu teks informasi dan teks fiksi. Kemudian, tingkat proses
kognitif menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk dapat
menyelesaikan masalah atau soal. Pada Literasi Membaca, level tersebut adalah menemukan
informasi, interpretasi dan integrasi serta evaluasi dan refleksi. Sedangkan konteks
menunjukkan aspek kehidupan atau situasi untuk konten yang digunakan. Konteks pada
AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu personal, sosial budaya, dan saintifik.
Untuk mempermudah Bapak dan Ibu memahami penilaian asesmen literasi membaca
silakan cek infografis berikut:
Selanjutnya, Bapak dan Ibu akan berlatih menganalisis tahap asesmen pada tingkat SMA.
Pada tingkat SMA terdapat 2 level pembelajaran, mari kita pelajari setiap level pembelajaran
yang ada pada tingkat SMA.
Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 9 dan 10, siswa akan belajar sesuai tingkat kognitif
pada literasi membaca hanya saja siswa pada kelas 9 dan 10 akan menggunakan konten
yang terus meningkat sesuai dengan jenjangnya. Siswa akan memahami teks secara literal
dan menyusun inferensi, membuat koneksi dan prediksi baik teks tunggal maupun teks
jamak. Siswa juga menilai format penyajian dalam teks dan merefleksi isi wacana untuk
pengambilan keputusan, menetapkan pilihan, dan mengaitkan isi teks terhadap pengalaman
pribadi Bapak dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link Level
Pembelajaran 1 Literasi Membaca Teks Fiksi dan Level Pembelajaran 1 Literasi Membaca
Teks Informasi
Pada level pembelajaran 2 untuk kelas 11 dan 12, sama seperti level pembelajaran 1 siswa
juga akan belajar sesuai tingkat kognitif pada literasi membaca hanya saja siswa pada kelas
11 dan 12 akan menggunakan konten yang terus meningkat sesuai dengan jenjangnya.
Siswa akan memahami teks secara literal dan menyusun inferensi, membuat koneksi dan
prediksi baik teks tunggal maupun teks jamak. Siswa juga menilai format penyajian dalam
teks dan merefleksi asumsi, ideologi, atau nilai yang terkandung dari teks sastra atau teks
informasi untuk memahami cara pandang penulis sesuai jenjangnya. Bapak dan Ibu juga
dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link Level Pembelajaran 2 Literasi
Membaca Teks Fiksi dan Level Pembelajaran 2 Literasi Membaca Teks Informasi
Pada aktivitas sebelumnya Bapak dan Ibu telah belajar menganalisis tahap Asesmen Literasi
Membaca tingkat SMA. Pada topik ini, Bapak dan Ibu akan mengenal contoh-contoh butir
Asesmen Literasi Membaca teks fiksi dan juga teks informasi tingkat SMA.
Sombong
Penuh perhitungan
Tidak mudah percaya
B Penyelesaian konflik
C Peningkatan masalah
D Munculnya konflik
E Puncak konflik
Kompetensi yang diukur: Menjustifikasi pendapat orang lain berdasarkan isi teks sastra
atau teks informasi sesuai jenjangnya.
9. Setelah membaca puisi ini, Emir merasa bahwa puisi ini cocok dengan suasana hatinya
karena baru saja ia kehilangan kucing kesayangannya. Setujukah kamu dengan pendapat
Emir tersebut? Jelaskan jawabanmu.
Jawaban: Setuju. Karena puisi tersebut bercerita tentang kehilangan. Situasi tersebut sesuai
dengan kondisi Emir.
Selain contoh-contoh soal Level pembelajaran 1 teks fiksi yang ada pada aktivitas ini
Bapak dan Ibu juga bisa melihat contoh-contoh soal Asesmen Literasi yang lebih beragam
dengan klik setiap judul kompetensi yang diukur.
Level Pembelajaran 1 Teks Informasi untuk Kelas 9 dan 10
Peningkatan penerimaan Pph UMKM orang pribadi dan Pph UMKM badan selalu meningkat.
Pada tahun 2016, penerimaan Pph UMKM badan lebih kecil daripada penerimaan Pph UMKM orang pribadi.
