BAB II
berbagai pendekatan.
4
Nengsih Sri Wahyuni, “Kecenderungan Cyberbullying Remaja Ditinjau Dari
Kompetensi Sosial Dan Persepsi Terhadap Gaya Pengasuhan Authoritarian Orangtua”, Tesis,
Yogyakarta: S2 Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2018.
11
15-18 tahun yang telah aktif menggunakan ponsel dan internet minimal 1
value=5,728 dan nilai dan R square sebesar 0,077, p=0,004 (p<0,05) yang
siber pada remaja yang diprediksi oleh harga diri dan kesepian. Metode yang
dalam penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu daftar isian dan skala.
Alpha. Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi ganda.
5
Laras Bethari R, “Harga Diri Dan Kesepian Dalam Memprediksi Kecenderungan
Menjadi Pelaku Perundungan-Siber Pada Remaja”, Tesis, Yogyakarta: S2 Psikologi Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta, 2018.
12
pada situasi bullying. Skala yang digunakan pada penelitian ini adalah skala
bullying di sekolah.
6
Andi Halimah, “Pemisahan Moral Sebagai Mediator Antara Efikasi Diri Membela Dan
Kecenderungan Perilaku Pasif Bystander Pada Situasi Bullying”, Tesis, Yoayakarta: S2 Psikologi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2018.
13
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada peran antara kepedulian orangtua
didapat nilai R square sebesar 0,003 dengan F=0,110 dan p=0,896 (p>0,05).
7
Novy Puspitasari, “Peran Kepedulian Orangtua Dan Hubungan Guru-Siswa Terhadap
Kecenderungan Perilaku Bullying Di Sd X Kota Yogyakarta”, Tesis, Yogyakarta: S2 Psikologi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2018.
14
ini adalah untuk mengetahui peran kontrol diri dan korformitas kelompok
penelitian ini adalah kontrol diri dan konformitas kelompok teman sebaya
“Persepsi Relasi Remaja Dengan Orang Tua Dan Regulasi Emosi Dalam
8
Erna Susilowati, “Peran Kontrol Diri Dan Konformitas Kelompok Teman Sebaya
Terhadap Kecenderungan Perilaku Bullying Pada Siswa Smp”, Tesis, Yogyakarta: S2 Psikologi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2018.
9
Antonita Ardian N, “Persepsi Relasi Remaja Dengan Orang Tua Dan Regulasi Emosi
Dalam Memprediksi Kecenderungan Melakukan Cyberbullying”, Tesis, Yogyakarta: S2 Psikologi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2018.
15
mengkaji persepsi kualitas relasi remaja dengan orang tua dan regulasi emosi
Persepsi kualitas relasi remaja dengan orang tua dimediasi regulasi emosi
sebesar 5,4%. Semakin berkualitas relasi remaja dengan orang tua diikuti
melakukan cyberbullying.
hubungan harga diri, dukungan sosial dan bullying dengan kejadian depresi
10
Ade Kartikasari S, “Prevalensi Depresi Dan Hubungan Harga Diri, Dukungansosial
Dan Bullying Dengan Kejadian Depresi Pada Remaja Sma Di Kabupaten Sleman”, Tesis,
Yogyakarta: S2 Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2018.
16
adalah Prevalensi depresi pada remaja SMA sebanyak 38,75% yang dibagi
dalam tiga klasifikasi yaitu 24,17% depresi ringan, 12,08% depresi sedang
dan 2,50% depresi berat. Kejadian depresi pada remaja perempuan sebanyak
42,01% dan pada laki-laki 34,60%. Adapun analisis multivariat dengan uji
poisson regression menemukan bahwa ada hubungan antara harga diri rendah
= 0,00 PR=1,58 (CI 95%=127-198), dan bullying p value = 0,00 PR=1,76 (CI
Harga diri yang rendah, dukungan sosial yang rendah, dan bullying menjadi
kepada guru, siswa dan orang tua siswa, perlunya kerjasama Dinas
Bullying Tingkat SMP11”. Temuan dari penelitian ini adalah saksi sering
11
Reni Apriliawati, “Kepedulian terhadap Sahabat'' untuk Meningkatkan Perilaku
Prososial Saksi Bullying Tingkat SMP”, Tesis, Yogyakarta: S2 Psikologi Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, 2018.
17
yang masih rendah. Salah satu program prevensi untuk saksi bullying adalah
the untreated control group design with dependent pretest and posttest
12
Redita Yuliawanti, “Eksplorasi Cyberbullying Dalam Kaitannya Dengan Empati Dan
Kualitas Pertemanan Remaja”, Tesis, Yogyakarta: S2 Psikologi Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, 2018.
18
membuat malu, sedih, menindas dan membuat orang lain tidak nyaman.
uji chi-square dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik. Hasil dari
perkembangan emosi dan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying
(<=0,05), tidak ada hubungan yang bermakna antara pengaruh teman sebaya
dengan perilaku bullying (>=0,05). Dan adapun hasil uji regresi logistik
menunjukkan ada hubungan bermakna antara pola asuh orang tua dengan
dengan pola asuh orang tua uninvolved berpeluang 4,655 kali lebih tinggi
bermakna antara perkembangan emosi dan pola asuh orang tua dengan
Seorang Anak Di Sekolah Dasar Negeri 7 Banyuasin Prajin Palembang, Tesis, Yogyakarta: S2
Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2017.
20
KUAT disusun oleh peneliti untuk meningkatkan harga diri korban bullying
behavior. Proses validasi modul dilakukan melalui dua tahap, yaitu uji
validitas isi dan uji coba dalam kelompok terbatas. Uji validitas isi
dengan desain untreated control group design with dependent pretest and
Ayu Sulistyaningsari, “Modul Program Remaja KUAT untuk Meningkatkan Harga Diri
14
Korban Bullying”, Tesis, Yogyakarta: S2 Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2017.
Korban Bullying”, Tesis, Yogyakarta: S2 Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2017.
21
dengan desain the untreated control group design with pre-test and double
kelompok kontrol pada saat pretest (p > 0,05). Setelah diberi perlakuan,
0,002 (p < 0,01) antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dimana
kelompok kontrol.
16
Fiona V. Damanik, “Pengaruh Brief Emphatic Love Therapy Terhadap Psychological
Well-Being Pada Korban Bullying”, Tesis, Yogyakarta: S2 Psikologi Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, 2017.
22
bentuk survival personality sehingga remaja memiliki PWB rendah dan tidak
efektif untuk mengenali luka yaitu Brief Empathic Love Therapy. Brief
empatik dalam diri sehingga mampu mengobati luka dan mengenali potensi
yang ada dalam diri. Penelitian eksperimen kuasi ini dilakukan dengan
untreated control group design with dependent pretest and posttest samples
sesi. Hasil analisis perbedaan gained score pada kelompok eksperimen dan
control group design with dependent pre-test and post-test samples (Shadish,
Cook & Campbel, 2002) dan analisis menggunakan Anova Mixed. Hasil
17
Retno Firdiyanti, “Pengaruh Roleplay "Lentera Sahabatã¢" Untuk Menurunkan Intensi
Perilaku Bullying Pada Siswa Sma”, Tesis, Yogyakarta: S2 Psikologi Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, 2017.
23
subjek untuk melakukan proses belajar sosial kognitif yang melibatkan aspek
kognitif, emosi dan perilaku. Efek reciprocal antara subjek sebagai person
(2017) dengan judul “Peran Harga Diri Pada Hubungan Antara Persepsi
penelitian ini adalah untuk menguji peran harga diri dalam hubungan antara
18
Annisa Reginasari, “Peran Harga Diri Pada Hubungan Antara Persepsi Terhadap
Mediasi Orangtua Dan Perundungan-Siber”, Tesis, Yogyakarta: S2 Psikologi Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta, 2017.
24
terhadap mediasi orangtua dan perundungan siber pada 234 siswa-siswi dari 6
responden dengan harga diri rendah, tidak terdapat hubungan yang signifikan
chi-square (1) = 6,434, p < 0,05. Pada kelompok responden dengan harga diri
siswa yang berasal dari sekolah negeri (98,1%) lebih cenderung melakukan
dan siswa dari sekolah swasta (1,9%). Bias pengharapan sosial dan daya
kesimpulan, ada indikasi bahwa harga diri memberikan efek mediator pada
mengenai kasus bullying yang sering terjadi serta bukan peneliti duplikasi,
terdahulu diatas belum ada yang membahas secara spesifik masalah peran
perbedaanya berfokus pada bullying ke peran harga diri, peran kontrol diri,
B. Kerangka Teori
1. Peran Guru
dengan banyak hal. Antara lain sebagai pemain sandiwara, tukang lawak pada
tentang peran, maka banyak dari para ahli dalam mengartikan. Antara lain:
19
Soerjono Soekanto, Teori Peran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002) hlm 243.
26
terlebih dalam pengelolaan kelas sehingga hasil belajar siswa tercapai dengan
maksimal.
20
Abu Ahmad, Psikologi Sosial, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2004), hlm 52.
21
Akmal Hawi, 2013, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2013), hlm. 45.
27
yang lain. Dalam pandangan anak-anak, guru adalah seorang yang memiliki
dan dituru”. Pengaruh guru terhadap siswanya sangatlah besar. Faktor- faktor
sosial22. Contohnya faktor indentifikasi dan imitasi dalam interaksi guru dan
sikap merupakan hal penting sebagai hasil pendidikan karena hal tersebut
dengan pembentukan sikap, perasaan senang, tidak senang, cita-cita, dan hal
lainnya berpendapat bahwa hal tersebut tidak diajarkan dengan sengaja, tetapi
merupakan hasil tamabahan dari belajar formal, yaitu belajar yang disengaja
pembentukan sikap dan perasaan para siswa. Suasana kelas tegang akibat
sikap dan tindakan guru yang otoriter, suka mencela dan tidak mau mengerti
22
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung :Sinar Baru Algensindo,
2012), hlm. 28.
28
siswanya. Sikap saling menghargai tidak mungkin tumbuh pada diri anak-
lima kebutuhan dasar pada setiap individu serta akibatnya apabila kebutuhan
ini tidak tepenuhi. Adapun lima kebutuhan dasar menurut Bernard ini
adalah23:
diri.
paling dasar, kemudian meningkat pada keselamatan diri, dan meningkat lagi
untuk dicintai dan disayangi. Kebutuhan kasih sayang ini sangat kuat dan
fundamental bagi manusia. Tanpa kaish sayang, anak- anak tidak akan
kebutuhan ini muncul sejak bayi, dan merupakan dasar bagi kebutuhan
lainnya. Jika ketiga kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka baik anak maupun
23
Ibid, 31.
29
dengan individu lainnya atau dengan masyarakat yang luas. Adapun respon
berbeda- beda. Apabila kebutuhan yang 1 dan 2 tidak terpenuhi, maka reaksi
emosi yang timbul adalah takut dan marah. Akan tetapi, kalau kebutuhan
yang lebih tinggi tidak tepenuhi, maka akan timbul kecemasan atau
menjaga agar perasaan cemas tetap dalam keadaan normal dahwa kecemasan
itu dapat menjadi pendorong untuk belajar lebih giat, namun harus dijaga dan
yang diharapkan. Oleh karena itu, peningkatan mutu tenaga pengajar untuk
membina tenaga guru yang profesional adalah unsur penting bagi dunia
pendidikan.
Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru disekolah adalah
memberikan pelayanan pada siswa agar mereka menjadi siswa yang selaras
sebagai pendidik. Guru memegang berbagai jenis peran, mau tidak mau harus
dilaksanakan oleh guru. Yang dimaksud sebagai peran ialah tingkah laku
tertentu yang merupakan ciri-ciri khas semua petugas dari pekerjaan atau
jabatan tertentu. Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar
yang diajarkan. Dengan kata lain, guru harus mampu menciptakan situasi
memegang berbagai jenis peran yang mau tidak mau harus dilaksanakan
sebaik-baiknya. Setiap jabatan akan menuntut pola tingkah laku tertentu, dan
31
tingkah laku itu merupakan ciri khas dari jabatan tadi. Sehubungan perannya
maupun kelompok
masalah siswa
masalah siswa
24
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung :Sinar Baru Algensindo,
2012), hlm. 30.
32
c. Kepribadian Guru25
perkembangan sikap siswa. Guru yang efektif mempunyai pengaruh yang kuat
dan positif terhadap siswanya, sedangkan guru yang lemah akan menimbulkan
penelitian ditemukan bahwa dalam berbagai hal apa yang disebutnya perilaku
Perilaku tidak langsung adalah guru mau menerima perasaan para siswanya,
memberikan materi ajar, pengarahan dan kritik. Jadi dapat disimpulkan bahwa
dalam banyak hal, pengaruh kepribadian guru terhadap siswanya akan melekat
lama. Seperti yang sering kita jumpai, perilaku anak-anak itu menggambarkan
Meniru, menolak peran, dan mempertahankan diri terhadap sikap dan tindakan
guru yang paling lazim. Yang ditiru dari kebanyakan siswa mungkin cara
25
Ibid 31
33
sekolah, dan pengakuan atas makna hubungan sosial antara teman sebaya.
sesuai dengan sifat guru dan siswanya. Ada siswa yang memerlukan perhatian
lebih, tetapi ini tidak berlaku bagi yang lain. Dalam hal ini Bernard
menyatakan bahwa, “apabila anak yang nakal bertemu dengan guru yang
toleran, menghormati, dan menerima anak, maka sering tingkah laku anak ini
dikecewakan oleh orang dewasa, seperti orang tua, guru, masyarakat, dll.
Maka menurut Bernard, cara mengatasinya dengan sikap guru yang sabar,
ulet, penuh pengertian, tetap memberikan saran dan motivasi yang konstruktif
motivnya, dan minat guru itu mau menerima anak tersebut, dan akhirnya anak
26
Ibid, 38.
34
di dalam kelas.
Ada dua hal jelas dari kriteria diatas, yaitu: guru yang baik melihat
tujuan mereka dan mereka bekerja dengan penuh keyakinan, dan guru harus
belajar.
Dari teori diatas menurut Adam dan Pecey dapat disimpulkan bahwa
peran guru sebagai berikut: guru sebagai pribadi kunci, guru sebagai pengajar,
2. Percaya Diri
Banyak makna tentang percaya diri, dan salah satunya dari teori Neill
dalam bulu karya Seto Mario. Manusia dalam hidupnya makin berkualitas
fungsi psikis, dll. Selain adanya pertumbuhan, ada juga beberapa faktor yang
(percaya diri sendiri). Dari ketiga faktor disini sangatlah berhubungan antara
yang satu dengan yang lainnya. Dan semuanya memiliki fungsi dan peran
masing- masing27.
penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas
ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan
dapat menerimanya. Percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis diri
seseorang yang memberi keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau
melakukan sesuatu tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep
diri negatif, kurang percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup
diri.
lain baik orang tua maupun yang lainnya. Percaya akan kemampuan diri
27
Jassin Tuloli dan Dian Ekawaty, Pendidikan Karakter: Menjadikan Manusia
Berkarakter Unggul, (Yogyakarta: UII Press, 2016) hlm 40.
36
kurang percaya terhadap dirinya sendiri, biasanya orang lain juga kurang
sendiri tidak percaya akan kemampuan dirinya sendiri apalagi orang lain yang
dipercayai untuk memimpin suatu lembaga strategis dalam suatu usaha atau
Selanjutnya daya juang yang telah teruji kemampuannya sebelum lahir dilatih
28
Jassin Tuloli dan Dian Ekawaty, Pendidikan Karakter: Menjadikan Manusia
Berkarakter Unggul, (Yogyakarta: UII Press, 2016) hlm 41.
37
terus sehingga meningkat daya juangnya. Tetapi sayang ada sebagian manusia
menjadi manusia yang loyo dan pengecut. Mereka menjadi sosok yang tidak
sendiri. Ada juga pengaruh dari lingkungan. Maksud dari lingkungan disini
ialah dunia pendidikan baik informal, formal maupun non formal. Ketiga
Maksudnya, semua perangkat yang ada pada peserta didik dijinakkan, kurang
a. Berani tampil dengan penampilan yang baik dan menarik, tanpa canggung,
benar.
29
Ibid, 44.
38
bertindak.
f. Dalam menghadapi hal yang sulit dan rumit berusaha kratif berpikir
dengan inspiratif.
g. Agar tidak kehilangan kepercayaan maka harus berbuat jujur dan adil.
adanya.
n. Mudah bergaul dengan siapa saja tanpa milih bulu dan kasih.
pekerjaannya.
u. Dll,.
dengan persoalan pede atau percaya diri yaitu ada empat macam, yaitu30 :
keseluruhan.
anda, sejauhmana anda punya sesuatu yang anda rasakan bernilai atau
berharga dari diri anda, sejauh mana anda meyakini adanya sesuatu
c) Self efficacy : sejauh mana anda punya keyakinan atas kapasitas yang
dengan hasil yang bagus (to succeed). ini yang disebut dengan general
bidang anda dalam menangani urusan tertentu. Ini yang disebut dengan
specific self-efficacy.
30
Seto Mario, Positive Thinking vs Positive Attitude. Yogyakarta : Locus, 2011.
40
anda atas kemampuan anda dan sejauh mana anda bisa merasakan
(tidak optimal).
31
Jassin Tuloli dan Dian Ekawaty, Pendidikan Karakter: Menjadikan Manusia
Berkarakter Unggul, (Yogyakarta: UII Press, 2016) hlm 41.
41
memiliki perasaan positif terhadap dirinya, punya keyakinan yang kuat atas
Orang yang punya kepercayaan diri bagus bukanlah orang yang hanya merasa
perhitungannya.
Dari teori diatas menurut Neill dapat simpulkan bahwa percaya diri ini
terdiri dari berbagai macam, yaitu : self concept, self esteem, self efficacy, dan
self confidence. Selain itu juga ada akibat dari kurangnya percaya diri.
Umat Islam tentu ingat betul bagaimana Qabil mem-bully Habil, sampai
dalam bahasa Indonesia yang disepakati oleh semua orang. Beberapa kata
kata ini sejalan dengan arahan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
32
Dari kata “Tindas”, yang berarti 1 menindih (menghimpit, menekan) kuat-kuat atau
dengan barang yang berat; 2 memperlakukan dengan sewenang-wenang (dengan lalim, dengan
kekerasan); menggencet; memperkuda (memeras dan sebagainya); 3 memadamkan
(pemberontakan dan sebagainya) menguasai dengan paksa; memerangi (memberantas dan
sebagainya) dengan kekerasan. https://kbbi.web.id/tindas diakses pada Sabtu, 10 November 2018,
pukul 07.51 WIB.
33
Dari kata “Gencet”, yang berarti himpit; tindih; tekan. https://kbbi.web.id/gencet
diakses pada Sabtu, 10 November 2018, pukul 07.51 WIB.
34
Berasal dari kata “Sakat”, yang berarti mengganggu; mengusik; merintangi.
https://kbbi.web.id/sakat-2 diakses pada Jumat, 9 November 2018, pukul 09.40 WIB.
35
Berasal dari kata “Risak”, yang berarti mengusik; mengganggu.
https://kbbi.web.id/risak diakses pada Jumat, 9 November 2018, pukul 09.42 WIB.
menyakiti atau mengintimidasi orang lain, baik secara fisik maupun mental.
Sebagai grand theory dan tanpa perlu mengemukakan seluruh definisi dari
repeatedly and over time, to negative actions on the part of one or more other
37
Lihat “Menteri Anies: Jangan Pakai Bullying, Perundungan Aja Ya” dalam
https://www.jpnn.com/news/menteri-anies-jangan-pakai-bullying-perundungan-aja-ya diakses
pada Jumat, 9 November 2018, pukul 10.01 WIB.
38
http://www.violencepreventionworks.org/public/recognizing_bullying.page situs resmi
Olweus Bullying Prevention Program (OBPP)”, diakses pada Kamis, 8 November 2018, pukul
14.49 WIB.
44
seseorang atau lebih, dari waktu ke waktu, dan melibatkan kekuatan yang
efektif untuk memberikan perlawanan. Dari pengertian ini dapat dipetik tiga
menyerang/agresif dan negatif, (2) disengaja dan berulang, serta (3) ada
sengaja terhadap orang lain dengan maksud tertentu dan untuk mendapatkan
balasan. Selain agresi proaktif, ada pula agresi lain yang dikembangkan oleh
Heinemann, yaitu agresi reaktif. Sebagai tindakan reaktif, agresi ini dilakukan
oleh sekelompok orang secara spontan sebagai reaksi atas perlakuan atau
b. Macam-macam perundungan
39
Poppy Retno Astuti, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekerasan
pada Anak, (Jakarta: Grasindo, 2008), hlm. 20-21.
45
perundungan dunia maya (cyber bullying).41 Selain empat tipe tersebut, ada
psikologis.42
40
Yayasan Semai Jiwa Amini (Sejiwa), Bullying: Mengatasi Kekerasan …, hlm. 2.
41
https://www.ncab.org.au/bullying-advice/bullying-for-parents/types-of-bullying/ diakses
pada Jumat, 9 November 2018, pukul 17.00 WIB.
42
Michael Carr-Gregg, “Bullying: Effects, prevalence and strategies for detection”,
Australian Family Physician Vol. 40, No. 3, Maret 2011, hlm 99.
46
keenam ini seringkali dimasukkan dalam kategori perundungan fisik dan bisa
kompleks, namun setidaknya ada tiga teori yang dapat diajukan untuk
43
Intan Indira Riauskina, dkk. “’Gencet-gencetan’ dimata siswa/siswi Kelas 1 SMA:
naskah kognitif tentang arti, skenario, dan dampak ‘gencet-gencetan’”, Jurnal Psikologi Sosial
(JPS), Vol. 12, No. 01, September 2005, Depok: Fakultas Psikologi UI, hlm. 2.
48
penyebab kekerasan manusia bisa ditinjau dari tiga perspektif teoritis berbeda,
yaitu bersifat instingtif atau bawaan, semata-mata hasil belajar, dan respon
1) Teori insting/bawaan
dorongan agresif yang sifatnya otonom dari dalam dirinya. Setidaknya ada
tiga kelompok teori yang masuk dalam teori bawaan ini, yaitu teori
psikoanalisis yang digagas oleh Sigmund Freud (w. 1939), teori etologi yang
dipelopori oleh Konrad Lorenz (w. 1989), dan teori sosiobiologi yang
agresi, atau dialihkan kepada objek yang dijadikan kambing hitam, atau
44
Tamsil Muis, dkk., “Bentuk, Penyebab, dan Dampak dari Tindak Kekerasan Guru
terhadap Siswa dalam Interaksi Belajar Mengajar dari Perspektif Siswa di SMPN Kota Surabaya:
Sebuah Survey”, Jurnal Psikologi: Teori & Terapan, Vol. 1, No. 2, Februari 2011, hlm. 65.
45
Komaruddin Hidayat & Khoiruddin Bashori, Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga,
2017), hlm. 133.
46
Avin Fadilla Helmi dan Soedardjo, “Beberapa Perspektif Perilaku Agresi”, Buletin
Psikologi, Tahun VI, No. 2, Desember 1998, hlm. 10.
49
memandang bahwa aktualisasi naluri agresi pada manusia dipicu oleh adanya
hidup.47
3) Teori Frustasi-Agresi
47
Komaruddin Hidayat & Khoiruddin Bashori, Psikologi Sosial… hlm. 134-135.
48
Ibid., hlm. 136-137.
50
Dengan perspektif ini, bisa dibilang bahwa agresi merupakan pelampiasan dari
sosial, karena keduanya memiliki kesamaan dalam banyak hal, maka tiga teori
Moon et al melalui low self-control theory ini menyatakan bahwa salah satu
individu yang memiliki kontrol diri rendah terkesan senang mencari sensasi,
aktif secara fisik, kurang sensitif terhadap yang lain, memiliki kemampuan
dan aksidental. Teori yang kedua, yaitu differential association theory, selaras
49
Ibid., hlm. 135.
50
Ibid., hlm. 136.
51
Darmawan, “Fenomena Bullying (Perisakan) di Lingkungan Sekolah”, Jurnal
Kependidikan, Volume 1, Nomor 2, November 2017, Hlm. 256-257.
51
yang ketiga, general strain theory, senapas dengan teori frustasi-agresi. Dalam
general strain theory dikemukakan bahwa stress atau tekanan yang dialami
Ada beberapa strategi yang bisa untuk menagtasi kasus bullying, antara
lain52:
1) Strategi yang menekankan pada bukti nyata dan rational untuk perubahan.
baru.
antara lain:
52
Ibid, 11.
52
menggunakan dua atau lebih strategi sekaligus, tergantung pada situasi yang
mendasar yang harus disiapkan kearah perubahan, yaitu 53: adanya 1).
perubahannya, 2). Adanya usaha dalam diri untuk mengubah bullying, 3).
dengan pihak sekolah, 5). Adanya pro-kontra dengan masalah bullying dan
keenam poin itu harus dimiliki oleh setiap individu yang menghendaki
penanggulangan bullying, apabila salah satu dari poin itu tidak dimiliki maka
harmonis antara anak dan orang tua, maka ada beberapa hal yang perlu
53
Ibid, 12.
53
jawab terhadap anaknya, perlu adanya upaya institusi sekolah untuk mencegah
tindakan bullying. Selanjutnya, keharusan dari peran orang tua dalam kasus
suasana suka dan duka, mampu bertindak cepat, objektif, dan bertanggung
dengan adil dan bertanggung jawab. Untuk mencegah terjadinya tindakan dan
54
Ibid, 14.
55
Ibid, 14.
54
mendampingi murid yang kecil dan lemah yang rentan sebagai korban
bullying).
yang dihadapinya).
informasi terbaru dengan rekan sesama orang tua, guru, murid dan pihak
bersifat ajakan, mudah difahami, bertahan namun relatif cepat dana aman,
bagi orang tua, guru maupun korban dan pelaku. Dalam setiap tahapan
55
dengan baik.56
keinginan untuk berubah perilaku ke arah yang positif dan terorganisasi secara
teratur disertai jati diri, motivasi, pengetahuan, visi, hasrat dan proses
perubahan yang kuat untuk memulai berbagai hal baru dengan menghilangkan
kebiasaan lama.
mental, dan perundungan dunia maya., selanjutnya ada juga tentang penyebab
perundungan yang terdiri dari: bawaan atau insting, pembelajaran sosial, dan
frustasi agresi., serta ada juga metode mengatasi bullying dan model
pencegahan bullying.
56
Ibid, 27.