Anda di halaman 1dari 11

Available online at: https://journal.uny.ac.id/index.

php/jurnaldiklus

DIKLUS: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


Nomor: 1 (volume: 4), Maret 2020 - 55

Peran Orangtua dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional


Anak Usia Dini

Arif Wijayanto
Universitas Negeri Yogyakarta
wijayanto.arif@uny.ac.id

Abstrak
Peran orang tua menjadi suatu hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengembangan
emosi anak usia dini. Hal tersebut dikarenakan tidak semua orang tua memahami pentingnya
perkembangan emosi pada anak usia dini. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
peran orang tua dalam mengembangkan kecerdasan emosi anak usia dini di Kelurahan
Krobokan Semarang Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti
ingin melihat adanya fenomena orang tua yang memiliki perhatikan terhadap kecerdasan emosi.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian
ini menggunakan teknik analisis data yang dikembangkan oleh Miles & Huberman yang
didalamnya secara berurutan berisi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan. Keabsahan data menggunakan triangulasi, yaitu dengan
membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, membandingkan hasil
wawancara yang sama dengan waktu yang berbeda, dan mencari data dari sumber lain selain
subjek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran orang tua dalam
mengembangkan kecerdasan emosi anak usia dini meliputi: (1) peran orang tua sebagai
pendidik, (2) peran orang tua sebagai pengasuh, (3) peran orang tua sebagai motivator, (4) peran
orang tua sebagai model.
Kata Kunci: Peran orangtua, kecerdasan emosi, anak usia dini

Abstract
The role of parents becomes an important thing to consider in the emotional development
of early childhood. That is because not all parents understand the importance of emotional
development in early childhood. This study aims to describe the role of parents in developing
emotional intelligence in early childhood in Krobokan Village, Semarang Barat. This study uses a
qualitative approach because researchers want to see the phenomenon of parents who have a
concern for emotional intelligence. Data collection techniques are done through observation,
interviews and documentation. This study uses data analysis techniques developed by Miles &
Huberman which in turn consist of data collection, data reduction, data presentation and
conclusion drawing. The validity of the data uses triangulation, namely by comparing the
observational data with the results of interviews, comparing the results of the same interview with
different times, and looking for data from sources other than the research subject. The results
showed that the role of parents in developing emotional intelligence in early childhood includes:
(1) the role of parents as educators, (2) the role of parents as caregivers, (3) the role of parents as
motivators, (4) the role of parents as model.

Keywords: The role of parents, emotional intelligence, early childhood

Copyright © 2016, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 1 (4), Maret 2020 – 56
Arif Wijayanto

