Anda di halaman 1dari 60

PENANAMAN NILAI AQIDAH PADA ANAK USIA DINI DI

KELOMPOK BERMAIN PERMATA BUNDA KECAMATAN LEMBAH


GUMANTI KABUPATEN SOLOK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Oleh

MIRA PERMATA SARI


2116.001

Pembimbing

Charles, S.Ag., M.Pd.I


NIP : 197704112003121002

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BUKITTINGGI

1441 H/2020 M
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan

dan mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam masyarakat dan

kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai

dan norma-norma tersebut serta mewariskannya kepada generasi

berikutnya untuk di kembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi

dalam suatu proses pendidikan.1

Pendidikan pada saat ini terkadang hanya terfokus kepada

pengembangan kecerdasan intelektual saja dan memisahkan antara ilmu

agama dengan ilmu pengetahuan. Kecerdasan intelektual yang samapai

saat ini digunakan oleh orang tua dan praktisi pendidikan, dalam

kenyataannya tidak sepenuhnya mendudkung kesuksesan seseorang.

Banyak orang secara intelektual berhasil dibuktikan dengan nilai rapor dan

hasil ujian yang bagus akan tetapi setelah dewasa kehipannya tidak

berhasil secara sosio emosionalnya. Oleh karena itulah kecerdasan lain

yang ada pada manusia perlu dikembangkan. Di samping intelektual, juga

terdiri dari kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.2

1
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 1-2
2
Tim Penelitian Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, Paradigma Baru
Pembelajaran Keagamaan di Madrasah Ibtidaiyah (Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan
Agama Jakarta,2008), hal 93

1
2

Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan kita

sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan mengelola emosi dengan baik

pada diri sendiri dan hubungannya dengan orang lain. Sedangkan

kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian diri

kita yang berhubungan dengan kerifan diluar ego, atau jiwa sadar. Dan

inilah kecerdasan yang kita gunakan untuk mengetahui nilai-nilai yang

ada. Kecerdasan ini berkenaan dengan penghayatan pada Tuhan dan nilai-

nilai ketuhanan. Yang dalam islam disebut dengan aqidah.3

Untuk itu dalam proses pendidikan harus ditanamkan aqidah yang

benar untuk menggabungkan tiga unsur kecerdasan yakni kecerdasan

intelektual, emosional dan spiritual. Sehingga mampu menciptakan

generasi intelektual yang beradap karena memiliki akhlaqul karimah, dan

itu harus dimulai sedini mungkin, karena pada saat anak berumur 08 tahun

pada saat itu landasan keberhasialn seorang anak dibangun.

Rasulullah SAW bersabda : yang artinya tuntutlah ilmu itu dari

ayunan sampai ke liang lahat. Hadis ini menekankan betapa pentingnya

seseorang untuk belajar sedini mungkin, bahkan sejak dalam buaian. Inilah

letak dasar pendingnya pendidikan bagi anak usia dini dalam Islam.

Sebagaimana kata pepatah Mendidik anak pada usia dini bagaikan melukis

diatas batu. Yang tidak akan mudah hilang, bahkan akan melekat dalam

jiwa anak hingga kelak dia dewasa. Pendidikan anak usia dini adalah

3
Tim Penelitian Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, Paradigma Baru Pembelajaran
Keagamaan di Madrasah Ibtidaiyah (Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama
Jakarta,2008), hal 95-114
3

peletak dasar bagi pendidikan anak selanjutnya. Keberhasilan pendidikan

usia dini sangat berperan besar bagi keberhasilan anak di masa-masa

selanjutnya.

Secara teoritis pendidikan agama seharusnya dapat membentuk

kepribadian anak, hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan agama yang

akhirnya iman dan taqwa kepada Allah SWT. Jika seseorang telah beriman

dan bertaqwa dengan sebenar-benarnya, maka semua perbuatannya akan

mencerminkan nilai-nilai agama, menjalankan segala yang diperintahkan

dan meninggalkan semua yang dilarang.

Salah satu sikap yang harus dimiliki seorang anak untuk menjadi

seorang manusia yang baik dan benar adalah memiliki sikap dan nilai

moral yang baik dalam berperilaku sebagai umat beragama, anak, anggota

keluarga, dan anggota masyarakat. Anak usia dini adalah mereka yang

berusia antara 3-6 tahun Usia prasekolah atau usia dini merupakan saat

yang paling baik bagi guru untuk meletakkan dasar-dasar pendidikan nilai,

moral dan agama kepada anak. Walaupun peran orang tua sangatlah besar

dalam membangn dasar moral dan agama bagi anak-anaknya di dalam

keluarga, peran guru juga tidak kalah penting dalam meletakkan dasar

moral dan agama bagi anak, karena biasanya anak-anak yang masih berada
4

di lembaga pendidikan anak usia dini sangat mengidolkan dan senang

menuruti gurunya. 4

Masa anak usia dini disebut juga masa awal kanak-kanak yang

memiliki berbagai karakter atau ciri-ciri. Bagi orang tua masa kanak-kanak

merupakan usia yang usil, karena nak-anak berada dalam proses

pengembangan kepribadian. Proses ini berlangsung dengan disertai

perilaku-perilaku yang kurang menarik untuk orang tua, misalnya

melawan orang tua, maah tanpa alasan, takut yang tidak rasional, dan

sering juga merasa cemburu. Selain dikatakan usia yang sulit, anak usia

dini oleh orang tua juga dianggap sebagai usia bermain kerena pada masa-

masa ini anak-anak menghabiskan banyak waktu untuk bermain dan

puncaknya ada pada tahun-tahun tersebut.

Awal kanak-kanak disebut sebagai usia prasekolah. Sebutan ini

diberikan dengan maksud untuk membedakan antara anak-anak yang

berada dalam pendidikan formal dan yang belum. Oleh karena itu, tekanan

yang diberikan untuk anak prasekolah merupaka usia persiapan menuju

sekolah formal.

Usia dini disebut juga usia menjelajah atau usia bertanya. Sebutan

ini dikenakan pada mereka karena mereka dalam tahap ini tahu keadaan

lingkunannya, bagaimana mekanismenya,bagaimana perasaannya serta

bagaimana supaya anak dapat menjadi bagian dari lingkungannya. Anak-

4
Cucu Sutansyah, Pendidikan Di Indonesia Permasalahan dan Solusinya, (Yogyakarta:
Media Akademi, 2016), hal . 88-92
5

anak meniru tingkah laku dan pembicaraan orang lain. Namun demikian,

pada usia meniru ini, anak-anak juga sering kedapatan menunjukkan

kreativitas dalam bermain. Oleh karena itu, masa ini juga disebut sebagai

usia kreatif.5

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah salah satu upaya yang

dilakukan orang dewasa untuk membina anak usia dini melalui pemberian

ransangan pendidikan untuk membantu tumbuh kembang jasmani dan

rohani mulai dari anak dilahirkan hingga anak tersebut matang dalam

memecahkan masalahnya supaya kelak anak tersebut memiliki kesiapan

dalam menempuh pendidikan dasar dan kehidupan pada tahap-tahap

selanjutnya. Dalam hal ini pendidikan sejatinya bukan dilakukan setelah

menginjak usia SD, melainkan pendidikan tersebut sudah harus dilakukan

hingga sedini mungkin atau sejak anak baru dilahirkan. Pendidikan sejak

usia dini itu dikatakan sangat penting, dikarenakan pendidikan ini

merupakan awal dari pengetahuan-pengetahuan dasar yang harus dimiliki

oleh peserta didik.

Keberadaan lembaga pedidikan anak usia dini sangat dibutuhkan

sebagai sarana bagi masyarakat dalam membantu mempersiapkan anak-

anak menjadi individu yang berilmu, beramal dan bertaqwa. Melihat

fenomena tersebut lemabaga pendidikan anak usia dini mulai

mempersiapakan dengan visi dan misi untuk mencetak generasi bangsa

5
Riana Mashar, Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 7-8
6

yang cerdas dan memiliki akhlakul karimah. Oleh karena itu, agar tidak

semakin tertinggal, terpuruk dan tergerus oleh zaman, pendidik perlu

menanamkan niali-nilai Pendidikan Agama Islam pada anak usia dini agar

keimanan anak menjadi kuat dan kokoh sehingga dapat menjadi generasi

bangsa yang berkualitas.

Penanaman nilai-nilai agama Islam seperti halnya keimanan,

ketaqwaan dalam beribadah, ikhlas, tawakkal, syukur, sabar harus di

tanamkan sejak dini agar anak kelak dalam kehidupannya bisa menjadi

orang yang selalu beriman dan mengerjakan amal-amal sholeh untuk itu

perlu penanaman nilai-nilai agama sejak usia dini.

Dalam penanamana nilai-nilai agama Islam sejak usia dini, maka

diperlukan metode bermain, metode bercerita, metode bernyanyi, metode

darmawisata.

Masih banyak anak-anak yang tidak menyukai pembelajaran

sehingga apa yang

Penanaman nilai nilai tersebut, bukanlah suatu hal yang ringan

seperti membalikkan telapak tangan, namun untuk mewujudkannya

memerlukan tekad yang kuat dan kesabaran yang ekstra. KB Permata

Bunda merupakan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini yang didirikan

dengan tujuan untuk membantu meletakkan dasar terbentuknya pribadi

muslim seutuhnya dalam mengembangkan berbagai potensi baik psikis

dan fisik, yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional,
7

kognitif, bahasa, fisik atau motorik, kemandirian dan seni. Tujuan KB

Permata Bunda tersebut sesuai dengan standar Pendidikan Anak Usia Dini

yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 58

tahun 2009.

Berdasarkan latar belakang tersebut, muncul dari benak peneliti

ingin meneliti tentang “Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam

pada Anak Usia Dini di KB Permata Bunda, kecamatan Lembah Gumanti,

Kabupaten Solok Tahun Pelajaran 2019/2020”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakam di atas, maka

dapat diidentifikasi beberapa masalah yang muncul yaitu sebagai berikut:

1. Belum optimalnya pembelajaran PAUD yng menekankan pada

penanaman nilai-nilai aqidah.

2. Media masa yang berdampak negative mempengaruhi tumbuh

kembang anak.

3. Jumlah anak-anak dan remaja yang memiliki akhlak yang tidak

terpuji.

C. Batasan Masalah

Agar lebih terarahnya uraian pada identifikasi masalah, maka

penulis membatasi pokok permasalahan yaitu : Metode yang digunakan

dalam penanaman nilai aqidah pada anak usia dini di kelompok bermain

permata bunda.
8

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang penulis uraikan, maka dapat

merumuskan masalah yaitu, Bagaimana Metode Dalam Penanaman Nilai

Aqidah Pada Anak Usia Dini Di Kelompok Bermain Permata Bunda.

E. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian pasti mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Demikian

juga dengan yang dilakukan penulis, berdasarkan rumusan masalah

diatas, maka tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah untuk

mengetahui metode dalam penanaman nilai aqidah pada anak usia dini

di kelompok bermain permata bunda.

F. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang

jelas tentang bagaimana penanaman nilai-nilai agama Islam pada anak

usia dini. Dari informasi tersebut diharapkan mampu memberikan manfaat

secara praktis maupun teoritis yaitu:

1. Secara Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pikiran

terhadap khazanah ilmiah dalam pengembangan ilmu pengetahuan

terutama yang berkaitan dengan penanaman nilai-nilai agama

Islam.

b. Dari hasil penelitian ini akan diketahui tentang bagaimana

penanaman nilai-nilai agama Islam pada anak usia dini di


9

kelompok bermain Permata Bunda kecamatan Lembah Gumanti

kabupaten Solok.

2. Secara Praktis

a. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk

pengembangan lembaga pendidikan, khususnya di kelompok

bermain permata bunda kecamatan Lembah Gumanti kabupaten

Solok dalam menanamkna nilai-nilai agama islam agar bisa

mencapai visi, misi dan tujuan yang ada di sekolah.

b. Bagi guru

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk

melaksanakan kebijaksanaan dalam meningkatkan pendidikan

agama Islam melalui pembelajaran di kelas-kelas terutama yang

terkait dalam penanaman nilai-nilai agama islam siswa.

c. Bagi penulis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai penerapan

ilmu pengetahuan yang penulis peroleh serta untuk menambah

wawasan dan pengalaman baik di dalam bidang penelitian

maupun penulisan karya ilmiyah dan sebagai tugas akhir syarat

untuk mendapatkan gelar S-1.

d. Bagi peneliti selanjutnya

Dengan dilaksanakan penelitian ini, diharapkan dapat:


10

a) Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti yang

akan datang sebagai bahan kajian penunjang dan bahan

pengembang perancangan penelitian dalam meneliti

hal-hal yang berkaitan dengan topik di atas.

b) Menambah wawasan bagi para praktisi pendidikan

tentang pentingnya peran guru dalam membantu para

siswanya dalam menanamkan nilai-nilai agama islam.

e. Bagi perguruan tinggi

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi sebagai tambahan

sumber ilmu dan sumbangan pemikiran untuk tercapainya

tujuan pendidikan agama Islam.

H. Penegasan Judul

Agar semua pihak dalam memahami skripsi penelitian ini tidak

mengalami salah pemahaman, maka penulis perlu menjelaskan istilah

yang terkandung dalam judul skripsi tersebut. Adapun untuk lebih

mempermudah dalam pemahamannya maka dapatlah penulis jelaskan

pengertian judul itu secara per-kata sebagai berikut:

1. Definisi Konseptual

a. Penanaman Nilai Aqidah

Pertama penanaman menurut pusat pembinaan dan

pengembangan bahasa berasal dari kata “tanam” yang artinya

menaruh, menaburkan (paham, ajaran, dan sebagainya),


11

memasukkan, membangkitkan atau memelihara (perasaan,

cinta kasih, semangat dan sebagainya). Sedangkan penanaman

itu sendiri berarti proses / caranya, perbuatan menanam (kan).

Kedua nilai adalah suatu seperangkat keyakinan atau

perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan

corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan

maupun perilaku.6 Ketiga adalah aqidah dalam istilah islam berarti

iman. Semua sistem kepercayaan atau keyakinan bisa dianggap

sebagai salah satu aqidah.

b. Anak Usia Dini

Anak usia prasekolah atau usia dini menurut Biecher dan

Snowman adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun. Di

Indonesia mereka biasanya mengikuti program penitipan anak (3

bulan-5 bulan dan kelompok bermain (KB) usia 3 tahun,

sedangkan pada usia 4-6 biasanya mereka mengikuti program

taman kanak-kanak (TK). Dalam undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional tahun 2003 disebutkan: usia dini adalah

rentang umur 0-6 tahun, yang mana masa ini adalah masa yang

sangat berharga dalam kehidupan manusia. Untuk meletakkan

dasar pondasiyangkuat, masa ini hendaknya dimanfaatkan

seoptimal mungkin guna menumbuh kembangkan kemampuan

6
Abu Ahmadi& Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, PT Bumi Aksara,
Jakarta, 2004, Hal 202
12

fisik, motorik dan sosial anak. Sebagai masa berkembangnya otak

manusia secara pesat sesuai dengan penelitian ahli neurologi, tidak

disangsikan lagi bahwa pada usia ini seorang anak melalui masa

keemasan perkembangannya.7

c. Kelompok Bermain

Kelompok bermain adalah salah satu bentuk

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan non formal yang

memberikan layanan pendidikan bagi anak usia 2-6 tahun,

untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, agar

kelak siap memasuki pendidikan lebih lanjut.

Jadi yang dimaksud dengan penanaman nilai aqidah

pada anak usia dini di kelompok bermain adalah proses atau

perbutan menanamkan iman atau kepercayaan pada mereka

yang berusia antara 2-6 tahun yang mengikuti program di

Kelompok Bermain sehingga mereka bisa mengamalkan ajaran

agama Islam.

G. Sistematika Penulisan

Poposal ini terdiri dari tiga bab dengan sistematika penyusunan

sebagai berikut.

7
Cucu Sutansyah, PENDIDIKAN DI INDONESIA;NPERMASALAHAN DAN
SOLUSI, Media Akademi,Yogyakarta, 2016, Hal 93
13

Bab I adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah,

identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, penegasan judul dan sistematika

penulisan.

Bab II adalah landasan teoritis, terdiri dari pengertian penanaman

nilai aqidah, anak usia dini.

Bab III adalah metodologi penelitian yang berisikan jenis

penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan

data, dan teknik pengolahan data.

Bab IV adalah hasil penelitian pada bab ini berisi temuan umum,

sejah singkat KB Permata Bunda, visi dan misi KB Permata

Bunda,keadaan guru dan keadaan murid serta sarana prasarana.

Bab V adalah penutup pada bab ini berisi kesimpulan dan saran.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teoritik

1. Nilai Aqidah

a. Pengertian Nilai

Nilai berasal dari bahasa Latin vale’re’ yang artinya berguna,

mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai dipandang baik,

bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau

sekelompok orang. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan

hal itu disukai, diinginkan,dikejar, dihargai, berguna dan dapat

membuat orang yang menghayatinya menjadi bermartabat.

Menurut Steeman nilai adalah sesuatu yang memberi makna

pada hidup, yang memberikan acuan, titik tolak dan tujuan hidup.

Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang dapat mewarnai dan

menjiwai tindakan seseorang. nilai itu lebih dari sekedar keyakinan,

nilai selalu menyangkut pola pikir dan tindakan, sehingga ada

hubungan yang amat erat antara nilai dan etika.

Nilai merupakan preferensi yang tercermin dari perilaku

seseorang, sehingga seseorang akan melakukan atau tidak

melakukan sesuatu tergantung pada sistem nilai yang dipegangnya.1

1
Sutarjo Adisusilo, PEMBELAJARAN NILAI-KARAKTER, PT RAJAGRAFINDO
PERSADA, Jakarta, 2012, Hal 56.

15
16

Perkataan aqidah berasal dari bahasa arab “aqada” yang

berarti ikatan atau simpulan. Aqidah yaitu ikatan atau simpulan

khusus dalam kepercayaan. Sedangkan menurut istilah, aqidah

bermakna kepercayaan yang terikat erat atau tersimpul kuat dalam

jiwa seseorang sehingga tidak mungkin tercerai dan terurai. Aqidah

menurut syara’ bermakna kepercayaan atau keimanan kepada

hakikat-hakikat atau nilai-nilai yang mutlak, yang tetap dan kekal,

yang pasti dan hakiki, yang kudus dan suci seperti yang diwajibkan

oleh syara’ yaitu beriman kepada Allah SWT, rukun-rukun iman,

rukun-rukun islam, dan perkara-perkara ghaibiyyat.

Aqidah ialah sesuatu yang mengharuskan hati seseorang

membenarkannya, yang membuat jiwa seseorang tenang, tentram

kepadanya dan yang menjadi kepercayaan seseorang yang bersih

dari kebimbangan dan keraguan.8

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan

bahwa aqidah ialah apa yang diyakini seseorang dan tidak ada

keraguan pada keyakinannya tersebut. Sedang bisakan nilai aqidah

adalah sesuatu yang menjadikan seseorang itu menjadi memiliki

keyakinan dan kepercayaan yang membuat dia dihargai dan berguna

sampai di akhirat nanti.

8
Hasan al-banna, Aqidah Islam, (Bandung: Al-Maarif, 1983) hal 9
17

b. Penanaman Nilai Moral dan Ajaran Agama

Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan

secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama.

Menurut Usman, proses pembelajaran merupakan suatu proses yang

mengandung serangkaian perbuatan guru dan murid atas dasar

hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

untuk mencapai tujuan tertentu. Proses pembelajaran memiliki

makna dan pengertian yang lebih luas dari pada pengertian

mengajar.

Selanjutnya Usman menguraikan serangkaian proses yang

ada dalam proses pembelajaran secara berurutan sebagai berikut :

1) Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK).

2) Menentukan materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan

tersebut.

3) Menentukan metode mengajar yang merupakan wahana

pengemabangan materi pengajaran.

4) Menentukan alat peraga yang dapat digunakan untuk

mempermudah dan memperjelas penerimaan materi pelajaran.

5) Menentukan alat evaluasi yang dapat mengukur tercapai-

tidaknya tujuan pembelajaran.2

2
Cucu Sutansyah, Pendidikan di Indonesia Permasalahan dan Solusi, (Yogyakarta:
Media Akademi, 2016), hal. 103
18

Direktorat PAUD menetapkan bahwa pelaksanaan

pendidikan untuk anak usia dini didasarkan atas pendekatan-

pendekatan sebagai berikut:

1) Berorientasi pada kebutuhan anak.

2) Belajar melalui bermain.

3) Kreatif dan inovatif.

4) Lingkungan yang kondusif.

5) Menggunakan pembelajaran terpadu.

6) Mengembangkan keterampilan hidup.

7) Menggunakan berbagai media dan sumber belajar.

8) Pembelajaran yang berorientasi pada prinsip-prinsip

perkembangan anak dan

9) Stimulasi terpadu.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58

tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia dini diterapkan

bahwa tingkat pencapaian yang diharapkan dari perkembangan anak

usia dini kelompok usia 2-<4 tahun yang menyangkut aspek nilai-

nilai agama dan moral adalah sebagai berikut:


19

Tabel 1. Tingkat Pencapaian Perkembangan Kelompok Usia 2-<4

tahun

Lingkup Tingkat Pencapaian Perkembangan


Perkembangan 2-<3 tahun 3-<4 tahun
Nilai-nilai agama 1. Mulai 1. Mulai
dan moral meniru memahami
(merespon hal-hal gerakan pengertian
yang berkaitan berdoa/semb perilaku
dengan nilai agama ahyang berlawanan
dan moral sesuai meskipun
dengan belum selalu
agamanya dilakukan
2. Mulai seperti
meniru doa pemahaman
pendek perilaku baik-
sesuia buruk, benar-
agamanya salah, sopan-
3. Mulai tidak sopan
memahami 2. Mulai
kapan memahami arti
mengucapka kasihan dan
n salam, sayang pada
terima ciptaan Tuhan
kasih,maaf,d
sb

Dalam pelaksanaan di kelas, strategi yang dapat dilakukan

pada pembelajaran moral dan nilai-nilai agama adalah program

kegiatan rutinitas, program kegiatan terintegrasi, dan program

kegiatan khusus.9

Madjid, menyatakan bahwa terdapat beberapa macam nilai-nilai

agama mendasar yang harus ditanamkan pada seorang anak dan

9
Cucu Sutansyah, PENDIDIKAN DI INDONESIA;NPERMASALAHAN DAN
SOLUSI, Media Akademi,Yogyakarta, 2016, Hal 103-105
20

kegiatan menanamkan nilai-nilai inilah yang sesungguhnya menjadi

inti pendidikan agama. Diantaranya ialah :

1) Iman, yaitu sikapbatin yang penuh kepercayaan kepada Tuhan.

Aqidah tauhid merupakan bagian yang paling mendasar dalam

ajaran Islam, tauhid itu sendiri adalah mengesakan Allah swt

dalam dzat, sifat, af’al, dan beribadah hanya kepada-Nya. Tauhid

dibagi menjadi empat bagian yaitu Al-Uluubiyah, Al-Asmaa’wa

Ash-shifaat, Al-Mulkiyah.

2) Islam adalah istilah (sikap berserah diri) yang membawa

kedamaian dan kesejahteraan (as salam) serta dilandasi oleh jiwa

yang ikhlas.

3) Ihsan yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah swt

senantiasa hadir bersama umat-Nya dimanapun umat-Nya

berada,sehingga umat Islam senantiasa merasa terawasi.

4) Taqwa adalah sikap sadar bahwa Allah swt selalu mengawasi

umatNya, sehingga umatNya akan senantiasa berhati-hati dan

hanya berbuat sesuatu yang diridhai Allah swt senantiasa

menjaga diri dari perbuatan yang tidak diridhaiNya.

5) Ikhlas yaitu sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan

seseorang semata-mata demi memperoleh ridha Allah swt.

6) Tawakkal yaitu sikap senantiasa bersandar kepada Allah swt

dengan penuh harapan kepadanNya dan keyakinan bahwa Allah

akan menolong dalam mencari dan menemukan jalan terbaik.


21

7) Syukur yaitu sikap penuh rasa terima kasih dan penghargaan atas

segala nikmat dan karuiaNya. Jika manusia tidak perlu

bersyukur, maka berarti dia telah mengingkari dan tidak

mengimani siapa sang pemberi segala nikmat tersebut. Allah swt

berfirman dalam Q.S Ibrahim/14: 7

2. Pendidikan Anak Usia Dini

a. Pengertian Anak Usia Dini

Anak usia dini atau anak prasekolah menurut Bieclher dan

Snowman adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun. Di

Indonesia mereka biasanya mengikuti penitipan anak (3 bulan -5

tahun) dan kelompok bermain (KB) usia 3 tahun, sedangkan pada

usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program taman kanak-

kanak (TK).8

Usia dini merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan

yang sangat menentukan perkembangan masa selanjutnya. Berbagai

studi yang dilakukan para ahli menyimpulkan bahwa pendidikan

anak sejak usia dini dapat memperbaiki prestasi dan meningkatkan

produktivitas kerja masa dewasanya.

Erickson mengemukakan bahwa masa kanak-kanak

merupakan gambaran manusia sebagai manusia. Perilaku yang

8
Ibid, halaman 93
22

berkelainan pada masa dewasa dapat dideteksi pada masa kanak-

kanak.9

Usia dini juga disebut sebagai usia menjelajah atau usia

bertanya. Selain dua istilah tersebut anak usia dini juga disebut usia

meniru. Anak-anak meniru pembicaraan dan tingkah laku orang lain.

Pada usia meniru ini, anak-anak juga sering kedapatan menunjukkan

kreatifitas dalam bermain. Oleh karena itu, masa ini juga disebut

sebagai usia kreatif.

Adapun perkembangan moral anak jika ditinjau dari ilmu

agama secara umum dilihat bahwa anak usia dini identik dengan

pemahamannya akan keberadaan Tuhan. Oleh karenanya guru

diharapkan dapat menyesuaikan metode mengajar untuk

mengenalkan anak dan Tuhannya.

Perlu diketahui bahwa dunia anak tidaklah sama dengan

orang dewasa. Hal inilah yang sangat perlu dipahami oleh orang

dewasa baik orang tua maupun pendidik yang terlibat dalam

pembelajaran anak usia dini. Perbedaan yang sangat jelas dapat

dilihat dari cara menghayati adanya berbagai konsistensi objek-objek

baik bentuk, warna, jumlah, berat, dan sebagainya.

Bagi orang dewasa, kesadaran dan konsisten objek sudah

dimilikinya. Sebuah benda sudah diyakini masih ada meski tidak

9
Syamsu Yusuf, Perkembangan Peserta Didik Mata Kuliah Dasar Profesi (MKDP) bagi
Para Mahasiswa Calon Guru di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), (Jakarta:PT
RAJAGRAFINDO PERSADA, 2014), hal. 47
23

dilihat secara langsung. Sedangkan pada anak-anak, suatu benda

yang ada pada sekitarnya tidaklah konsisten, berubah-ubah terus,

baik warna, bentuk, jumlah, berat dan sebagainya. Selain itu, bagi

anak-anak benda yang dapat bergerak itu hidup. Seperti sepeda yang

dapat berjalan adalah karena sepeda itu hidup.

