Anda di halaman 1dari 13

ISLAMIC PARENTING PADA ANAK USIA DINI

(STUDI ANALISIS BUKU ISLAMIC PARENTING KARYA SYAIKH


JAMAAL ‘ABDUR RAHMAN)

Astuti Darmiyanti
Dosen Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) FAI Unsika
E-mail: darmiyanti.astuti@gmail.com

ABSTRAK
Anak merupakan amanat di tangan kedua orangtua-nya dan kalbunya yang masih bersih
merupakan permata yang sangat berharga. Jika ia dibiasakan untuk melakukan kebaikan, niscaya
dia akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang bahagia di dunia dan akhirat, demikian
sebaliknya. Keadaan fitrahnya akan senantiasa siap untuk menerima yang baik atau yang buruk
dari orang tua atau pendidik (murabbi)-nya. Permasalahan dalam penelitian ini adalah
pendidikan apa saja yang diajarkan pada anak usia 0-3 tahun yang terdapat dalam buku Islamic
Parenting karya Syaikh Jamaal „Abdur Rahman? Tujuan penelitian ini adalah mencoba
mendeskrip-sikan pemikiran Syaikh Jamaal „Abdur Rahman tentang pendidikan anak pada usia
0-3 tahun. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah memperkaya atau membuka tambahan
wawasan tentang pendidikan anak dalam Islam serta manfaat secara praktis adalah memberikan
bekal kepada orangtua dan para pendidik (murabbi) terkait dengan pola pengasuhan anak dalam
Islam.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), dengan menggunakan
pendekatan filosofis. Teknik pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi, sedangkan
metode analisis data dilakukan dengan menggunakan metode content analysis, yaitu suatu teknik
penelitian untuk membuat inferensi-inferensi (simpulan-simpulan) yang dapat ditiru dan shahih
data dengan memper-hatikan konteksnya.
Hasil yang diperoleh dari penilitian pola asuh islami pada AUD ini adalah (1) pada pendidikan
anak usia 0-3 tahun dimulai dari: (a) masa pranatal, yaitu berdoa untuk anak ketika masih dalam
sulbi ayahnya, (b) masa balita dikumandangkan adzan di telinga bayi saat bayi lahir, mentahnik
bayi dengan kurma dan mendoakannnya, aqiqah, memberi nama yang baik untuk anak,
menanamkan kejujuran dan tidak suka berbohong, serta tidak mengajarkan kemunkaran kepada
anak; (2) Pendidikan pada anak usia dini (0-4 tahun pertama) merupakan masa yang paling
penting karena masa ini disebut dengan golden age bagi pertumbuhan dan perkembangan anak,
khususnya sebagai momentum pembentukan kapasitas kecerdasan manusia sampai 50% ---
sampai usia 8 tahun mencapai 80%, dan pada usia 14-16 tahun mencapai ketuntasan 100% ---
yang sangat menentukan kehidupan anak manusia dalam seluruh aspek hidupnya di masa yang
akan datang.

Kata kunci: Islamic Parenting, murabbi, kapasitas kecerdasan

PENDAHULUAN
Semua manusia beradab memimpikan lahirnya generasi di masa depan
yang lebih baik, lebih berkualitas dalam rangka membangun peradaban, bangsa,
dan negara, dunia yang ramah, bermoral dan mencintai kebaikan, kejujuran,
kebenaran, dan keadilan. Studi para ahli menemukan bahwa usia 0-4 tahun yang
disebut sebgai golden age, merupakan momentum pembentukan kapasitas
320
‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

kecerdasan manusia yang sangat menentukan kehidupan anak manusia dalam


seluruh aspek hidupnya di masa yang akan datang.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 Tahun
2003 Bab I Pasal 14 mengemukakan bahwa PAUD adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut. Upaya pembinaan
yang dimaksud di atas ditafsirkan sebagai usaha sadar dan terencana dalam
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran kepada anak usia dini
yang berusia 0-6 tahun seara aktif dan kreatif agar dapat mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan
intelektual. Dalam upaya pembinaan dan pengembangan potensi anak usia dini
itu diperlukan kerjasama dan pelibatan aktif guru dan orangtua baik pada
lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal, dan di rumah. Peran orangtua di
periode golden age ini begitu strategis dan penting. Orangtua haruslah memiliki
bekal pengetahuan yang berkaitan dengan pola pengasuhan atau yang saat ini
dikenal dengan ilmu parenting. Bahwasannya orangtua merupakan pendidik
pertama dan utama bagi anak-anaknya, maka pola pengsuhan dan pendidikan
yang diterapkan oleh orangtua akan menentukan karakter dan kepribadian,
motivasi berprestasi dan kondisi kesehatan serta kebugaran anak-anak.
Orangtua juga perlu memperkuat dan meningkatkan komunikasi dengan
satuan pendidikan PAUD di mana anak-anak memperoleh keterampilan untuk
bekal menjalani kehidupan. Jadi, perlunya dirajut kemitraan antara orangtua dan
satuan pendidikan PAUD dalam rangka penumbuhan budi pekerti, membangun
budaya prestasi serta memastikan kesehatan dan kebugaran anak sehingga
diharapkan terbangun ekosistem pendidikann, yang terdiri atas orangtua, kepala
sekolah, guru, komite sekolah, dewan pendidikan, pegiat pendidikan, dan
masyarakat yang cerdas dan berkarakter. Hasil penelitian para ahli menunjukkan
bahwa sejak lahir sampai usia 4 tahun telah terjadi perkembangan-
perkembangan yang sangat cepat serta drastis, khususnya dalam aspek
pembentukan kapasitas kecerdasan otak manusia. Lebih lanjut dikemukakan
bahwa pada usia 0-4 tahun menentukan pembentukan kapasitas kecerdasan
sampai 50%, sampai usia 8 tahun mencapai 80%, dan pada usia 14-16 tahun
mencapai ketuntasan 100%. Artinya, di luar usia itu (> 16 tahun) tidak ada lagi
pertumbuhan atau perkembangan kapasitas kecerdasan dan tugas kita adalah
tinggal bagaimana memolesnya. Dikarenakan usia 0-4 tahun menentukan
pembentukan kapasitas kecerdasan manusia sampai 50%, itulah alasan mengapa
usia 0-4 tahun disebut usia emas (golden age). Sementara itu, yang dimaksud
dengan memberikan rangsangan pendidikan pada AUD penekannanya dalam
bentuk bermain. Pemberian ragsangan ini bisa dalam bentuk apapun, yang
terpenting adalah dapat mendidik anak-anak prasekolah ini sesuai dengan
perkembanganndan pertumbuhan fisik maupun psikisnya. Problem kita saat ini
321
ISLAMIC PARENTING PADA ANAK USIA DINI… [Astuti Darmiyanti]

adalah terjadinya salah kaprah dimana penyelenggara PAUD membebani anak-


anak didiknya dengan belajar membaca, menulis, dan berhitung. Anak-anak
AUD ini seharusnya lebih banyak kegiatan bermain dengan menggunakan
sarana alat permainan edukatif (APE), yakni melalui kegiatan belajar sambil
bermain (learning by playing) serta belajar sambil mengerjakan sesuatu
(learning by doing). Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan
bermain merupakan cara belajar anak-anak usia dini yang paling efektif
(Fadillah, M., 2017). Lebih lanjut dan lebih jauh kita bisa mendalami tentang
bagaimana (a) konsep dasar bermain AUD, (b) teori-teori bermain AUD, (c)
perkembangan bermain AUD, (d) alat permainan edukatif AUD, (e) alat
permainan indoor dan outdoor, (f) alat permainan tradisonal dan modern, (g)
pengembangan alat permainan edukatif -yang berkaitan dengan kecerdasan
majemuk (multiple intelligence), anak berkebutuhan khusus-, (h) APE sebagai
sumber belajar, (i) APE sebagai media pembelajaran, serta (j) penilaian bermain
dan permainan AUD. Metode belajarnya disesuaikan dengan prinsip-prinsip
yang ada dalam PAUD, yaitu kemampuan membangun pengetahuannya sendiri,
berpikir melalui benda konkret, belajar melalui sensori dan pancaindera, serta
belajar dari lingkungan sekitar. Pancaindera sendiri mampu menangkap pesan
Allah. Pancaindera berkaitan dengan otak sebagai saraf pusat, seperti dalam
firman Allah
‫ون َشيْئًا َو َج َع َل مَ ُ ُُك ه‬
‫امس ْم َع َو ْ َاْلبْ َص َار َو ْ َاْلفْئِدَ َة ۙ مَ َعل ه ُ ُْك‬ َ ‫ون ُأ همهَا ِت ُ ُْك ََل تَ ْعلَ ُم‬
ِ ‫اَّلل َأخ َْر َج ُ ُْك ِم ْن بُ ُط‬
ُ ‫َو ه‬
َ ‫ت َ ْش ُك ُر‬
‫ون‬
Artinya:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, pengelihatan,
dan hati agar kamu bersyukur.” (Q.S an-Nahl [16]: 78)
Membantu pertumbuhan jasmani adalah sejalan dengan pertambahan
usia berkaitan dengan motorik halus maupun motorik kasar. Sedangkan untuk
perkembangan rohani atau mental, pada hakikatnya menyangkut aspek
kecerdasan (daya pikir, daya cipta, emosi, dan spiritual), sosial emosional
(sikap, perilaku, agama, moral), bahasa, komunikasi, sesuai keunikan masing-
masing anak dan tahap-tahap perkembangannya (Lalompoh, C.T dan Kartini
E.L, 2017). Perhatian besar pemerintah terhadap PAUD baik parenting maupun
satuan pendidikannya merupakan investasi untuk masa depan bangsa Indonesia.
Menurut Aristoteles bahwa ada dua keunggulan dan kehebatan suatu bangsa
yang disebut dengan human excelent, antara lain: 1) Excelent of thought, yaitu
keunggulan dan kehebatan dalam pemikiran, dan 2) Excelent of Character, yaitu
keunggulan dan kehebatan dalam karakter. Keunggulan yang ke-2 (excelent of
character) menjadi penentu keberhasilan suatu bangsa, sedangkan keunggulan
dan kehebatan yang ke-1 (excelent of thought) sebagai pendukungnya (Mulyasa,
E. 2014).

322
‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

Tujuan dari PAUD seperti telah diuraikan dengan jelas pada UU


Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 adalah menyiapkan anak didik untuk memasuki
jenjang pendidikan lebih lanjut. Dijelaskan lebih lanjut bahwa tujuan utama
penyelenggaraan PAUD adalah membentuk anak Indonesia yang berkualitas,
anak yang tumbuh dan berkembangn sesuai dengan tingkat perkembangannya
sehingga memiliki kesiapan saat memasuki jenjang pendidikan dasar serta
mengarungi kehidupan pada masa dewasa kelak.
Landasan PAUD pada hakikatnya mengacu pada 7 (tujuh) landasan yang
menjadi pijakan, yakni (1) Landasan Filosofis, (2) Landasan Konstitusional, (3)
Landasan Ilmiah, (4) Landasan Historis, (5) Landasan Sosiologis, (6) Landasan
Psikologis, dan (7) Landasan Agama. Landasan filosofis mengacu pada
pendapat M.J Langeveld (1979), yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan, bahwa
anak sewaktu lahir di awal kehidupan masih sangat lemah dan tidak berdaya
untuk melanjutkan kehidupannya. Meski dari awalnya anak sebagai makhluk
lemah, namun menurut kajian filsafat antropologi, manusia mempunyai potensi
yang luar biasa besarnya. Hal ini digambarkan seperti garis lurus. Di salah satu
ujung (kutub) menunjukkan bahwa anak adalah makhluk yang lemah dan tidak
berdaya, namun di ujung lainnya seorang anak mempunyai potensi yang besar,
luar biasa, sebagai makhluk yang “ingin-menjadi” sesuatu yang sesuai dengan
potensi dan bakat yang dibawanya sejak lahir, dan sifatnya adalah „unik‟ bagi
setiap orang. Landasan konstitusional memiliki peran penting sebagai dasar
legitimasi dari pelaksanaan program-program PAUD ditinjau dari sisi payung
hukum. Ada dua landasan konstitusi besar yang digunakan, yakni UUD 1945
dan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 dan landasan ilmiah PAUD yang tentu
saja berdasarkan keilmuan. Praktik atau pelaksanaan program dan kegiatan
PAUD dengan prinsip bermain semuanya didasari oleh teori-teori keilmuan,
baik ilmu yang memayungi yaitu induk ilmu pendidikan dan secara khusus lagi
teori ilmu pendidikan anak usia dini. Sampai saat ini pendekatan-pendekatan,
metode-metode, bahkan sampai pengembangan lingkup PAUD semakin pesat
kemajuannya, misalnya sekarang dikembangkannya PAUD yang holistik-
integratif. Perlunya pengembangan AUD yang dilaku-kan secara holistik-
integratif bertujuan: (a) untuk memenuhi kebutuhan esensial anak secara utuh
dan terpadu, (b) pelayanan yang dilakukan haruslah sistematik dan terencana,
serta (c) mencakup lingkungan mikro, meso, exo, dan makro. Pokok-pokok
yang mendasari pengemba-ngan AUD secara holistik-integratif adalah (1)
Ekologi tumbuh kembang AUD (lihat Gambar 1); (2) Masa emas tumbuh
kembang anak, sejak dalam rahim sampai usia 6 tahun sangat menentukan
derajat kesehatan, intelegensia, kematangan emosional dan spiritual, serta
produktivitas di masa berikutnya. Berdasarkan pengamatan teknis, periode kritis
pembentukan kemampuan anak dalam kurun waktu dua tahun pertama secara
biologis berada pada tahap yang sangat prima untuk mengembangkan struktur
syaraf atau keterampilan yang dipengaruhi oleh stimulus yang tepat; (3)
Pengaruh asupan gizi, pola asuh, dan stimulus dini. Berbagai penelitian
323
ISLAMIC PARENTING PADA ANAK USIA DINI… [Astuti Darmiyanti]

menunjukkan bahwa kurangnya asupan zat gizi makro dan mikro merupakan
penyebab utama terjadinya gangguan tumbuh kembang anak. Sedangkan
pengasuhan yang penuh kasih sayang merupakan hak setiap anak yang
sekurang-kurangnya dipenuhi oleh satu orang dewasa. Dan akhirnya, pemberian
rangsangan perkembangan pada AUD sangat penting untuk melejitkan aspek
perkembangan yang mencakup perkembangan visual, pendengaran, fisik-
motorik, bahasa dan komunikasi, sosial-emosional, moral-spiritual, dan
kemampuan kognitif yang lebih tinggi dengan mengedepankan kebebasan
memilih, merangsang kreativitas, dan pertumbuhan karakter; (4) Manfaat dan
Pendekatan. Dari sisi manfaat, berbagai evaluasi ilmiah menunjukkan bahwa
pelayanan pada AUD yang dilakukan secara sistematik dan terencana
memberikan manfaat yang positif. Hasil studi mengungkap-kan bahwa investasi
yang diberikan pada kelompok penduduk yang berusia dini akan memberikan
hasil berlipat ganda di kemudian hari. Dari sisi pendekatan, mengingat anak
merupakan suatu totalitas yang utuh, maka pengembangannya harus dilakukan
secara holistik (utuh dan menyeluruh) dan tidak tersekat-sekat oleh ego sektoral.
Landasan historis ber-kaitan dengan temuan-temuan konsep teori yang
berkenaan dengan perkembangan AUD. Misalnya pandangan dari J.J Rousseau
yang mengatakan bahwa pada dasarnya anak dilahirkan seperti selembar kertas
putih bersih. Jiwa anak yang putih bersih mendapatkan coretan (baik dan indah
atau buruk dan jorok) sangatlah bergantung kondisi lingkungan di mana anak itu
berada, tumbuh kembang, dan dibesarkan. Tugas utama pendidikan adalah
bahwa sejak awal (dini) rangsangan pendidikan dengan tindakan-tindakan
termasuk ucapan-ucapan yang sarat nilai kebaikan, cinta kasih, keindahan dan
kehormatan, sangatlah penting dilakukan untuk anak di awal-awal
kehidupannya. Menurut Friedrick Froebel yang terkenal dengan Kidergarten-
nya dimana menurutnya di pusat pendidikan ini disiapkan permainan-permainan
yang memberikan kebebasan kepada anak agar bisa berekspresi dengan
keunikan dan kekhasan yang dimiliki oleh masing-masing anak. Temuan kajian
Friedrick Froebel bahwa anak berkemampuan secara mandiri di dalam alam
berpikirnya/jiwanya untuk mampu membentuk dan membangun
pengetahuannya sendiri. Di sinilah pentingnya peranan orangtua atau orang
dewasa (pendidik) untuk memberi rangsangan dan upaya-upaya
masukan/tindakan guna memberi anak pokok-pokok materi/ tematis yang
relevan. Peet, L (2013) dalam buku-nya yang berjudul 100 Ideas for Early Years
Practitioners: Outsanding Activities menga-takan bahwa pendidik (dalam hal ini
guru) merupakan profesi menantang yang membutuhkan dedikasi dan ketekunan
tinggi, pemahaman mendalam, energi besar, serta selera humor yang baik.
Tetapi, imbalannya sungguh luar biasa. Mereka yang mencurahkan sepanjang
hidup untuk bekerja sepanjang waktu dengan anak-anak usia dini, yang sering
terkena cat, air liur, lem, pasir, dan cairan lainnya, tidak pernah melakukan
pekerjaan mereka demi gaji besar! Bekerja dengan anak-anak usia dini bisa
menjadi suatu keistimewaan tersendiri. Anda menjadi bagian dari kurva belajar
324
‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

tertinggi yang dialami anak-anak pada masa-masa awal sekolah mereka. Lebih
lanjut Peet, L (2013) mengatakan bahwa pendidik AUD yang hebat memiliki
karakteristik yang nyaris seragam. Hal ini meliputi pandangan mereka terhadap
anak secara keseluruhan, pemahaman terhadap perkembangan anak,
keterampilan dalam mengorganisasi, penguasaan manajemen waktu yang baik,
pendekatan yang ramah, dan yang paling penting adalah kemampuan
menjadikan pengalaman terburuk sekalipun sebagai alasan untuk terus memper-
baiki diri! Karakteristik tersebut tentunya dapat dikembangkan lagi untuk
membuat PAUD semakin baik. Sementara itu, landasan sosiologis menunjuk
pada landasan kemasya-rakatan di mana proses PAUD tersebut dilaksana-kan.
Pada landasan sosiologis ini ada satu hal penting yang perlu diketahui, yakni
adanya kontribusi penting dari anak-anak sebaya dalam hidup bersama dan
bermain mereka untuk saling berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan
perkembangan masing-masing diri anak yang tersebut. Landasan psikologis
menunjuk pada landasan di mana dalam pelaksanaan PAUD banyak mengacu
pada pandangan-pandangan psikologi, khususnya psikologi perkembangan anak
memiliki kontribusi besar dalam kegiatan pendidikan dalam bentuk bermain.
Akhirnya, landasan agama – menunjuk pada landasan nilai yang hakiki yang
harus diajarkan kepada anak sejak awal kehidupannya.

Gambar 1.
Ekologi Tumbuh Kembang Anak Usia Dini

325
ISLAMIC PARENTING PADA ANAK USIA DINI… [Astuti Darmiyanti]

METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
filosofis, yang menurut Muhammadsyah, I (1991) (dalam Zulkarnain, N. 2014)
dalam bukunya Filsafat Hukum Islam, adalah menganalisis sejauh mungkin
pemikiran yang diungkapkan sampai kepada landasan yang mendasari
pemikiran tersebut.
Metode analisis data dalam penelitian ini berupa rangkaian kegiatan
untuk menarik kesimpulan dari hasil kajian konsep atau teori (Esmawati, E.
2001). Lebih lanjut Esmawati mengemukakan, penelitian ini menggunakan
analisis isi atau content analysis. Content Analysis adalah suatu suatu metode
analisis data yang bertujuan untuk membuat inferens-inferensi (simpulan) yang
dapat ditiru dan shahih data dengan memperhatikan konteksnya.

PEMBAHASAN
1. Islamic Parenting pada PAUD
Istilah Parenting mulai ramai dibicarakan bersamaan dengan
dibentuknya Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, Ditjen Paud dan
Dikmas, Kemdikbud tahun 2015. Pendidikan anak bukan semata tanggung
jawab pemerintah tetapi keluarga dan masyarakat turut berperan. Perundang-
undangan yang mengatur pelibatan peran keluarga terutama orang tua dalam
pendidikan anak di antaranya pasal 31 ayat 1 dan 2 UUD 1945. Orangtua juga
mempunyai kewajiban dan tanggung jawab di antaranya mengasuh, memelihara,
mendidik, dan melindungi anak; menumbuhkembangkan anak sesuai dengan
kemampuan, bakat, dan minatnya; mencegah terjadinya perkawinan pada usia
anak-anak; dan memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi
pekerti pada anak. Konsep trisentra pendidikan dari Ki Hajar Dewantara inilah
yang dijadikan landasan pelibatan orangtua (keluarga), satuan pendidikan, dan
masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan ekosistem pendidikan yang
mendukung pengembangan karakter dan budaya berprestasi peserta didik.
Parenting merupakan aktifitas dan upaya yang dilakukan oleh orangtua
atau keluarga dalam merawat, mendidik, mengasuh dan membimbing anak sejak
dalam kandungan dengan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dalam
keluarga dan lingkungan. Parenting merupakan proses komunikasi dan interaksi
yang berkesinambungan antara orangtua atau keluarga dengan anak-anak yang
meliputi aktifitas: merawat (noursing), mengasuh (nurturing), mendidik
(educating), membimbing (guiding) serta melindungi (protecting). Inilah yang
menjadi konsep dasar parenting sebagai ilmu. Sebagai ilmu, parenting tidak
diajarkan di lembaga formal atau lembaga pendidikan serta sekolah namun
disampaikan atau diberikan secara nonformal dalam bentuk pelatihan, seminar,
workshop ataupun kegiatan-kegiatan lain yang memberikan informasi kepada
para orangtua dalam mendidik, mengasuh, merawat, membimbing dan
melindungi anak-anaknya.

326
‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

Ada beberapa konsep parenting, antara lain: (1) Melalukan Responding.


Responding adalah menanggapi anak secara tepat. Jadi, sebagai orangtua kita
harus memberikan pengasuhan yang baik terhadap anak, kita harus
membimbing semua kegiatan yang dilakukan oleh anak. Kenapa itu penting?
Karena jikalau anak melakukan kesalahan, kita sebagai orang tua bisa langsung
menanggapi anak secara cepat dan tepat. Jadi, kita sebagai orangtua harus juga
respon terhadap anak dalam cara yang tepat memungkinkan kita untuk berpikir
tentang semua pilihan sebelum kita mengambil keputusan, mempertimbangkan
peristiwa sebelumnya yang serupa dan mengingatkan kembali bagaimana kita
menangani peristiwa tersebut; (2) Melakukan Monitoring. Monitoring adalah
mengawasi interaksi anak dengan lingkungn sosialnya. Di sini orangtua harus
terus mengawasi anaknya yaitu pada interaksi anak dengan lingkungan
sosialnya. Mengapa? Karena lingkungan sosial itu sangat penting bagi anak
untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan apalagi lingkungan sosial, ini juga
peran penting bagi orangtua untuk membimbing anaknya serta memberikan
perhatian secara penuh dalam lingkungan sekitarnya; (3) Melakukan Mentoring.
Mentoring adalah membantu secara aktif anak untuk memiliki perilaku-perilaku
yang dikehendaki. Jadi, di sini orangtua terus selalu membimbing anaknya
secara aktif dengan perilaku yang dikehendaki anak. Kenapa? Karena peran
orangtua di sini sangat penting untuk bisa membuat anak aktif, kreatif dalam
melakukan sesuatu yang diinginkannya. Dan kita sebagai orangtua juga harus
mendukung kegiatan anak yang merasa kegiatan itu sangat positif bagi
pendidikan anak; dan (4) Modeling. Modeling adalah menjadikan diri kita
sebagai contoh yang positif dan konsisten bagi anak kita. Sebagai orangtua kita
juga harus menerapkan aspek modeling ini. Karena aspek modeling menjadi
acuan bagi anak-anak. Aspek modeling merupakan teladan yang positif dan
konsisten bagi perkembangan anak juga. Prinsip-prinsip atau aspek inilah
merupakan aspek yang sangat penting bagi pendidikan dan pengasuhan anak.
Karena anak memiliki kebutuhan khusus dan juga ada kebutuhan yang berbeda-
beda, maka dari itu orangtua sangat berperan penting untuk menjadikan
kebutuhan anak tersebut menjadi bermakna dan menjadi bagus untuk aspirasi
anak. Inilah yang merupakan konsep dasar parenting bagi anak usia dini.
Al-Hasani, Y.M (2012) dalam bukunya Pendidikan Anak dalam Islam
berpendapat bahwa pendidikan di lingkungan keluarga merupakan jalur
pendidikan yang signifikan karena keluarga merupakan tempat pertama untuk
pertumbuhan anak, dimana anak memperoleh pengaruh-pengaruh dari anggota
keluarga pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak,
yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupannya (usia pra-sekolah). Dikarena-
kan pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat
membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sesudahnya. Sementara itu,
Syaikh Jamaal „Abdur Rahman mengatakan pendidikan itu dimulai dari sejak
anak berada dalam sulbi ayahnya karena fase ini pendidik (murabbi) dapat
menanamkan prinsip-prinsip yang lurus dan berorientasi yang baik dalam jiwa
327
ISLAMIC PARENTING PADA ANAK USIA DINI… [Astuti Darmiyanti]

dan perilaku anak didiknya. Islam menekankan peran penting dari orangtua
untuk terlibat secara aktif dalam proses pendidikan agar anak tetap berkembang
sesuai dengan fitrahnya.
2. Pola asuh efektif
Anak merupakan generasi penerus bangsa. Mendidik anak merupakan
tanggungjawab orang tua yang tidak mudah. Agar anak bisa tumbuh dan
berkembang menjadi individu yang baik, pola asuh yang diterapkan pun juga
harus baik. Sayangnya, banyak orang tua yang belum terlalu paham mengenai
hal ini. Beberapa orang menganggap anak dengan perilaku yang buruk adalah
ulah mereka sendiri. Padahal, pola asuh orangtua lah yang sangat berperan
penting dalam membentuk karakter anak.
Setiap anak memiliki karakter yang berbeda- beda sehingga orang tua
harus selalu berfikir kreatif untuk menyesuaikan pola asuh mereka. Berikut ini
adalah 12 Pola Asuh AUD secara efektif: (1) Ayah dan ibu harus kompak, (2)
Orangtua memberikan teladan yang baik, (3) Komunikasi efektif, (4) Disiplin,
(5) Orangtua harus konsisten, (6) Berikan pujian dan sentuhan sayang, (7)
Sopan Santun, (8) Berdasarkan pada agama yang dianut, (9) Pola demokratis,
(10) Bersifat Terbuka dan Update, (11) Orang Tua Harus Tegas, dan (12)
Ajarkan Berbagi.
Mengasuh anak memang bukan pekerjaan mudah dan berlangsung
secara terus menerus. Anak yang baik dan berkualitas tinggi tentu berasal dari
pola asuh yang baik juga. Pentingnya peranan orang tua dalam hal ini menuntut
orang tua yang memiliki cukup pengetahuan dalam mengasuh anak. Orang tua
juga harus senantiasa selalu belajar dan belajar karena anak akan terus tumbuh
dan berkembang memunculkan sifat–sifat baru yang mungkin terkadang cukup
unik dan perlu diarahkan agar tidak melenceng ke arah negatif.
Brooks, J (2011) dalam bukunya yang berjudul The Process of
Parenting. William Morris, ed., The American Heritage of the English
Language (1969) mendefinisikan orangtua sebagai individu-individu yang
mengasuh, melindungi dan membimbing dari bayi hingga tahap dewasa. Orang
tua melakukan “investasi dan komitmen abadi pada seluruh periode
perkembangan yang panjang dalam kehidupan anak” (Baumrind, D and R.A
Thompson, “The Ethics of Parenting” dalam Handbook of Parenting, edisi ke-2,
ed. Marc H. Bornstein, vol. 5: Practice Issues in Parenting. Orangtua
memberikan perhatian dalam interaksi langsung dengan anak (contohnya
memberi makan, mengajar dan bermain dengan anak). Mereka juga memberikan
perhatian melalui tindakan tidak langsung yang bisa muncul berbagai bentuk.
Misalnya, orangtua berperan sebagai penasihat bagi anak di dalam masyarakat
dengan memastikan sekolah dan pendidikan yang baik abagi anak begitu pula
dengan perpustakaan dan taman bermain untuk kegiatan sepulang sekolah.

328
‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

3. Pedoman Penting Saat Mengasuh Anak Usia 0-3 Tahun.


Ketika orangtua memberikan perhatian dan hal yang dibutuhkan anak,
pengasuhan tidak berjalan satu arah dimana orangtua mengarahkan anak menuju
tahap kedewasaan. Pengasuhan adalah sebuah proses tindakan dan interaksi
antara orangtua dan anak. Ini adalah proses dimana kedua pihak saling
mengubah satu sama lain saat anak tumbuh menjadi sosok dewasa. Sementara
itu, masyarakat adalah kekuatan dinamis ketiga di dalam proses tersebut.
Masyarakat memberikan dukungan dan tekanan bagi orangtua dan anak serta
dapat berubah dalam merespons kebutuhan dan tindakan yang dilakukan
orangtua dan anak. Anak, orangtua, diubah oleh situasi ini.
Mengasuh anak membutuhkan kerja sama antara orangtua dan
konsistensi yang terus menerus. Mengasuh adalah proses, contoh dan sikap dari
orangtua sehari-hari yang akan jadi pedoman bagi anak untuk bersikap dan
membentuk kepribadiannya. Tak ada orangtua yang sempurna, karena tiap
keluarga memilik tantangan dan masalah masing-masing. Tapi menurut Ronald
Ferguson, Direktur Achievement Gap Initiative dan Profesor di Universitas
Harvard, AS, dari penelitiannya ada pedoman yang dapat digunakan orangtua
untuk memaksimalkan perkembangan anak-anak mereka. Secara khusus, ini
adalah pola asuh yang sebaiknya diterapkan orangtua yang memiliki anak usia 0
sampai 3 tahun. Dalam usia emas tersebut anak akan jadi 'peniru ulung'. Mereka
juga seperti spons, menyerap apapun yang ada di sekitarnya dan akan
berdampak pada perkembangan kognitif dan psikologisnya. Apa saja pola asuh
tersebut? (1) Memaksimalkan cinta dan meminimalkan stres. Orangtua tidak
perlu lagi diberi tahu bahwa mereka perlu menunjukkan cinta pada bayi mereka,
mereka sudah melakukannya. Apa yang ditekankan Ferguson adalah agar
orangtua responsif terhadap emosi anak. Sehingga anak sadar orangtuanya
selalu ada untuk mereka. "Bereaksilah segera untuk kebutuhan anak, seperti
menenangkan saat anak sedang kesal, dan menanggapi ekspresi wajah,
gerakan, dan verbalisasi anak. Tidak butuh banyak. Bisa dengan kontak mata,
senyum atau tepukan lembut di punggungnya," ujar Fergusson. Jangan mengira
bayi dan balita tak merasakan jika orang-tuanya sedang stres atau marah.
Mereka akan cenderung gelisah dan terus menangis jika digendong dan diasuh
oleh orangtua yang level emosinya sedang tinggi. Jadi, sering-seringlah
memeluk bayi dan kurangi level emosi negatif saat bermain dengannya. (2)
Berbicara, bernyanyi dan menggunakan isyarat. Menurut Fergusson untuk
memaksimalkan perkembangan ucapan dan bahasa pada bayi, orangtua harus
berbicara dengan bayi mereka dengan kata-kata nyata sejak awal. Seperti
bernyanyi dengan nada dan suara yang jelas. Berceritalah dengan banyak
ekspresi, bayi akan sangat menyukainya.
Hal tersebut akan sangat baik bagi perkembangan kognitif dan
kemampuan berbahasanya. Semakin banyak berbicara dengan bayi, semakin
cepat ia bisa berbicara dan mendapatkan kosa kata yang beragam, dan (3)
Membaca dan mendiskusi-kan cerita dengan bayi. Kita semua sadar akan
329
ISLAMIC PARENTING PADA ANAK USIA DINI… [Astuti Darmiyanti]

pentingnya mendongeng dan mengajarkan membaca pada anak-anak untuk


perkembangan bahasa dan kognitif. "Ini mengenalkan mereka pada kata-kata,
konsep, dan bentuk diskusi. Penalaran yang mungkin tidak mereka hadapi
dalam kegiatan lain, " ujar Ferguson. Ia juga menekankan bahwa membaca
untuk anak-anak usia 3 tahun sangat penting. Perkembangan bahasa pada usia
36 bulan sangat dipengaruhi oleh kebiasaan orangtua membacakan buku atau
dongeng pada anak. Hal yang tak kalah penting adalah diskusi setelah selesai
membaca buku.
"Diskusi selama membaca buku bersama cenderung menentukan kemampuan
baca tulis anak-anak nanti. Begitu anak Anda bisa merespons cerita, ajaklah
berdiskusi. Misalnya apakah ia suka dengan cerita tersebut, tanya alasannya
atau ajukan pertanyaan tentang tokoh yang ada di cerita," kata Ferguson.
Kebiasaan tersebut akan membentuk pola pikirnya jadi lebih ber-kembang. Ia
akan berpikir lebih kritis, imajinasinya pun dirangsang untuk lebih kreatif,
sementara penalarannya akan cerita akan berkembang sangat baik.

4. Mendidik Bayi pada hari pertama kelahiran


Anak semenjak di dalam sulbi ayahnya hingga menginjak usia 3 (tiga)
tahun ini, dalam buku Islamic Parenting karya Jamaal „Abdur Rahman
mengandung 40 poin pembahasan, yang dalam penelitian ini tidak seluruhnya
dibahas secara mendalam. Pada hari pertama kelahiran banyak sunnah yang
perlu dilakukan oleh orang tua pada anaknya seperti menyerukan azhan atau
iqomah di telinga kanannya, mentahnik dengan kurma, aqiqah, mencukur
rambut, dan khitan. Nabi Muhammad shallalhu ‘alaihi wasallam memberikan
bimbingan pula kepada kaum muslimin agar melakukan hal-hal yang
menghasilkan kemashlahatan bagi anak-anak mereka pada masa mendatang.
Untuk itu beliau shallalhu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Manakala seseorang di antara kalian sebelum menggauli istrinya terlebih
dahulu mengucapkan: ‘Bismillahi, Alloohumma janibnaasy syaitoona wa
jannibi syaitoona maa rozaqtanaa’ (Dengan menyebut nama Allah, ya Allah,
hindarkanlah kami dari gangguan setan dan hindarkan pula anak yang akan
Engkau anugerahkan kepada kami dari gangguan setan), kemudian
dilahirkanlah dari keduanya seorang anak, niscaya selamanya setan tidak akan
dapat mengganggunya,” (Muttafaq „alaih).
Dalam hadits ini terkandung anjuran yang mengarahkan kepada kita bahwa
sebaiknya permulaan yang kita lakukan dalam hal ini bersifat rabbani, bukan
syaithani.
Ibnul Qayyim mengatakan bahwa rahasia dilakukan adzan dan iqamah di
telinga bayi yang baru lahir mengandung harapan yang optimis agar mula-mula
suara yang terdengar oleh telinga sang bayi adalah seruan adzan yang
mengandung makna keagungan dan kebesaran Allah Subhanahu wata’ala serta
syahadat yang menjadi syarat utama bagi seorang yang baru masuk Islam.
Dengan demikian, tuntunan pengajaran ini menjadi perlambang Islam bagi
330
‫“ العاطفة من مركز الدراسات االسالمية‬Passion of the Islamic Studies Center” JPI_Rabbani

seseorang saat dilahirkan ke alam dunia. Hal yang sama dianjurkan pula agar
yang bersangkutan dituntun untuk mengucapkan kalimat tauhid ini saat sedang
meregang nyawa meninggalkan dunia yang fana ini. Tidaklah aneh bila
pengaruh adzan ini dapat menembus qalbu sang bayi dan mempengaruhinya
meskipun perasaan bayi yang bersangkutan masih belum dapat menyadarinya
(Tuhfatul Maudud, karya Ibnul Qayyim).
Perlakuan ini menerangkan akan kepedulian Nabi shallalhu ‘alaihi
wasallam terhadap aqidah tauhid yang harus ditanamkan secara dini dalam jiwa
sang anak dan sekaligus untuk mengusir setan yang selaqlu berupaya
mengganggu sang bayi semenjak kelahirannya dan memulai kehidupan barunya
di alam dunia. Diriwayatkan dari Ibnu „Abbas yang telah mengatakan bahwa
tiada seorang bayipun yang baru dilahirkan, melainkan pasti menangis, kecuali
„Isa, putra Maryam, dan bayi itu menangis karena perutnya diperas oleh
setansehingga si bayi menjerit. (Ad-Darimi Hadits no. 2999). Dengan demikian,
adzan yang diserukan di telinga sang bayi akan menjadi pukulan terhadap setan
yang selalu berupaya dengan sekuat tenaganya untuk merusak keturunan Adam
dan menghancurkan generasinya.

KESIMPULAN
1. Beberapa konsep parenting, antara lain:
a. Melalukan Responding
b. Melakukan Monitoring
c. Melakukan Mentoring
d. Modeling
2. Pola asuh yang baik harus diterapkan sejak usia dini. Pola asuh yang baik
juga memiliki beberapa pokok yang perlu diperhatikan agar pola asuh anak
menjadi efektif.
3. Mengasuh anak membutuhkan kerja sama antara orangtua dan konsistensi
yang terus menerus. Mengasuh adalah proses, contoh dan sikap dari
orangtua sehari-hari yang akan jadi pedoman bagi anak untuk bersikap dan
membentuk kepribadiannya.

DAFTAR PUSTAKA
al-Hasani, Y.M. 2012. Pendidikan Anak dalam Islam. Penerbit Darul Haq.
Jakarta.
Ali, M dan M. Asrori. 2014. Metodologi & Aplikasi Riset Pendidikan. Penerbit
Bumi Aksara. Jakarta.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian – Suatu Pendekata Praktik (Edisi Revisi
VI). PT Rineka Cipta. Jakarta.

331
ISLAMIC PARENTING PADA ANAK USIA DINI… [Astuti Darmiyanti]

BAPPENAS. 2012. Pedoman Umum Pengembangan Anak Usia Dini Holistik


Integratif. Jakarta.
Brooks, J. 2011. The Process of Parenting (8 ed.). McGraw Hill. New York.
Esmawati, E. 2001. Metode Penelitian Pendidikan dan Sastra. Penerbit Yuma
Pustaka. Surakarta.
Fadilah, M. 2017. Buku Ajar Bermain & Permainan Anak Usia Dini. Penerbit
Kencana. Jakarta.
Kumar, R. 1999. Research Methodology – A Step-By-Step Guide for Beginners.
SAGE Publications. London-Thousand Oaks-New Delhi.
Lalompoh, C.T dan Kartini, E.L. 2017. Metode Pengembangan Moral dan
Nilai-nilai Keagamaan Bagi Anak Usia Dini. PT Grasindo. Jakarta.
Megawangi, R dkk. 2015. Memabangun Karakter Anak melalui Brain-Based
Parenting (Pola Asuh Ramah Otak). Indonesia Heritage Foundation.
Cimanggis Depok, Bogor.
Mulyasa, E. 2014. Manajemen PAUD. PT Remaja Rosda Karya. Bandung.
Peet, L. 2013. 100 Ideas for Early Years Pratitioners Activities. Bloomsbury
Publishing Plc. (Terjemahan: 100 Ide untuk Guru PAUD. Aktivitas
Menari. 2016. Penerbit esensi Erlangga Group. Jakarta).
Prayitno. 2009. Dasar Teori dan Praxis Pendidikan. PT Grasindo. Jakarta.
Putra, N dan Ninin D. 2016. Penelitian Kualitatif PAUD (Pendidikan Anak Usia
Dini). PT RajaGrafindo. Jakarta.
Rahman, J.A. 2000. Athfaalul Muslimin, Kaifa Rabbaahumun Nabiyyul Amiin –
Terjemahan (2005): Tahapan Mendidik Anak – Teladan Rasulullah Saw.
Irsyad Baitus Salam. Bandung.
Rosyadi, A.R. 2013. Pendidikan Islam Dalam Pembentukan Karakter Anak
Usia Dini (Konsep dan Praktik PAUD Islam). PT RajaGrafindo Persada.
Jakarta.
Tokan, P.R.I. 2016. Manajemen Penelitian Guru – untuk Pendidikan Bermutu.
PT Grasindo. Jakarta.
Wiyani, N. A. 2016. Konsep Dasar PAUD. Penerbit Gava Media. Yogyakarta.
Zulkarnain, N. 2014. Pendidikan Anak Usia 0-10 Tahun (Telaah Buku Islamic
Parenting Karya Syaikh Jamaal Abdurahman). Naskah Artikel Publikasi.
Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

332

Anda mungkin juga menyukai