Anda di halaman 1dari 21

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN

PERILAKU AGRESIF REMAJA

INTISARI

Anggarda Tri Adhi Nugraha


14.E1.0189

PROGRAM STUDI SARJANA PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI


UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2021

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN


PERILAKU AGRESIF REMAJA

1
INTISARI

Diajukan Kepada Program Studi Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi


Universitas Katolik Soegijapranata Semarang untuk Memenuhi
Sebagian dari Syarat-syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

Anggarda Tri Adhi Nugraha

14.E1.0189

PROGRAM STUDI SARJANA PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2021

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN


PERILAKU AGRESIF REMAJA

2
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara pola asuh permisif
dengan perilaku agresif pada remaja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu
penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan

3
metode statistika. Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah siswa di SMA Don
Bosko Semarang. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah cluster random
sampling. Penyebaran kuesioner dilakukan di SMA Don Bosko, Semarang. Metode
pengumpulan data yang digunakanan pada penelitian ini adalah metode skala untuk alat ukur.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Korelasi Product
Moment dari Pearson Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pola asuh
permisif dengan perilaku agresif remaja.

Kata Kunci: pola asuh permisif, perilaku agresif remaja, Siswa SMA

ABSTRACT

This study aims to test empirically the relationship between permissive parenting and
aggressive behavior in adolescents. This research uses quantitative methods, namely research
that emphasizes its analysis on numerical data (numbers) processed by statistical methods.
The population that will be used in this research is the students of SMA Don Bosko Semarang.
The sampling technique used in this study was cluster random sampling. The questionnaires
were distributed at Don Bosko High School Semarang. The data collection method used in this
research is the scale method. The data analysis method used in this study is the Pearson
Product Moment Correlation Method. The results showed that there was no relationship
between permissive parenting and adolescent aggressive behavior.

Keywords: permissive parenting, adolescent aggressive behavior, senior high school student

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

4
Karakteristik remaja merupakan suatu ciri khas yang menetap pada diri seseorang remaja

dalam berbagai situasi dan dalam berbagai kondisi, yang mampu membedakan antara remaja

yang satu dengan remaja yang lain. Karakteristik remaja ini misalnya ada remaja yang tinggi,

gemuk, periang pemalu, pemberontak dan sebagainya.  Perilaku agresi semakin marak terjadi

di kalangan remaja. Belakangan ini keprihatinan mulai muncul pada masyarakat Indonesia

mengenai keadaan remaja. Kondisi remaja yang merasa ingin bebas seringkali kurangnya nilai

moral yang ada di dalamnya. Remaja-remaja yang memiliki sifat ini terlihat lebih tidak stabil dan

gampang terpengaruh dengan yang lainnya (Santrock, 2012).

Menurut Saad (2003) perilaku agresif remaja adalah segala tingkah laku yang dapat

merugikan atau mencederai orang lain serta memiliki unsur kesengajaan. Contoh perilaku

agresif yang sering terjadi adalah pemukulan, berkata kasar, menghina, dan perilaku agresif

lainnya baik secara fisik maupun verbal. Neil dan Stewart (dalam Hanurawan, 2010)

mengemukakan perilaku agresif adalah sebuah tindakan yang didasari secara destruktif

yang bisa dilakukan melalui perilaku atau ucapan yang akan diarahkan kepada individu

yang memiliki emosi yang tidak stabil. Objek yang sering digunakan yaitu lingkungan yang

berbentuk fisik atau lainnya. Perilaku agresi merupakan sebuah perilaku negatif yang memiliki

tujuan untuk menyakiti individu lainnya (Kaplan, 2010).

Perilaku agresif yang ditunjukkan oleh para remaja di lingkungan Kota Semarang tidak

hanya secara fisik tetapi juga secara verbal atau ucapan, seperti yang dilakukan oleh anak-

anak sekolah dasar (SD) sudah mengucapkan kata-kata kasar bahkan membully teman

sekolahnya. Menurut data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terjadi lebih dari 100

kekerasan pelajar di sekolah dalam bentuk fisik dan verbal, terjadi sejak awal tahun 2018

hingga pertengahan Juli. Dalam catatan KPAI, sekitar 50% kasus tersebut melibatkan pelajar

baik sebagai korban maupun pelaku, sisanya berkaitan dengan pengajar. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan BNN dan UI pada Tahun 2016 sebanyak 3,8 sampai 4,2 juta

pengguna Narkoba, 50-60 persennya adalah remaja. Data dari komnas anak, pada tahun 2017

5
ada 339 kasus tawuran yang menyebabkan 82 anak meninggal dunia. Lembaga pengawas

kepolisian (IPW) mencatat aksi brutal yang dilakukan geng motor di Jakarta telah menewaskan

sekitar 60 orang setiap tahunnya.

Hurlock (2014) juga menyatakan, salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku

agresif adalah pola asuh permisif. Pentingnya pola asuh karena anak dibentuk dan

dipengaruhi oleh orang tuanya sebagai satu kesatuan unit keluarga terkecil) dan perilaku

orang tua terhadap anak. Baumrind (dalam Wibowo, 2012) pola asuh permisif sebagai

pola dimana orang tua tidak banyak ikut campur dalam kehidupan anaknya. Orang tua

cenderung mendorong anaknya untuk bersikap otonom, mendidik berdasarkan logika dan

memberi kebebasan anak untuk menentukan perilaku dan kegiatannya. Orang tua cenderung

untuk tidak tahu keberadaan anak dan memiliki hubungan yang kurang secara sosial, padahal

anak membutuhkan perhatian ketika melakukan sesuatu. Anak biasanya memiliki harga diri

yang rendah, belum dewasa dan diasingkan dalam keluarga. Pada masa remaja mereka

mengalami penyimpangan perilaku, misalnya suka tidak masuk sekolah menampakan perilaku

kenakalan remaja. Dengan demikian anak menunjukan pengendalian diri yang buruk dan

tidak bisa menangani kebebasan dengan baik. Orang tua yang tidak menuntut atau

menanggapi menunjukan suatu pola asuh yang disebut neglectful atau uninvolved. Orang tua

tidak melakukan pengawasan yang cukup karena mereka sibuk dengan masalahnya sendiri

dan cenderung meninggalkan tanggung jawab mereka sebagai orang tua.

Pola asuh orang tua sangat penting dalam proses perkembangan anak untuk

meminimalisasikan terjadinya perkembangan anak yang tidak sesuai. Karena dengan pola

asuh yang baik maka perkembangan anak juga akan baik. Maka diharapkan orang tua

hendaknya memberikan pola asuh yang sebaik mungkin sehingga perkembangan anak sesuai

dengan usianya. Baik buruknya perilaku seorang remaja akan dipengaruhi oleh pola asuh

orang tua. Kartono (Pravitasari, 2012) berpendapat pola asuh permisif merupakan dimana

orang tua memberikan kebebasan sepenuhnya kepada anak, jika orang tua memberikan pola

6
asuh yang positif, maka seorang anak akan berperilaku positif, tetapi jika pola asuh orang tua

kurang baik, maka seorang anak akan berperilaku negatif seperti melakukan perilaku agresif.

Apabila orang tua dalam mengasuh memberikan sifat yang bebas maka anak juga

akan merasa bebas dan anak akan memiliki sifat yang tidak mandiri serta agresif secara

sosial. Apa yang dianggap orang tua tidak memiliki tauladan baginya maka si anak pun

menganggapnya demikian (Hurlock, dalam Eyefni, 2011). Seperti disebut dalam Saad (2003,

hal 32) temuan penelitian tentang kualitas hubungan antara orang tua dan anak memberi

pengaruh yang kuat kepada kemungkinan munculnya sifat agresif pada anak.

Apabila orangtua memberikan pola asuh permisif akan berdampak pada anak yaitu anak

tidak mengerti apakah perilakunya benar atau salah karena orangtua tidak pernah

membenarkan atau menyalahkan anak akibatnya anak berperilaku sesuai dengan

keinginannya sendiri, tidak peduli apakah perilaku itu sesuai dengan norma atau tidak. Urgensi

penelitian ini adalah ketika seorang remaja diasuh dengan pola asuh orang tua permisif maka

kecenderungannya adalah akan meningkatkan perilaku agresif yang dapat dilihat dari berbagai

data dan fenomena di lapangan dan wawancara peneliti, maka menarik untuk meneliti apakah

ada hubungan antara pola asuh permisif dengan perilaku agresi pada remaja. Dampak negatif

jika berperilaku agresif adalah dijauhi teman, masyarakat sekitar, menghindari tanggung jawab,

menarik diri, menyalahkan orang lain dan membesar-besarkan masalah.

Peneliti memilih objek penelitian di SMA Don Bosco Semarang merupakan sebuah sekolah

menengah atas swasta Katolik yang berada berlokasi di Jl. Sultan Agung no.133, Semarang.

Sekolah ini didirikan tahun 1988, dan berada di bawah yayasan Pangudi Luhur. Berdasarkan

uraian diatas perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja memiliki keterkaitan dengan pola asuh

permisif. Pola asuh permisif yang bersifat bebas cenderung membuat intensitas perilaku

agresi pada remaja semakin meningkat. Sehingga judul peneliti yang ingin teliti adalah

“hubungan antara perilaku agresif dengan pola asuh permisif pada remaja”.

7
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Perilaku Agresif Remaja

Perilaku agresi merupakan kekuatan motivasional yang tidak tampak dan disebabkan oleh

hilangnya kondisi organisme yang dapat mengontrol, dan kekuatan ini terus mendesak sejalan

dengan dorongan tersebut, agresi juga bisa dikatakan sebagai suatu tingkah laku yang dapat

merugikan atau mencederai orang lain (Saad, 2003, h.13). Lorenz (2008) menyatakan bahwa

agresi pada dasarnya bukan reaksi terhadap stimuli luar, melainkan rangsangan yang sudah

ada dan tinggal mencari pelampiasan serta akan selalu muncul walaupun hanya dalam

intensitas kecil.

Aspek-aspek Perilaku Agresif

Buss dan Perry (1992) menjelaskan bahwa ada 4 aspek agresi:

a. Agresi Fisik

Agresi fisik memiliki fungsi untuk menyakiti orang lain secara fisik. Hal ini sangat

membahayakan orang lain jika ada individu yang memiliki sifat seperti ini.

b. Agresi Verbal

Agresi verbal merupakan sebuah kejahatan yang berasal dari ucapan. Biasanya ucapan

yang dikeluarkan tidak baik dan bisa menyinggung orang lain.

c. Marah

Marah yaitu sebuah perilaku yang negative yang keinginannya tidak terpenuhi. Perasaan

marah yang biasanya terbentuk adalah iri, jengkel, emosional, dan lainya. Menurut Siddiqah

(2010) menjelaskan bahwa program manajemen kemarahan memiliki arti praktis dan praktis

berguna untuk mengurangi agresi pada remaja. Di sisi lain, semakin tinggi agresi

membuktikan bahwa agresi akan meningkat jika tidak ada perawatan untuk remaja dengan

tingkat kemarahan yang tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa perasaan marah yang

biasanya terbentuk adalah iri, jengkel, emosional termasuk dalam agresi verbal.

d. Permusuhan

8
Permusuhan merupakan sebuah sikap yang dibentuk atas rasa kebencian yang ditunjukkan

kepada individu ke individu lainnya. Hostility memiliki sebuah aspek seperti kebencian

serta rasa cemburu dan khawatir yang berlebihan.

Aspek-aspek perilaku agresif menurut Schneiders (dalam Aman, 2004):

a. Otoriter; merupakan sebuah sifat kaku yang dimiliki individu yang tidak menerima sebuah

pengakuan apapun dalam individu lainnya.

b. Superior; merasa bahwa individu ini paling baik dibanding dengan individu lainnya

c. Egosentris; sebuah kekuasaan atau keinginan yang ingin tercapai namun harus menjadi

prioritas paling utama dibanding lainnya.

d. Melampiaskan segala perasaan yang dimilikinya baik enak atau tidak enak, individu ini

merasa tidak peduli dengan lingkungan yang ada disekitar.

Perilaku agresi berdasarkan aspek di atas mengacu pada pengertian dari tiap aspek yang

dijelaskan dan dijabarkan hal ini berarti adanya sikap perilaku agresi pada remaja yang akan

dibandingkan pada teori yang dilakukan oleh Sadli (dalam Adji, 2002) dan Schneiders (dalam

Aman, 2004).

Dalam penelitian ini akan menggunakan aspek perilaku agresi yaitu agresi fisik, agresi

verbal, permusuhan dan marah. Alasan digunakannya aspek ini adalah paling sesuai dengan

objek penelitian ini.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresif

Sears, dkk (1994 hlm. 22) menambahkan beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya

perilaku agresif, yaitu:

a. Serangan

Salah satu sumber munculnya perilaku agresif yang paling sering terjadi adalah

ketika mendapat serangan atau gangguan yang dilakukan oleh seseorang atau

kelompok lain.

9
a. Imitasi

Manusia memiliki kecenderungan meniru perilaku yang dilakukan oleh orang lain. Orang tua

atau keluarga termasuk dalam kriteria ini, dan menjadi model utama bagi seseorang pada

masa awal kehidupan.

b. Norma Sosial

Perilaku agresif banyak dikendalikan oleh norma sosial. Orang harus mempelajari untuk

dapat melakukan fungsi secara efektif, kapan perilaku agresif dianggap tepat, dan kapan

perilaku agresif dianggap tidak tepat.

e. Jenis Kelamin

Laki-laki lebih cenderung sering melakukan tindakan agresif dibandingkan dengan

perempuan tetapi bukan berarti perempuan tidak mungkin untuk melakukan tindakan

agresif.

Baron dan Byrne (2005) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi

seseorang melakukan agresivitas atau perilaku agresif, yaitu:

a. Faktor-faktor Sosial

Faktor-faktor sosial merupakan faktor-faktor yang terkait dengan sosial individu yang

melakukan perilaku agresif, termasuk pola asuh orang tua.

b. Faktor-faktor Pribadi

Faktor-faktor pribadi merupakan trait atau karakteristik yang memicu seseorang melakukan

perilaku agresif

c. Faktor-faktor Situasional

Faktor situasional merupakan faktor yang terkait dengan situasi atau konteks di mana agresi

itu terjadi.

Yang mempengaruhi perilaku agresif menurut Myers (2012):

a. Frustrasi; merupakan sebuah ketidakmampuan dalam menjalankan sebuah tujuannya.

Maka ciri yang dimiliki orang tersebut yaitu perasaan agresifnya akan ditingkatkan kembali.

10
b. Pembelajaran agresi; adanya pengembangan sosial agar bisa melakukan pembelajaran.

c. Pengaruh lingkungan ; kerumunan yang dilakukan oleh beberapa individu yang

lingkungannya sangat tidak mendukung dengan suasana yang diinginkan.

d. Sistem saraf otak; merupakan dukungan yang bisa mengontrol diri sendiri agar bisa

meminimalisasi perilaku agresif.

e. Adanya keturunan.

f. Pengaruh obat-obatan

Menurut Eyefni (2011), faktor yang mempengaruhi perilaku agresi adalah jenis kelamin,

norma sosial, serangan, serta imitasi dimana di dalamnya termasuk pola asuh orang tua.

Berdasarkan pada uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku agresi yaitu pola asuhs orang tua, lingkungan, serta sebuah siatuasi

lingkungan dan norma yang berjalan di masyarakat.

Pola Asuh Permisif

Pola asuh orang tua merupakan sebuah hubungan yang dilakukan pertama oleh orang

tua dan anak di mana mereka keduanya atau membimbing anak dalam disiplin dan taat agar

nantinya anak tersebut bisa tumbuh menjadi anak yang baik (Rusilanti 2015). Sedangkan

menurut Morrison (2016, h. 335), pengasuhan anak merupakan aturan yang diberikan kepada

anak yang akan diterapkan sistem pendidikan yang akan diterima anak untuk memenuhi

kebutuhannya.

Aspek-Aspek Pola Asuh Permisif Orang Tua

Menurut Baumrind (2015), secara garis besar pola asuh permisif orang tua terdiri dari

empat aspek, antara lain:

a. Kontrol: merupakan kontrol atau pengawasan dari orang tua kepada anaknya apakah

memberikan kontrol penuh atau tidak.

11
b. Hukuman dan Hadiah: merupakan bentuk hukuman dan hadiah dari orang tua kepada
anaknya, apakah jika anak bersalah diberikan hukuman dan jika berprestasi diberikan

hadiah.

c. Dominasi: merupakan seberapa besar dominasi orang tua kepada anaknya, ini akan

mempengaruhi anak pandai membuat keputusan atau bergantung sepenuhnya kepada

orang tua.

d. Komunikasi: merupakan seberapa baik komunikasi orang tua dan anak.

Menurut Hurlock (2014), mengungkapkan ada beberapa aspek dalam pola asuh permisif,

yang meliputi:

a. Kontrol terhadap anak kurang: orang tua dengan pola asuh permisif cenderung memiliki

kontrol yang lemah kepada anak sehingga cenderung tidak peduli pada anak.

a. b. Pengabaian keputusan: orang tua dengan pola asuh permisif cenderung

mengabaikan pengambilan keputusan.

b. Orang tua bersifat masa bodoh: orang tua bersikap masa bodoh yaitu tidak peduli pada

anak dan tidak memberikan perhatian pada anak.

c. Pendidikan bersifat bebas: orang tua permisif cenderung mendidik anaknya dengan

bebas dan tidak ada aturan.

Aspek-aspek penerapan pola asuh permisif menurut Tridhonanto (2014) adalah sebagai

berikut:

a. Orang tua tidak peduli terhadap pertemanan anaknya

b. Orang tua kurang memberikan perhatian terhadap kebutuhan anak

c. Orang tua tidak peduli terhadap pergaulan anak

d. Orang tua tidak peduli dengan masalah yang dihadapi

e. Orang tua tidak peduli terhadap kegiatan kelompok yang diikuti anaknya

12
f. Orang tua tidak peduli anaknya bertanggung jawab atau tidak atas tindakan yang

dilakukannya.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan aspek aspek pola asuh permisif

adalah kontrol terhadap anak kurang, pengabaian keputusan, orang tua bersifat masa bodoh,

dan pendidikan bersifat bebas.

Hubungan Antara Pola Asuh Permisif Dengan Perilaku Agresif Remaja

Menurut Setiawan (2009) bahwa pola asuh yang diterapkan orang tua ini sangat

bergantung pada bentuk-bentuk perilaku penyimpangan anak. Ketika orang tua memberikan

pola asuh yang tidak benar dengan anak, si anak menjadi salah didikan. Mereka akan

cenderung merusak jiwa seorang anak.

Hoskins (2014) menyatakan bahwa pola asuh permisif ditandai oleh tingginya tingkat

respon dan rendahnya tingkat tuntutan. Orang tua permisif berperilaku dalam cara afirmatif

terhadap impuls remaja, keinginan, dan tindakan remaja tentang keputusan keluarga. Pola

asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apapun yang

akan dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan

maksiat, pergaulan bebas negatif, materialistis, dan sebagainya. Biasanya pola pengasuhan

anak oleh orangtua semacam ini diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan

pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak

dengan baik.

Agresif merupakan setiap tindakan yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai orang

lain (Taylor, dkk. 2009). Perilaku agresif dilakukan anak/remaja, baik di rumah, sekolah,

bahkan di lingkungan masyarakat luas. Perilaku agresif pada batas-batas yang wajar pada

seorang anak masih dapat ditolerir atau diabaikan, namun apabila sudah menjurus dapat

merugikan dirinya dan orang lain perlu ditangani secara bersungguh-sungguh, karena dapat

berakibat lebih buruk (Setiawan. 2009). Perilaku remaja yang agresif ditinjau dari beberapa

13
segi lebih bersifat negatif terutama terhadap perkembangan remaja menuju dewasa dan

banyak menimbulkan masalah bagi orang tua (Sinuraya. 2009).

Jadi apabila ditinjau dari aspek-aspek pola asuh permisif yaitu kurangnya kontrol terhadap

anak, maka anak merasa kurang diperhatikan oleh orang tua sehingga mereka tidak memiliki

panutan atau tempat untuk keluh kesah jika ada masalah, dan ini memicu remaja untuk

semakin meningkat agresivitasnya. Dengan adanya pengabaian keputusan, orang tua bersifat

masa bodoh, dan pendidikan bersifat bebas, maka akan meningkatkan agresivitas anak.

Misalnya Ketika orang tua tidak memberikan keputusan tegas kepada anak atau ketika anak

berbuat salah, tidak ada kontrol dari orang tua, hal ini akan memicu anak untuk melakukan

agresi verbal atau fisik.

Penelitian yang dilakukan oleh Eyefni (2011) menyatakan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara pola asuh orang tua terhadap perilaku agresif.

Penelitian yang dilakukan Hoskins (2014) menghasilkan bahwa hubungan antara orang tua

dan remaja penting karena pengaruh orang tua selama masa remaja terus memengaruhi

perilaku menjadi dewasa.

Penelitian yang dilakukan Warouw dkk (2019) menyatakan bahwa ada hubungan antara

pola asuh orang tua dengan perilaku agresif pada anak usia remaja.

Penelitian yang dilakukan Munawir (2016) menyatakan bahwa pola asuh orang tua yang

tepat sangat penting diberikan kepada anak, karena mampu membatasi dan menghindarkan

perilaku agresif. Penelitian yang dilakukan Nasution (2018) menyatakan bahwa pola asuh

permisif dapat mempengaruhi timbulnya perilaku agresif pada anak.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan yang positif antara pola

asuh permisif dengan perilaku agresif remaja”. Semakin permisif pola asuh orang tua maka

perilaku agresif remaja semakin tinggi dan sebaliknya.

14
METODE PENELITIAN

Metode Penelitian yang Digunakan

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan

analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar,

2017).

Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel tergantung : Perilaku agresif remaja

2. Variabel bebas : Pola asuh permisif

Definisi Operasional

Pola asuh permisif

Hurlock (2014) menambahkan bahwa pola asuh permisif tidak memiliki konsekuensi,

peraturan dan hukuman bagi anak atas perbuatannya serta pola komunikasi yang terjadi

hanya satu arah saja yaitu dari anak karena orang tua hanya mengikuti saja. Menurut Santrock

(2012), orang tua seharusnya tidak menghukum atau bersikap dingin kepada anak-anaknya.

Orang tua seharusnya mengembangkan aturan-aturan dan bersikap hangat kepada anak-

anaknya.

Pola asuh permisif diukur dengan menggunakan skala pola asuh permisif yang disusun

berdasarkan aspek-aspeknya yaitu kontrol terhadap anak kurang, pengabaian keputusan,

orang tua bersifat masa bodoh, dan pendidikan bersifat bebas. Semakin tinggi skor yang

diperoleh berarti semakin permisif pola asuh, demikian juga sebaliknya.

Perilaku agresif remaja

Perilaku agresif remaja merupakan ledakan emosi remaja yang meluap-luap akibat masa

perkembangan transisi dari anak ke dewasa dimana perilaku tersebut merugikan, mencederai,

15
dan merusak baik itu dilakukan kepada orang lain, kelompok, benda, atau bahkan diri sendiri.

Perilaku agresif remaja diukur dengan menggunakan skala perilaku agresif remaja yang

disusun berdasarkan aspek-aspeknya yaitu agresi fisik, agresi verbal, marah dan

permusuhan. Semakin tinggi skor yang diperoleh berarti semakin tinggi perilaku agresif remaja,

demikian juga sebaliknya.

Populasi

Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah siswa di SMA Don Bosko

Semarang karena peneliti pernah bersekolah di SMA tersebut dan untuk memudahkan akses

data. Populasi merupakan sebuah objek yang memiliki karakteristik yang sudah ditentukan,

yaitu siswa kelas 11 di SMA Don Bosko Semarang.

Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah cluster random sampling.

Penyebaran kuesioner dilakukan di SMA Don Bosko, Semarang yang duduk di kelas 11

dengan menggunakan google form.

Metode Pengumpulan Data

Metode skala merupakan metode yang digunakan pada penelitian. Skala merupakan

sebuah pengukuran yang ditentukan melalui aspek yang dapat diukur dengan jawaban

dari para responden dan subjek penelitian (Hadi, 2010).

Alternatif jawaban pada skala yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi empat,

yaitu skor 4 apabila subjek menjawab pertanyaan sangat sesuai (SS), nilai 3 jika subyek

menjawab dengan jawaban sesuai (S), nilai 2 jika subyek menjawab dengan jawaban tidak

sesuai (TS), nilai 1 jika subyek menjawab dengan jawaban sangat tidak sesuai (STS) untuk

favourable. Sedangkan untuk unfavourable, skor 1 jika jawaban SS, skor 2 jika jawaban S,

skor 3 jika jawaban TS, skor 4 jika jawaban STS.

Hasil Penelitian

16
Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis penelitian, diperoleh hasil bahwa hipotesis

yang diajukan ditolak yaitu tidak ada hubungan signifikan antara pola asuh permisif dengan

perilaku agresif remaja. Semakin permisif pola asuh orang tua maka tidak mempengaruhi

perilaku agresif remaja. Hal tersebut dapat dilihat dari uji hipotesis yang menunjukkan r xy =

-0,068 dengan (p > 0,05), ini menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti ditolak. Pola

asuh merupakan seluruh cara perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak. Terlihat

bahwa pengasuhan anak menunjuk kepada pendidikan umum yang diterapkan pengasuh

terhadap anak berupa suatu proses interaksi antara orang tua (pengasuh) dengan anak (yang

diasuh).

Menurut Setiawan (2009) bahwa pola asuh yang diterapkan orang tua ini sangat

bergantung pada bentuk-bentuk perilaku penyimpangan anak. Ketika orang tua memberikan

pola asuh yang tidak benar dengan anak, si anak menjadi salah didikan. Mereka akan

cenderung merusak jiwa seorang anak. Para remaja sangat menginginkan komunikasi yang

hangat dan akrab, keterbukaan dalam menyampaikan setiap aspirasi dan permasalahannya

baik mengenai lingkungan sekolah maupun dilingkungan sekitar tempat tinggalnya. Ali dan

Asrori (2009) juga menjelaskan penjelasan yang sama dengan rasa ingin tahu yang tinggi dari

si anak maka akan membuatnya akan tambah gelisah serta mengkhayal tentang dirinya

sendiri. Anak akan butuh norma yang diperlukan bagi si anak agar mereka dapat tumbuh

dengan lingkungan sekitar masyarakat.

Alasan ditolaknya hipotesis ini karena pola asuh dalam keluarga ada bermacam-macam,

jadi perilaku agresi pada remaja dapat dipengaruhi oleh pola asuh yang lain seperti pola asuh

otoriter. Hidayati (2014) hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh otoriter berkorelasi

dengan agresivitas. Selain itu di masa pandemi ini perilaku agresi juga dapat dipengaruhi oleh

media sosial yang memberi dampak pada perilaku remaja. Aktivitas bermedia sosial yang buruk

menjadi salah satu penyebab timbulnya perilaku agresi yaitu memberikan komentar negatif,

mengancam, saling mengejek, menuliskan kata-kata kasar (Putari 2021)

17
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2019) pola

asuh permisif tidak berpengaruh terhadap perilaku agresif pada remaja.

Keterbatasan Penelitian

Dalam menjalankan penelitian ini, peneliti mengalami beberapa keterbatasan yaitu

peneliti harus mengambil data menggunakan google form karena situasi yang tidak

memungkinkan untuk bertemu subjek secara langsung. Hal ini kemungkinan berdampak pada

pengisian skala dimana cukup banyak item yang gugur.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan tidak terdapat

hubungan antara pola asuh permisif dengan perilaku agresif remaja. Maka pada penelitian ini

hipotesis ditolak.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan serta kesimpulan yang diperoleh dapat

ditemukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Penelitian Berikutnya

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pola

asuh permisif dan perilaku agresi remaja, meski demikian remaja sebaiknya tetap

mengontrol perilaku agresif agar tidak merugikan lingkungan sekitarnya

2. Bagi Penelitian Berikutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti dengan topik pola asuh permisif dan perilaku

agresif remaja dapat memperhatikan cara penyebaran alat ukur pada subjek, akan lebih baik

apabila dilakukan dengan bertemu secara langsung dibandingkan melalui google form. Hal

tersebut dikarenakan apabila ada subjek yang kurang mengerti dapat menanyakan secara

langsung pada peneliti bagian yang kurang jelas.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adji, W. (2002). Kecenderungan Perilaku Agresif Pria Ditinjau dari Minat Terhadap Musik
Heavy metal. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang : Fakultas Psikologi Unika
Soegijapranata. http://repository.unika.ac.id/6178/

Ali, M dan Asrori, M. (2009). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi
Aksara.

Aman, T.P. 2004. Perbedaan Agresivitas Pada Anggota Pencak Silat THS-THM Ditinjau Dari
Tingkat Pratama Dan Tingkat Tamtama. Skripsi. (tidak diterbitkan). Semarang: Fakultas
Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.

Azwar, S. (2017). Metode Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baumrind, D. 2015. The Influence of Parenting Style on Adolescent Competence and


Substance Use. Journal of Early Adolescence, 11 (1), 56-95
https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/0272431691111004

Baron, R.A. & Richardson, D.R. (1994). Human Agression (2nd edition). New York: Plenum.

Baron, R.A. dan Byrne, D. (2005). Psikologi sosial. Edisi kesepuluh: jilid 2. Jakarta:
Erlangga.

Buss, A.H & Perry, M. (1992). The Aggression Questionnaire. Journal of. Personality and
Social Psychology. The American Psychological. Association, Inc.
https://psycnet.apa.org/record/1993-00039-001

Eyefni. (2011). Hubungan Pola Asuh Orang Tua TerhadapPerilaku Agresif Pada Siswa Kelas
2l2Dan Kelas 2M3 DI SMK N 5 PadangTahun 2011. JurnalUniversitasAndalas
http://scholar.unand.ac.id/7797/

Hadi, S. (2000). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi.

Hanurawan, F. (2010). Psikologi Sosial Suatu Pengantar, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

19
Hidayat, A., Rustiana, E. R., & Pramono, H. (2014). Agresivitas Suporter Klub Sriwijaya Fc Di
Stadion Jakabaring Palembang 2014. Journal of Physical Education and Sports.
Semarang: Program Studi Pendidikan Olahraga Universitas Negeri Semarang. Vol. 3.
No. 2 (67-72). https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpes/article/view/4802

Hoskins, D.H. (2014). Consequences of Parenting on Adolescent Outcomes. Societies, 4,


(506-531.DOI:10.3390/SOL4030506).https://www.mdpi.com/2075-4698/4/3/506

Hurlock, E. B. (1993). Psikologi Perkembangan . Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E. B. (2014). Perkembangan Anak (Jilid 2). Alih Bahasa: Med Meitasari Tjandra.
Jakarta: Erlangga.

Kaplan, H.I. (2010). Retardasi Mental dalam Sinopsis Psikiatri. Tangerang : Binarupa
Aksara.

Lorenz, K. (2008). On Aggression. WInner of Nobel Prize. Mariner Books, ISBN: 0156687410.

Morrison, G. (2016). Pendidikan Anak Usia Dini Saat Ini. Yogyakarta: Pustaka. Pelajar.

Munawir, M. (2016, Februari 19-20). Seminar ASEAN. 2nd Psychology & Humanity, hal. 256-
260. https://seminar.unnes.ac.id/event- icess/pemakalah

Munawir, M. (2016). Dampak Perbedaan Pola Asuh terhadap Perilaku Agresif Remaja di SMA
5 Peraya. Seminarasean 2nd Psychology & Humanity
http://mpsi.umm.ac.id/files/file/256%20-%20262%20Muhammad%20Munawir.pdf

Myers, G.D. (2010). Social Psychology. McGraw Hill Companies. Myers, D. G. (2012). Psikologi
Sosial. Edisi 10. Jilid 2. Jakarta: Salemba. Nasution, M. (2018). Pola Asuh Permisif
Terhadap Agresifitas Anak di Lingkungan X Kelurahan Suka Maju Kecamatan
Medan Johor. APPPTMA KE- 8 http://www.appptma.org/wp-
content/uploads/2019/07/21.978-602-50710-9-6.pdf

Pravitasari, T. (2012). Pengaruh Persepsi Pola Asuh Permisif Orang TuaTerhadap


Perilaku Membolos. Educational Psychology Journal, 4, 1-12.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/epj/article/view/2656

Saad, M. H. (2003). Perkelahian Pelajar Potret Siswa SMU di Jakarta.Yogyakarta:


Galang Offset.

Sears, D.O, Freedman, J.L., dan Peplau, L.A. 1994. Psikologi Sosial, Jilid 2. Alih Bahasa :
Michael Adriyanto & Savitri Soekrisno. Jakarta : Erlangga.

Setiawan, I. 2009. Pembinaan dan Pengembangan Peserta Didik pada Institusi Pendidikan
Berasrama. Yogyakarta: Smart Writing.

Sinuraya, D. (2009). Hubungan Antara Kepribadian Ekstrovert dengan Perilaku Agresi pada
Remaja. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta (Skripsi).
http://eprints.ums.ac.id/4743/

Taylor E, Shelley, dkk. (2009). Psikologi Sosial, Edisi Kedua Belas, Jakarta: Kencana.

20
Warouw, I., Posangi, J., Bataha, Y. (2019). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku
Agresif Pada Anak Usia Remaja Di SMA N 1 Kakas. e- Journal Keperawatan(e-Kp)
Volume 7 Nomor 1, Mei 2019
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/24333

21

Anda mungkin juga menyukai