Secara umum, masa ini memiliki karakteristik atau sifat-sifat

sebagai berikut :

1) Unik. Artinya sifat anak itu berbeda satu sama lainnya. Anak

memiliki bawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang

kehidupan masing-masing. Meskipun terdapat pola urutan umum

dan perkembangan anak yang dapat diprediksi, pola

perkembangan anak yang dapat diprediksi, pola perkembangan

dan belajarnya tetap memiliki perbedaan satu sama lainnya.

2) Egosentris. Anak lebih cendrung melihat dan memahami sesuatu

dari sudut pandang dan kepentinganya sendiri. Bagi anak sesuatu

itu akan penting sepanjang hal tersebut terkaid dengan dirinya.

3) Aktif dan Energik. Anak lazimnya senang melakukan berbagai

aktivitas. Selama terjaga dari tidur, anak seolah-olah tidak pernah

lelah, tidak pernah bosan, dan tidak pernah berhenti dari

aktivitas, terlebih lagi kalau anak dihadapkan pada suatu kegiatan

yang baru dan menantang.

4) Rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal..

Anak cendrung banyak memerhatikan, membicarakan, dan


24

mempertanyakan berbagai hal yang sempat dilihat dan

didengarnya, terutama terhadap hal-hal yang baru.

5) Eksploratif dan berjiwa petualang. Terdorong oleh rasa ingin

tahu yang kuat, anak lazimnya senang menjelajah, mencoba, dan

mempelajari hal-hal baru. Anak senang membongkar pasang

alat-alat mainan yang baru dibelinya. Kadang-kadang ia terlibat

secara intensif dalam kegiatan memperhatikan, memainkan, dan

melakukan sesuatu dengan benda-benda yang dimilikinya.

6) Spontan, perilaku yang ditampilkan anak umumnya relatif asli

dan tidak ditutup-tutupi sehingga merefleksikan apa yang ada

dalam perasaan dan pikirannya. Ia akan marah kalau ada yang

membuatnya jengkel, ia akan menangis kalau ada yang

membuatnya sedih, adan ia pun akan memperhatikan wajah yang

ceria kalau ada yang membuatnya gembira, tidak peduli dimana

dan dengan siapa ia berada.

7) Senang dan kaya dengan fantasi. Anak senang dengan hal-hal

yang imajinatif. Anak tidak hanya senang terhadap cerita hayalan

yang disampaikan oleh orang lain. Kadang-kadang ia juga dapat

bercerita melebihi pengalaman aktualnya atau kadang-kadang

bertanya tentang hal-hal yang gaib sekalipun.

8) Masih mudah frustasi. Umumnya anak masih mudah frustasi,

atau kecewa bila menghadapi sesuatu yang tidak memuaskan. Ia

mudah menangis atau marah bila keinginannya tidak terpenuhi.


25

Kecendrungan perilaku anak ini terkaid dengan sifat

egoisentrisnya yang masih kuat, sifat spontanitasnya yang masih

tinggi, serta rasa empatinya yang masih relatif terbatas.

9) Masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu sesuai

dengan perkembangan cara berpikirnya, anak lazimnya belum

memiliki rasa pertimbangan yang matang termasuk berkenaan

dengan hal-hal yang membahayakan. Ia kadang-kadang

melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya dan orang lain.

10) Daya perhatian yang pendek. Anak lazimnya memiliki daya

perhatian yang pendek, kecuali terhadap hal-hal yang secara

intrinsik menarik dan menyenangkan. Ia masih sangat sulit untuk

duduk dan memerhatikan sesuatu dalam jangka waktu yang

lama.

11) Bergairah dalam belajar dan belajar dari pengalaman. Anak

senang melakukan berbagai aktivitas yang menyebabkan

terjadinya perubahan tingkah laku pada dirinya. Ia senang

mencari tahu tentang berbagai hal, mempraktikkan berbagi

kemampuan dan keterampilan, serta mengembangkan konsep

dan keterampilan baru. Namun tidak seperti orang dewasa, anak

banyak belajar dari pengalaman melalui interaksi dengan benda

dan orang lain dari pada belajar dari simbol.

12) Semakin menunjukkan minat terhadap teman. Seiring dengan

bertambahnya usia dan pengalaman sosial, anak semakin


26

berminat terhadap orang lain. Ia mulai menunjukkan kemampuan

untuk bekerja sama dan berhubungan dengan teman-temannya.

Ia memiliki penguasaan perbendaharaan kata yang cukup untuk

berkomunikasi dengan orang lain.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

anak usia dini adalah jenjang pendidikan yang ditempuh sebelum

pendidikan dasar biasanya berkisar antara umur 3 tahun - 6

tahun, yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan

untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan

rohani agar anak siap menghadapi pendidikan lanjutan.

Menurut Hurlock, ada tiga kriteria praktis dan mudah

diterapkan untuk mengetahui keadaan anak yang telah mencapai masa

peka (siap ajar), yaitu :

1) Minat belajar. Anak dikatakan siap belajar ketika ia mulai

menunjukkan minat belajar dengan keinginan untuk diajar atau

belajar sendiri. Minat mulai timbul dari keinginan anak untuk

meniru saudara kandung atau temannya yang lebih besar.

2) Minat yang tertahan. Ketika anak telah siap belajar, minat mereka

tetap walaupun mereka menghadapi hambatan dan kesulitan.

3) Kemajuan. Dengan berlatih anak yang telah siap belajar akan

menunjukkan kemajuan walaupun sedikit dan berangsur-angsur.

b. Peran orang tua dalam mengoptimalkan potensi anak.


27

1) Menciptakan suasana keluarga yang kondusif

Para orang tua hendaknya memperhatikan suasana harmonis

dan kondusif dalamkeluarga sehingga memungkinkan

pertumbuhan anak secara normal, meliputi :

a) Sikap orang tua yang authoritative dengan memberikan

kebebasan pada anak untuk berpendapat melalui pemberian

pengarahan-pengarahan yang tidak hanya bersifat satu arah,

sediakan waktu untuk diskusi, hargai pendapat mereka

sekalipun mereka salah.

b) Pertanyaan-pertanyaan anak yang tidak diperhatikan akan

mematikan rasa ingin tahu, yang berdampak pada anak

menjadi masa bodoh dan sikap tidak peduli dan akan

menjadikannya sulit berkembang, baik kecerdasan maupun

kreativitasnya.

c) Bermian, baik dalam arti metode belajar (learning by

playing) maupun bermain bersama anak (aktifitas fisik)

gerakan-gerakan seperti berguling-guling, melompat-lompat,

berayun-ayun, sangat mempengaruhi syaraf-syaraf

kecerdasan anak. Helicopter spin salah satu metode yang

dapat digunakan, melakui bermain dapat dimaksimalkan

saluran indrawi.

d) Berikan keteladan, bagi anak menirukan pekerjaan yang

dilakukan orang tua lebih mudah dibandingkan dengan


28

melakukan apa yang diucapkan, tunjukkan sikap, ucapan

maupun perilaku baik yang dapat dicontoh oleh anak.

e) Hindari hukuman fisik, hukuman fisik lebih banyak

menimbulkan dampak negatif, jika emosi oranag tua sudah

tinggi, hukuman fisik seringkali merupakan pelampiasan

yang tidak terkendali.

f) Berikan perhatian pada kebutuhan anak khususnya yang

berkaitan dengan emosi dan intelektual mereka, harus

disadari bahwa kebutuhan seseorang anak tidak hanya fisik

semata.

2) Kondisikan dengan suasana membaca

Para orang tua dapat memperkenalkan buku cerita pada anak

sedini mungkin dan saat yang paling mudah menanamkan

kebiasaan membaca adalah saat anak belum bisa protes, yaitu

waktu bayi, bahkan sejak dalam kandungan. Jika kita

membacakan cerita kepada bayi setiap malam secara rutin, maka

acara tersebut menjadi suatu ritual yang dinantiakan anak.

Membackan cerita kepada bayi juga mengembangkan

keingintahuan dan kecerdasan anak. Ketika bayi sudah semakin

besar, sudah bisa duduk dipangkuan, mulai meraba buku dan

merasakan kehangatan orang tua pada saat membacakan cerita

dan itu suatu perasaan yang sangat menyenangkan anak.


29

Perasaan itu akan terus terbawa sampai dewasa, inilah yang

disebut dengan neuro association.

Dengan demikian bagi anak buku menajadi suatu yang

menyenangkan saat besar, tiap kali anak memegang buku,

perasaan nyaman akan dirasakan kembali sehingga anak akan

merasa sangat senang atau kehadiran buku di dekatnya. Hal ini

juga dapat dihubungkan untuk mengimbangi dampak televisi

bagi anak.

3) Pemberian sugesti positif dan tidak membandingkan dengan anak

lain

Disarankan agar memberikan dorongan pada apa yang harus

dilakukan bukan yang dilarang, karena dorongan akan membuat

anak berani mencoba sementara larangan membuat anak menjadi

takut untuk mencoba.

Sedangkan tidak disarankan membandingkan dengan anak

lain karena umum manusia tidaka akan berkenaan jika

dibandingkan dengan orang lain demikian juga pada anak. Hal

ini akan berdampak rendahnya percaya diri yang disebabkan

eksistensi diri yang tidak dihargai.

4) Tumbuhkan rasa ingin tahu

Semua anak secara universal suka mengajukan pertanyaan,

demikian juga anak-anak Indonesia. Tetapi begitu mereka

dewasa, nampak perbedaan dengan orang-orang di negara-negara


30

maju pada umumnya, yaitu sebagian besar orang Indonesia tidak

suka bertanya atau lebih suka diam, sedangkan orang Eropa rasa

ingin tahu mereka tetap tinggi.

Di negara maju karena setiap pertanyaan anak selalu

mendapatkan perhatian dan penghargaan dengan memberikan

jawaban yang memuaskan berakibat neoru pathway mereka

semakin kuat. Sebaliknya pada masyarakat kita pertanyaan anak

sering kali diremehkan dan tidak mendapatkan perhatian yang

serius, sehingga berakibat munculnya neuro pathway dan

hilangnya keingin tahuan.

5) Perkenalkan bahasa kedua

Memperkenalkan bahasa (Arab, Inggris, Jepang,

Jerman,Prancis) kepada anak sejak awal adalah saat yang paling

tepat. Kemampuan belajar bahasa asing paling tinggi sejak

kelahiran hingga usia enam tahun, dan sesudah itu menurun serta

tetap dan tak terpulihkan.

6) Pentingnya pendidikan di rumah untuk anak

Masa-masa keemasan dalam pembentukan tingkat kecerdasan

anak adalah pada masa-masa usia balita. Pada usia tersebut,

sebagian besar anak menghabiskan waktunya sebanyak 86%

dirumah. Adalah suatu kesia-siaan apabila orang tua

mengabaikan waktu tersebut hanya dengan membiarkan anak-


31

anak bermain, menonton televisi tanpa suatu arahan pendidikan

yang jelas.10

c. Pendidikan anak usia dini

Dalam pelaksanaanya di Indonesia, sekolah untuk anak usia

dini menurut Rostiawati terbagi antara taman bermain atau KB (usia

3-4 tahun) dan Taman Kanak-Kanak (usia 4-6 tahun).sesuai dengan

kebutuhannya, kedua lembaga ini bukanlah sekolah seperti

layaknya tempat belajar bagi anak-anak yang berusia tua. KB dan

TK adalah taman, tempat anak-anak bermain sambil belajar, tempat

anak-anak ini belajar menyesuaikan diri dengan beberapa hal

sebelum ia masuk sekolah.

Dalam standar kompetensi PAUD dinyatakan bahwa fungsi

pendidikan di KB adalah:

1) Mengenalkan peraturan dan disiplin pada anak.

2) Mengenalkananak pada dunia sekitar

3) Menumbuhkan sikap dan perilaku baik

4) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan

bersosialisasi

5) Mengembangkan keterampilan, kreatifitas dan

kemampuan yang dimiliki anak

6) Menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar.

10
Arsyad, Ahmad, Pendidikan Anak Usia Dini (Panduan Praktis Bagi Ibu dan Calon
Ibu), ALFABETA,CV, Bandung, 2009, hal 27-30
32

Adapun tujuan dari PAUD adalah membantu anak didik

mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang

meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif,

bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki

pendidikan dasar.

Dilihat dari fungsi, tujuan dan ruang lingkup maka jelaslah

bahwa penanaman nilai-nilai moral dan ajaran agama pada anak

usia dini sangatlah penting, yang salah satunya dapat dilakukan

melalui pendidikan nonformal yang berbentuk kelompok bermain

(KB).

d. Metode Pembelajaran Anak Usia Dini

Dalam mengembangkan nilai moral dan ajaran agama anak

dapat digunakan metode-metode yang memungkinkan terbentuknya

kebiasaan-kebiasaan yang di dasari oleh nilai-nilai agama dan

moralitas agar anak dapat menjalani hidup sesuai dengan norma

yang dianut masyarakat (Depdikbud, 1994).oleh karena itu

seseorang guru perlu memberikan pengalaman belajar kepada anak

yang memungkinkan terbentuknya kebiasaan kerja, kebiasaan

menghargai waktu dan kebiasaan memelihara lingkungan.

Sebagai bentuk pelaksanaan di lapangan, pembelajaran pada

anak usia dini dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa

metode menurut direktorat PAUD diantaranya yaitu:

1) Metode Bercerita
33

Bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan

budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya, Gordon &

Browne. Bercerita juga dapat menjadi media untuk

menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat dan

menceritakan atau membacakan cerita yang mengandung nilai-

nilai pendidikan. Melalui cerita daya imajinasi anak dapat

ditingkatkan. Bercerita dapat disertai gambar maupun dalam

bentuk lainnya seperti panggung boneka. Cerita sebaiknya

diberikan secara menarik dan me mbuka kesempatan bagi anak

untuk bertanya dan memberikan tanggapan setelah cerita

selesai. Cerita tersebut akan lebih bermanfaat jika dilaksanakan

sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan anak. Manfaat

dari metode bercerita adalah mengkomunikasikan nilai-nilai

budaya, nilai-nilai sosial, nilai-nilai keagamaan, menanamkan

etos kerja, etos waktu dan etos alam, membantu mengembngkan

fantasi anak, mengembangkan dimensi kognitif anak, dan

mengembangkan dimensi bahasa anak.

2) Metode Bernyanyi

Pendekatan dan penerapan metode bernyanyi adalah suatu

pendekatan pembelajaran yang secara nyata mampu membuat

anak senang dan bergembira. Dengan bernyanyi anak diarahkan

pada situasi dan kondisi psikis untuk membangun jiwa yang


34

bahagia, senang menikmati keindahan, mengembangkan rasa

melalui ungkapan katadan nada, serta ritmik yang memperindah

suasana pembelajaran. Bernyanyi adalah kegiatan dalam

melagukan pesan-pesan yang mengandung unsur pendidikan.

Dengan bernyanyi anak dapat terbawa kepada situasi emosional

seperti sedih dan gembira. Bernyayi juga dapat menimbulkan

rasa estetika.

Dengan mempertimbangkan kondisi anak, maka bernyanyi

dapat diterapkanpada saat pengembangan pembelajaran

nilaimoral melalui penyisipan makna yang ada pada syair atau

kalimat-kalimat yang ada pada lagu tersebut. Lagu yang baik

bagi anak berusia dini adalah lagu yang memperhatikan kriteria

sebagai berikut:

a) Syair / kalimatnya tidak terlalu panjang

b) Mudah dihafal oleh anak

c) Ada misi pendidikannya

d) Sesuai karakter dan dunia anak

e) Nada yang diajarkan mudah dikuasai anak.

3) Metode Darmawisata

Metode darmawisata atau karya wisata merupakan salah satu

metode yang melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan cara

mengamati dunia sesuai dengan kenyataan yang ada secara

langsung yang meliputi manusia, hewan, tumbuhan, dan benda-


35

benda lainnya. Dengan mengamati secara langsung anak

memperoleh kesan yang sesuai dengan pengamatannya.

Pengamatan ini diperoleh melalui panca indra yaitu mata,

telinga, lidah, hidung, kulit atau penglihtan, pendengaran,

pengecapan, perabaan dan pembauan. Bagi anak usia dini, karya

wisata berarti memperoleh kesempatan untuk mengobservasi,

memperoleh informasi, atau mengkaji segala sesuatu secara

langsung Hildebrand dalam Moeslichatoen Karya wisata adalah

kunjungan secara langsung ke objek-objek yang sesuai dengan

bahan kegiatan yang sedang dibahas di lingkungan kehidupan

anak. Kegiatan tersebut dilakukan di luar ruangan terutama

untuk melihat, mendengar, merasakan, mengalami langsung

berbagai keadaanatau peristiwa dilingkungannya. Hal ini dapat

di wujudkan antara lain melalui darmawisata ke pasar, sawah,

pantai, kebun dan lainnya.

4) Bermain Peran

Bermain peran adalah permainan yang dilakukan untuk

memerankan tokoh-tokoh, benda-benda, dan peran-peran

tertentu di sekitar anak. Bermain peran merupakan kegiatan

menirukan perbuatan orang lain disekitarnya. Dengan bermain

peran, kebiasaan dan kesukaan anak untuk meniru akan

tersalurkan serta dapat mengembangkan daya khayal (imajinasi)

dan penghayatan terhadap bahan kegiatan yang dilaksanakan.


36

5) Peraga / Demostrasi

Peraga / demostrasi ini sesuai untuk melatih keterampilan dan

memerlukan contoh yang benar.

6) Pemberian Tugas

Pemberian tugas merupakan metode yang memberikan

kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas berdasrkan

petujuk langsung yang telah dipersiapkan sehingga anak dapat

mengalami secara nyata dan melaksanakan tugas secara tuntas.

Tugas dapat diberikan secara berkelompok ataupun individual.

7) Metode Latihan

Sedangkan latihan adalah kegiatan melatih anak untuk

menguasai khususnya kemampuan psikomotorik yang menurut

koordinasi antara otot-otot dengan mata dan otak. Latihan

diberikan sesuai dengan langkah-langkah secara beruntun.

8) Metode Sentra dan Lingkaran

Metode sentra dan lingkaran merupakan salah satu metode

pembelajaran dalam mendidik anak yang mengedepankan

konsep bermain. Dalam metode ini, alat-alat dan bahan-bahan

main dikelompokkan dalam beberapa sentra sesuai dengan

kebutuhan, semisal sentra imajinasinya. Anak-anak diajak

bermain dengan visualisasi binatang dan memanfaatkan alat dan

bahan dari lingkungan sekitar. Anak diajak membuat alat

permainan dari bahan bekas. Metode ini juga dikenal dengan


37

metode BCCT (Beyond Centre and Circle Time) dan sering

dipakai oleh PAUD/KB berbasis agama dalam melaksanakan

pembelajaran. Namun menurut keterangan yang telah

disampaikan oleh kepala PAUD/KB Wahdatul Ummah, Ibu

Seven Retno, A.Ma, metode BCCT telah habis masa uji

cobanya di Indonesia pada tahun 2010, sehingga untuk sekarang

metode yang diterapkan hanya bernama metode sentra dan

lingkaran.11

11
Cucu Sutarsyah, hal 110-113
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dari pengamatan yang dilakukan di lapangan maka peneliti berupaya

untuk melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Dengan penelitian kualitatif maka peneliti dapat memperoleh data secara

rinci dari gejala yang ditimbulkan pada penanaman nilai aqidah pada anak

usia dini di kelompok bermain permata bunda kecamatan Lembah

Gumanti kabupaten Solok. Penelitian kualitatif merupakan suatu strategi

inquiry yang menekankan pencarian makna, pengertian, konsep,

karakteristik, gejala, simbol, maupun deskripsi tentang suatu fenomena,

fokus dan multimetode, bersifat alami dan holistik, menggutamakan

kualitas, menggunakan beberapa cara, serta disajikan secara naratif. Dari

sisi lain dan secara sederhana dapat dikatakan bahwa tujuan peneltian

kualitatif adalah untuk menemukan jawaban terhadap suatu fenomena atau

pertanyaan melalui aplikasi prosedur ilmiah secara sistematis dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. 1

Penelitian kualitatif dengan tujuan utamanya adalah untuk

memperoleh wawasan tentang topik tertentu, teknik yang digunakan dalam

penelitian kualitatif pada umumnya adalah metode wawancara dan

observasi dengan fokus penelitian adalah eksplorasi.

1
Muri Yusuf,Metode Penelitian:Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan,
(Jakarta, Prenadamedia Gruop, 2014), Hal 329

37
38

B. Lokasi Penelitian

Lokasi dan Subyek Penelitian kualitatif senantiasa berhubungan

dengan subyek penelitian. Penelitian ini dilakukan di Kelompok Bermain

Permata Bunda. Pemilihan lokasi ini sebagai tempat penelitian didasari

dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. KB Permata Bunda Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok,

merupakan salah satu lembaga pendidikan non formal yang

menekankan pada penanaman nilai-nilai agama Islam.

2. Tempat penelitian terjangkau oleh peneliti.

3. Pihak yang berada di KB Permata Bunda Kecamatan Lembag

Gumanti Kabupaten Solok menerima peneliti dengan tangan

terbuka dan akan bekerja sama.

4. Peneliti akan mendapatkan pengalaman baru karena KB Permata

Bunda Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok

mengajarkan serta menekankan penanaman nilai-nilai agama

Islam.

C. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi baik

tentang dirinya ataupun orang lain atau suatu hal kejadian kepada peneliti

atau pewawancara secara mendalam. Purposive sampling yaitu teknik

yang dilandasi tujuan atau pertimbangan tertentu terlebih dahulu,

pengambilan sumber informasi (informan) didasarkan pada maksud yang


39

telah ditetapkan sebelumnya. Purposive dapat diartikan sebagai maksud,

tujuan, atau kegunaan.2 Peneliti mengambil sumber data dengan

menggunakan purposive sampling dengan tujuan mencari data kepada

informan yang paling tahu tentang apa yang diharapkan agar memudahkan

peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti.

Peneliti dapat menjadikan informan sebagai pemandu dalam

menentukan informan lain yang dapat diminta keterangan.3 Adapun yang

menjadi informan kunci pada penelitian ini adalah kepala sekolah KB

Permata Bunda, dan yang menjadi informan pendukung yaitu guru yang

mengajar di KB Permata Bunda.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data.4 dalam mendapatkan data yang akurat untuk mengungkapkan

permasalahan di atas, maka peneliti menggunakan instrumen, sebagai

berikut:

1. Wawancara

2
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Gabungan,(Jakarta : Prenada
Group,2014). Hal 369
3
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Yogyakarta: Erlangga,2009), Hal
106
4
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,2016), Hal 308
40

Wawancara merupakan salah satu teknik yang digunakan

untuk mengumpulkan data penelitian.secara sederhana dapat

dikatakan bahwa wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau

suatu proses interaksi antara pewawancara (interviewer) dan

sumber informasi atau orang yang diwawancarai (interviewee)

melalui komunikasi langsung.5 Jadi wawancara adalah alat

pengumpulan data secara langsung dengan pertanyaan secara lisan

dan jawaban yang diberikan pun secara lisan terkait dengan

penanaman nilai-nilai agama pada anak usia dini di KB Permata

Bunda.

Penelitian ini di lakukan dengan menggunakan wawancara

terencana –terstruktur, yaitu suatu bentuk wawancara dimana

pewawancara dalam hal ini menyusun secara terperinci dan

sistematis rencana atau pedoman pertanyaan menurut pola tertentu

dengan menggunakan format yang baku.6 Pewawancara

membacakan pertanyaan yang telah disusun dan kemudian

mencatat sumber informasi yang tepat. Aspek yang akan

diwawancarai berkenaan dengan penanaman nilai-nilai agama

Islam pada anak usia dini, metode yang digunakan oleh guru dalam

penanaman niali-nilai agama Islam, dan bagaimana tantangan serta

5
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Gabungan, (Jakarta: Prenada
Media Group, 2014), Hal 372
6
Ibid, Hal 376
41

hambatan dalam penanaman nilai-nilai agama Islam di KB Permata

Bunda Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok.

2. Dokumentasi

Dokumentasi maksudnya adalah mengacu pada material

(bahan) seperti fotografi, video, memo, surat, diari, rekaman kasus

klinis, dan sejenisnya yang dapat digunakan sebagai informasi


7
suplemen sebagai bagian dari kajian kasus yang sumber data

utamanya adalah observasi partisipan atau wawancara. Jadi dalam

hal ini dokumentasi yang perlu penulis ambil berupa kondisi

gedung, arsip-arsip dan aktifitas dalam penanaman niali agama

Islam pada anak usia dini itu sendiri.

Dokumentasi di perlukan untuk memperkuat data-data yang

penulis peroleh dari lapangan dengan berupa data secara tertulis

maupun visual dan juga mengabadikan penelitian dalam bentuk

foto mengenai bagaimana proses atau aktivitas ataupun kondisi

dalam menanamkan niali-nilai agama Islam pada anak usia dini

tersebut.

3. Observasi

Dua teknik yang dibicaran diatas mengungkapkan tingkah

laku (verbal behavior). Salah satu teknik yang digunakan untuk

mengetahui atau menyelidiki tingkah laku nonverbal yakni dengan

menggunakan teknik observasi. Observasi dalam arti luas adalah

7
Rulm Ahmadi, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta, AR-RUZ Media, 2014), Hal
179
42

proses mengamati dari awal penelitian, pertengahan penelitian,

hingga akhir penelitian.10

Penelitian ini menggunakan teknik non-participation obsever

yaitu suatu bentuk observasi dimana pengamat (atau peneliti) tidak

terlibat langsung dalam kegiatan, atau dapat juga dikatakan

pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan yang diamatinya.11.

Peneliti memiliki teknik non-participant observer dalam observasi

ini dikarenakan peneliti hanya mengamati dalam kegiatan yang

dilakukan guru dalam penanaman nilai-nilai agama Islam di KB

Permata Bunda Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok.

E. Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, kemudian penelitian akan mengolah data

dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif analitik maksudnya

data yang diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk angka statistik

melainkan tetap dlam bentuk kualitatif. Dimana Suharsimi Arikunto

mengatakan bahwa pengujian datanya dengan cara data yang ada

dibandingkan dengan suatu kriteria yang telah ditetapkan dalam landasan

teoritis. 12

Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah analisa data

kualitatif, yang dilakukan terhadap data yang diperoleh dari hasil

10
Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi, (Jakarta:
Salemba Humainika, 2015), Hal 218
11
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Gabungan, (Jakarta : Prenada
Media Gruop, 2014), hal 384
12
Hadi Sutrisno, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia,1998)Hal 8
43

wawancara, dokumentasi serta observasi dengan menggunakan teknik

analisa deskriptif kualitatif, dengan teknik sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema

dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Reduksi data

merupakan bagian dari analisis, reduksi data merupakan suatu

bentuk analisis yang menajamkan, membuang yang tidak perlu,

dan menggorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa

hingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan

diverikasi.

2. Penyajian Data

Penyajian data agar dapat melihat gambaran keseluruhan

dari data atau bagian-bagian tertentu dari penelitian, dengan

demikian peneliti dapat menguasai data dengan lebih mudah.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (conclusion drawing and

verification)

Peneliti menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi

dengan mencari makna setiap gejala yang diperolehnya dari

lapangan.11 Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari

teknik analisis data kualitatif. Penarikan kesimpulan adalah hasil

analisis yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan.

11
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2016), hal. 338
44

F. Teknik Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data, penulis menggunakan teknik

trigulasi data. Trigulasi dalam pengujian keabilitasan ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagi

waktu. Dengan demikian, terdapat trigulasi sumber, trigulasi teknik

pengumpulan data, dan waktu. Trigulasi teknik, berarti peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data dari sumber yang berbeda-beda

dengan teknik yang sama. 12

Trigulasi data dengan sumber lainnya berarti membandingkan dan

mengecekbalik derajat-derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

melalui waktu dan data yang berbeda dalm metode kualitatif. Hal ini dapat

dicapai dengan jalan membandingkan :

1. Membandingkan hasil pengamatan dengan hasil wawancara

2. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dilakukannya.

12
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2016), hal. 330
45

BAB IV

A. Temuan Khusus

1. Sejarah Singkat PAUD Permata Bunda kecamatan Lembah Gumanti

kabupaten Solok.

PAUD Permata Bunda berdiri pada tahun 2005 didirikan oleh

H.Febri Erizon sebagai ketua yayasan Hj.Tatisra S.Pd.I,MM sebagai

bendahara dan Wetisra S.Pd sebagai sekretaris, PAUD Permata Bunda

berada di jorong Taratak Tangah Alahan Panjang, kenagarian Sungai

Nanam kecamatan Lembah Gumanti kabupaten Solok.

Yang menjadi Kepala PAUD Permata Bunda dari awal

berdirinya hingga sampai sekarang adalah Ibu Okta Wisra SPd.AUD.

2. Visi dan Misi PAUD Permata Bunda

PAUD Permata Bunda memiliki Visi Membentuk SDM yang

handal pada masa mendatang yang dimulai dari usia dini.

Dan Misi PAUD Permata Bunda adalahMempersiapkan anak didik

agar unggul dalam IMTEQ dan IPTEK sehingga berkepribadian yang

mandiri.

3. Data Guru dan Didik PAUD Permata Bunda

Data guru dan anak murid didik PAUD Permata Bunda dapat dilihat

pada tabel berikut :


46

TABEL 4.1 DAFTAR NAMA GURU PAUD PERMATA BUNDA

TAHUN PELAJARAN 2020/2021

NO NAMA JABATAN PENDIDIKAN


1 Okta Wisra SPd.AUD Kepala Sekolah S1
2 Deni Okrayensi Guru D2
3 Tilka Eriza SPd Guru S1
4 Yesi Fisdawati Guru SMK
5 Yosi Yulia Putri Guru MAN
Sumber : Dokumen Administrasi Tata Usaha PAUD Permata Bunda

Tahun 2020/2021

TABEL 4.2 DAFTAR ANAK DIDIK PAUD PERMATA BUNDA

TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Ruang Laki-laki Perempuan Jumlah

1 11 13 24

2 8 7 15

3 7 12 19

Sumber : Dokumen Administrasi Tata Usaha PAUD Permata Bunda

Tahun 2020/2021

4. Sarana dan Prasarana PAUD Permata Bunda

Di PAUD Permata Bunda ada tiga ruangan kelas, memiliki

mushalla, memiliki kantin, dan juga tempat bermain perosotan, dan

dilengkapi dengan pagar semen serta besi yang tinggi.


47

B. Temuan Khusus

1. Mareri Agama Islam pada PAUD Permata Bunda

PAUD Permata Bunda adalah pendidikan anak usia dini jalur

formal bagi anak usia 4-6 tahun. Kegiatan dimulai pada pukul 08.00

untuk sekolah normal. Pada saat sekarang Covid-19 menghambat

pembelajaran di sekolah sehingga pembelajaran untuk beberapa bulan

belakangan ini hanya di lakukan di rumah, baru dilakukan beberapa

pertemuan setelah Covid-19 di sekolah.

Pernyataan ini diperoleh dari wawanca dengan Ibu selaku guru di

PAUD Permata Bunda “ jika dalam keadaan normal kami melakukan

kegiatan belajar di sekolah dari jam 08.00 tetapi karena pada masa

pandemi seperti saat ini hanya dilakukan beberapa pertemuan saja

dalam satu minggu bahkan dalam beberapa bulan terakhir kita

diharuskan untuk lock down sehingga kegitan belajar di sekolah

dihentikan dan diganti dengan pemberian tugas.”13

Materi pembelajaran yang diajarkan di PAUD Permata Bunda

adalah memantapkan nilai aqidah dengan mengenal rukun iman, rukun

islam, ayat-ayat pendek dan doa-doa harian.

Membangun karakter dan kemampuan sosial, kognitif, kemampuan

bahasa, jiwa seni, fisik motorik. Belajar baca Al-Quran (Iqra’). Dan

membuka kerangka berfikir anak dengan program tambahan (les

Class)

13
Wawancara dengan ibuk Okta Wisra S.Pd .AUD
48

sebelum memulai pembelajaran di kelas semua anak berbaris di

halaman kemudian bernyanyi sambil menggerakkan badan. Kegiatan

ini berlangsung selama 15 menit dan rutin dilakukan setiap hari.

Setelah itu anak masuk ke dalam kelas kemudian bernyanyi dan

menggerakkan badan lagi seperti ketika di halaman tadi berlangsung

selama 15menit, kegiatan ini juga rutin di lakukan setiap hari.

Berikut adalah lirik-lirik lagu yang di dalamnya terdapat nilai-nilai

aqidah yang biasa dinyanyikan anak-anak :

Tepuk sehat 1 2 3 4 5 6 7 8

Kesamping keatas 1 2 3 4 5 6 7 8

Kesamping kemuka dilipat yang rapi

Dua tangan ke atas sekarang ke pinggang

Pindahkan kebahumu pegang kepalamu

Tangan kanak ke atas yang kiri menyusul

Ayunkan lurus kedepan putar keduanya

Ucapkan kalimat tasbih ‫ّللا‬


‫سبحان ه‬

Ucapan kalimat tahmid ‫الحمد هّلل‬

Ucapan kalimat takbir ‫ّللا اكبر‬


‫ه‬

Ucapan kalimat tahlil ‫إالّللا‬


‫ه‬ ‫الاله‬

Dan berikut nyanyian-nyayian yang dinyayikan oleh anak-anak

ketika berada dalam kelas sebelum memulai pembelajaran.

Dua tangan saya lima jarinya


49

Kalau berdoa kuangkat keduanya

Dua kalimat syahadat bismillahirrahmanirrahim

‫ّللا‬
‫ّللا واشهد أن محمدا رسول ه‬
‫اشهد أن الإله ه‬
Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa nabi

Muhammad utusan Allah

Rukun Islam lima perkara

Pertama syahadat, kedua sembahyang, ketiga puasa

Keempat berzakat, kelima naik haji ke Baitullah

Ayo teman ingat selalu

Rukun iman rukun yang enam itu

Satu iman kepada Allah

Dua iman kepada Malaikat

Tiga iman kepada Rasul

Empat iman kepada Kitab

Lima iman kepada Hari Akhir

Enam iman kepada Takdir

Para orang tua menjadi bagian yang penting dalam penanaman

nilai-nilai aqidah karena pada usia dini interaksi spritual, sosial dan

emosional lebih banyak terjadi dalam keluarga. Keterlibatan orang tua

dalam penanaman nilai kepada anak usia dini sangat diperlukan,

sebagai tanggung jawab terhadap pendidikan anak. Orang tua berperan

dalam meneruskan penanaman nilai kepada anak ketika anak berada di

lingkungan keluarga. Sebagai yang disampaikan oleh Ibu :


50

“penanaman nilai aqidah merupakan tanggung jawab orang tua,

kami sebagai guru hanya memberikan pelajaran tentang nilai-nilai

aqidah sesuai materi yang telah ada dan kami hanya membantu

menanamkan nilai-nilai aqidah ketika anak berada di lingkungan

sekolah saja, sedangkan anak memiliki waktu yang banyak dengan

orang tua sehingga peran orang tua lah yang lebih penting.”14

Orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam

penanaman nilai-nilai aqidah kepada anak. Pendidikan anak dimulai

dari pendidikan yang dilakukan orang tua dirumah, sekolah hanya

membantu proses tersebut. Seperti yang telah disampaikan oleh ibu

2. nilai-nilai aqidah yang di tanamkan kepada anak usia dini

aqidah Islam ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas

seluruh ajaran Islam. Kedudukannya sangat sentral dan fundamental.

Aqidah islam berawal dari keyakinan kepada Zat Mutlak Yang Maha

Esa yang disebut Allah. Allah Maha Esa dalam zat, sifat, dan wujud-

Nya, Kemahaesaan Allah disebut tauhid, yang kemudian tauhid inilah

yang menjadi inti dari rukun iman.

Keimanan kepada malaikat dan rasul dimulai dengan mengenalkan

kepada anak-anak tentang adanya malaikat dan rasul tentang makhluk

ciptaan Allah. Dan menceritakan kisah-kisah nabi dan rasul yang dapat

dijadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari.

14
Wawancara dengan Ibu Okta Wisra S.Pd AUD
51

Pendidik juga harus mengenalkan kepada peserta didik bahwa ia

adalah seorang muslim dan agamanya adalah Islam yang merupakan satu-

satunya agama yang diridhoi Allah. Mengenalkan Al-Quran sebagai kitab

suci, dimulai dengan mengajarkan huruf-huruf hijaiyah dengan adanya

pembelajaran membaca iqra’. Kemudian menghafalkan ayat-ayat pendek

tentang keimanan.

Kemudian iman kepada hari akhir yaitu mempercayai akan

datangnya hari akhir. Menjelaskan kepada anak bahwa orang yang

beriman kepada hari akan menjaga perilakunya baik dan menjauhi

perilaku buruk.

Dilihat dari lapangan anak didik juga diajarkan untuk selalu

berdoa saat akan memulai pembelajaran, dan juga di akhir pembelajaran

untuk mensyukuri nikmat yang telah di berikan Allah.

3. Proses penanaman nilai-nilai aqidah pada anak usia dini

Pendidikan anak usia dini memiliki beberapa prinsip, salah satu

diantaranya adalah memberi kesempatan kepada anak untuk memahami,

menghayati, dan mengalami secara langsung nilai-nilai melalui proses

pembelajaran. Maka dasar-dasar akidah harus terus-menerus ditanamkan

pada diri anak. Agar setiap perkembangannya dan pertumbuhannya

senantiasa dilandasi oleh aqidah yang benar.

Tidak diragukan lagi bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah

untuk memurnikan ibadah hanya kepada Allah semata. Yaitu dengan cara
52

menanamkan aqidah yang murni kedalam jiwa anak yang sedang tumbuh,

mengajarkannya prinsip-prinsip keimanan dan rukun Islam dengan penuh

hikmah dan nasehat dengan cara yang masih sederhana dan mudah

dipahami.

Proses penanaman nilai-nilai aqidah dapat dipakai kerangka

konsep sebagai acuan langkah-langkah penanaman nilai-nilai aqidah

kepada anak. Dimulai dengan tahap menerima atau receiving adalah

kesedian anak untuk mendengarkan dengan sungguh-sungguh terhadap

bahan yang disampaikan pada saat proses pembelajaran berlangsung tanpa

melakukan penilian. Seperti ketika guru menjelaskan nama-nama

malaikat, kisah-kisah rasul serta tentang adanya surga dan neraka. Tahab

kedua adalah dengan adanya jawaban atau Responding pada tahap ini anak

sudah menerima dan menanggapi dari apa yang disampaikan guru

langkah ini ditandai dengan : persetujuan untuk jawaban, keikutsertaan

dalam menjawab, dan keputusan dalam menjawab. Tahap ini terlihat

ketika guru bertanya siapa nama-nama malaikat dan rasul tentang rukun

iman dengan anak-anak memberikan respon atas pertanyaan guru.

Kemudian tahap terakhir adalah memberi nilai atau valuing pada tahap ini

sudah mulai ditanamkan penegtian dan kecintaan terhadap nilai-nilai

aqidah. Seperti ketika anak sudah hafal dengan rukun iman, nama-nama

malaikat dan rasul dan ketika anak-anak sudah terbiasa mengucapkan

alhamdulillah ketika mendapatkan sesuatu anak mengucapkan terima

kasih.
53

Dalam menanamkan nilai-nilai aqidah pada anak usia dini guru di

kelompok bermain permata bunda menggunakan metode bernyanyi karena

bernyayi merupakan salah satu kegiatan yang digemari anak-anak.

Nyayian tersebut juga diikuti dengan gerakan-gerakan yang dilakukan

dengan sederhana.

Metode bernyayi adlah metode yang digunakan dalam

menanamkan nilai-nilai aqidah seperti rukun iman, nama-nama nabi dan

rasul, nama-nama malaikat yang dihafalkan oleh anak melalui kegiatan

bernyanyi sebelum memulai pembelajaran.

Kemudian melalui metode bercerita dan berdongeng banyak pesan

yang akan disampaikan kepada anak berupa pesan moral dan nilai-nilai

aqidah dapat kita tanamkan kepada anak. Yakni dengan menanamkan

beberapa perilaku mulia atau teladan bagi anak agar memberi motivasi bag

anak-anak.contoh sederhananya adalah dengan menceritakan surga dan

neraka maka anak akan melakukan perbuatan baik agar dia masuk surga

karna guru menceritakan kehidupan surga yang sangat indah.

Tidak hanya peran seorang guru tetapi orang tua juga memiliki

peranan dalam menanamkan nilai-nilai aqidah pada anak usia dini karena

anak menghabiskan lebih banyak waktu bersama dengan keluarga.


54

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah mengkaji dan menganalisis tentang penanaman nilai-nilai

aqiah pada anak usia dini di PAUD Permata Bunda maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Nilai-nilai aqidah yang ditanamkan kepada anak

Nilai-nilai aqidah yang ditanamkan kepada anak di

PAUD Permata Bunda yaitu berupa keimanan kepada Allah,

keimanan kepada malaikat dan rasul yang ditanamkan dengan

menceritakan dengan cerita yang menarik kepada dan

menghafalkan nama-nama malaikat. Keimanan kepada kitab

suci Al-Quran ditanamkan melalui huruf-huruf hijaiyah, dan

menghafalkan ayat-ayat pendek tentang keimanan. Setiap satu

kali seminggu dan nilai keimanan kepada hari akhir

ditanamkan dengan contoh yang sederhana berupa balasan

surga untuk anak yang berbuat baik dan neraka bagi yang

berbuat tidak baik.

2. Proses penanaman nilai-nilai aqidah kepada anak

Penanaman nilai-nilai aqidah pada anak usia dini di PAUD

Permata Bunda diawali dengan menyampaikan nilai-nilai

aqidah secara sederhana kepada anak, kemudian meminta anak

untuk memberikan jawaban ketiga guru bertanya seputar nilai-


55

nilai aqidah, seperti meminta untuk menyebutkan nama-nama

malaikat . dan juga nanti guru memberikan gambaran bahwa

orang yang berbohong akan di masukkan kedalam neraka dan

orang yang berbuat baik akan dimasukkan kedalam surga.

Metode yang digunakan dalam menanamkan nilai-nilai

aqidah kepada anak usia dini adalah dengan metode bernyayi

dan bercerita, metode bernyanyi ditanamkan dalam kecintaan

mereka kepada sifat-sifat Allah, nama-nama malaikat, nama-

nama rasul, sedangkan metode bercerita ditanamkan dalam

meneladani kisah para rasul dan hari akhir yaitu balasan surga

bagi yang berperilaku baik dan sebaliknya balasan neraka bagi

yang tidak baik.

B. Saran

Berdasarkan simpulan dan uraiandi atas maka diuraikan saran sebagai

berikut :

1. Guru sudah mengajar dengan baik, sudah menyampaikan materi

pembelajaran dengan baik dan juga menggunakan metode dengan

bagus, guru juga diharapkan lebih memperhatiakan perkembangan

anak.

2. Orang tua juga diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai aqidah

kepada anak sejak dini agar kelak anak memiliki budi pekrti yang baik,

karna sangat penting menanamkan nilai-nilai aqidah kepada anak sejak

dini seperti kata pepatah waktu kecil melukis di atas air sudah besar
56

melukis di atas batu. Karna apa yang telah terukir sejak kecil akan

dikenang sepanjang masa tetapi jika sudah dewasa maka itu akan

seperti air mengalir.


57

Daftar Pustaka

Adisusilo, Sutarjo. 2012. Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Ahmadi, Abu & Noor Salimi, 2004. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam.

Jakarta: PT Bumi Aksara.

Ahmadi, Rulm. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: AR-RUZ Media

Arsyad, Ahmad. 2009. Pendidikan Anak Dini Usia (Panduan Praktis Bagi Ibu

dan Calon Ibu). Bandung : ALFABETA,CV.

Herdiansyah, Haris.2015. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi.

Jakarta: Salemba Humainika.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga.

Ihsan, Fuad.2008. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Mashar, Riana.2011. Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugiyono.2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sutansyah, Cucu. 2016. Pendidikan Di Indonesia Permasalahan dan Solusinya.

Yogyakarta: Media Akademi.

Sutrisno, Hadi. 1998. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.


58

Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian:Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian

Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.

Yusuf, Syamsu. 2014. Perkembangan Peserta Didik Mata Kuliah Dasar Profesi

(MKDP) bagi Para Mahasiswa Calon Guru di Lembaga Pendidikan

Tenaga Kependidikan (LPTK). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai