Anda di halaman 1dari 11

ARAH PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH BAGI PENGEMBANGAN SUMBERDAYA

MANUSIA DI MASA DEPAN

DOSEN PENGAMPUH

Dr. Nurlaila, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH

Martauli O. Sihaloho

Nim : 1193351039

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

TAHUN : 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat Nyalah,
sehingga Tugas ini dapat diselesaikan. Penyusunan makalah ini dilakukan sebagai salah satu
syarat untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Konsep Dasar PLS.

Akhir kata, sebagaimana layaknya manusia biasa yang memiliki banyak keterbatasan,
apabila terdapat kesalahan penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun
agar selanjutnya dapat lebih baik. Harapan dan tujuan saya dalam menyelesaikan makalah
adalah agar dapat berguna dan dapat menambah pengetahuan bagi yang membacanya. Atas
segala perhatian, do’a dan dukungan semua rekan, saya mengucapkan terima kasih.

Medan, 14 Oktober 2019

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................................... 1

1.2 TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH .......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................ Error! Bookmark not defined.

2.1 Pengertian SDM bagi program pendidikan luar sekolahError! Bookmark not
defined.

2.2 Pendidikan nonformal dan pengembangan sumber daya manusia ................................. 4

2.2 Peranan pendidikan dalam meningkatkan sumber daya manusia ................................... 5

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 7

3.1 KESIMPULAN ................................................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pendidikan formal, informal, dan nonformal sebagai bagian dari continuing education
dan lifelong education, ketiga-tiganya tidak dapat terpisahkan dan tidak dapat berdiri sendiri.
Ketiganya saling mengisi terutama dalam memenuhi kebutuhan belajar sepanjang hayat (selama
masyarakat itu ada). Masyarakat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan pemahaman
lainnya tidak hanya cukup dengan pendidikan formal saja, akan tetapi masyarakat perlu
memperoleh pendidikan lain sebagai (complementary) baik melalui pendidikan informal maupun
pendidikan nonformal. Maka pendidikan formal, informal, dan nonformal akan secara
terintegrasi dibutuhkan oleh masyarakat agar pengetahuan dan kemampuan yang diperolehnya
menjadi lebih utuh (komplit).

Peran pendidikan nonformal dalam rangka pelayanan pendidikan sepanjang hayat sangat
dibutuhkan saat ini dan ke depan. Sehingga pembahasan pendidikan nonformal terus dilakukan
oleh berbagai pihak, baik oleh akademisi maupun para pengembang pendidikan nonformal
lainnya.

Secara mendasar pendidikan formal, informal, dan nonformal sebagai sebuah konsep
pendidikan dalam rangka pendidikan sepanjang hayat, memiliki berbagaii ragam program sesuai
dengan harapan dan kebutuhan masyarakat masa kini maupun masa depan. Masayarakat tidak
akan berkembang pengetahuan dan keterampilannya apabila hanya mengandalkan pendidikan
formal, oleh karea itu kebutuhan akan layanan pendidikan informal dan nonformal sangat
dirasakan dalam menunjang kehidupan masyarakat terutama dalam mewujudkan kehidupan yang
lebih baik.

1
1.2 TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH

1. Agar mahasiswa tahu tentang apa yang dimaksud dengan arah pendidikan luar sekolah
bagi pengembangan sumberdaya manusia masa depan.
2. Agar para mahasiswa dapat memahami pembahasan tentang arah pendidikan luar sekolah
bagi pengambangan sumberdaya manusia masa depan.
3. Agar mahasiswa dapat memahami kajian dari arah pendidikan luar sekolah bagi
pengembangan sumberdaya manusia masa depan.
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui latar belakang arah pendidikan luar sekolah bagi
pengembangan sumberdaya manusia masa depan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian SDM bagi Program Pendidikan Luar Sekolah

Pengertian SDM yaitu Derajat kualitas usaha yang ditampilkan seseorang yang terlibat
dalam proses produksi untuk menghasilkan barang atau jasa, dan Manusia yang memiliki
kemampuan kerja untuk menghasilkan produksi, baik barang atau jasa (Simanjuntak, 1985).
Perbedaan antara kedua pengertian di atas terletak pada derajat kualitas manusia itu sendiri.Pada
pengertian pertama, manusia dipandang sebagai SDM bila memiliki kualitas yang sesuai dengan
tuntutan atau kebutuhan usaha. Dalam konteks makro, ciri yang menandainya adalah kualitas
untuk melaksanakan perubahan dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat, sedangkan
dalam konteks mikro adalah kualitas untuk melakukan proses produksi, misalnya dalam suatu
organisasi bisnis atau industri. Jadi, manusia menjadi SDM apabila dia terlibat dalam proses
produksi dan kualitas kemampuan yang dimilikinya sesuai untuk menghasilkan produksi itu.
Pada pengertian kedua, aspek kualitas tidak ditonjolkan.
Pengembangan SDM merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan
suatu pendekatan bersifat terintegrasi dan holistik dalam mengubah prilaku orang-orang yang
terlibat dalam suatu proses pekerjaan, dengan menggunakan serangkaian teknik dan strategi
belajar yang relevan (Megginson, Joy-Mattews, dan Banfield, 1993
Kita menyadari bahwa SDM kita masih rendah, dan tentunya kita masih punya satu sikap yakni
optimis untuk dapat mengangkat SDM tersebut. Salah satu pilar yang tidak mungkin terabaikan
adalah melalui pendidikan nonformal atau lebih dikenal dengan PLS.
Seperti kita ketahui, bahwa rendahnya SDM kita tidak terlepas dari rendahnya tingkat
pendidikan masyarakat, terutama pada usia sekolah. Rendahnya kualitas SDM tersebut
disebabkan oleh banyak hal, misalnya ketidakmampuan anak usia sekolah untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, sebagai akibat dari kemiskinan yang melilit kehidupan
keluarga, atau bisa saja disebabkan oleh oleh angka putus sekolah, hal yang sama disebabkan
oleh factor ekonomi

3
Oleh sebab itu, perlu menjadi perhatian pemerintah melalui semangat otonomi daerah
adalah mengerakan program PLS tersebut, karena UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional secara lugas dan tegas menyebutkan bahwa PLS akan terus
ditumbuhkembangkan dalam kerangka mewujudkan pendidikan berbasis masyarakat, dan
pemerintah ikut bertanggungjawab kelangsungan PLS sebagai upaya untuk menuntaskan wajib
belajar 9 tahun.

2.2. Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia


Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, dim ana
jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan
nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan
yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal dala m
rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Sebagai pengganti, berarti pendidikan
nonformal dapat menggantikan peran pendidikan formal dalam memberikan layanan
pendidikan kepada warga negara. Sebagai penambah, pendidikan nonformal berfungsi
memberikan materi tambahan bagi pendidikan formal. Sebagai pelengkap pendidikan formal
dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam rangka pelaksanaan pendidikan sepanjang
hayat.

Artinya, pendidikan nonformal adalah sebuah agenda pendidikan masyarakat dalam


bentuk program yang dengan sengaja dibuat untuk mendorong atau meningkatkan kapasitas yang
berdasar pada kebutuhan masyarakat, baik dilembagakan maupun tidak. Secara spesifik
Suprijanto, (2008:8) menyebutkan ciri-ciri pendidikan nonformal sebagai berikut: (1) merupakan
pendidikan luar sistem persekolahan, (2) jarang berjenjang, (3) tidak ketat ketentuan-
ketentuannya. Berangkat dari beberapa pendapat di atas maka dapat diuraikan jenis-jenis
pendidikan nonformal yang meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,
pendidikan ketrampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang
ditujukan untuk mengembangkan kemampuan warga belajar. Dari uraian di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa dalam rangka pengembangan kualitas sumber daya manusia pendidikan
nonformal memiliki posisi strategis karena memiliki arena pertarungan yang sangat luas. Oleh

4
karena itu, para pendidik ataupun praktisi pendidikan luar sekolah harus saling bersinergi dalam
mengembangkan setiap jenis pendidikan nonformal secara terpadu, continue dan komprehensif.

2.3. Peranan Pendidikan dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia

Persoalan ketenagakerjaan selalu mendapat perhatian yang serius dari berbagai


kalangan, baik pemerintah, swasta maupun dari masyarakat. Kompleksitas permasalahan
ketenagakerjaan ini dapat dipandang sebagai suatu upaya masing-masing individu untuk
memperoleh dan mempertahankan hak-hak kehidupan yang melekat pada manusia agar
memenuhi kebutuhan demi kelangsungan hidup.

Tujuan pembangunan nasional, yaitu terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai,


demokratis, berkeadilan dan berdaya saing maju dan sejahtera dalam wadah negara kesatuan
republik indonesia yang didukung oleh manusia yang sehat, mandiri dan bertakwa kepada Tuhan
yang Maha Esa.

Dari tujuan tersebut tercermin bahwa sebagai titik sentral pembangunan adalah
pemberdayaan sumber daya manusia termasuk tenaga kerja, baik sebagai sasaran pembangunan
maupun sebagai pelaku pembangunan. Dengan demikian, pembangunan ketenagakerjaan
merupakan salah satu aspek pendukung keberhasilan pembangunan nasional. Di sisi lain,
terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan nasional
tersebut, khususnya dibidang dibidang ketenagakerjaan, sehingga diperlukan kebijakan dan
upaya dalam mengatasinya.

Sehubungan hal tersebut di atas pengembangan SDM di Indonesia dilakukan melalui tiga
jalur utama, yaitu pendidikan, pelatihan dan pengembangan karir di tempat kerja. Jalur
pendidikan merupakan tulang punggung pengembangan SDM yang dimulai dari tingkat dasar
sampai perguruan tinggi. Sementara itu, jalur pelatihan dan pengembangan karir di tempat kerja
merupakan jalur suplemen dan komplemen terhadap pendidikan.

Arah pembangunan SDM di indonesia ditujukan pada pengembangan kualitas SDM secara
komprehensif meliputi aspek kepribadian dan sikap mental, penguasaan ilmu dan teknologi, serta

5
profesionalisme dan kompetensi yang ke semuanya dijiwai oleh nilai-nilai religius sesuai dengan
agamanya. Dengan kata lain, pengembangan SDM di Indonesia meliputi pengembangan
kecerdasan akal (IQ), kecerdasan sosial (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ).

6
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pengembangan SDM merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan


suatu pendekatan bersifat terintegrasi dan holistik dalam mengubah prilaku orang-orang yang
terlibat dalam suatu proses pekerjaan, dengan menggunakan serangkaian teknik dan strategi
belajar yang relevan (Megginson, Joy-Mattews, dan Banfield, 1993
Kita menyadari bahwa SDM kita masih rendah, dan tentunya kita masih punya satu sikap yakni
optimis untuk dapat mengangkat SDM tersebut. Salah satu pilar yang tidak mungkin terabaikan
adalah melalui pendidikan nonformal atau lebih dikenal dengan PLS.
Seperti kita ketahui, bahwa rendahnya SDM kita tidak terlepas dari rendahnya tingkat
pendidikan masyarakat, terutama pada usia sekolah. Rendahnya kualitas SDM tersebut
disebabkan oleh banyak hal, misalnya ketidakmampuan anak usia sekolah untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, sebagai akibat dari kemiskinan yang melilit kehidupan
keluarga, atau bisa saja disebabkan oleh oleh angka putus sekolah, hal yang sama disebabkan
oleh factor ekonomi
Oleh sebab itu, perlu menjadi perhatian pemerintah melalui semangat otonomi daerah
adalah mengerakan program PLS tersebut, karena UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional secara lugas dan tegas menyebutkan bahwa PLS akan terus
ditumbuhkembangkan dalam kerangka mewujudkan pendidikan berbasis masyarakat, dan
pemerintah ikut bertanggungjawab kelangsungan PLS sebagai upaya untuk menuntaskan wajib
belajar 9 tahun.

7
DAFTAR PUSTAKA

Faisal Sanapiah. 1981. Pendidikan Luar Sekolah . Surabaya: CV. Usaha Nasional.

Joesoef Soelaiman. 2004. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Kurdie Syuaeb. 2002. Pendidikan Luar Sekolah. Cirebon: CV. Alawiyah.

Anda mungkin juga menyukai