Anda di halaman 1dari 9

Indonesia Journal of Learning Education and Counseling

Website: https://journal.ilininstitute.com/index.php/IJoLEC
Vol 1, No 2, 2019, pp 85-93
p-ISSN:2460-1497 dan e-ISSN: 2477-3840

Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual


Anak Usia Dini

Nur Hotimah2, Yanto2


Interdisiplinarry Islamic Studies Konsentrasi BKI, UIN Sunan Kalijaga, Indonesia
Email: nurhotimahgasela@gmail.com

Artikel info
Abstract.. The purpose of this study was to find out how the roles
Artikel history: and steps of parents in improving children's spiritual intelligence
Received; Oktober-2018 and what factors are supporting in increasing children's spiritual
Revised:November-2018 intelligence. This study uses the library research method. The
Accepted:Desember-2018 results of this study indicate that in an effort to improve children's
Publish: Maret-2019
spiritual intelligence, parents are the main role. Both his role as an
educator, as a role model, as a motivator and as a giver of love.
DOI:
Because in the process there are many obstacles and factors that
doi.org/10.31960/
affect children's spiritual intelligence.
ijolec.v1i2.66
Abstrak.. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana peran dan langkah orang tua dalam meningkatkan
kecerdasan spiritual anak serta faktor apa saja yang menjadi
pendukung dalam meningkatkan kecerdasan spiritual anak.
Metode penelitian dalam artikel ini, penulis menggunakan metode
library research. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
dalam upaya meningkatkan kecerdasan spiritual anak, maka orang
tualah yang menjadi peran utama. Baik perannya sebagai pendidik,
sebagai tauladan, sebagai pemberi motivasi dan sebagai pemberi
kasih sayang. Karena dalam prosesnya banyak hambatan dan
faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual anak.
Keywords: Coresponden Author:
spiritual intelligence; Jalan Waru-Tumberu, Dusun bersere Desa tagangser laok
child; Kec Waru kab. Pamekasan, kode pos 69353. Jawa Timur
early age. Email: nurhotimahgasela@gmail.com

artikel dengan akses terbuka dibawah licenci CC BY-NC-4.0

PENDAHULUAN sangat dominan diantara kecerdasan-


kecerdasan yang lain. Yaitu kecerdasan
Manusia sebagai makhluk yang paling intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ),
sempurna, diberi karunia oleh Allah dengan dan kecerdasan Spiritual (SQ) (Wink, Dillon,
adanya akal dan kecerdasan sehingga manusia & Prettyman, 2007, pp. 321–335). Kecerdasan
memiliki kelebihan dari makhluk yang lain intelektual merupakan persyaratan minimum
dan bisa menjalankan kewajibannya sebagai dalam proses kompetensi, khususnya di bidang
kholifah di muka bumi. Pada hakikatnya sains. Namun dalam mencapai sebuah
manusia memiliki berbagai macam kesuksesan, kecerdasan emosional dan
kecerdasan, namun ada tiga kecerdasan yang kecerdasan spiritual lebih diutamakan. Ketiga

85
86 | Indonesia Journal of Learning Education and Counseling

kecerdasan ini sudah menjadi fitrah manusia sambungan antar sel (Rakhmawati, 2015, pp.
sejak lahir hanya saja dalam 40–57). Masa ini tidak akan kembali berulang,
pengembangannya yang berbeda. Ada yang sehingga sangat diharapkan bagi orang tua
berkembang dengan sangat pesat ada juga untuk memanfaatkan fase 0-6 tahun ini dengan
yang berkembang dengan sedang atau bahkan baik demi masa depan anak karena ditangan
lambat, sesuai dengan kemampuan masing- orang tualah masa depan anak berada.
masing individu serta adanya faktor yang Mendidik kecerdasan spiritual tidaklah
mendukung, baik internal maupun eksternal. semudah mendidik IQ. Karena kecerdasan
Sehingga pada tiap individu memiliki peluang spiritual harus melalui praktek dan
yang sama untuk mengembangkan pembiasaan serta pengalaman yang luas bagi
kecerdasan-kecerdasan tersebut dengan baik orang yang mendidiknya. Oleh karenanya
sesuai dengan kemampuan masing-masing Goleman (1996) mengatakan bahwa
individu. intelegensi intelektual hanya menyumbang
Berbicara tentang kecerdasan, pasti sekitar 20 persen faktor yang mengarah pada
setiap orang tua memiliki keinginan yang sama aksentuasi dalam kehidupan seseorang,
untuk menjadikan anaknya orang yang cerdas. sementara 80 persen faktor diputuskan oleh
Karena anak yang cerdas lebih berkualitas jenis kecerdasan lainnya, seperti kecerdasan
daripada anak yang lain dan anak yang emosional dan kecerdasan spiritual (Hanafi,
berkualitas merupakan dambaan setiap ibu. 2010, pp. 29–40). Sehingga anak yang sudah
Namun pada kenyataannya masih ada terlatih kecerdasan spiritualnya akan lebih
anggapan yang keliru mengenai barometer bijaksana kepada teman-temanya dan
anak yang berkualitas. Bahkan sudah tertanam memiliki rasa belas kasih yang lebih tinggi
pada masyarakat secara umum bahwa seorang (Vaughan, F., n.d., pp. 16–33). Hal tersebut
anak akan dikatakan berkualitas apabila anak akan menjadi kebiasaan dan akhirnya anak
tersebut memiliki nilai eksakta yang bagus, akan memiliki kedewasaan rohani hingga
dan begitu juga sebaliknya. Sehingga tidak masa tuanya.
sedikit orang tua yang merasa cemas jika Dalam meningkatkan kecerdasan
anaknya tidak pandai dalam matematika, spiritual anak, maka kecakapan orang tua
fisika, atau pelajaran yang lainnya. Padahal dalam mendidik anak sangat mempengaruhi,
sesungguhnya kecerdasan bukanlah hanya karena orang tua yang memiliki kecerdasan
kecerdasan intelekual saja, melainkan masih dalam mengasuh anak, akan mampu
banyak kecerdasan-kecerdasan yang lain yang menciptakan sesuatu yang kurang berarti bagi
masih bisa dijadikan peluang bagi orang tua sebagian orang lain menjadi sesuatu yang
untuk mengembangkannya. Misalnya seperti sangat berarti bagi anak. Misalnya dengan
kecerdasan spiritual dan kecerdasan musik, orang tua bisa menanamkan nilai-nilai
emosional. spiritual pada diri anak (Amini, 2015, pp. 9–
Sejak zaman dahulu hingga saat ini, 20). Seperti memperdengarkan lagu-lagu
orang yang berIQ tinggi begitu dikagumi. islami, senandung keagamaan, atau
Namun setelah sekian lama hal tersebut mengenalkan sifat-sifat Allah kepada anak
menjadi jastifikasi kesuksesan seseorang, melalui musik. Bahkan hal ini perlu dibiasakan
perlahan tapi jelas bahwa tidak semua orang saat anak masih dalam rahim ibu. Karena
yang ber-IQ tinggi dapat meraih kesuksesan. dengan mendengarkan musik, otak anak dapat
Seseorang yang cerdas secara intelektual berkembang dengan pesat (Scott-Kassner,
belum tentu dia juga memiliki kecerdasan 2018, pp. 19–25). Dan selaku orang tua harus
spiritual. Sedangkan orang yang cerdas secara bisa menentukan cara yang baik dalam
spiritual, dia akan menemukan sebuah menjangkau anak-anak melalui musik. Agar
kesuksesan yang abadi sampai nanti diakhir musik bisa diperdengarkan dengan nyaman
hayatnya. Oleh karenanya, kecerdasan kepada anak.
spiritual anak harus diasah dan dilatih sejak Selain dengan menggunakan musik,
dini karena usia dini merupakan masa-masa kecerdasan spiritual anak juga bisa
keemasan bagi anak, yaitu dari usia 0 sampai ditingkatkan melalui alam sekitar (Schein,
6 tahun. Pada usia inilah seluruh aspek 2014, pp. 78–101). Alam sekitar memiliki
perkembangan kecerdasan tumbuh dan peran yang sangat penting dalam
berkembang secara luar biasa. Di masa inilah perkembangan rohani anak. Alam sekitar
sel-sel otak berkembang dengan membuat dapat membantu untuk menumbuhkan
Peran Orang Tua... (Nur Hotimah; Yanto) | 87

kesejahteraan dan ikatan sosial yang optimal. spiritual merupakan sumber motivasi yang
Karena ketika anak dikenalkan kepada alam memiliki kekuatan maha dahsyat, dan
seperti tanaman, hewan, Suasana digunung, merupakan landasan yang diperlukan untuk
suasana dilaut akan memunculkan beberapa memfungsikan intelligence quotient (IQ) dan
pertanyaan pada diri anak. Sehingga rasa ingin emosional intelligence (EI) secara efektif
tahu anak semakain besar. Sedangkan bahkan kecerdasan spiritual (SQ) ini
kecerdasan spiritual ini terbentuk dengan merupakan kecerdasan tertinggi manusia.
adanya rasa ingin tahu yang tinggi. Dalam Islam telah dijelaskan bahwa setiap
Dari uraian diatas dapat diambil individu yang dilahirkan adalah dalam
sebuah kesimpulkan bahwa dalam keadaan fitroh. Anak dilahirkan dengan
meningkatkan kecerdasan spiritual anak usia membawa kecerdasan spiritual yang tinggi
dini terdapat banyak cara yang bisa dilakukan (Eifiah, 2014, p. 95–103). Akan tetapi faktor
oleh orang tua. Maka disinilah peran orang tua keluarga dan lingkungan yang dapat
sangat dibutuhkan. Sehingga orang tua harus menyebabkan mereka kehilangan potensi
mengetahui perannya selaku pengasuh spiritual tersebut. Maka bagi pendidik baik
pertama bagi anak. Adapun hipotesa dalam guru ataupun orang tua diharapkan untuk
artikel ini adalah orang tua yang bisa dapat mengembangkan kecerdasan spiritual
memahami perannya sebagai pengasuh anak, lebih-lebih pada usia 0 sampai 6 tahun,
pertama bagi anak dapat mempermudah karena fase ini merupakan penentu untuk fase
proses tercapainya kecerdasan spiritual anak selanjutnya.
yang maksimal. Oleh karena itu, dalam artikel Melatih kecerdasan spiritual anak
ini penulis bermaksud untuk menjelaskan hendaknya dimulai sedini mungkin sebelum
tentang apa saja peran orang tua serta langkah menginjak masa-masa remaja. Karena ketika
apa saja yang harus dilakukan oleh orang tua usia anak kira-kira di bawah 9 tahun, otak
dalam upaya meningkatkan kecerdasan sedang pesat berkembangannya untuk
spiritual anak usia dini. memberi ruang pada hal-hal yang bersifat
emosional (Pasiak, 2007, p.15). Masa-masa
Kecerdasan Spiritual goden age merupakan masa yang paling tepat
Akhir abad ke-20, telah ditemukan untuk meningkatkan kecerdasan anak,
kecerdasan ketiga yang didipopulerkan oleh khususnya kecerdasan spiritual. Maria
pasangan suami isteri Danah Zohar dan Ian Montesori menyatakan bahwa masa kanak-
Marshall. Mereka berdua mengartikan kanak merupakan masa peka yang ditandai
kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan dalam oleh suatu keadaan dimana anak memiliki
memecahkan persoalan hidup, sehingga kepekaan untuk berkembang, sehingga
seseorang mampu membaca makna yang pendidikan harus segera memberikan arahan
tersirat dalam sebuah permasalahan yang ada atau stimulasi yang berguna bagi anak
dan pada akhirnya orang tersebut memiliki (Saripudin, 2017, p.13).
keyakinan bahwa tindakan atau jalan hidup
seseorang lebih bermakna daripada yang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
lainnya (Zohar & Marshal, 2004, p.120–121). Kecerdasan Spiritual Anak
Kecerdasan spiritual berbeda dengan sikap Ada beberapa faktor yang dapat
religiusitas. Religiusitas merupakan perilaku mempengaruhi kecerdasan anak, namun
keberagamaan serta penghayatan terhadap menurut Irwanto ada dua faktor yang paling
nilai-nilai agama yang bisa dilihat bukan penting yang mempengaruhi kecerdasan, yaitu
hanya ketaatannya dalam menjalankan ibadah faktor bawaan dan faktor lingkungan (Irwanto,
secara ritual, melainkan juga dengan adanya 1991, p.168). Faktor bawaan dalam
keyakinan, pengalaman, dan pengetahuan intellegensi bisa dipengaruhi oleh kualitas
mengenai agama yang dianutnya kecerdasan orang tua serta kondisi saat
(Djamaluddin Ancok & Soroso, 2005, p. 26). pembentukan janin dalam kandungan, gizi
Sedangkan menurut Wilcox kecerdasan selama pertumbuhan, dan rangsangan
spiritual adalah kepercayaan terhadap intelektual yang memberikan sumber daya
kekuatan yang bersifat ketuhanan dan pengalaman (Experiental Resources) bagi anak
merupakan jalan hidup dalam merasakan cinta misalnya pendidikan, latihan dan ketrampilan
dan kepercayaan terhadap Tuhan. Kecerdasan yang diberikan oleh orang tua. Dengan
88 | Indonesia Journal of Learning Education and Counseling

demikian dapat dikatakan bahwa sangat mendukung proses pembinaan


perkembangan pribadi anak merupakan hasil kecerdasan spiritual tersebut. Bagaimana
kombinasi dari interaksi antara faktor mungkin bisa melatih anak dengan baik, jika
pembawaan (hereditas) dan faktor lingkungan dalam sebuah keluarga masih sering terjadi
sosialnya. Begitu pula halnya dengan percekcokan, konflik atau kurangnya
perkembangan kecerdasan spiritual anak yang komunikasi antar keluarga. Justru yang akan
juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. anak dapatkan hanyalah kebisingan dan
Namun dalam berbagai penelitian dapat kekakuan yang akan berdampak pada
disimpulkan adanya beberapa faktor penting psikologi (kejiwaan) anak. Jadi, akan terlihat
yang sangat berpengaruh dalam perbedaan yang jauh antara anak yang diasuh
perkembangan anak, yaitu: Lingkungan dalam keluarga yang harmonis dengan anak
Keluarga dan lingkungan masyarakat. diasuh dalam keluarga yang kurang atau tidak
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan harmonis.
dimana anak itu berkembang dan beradaptasi. Faktor lain yang sangat mempengaruhi
Sehingga apa yang anak dapatkan dalam peningkatan kecerdasan spiritual anak adalah
keluarga, akan membentuk pribadinya. Oleh lingkungan masyarakat (Puspitasari, Dwi
karenanya sangatlah berbeda antara anak yang Hastuti, & Herawati, 2015, pp. 1–14).
dibesarkan dalam keluarga yang harmonis Misalnya saja ada seorang anak yang sering
dengan anak yang dilahirkan dalam keluarga berteman dengan anak yang suka mengganggu
yang kurang atau tidak harmonis. temannya. Ini jelas merupakan lingkungan
Menurut Stinnet & Defrain, yang kurang baik bagi anak. Karena lambat
karakteristik keluarga harmonis adalah sebagai laun perbuatan tersebut akan meresap dalam
berikut: (Balson, 1993, p. 39). Memiliki jiwa anak dan besar kemungkinan anak akan
kehidupan beragama yang baik dalam meniru hal-hal yang negatif tersebut karena
keluarga, memiliki rasa kebersamaan yang proses belajar anak dari lingkungannya adalah
tinggi antar sesama anggota keluarga, dengan meniru apa yang telah dilihatnya.
memiliki komunikasi yang baik antar anggota Untuk itulah orang tua diharapkan bisa
keluarga, terbuka dan intim antar anggota memilihkan tempat tinggal pada lingkungan
keluarga, saling menghargai antar sesama masyarakat yang bersih dari perbuatan-
anggota keluarga, masing-masing anggota perbuatan yang melanggar nilai-nilai moral
keluarga memiliki keterikatan yang kuat dan spiritual. Dan kalaupun hal tersebut tidak
sebagai suatu kelompok, bila terjadi memungkinkan maka orang tua harus
permasalahan dalam keluarga dapat sesering-mungkin mengontrol perbuatan anak
terselesaikan secara efektif dan konstruktif. dan memberi nasehat atau pengarahan yang
Sedangkan keluarga yang tidak harmonis baik bagi anak. sehingga anak tidak mudah
menurut Rutter dicirikan sebagai berikut: terpengaruh oleh lingkungan sekitar.
adanya kematian diantara salah satu orang
tua, kedua orang tua mengalami perceraian, Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan
hubungan kedua orang tua tidak harmonis dan Kecerdasan Spiritual Anak
sering terjadi konflik, sering terjadi ketegangan Dalam upaya memahami mental dan
dalam rumah tangga, orang tua sibuk dan membina kehidupan jasmaniyah anak,
jarang berada di rumah. Keluarga yang perkembangan sosial, kecerdasan emosional
memperhatikan perkembangan kepribadian dan spiritualnya, maka orang tua dituntut
anak sejak usia dini akan membekali anak untuk memiliki pengetahuan tentang hal
dengan kecerdasan moral, sehingga anak akan tersebut. Hal ini terkait dengan pola
memiliki rasa empati, saling menghormati, pengasuhan orang tua terhadap anak. Karena
ada rasa keadilan dan toleransi yang tinggi pola pengasuhan orang tua merupakan salah
terhadap sesama (Notosrijoedono, 2015, pp. satu faktor yang memiliki pengaruh signifikan
132–146). terhadap pertumbuhan dan perkembangan
Melatih kecerdasan spiritual anak kecerdasan spiritual anak (Javdan Moosa &
memerlukan keuletan dari orang tua Ali, 2011, pp. 24–27). Maka disinilah orang
khususnya seorang ibu. Karena harus tua memiliki peranan penting dan sangat
dibiasakan sejak masih balita bahkan sejak berpengaruh terhadap kecerdasan spiritual
anak masih dalam kandungan. Oleh anak. Karena sejak anak lahir yang pertama
karenanya, keharmonisan dalam keluarga kali dikenal adalah kedua orang tuanya selaku
Peran Orang Tua... (Nur Hotimah; Yanto) | 89

pengasuh dan pendidik pertama bagi anak dengan terus-menerus untuk membimbing,
(Darajat, 1996, p.30–33). Menurut Suharsono memotivasi dan memfasilitasi anak demi
orang tua mempunyai tanggung jawab dan tercapainya pendidikan anak yang baik. Orang
tugas untuk memberikan pendidikan untuk tua merupakan pemegang otoritas tertentu
mengembangkan potensi-potensi dasar dalam lembaga keluarga yang didalamnya
manusiawi yang dimiliki oleh anak. Sebab berfungsi sebagai pengasuh, pembimbing dan
potensi yang dimiliki anak tidak dapat pendidik bagi anak. Namun tidak semua orang
berkembang secara optimal manakala orang tua dapat memahami hal tersebut. Kadang ada
tua tidak memberikan perhatian secara orang tua yang merasa telah lepas tanggung
optimal, sehingga mengembangkan potensi jawab dengan menyekolahkan anak di sebuah
yang dimiliki oleh anak, khususnya lembaga tertentu. Padahal mendidik anak
kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan
dan kecerdasan sosial pada mulanya ada di oleh setiap orang tua. Para orang tua harus
tangan orang tua (Suharsono, 2002, p. 101). memperhatikan pendidikan anaknya selain
Maka disinilah peran orang tua sangat perhatian dan bimbingan guru di sekolah.
dibutuhkan, baik peranannya sebagai pemberi Kodratnya sebagai orang tua bukan hanya
teladan yang baik, sebagai pendidik anak, melahirkan dan membesarkan anak akan
sebagai pemberi motivasi, ataupun sebagai tetapi perlu membimbing dan mengarahkan
pemberi kasih sayang. putra-putrinya sehingga mampu memahami
Orang tua sebagai teladan, memiliki arti kehidupan dengan segala persoalannya.
peran yang sangat penting bagi anak yaitu Pendidikan untuk anak usia dini merupakan
harus mampu memberikan contoh yang baik tahapan pendidikan yang sangat penting,
bagi anak-anaknya, baik dari perbuatan karena dalam rentang kehidupan awal inilah
ataupun perkataan. Karena pada hakikatnya pondasi kehidupan seorang manusia
setiap anak memiliki hati yang polos dan dibangun. Oleh karena itu diperlukan upaya
bening. Sehingga mereka akan meniru apa dari orang tua untuk memfasilitasi anak dalam
yang terdapat di lingkungan sekitarnya. Baik masa tumbuh kembangnya berupa kegiatan
hal yang baik ataupun hal yang buruk. Oleh yang mengandung pendidikan (Anis Fauzi &
karenanya lingkungan pertama yang berperan Subihat, 2016, p. 23–37). Misalnya mendidik
penting menjaga keberadaan anak adalah anak untuk selalu menyantuni orang yang
lingkungan keluarga (Fitria, 2016, pp. 99–115). lemah, membiasakan berbagi dengan orang
Di saat hatinya yang bersih dan bening, jika lain, dsb. Dengan didasarkan bahwa setiap
anak dibiasakan dengan hal-hal yang baik manusia dihadapan Allah adalah sama.
maka akan tumbuh menjadi pribadi yang baik. Sehingga anak bisa mengetahui kodrat dirinya
Dan begitu pula sebaliknya jika anak sebagai makhluk Allah yang memiliki
dibiasakan dengan perbuatan yang buruk kedudukan yang sama di hadapanNya.
maka mereka akan tumbuh menjadi anak yang Orang tua sebagai pemberi motivasi,
berkepribadian buruk. Maka keteladanan dari Memberi motivasi dalam meningkatkan
orang tua merupakan hal yang sangat penting kecerdasan spiritual anak sangat erat
dalam pembentukan kepribadian anak. kaitannya dengan optimisme masa depan pada
Karena keteladanan kerupakan metode yang tiap individu. Menurut beberapa ahli orang-
sangat efektif bagi anak sebagaimana orang yang mencapai keberhasilan di masa
keteladanan yang dilakukan oleh Rasulullah dewasanya, bukanlah dengan serta merta
bagi para sahabatnya. Begitu juga halnya mencapai kesuksesan tersebut, melainkan
dengan kecerdasan spiritual anak, jika sejak pada umumnya mereka sudah memiliki bekal
dini anak sudah dibiasakan untuk mensyukuri pada masa kecilnya. Misalnya sejak kecil dia
nikmat Allah misalnya, maka rasa syukur itu sudah memiliki sifat-sifat spiritual, seperti
akan senantiasa tertanam pada diri anak keberanian, optimisme, tindakan konstruktif,
hingga anak tumbuh menjadi dewasa. bahkan kewaspadaan dalam menghadapi
Orang tua sebagai pendidik, dalam hal ini bahaya dan kesulitan (Amelia, Veny Elita, &
orang tua merupakan salah satu pihak yang DewiYulia, 2015, pp. 971–979). Kesemuanya
bertanggung jawab dalam perkembangan itu merupakan jerih payah orang tua yang
pendidikan anak. Orang tua dalam telah berhasil menanamkan sifat-sifat tersebut
menjalankan perannya sebagai pendidik, perlu kepada anak sejak kecil. Oleh karenanya orang
90 | Indonesia Journal of Learning Education and Counseling

tua selaku pemberi motivasi hendaknya yang ditanamkan kepada anak dengan asuhan
senantiasa memberikan pandangan- kasih sayang akan jauh lebih efektif daripada
pandangan yang mengarah pada masa depan ditanamkan dengan adanya aturan-aturan
anak sehingga anak termotivasi untuk yang mengikat terhadap proses pembinaan
melakukan hal-hal yang memiliki nilai-nilai kecedasan spiritual anak. Walaupun pada saat-
spiritual. Begitu juga dalam meningkatkan saat tertentu aturan-aturan tersebut juga
kecerdasan spiritual anak, maka motivasi dari diperlukan bagi anak . Sehingga pemberian
orang tua sangatlah dibutuhkan karena tanpa kasih sayang dari orang tua dapat memberikan
adanya motivasi dari orang tua, kecerdasan pengaruh yang luar biasa terhadap
spiritual anak tidak akan berkembang dengan pembentukan kepribadian anak ketika dewasa.
baik disebabkan kurangnya dukungan yang
maksimal dari orang tua. Dalam Langkah-Langkah Dalam Meningkatkan
meningkatkan kecerdasan spiritual anak, Kecerdasan Spiritual Anak
orang tua bisa memberi motivasi dengan Pertama adalah menstimulasi kecerdasan
memberikan hadiah atau mengajaknya jalan- spiritual anak. Stimulasi kecerdasan spiritual
jalan, atau bahkan hanya dengan cara pada anak usia dini dapat dilakukan dengan
memberinya penghargaan yang berupa berbagai cara, sehingga orang tua bisa
ciuman atau pelukan yang tulus bagi anak menyesuaikan ataupun memilih cara yang
apabila anak bisa melakukan hal-hal yang sesuai dengan karakteristik anak. Sebagai
mengandung nilai-nilai spiritual misalnya orang tua harusnya mengerti bahwa anak-anak
anak sudah bisa melakukan sholat, membaca itu dalam belajarnya masih menggunakan
doa sebelum dan sesudah kegiatan, dsb. pendekatan belajar sambil bermain (Holis,
Orang tua sebagai pemberi kasih sayang, 2016, pp. 23–37). Sehingga dalam mengetahui,
secara fitri anak memerlukan kasih sayang dari merasakan, dan melakukan nilai, anak masih
orang tua. Kecenderungan terhadap kasih membutuhkan cara-cara yang menyenangkan.
sayang merupakan suatu naluri (Puspitasari et Karena dalam mempelajari nilai anak masih
al., 2015, pp. 208–218). Seorang anak yang menggunakan imajinasinya (Hidayah, n.d.,
dibesarkan dengan kasih sayang dari kedua pp. 85–108). Diantara metode yang dapat
orang tuanya, akan memiliki sifat kasih sayang digunakan orang tua dalam menanamkan
kepada orang lain. Sebagaimana yang telah nilai-nilai spiritual untuk anak diantaranya
diungkapkan oleh Dorothy Law Nolte “Jika adalah dengan metode bercerita, bermain
anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki. peran atau dengan mendengarkan musik-
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia musik islami. Karena ketiga metode ini
belajar dengan berkelahi. Jika anak dibesarkan merupakan metode yang cocok digunakan
dengan cemoohan, ia belajar rendah diri. Jika anak untuk merangsang kecerdasan spiritual serta
dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar mudah difahami dan dimengerti oleh anak
menyesali diri. Jika anak dibesarkan dengan (Nuryanto, 2017, p. 23–37).
toleransi, ia belajar menahan diri. Jika anak Pemberian stimulus bisa dibiasakan
dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya semenjak bayi masih dalam kandungan
diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar Misalnya semenjak masih diperut ibu anak
menghargai. Jika anak dibesarkan dengan sering diperdengarkan lantunan ayat-ayat suci
sebaikbaiknya perlakuan, ia belajar keadilan. Jika Al-Quran. Hal tersebut bisa berpengaruh
anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar terhadap otak bayi setelah lahir. Karena pada
menaruh kepercayaan. Jika anak dibesarkan saat bayi lahir, otaknya sebesar sekitar 350
dengan dukuingan, ia belajar menyenangi diri. Jika gram, dan pada saat bayi berusia delapan belas
anak dibesarkan dengan kasih sayang dan bulan kondisi fisik otaknya telah mencapai 50
persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam persen dari ukuran fisik orang dewasa. Pada
kehidupan”(Djamarah, 2004, p. 25). Oleh saat berusia enam tahun fisik otak mencapai
karenanya kebutuhan anak terhadap kasih sekitar 90 persen dari ukuran otak orang
sayang orang tua sama halnya dengan dewasa. Dan juga perlu diketahui bahwa 50
kebutuhan fisik material lainnya. Misalnya persen kemampuan belajar manusia
setiap anak membutuhkan makanan saat dia berkembang dalam empat tahun pertama
lapar, anak memerlukan minum tatkala haus, (Aisyah, Fitriyani, & Suparni, 2017, pp. 616–
dan butuh perlindungan tatkala kedinginan 621). Oleh karenanya pembiasaan yang
atau kepanasan. Maka kecerdasan spiritual dilakukan orang tua saat bayi berada dalam
Peran Orang Tua... (Nur Hotimah; Yanto) | 91

kandungan akan selalu terekam pada otak bayi bisa menasehatinya atau memberinya contoh
jika tetap dipertahankan hingga masa-masa yang benar tentang hal tersebut. Dengan
balita. Menstimulasi (merangsang) anak juga demikian anak akan terarah dengan baik tanpa
bisa dilakukan dengan mengajari anak lagu- adanya sebuah kekesalan pada diri anak.
lagu islami tentang nama tuhan, nabi, kitab, Sehingga anak akan merasakan kebaikan yang
dan agama kita. Walaupun anak tidak telah diberikan oleh orang tua karena memiliki
mengerti dengan apa yang ia nyanyikan, orang tua yang baik dan mengerti akan
namun terkadang lagu-lagu tersebut biasa perasaan anak adalah harapan setiap anak,
dilantunkan saat-saat dia bermain dan namun tidak semua anak bisa memilikinya.
akhirnya mereka akan mengerti dengan Oleh karenanya kecerdasan spiritual orang tua
sendirinya. juga memiliki pengaruh yang signifikan
Kedua adalah mengembangkan terhadap kecerdasan spiritual anak.
kecerdasan spiritual anak. Menurut Imas (Muhyidin, 2007, p. 37–38).
Kurniasih disarankan kepada orang tua dan
guru agar dapat mengembangkan kecerdasan METODE
spiritual anak dengan kiat-kiat berikut ini
(Kurniasih, 2010, p. 44–47): kita selaku Penulisan artikel ini menggunakan
pendidik (orang tua /guru) harus menjadi pendekatan kualitatif dengan menerapkan
teladan spiritual bagi anak, membiasakan anak metode penelitian kepustakaan (library
mengetahui tujuan dari sebuah kegiatan, research). Adapun yang menjadi objek
membiasakan anak untuk mengaji kitab suci penelitian dalam penelitian berbasis literatur
bersama-sama dan menjelaskan ini adalah buku-buku, majalah-majalah dan
maknanyadalam kaitannya dengan kehidupan dokumen-dokumen tertulis. Selain itu
sehari-hari, membiasakan anak mendengarkan digunakan juga artikel-artikel yang diambil
cerita kisah-kisah agung dari tokoh spiritual, dari jurnal. Sedangkan untuk menjawab
membiasakan anak agar terlibat dalam permasalahan, teknik analisis yang digunakan
kegiatan ritual keagamaan,membiasakan anak adalah teknik content analysis. Dalam
mendengarkan puisi-puisi atau lagu-lagu yang penelitian ini, peneliti berusaha untuk
spiritual dan inspirasional, mengajak anak menjelaskan mengapa kecerdasan spiritual
untuk menikmati keindahan alam, mengajak anak harus ditingkatkan dan bagaimana orang
anak ketempat-tempat orang yang menderita tua berperan didalamnya. Tujuannya yaitu
agar dia terlatih untuk memiliki sikap empati untuk memberikan suatu gambaran bahwa
yang tinggi, mengikutsertakan anak dalam untuk meraih kecerdasan spiritual bukanlah
kegiatan sosial. Dengan trik-trik tersebut anak hal yang mudah, melainkan harus dimulai
akan merasakan pengalaman yang baru dalam sedini mungkin bahkan saat anak masih
hidupnya. Sehingga anak tidak merasa jenuh berada dalam kandungan. Dalam mendidik
dalam mengarungi kehidupan yang fana ini. kecerdasan spiritual anak, juga sangat
Ketiga mengevaluasi kecerdasan spiritual dibutuhkan pengorbanan dan keikhlasan dari
yang ada pada diri anak. Tahap selanjutnya orang tua sebagai faktor pendukung
setelah anak sudah mengetahui berbagai terciptanya anak yang memiliki spiritualitas
macam perbuatan ataupun perkataan yang yang tinggi.
mengandung nilai-nilai spiritual, maka sebagai
orang tua bisa mengetahui tingkat kecerdasan HASIL DAN PEMBAHASAN
spiritual anak dengan melakukan evaluasi. Hal
tersebut bisa dilakukan dengan Kecerdasan spiritual merupakan
memperhatikan perilaku anak dalam kepercayaan terhadap kekuatan yang bersifat
kehidupan sehari-hari. Jika sekiranya anak ketuhanan dan merupakan jalan hidup
bisa mengaplikasikannya dengan baik manusia agar mampu merasakan cinta dan
terhadap lingkungan sekitar, maka orang tua kepercayaan terhadap Tuhan (Wilcox, 2012,
bisa memberikan apresiasi terhadap p. 331). Dengan spiritualitas yang tinggi,
keberhasilan yang telah dilakukan oleh anak. seseorang tidak akan merasakan kekecewaan
Namun, bila orang tua menemukan anak kapan dan dimanapun dia berada. Disebabkan
melakukan hal yang sekiranya melanggar adanya rasa cinta dan kepercayaan yang tinggi
nilai-nila moral dan spiritual, maka orang tua terhadap Tuhan bahwa apa yang telah
menimpanya merupakan qodrat dari sang
92 | Indonesia Journal of Learning Education and Counseling

Ilahi. Sehingga seburuk apapun keadaan yang berperan untuk selalu memotivasi anak agar
telah dialami, tidak menjadi penghalang untuk selalu mengerjakan hal-hal yang bisa
tetap mengharap ridhonya. Sehingga menjadikan dirinya disayang oleh Allah.
kecerdasan spiritual merupakan puncak dari Keempat berperan sebagai pemberi kasih
semua kecerdasan yang ada pada diri manusia. sayang bagi anak sehingga dalam mendidik
Adapun usaha dalam meningkatkan dan mengasuhnya anak tidak merasa takut dan
kecerdasan spiritual anak membutuhkan akan selalu terbuka terhadap orang tua.
pembiasaan dan pembinaan yang inten dari Sehingga menjadikan dirinya sosok anak yang
pihak yang berwenang. Dalam hal ini keluarga memiliki sifat jujur kepada setiap orang.
merupakan institusi pertama bagi anak dalam Karena sudah terbiasa dan tertanam dalam
upaya meningkatkan kecerdasan spiritual yang keluarga tentang arti dari sebuah kejujuran.
tinggi. Oleh karenanya untuk mendidik Setelah orang tua mengetahui perannya
kecerdasan spiritual anak sangat dibutuhkan sebagai pengasuh pertama bagi anak, maka
adanya hubungan yang harmonis dalam ada beberapa langkah yang bisa dilakukan
keluarga, karena keharmonisan keluarga untuk meningkatkan kecerdasan spiritual anak
merupakan salah satu kunci bagi orang tua yaitu dimulai dari menstimulasi, mengem-
untuk meningkatkan kecerdasan spiritual anak bangkan dan mengevaluasi kecerdasan
karena dalam keluarga harmonis inilah spiritual yang dimiliki oleh anak. Ketiga
komunikasi yang baik antara anak dan langkah tersebut harus dimulai sedini mungkin
keluarga terjalin. Sehingga orang tua bisa sebelum anak menginjak masa dewasa.
memaksimalkan tugasnya dengan nyaman Karena mendidik anak pada masa gonden age
misalnya dengan membiasakan anak untuk ini jauh lebih berarti daripada mendidik anak
melakukan sholat berjamaah beserta semua setelah dewasa, serta harus dimulai pertama
anggota keluarga, mengenalkan konsep- kali dalam lingkungan keluarga karena
konsep ketuhanan dengan mengajak berdoa keluarga dipandang sebagai institusi (lembaga)
sebelum dan sesudah melakukan kegiatan dan yang dapat memenuhi kebutuhan anak (Yusuf,
sebagainya. Maka dengan perlahan anak bisa 2011, p. 37).
diberikan pemahaman bahwa setiap apa yang
kita kerjakan semata-mata hanyalah SIMPULAN DAN SARAN
pertolongan sang Kholik. Sehingga dengan
perlahan anak bisa memiliki konsep Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
ketuhanan, walaupun hanya pada tingkat diambil kesimpulan bahwa dalam upaya
dasar/pemula. meningkatkan kecerdasan anak usia dini,
Orang tua sebagai pengasuh pertama bagi orang tua memiliki peran yang sangat penting
anak memiliki beberapa peran yang sangat yaitu orang tua sebagai tauladan, orang tua
berarti bagi pertumbuhan dan perkembangan sebagai pendidik dan orang tua sebagai
anak. Yang pertama adalah orang tua berperan pemberi motivasi, serta orang tua sebagai
sebagai teladan sebagaimana telah dijelaskan pemberi kasih sayang bagi anak. Adapun
oleh Nabi bahwa keteladanan lebih berarti langkah-langkah untuk meningkatkan
daripada ucapan. Maka orang tua harus kecerdasan spiritual anak ada 4 yaitu:
memiliki komitmen yang kuat atas apa yang menstimulasi kecerdasan spiritual anak,
telah diucapkan terhadap anak-anaknya. mengembangkan dan mengevaluasi
Sehingga ucapan tersebut sesuai dengan kecerdasan priritual yang telah dimiliki oleh
pengaplikasian orang tua dalam bentuk anak. Namun sebagai orang tua juga harus
tingkah laku dalam kehidupan sehari-harinya. memperhatikan hal-hal yang dapat
Kedua orang tua sebagai pendidik pertama bagi mempengaruhi kecerdasan spiritual anak baik
anak yang memiliki tanggung jawab penuh dalam keluarga ataupun dalam masyarakat
untuk memberikan pendidikan yang baik sekitar (lingkungan bermain) agar kecerdasan
dalam upaya meningkatkan kecerdasan spiritual anak dapat terlatih dengan sempurna.
spiritual anak. Misalnya memberikan Dalam penelitian ini, penulis sangat
pendidikan tentang ketuhanan, tentang berharap kepada pembaca khususnnya bagi
perbedaan hal yang baik dan buruk beserta orang tua agar kecerdasan spiritual anak
hukuman bagi pelakunya dan sebagainya dilatih dan dikembangkan sejak dini karena
walaupun masih pada tingkat dasar. Ketiga usia dini (0-6 tahun) merupakan fase keemasan
orang tua sebagai pemberi motivasi yang
Peran Orang Tua... (Nur Hotimah; Yanto) | 93

(golden ege) yang bisa menentukan fase-fase Fitria, N. 2016. Pola Asuh Orang Tua Dalam
selanjutnya. Penulis juga berharap agar orang Mendidik Anak Usia Prasekolah
tua lebih mengutamakan kecerdasan spiritual Ditinjau Dari Aspek Budaya
anak daripada kecerdasan-kecerdasan yang Lampung. Jurnal Fokus Konseling, 2 (2).
lain. Karena kecerdasan spiritual merupakan
kunci dari kesuksesan seseorang baik di dunia Hanafi, R. 2010. Spiritual Intelligence,
maupun diakhirat kelak. Sehingga apabila dua Emotional Intelligence And Auditor’s
harapan ini bisa terpenuhi, maka masa depan Performance. Jaai, 14 (1).
bangsapun akan terjamin karena masa depan Holis, A. 2016. Belajar Melalui Bermain untuk
bangsa berada pada tangan pemuda. Dan jika Pengembangan Kreativitas dan
pemuda-pemudi Indonesia memiliki bekal Kognitif Anak Usia Dini. Jurnal
kecerdasan spiritual yang tinggi, maka bangsa Pendidikan Universitas Garut, 9 (1).
ini akan menjadi baldatun toyyibatun
warobbunghafur. Javdan Moosa, & Ali, N. 2011. Hubungan
Studi Anntara Gaya Pengasuhan dan
DAFTAR RUJUKAN Kecerdasan Spiritual. Journal of Life
Science and Biomedicine, 1 (1).
Aisyah, R., Fitriyani, & Suparni. 2017. ibM Pasiak, T. 2007. Manajemen Kecerdasan
Harmoni Kecerdasan Untuk Janin Memberdayakan IQ, EQ, dan SQ untuk
Melalui Ibu Hamil. Prosiding Seminar Kesuksesan Hidup,. Bandung: Mizan
Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian
Pustaka.
Dan Pengabdian Masyarakat.
Puspitasari, R., Dwi Hastuti, & Herawati, T.
Amelia, B., Veny Elita, & DewiYulia. 2015. 2015. Pengaruh Pola Asuh Disiplin
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dan Pola Asuh Spiritual Ibu Terhadap
Dengan Motivasi Melanjutkan Karakter Anak Usia Sekolah Dasar.
Pendidikan Ke Perguruan Tinggi Pada Jurnal Pendidikan Karakter, 5 (2).
Remaja Di Daerah Pesisir Riau. Jom
Vol 2 No 2. Rakhmawati, I. 2015. Mengembangkan
Kecerdasan Anak Melalui Pendidikan
Amini, M. 2015. Profil Keterlibatan Orang Usia dini. Jurnal Thufula, 3 (2).
Tua Dalam Pendidikan Anak Usia Tk.
Jurnal Ilmiah Visi Pptk Paudni, 10 (1). Scott-Kassner, C. 2018. Developing Teachers
for Early Childhood Programs. Music
Ancok, D., & Soroso, F. 2005. Psikologi Islam; Educators Journal, 86 (1).
Solusi Islam atas Problem-Problem
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Suharsono. 2002. Mencerdaskan Anak. Depok:
Iniasi Press.
Anis Fauzi, & Subihat, I. 2016.
Pengembangan Kecerdasan Spiritual Vaughan, F. 2003. What is Spiritual
dalam Pembelajaran Pendidikan Intelligence? Journal of Humanistic
Agama Pada Anak Pra Sekolah. Jurnal Psychology, 42 (2).
Kajian Keislaman, 3 (1).
Wink, P., Dillon, & Prettyman, A. 2007.
Balson, M. 1993. Bagaimana menjadi Orang Tua Religiousness, Spiritual Seeking, and
yang Baik. Jakarta: Bumi Aksara. Authoritarianism: Findings from a
Longitudinal Study. Journal for the
Djamarah. 2004. Pola Komunikasi Orang TUa & Scientific Study of Religion, 46 (3).
Anak Dalam Keluarga. Jakarta: PT.
Rineka Cipta. Zohar, D., & Marshal, I. 2004. , Spritual
Capital; Memberdayakan SQ di Dunia
Eifiah, R. 2014. Mengembangkan Potensi Bisnis. bandung: mizan pustaka.
Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini
Implikasi Bimbingannya. Jurnal
Bimbinngan Dan Konseling, 1 (1).

Anda mungkin juga menyukai