ABSTRAK
Kemandirian penting untuk dimiliki oleh remaja SMA. Untuk mencapai
kemandirian, kelekatan antara orangtua dengan remaja dapat menjadi peranan
penting dalam membantu remaja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan
kelekatan orangtua dengan kemandirian pada remaja SMA di Banda Aceh.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik multi stage
cluster dan disproportionate stratified random sampling. Sampel yang terlibat
dalam penelitian ini berjumlah 336 siswa/i SMA di Banda Aceh. Alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skala kemandirian yang disusun serta
dikembangkan sendiri oleh peneliti dan mengadaptasi skala Inventory of Parent
and Peer Attachment (IPPA) oleh Armsden dan Greenberg. Hasil analisis data
menggunakan teknik analisis data Spearman menunjukkan koefisien korelasi (r)
sebesar 0,135 dengan nilai p = 0,014 (p < 0,05). Berdasarkan hasil tersebut, maka
hipotesis yang diajukan diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan positif antara kelekatan orangtua dengan kemandirian pada remaja
SMA di Banda Aceh. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kelekatan
antara remaja dengan orangtua maka akan semakin tinggi pula kemandiriannya.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kelekatan antara orangtua dengan
remaja di Aceh berada pada kategori tinggi yaitu 316 subjek (94,04%) dan
kemandirian juga berada pada kategori tinggi yaitu 240 (71,42%).
Kata kunci: Kemandirian, Kelekatan, Remaja
44
The Relationship Between Parent Attachment And Autonomy On High School
Aged Adolescents In Banda Aceh
ABSTRACT
Autonomy is important for adolescents. To achieve the autonomy, attachment
between parents an adolescents could be the key role to help adolescents. The
purpose of this study is to investigates the correlation between parents attachment
with autonomy on adolescents in Banda Aceh. This study was done in the
quantitative approach with multi stage cluster and disproportionate stratified
random sampling technique. The sample are 336 high school students in Banda
Aceh. The scales used in this study are autonomy scale that made by researcher
and adaptation of Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA) scale by
Armsden and Greenberg. The result of data analysis using the Spearman test
showed correlation coefficient of 0,135 with p value = 0,014 (p < 0,05). The
proposed hypothesis was confirmed so it can be concluded that there's a positive
correlation between parents attachment and autonomy on adolescents in Banda
Aceh. It shows that on adolescents in Banda Aceh, the more attached adolescents
with their parents therefore they will be more autonomous. The result of this study
described that the attachment between parents with their adolescents children
include on high category for 316 subject (94,04%) and also autonomy on high
category for 240 subject (71,42%).
Abstract: Attachment, Autonomy, Adolescents
Original Article
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Psikologi
Vol. 1, No. 3 : 7-18
November 2016
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa yang riskan dengan permasalahan-
permasalahan yang muncul. Salah satu permasalahannya adalah meningkatnya
penyalahgunaan narkotika, minuman keras, ekstasi dan obat-obatan terlarang yang
penyebab utamanya karena gagalnya kemandirian remaja (Bisono, 2013). Di Aceh
sendiri dalam Serambi Indonesia (Bakri, 2015) berdasarkan data BNNP (Badan
Narkotika Nasional Provinsi) Aceh, jumlah pecandu narkoba di Aceh dari waktu
ke waktu terus mengalami peningkatan, bahkan ada sekitar 7.000 orang yang telah
menjadi pemakai narkoba didominasi oleh kalangan pemuda, remaja dan juga
anak-anak.
Masa remaja memang masa yang penuh gejolak, kecemasan, kebingungan,
yang justru merupakan suatu proses terpenting dalam tahap pendewasaan seorang
remaja. Banyak orangtua yang masih menganggap bahwa anaknya masih kecil,
sehingga masih terus harus dituntun (Bisono, 2013). Orangtua terkadang masih
ingin memegang kendali penuh atas kehidupan remaja (Dewi & Valentina, 2013).
Padahal remaja sudah memiliki kemampuan untuk mandiri, walaupun masih
dalam taraf belajar untuk bersikap mandiri, melakukan pilihan dan memutuskan
apa yang terbaik bagi mereka (Bisono, 2013). Dengan memiliki kemandirian,
remaja akan mampu mengambil keputusan dengan cara menemukan akar suatu
permasalahan dan mampu mengidentifikasikan alternatif pemecahan masalah
tanpa bantuan orang lain (Suryadi & Damayanti, 2003). Oleh karena itu, remaja di
tuntut untuk dapat menyelesaikan tantangan atau masalahnya sendiri dengan
mandiri (Jannah, 2013).
Perkembangan kemandirian dipengaruhi oleh berbagai stimulasi yang
datang dari lingkungan, selain potensi yang telah dimiliki remaja sejak lahir
sebagai keturunan dari orangtuanya. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi
perkembangan kemandirian diantaranya adalah faktor gen atau keturunan, pola
asuh orangtua, sistem kehidupan di masyarakat dan sistem pendidikan di sekolah
(Ali & Asrori, 2015). Selain itu menurut Allen dkk (2003) faktor lain yang dapat
memengaruhi kemandirian yaitu kelekatan (attachment).
Kelekatan memiliki peranan penting untuk membantu remaja dalam
memenuhi tugas-tugas perkembangannya khususnya untuk mencapai kemandirian
(Muslimah & Wahdah, 2013). Kelekatan dibentuk melalui dukungan emosional
dan rasa kedekatan, dari orangtua terhadap remaja (Rice & Dolgin, 2001 dalam
Dewi & Valentina, 2013). Kelekatan atau hubungan yang baik antara orangtua
dan remaja akan mendukung remaja untuk menjadi mandiri, sehingga
perkembangan kemandirian remaja tidak menghasilkan penolakan atas pengaruh
orangtua, justru remaja akan mencari masukan dari orangtua untuk mengambil
keputusan (Ws & Ws, 2013). Jadi, ketika remaja belajar untuk menjalin hubungan
dengan orang diluar keluarganya, dukungan yang diterima dari orangtua atau
keluarga akan membuat remaja mampu lebih percaya diri dan terbuka terhadap
orang lain (Rice & Dolgin, 2001 dalam Dewi & Valentina, 2013). Peran orangtua
dan respon dari lingkungan ini sangat diperlukan oleh remaja sebagai “penguat”
bagi setiap perilakunya (Rini, 2012). Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
44
Original Article
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Psikologi
Vol. 1, No. 3 : 7-18
November 2016
TINJAUAN TEORI
a. Kemandirian
Kemandirian merupakan suatu kemampuan individu untuk
bertingkah laku seorang diri. Kemandirian seseorang ditunjukkan dengan
tingkah laku sesuai keinginan sendiri, mengambil keputusan sendiri, dan
mampu mempertanggungjawabkan tingkah lakunya sendiri (Steinberg,
2002).
b. Kelekatan
Armsden dan Greenberg (1987) mendefinisikan kelekatan sebagai
ikatan afeksi antara dua individu yang memiliki intensitas yang kuat.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis
penelitian korelasional. Responden yang diambil dalam penelitian ini berjumlah
336 orang dengan karakteristik sebagai berikut: (a) siswa yang berusia 15-18
tahun, (b) tercatat sebagai siswa SMA di Banda Aceh, (c) tinggal bersama
orangtua (Ayah dan Ibu), (d) bersedia menjadi responden penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan penggabungan dua
teknik pengambilan sampel yaitu teknik multi stage cluster dan disproportionate
stratified random sampling. Sampel penelitian dibagi ke dalam wilayah-wilayah
cakupan penelitian, yaitu berdasarkan kecamatan dan sekolah SMA dengan
menggunakan teknik multi stage cluster. Tahapan berikutnya menggunakan
teknik disproportionate stratified random sampling. Selanjutnya, teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah disproportionate stratified random
sampling untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang
proporsional (Sugiyono, 2014). Adapun alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu Skala Kemandirian yang disusun sendiri oleh peneliti
berdasarkan dimensi kemandirian yang diajukan oleh Steinberg (2002) dan
adaptasi Skala Kelekatan dari Inventory Parent Peer Atachment (IPPA) oleh
Armsden dan Greenberg (1987)
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan
menggunakan metode non parametrik yaitu Spearman. Analisis tersebut
digunakan karena salah satu dari variabel penelitian tidak berdistribusi secara
normal yaitu variabel kelekatan.
45
Original Article
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Psikologi
Vol. 1, No. 3 : 7-18
November 2016
HASIL PENELITIAN
Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan nilai signifikansi adalah p =
0,014 lebih kecil dari 0,05 (p <0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis
penelitian diterima yaitu terdapat hubungan antara antara kelekatan orangtua
dengan kemandirian remaja SMA di Banda Aceh. Hasil analisis penelitian ini juga
menunjukkan koefisien korelasi sebesar (r) = 0,135 yang merupakan korelasi
positif, artinya terdapat hubungan positif antara kelekatan dengan kemandirian.
Hubungan tersebut mengartikan bahwa jika semakin tinggi kelekatan orangtua
dengan remaja maka semakin tinggi pula kemandiriannya. Pada penelitian ini
ditemukan sebanyak 88,7% subjek memiliki tingkat kelekatan yang tinggi dan
sebanyak 71,42% subjek memiliki tingkat kemandirian yang tinggi.
Penelitian ini dilakukan pada 3 SMA di Banda Aceh dengan jumlah
sampel keseluruhan sebanyak 336 subjek yang terdiri dari 112 subjek/SMA. Data
demografi yang diperoleh dari penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Data Demografi Subjek Penelitian
Deskripsi Persentase
Kategori Jumlah Total
Subjek (%)
Usia 15 tahun 157 46,73
16 tahun 144 42,86 100%
17 tahun 35 10,41
Jenis Kelamin Perempuan 239 71,13 100%
Laki-laki 97 28,87
Asal Sekolah SMA Negeri 7 112 33,33
SMA Labschool
112 33,33 100%
UNSYIAH
SMA Negeri 4 112 33,33
Kelekatan Ayah 58 17,26 100%
Ibu 278 82,74
DISKUSI
Kelekatan (attachment) membuat remaja tidak melepaskan diri dari ikatan
keluarga ketika remaja belajar untuk mengembangkan hubungan diluar keluarga
(Dewi & Valentina, 2013). Ketika remaja berusaha mengembangkan hubungan
diluar keluarganya, remaja juga mengembangkan kemandirian dirinya (Rini,
2012). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
kelekatan dengan kemandirian (Dewi dan Valentina, 2013; Nurhayati, 2015).
Kedua hasil penelitian tersebut sejalan dengan literatur yang menyebutkan bahwa
remaja memperoleh kemandirian yang lebih tinggi dari orangtua, meski demikian
remaja tetap terlibat dalam hubungan yang dekat dengan orangtua. Remaja
mempertahankan kelekatannya dengan orangtua selama hidup mereka (Khairani
& Hildayani, 2012).
Hasil kedua penelitian diatas sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa
terdapat hubungan positif antara kelekatan dan kemandirian. Hubungan yang
positif ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kelekatan maka akan semakin
46
Original Article
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Psikologi
Vol. 1, No. 3 : 7-18
November 2016
tinggi pula kemandiriannya. Dari hasil penelitian ini juga menemukan bahwa
sebesar 88,7% subjek memiliki kelekatan yang tinggi dan 71,42% subjek
memiliki kemandirian yang tinggi pula.
Berdasarkan data demografi penelitian, terdapat 278 subjek atau 82,74%
memilih ibu sebagai figur lekatnya. Paterson, Field dan Pryor (dalam Laumi &
Adiyanti, 2012) mengatakan bahwa kelekatan ibu memainkan peran yang kuat
pada masa remaja dibandingkan dengan kelekatan ayah.
Kelekatan yang tinggi mencerminkan kelekatan yang aman kepada
orangtua (Ma & Hunter dalam Dewi & Valentina, 2013). Kelekatan merupakan
sebuah konstruk yang berlaku sepanjang hidup. Seorang anak akan
mempertahankan ikatan kelekatan yang dimilikinya dengan orangtua dari masa
kanak-kanak hingga dewasa (Khairani & Hildayani, 2012). Kelekatan antara anak
dengan orangtua pada awal tahun pertama kehidupan memberikan suatu landasan
penting bagi perkembangan psikologis anak pada tahun-tahun selanjutnya,
diantaranya adalah kemandirian (Nurhayati, 2015).
Kemandirian yang tinggi dicerminkan oleh kemampuan remaja untuk
mandiri secara emosional mampu mengatasi setiap masalahnya sendiri, tidak lagi
mencari, menemui serta menyibukkan orangtua mereka setiap kali merasa marah,
khawatir atau membutuhkan bantuan. Kemandirian secara perilaku dicerminkan
oleh kemampuan seseorang yang bebas melakukan sesuatu atas dasar keinginan
dan pertimbangannya sendiri. Sedangkan kemandirian nilai dicerminkan oleh
perubahan konsep moral, politik, ideologi dan agama yang terjadi pada remaja
dan memiliki seperangkat prinsip tentang benar atau salah, tentang apa yang
penting dan apa yang tidak penting (Steinberg, 2002).
Pada proses pelaksanaan penelitian, peneliti menyadari adanya kekurangan
dan keterbatasan pada penelitian ini. Pertama, data pada penelitian ini dianalisis
menggunakan teknik statistik non parametric sehingga hasil dari penelitian tidak
dapat digeneralisasikan secara umum. Kedua, alat ukur dianggap memiliki jumlah
pernyataan yang banyak sehingga subjek merasa jenuh ketika mengisi. Ketiga,
selama proses pengumpulan data, subjek dalam penelitian ini terlihat tidak serius
saat mengisi alat ukur yang diberikan. Terakhir, dalam penelitian ini peneliti
memodifikasi alat ukur kelekatan yang hanya mengukur kelekatan remaja dengan
orangtua saja, tidak membedakan alat ukur antara kelekatan ayah dan ibu.
Beberapa keterbatasan ini dapat dijadikan pertimbangan untuk penelitian
selanjutnya.
47
Original Article
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Psikologi
Vol. 1, No. 3 : 7-18
November 2016
48
Original Article
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Psikologi
Vol. 1, No. 3 : 7-18
November 2016
DAFTAR PUSTAKA
Ainsworth, Mary D. Salter. (1969). Object Relations, Dependency, and
Attachment: A Theoretical Review of The Infant-Mother Relationship.
Journal: Child Development, Johns Hopkins University, 1969, 40, 969-
1025.
Aji, P., & Uyun, Z. (2010). Kelekatan (Attachment) Pada Remaja Kembar. Jurnal
Ilmiah Berskala Psikologi, 12(1), 37-46.
Allen, J. P., McElhane, K. B., Land, J. L., Kuperminc, G P., Moore, C W., Kell,
H. O., & Kilmer, S, L. (2003) A Secure Base in Adolescence: Markers of
Attachment Security in the Mother–Adolescent Relationship. Child
Development, 74(1), 92–307.
Ali, M., & Asrori, M. (2015). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Bumi Aksara.
Armsden, G. C., & Greenberg, M. T. (1987). The inventory of parent and peer
attachment: relationships to well-being in adolescence. Journal of Youth and
Adolescence, 16 (5), 427-454
Asiyah, N. (2013). Pola Asuh Demokratis, Kepercayaan Diri dan Kemandirian
Mahasiswa Baru. Persona Jurnal Psikologi Indonesia,2(2), 108-121.
Azwar, S. (2013). Penyusunan skala psikologi (ED.2). Yogyakarta: Pustaka.
Bakri. (Serambi Indonesia, 4 Maret 2015). 7.000 Warga Aceh Pecandu Narkoba.
Diakses pada tanggal 27 April 2016 dari
http://aceh.tribunnews.com/2015/03/04/7000-warga-aceh-pecandu-narkoba
Bisono, Tika. (BNN, 29 Mei 2013). Gagalnya Kemandirian Remaja Sebagai
Penyebab Utama Meningkatnya Penyalagunaan Narkotika, Minuman
Keras, Ekstasi Dan Obat-Obatan Terlarang. Diakses pada tanggal 26 Maret
2016 dari
http://www.bnn.go.id/portal/konten/detail/puslitdatin/artikel/11010/gagalnya
-kemandirian-remaja-sebagai-penyebab-utama-meningkatnya-
penyalagunaan-narkotika-minuman-keras-ekstasi-dan-obat-obatan-terlarang
Bowlby, J. (1988). A secure base: clinical applications of attachment theory.
London: Routledge.
Dewi, A. A. A., & Valentina, T. D. (2013). Hubungan Kelekatan Orangtua-
Remaja dengan Kemandirian pada Remaja di Smkn 1 Denpasar. Jurnal
Psikologi Udayana, 1(1), 181-189.
Greenberg, Mark T., Siegel, Judith M., & Leitch, Cynthia, J. (1983). The nature
and importance of attachment relationship to parents and peers during
adolescene. Journal of Youth and Adolescene, 12(5), 373-386
49
Original Article
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Psikologi
Vol. 1, No. 3 : 7-18
November 2016
50
Original Article
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Psikologi
Vol. 1, No. 3 : 7-18
November 2016
51