Pemerintah menurunkan tarif pajak penghasilan (Pph) final bagi UMKM sebesar 1 %.
Jawaban: Pertama, agar UMKM terus tumbuh. Kedua, agar pelaku UMKM tidak merasa
terbebani pajak.
Kompetensi yang diukur: Membandingkan hal-hal utama (misalnya perbedaan kejadian,
prosedur, ciri-ciri benda) dalam teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya.
5. Kamu ingin membuang sampah di rumah dengan memisahkan sampah menjadi dua
kelompok: kelompok sampah B3 dan kelompok sampah yang tidak mengandung B3.
Kelompokkanlah sampah berikut sesuai dengan jenis limbahnya!
Sampah Mengandung B3 Tidak Mengandung B3
C. Obat nyamuk
D. Potongan sayuran
F. Detergen
Jawaban: Tidak karena persentase golongan penerima subsidi yang ditampilkan pada grafik
hanya menunjukkan persentase pada tahun 2018, bukan keseluruhan periode 2011-2018.
Kompetensi yang diukur: Menilai akurasi pada informasi visual atau nonvisual dalam teks
informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya.
7. Berdasarkan teks, terdapat pernyataan bahwa UMKM di bidang kuliner adalah salah satu
jenis usaha yang menguntungkan dan selalu laris. Apakah pernyataan itu dapat dikatakan
akurat? Jelaskan pendapatmu!
Jawaban: Tidak akurat karena usaha kuliner bisa saja tidak laris jika tidak dikemas dengan
kreatif dan inovatif. Jika terlalu banyak orang yang berbisnis kuliner, persaingan makin ketat
sehingga perlu cara lain untuk membuat makanan tersebut laris. Selain itu, terdapat bisnis
lain yang juga berpotensi laris, yaitu yang berhubungan dengan kebutuhan mendasar,
seperti pakaian dan peralatan rumah tangga.
Kompetensi yang diukur: Menilai efektivitas format penyajian data (format visual, struktur
perbandingan, contoh, dll) untuk mendukung ide pokok pada teks informasi yang terus
meningkat sesuai jenjangnya.
Perhatikan grafik berikut.
Misalnya, pada tahun 2019, subsidi pengguna listrik mengalami kenaikan dan sebagian
besar dialokasikan untuk pengguna 450 VA dibandingkan dengan pengguna 900 VA.
8. Apakah hal itu menjadi indikator bahwa penduduk kelas menengah ke bawah di
Indonesia mengalami kenaikan? Jelaskan alasanmu.
Jawaban: Benar, karena pengguna listrik 450 VA sebagian besar adalah kelas menengah ke
bawah.
Kompetensi yang diukur: Menilai dan mengidentifikasi bias pada penulisan teks informasi
sesuai jenjangnya.
9. Sebuah informasi yang bias adalah informasi yang tidak didukung oleh data yang akurat
atau yang bertujuan untuk menguntungkan sebuah pihak. Setelah membaca teks tentang
peran UMKM tersebut bagi perekonomian tersebut, apakah informasi yang di dalamnya
bersifat bias? Jelaskan alasanmu!
Jawaban yang mungkin: Teks UMKM bias karena tidak didukung data dari sumber yang
terpercaya. Selain itu, teks memiliki tujuan untuk mempromosikan program pelatihan yang
terdapat di akhir teks.
Kompetensi yang diukur: Menjustifikasi pendapat orang lain berdasarkan isi teks sastra
atau teks informasi sesuai jenjangnya.
10. Pulang sekolah adik kehujanan di jalan. Sesampainya di rumah, adik mandi tapi tidak
keramas. Malam harinya kepala adik pusing dan badannya demam. Menurut pendapatmu,
apakah pusing yang diderita adik berpotensi penyebab stroke? Sertakan alasanmu!
Jawaban: Tidak berpotensi penyebab stroke karena penyebab adik pusing itu kehujanan.
Selain contoh-contoh soal Level pembelajaran 1 teks informasi yang ada pada aktivitas ini
Bapak dan Ibu juga bisa melihat contoh-contoh soal Asesmen Literasi yang lebih beragam
dengan klik setiap judul kompetensi yang diukur.
Level Pembelajaran 2 Teks Fiksi untuk Kelas 11 dan 12
Kompetensi yang diukur: Menemukan informasi tersurat (siapa, kapan, di mana, mengapa,
bagaimana) pada teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya.
1. Dalam puisi tersebut, terdapat banyak kata “amplop” yang digunakan secara berulang.
Makna dari kata “amplop” yang dimaksudkan oleh penulis adalah …
A amplop pesan
B sumbangan
C hadiah
D surat
A (7)
B (8)
C (9)
D (10)
E (11)
Kompetensi yang diukur: Merefleksi asumsi, ideologi, atau nilai yang terkandung dari teks
sastra atau teks informasi untuk memahami cara pandang penulis sesuai jenjangnya.
4. Setelah membaca puisi Sajak Sebatang Lisong karya W. S. Rendra, kamu akan memahami
bahwa tema yang disampaikan penyair dalam puisi tersebut adalah tentang isu sosial.
Apakah kamu setuju dengan pernyataan tersebut? Berikan alasannya!
Selain contoh-contoh soal Level pembelajaran 2 teks fiksi yang ada pada aktivitas ini Bapak
dan Ibu juga bisa melihat contoh-contoh soal Asesmen Literasi yang lebih beragam dengan
klik setiap judul kompetensi yang diukur.
Level Pembelajaran 2 Teks Informasi untuk Kelas 11 dan 12
Kompetensi yang diukur: Menemukan informasi tersurat (siapa, kapan, di mana, mengapa,
bagaimana) pada teks sastra atau teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya.
1. Pernyataan manakah yang menjelaskan mengapa energi surya disebut energi hijau?
Kamu dapat memilih beberapa jawaban.
Energi surya melepas substansi yang tidak berbahaya atau suara ke atmosfer
Energi surya tidak memancarkan polutan apa pun ke atmosfer pada saat pemroduksian ataupun
pengonsumsian
A Aspek Hukum
B Aspek Yuridis
C Aspek Sosiologis
D Aspek Psikologis
E Aspek Kemanusiaan
Kompetensi yang diukur: Menjelaskan ide pokok dan beberapa ide pendukung pada teks
informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya.
3. Apa tujuan dimunculkannya FAQ (Frequently Asked Question / pertanyaan yang sering
muncul) tentang panel surya pada bacaan tersebut?
Kompetensi yang diukur: Menyimpulkan perubahan kejadian, prosedur, gagasan atau
konsep di dalam teks informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya.
4. Dari wacana informasi yang disajikan, praktek pemberian (gratifikasi) dapat mengarah
lebih jauh ke dalam tindakan korupsi jika menyangkut beberapa hal berikut ini. Berikan
tanda ceklis (V) pada pernyataan yang Anda setujui dan tanda silang (X) pada pernyataan
yang Anda tidak setuju!
Tidak
Pernyataan Setuju Setuju
“Bekerja di mana saja. Meskipun efisiensi panel surya meningkat secara proporsional
dengan jumlah sinar matahari yang diterimanya, panel ini dapat bekerja atau berfungsi di
mana saja, bahkan ketika mendung. Selain itu, menambahkan sistem penyimpanan baterai
surya ke sistem tenaga surya memungkinkan kita menikmati energi gratis di mana saja,
bahkan saat malam hari.”
Menurutmu, apakah panel surya dapat diterapkan di negara tropis, seperti di Indonesia,
atau lebih sesuai diterapkan di negara dengan empat musim? Sertakan alasanmu.
Kompetensi yang diukur: Menilai akurasi pada informasi visual atau nonvisual dalam teks
informasi yang terus meningkat sesuai jenjangnya.
6. Apakah diagram Dua Penerima Terbesar Subsidi Listrik Tahun 2018 pada wacana tersebut
memberikan gambaran tentang ketepatan subsidi listrik?
Kompetensi yang diukur: Menilai efektivitas format penyajian data (format visual, struktur
perbandingan, contoh, dll) untuk mendukung ide pokok pada teks informasi yang terus
meningkat sesuai jenjangnya.
7. Beberapa hal berikut ini telah menyumbang kondisi perubahan iklim yang cukup parah.
Berdasarkan pemahamanmu pada data infografik tersebut, berikan tanda centang pada
pernyataan Benar atau tanda silang pada pernyataan Salah pada hal-hal yang ikut
mengakibatkan perubahan iklim.
PERNYATAAN BENAR SALAH
Selain contoh-contoh soal Level pembelajaran 2 teks informasi yang ada pada aktivitas ini
Bapak dan Ibu juga bisa melihat contoh-contoh soal Asesmen Literasi yang lebih beragam
dengan klik setiap judul kompetensi yang diukur.
Anda telah mengenali level-level perkembangan kompetensi literasi siswa SMA. Pada
aktivitas ini, Bapak dan Ibu akan berlatih membuat butir soal literasi yang akan membantu
siswa Anda untuk berlatih menggunakan kompetensi literasi untuk bernalar dalam
pembelajaran di kelas. Bagaimana langkahnya? Mari kita berlatih.
1. Pertama, pahami kompetensi literasi membaca siswa yang Anda ampu. Dari situ Anda
dapat memilih teks yang sesuai. Misalnya, dari kedua teks berikut ini manakah yang paling
sesuai dengan level yang anda ampu, Apakah teks 1, atau teks 2? Jelaskan.
2. Kedua, setelah memilih teks bacaan sesuai dengan level kompetensi siswa yang Anda
ampu, pilihlah salah satu kompetensi yang ingin Anda kembangkan dan evaluasi.
3. Ketiga, dari kompetensi literasi tersebut, cobalah membuat 3 buah soal dengan bentuk
yang berbeda-beda berdasarkan teks yang Anda pilih tadi.
Konsep Numerasi
Numerasi termasuk dalam kompetensi yang paling mendasar yang ingin dievaluasi dalam
Asesmen Kompetensi Minimum. Sebelum membahas lebih jauh mengenai asesmen
numerasi dalam AKM, Bapak dan Ibu perlu meninjau kembali apa yang dimaksud dengan
numerasi.
Secara umum kompetensi numerasi ditandai dengan kemampuan seseorang untuk bernalar,
mengambil keputusan yang tepat, dan memecahkan masalah. Kemampuan ini dalam
penerapannya terkait dengan mata pelajaran lain yang siswa pelajari.
Untuk lebih jelas mempelajari bagaimana kompetensi numerasi dievaluasi dalam asesmen
kompetensi minimum, Anda dapat melanjutkan pada aktivitas selanjutnya.
Pada Numerasi, konten dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu: Bilangan, Pengukuran
dan Geometri, Data dan Ketidakpastian, serta Aljabar. Kemudian, tingkat proses kognitif
menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk dapat menyelesaikan
masalah atau soal. Pada Numerasi, ketiga level tersebut adalah pemahaman, penerapan,
dan penalaran. Sedangkan konteks menunjukkan aspek kehidupan atau situasi untuk
konten yang digunakan. Konteks pada AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu personal, sosial
budaya, dan saintifik.
Untuk mempermudah Bapak dan Ibu memahami penilaian asesmen literasi membaca
silakan cek infografis berikut:
Pada aktivitas sebelumnya Bapak dan Ibu telah belajar menganalisis tahap asesmen
numerasi tingkat SMA. Pada topik ini, Bapak dan Ibu akan mengenal contoh-contoh butir
asesmen numerasi tingkat SMA.
Pada tingkat SMA terdapat 1 level pembelajaran. Pada level pembelajarannya terdapat 3
konten yang dipelajari yakni, geometri dan pengukuran, aljabar, serta data dan
ketidakpastian.
Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 10, siswa akan belajar geometri dengan memahami
dan menggunakan perbandingan trigonometri serta ,menghitung volume dan luas
permukaan. Selain itu siswa juga akan mempelajari persamaan dan pertidaksamaan, relasi
dan fungsi bilangan, termasuk pola bilangan. Dan akan mempelajari data dan representasi
juga ketidakpastian dan peluang. Bapak dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih
lengkap melalui link Level Pembelajaran 1 Numerasi.
Pada aktivitas sebelumnya, Bapak dan Ibu telah belajar menganalisis tahap asesmen
numerasi pada tingkat SMA. Pada topik ini, Bapak dan Ibu akan mengenal contoh-contoh
butir asesmen numerasi tingkat SMA.
1. Badan Geologi, Kementerian ESDM dan Mitigasi Bencana Geologi Sumatera Utara sedang
mengamati ketinggian letusan awan panas gunung Sinabung pada hari tersebut. Puncak
gunung terlihat pada sudut elevasi 30° sedangkan puncak letusan awan panas terlihat pada
sudut elevasi 60°.
Diketahui tinggi gunung Sinabung adalah 2.460 meter dan terjadi kesalahan dalam
mengukur sudut elevasi. Besar sudut elevasi untuk melihat tinggi erupsi seharusnya adalah
50o. Akibat kesalahan ini, maka tinggi erupsi gunung sebenarnya lebih tinggi atau
rendahkah bila dibandingkan dengan tinggi erupsi yang didapatkan dari sudut elevasi
semula? Beri alasannya!
Jawaban:
30 derajat dengan tinggi 2460 meter, yang seharusnya adalah 50 derajat. Besar sudut
sebanding dengan tinggi dengan aturan trigonometri — x = t / sin y dengan x jarak
pengamat dengan kaki gunung.
Kompetensi: Menghitung volume dan luas permukaan limas segi-n, kerucut, dan bola.
HEMAT AIR BUAT KEHIDUPAN MASA DEPAN
2. Air adalah sumber daya alam yang sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh.
Sebagai manusia yang akan selalu menggantungkan diri pada air kita memang sudah
seharusnya untuk menjaganya. Meskipun air ini adalah sumber daya yang terbarukan,
namun untuk air bersih ternyata sumber daya ini tidak bisa diperbarui. Keberadaan air
bersih yang terus menyusut tiap tahunnya ini akhirnya harus membuat kita ekstra waspada
akan stok atau persediaannya. Untuk menjaga stok atau persediaan air bersih ini dengan
baik Anda mau tak mau memang harus melakukan penghematan.
A 2 buah
B 3 buah
C 5 buah
D 10 buah
E 12 buah
Berdasarkan harga tiap paket yang tersedia di toko Rejeki dan toko Makmur carilah masing-
masing harga dari setiap alat tulis baik penghapus, buku tulis maupun bolpoin, bu Siti
menarik kesimpulan bahwa …
A Harga sebuah buku tulis di toko Rejeki lebih mahal dari toko Makmur.
B Harga sebuah buku tulis di toko Rejeki lebih murah dari toko Makmur.
E Harga sebuah bolpoin di toko Rejeki lebih murah dari toko Makmur.
Untuk memenuhi ruangan yang disediakan, Anita akan membuat 10 susunan bola tersebut.
Berapakah banyak bola tanah yang harus disediakan? (Asumsi ada penambahan 10% bola
tanah untuk persediaan/penggantian bola tanah yang rusak selama masa pameran di setiap
susunan bola)
Banyak pengguna telepon seluler di Indonesia akan mencapai angka 78,6 juta pada tahun
….
A 2006
B 2007
C 2008
D 2009
E 2010
Berikut ini disajikan grafik harga emas ANTAM pada bulan Mei 2019.
Pada akhir bulan Mei 2019, harga emas lebih tinggi bila dibandingkan pada awal bulan Mei 2019.
Laju kenaikan harga emas mulai tanggal 28 Mei hingga 31 Mei adalah positif.
Laju kenaikan harga emas mulai tanggal 28 Mei hingga 31 Mei adalah yang tertinggi selama bulan
Mei 2019.
Berdasarkan data historis yang dikumpulkan Andi selama ini, maka 90% prakiraan cuaca
yang diberikan oleh BMKG sesuai dengan kondisi yang sebenarnya terjadi kemudian.
Pada hari itu Andi tidak membawa payung, dan karena jarak rumah dan sekolahnya cukup
jauh, Andi tidak pernah menunggu hujan reda agar cepat sampai di rumah. Bila ia pergi ke
sekolah pada dini hari dan pulang pada siang hari, maka peluang Andi basah terkena air
hujan pada saat perjalanan pergi atau pulang sekolah adalah …
A 7%
B 19%
C 81%
D 93%
E 99%
Anda telah mengenali level-level perkembangan kompetensi numerasi siswa SMA. Pada
aktivitas ini, Bapak dan Ibu akan berlatih membuat butir soal numerasi yang akan
membantu siswa Anda untuk berlatih menggunakan kompetensi numerasi untuk bernalar
dalam pembelajaran di kelas. Bagaimana langkahnya? Mari kita berlatih.
1. Pertama, pahami kompetensi numerasi siswa yang Anda ampu. Dari situ Anda dapat
memilih kasus yang sesuai. Misalnya, dari kedua gambar berikut ini manakah yang paling
sesuai dengan level yang anda ampu, Apakah gambar 1, atau gambar 2? Jelaskan.
2. Kedua, setelah memilih kasus sesuai dengan level kompetensi siswa yang Anda
ampu, pilihlah salah satu kompetensi yang ingin Anda kembangkan dan evaluasi.
3. Ketiga, dari kompetensi numerasi tersebut, cobalah membuat 3 buah soal dengan
bentuk yang berbeda-beda berdasarkan gambar yang Anda pilih tadi.
Pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan atas dasar kompetensi, bukan hafalan materi
semata, memberikan kesempatan pada siswa untuk terus mengembangkan kemampuan
dasar numerasinya dalam penalaran.
Anda telah sampai pada topik yang terakhir dari Bimtek Guru Belajar Seri Asesmen
Kompetensi Minimum. Pada topik-topik sebelumnya Anda telah memahami mengenai
konsep Asesmen Nasional, teknis pelaksanaannya, AKM sebagai bagian dari AN, serta
memahami contoh-contoh butir soal AKM literasi membaca dan numerasi. Sekarang Anda
akan menggali pemahaman mengenai apa yang terjadi setelah Asesmen Kompetensi
Minimum dilaksanakan.
Tahap lanjutan setelah pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum adalah tahap Pelaporan
hasil asesmen. Sesuai dengan tujuannya, Asesmen Kompetensi Minimum dirancang untuk
memberikan informasi mengenai tingkat kompetensi dasar siswa, berupa kompetensi
literasi membaca dan numerasi.
Dari laporan hasil Asesmen Kompetensi tersebut, satuan pendidikan dapat melihat tingkat
penguasaan kompetensi siswanya. Penguasaan kompetensi literasi membaca dan numerasi
siswa dikategorikan dalam 4 tingkatan. Untuk lebih memahami penjelasan kompetensi pada
setiap kategori, Anda dapat membaca infografik berikut ini:
Tingkat kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran untuk
menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan berkualitas sesuai dengan tingkat
kompetensi siswa. Dengan demikian “Teaching at the right level” dapat diterapkan.
Pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan tingkat capaian siswa akan
memudahkan siswa menguasai konsep, keterampilan dan konten yang diharapkan pada
suatu mata pelajaran. Anda dapat membaca informasi selengkapnya pada tautan berikut
ini: AKM dan Implikasinya pada Pembelajaran
Laporan hasil Asesmen Kompetensi Minimum yang menunjukan kategori kompetensi dasar
sekolah, perlu ditindaklanjuti dengan perubahan strategi pembelajaran. Sejalan dengan
tujuan Asesmen Nasional untuk mencapai kompetensi siswa dan peningkatan mutu
pendidikan, maka praktik pembelajaran pun sedikit demi demi sedikit perlu berubah dari
pembelajaran yang berbasis konten menuju pembelajaran yang berbasis kompetensi.
Kompetensi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik, misalnya
mampu melakukan tugas atau pekerjaan secara efektif. Kompetensi juga mencakup
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal, atau bahkan
keterampilan yang jauh lebih besar dan lebih beragam. Misalnya memimpin organisasi.
Tidak semua siswa akan mencapai level mahir dalam waktu yang bersamaan. Akan tetapi
setiap usaha dan proses yang dilakukan siswa untuk mencapai level yang lebih tinggi, tentu
akan menunjukan peningkatan kinerja siswa. Dimana siswa menjadi lebih fasih dan terampil.
Kefasihan mengacu pada kelancaran mereka dalam melakukan pekerjaannya. Siswa menjadi
lebih yakin pada kemampuannya jika siswa dapat naik ke level penguasaan yang lebih
tinggi. Keterampilan mengacu pada kemampuan untuk beradaptasi dan bereaksi terhadap
situasi baru untuk “bergerak dengan cepat” berdasarkan informasi baru.
Setiap kategori tingkat penguasaan kompetensi, sebagaimana telah dibahas pada aktivitas
sebelumnya, tentu memiliki kebutuhan dan pendekatan tersendiri. Sebelum menentukan
tindak lanjut yang tepat, Guru perlu menganalisis setiap kategori kompetensi siswanya.
Pada infografik berikut ini, disajikan contoh analisis tingkat kompetensi berdasarkan
kebutuhan, pendekatan, struktur pembelajaran. Penjelasan ini diadaptasi dari penjelasan
tahapan penguasaan Marc Rosenberg (2012). Silakan membaca dan mencermatinya.
Implikasi tingkat kompetensi pada pembelajaran dapat dilihat melalui contoh mata
pelajaran IPS berikut ini. Disajikan bacaan berisi materi baru mengenai koperasi:
menjelaskan definisi, fungsi, manfaat dan beragam contoh baik. Guru diharapkan
menyesuaikan pembelajarannya sesuai tingkat kompetensi murid. Misalnya:
1. Murid di tingkat Perlu Intervensi Khusus belum mampu memahami isi bacaan, murid
hanya mampu membuat interpretasi sederhana. Guru IPS tidak cukup bertumpu pada
materi bacaan tersebut. Murid perlu diberi bahan belajar lain secara audio, visual dan
pendampingan khusus.
2. Murid di tingkat Dasar telah mampu mengambil informasi dari teks, namun tidak
memahami secara utuh isi topik koperasi. Murid dapat diberi sumber belajar pendamping
dalam bentuk catatan singkat atau simpulan untuk pemahaman yang utuh.
3. Murid di tingkat Cakap mampu memahami dengan baik isi teks mengenai koperasi,
namun belum mampu merefleksi. Murid dapat diberi pembelajaran identifikasi kondisi
lingkungan murid, mengaitkan dengan fungsi dan manfaat koperasi.
4. Murid di tingkat Mahir mampu memahami isi bacaan dan merefleksi kegunaan
koperasi dari teks yang diberikan oleh guru. Guru dapat melakukan pembelajaran berupa
menyusun beragam strategi pemanfaatan koperasi.
Untuk melihat contoh-contoh ragam strategi pembelajaran berdasarkan kategori tingkat
penguasaan kompetensi, Anda dapat membaca lebih jauh pada tautan berikut ini AKM dan
Implikasinya pada Pembelajaran
Contoh praktik baik berikut ini, akan memberikan gambaran pada Bapak dan Ibu bagaimana
praktik pembelajaran yang berbasis kompetensi. Selain itu contoh berikut ini juga
memberikan gambaran bagaimana literasi dan numerasi terintegrasi dalam pembelajaran.
Contoh Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi:
1. Modul Belajar Literasi dan Numerasi Jenjang SD. Klik di Modul Literasi dan Numerasi
2. Surat Kabar Guru Belajar Edisi Ke-21: Literasi untuk Belajar. Klik
di http://bit.ly/skgurubelajar021
Asesmen seringkali dipersepsikan sebagai upaya menentukan nilai murid. Tidak heran
apabila banyak dari kita yang berusaha keras melakukan upaya agar nilai murid kita setinggi
mungkin. Nilai murid menjadi sasaran kinerja. Padahal peran asesmen yang pertama dan
utama bukan lah menentukan nilai murid.
Peran pertama dan utama asesmen harus dilihat sebagai bagian dari proses pembelajaran
yang utuh. Kerangka yang sering digunakan adalah segitiga belajar yang mengkaitkan
antara asesmen, kurikulum dan pembelajaran. Segitiga belajar membantu kita tidak melihat
asesmen, kurikulum dan pembelajaran sebagai aspek yang berdiri sendiri. Guru dan
pemimpin sekolah dapat melakukan penyelarasan antar 3 aspek yang menentukan
pengalaman belajar murid.
Dalam segitiga belajar, maka makna masing-masing segi adalah sebagai berikut: