INTISARI
1
INTISARI
Oleh:
14.E1.0189
SEMARANG
2021
2
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara pola asuh permisif
dengan perilaku agresif pada remaja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu
penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan
3
metode statistika. Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah siswa di SMA Don
Bosko Semarang. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah cluster random
sampling. Penyebaran kuesioner dilakukan di SMA Don Bosko, Semarang. Metode
pengumpulan data yang digunakanan pada penelitian ini adalah metode skala untuk alat ukur.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Korelasi Product
Moment dari Pearson Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pola asuh
permisif dengan perilaku agresif remaja.
Kata Kunci: pola asuh permisif, perilaku agresif remaja, Siswa SMA
ABSTRACT
This study aims to test empirically the relationship between permissive parenting and
aggressive behavior in adolescents. This research uses quantitative methods, namely research
that emphasizes its analysis on numerical data (numbers) processed by statistical methods.
The population that will be used in this research is the students of SMA Don Bosko Semarang.
The sampling technique used in this study was cluster random sampling. The questionnaires
were distributed at Don Bosko High School Semarang. The data collection method used in this
research is the scale method. The data analysis method used in this study is the Pearson
Product Moment Correlation Method. The results showed that there was no relationship
between permissive parenting and adolescent aggressive behavior.
Keywords: permissive parenting, adolescent aggressive behavior, senior high school student
4
Karakteristik remaja merupakan suatu ciri khas yang menetap pada diri seseorang remaja
dalam berbagai situasi dan dalam berbagai kondisi, yang mampu membedakan antara remaja
yang satu dengan remaja yang lain. Karakteristik remaja ini misalnya ada remaja yang tinggi,
gemuk, periang pemalu, pemberontak dan sebagainya. Perilaku agresi semakin marak terjadi
di kalangan remaja. Belakangan ini keprihatinan mulai muncul pada masyarakat Indonesia
mengenai keadaan remaja. Kondisi remaja yang merasa ingin bebas seringkali kurangnya nilai
moral yang ada di dalamnya. Remaja-remaja yang memiliki sifat ini terlihat lebih tidak stabil dan
Menurut Saad (2003) perilaku agresif remaja adalah segala tingkah laku yang dapat
merugikan atau mencederai orang lain serta memiliki unsur kesengajaan. Contoh perilaku
agresif yang sering terjadi adalah pemukulan, berkata kasar, menghina, dan perilaku agresif
lainnya baik secara fisik maupun verbal. Neil dan Stewart (dalam Hanurawan, 2010)
mengemukakan perilaku agresif adalah sebuah tindakan yang didasari secara destruktif
yang bisa dilakukan melalui perilaku atau ucapan yang akan diarahkan kepada individu
yang memiliki emosi yang tidak stabil. Objek yang sering digunakan yaitu lingkungan yang
berbentuk fisik atau lainnya. Perilaku agresi merupakan sebuah perilaku negatif yang memiliki
Perilaku agresif yang ditunjukkan oleh para remaja di lingkungan Kota Semarang tidak
hanya secara fisik tetapi juga secara verbal atau ucapan, seperti yang dilakukan oleh anak-
anak sekolah dasar (SD) sudah mengucapkan kata-kata kasar bahkan membully teman
sekolahnya. Menurut data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terjadi lebih dari 100
kekerasan pelajar di sekolah dalam bentuk fisik dan verbal, terjadi sejak awal tahun 2018
hingga pertengahan Juli. Dalam catatan KPAI, sekitar 50% kasus tersebut melibatkan pelajar
baik sebagai korban maupun pelaku, sisanya berkaitan dengan pengajar. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan BNN dan UI pada Tahun 2016 sebanyak 3,8 sampai 4,2 juta
pengguna Narkoba, 50-60 persennya adalah remaja. Data dari komnas anak, pada tahun 2017
5
ada 339 kasus tawuran yang menyebabkan 82 anak meninggal dunia. Lembaga pengawas
kepolisian (IPW) mencatat aksi brutal yang dilakukan geng motor di Jakarta telah menewaskan
Hurlock (2014) juga menyatakan, salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku
agresif adalah pola asuh permisif. Pentingnya pola asuh karena anak dibentuk dan
dipengaruhi oleh orang tuanya sebagai satu kesatuan unit keluarga terkecil) dan perilaku
orang tua terhadap anak. Baumrind (dalam Wibowo, 2012) pola asuh permisif sebagai
pola dimana orang tua tidak banyak ikut campur dalam kehidupan anaknya. Orang tua
cenderung mendorong anaknya untuk bersikap otonom, mendidik berdasarkan logika dan
memberi kebebasan anak untuk menentukan perilaku dan kegiatannya. Orang tua cenderung
untuk tidak tahu keberadaan anak dan memiliki hubungan yang kurang secara sosial, padahal
anak membutuhkan perhatian ketika melakukan sesuatu. Anak biasanya memiliki harga diri
yang rendah, belum dewasa dan diasingkan dalam keluarga. Pada masa remaja mereka
mengalami penyimpangan perilaku, misalnya suka tidak masuk sekolah menampakan perilaku
kenakalan remaja. Dengan demikian anak menunjukan pengendalian diri yang buruk dan
tidak bisa menangani kebebasan dengan baik. Orang tua yang tidak menuntut atau
menanggapi menunjukan suatu pola asuh yang disebut neglectful atau uninvolved. Orang tua
tidak melakukan pengawasan yang cukup karena mereka sibuk dengan masalahnya sendiri
Pola asuh orang tua sangat penting dalam proses perkembangan anak untuk
meminimalisasikan terjadinya perkembangan anak yang tidak sesuai. Karena dengan pola
asuh yang baik maka perkembangan anak juga akan baik. Maka diharapkan orang tua
hendaknya memberikan pola asuh yang sebaik mungkin sehingga perkembangan anak sesuai
dengan usianya. Baik buruknya perilaku seorang remaja akan dipengaruhi oleh pola asuh
orang tua. Kartono (Pravitasari, 2012) berpendapat pola asuh permisif merupakan dimana
orang tua memberikan kebebasan sepenuhnya kepada anak, jika orang tua memberikan pola
6
asuh yang positif, maka seorang anak akan berperilaku positif, tetapi jika pola asuh orang tua
kurang baik, maka seorang anak akan berperilaku negatif seperti melakukan perilaku agresif.
Apabila orang tua dalam mengasuh memberikan sifat yang bebas maka anak juga
akan merasa bebas dan anak akan memiliki sifat yang tidak mandiri serta agresif secara
sosial. Apa yang dianggap orang tua tidak memiliki tauladan baginya maka si anak pun
menganggapnya demikian (Hurlock, dalam Eyefni, 2011). Seperti disebut dalam Saad (2003,
hal 32) temuan penelitian tentang kualitas hubungan antara orang tua dan anak memberi
pengaruh yang kuat kepada kemungkinan munculnya sifat agresif pada anak.
Apabila orangtua memberikan pola asuh permisif akan berdampak pada anak yaitu anak
tidak mengerti apakah perilakunya benar atau salah karena orangtua tidak pernah
keinginannya sendiri, tidak peduli apakah perilaku itu sesuai dengan norma atau tidak. Urgensi
penelitian ini adalah ketika seorang remaja diasuh dengan pola asuh orang tua permisif maka
kecenderungannya adalah akan meningkatkan perilaku agresif yang dapat dilihat dari berbagai
data dan fenomena di lapangan dan wawancara peneliti, maka menarik untuk meneliti apakah
ada hubungan antara pola asuh permisif dengan perilaku agresi pada remaja. Dampak negatif
jika berperilaku agresif adalah dijauhi teman, masyarakat sekitar, menghindari tanggung jawab,
Peneliti memilih objek penelitian di SMA Don Bosco Semarang merupakan sebuah sekolah
Sekolah ini didirikan tahun 1988, dan berada di bawah yayasan Pangudi Luhur. Berdasarkan
uraian diatas perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja memiliki keterkaitan dengan pola asuh
permisif. Pola asuh permisif yang bersifat bebas cenderung membuat intensitas perilaku
agresi pada remaja semakin meningkat. Sehingga judul peneliti yang ingin teliti adalah
“hubungan antara perilaku agresif dengan pola asuh permisif pada remaja”.
7
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku agresi merupakan kekuatan motivasional yang tidak tampak dan disebabkan oleh
hilangnya kondisi organisme yang dapat mengontrol, dan kekuatan ini terus mendesak sejalan
dengan dorongan tersebut, agresi juga bisa dikatakan sebagai suatu tingkah laku yang dapat
merugikan atau mencederai orang lain (Saad, 2003, h.13). Lorenz (2008) menyatakan bahwa
agresi pada dasarnya bukan reaksi terhadap stimuli luar, melainkan rangsangan yang sudah
ada dan tinggal mencari pelampiasan serta akan selalu muncul walaupun hanya dalam
intensitas kecil.
a. Agresi Fisik
Agresi fisik memiliki fungsi untuk menyakiti orang lain secara fisik. Hal ini sangat
membahayakan orang lain jika ada individu yang memiliki sifat seperti ini.
b. Agresi Verbal
Agresi verbal merupakan sebuah kejahatan yang berasal dari ucapan. Biasanya ucapan
c. Marah
Marah yaitu sebuah perilaku yang negative yang keinginannya tidak terpenuhi. Perasaan
marah yang biasanya terbentuk adalah iri, jengkel, emosional, dan lainya. Menurut Siddiqah
(2010) menjelaskan bahwa program manajemen kemarahan memiliki arti praktis dan praktis
berguna untuk mengurangi agresi pada remaja. Di sisi lain, semakin tinggi agresi
membuktikan bahwa agresi akan meningkat jika tidak ada perawatan untuk remaja dengan
tingkat kemarahan yang tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa perasaan marah yang
biasanya terbentuk adalah iri, jengkel, emosional termasuk dalam agresi verbal.
d. Permusuhan
8
Permusuhan merupakan sebuah sikap yang dibentuk atas rasa kebencian yang ditunjukkan
kepada individu ke individu lainnya. Hostility memiliki sebuah aspek seperti kebencian
a. Otoriter; merupakan sebuah sifat kaku yang dimiliki individu yang tidak menerima sebuah
b. Superior; merasa bahwa individu ini paling baik dibanding dengan individu lainnya
c. Egosentris; sebuah kekuasaan atau keinginan yang ingin tercapai namun harus menjadi
d. Melampiaskan segala perasaan yang dimilikinya baik enak atau tidak enak, individu ini
Perilaku agresi berdasarkan aspek di atas mengacu pada pengertian dari tiap aspek yang
dijelaskan dan dijabarkan hal ini berarti adanya sikap perilaku agresi pada remaja yang akan
dibandingkan pada teori yang dilakukan oleh Sadli (dalam Adji, 2002) dan Schneiders (dalam
Aman, 2004).
Dalam penelitian ini akan menggunakan aspek perilaku agresi yaitu agresi fisik, agresi
verbal, permusuhan dan marah. Alasan digunakannya aspek ini adalah paling sesuai dengan
Sears, dkk (1994 hlm. 22) menambahkan beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya
a. Serangan
Salah satu sumber munculnya perilaku agresif yang paling sering terjadi adalah
ketika mendapat serangan atau gangguan yang dilakukan oleh seseorang atau
kelompok lain.
9
a. Imitasi
Manusia memiliki kecenderungan meniru perilaku yang dilakukan oleh orang lain. Orang tua
atau keluarga termasuk dalam kriteria ini, dan menjadi model utama bagi seseorang pada
b. Norma Sosial
Perilaku agresif banyak dikendalikan oleh norma sosial. Orang harus mempelajari untuk
dapat melakukan fungsi secara efektif, kapan perilaku agresif dianggap tepat, dan kapan
e. Jenis Kelamin
perempuan tetapi bukan berarti perempuan tidak mungkin untuk melakukan tindakan
agresif.
a. Faktor-faktor Sosial
Faktor-faktor sosial merupakan faktor-faktor yang terkait dengan sosial individu yang
b. Faktor-faktor Pribadi
Faktor-faktor pribadi merupakan trait atau karakteristik yang memicu seseorang melakukan
perilaku agresif
c. Faktor-faktor Situasional
Faktor situasional merupakan faktor yang terkait dengan situasi atau konteks di mana agresi
itu terjadi.
Maka ciri yang dimiliki orang tersebut yaitu perasaan agresifnya akan ditingkatkan kembali.
10
b. Pembelajaran agresi; adanya pengembangan sosial agar bisa melakukan pembelajaran.
d. Sistem saraf otak; merupakan dukungan yang bisa mengontrol diri sendiri agar bisa
e. Adanya keturunan.
f. Pengaruh obat-obatan
Menurut Eyefni (2011), faktor yang mempengaruhi perilaku agresi adalah jenis kelamin,
norma sosial, serangan, serta imitasi dimana di dalamnya termasuk pola asuh orang tua.
Berdasarkan pada uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku agresi yaitu pola asuhs orang tua, lingkungan, serta sebuah siatuasi
Pola asuh orang tua merupakan sebuah hubungan yang dilakukan pertama oleh orang
tua dan anak di mana mereka keduanya atau membimbing anak dalam disiplin dan taat agar
nantinya anak tersebut bisa tumbuh menjadi anak yang baik (Rusilanti 2015). Sedangkan
menurut Morrison (2016, h. 335), pengasuhan anak merupakan aturan yang diberikan kepada
anak yang akan diterapkan sistem pendidikan yang akan diterima anak untuk memenuhi
kebutuhannya.
Menurut Baumrind (2015), secara garis besar pola asuh permisif orang tua terdiri dari
a. Kontrol: merupakan kontrol atau pengawasan dari orang tua kepada anaknya apakah
11
b. Hukuman dan Hadiah: merupakan bentuk hukuman dan hadiah dari orang tua kepada
anaknya, apakah jika anak bersalah diberikan hukuman dan jika berprestasi diberikan
hadiah.
c. Dominasi: merupakan seberapa besar dominasi orang tua kepada anaknya, ini akan
orang tua.
Menurut Hurlock (2014), mengungkapkan ada beberapa aspek dalam pola asuh permisif,
yang meliputi:
a. Kontrol terhadap anak kurang: orang tua dengan pola asuh permisif cenderung memiliki
kontrol yang lemah kepada anak sehingga cenderung tidak peduli pada anak.
b. Orang tua bersifat masa bodoh: orang tua bersikap masa bodoh yaitu tidak peduli pada
c. Pendidikan bersifat bebas: orang tua permisif cenderung mendidik anaknya dengan
Aspek-aspek penerapan pola asuh permisif menurut Tridhonanto (2014) adalah sebagai
berikut:
e. Orang tua tidak peduli terhadap kegiatan kelompok yang diikuti anaknya
12
f. Orang tua tidak peduli anaknya bertanggung jawab atau tidak atas tindakan yang
dilakukannya.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan aspek aspek pola asuh permisif
adalah kontrol terhadap anak kurang, pengabaian keputusan, orang tua bersifat masa bodoh,
Menurut Setiawan (2009) bahwa pola asuh yang diterapkan orang tua ini sangat
bergantung pada bentuk-bentuk perilaku penyimpangan anak. Ketika orang tua memberikan
pola asuh yang tidak benar dengan anak, si anak menjadi salah didikan. Mereka akan
Hoskins (2014) menyatakan bahwa pola asuh permisif ditandai oleh tingginya tingkat
respon dan rendahnya tingkat tuntutan. Orang tua permisif berperilaku dalam cara afirmatif
terhadap impuls remaja, keinginan, dan tindakan remaja tentang keputusan keluarga. Pola
asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apapun yang
akan dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan
maksiat, pergaulan bebas negatif, materialistis, dan sebagainya. Biasanya pola pengasuhan
anak oleh orangtua semacam ini diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan
pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak
dengan baik.
Agresif merupakan setiap tindakan yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai orang
lain (Taylor, dkk. 2009). Perilaku agresif dilakukan anak/remaja, baik di rumah, sekolah,
bahkan di lingkungan masyarakat luas. Perilaku agresif pada batas-batas yang wajar pada
seorang anak masih dapat ditolerir atau diabaikan, namun apabila sudah menjurus dapat
merugikan dirinya dan orang lain perlu ditangani secara bersungguh-sungguh, karena dapat
berakibat lebih buruk (Setiawan. 2009). Perilaku remaja yang agresif ditinjau dari beberapa
13
segi lebih bersifat negatif terutama terhadap perkembangan remaja menuju dewasa dan
Jadi apabila ditinjau dari aspek-aspek pola asuh permisif yaitu kurangnya kontrol terhadap
anak, maka anak merasa kurang diperhatikan oleh orang tua sehingga mereka tidak memiliki
panutan atau tempat untuk keluh kesah jika ada masalah, dan ini memicu remaja untuk
semakin meningkat agresivitasnya. Dengan adanya pengabaian keputusan, orang tua bersifat
masa bodoh, dan pendidikan bersifat bebas, maka akan meningkatkan agresivitas anak.
Misalnya Ketika orang tua tidak memberikan keputusan tegas kepada anak atau ketika anak
berbuat salah, tidak ada kontrol dari orang tua, hal ini akan memicu anak untuk melakukan
Penelitian yang dilakukan oleh Eyefni (2011) menyatakan bahwa ada hubungan yang
Penelitian yang dilakukan Hoskins (2014) menghasilkan bahwa hubungan antara orang tua
dan remaja penting karena pengaruh orang tua selama masa remaja terus memengaruhi
Penelitian yang dilakukan Warouw dkk (2019) menyatakan bahwa ada hubungan antara
pola asuh orang tua dengan perilaku agresif pada anak usia remaja.
Penelitian yang dilakukan Munawir (2016) menyatakan bahwa pola asuh orang tua yang
tepat sangat penting diberikan kepada anak, karena mampu membatasi dan menghindarkan
perilaku agresif. Penelitian yang dilakukan Nasution (2018) menyatakan bahwa pola asuh
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan yang positif antara pola
asuh permisif dengan perilaku agresif remaja”. Semakin permisif pola asuh orang tua maka
14
METODE PENELITIAN
analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar,
2017).
Definisi Operasional
Hurlock (2014) menambahkan bahwa pola asuh permisif tidak memiliki konsekuensi,
peraturan dan hukuman bagi anak atas perbuatannya serta pola komunikasi yang terjadi
hanya satu arah saja yaitu dari anak karena orang tua hanya mengikuti saja. Menurut Santrock
(2012), orang tua seharusnya tidak menghukum atau bersikap dingin kepada anak-anaknya.
Orang tua seharusnya mengembangkan aturan-aturan dan bersikap hangat kepada anak-
anaknya.
Pola asuh permisif diukur dengan menggunakan skala pola asuh permisif yang disusun
orang tua bersifat masa bodoh, dan pendidikan bersifat bebas. Semakin tinggi skor yang
Perilaku agresif remaja merupakan ledakan emosi remaja yang meluap-luap akibat masa
perkembangan transisi dari anak ke dewasa dimana perilaku tersebut merugikan, mencederai,
15
dan merusak baik itu dilakukan kepada orang lain, kelompok, benda, atau bahkan diri sendiri.
Perilaku agresif remaja diukur dengan menggunakan skala perilaku agresif remaja yang
disusun berdasarkan aspek-aspeknya yaitu agresi fisik, agresi verbal, marah dan
permusuhan. Semakin tinggi skor yang diperoleh berarti semakin tinggi perilaku agresif remaja,
Populasi
Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah siswa di SMA Don Bosko
Semarang karena peneliti pernah bersekolah di SMA tersebut dan untuk memudahkan akses
data. Populasi merupakan sebuah objek yang memiliki karakteristik yang sudah ditentukan,
Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah cluster random sampling.
Penyebaran kuesioner dilakukan di SMA Don Bosko, Semarang yang duduk di kelas 11
Metode skala merupakan metode yang digunakan pada penelitian. Skala merupakan
sebuah pengukuran yang ditentukan melalui aspek yang dapat diukur dengan jawaban
Alternatif jawaban pada skala yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi empat,
yaitu skor 4 apabila subjek menjawab pertanyaan sangat sesuai (SS), nilai 3 jika subyek
menjawab dengan jawaban sesuai (S), nilai 2 jika subyek menjawab dengan jawaban tidak
sesuai (TS), nilai 1 jika subyek menjawab dengan jawaban sangat tidak sesuai (STS) untuk
favourable. Sedangkan untuk unfavourable, skor 1 jika jawaban SS, skor 2 jika jawaban S,
Hasil Penelitian
16
Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis penelitian, diperoleh hasil bahwa hipotesis
yang diajukan ditolak yaitu tidak ada hubungan signifikan antara pola asuh permisif dengan
perilaku agresif remaja. Semakin permisif pola asuh orang tua maka tidak mempengaruhi
perilaku agresif remaja. Hal tersebut dapat dilihat dari uji hipotesis yang menunjukkan r xy =
-0,068 dengan (p > 0,05), ini menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti ditolak. Pola
asuh merupakan seluruh cara perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak. Terlihat
bahwa pengasuhan anak menunjuk kepada pendidikan umum yang diterapkan pengasuh
terhadap anak berupa suatu proses interaksi antara orang tua (pengasuh) dengan anak (yang
diasuh).
Menurut Setiawan (2009) bahwa pola asuh yang diterapkan orang tua ini sangat
bergantung pada bentuk-bentuk perilaku penyimpangan anak. Ketika orang tua memberikan
pola asuh yang tidak benar dengan anak, si anak menjadi salah didikan. Mereka akan
cenderung merusak jiwa seorang anak. Para remaja sangat menginginkan komunikasi yang
hangat dan akrab, keterbukaan dalam menyampaikan setiap aspirasi dan permasalahannya
baik mengenai lingkungan sekolah maupun dilingkungan sekitar tempat tinggalnya. Ali dan
Asrori (2009) juga menjelaskan penjelasan yang sama dengan rasa ingin tahu yang tinggi dari
si anak maka akan membuatnya akan tambah gelisah serta mengkhayal tentang dirinya
sendiri. Anak akan butuh norma yang diperlukan bagi si anak agar mereka dapat tumbuh
Alasan ditolaknya hipotesis ini karena pola asuh dalam keluarga ada bermacam-macam,
jadi perilaku agresi pada remaja dapat dipengaruhi oleh pola asuh yang lain seperti pola asuh
otoriter. Hidayati (2014) hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh otoriter berkorelasi
dengan agresivitas. Selain itu di masa pandemi ini perilaku agresi juga dapat dipengaruhi oleh
media sosial yang memberi dampak pada perilaku remaja. Aktivitas bermedia sosial yang buruk
menjadi salah satu penyebab timbulnya perilaku agresi yaitu memberikan komentar negatif,
17
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2019) pola
Keterbatasan Penelitian
peneliti harus mengambil data menggunakan google form karena situasi yang tidak
memungkinkan untuk bertemu subjek secara langsung. Hal ini kemungkinan berdampak pada
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan tidak terdapat
hubungan antara pola asuh permisif dengan perilaku agresif remaja. Maka pada penelitian ini
hipotesis ditolak.
Saran
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pola
asuh permisif dan perilaku agresi remaja, meski demikian remaja sebaiknya tetap
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti dengan topik pola asuh permisif dan perilaku
agresif remaja dapat memperhatikan cara penyebaran alat ukur pada subjek, akan lebih baik
apabila dilakukan dengan bertemu secara langsung dibandingkan melalui google form. Hal
tersebut dikarenakan apabila ada subjek yang kurang mengerti dapat menanyakan secara
18
DAFTAR PUSTAKA
Adji, W. (2002). Kecenderungan Perilaku Agresif Pria Ditinjau dari Minat Terhadap Musik
Heavy metal. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang : Fakultas Psikologi Unika
Soegijapranata. http://repository.unika.ac.id/6178/
Ali, M dan Asrori, M. (2009). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Aman, T.P. 2004. Perbedaan Agresivitas Pada Anggota Pencak Silat THS-THM Ditinjau Dari
Tingkat Pratama Dan Tingkat Tamtama. Skripsi. (tidak diterbitkan). Semarang: Fakultas
Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.
Baron, R.A. & Richardson, D.R. (1994). Human Agression (2nd edition). New York: Plenum.
Baron, R.A. dan Byrne, D. (2005). Psikologi sosial. Edisi kesepuluh: jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Buss, A.H & Perry, M. (1992). The Aggression Questionnaire. Journal of. Personality and
Social Psychology. The American Psychological. Association, Inc.
https://psycnet.apa.org/record/1993-00039-001
Eyefni. (2011). Hubungan Pola Asuh Orang Tua TerhadapPerilaku Agresif Pada Siswa Kelas
2l2Dan Kelas 2M3 DI SMK N 5 PadangTahun 2011. JurnalUniversitasAndalas
http://scholar.unand.ac.id/7797/
19
Hidayat, A., Rustiana, E. R., & Pramono, H. (2014). Agresivitas Suporter Klub Sriwijaya Fc Di
Stadion Jakabaring Palembang 2014. Journal of Physical Education and Sports.
Semarang: Program Studi Pendidikan Olahraga Universitas Negeri Semarang. Vol. 3.
No. 2 (67-72). https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpes/article/view/4802
Hurlock, E. B. (2014). Perkembangan Anak (Jilid 2). Alih Bahasa: Med Meitasari Tjandra.
Jakarta: Erlangga.
Kaplan, H.I. (2010). Retardasi Mental dalam Sinopsis Psikiatri. Tangerang : Binarupa
Aksara.
Lorenz, K. (2008). On Aggression. WInner of Nobel Prize. Mariner Books, ISBN: 0156687410.
Morrison, G. (2016). Pendidikan Anak Usia Dini Saat Ini. Yogyakarta: Pustaka. Pelajar.
Munawir, M. (2016, Februari 19-20). Seminar ASEAN. 2nd Psychology & Humanity, hal. 256-
260. https://seminar.unnes.ac.id/event- icess/pemakalah
Munawir, M. (2016). Dampak Perbedaan Pola Asuh terhadap Perilaku Agresif Remaja di SMA
5 Peraya. Seminarasean 2nd Psychology & Humanity
http://mpsi.umm.ac.id/files/file/256%20-%20262%20Muhammad%20Munawir.pdf
Myers, G.D. (2010). Social Psychology. McGraw Hill Companies. Myers, D. G. (2012). Psikologi
Sosial. Edisi 10. Jilid 2. Jakarta: Salemba. Nasution, M. (2018). Pola Asuh Permisif
Terhadap Agresifitas Anak di Lingkungan X Kelurahan Suka Maju Kecamatan
Medan Johor. APPPTMA KE- 8 http://www.appptma.org/wp-
content/uploads/2019/07/21.978-602-50710-9-6.pdf
Sears, D.O, Freedman, J.L., dan Peplau, L.A. 1994. Psikologi Sosial, Jilid 2. Alih Bahasa :
Michael Adriyanto & Savitri Soekrisno. Jakarta : Erlangga.
Setiawan, I. 2009. Pembinaan dan Pengembangan Peserta Didik pada Institusi Pendidikan
Berasrama. Yogyakarta: Smart Writing.
Sinuraya, D. (2009). Hubungan Antara Kepribadian Ekstrovert dengan Perilaku Agresi pada
Remaja. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta (Skripsi).
http://eprints.ums.ac.id/4743/
Taylor E, Shelley, dkk. (2009). Psikologi Sosial, Edisi Kedua Belas, Jakarta: Kencana.
20
Warouw, I., Posangi, J., Bataha, Y. (2019). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku
Agresif Pada Anak Usia Remaja Di SMA N 1 Kakas. e- Journal Keperawatan(e-Kp)
Volume 7 Nomor 1, Mei 2019
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/24333
21