Anda di halaman 1dari 8

TUGAS RESUM BIMBINGAN KARIER

Mata Kuliah : Perencanaan Karier


Nama : Rifkianto Nuragusti
Nim : 18.202015.4713

A. Tahap-tahap Bimbingan Karir/Jabatan

Mengingat pentingnya masalah karir dalam kehidupan manusia, sejak dini anak perlu
dipersiapkan dan dibantu untuk merencanakan hari depan yang lebih cerah, dengan cara
memberikan pendidikan dan bimbingan karir yang berkelanjutan Karena itu, layanan bimbingan
dan konseling merupakan kegiatan yang terencana berdasarkan pengukuran kebutuhan yang
diwujudkan dalam bentuk program himbingan dan konseling Program bimbingan dan konseling
di sekolah dapat disusun secara makro untuk tiga tahun, meso 1 (satu) tahun, dan mikro sebagai
kegiatan operasional dan memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan khusus Program bimbingan dan
konseling ini dapat menjadi landasan yang jelas terukur oleh layanan profesional yang diberikan
oleh konselor di sekolah. Pengawas harus mengetahui dan memahami bagaimana struktur dan
lingkup program sebagai bahan pembinaan dan pengawasan terhadap kinerja konselor dan
pelayanan pendidikan psikologis yang diterima oleh peserta didik untuk mendukung pencapaian
perkembangan yang optimal serta mutu proses dan hasil

B. Tahap-tahap perkembangan karir dibagi menjadi tiga tahap pokok


a. Tahap fantasi: 0-11 tahun (masa sekolah dasar).
b. Tahap tentatif 12-18 tahun (masa sekolah menengah).
c. Tahap realistis: 19-25 tahun (masa perguruan tinggi).
a) Tahap fantasi
b) Pada tahap fantasi, anak sering menyebutkan cita-cita mereka kelak kalau sudah besar,
misalnya ingin menjadi dokter, petani, pilot, guru, tentara, dan lain-lain. Mereka juga
senang bermain peran (misalnya bermain dokter dokteran, bermain jadi guru, bermain
jadi polisi, dan lain-lain) sesuai dengan peran-peran yang mereka lihat di lingkungan
mereka. Jabatan atau pekerjaan yang mereka inginkan atau perankan pada umumnya
masih sangat dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya dari TV, video, majalah, atau
tontonan maupun tokoh tokoh yang pernah melintas dalam kehidupan mereka. Oleh
karena itu, tidak mengherankan jika pekerjaan ataupun jabatan yang mereka sebutkan
masih jauh dari pertimbangan rasional maupun moral. Mereka memang asal sebutkan
saja pekerjaan yang dipandang menarik saat itu. Dalam hal ini, orangtua dan pendidik
tidak perlu cemas ataupun gelisah jika suatu ketika anak ternyata menyebutkan atau
menginginkan pekerjaan yang jauh dari harapan orangtua ataupun pendidik Dalam tahap
ini, anak belum mampu memilih jenis pekerjaan/jabatan secara rasional dan objektif
karena mereka belum mengetahui bakat, minat, dan potensi mereka yang sebenarnya.
Mereka sekadar berfantasi saja secara bebas, yang sifatnya sama sekali tidak mengikat.

c) Tahap tentatif (belum pasti)


Tahap tentatif (belum pasti) dibagi menjadi empat sub tahap, yakni:
d) Minat (interest)
e) Kapasitas (capacity)
f) Nilai (values), dan
g) Transisi (transition)
h) Pada tahap tentatif, anak mulai menyadari bahwa mereka memiliki minat dan
kemampuan yang berbeda satu sama lain. Ada yang berminat di bidang seni, ada pula
yang lebih berminat di bidang olahraga. Mereka mulai sada bahwa kemampuan mereka
berbeda satu sama lain. Ada yang lebih mampa dalam bidang matematika, ada yang
mahir dalam bidang bahasa, atau ada pula yang mahir dalam bidang olahraga. Pada
subtahap minat (11-12 tahun), anak cenderung melakukan pekerjaan-pekerjaan atau
kegiatan kegiatan yang sesuai dengan minat das kesukaan mereka saja; sedangkan pada
subtahap kapasitas/kemampuan (13-14 tahun), anak mulai melakukan pekerjaan/kegiatan
didasarkan pada kemampuan masing-masing, di samping minat dan kesukaannya
Selanjutnya, pada subtahap nilai (15-16 tahun), anak sudah bisa membedakan mana
kegiatan/pekerjaan yang dihargai oleh masyarakat, dan mana yang kurang dihargai:
sedangkan pada subtahap transisi (17-18 tahun), anak sudah mampu memikirkan atau
"merencanakan" karir mereka berdasarkan minat, kemampuan, dan nilai-nilai yang ingin
diperjuangkan.
i) Tahap realistis.
j) Pada usia perguruan tinggi (18 tahun ke atas), mereka memasuki tahap realistis. Mereka
sudah mengenal secara lebih baik minat-minat, kemampuan dan nilai-nilai yang ingin
dikejar. Lebih lagi, mereka juga sudah menyadari berbagai bidang pekerjaan dengan
segala konsekuensi dan tuntutannya masing-masing. Oleh sebab itu, pada tahap realistis,
seorang remaja sudah mampu membuat perencanaan karir secara lebih rasional dan
objektif.
k) Tahap realistis dibagi menjadi tiga subtahap
l) Eksplorasi
m) Kristalisasi
n) spesifikasi/penentuan.
o) Pada subtahap eksplorasi, umumnya remaja mulai menerapkan pilihan-pilihan yang
dipikirkan pada tahap tentatif akhir. Mereka menimbang nimbang beberapa kemungkinan
pekerjaan yang mereka anggap sesuai dengan bakat, minat, serta nilai-nilai mereka,
namun mereka belum berani mengambil keputusan tentang pekerjaan mana yang paling
tepat. Termasuk di dalamnya masalah memilih sekolah lanjutan yang sejalan dengan karir
yang akan mereka tekuni.
p) Pada subtahap berikutnya, yakni tahap kristalisasi remaja mulai merasa mantap dengan
pekerjaan/karir tertentu. Berkat pergaulan yang lebih luas dan kesadaran diri yang lebih
mendalam, serta pengetahuan akan dunia kerja yang lebih luas, remaja makin terarah
pada karir tertentu meskipun belum mengambil keputusan final.
q) Akhirnya pada subtahap spesifikasi, remaja sudah mampu mengambil keputusan yang
jelas tentang karir yang akan dipilihnya.

Dalam buku edisi revisinya, Ginzberg dkk. (1922) menegaskan bahwa proses pilihan
karir itu terjadi sepanjang hidup manusia, artinya bahwa suatu ketika dimungkinkan orang
berubah pikiran. Hal ini berarti bahwa pilihan karir tindaklah terjadi sekali saja dalam hidup
manusia Di samping itu, neberg juga menyadari bahwa faktor peluang/kesempatan memegang
peranan yang sangat penting Meskipun seorang remaja sudah menentukan pilihan karimnya
berdasarkan minat, bakat, dan nilai yang ia yakini, kalau peluang kesempatan untuk bekerja pada
bidang itu tertutup karena "tidak ada lowongan ", karier yang dicita-citakan tidak bisa terwujud.
Menurut Donald Super, perkembangan karir manusia dapat dibagi menjadi lima fase,
yaitu:
a. fase pengembangan (greuth), meliputi masa kecil sampai usia 15 tahun.
b. Dalam fase ini, anak mengembangkan bakat-bakat, minat, kebutuhan, dan polensi, yang
akhirnya dipadukan dalam struktur konsep din (self-conceptstion)
c. Fase eksplorasi (exploration) antara umur 16-24 tahun, yaitu remaja mulai memikirkan
beberapa alternatif pekerjaan, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat 3. fase
pemantapan (establishment), antara umur 25-44 tahun. Pada fase ini, remaja sudah
memilih karir tertentu dan mendapatkan berbagai pengalaman positif maupun negatif dari
pekerjaannya. Dengan pengalaman yang diperoleh, ia bisa menentukan apakah ia akan
terus dengan karir yang telah dijalani atau berubah haluan mantap.
d. Fase pembinaan (maintenance) antara umur 44-65 tahun, saat seseorang sudah dengan
pekerjaannya dan memeliharanya agar dia bertekun sampai akhir,
e. Fase kemunduran (decline), masa sesudah pensiun atau melepaskan jabatan tertentu.
Dalam fase ini, orang membebaskan diri dari dunia kerja formal. Dapat disimpulkan
bahwa karir adalah permasalahan sepanjang hidup. Ada pepatah mengatakan bahwa karir
itu merupakan persoalan sejak lahir sampai mati (dari kandungan sampai kuburan),

C. Program Bimbingan Karir di Sekolah Dasar

Departemen Pendidikan Nasional melalui Direktorat Pendidikan telah menerbitkan buku


"Pedoman Bambingan dan Konseling Siu di Sekolah Dasar" Dalam buku pedoman itu
disebutkan bahwa isi layanan bimbingan di sekol dasar ada tiga, yaitu: (1) bimbingan pribadi-
sosial, (2) bimbingan belajar, dan (3) bimbingan karir. Jadi, jelaslah bahwa secara formal dan
legal, progra bimbingan karir harus sudah diberikan sejak usia sekolah dasar
Hal itu sangat sesuai dengan teori perkembangan karir dari Ginzberg maupun Don Super
yang telah dibahas terdahulu. Lebih dijelaskan secara terperinci pada buku Pedoman Bimbingan
dan Konseling tersebut mengenai isi bimbingan karir untuk kelas-kelas rendah (kela 1,2, dan 3)
maupun untuk kelas-kelas tinggi (kelas 4, 5, dan 6) sebagai berikut:
1. Mengenalkan perbedaan antarkawan sebaya; diri siswa,
2. Menggambarkan perkembangan
3. Menjelaskan bahwa bekerja itu penting bagi kehidupan sesuai denga tuntutan lingkungan,
4. Mengenalkan keterampilan yang dimiliki siswa
5. Menjelaskan macam-macam pekerjaan yang ada di lingkungan sekolah
6. Menggambarkan kegiatan setelah tamat SD
7. Mengenalkan macam-macam pekerjaan yang dilakukan orang dewasa
8. Mengenalkan kegiatan-kegiatan yang menarik
9. Mengenalkan alasan orang memilih suatu pekerjaan, dan bahwa pilihan itu masih dapat
berubah
10. Menjelaskan bahwa kehidupan masa depan dapat direncanakan sejak sekarang.
11. Mengenalkan bahwa seseorang dapat memiliki banyak peran;
12. Menjelaskan bahwa pekerjaan seseorang itu dipengaruhi oleh minat dan kecakapannya.

Isi bimbingan karir untuk kelas-kelas tinggi (kelas 4,5,6)


1. Menjelaskan manfaat mencontoh orang-orang yang berhasil
2. Melatih siswa menggambarkan kehidupan di masa yang akan datang
3. Membimbing diskusi mengenai pekerjaan wanita dan pria
4. Menjelaskan jenis-jenis keterampilan yang dikaitkan dengan pekerjaan tertentu
5. Melatih siswa membayangkan hal-hal yang akan dilakukan pada usia kira-kira 25 tahun,
6. Membimbing siswa tentang macam-macam gaya hidup dan pengaruhnya;
7. Menjelaskan pengaruh nilai yang dianut dalam pengambilan keputusan
8. Membimbing siswa untuk memperkirakan bahwa meneladani tokoh panutan
memengaruhi karir
9. Melatih siswa merencanakan pekerjaan yang cocok pada masa dewasa,
10. Membimbing siswa berdiskusi tentang pengaruh pekerjaan orang terhadap kehidupan
anak
11. Melatih siswa melihat hubungan antara minat dan kemampuan,
12. Mengenalkan bermacam-macam cara untuk menilai kemajuan prestasi,
13. Mengenalkan macam-macam pekerjaan yang ada di lingkungan sekitar

Materi bimbingan karir yang disebutkan di atas hanya panduan Guru pembimbing dapat
menggunakannya sebagai acuan yang tetap terbuka untuk disesuaikan dengan situasi kondis
setempat. Sebaiknya contoh-contoh diambil dari lingkungan sekitar yang konkret dan mudah
ditangkap oleh anak. Materi bimbingan karir sebenarnya dapat disusun sendiri dengan syarat
mempertimbangkan fase-fase perkembangan karir, pada buku pedoman BP untuk jenjang
sekolah yang bersangkutan, atau disusun sendiri oleh guru BK yang kompeten. E. Langkah-
langkah Pelaksanaan Bimbingan Langkah-langkah pelaksanaan Bimbingan karir.
Abu Ahmadi dan Ahmad Robani, menjelaskan dalam Bimbingan dan Konseling di
Sekolah (t 110), langkah-langkah pelaksanaan bimbingan karir itu sebagai berikut bahwa:
1. Bersama pendidik dan personal sekolah lainnya, konselor berpartisipasi secara aktif
dalam kegiatan bimbingan karir dan konseling yang bersifat rutin, insidental, dan
keteladanan
2. Program bimbingan karir dan konseling yang direncanakan dalam bentuk satuan layanan
(SATLAN) dan satuan pendukung (SATKUNG) dilaksanakan sesuai dengan sasaran,
substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat, dan pihak-pihak yang terkait
3. Pelaksanaan kegiatan bimbingan karir dan konseling:
a) di dalam jam pembelajaran:
 Kegiatan tatap muka secara klasikal dengan siswa t menyelenggarakan layanan
informasi, penempatan dan untuk penyaluran, penguasaan konten, kegiatan
instrumentasi, serta layanan kegiatan lain yang dapat dilakukan di dalam kelas.
 Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2 (dua) jam per kelas per minggu dan
dilaksanakan secara terjadwal.
 Kegiatan tidak tatap muka dengan siswa untuk menyelenggarakan layanan konsultasi,
kegiatan konferensi kasus, himpunan data, kunjungan rumah, pemanfaatan
kepustakaan dan alih tangan kasus.
b) di luar jam pembelajaran
 Kegiatan tatap muka dengan siswa untuk menyelenggarakan layanan orientasi, karir
perseorangan, bimbingan kelompok, kar kelompok, dan mediasi, serta kegiatan
lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas.
 Satu kali kegiatan layanan pendukung karir di luar kelas di luar jam pembelajaran
ekuivalen dengan dua jam pembelajaran tatap muka dalam kelas.
 Kegiatan bimbingan karir dan konseling di luar jam pembelajaran sekolah madrasah
maksimum 50% dari seluruh kegiatan pelayanan karir, diketahui dan dilaporkan
kepada pimpinan sekolah madrasah

c) Volume kegiatan mingguan konselor disusun dengan memperhatikan hal berikut:


 Siswa yang diasuh seorang konselor berjumlah = 150 orang
 Jumlah jam pembelajaran wajib sesuai peraturan yang berlaku
 Satu kali kegiatan layanan atau pendukung bimbingan karir dan konseling ekuivalen
dengan 2 jam pembelajaran.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, kegiatan mingguan seorang konselor
minimal berupa sembilan kali kegiatan (layanan atau pendukung) tiap-tiap satu minggu
Semua kegiatan (minimal) mingguan tersebut secara langsung ditujukan kepada seluruh
siswa (150 orang) yang diasuh konselor. Kegiatan tersebut diselenggarakan di dalam
kelas/sewaktu jam pembelajaran berlangsung dan atau di luar kelas di luar jam
pembelajaran.
Kegiatan pelayanan konseling, baik berupa layanan maupun pendukungnya, yang
diselenggarakan di dalam maupun di luar jam pembelajaran dalam satu minggu dihitung
ekuivalensinya dengan jam pembelajaran mingguan.

d) Volume dan waktu untuk pelaksanaan kegiatan bimbingan karir dan konseling di dalam
kelas dan di luar kelas setiap minggu diatur oleh konselor dengan persetujuan pimpinan
sekolah/madrasah.
e) Program bimbingan karir dan konseling pada masing-masing satuan sekolah/madrasah
dikelola dengan memerhatikan keseimbangan dan kesinambungan program antarkelas
dan antarjenjang kelas, dan menyinkronkan program bimbingan karir dan konseling
dengan kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler, serta
mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas sekolah/madrasah.
f) Kegiatan bimbingan karir dan konseling dicatat dalam laporan pelaksanaan program
(LAPELPROG).

Adapun pelaksana kegiatan pembimbingan karir adalah sebagai berikut.


1. Pelaksana utama kegiatan bimbingan karir dan konseling adalah
konselor/pendidik/tenaga kependidikan sekolah/madrasah dan staf administrasi
bimbingan karir dan konseling Personal pendukung adalah kepala sekolah dan
wakil, guru mata pelajaran, wali kelas, dan staf administrasi.
2. Konselor pelaksana kegiatan bimbingan karir dan konseling di sekolah/madrasah
 Wajib: menguasai spektrum (warna-warni) pelayanan pada umumnya, dan
khususnya pelayanan profesional karir,
 Merumuskan dan menjelaskan peran profesional konselor kepadapihak-pihak
terkait,terutama siswa, pimpinan sekolah/madrasah,sejawat pendidik, dan
orangtua
 Melaksanakan tugas pelayanan profesional karir yang setiap kali
dipertanggungjawabkan kepada pemangku kepentingan, terutama pimpinan
sekolah/madrasah, orangtua, dan peserta didik
 Mewaspadai hal-hal negatif yang dapat mengurangi keefektifan kegiatan
pelayanan profesional karir
 Mengembangkan kemampuan profesional karir secara berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai