Oleh:
Rizki Maharani
Farida Hidayati*
ABSTRAK
Email: rizkimaharani6@gmail.com
RELATIONSHIP BETWEEN SECURE ATTACHMENT AND SELF
COMPASSION IN ADOLESCENTS
ABSTRACT
The purpose of this study was to discuss about the relationship between
secure attachment and self compassion in adolescents at SMAN 9 Semarang.
Subjects in this study are 99 students of class XII SMAN 9 Semarang. Sampling
was done by cluster random sampling technique. This study is using scales as the
methods of data collection, they are self-compassion scale which consists of 22
item (α = 0.845) and secure attachment scale consisting of 37 item (α = 0.916).
Email: rizkimaharani6@gmail.com
*) penulis penanggungjawab
BAB I PENDAHULUAN
C. Tinjauan Pustaka
1. Self Compassion
Self compassion berasal dari kata compassion yang diturunkan dari bahasa
Latin patiri dan bahasa Yunani patein yang berarti menderita, menjalani, atau
mengalami. Pengertian compassion berarti menanggungkan sesuatu bersama
orang lain, menempatkan diri sendiri pada posisi orang lain, untuk merasakan
penderitaannya seolah-olah itu adalah penderitaan diri sendiri (Amstrong,
2012, h. 15).
Germer (2009, h. 81) menjelaskan self compassion sebagai salah satu
bentuk dari penerimaan, makna penerimaan sendiri biasanya mengacu kepada
situasi atau peristiwa yang dialami seseorang, menerima secara emosional
dan kognitif.
Self compassion membuat seseorang tersentuh dan membuka kesadaran
saat dirinya mengalami penderitaan, tidak menghindar, juga tidak terputus
dari kesadaran, dan meningkatkan keinginan untuk mengurangi penderitaan
seseorang serta menyembuhkannya dengan kindness (kebaikan). Self
compassion juga meliputi pemahaman tanpa kritik atas penderitaan,
kegagalan, atau ketidakmampuan diri sendiri, karena pengalaman mengenai
penderitaan dilihat sebagai bagian dari pengalaman manusia pada umumnya
(Neff, 2003a, h. 87).
Neff (2011b, h. 49-95) menyatakan bahwa self compassion memiliki tiga
aspek, yaitu:
a. Self Kindness
b. Common Humanity
c. Mindfulness
2. Secure Attachment
Kelekatan menurut Bowlby (dalam Nicholson & Ayers, 2004, h. 47)
adalah sebuah teori psikodinamik yang menyatakan situasi ketika seseorang
bergantung secara emosional kepada orang lain, biasanya berusia lebih tua.
Bukti bahwa kelekatan benar-benar ada yaitu karena adanya pencarian
kedekatan oleh seseorang (seseorangal seeking proximity), kebutuhan akan
pondasi yang kokoh (secure base) dan adanya kecemasan saat figur lekatnya
hilang atau terancam. Kelekatan terbaik adalah kelekatan yang aman dan
kokoh antara anak dengan orangtuanya (secure attachment).
Marrone (2000, h. 72) mengukur seberapa aman kelekatan seseorang
dengan menggunakan dua aspek, yaitu
a. Self Image (Gambaran Diri)
Gambaran diri merupakan hasil dari pengalaman masa lalu seseorang
beserta cara orang lain, yang dalam penelitian ini adalah orangtua,
memperlakukan dirinya.
b. Other image (Gambaran terhadap Orang lain)
Gambaran terhadap orang lain juga merupakan hasil dari pengalaman
masa lalu seseorang yang berkaitan dengan sikap orang lain terhadap diri
seseorang.
D. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah ada hubungan positif antara kelekatan terhadap orangtua dengan self
compassion pada remaja. Hal ini berarti semakin kuat ikatan kelekatan remaja
terhadap orangtua, maka semakin tinggi tingkat self compassionnya.
2. Self Compassion
Self compassion adalah kombinasi dari motivasi, emosi, pikiran, dan
perilaku yang menunjukkan kasih sayang kepada diri sendiri baik dalam
kondisi biasa maupun dan terutama dalam kondisi penuh masalah dan
kesulitan hidup. Tingkat self compassion seseorang diukur dengan
menggunakan skala dengan indikator perilaku yang diturunkan dari aspek-
aspeknya, yaitu self kindness, common humanity, dan mindfulness (Neff,
2003b, h. 230-232). Semakin tinggi nilai yang didapat subjek penelitian,
maka semakin tinggi level self compassion pada subjek tersebut, dan
sebaliknya.
C. Subjek Penelitian
Karakteristik subjek penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Remaja
2. Siswa kelas XII SMA Negeri 9 Semarang
D. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian korelatif dengan menggunakan metode
penelitian kuantitatif yang dilakukan dengan randomisasi secara klaster.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
psikologi. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala self compassion
dan skala kelekatan terhadap orangtua yang berjumlah 36 dan 48 aitem.
B. Pembahasan
Hasil yang diperoleh dari pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat
hubungan positif yang signifikan antara self compassion dengan secure
attachment pada siswa SMA Negeri 9 Semarang. Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini dapat diterima.
Adanya hubungan positif antara kelekatan terhadap orangtua dengan self
compassion ini mendukung beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Mikulincer, Shaver, dan Pereg (2003, h. 90-91) menyatakan bahwa anak akan
cenderung membesar-besarkan masalah atau justru menghindar dari hubungan
sosial yang intim jika memiliki hubungan kelekatan yang tidak aman, dan
sebaliknya jika kelekatan yang dibangun anak terhadap orangtuanya adalah
kelekatan yang aman maka anak akan memiliki sikap positif baik terhadap orang
lain maupun diri sendiri.
Penelitian serupa lainnya menyatakan bahwa seseorang yang merasa
diterima dan diakui oleh orangtua mereka dan sebaliknya, akan lebih memiliki
rasa kasih sayang terhadap dirinya sendiri (Neff, 2009, h. 562). Jika orangtua
terlalu sering mengkritik dan memarahi anak atau justru menunjukkan sikap
dingin terhadap anak, maka di kemudian hari anak akan menjadi seorang
seseorang yang dingin dan kritis terhadap dirinya sendiri. Jika orangtua bersikap
hangat, penuh kasih sayang, dan penuh dukungan, anak akan merefleksikan
perilaku tersebut di dalam dirinya.
Siswa kelas XII SMA Negeri 9 Semarang yang memiliki kelekatan aman
tergadap orangtua mereka akan lebih menghargai diri sendiri, menerima kelebihan
dan kekurangan yang dimiliki, dan merasa pantas dicintai dan mencintai. Siswa
menganggap orangtua mereka sebagai figur yang dapat dipercaya, dapat
diandalkan saat dibutuhkan, dan memberikan kasih sayang terhadap mereka.
Lekatnya siswa terhadap orangtua mereka dapat dianalisis dengan faktor budaya.
Budaya di Indonesia tidaklah seperti di negara barat yang rata-rata remajanya
telah meninggalkan rumah untuk hidup sendiri, terpisah dari orangtua mereka.
Hampir seluruh remaja di Indonesia masih tinggal bersama orangtua mereka
sampai mereka siap untuk berkeluarga dan memisahkan diri dari orangtua.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingginya tingkat self compassion
siswa diperoleh atas pengaruh lekatnya hubungan mereka terhadap orangtuanya.
Hasil penelitian oleh Neff dan Gehee (2010, h. 228) menyatakan bahwa
pengalaman di dalam keluarga mempunyai peranan penting untuk meningkatkan
self compassion seseorang. Hal ini terkait bagaimana perlakuan orangtua terhadap
anak yang kemudian akan ditiru anak dalam memperlakukan dirinya sendiri.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat dikemukakan saran-
saran sebagai berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti tentang self compassion
disarankan untuk meneliti variabel lain yang diduga turut mempengaruhi self
compassion seperti lingkungan sosial, budaya, tingkat kecerdasan, dan status
ekonomi. Peneliti selanjutnya juga dapat menggunakan pendekatan kualitatif
untuk memperoleh data yang lebih spesifik yang tidak dapat diungkap secara
kuantitatif, misalnya melihat proses atau dinamika pada siswa yang memiliki
kecenderungan untuk melakukan perbuatan yang merugikan dirinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA