KAJIAN PUSTAKA
Pada penelitian ini, penulis menggunakan kajian pustaka yang berkaitan dengan
penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu yang relevan dikemukakan dalam jurnal yang
berjudul, “Respon Orangtua Siswa Penyandang Autis Terhadap Pelayanan Pendidikan Di
Sekolah Alam Medan” Oleh Brian Melkisedek Ginting.
Selanjutnya, Penulis juga menggunakan skripsi yang ditulis oleh Pittari Mashita
Purnomo dari Program Studi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA yang berjudul “Penerimaan Orang Tua Terhadap Anak Penderita Autis Di
Surakarta” Oleh Pittari Mashita Purnomo”.
Penelitian ini membahas mengenai penerimaan orang tua terhadap anak penderita autis di
Surakarta, bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan penerimaan orang tua terhadap anak
autis di Surakarta. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan kualitatif dengan jumlah
responden sebanyak enam orang. Pemilihan informan dilakukan dengan purposive sampling.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan wawancara dengan orang tua sebagai informan.
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan proses editing data,
koding, prokoding, mencari kata kunci, mencari tema utama, kategorisasi, mendeskripsikan hasil
kategori, dan pembahasan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) permasalahan awal yang
dihadapi orang tua ialah orang tua merasa sedih saat mengetahui anaknya mengalami autis,
bingung apa yang harus dilakukan oleh orang tua, biaya terapi serta kebutuhan anak, tipe suami
yang kurang perhatian, membutuhkan waktu yang ekstra untuk memperhatikan anak. 2) proses
penerimaan orang tua pada anak autis diawali dengan proses penolakan ditunjukkan dengan
ketidak percayaan serta kebingungan orang tua atas kondisi anak, selain itu orang tua merasa
sedih, shock. Kemudian proses kemarahan terhadap diri sendiri, anak, maupun orang lain.
Selanjutnya proses tawarmenawar, diwujudkan dengan cara berbicara dengan diri sendiri dan
melakukan pembenaran serta pembelaan sebagai wujud untuk bisa menenteramkan hati orang
tua. Kemudian proses depresi, yang ditunjukkan orang tua dengan perasaan bersalah, kecewa
atas kondisi yang terjadi pada anak. kemudian proses terakhir yaitu penerimaan, ditunjukkan
dengan sikap pasrah orang tua atas kondisi anaknya serta memperhatikan perkembangan anak
selama proses terapi dan belajar dirumah serta memasrahkan kesembuhan anak pada Allah SWT.
Temuan lain dari penelitian ini adalah faktor keyakinan orang tua kepada Allah SWT, sehingga
membuat orang tua semangat dalam merawat dan mendidik anaknya.
Selanjutnya, Penulis juga menggunakan skripsi yang ditulis oleh Agustin Tri Susilowati
dari Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang
berjudul “Hubungan Antara Dukungan Sosial Dan Tingkat Stress Orangtua Dari Anak
Autis” Oleh Agustin Tri Susilowati”.
Penelitian ini adalah penelitian korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara dukungan sosial dan tingkat stress orangtua dari anak autis. Penelitian
ini menggunakan dua skala yaitu Skala Dukungan Sosial (SDS) dan skala tingkat stress (STS)
yang masing-masing terdiri dari 50 item. Pengujian validitas alat ukur menggunakan
professional judgement dan uji reliabilitasnya dengan Alpha Cronbach. Koefisien reliabilitas
Skala Dukungan Sosial (SDS) sebesar 0,970 dan skala tingkat stress (STS) sebesar 0,962.
Dan yang terakhir penulis mengambil sebuah jurnal yang ditulis oleh Sri Indiyah yang
berjudul “Pengalaman Orang Tua Merawat Anak Autisme Usia 15-17 Tahun” Oleh
Afriyet Susanti , Sri Indiyah
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Sumber
data dikumpulkan dengan wawancara mendalam dan dianalisa menggunakan Colaizzi dan
software N-Vivo. Metode sampling dalam penelitian ini adalah purposing sampling dengan 6
narasumber. Penelitian ini menemukan 8 tema; pengetahuan orangtua tentang autisme, perasaan
ibu, cara ibu merawat anak autis, halangan dalam merawat, kesiapan untuk menerima anak autis,
menghadapi pubertas, pendidikan autisme dan ekspetasi dalam merawat anak autis. Orangtua
percaya dengan pengasuhan yang berbeda-beda untuk diterapkan kepada anak autis. Orangtua
harus memahami dan mengadaptasi cara pengasuhan dengan perkembangan kebutuhan anak
autis sehingga anak-anak tidak akan memiliki masalah dalam tingkah lakunya.
Adapun beberapa buku yang relevan dengan penelitian ini adalah buku yang berjudul
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autis, Penulis Deded Koswara, S.Pd. M.M. Pd
Anak autis seringkali diasumsikan anak yang seringkali dijadikan masalah, atau
menimbulkan banyak kesulitan bagi guru, orangtua dan rekan guru serta pimpinan sekolah,
karena anak tidak dapat belajar dengan baik di sekolah. Selalu berjalan-jalan tidak dapat duduk
diam mudah tantrum sering mengganggu teman yang lain di sekolah dan sejumlah masalah lain
yang dibawa anak ke sekolah.
Masalah belajar anak autis sangat kompleks dan luas, dimana satu masalah dapat menjadi
pencetus atau memberi pengaruh pada masalah yang lainnya. Terdapat tiga masalah besar dalam
belajar yang dihadapi anak autis, yaitu
1. Komunikasi
2. Interaksi sosial
2. Prilaku
Kemampuan dan keberhasilan anak autis dalam melakukan interaksi sosial sangat
ditentukan kemampuan anak melakukan komunikasi. Perilaku anak autis merupakan prilaku
khas yang mudah dikenali dengan kasat mata, dari aspek prilaku anak autis ada yang hyperaktif
dan hypooktif, selain prilaku stereotif atau perilaku lainnya. Prilaku autis umumnya disebabkan
oleh keterbatasan anak dalam melakukan interaksi sosial atau komunikasi.
Buku selanjutnya, yaitu berjudul Autism is Curable, Penulis Dr Kresno Mulyadi, SpKJ,
dan Dr Rudy Sutadi, SpA, MARS.
Buku ini berisi tentang autisme dari segala sisi. Dari buku ini orang tua bisa mengerti apa
saja yang dibutuhkan oleh anak dengan autisme, bagaimana seharusnya keluarga besar dan orang
tua menyikapinya, bagaimana orang tua memberi perhatian kepada anak yang normal dan anak
yang menderita autisme ini, serta cara melibatkan saudara mereka mengasihi dan menyayangi
saudara yang mengidap autisme. Buku ini baik sekali untuk para orang tua agar lebih mengerti
bahwa autisme juga bisa sembuh dengan penanganan yang tepat. Poin utama buku ini adalah
untuk membantu menguatkan orang tua untuk membesarkan anak dengan autisme.
Buku selanjutnya, berjudul Menjadi Orang Tua Istimewa, Panduan Praktis Mendidik
Anak Autis, penulis DR. Adriana S. Ginanjar.
Buku ini diterbitkan oleh penerbit Dian Rakyat ini menjadi rekomendasi buku edukasi
anak pengidap autisme dari kita. Buku ini membahas tentang bagaimana orang tua mengelola
stress saat tahu anaknya didiagnosis autisme, informasi lengkap tentang autisme, cara menangani
permasalahan anak autis dari aspek sensori, perilaku dan komunikasi. Buku ini juga membahas
bagaimana cara mengembangkan potensi dan bakat yang ada pada diri anak yang mengidap
autisme.
Dan buku yang terakhir, berjudul Terapi Anak Autis di Rumah, penulis Dr. Ika
Widyawati, Sp.KJ., Dr.Eliyati D. Rosadi, Sp.KJ., Yulidar.A. MdTW, S. Pd.
Buku ini memuat berbagai macam terapi yang bisa dilakukan dirumah saja seperti terapi
okupasi, terapi perilaku, terapi bermain, terapi wicara serta latihannya. Adanya buku ini bisa
membantu anak autisme menangani keadaannya.
2.2. LANDASAN TEORETIS
Menurut Walgito (2004;98-99) Perhatian atau kepedulian adalah pemusatan atau konsentrasi
dan seluruh aktivitas individu yang ditunjukan pada sesuatuatau sekumpulan obyek.
Menurut Purwandari 2006 kepedulian adalah peningkatan kesadaran dari suluruh fungsi jiwa
untuk dipusatkan pada susatu hal baik yang ada diluar maupun yang ada didalam diri seseorang.
Menurut Poerwadarminta 1984 orang tua adalah ayah dan ibu kandung ( angkat).
Menurut Miami dan Zadly Munir 2012 Orang tua adalah pria dan wanita yang terkait dalam
pekawinan dan siap sedia untuk memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak-anak
yang dilahirkannya
Menurut Indah Pratiwi (2010:15) menyatakan bahwa orang tua merupakan seorang atau dua
orang ayah-ibu yang bertanggung jawab pada keturunannya semenjak terbentuknya hasil
pembuahan atau zigot baik berupa ubuh maupun sifat-sifat moral dan spritual.
Berdasarkan bebeapa pengertian diatas maka dapat diartikan kepedulian orang tua adalah
pemusatan atau konsentrasi yang diberikan oleh ayah dan ibu kepada seluru aktivitas anak yang
telah dilahirkna baik kepada pemusatan yang berada pada luar dan dalam anak atau seseorang
yang telah menjadi taggung jawab ayah dan ibu. Hal ini perhatian orang tua pada anak harus lah
penuhn tanggung jawab karena perhatian orang tua dapat mempengaruhi tanggung jawab dari
anak tersebut.
2. Pendidikan
a. Defenisi pendidikan
Menurut Langeveld (1971: 5) Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan
bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak atau lebih tepat
membantu anak agar cukup, cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 dan 3 pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengembangan diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia yang diperlukan
dirinya , masyarakat, bangsa dan negaranya.
Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah sebagai upaya untuk menunjukan budi pekerti,
pikiran srta jasmani anak agar dapat menunjukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak
anak yang selaras dengan alam dan masyarakat.
Berdasarkan pendapat beberapa para ahli diatasa saya dapat menarik kesimpulan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terenacana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran yang akan memberikan pendewasaan diri kepada anak untuk melatih keterampilan
dan mengembangkan setiap potensi yang dimiliki anak untuk menjadi yang sempurna dan dan
dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat dan negaranny.
b. Fungsi Pendidikan
Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 dan 3 fungsi
pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta perdebatan bangsa
yang bermartabat dalam ragka mencerdaskan kehidupan bangsa.
c. Tujuan Pendidikan
Menurut JJ. Rousseau menyatakan bahwa tujuan akhir pendidikan adalah self-realisasi potensi-
potensi manusia menjadi kenyataan di dalam tindakan yang nyata.
3. Anak autis
Autisme adalah salah satu kelompok dari gangguan perkembangan pada anak. Menurut
Veskarisyanti (2008:17)
Autisme adalah gangguan perkembangan secara umum tampak di tiga tahun pertama kehidupan
anak. Ganguan ini berpengaruh pada komunikasi, interaksi sosial, imajinasi dan sikap (Wright,
2007:4)
Menurut Yuwono (2009:26) autis merupakan gangguan perkembangan neurobiologis yang
sangat kompleks/berat dalam kehidupan yang panjang yang meliputi gangguan pada aspek
interaksi sosial, komunikasi dan bahasa dan perilaku serta gangguan emosi dan persepsi sensorik
bahkan pada aspek motoriknya.
Menurut UU No.23 Tahun 2002 anak adalah siapa saja yang belum berusia 18 tahun dan
termasuk anak yang masih didalam kandugan, yang berarti segla kepentingan akan pengupayaan
perlindungan terhadap anak sudah dimulai sejak anak berada dalam kandungan hingga berusia
18 tahun (Damayanti 2008).
Jadi dari pengertian diatas yang disampaikan oleh para ahli diatas adalah anak autis
adalah anak yang belum berusia lewat dari 18 thunyang telah mengalami gangguan
perkembangan pada anak yang berupa gangguan komunikasi, interaksisosial, imajinasi dan sikap
yang telah terlihat pada anak ketika berusia 3 tahun pertama.
Menurut Handojo (2004:24) beberapa karakteristik dari perilaku anak autisme antara lain:
Seorang anak dapat terkena autisme belum jelas pasti apa pnyebabny namun dari beberapa
penelitian yang dilakukan ada beberapa penyebb autis antara lain:
1. Faktor genetik dan faktor zat kimiawi
2. Ditoloknya bayi oleh orang tua secara emosional dingin
3. Saat ibu mengadung terlampu banyak mengkonsumsi zat-zat bahan kimia
4. Adanya gangguan atau kerusakan otak pada batang otak
d. Tipe autisme
Menurut Galih A. Vezkarisyanti dalam bukunya “12 Terapi autis” (2008:260menjelaskan bahwa
autisme dapat diklasifikasikan kedalam tipe sebagai berikut:
1. Sindrom Rett ( keadaan abnormal pada fisik, perilakukemampuan kognitif dn motorik)
2. Gangguan Disintegrasi Masa Kanak (hilangnya keterampilan yang telah dikuasai anak)
3. Sindrom Asperge ( penarikan diri dari interaksi sosial serta perilaku sterotif)
2.3.1 Pengaruh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 849), “Pengaruh adalah daya yang ada
atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau
perbuatan seseorang.” Sementara itu, Surakhmad (1982:7) menyatakan bahwa pengaruh adalah
kekuatan yang muncul dari suatu benda atau orang dan juga gejala dalam yang dapat
memberikan perubahan terhadap apa-apa yang ada di sekelilingnya. Jadi, dari pendapat-pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul
dari sesuatu, baik itu orang maupun benda serta segala sesuatu yang ada di alam sehingga
mempengaruhi apa-apa yang ada di sekitarnya.
2.3.2. Orang Tua
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa, “ Orang tua adalah ayah ibu
kandung”. Selanjutnya A. H. Hasanuddin menyatakan bahwa, “Orang tua adalah ibu bapak yang
dikenal mula pertama oleh putra putrinya”. Dan H.M Arifin juga mengungkapkan bahwa “Orang
tua menjadi kepala keluarga”. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak
mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk
pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga. Pada umumnya pendidikan dalam rumah
tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan
mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan
alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan
dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.
2.3.3. Pendidikan
2.3.2. Autis
Autisme adalah salah satu (yang paling dikenal) diantara beberapa gangguan
perkembangan pervasif yang ditandai dengan keterlambatan dan gangguan yang parah pada
beberapa area perkembangan, seperti pada interaksi sosial, komunikasi dengan orang lain,
perilaku bermain, aktivitas sosial, dan minat sehari-hari (Nuryanti, 200
2.4. KERANGKA BERPIKIR
AUTISME
DEFENISI AUTIS