PENDAHULUAN sebagai kemampuan untuk memahami dan


mengelola perasaan-perasaan diri sendiri
Masa usia 0-6 tahun disebut masa
dan orang lain, menghadapi segala macam
emas perkembangan anak yaitu masa yang
tantangan, termasuk tantangan untuk
paling penting untuk mengembangkan
berhasil secara akademis, serta kesempatan
dasar-dasar perkembangan kemampuan
untuk hidup bahagia dan sukses menjadi
fisik, Bahasa, sosial emosional, konsep diri,
sangat tipis. Oleh sebab itu, kecerdasan
seni, moral dan nilai-nilai agama sehingga
emosi sangatlah penting bagi kehidupan
seluruh potensi tumbuh kembang anak
seseorang.
dapat terrpenuhi secara optimal, atau bisa
Pihak-pihak yang berpengaruh
juga disebut masa kritis. Anak pada masa
terhadap kecerdasan emosi anak di dalam
emas mengalami kemajuan yang sangat
rumah adalah keluarga. Menurut undang-
pesat, oleh karena itu anak memerlukan
undang nomor 23 tahun 2002 tentang
rangsangan yang tepat dari keluarga dan
perlindungan anak, menegaskan bahwa
orang-orang sekitarnya.
pengakuan negara atas keseluruhan hak-
Pada masa emas, anak sudah mulai
hak anak serta kewajiban dan
mempelajari kemampuan untuk
tanggungjawab negara, pemerintah,
mengambil inisiatif sendiri. Anak mulai
masyarakat, keluarga dan orang tua dalam
belajar dan menjalin hubungan pertemanan
memenuhi hak-hak anak. Selain itu, orang
yang baik dengan anak lain, bergurau,
tua merupakan orang yang terdekat dengan
melucu serta mampu merasakan apa yang
anak. Anak-anak dapat dipastikan selalu
sudah dirasakan oleh orang lain. Pada masa
berinteraksi dengan orang tuanya setiap
emas, untuk pertama kalinya anak
hari. Oleh sebab itu, kecerdasan emosi
memahami adanya reaksi emosi yang
pertama kali dibentuk dan dimulai dari
berbeda-beda pada beberapa orang.
keluarga.
James R. Flynn, seorang pakar
Suasana emosional di dalam rumah,
filsafat politik di universitas of Otago, New
dapat merangsang perkembangan otak
Zealand, telah melakukan penelitian dan
anak yang sedang tumbuh dan
menemukan bahwa angka IQ telah
mengembangkan kemampuan mentalnya.
meningkat pesat setelah perang dunia ke II
Sebaliknya, suasana tersebut dapat juga
berlalu, hal ini disebabkan oleh perubahan
memperlambat perkembangan otak. Joan
sikap orang tua dalam membesarkan anak.
Beck mengungkapkan bahwa banyak
Ironisnya, sementara dari generasi ke
proyek riset jangka lama menunjukan
generasi anak-anak makin cerdas,
intelegensi anak akan berkembang ke
keterampilan emosi dan sosialnya merosot
tingkat yang lebih tinggi, bila sikap di
tajam (Shapiro, 2001).
rumah terhadap anak hangat dan
Kesuksesan hidup seseorang tidak
demokratis dari pada dingin dan otoritas
hanya ditentukan oleh kecerdasan
(Beck, 1992). Jadi peran orang tua juga
intelektual (Intelligence Quotient_IQ),
sangat berpengaruh dan memegang peran
melainkan juga kecerdasan emosi
penting dalam pembentukan kepribadian
(Emotional Intelligence-EI) atau Emotinal
anak terutama terkait dalam hal kecerdasan
Quotient-EQ (Desmita 2005). Goleman
emosional anak.
menyatakan IQ hanya menyumbangkan
Anak memiliki kesempatan untuk
sekitar 20% bagi keberhasilan seseorang
pertama kali dapat mengenal kehidupan
sedang 80% kesuksesan seseorang justru
sosial melalui kehidupan di dalam keluarga,
dipengaruhi oleh kecerdasan emosi (Efendi,
Selain itu, dari keluarga jugalah anak
2005).
memperoleh kesempatan untuk memulai
Inti kecerdasan emosi adalah
tahap perkembangan hidup dalam rangka
pengenalan atau kesadaran diri, yakni
dapat menyesuaikan diri terhadap
kesadaran akan perasaan diri sendiri
lingkungan dimana ia hidup. Hal tersebut
sewaktu perasaan itu timbul (Efendi 2005).
menunjukkan bahwa keluarga khususnya
Kecerdasan emosi juga dapat diartikan

Copyright © 2020, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 1 (4), Maret 2020 – 57
Arif Wijayanto

orang tua memiliki peran penting bagi bahwa orang tua memiliki peran penting
anak-anak yang nantinya dapat dalam mengembangkan kecerdasan emosi
berpengaruh terhadap perrkembangan anak, untuk itu peran orangtua dalam
kecerdasan emosi anak. mengembangkan kecerdasan emosi anak
John Locke mengatakan bahwa setiap usia dini perlu dimaknai secara tepat.
anak yang lahir diibaratkan seperti kertas Tema tentang peran orang tua
putih bersih yang memaksudkan bahwa menjadi tema yang menarik. Hal ini dapat
anak secara pengetahuan dan emosional dilihat dari tulisan-tulisan yang sudah
belum mempunyai suatu apapun. Melalui terpublikasi. Salah satu tulisan yang
indra selanjutnya anak mulai mempunyai membahas tentang tema ini adalah tulisan
pengetahuan dengan cara berinteraksi dari permono (2013). Tulisan yang berjudul
dengan dunia luar. Orang tua dalam hal ini “peran orangtua dalam optimalisasi
adalah sosok yang penting mengingat orang tumbuh kembang anak untuk membangun
tua adalah guru pertama bagi anak untuk karakter anak usia dini” mengungkapkan
memberikan coretan-coretan pertama bagi pentingnya orang tua dalam
anak (Naisaban, 2004). mengembangkan potensi pada anak. Dia
Orangtua adalah seseorang yang menuliskan bahwa tahun-tahun pertama
pertama kali harus mengajarkan merupakan kurun waktu yang penting bagi
kecerdasan emosi kepada anaknya dengan tumbuh kembang fisik, perkembangan
memberikan pengalaman, pengetahuan kecerdasan, keterampilan motoric dan
dan teladan. Keterlibatan orangtua dalam sosial, emosi.
memberikan bimbingan serta arahan bagi Selanjutnya, pendapat lain mengenai
anak akan menentukan keberhasilan anak peran penting orang tua dalam
pada tahap selanjutnya. Pada hakikatnya mengembangkan kecerdasan emosi anak
kecerdasan emosi adalah suatu jenis usia dini telah dikemukakan oleh para ahli.
kecerdasan yang memusatkan perhatiannya Younnis (Sasisch, 2001) menekankan
dalam mengenali, memahami, merasakan, pentingnya peran orang tua dalam
mengelola, memotivasi diri sendiri dan perkembangan emosi anak. Pada tahap
orang lain serta dapat mengaplikasikan jangka panjang anak mewarisi emosi dari
kemampuannya tersebut dalam kehidupan kedua orang tuanya. Orang tua memiliki
pribadi dan sosialnya (Siringoringo, 2018). lebih banyak kekuatan untuk menentukan
Pemaparan di atas didukung oleh jalanya interaksi dengan diri anak.
hasil penelitian mengenai peran pendidikan Kecerdasan emosi yang popular
keluarga terhadap perkembangan belum lama ini, ternyata masih sedikit yang
kecerdasan anak yang dilakukan oleh diterapkan dalam praktik, baik itu dalam
Rahmawati pada tahun (2007) yang praktik, kehidupan sekolah maupun dalam
menyatakan bahwa anak akan mampu kehidupan keluarga itu sendiri. William
melewati tantangan dalam aspek Damon (shapiro, 2001) menegaskan bahwa
kehidupanya dengan baik jika didukung penelitian ilmiah tentang moralitas anak
oleh kecerdasan emosi yang mereka miliki mempunyai potensi besar untuk membantu
dalam diri masing-masing, tentunya kita dalam upaya memperbaiki nilai-nilai
dengan dukungan dan peranan orang tua moral anak-anak. Namun ini potensi yang
sebagai pihak yang berkewajiban untuk belum dimanfaatkan karena kebanyakan
meletakan dasar-dasar nilai kehidupan yang penelitian ini tidak diketahui oleh umum,
penting bagi anak melalui pendidikan diabaikan sebagai sesuatu yang tidak
moral, budi pekerti dan sopan santun. relevan atau dianggap sebagai omong
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa kosong belaka. Pernyataan tersebut dapat
orang tua merupakan sosok yang berperan diambil kesimpulan bahwa penelitian-
penting dalam mengembangkan penelitian tentang kecerdasan emosi anak
kecerdasan emosi anak usia dini. ternyata masih belum dapat diterapkan ke
Penjelasan di atas memperlihatkan dalam masyarakat luas dan tidak semua

Copyright © 2020, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 1 (4), Maret 2020 – 58
Arif Wijayanto

orang memahami tentang bagaimana peran kecerdasan emosi anak usia dini di
orang tua untuk mengembangkan kelurahan krobokan kecamatan semarang
kecerdasan emosi anak mereka. barat. Pengambilan kesimpulan pada
Kelurahan krobokan merupakan penelitian ini menggunakan logika induksi
salah satu wilayah di Semarang Barat yang dimana data-data khusus digunakan
warganya kebanyakan adalah pasangan sebagai data awal untuk mengambil
suami istri usia subur serta memiliki anak kesimpulan yang umum.
usia dini. Pada Kelurahan ini terdapat 12 Tempat penelitian ini dilakukan di
Rukun Warga (RW) yang terdiri dari Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang
berbagai jenis lapisan ekonomi dan latar Barat dengan subjek penelitian yaitu orang
belakang, namun tidak pernah dijumpai tua yang mempunyai anak usia dini usia 0-
adanya kesenjangan sosial antar warganya. 6 tahun. Melalui orang tua tersebut akan
Dapat dikatakan wilayah ini terdiri dari digali informasi mengenai peran orang tua
masyarakat yang heterogen. Di wilayah ini, dalam mengembangkan emosi anak usia
para orangtua sudah menyadari bahwa dini sesuai dengan apa yang dilakukanya
tanggungjawab perkembangan emosi anak sehari-hari Instrument penelitian pada
adalah di tangan orangtua. penelitian ini adalah peneliti sendiri sesuai
Mayoritas orangtua yang bekerja dengan metode kualitatif dengan
adalah ayah, sedangkan para ibu mengasuh menggunakan alat bantu berupa pedoman
anaknya dirumah. Anak usia dini yang wawancara, pedoman obsevasi dan
terdapat pada wilayah ini juga tergolong dokumentasi.
variative selain itu berdasaran studi Adapun Teknik dalam
pendahuluan lingkungan ini merupakan mengumpulkan data, penelitian ini
lingkungan yang mayoritas penduduknya menggunakan tiga metode yaitu dengan
memiliki perhatian khusus terhadap anak wawancara terstruktur, observasi
usia dini. Berdasarkan keberagaman latar terstruktur dan dokumentasi. Wawancara
belakang orang tua yang terdapat di terstruktur yaitu metode pengumpulan
Kelurahan Krobokan semarang barat inilah data dengan menanyakan langsung atau
dapat diketahui bagaimana peran orangtua wawancara yang dibantu dengan pedoman
dalam mengembangkan kecerdasan emosi wawancara. Pedoman wawancara
anak usia dini pada setiap tahapan usia dimaksudkan untuk acuan supaya data
tersebut. yang diambil saat wawancara sesuai dengan
Atas dasar itulah, maka penelitian tujuan penelitian.
peran orang tua dalam mengambangkan Observasi terstruktur yaitu dengan
kecerdasan emosi anak usia dini di melakukan pengamatan langsung terhadap
Kelurahan Krobokan Kabupaten Semarang peran yang dilakukan oleh orang tua dalam
Barat perlu dilakukan. Melalui penelitian ini mengembangkan kecerdasan emosi anak
diharapkan dapat mengungkap makna- usia dini. Observasi yang dilakukan pada
makna dari peran orangtua dalam penelitian ini dibantu dengan pedoman
mengembangkan perkembangan emosi observasi sehingga proses pengamatan
anak usia dini, sehingga penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan maksud dari
bermanfaat bagi orang tua yang memiliki penelitian ini. Dokumentasi adalah teknik
anak usia dini maupun pihak-pihak lain pengumpulan data dengan mengumpulkan
yang terlibat dalam hal ini. dokumen-dokumen yang berhubungan
dengan topik penelitian.
Data yang sudah terkumpul
METODE PENELITIAN
selanjutnya di triangulasikan sebagai syarat
Penelitian ini menggunakan untuk keabsahan data. Triangulasi yang
penelitian kualitatif yang bertujuan untuk dilakukan pada penelitian ini yaitu
mendeskripsikan dan menarasikan peran triangulasi sumber, triangulasi data dan
orang tua dalam mengembangkan triangulasi waktu. Teknik analisis data

Copyright © 2020, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 1 (4), Maret 2020 – 59
Arif Wijayanto

menggunakan teknik yang dikembangkan untuk ba-nyak bertanya, (5) meyakinkan


oleh Milles and Huberman. Tahapan dalam anak bahwa orangtua menghargai apa yang
menganalisis data pada model ini yaitu : ingin dicoba, dilakukan dan dihasilkan (6)
pengumpulan data, reduksi data, penyajian menunjang dan mendorong kegiatan anak,
data dan penarikan kesimpulan. (7) menikmati keberadaannya bersama
anak, (8) memberi pujian yang sungguh-
sungguh kepada anak, (9) mendorong
HASIL PENELITIAN DAN
kemandirian anak dalam bekerja dan (10)
PEMBAHASAN
menjalin hubungan kerja sama yang baik
Peran orang tua berpengaruh sangat dengan anak. Sedangkan sikap orang tua
besar dalam mengembangkan kecerdasan yang menghambat potensi anak antara lain
emosi anak usia dini. Orang tua adalah adalah: (1) mengatakan kepada anak bahwa
orang yang paling dekat dengan anak. ia dihukum jika berbuat salah, (2) tidak
Orang tua juga memiliki peran untuk membolehkan anak marah kepada orangtua
mengasuh dan membimbing anaknya (3) tidak boleh menanyakan keputusan
dengan memberikan contoh yang baik orangtua, (4) tidak membolehkan anak
dalam menjalani kehidupan sehari-hari, bermain dengan anak lain yang mempunyai
selain itu orang tua juga memperkenalkan pandangan dan nilai yang berbeda dari
anaknya kedalam hal-hal yang terdapat di keluarga anak, (5) anak tidak boleh berisik,
dunia ini dan menjawab secara jelas tentang (6) orang tua ketat mengawasi kegiatan
sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. anak, (7) orang tua tidak memberi saran-
Orang tua adalah pusat kehidupan rohani saran yang spesifik tentang penyelesaian
anak dan sebagai penyebab sosialisasi tugas, (8) orang tua kritis terhadap anak
dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi dan menolak gagasan anak, (9) orang tua
anak dan pemikiranya dikemudian hari tidak sabar dengan anak (10) orangtua
akan terpengaruh oleh sikapnya terhadap dengan anak adu kekuasaan, serta (11)
orang tuanya dipermulaan hidupnya orangtua menekan dan memaksa anak
dahulu. Jadi, orang tua atau ibu bapak untuk menyelesaikan tugas.
memegang peranan penting dan amat Bar-On menjelaskan bahwa
berpengaruh atas pendidikan anak. kecerdasan emosional adalah serangkaian
Perkembangan emosi anak sangat kemampuan atau sekumpulan kecakapan
dipengaruhi oleh peran orang tua. Pendidik pribadi, emosi dan sosial yang
pertama bagi anak adalah orang tua itu mempengaruhi kemampuan seseorang
sendiri. Pada usia emas, anak usia dini untuk berhasil dalam mengatasi tuntutan
cenderung sangat dekat dengan orang dan tekanan lingkungan (Utami, 2009).
tuanya terutama ibu. Peran orang tua dalam Selain itu Patton (2000) mengungkapkan
perkembangan emosi sangat penting. bahwa kecerdasan emosi adalah kekuatan
Mengingat anak usia dini sangat percaya dibalik singgasana kemampuan
dan menggantungkan kepercayaan intelektual yang merupakan dasar-dasar
sepenuhnya kepada orang tua. Secara pembentukan emosi yang mencakup
teknis, Hayati (2011) membagi sikap orang keterampilan mengendalikan impuls,
tua yang menunjang pengembangan optimistis, menyalurkan emosi-emosi
potensi anak dan yang menghambat
yang kuat secara efektif dan menjaga
potensinya. Sikap orang tua yang
semangat disiplin diri dalam usaha
menunjang potensi anak antara lain: 1)
mencapai tujuan. Dua pendapat tersebut
menghargai pendapat anak serta
secara eksplisit memperlihatkan bahwa
mendorongnya untuk mengungkapkannya,
(2) memberi waktu kepada anak untuk kecerdasan emosi sangat penting untuk
berpikir, merenung, dan berkhayal, (3) diperhatikan oleh orang tua sebagai
membolehkan anak untuk mengambil penanggung jawab utama pengasuhan
keputusan sendiri, (4) mendorong anak anak usia dini.

Copyright © 2020, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 1 (4), Maret 2020 – 60
Arif Wijayanto

Orang tua mempunyai peran dalam irama musik (Campbell, 2001). Begitupula
perkembangan emosi anak usia dini, maka dengan cerita, Cerita menjadi sarana
orang tua dalam hal ini harus penuntun yang halus dan sarana kritik yang
memaksimalkan peranya. Secara garis besar tidak menyakitkan hati. Anak-anak sebagai
peran orang tua terhadap perkembangan manusia yang baru tumbuh sangat baik
anak usia dini di Kelurahan Krobokan menerima suguhan semacam itu, terutama
Kecamatan Semarang Barat mempunyai 4 agar terbentuk pola norma dan perilaku
peran yaitu peran sebagai pendidik, peran yang halus dan baik (Musfiroh, 2003).
sebagai pengasuh, peran sebagai motivator Orangtua mengakui cara-cara tersebut
dan peran sebagai model. sangat efektif digunakan untuk membentuk
kecerdasan emosi anak menjadi lebih baik.
1. Peran orang tua sebagai pendidik Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian
Pada awal siklus perkembangan dari heni yang menyimpulkan bahwa
individu, keluarga merupakan lembaga dengan mendengarkan musik atau lagu,
pertama yang dikenalinya. Melalui keluarga anak tidak hanya bisa menirukan lagu atau
inilah seorang individu mulai mengenal musik, namun anak juga dapat menerapkan
dunia. Oleh karena itu, keluarga seringkali hal-hal yang tersirat dari lagu yang
dianggap sebagai lembaga pendidikan yang didengarkan (Kusumawati : 2013). Saat anak
pertama. Jones dan wilkins (sudiapermana, mengetahui norma-norma moral yang
2012) menyatakan bahwa pengalaman berlaku di masyarakat dan agama, anak-
sosialisasi anak-anak yang pertama terjadi anak tersebut akan berupaya menahan diri
dalam keluarganya, oleh karena itu orang dari emosi yang negatif. Disamping itu,
tua secara khusus merupakan agen sosial orang tua di Kelurahan Krobokan Semarang
pertama dan utama. Sebagai lembaga Barat mendidik anak-anak mereka dengan
pendidikan pertama, keluarga harus adat kebiasaan, misalnya membiasakan
mampu memaksimalkan potensi yang ada anak untuk mengikuti kajian rutin
pada anak. Maka dari itu orang tua dalam keagamaan di wilayah RT setiap sore hari.
hal ini sebagai pendidik perlu memberikan 2) Fisik
stimulus yang baik bagi anak terutama Fisik merupakan hal yang sangat
dalam hal emosi anak. mempengaruhi pendidikan anak. Apabila
Orang tua sebagai pendidik memiliki anak dalam kondisi sehat maka segala
tugas untuk mendidik anak-anaknya agar pendidikan yang diberikan dapat diterima
tumbuh menjadi anak yang cerdas, baik dengan baik, khususnya upaya orangtua
secara akademik maupun non akademik. dalam mengembangkan kecerdasan emosi
Peran orang tua sebagai pendidik dalam anak. Berbeda ketika anak dalam kondisi
mengembangkan kecerdasan emosi anak fisik yang sakit. Oleh sebab itu, para
usia dini di Kelurahan Krobokan ini orangtua di wiyayah Kelurahan Krobokan
ditunjukkan dengan mendidik : memperhatikan kesehatan fisik anak
1) Moral dengan rutin melatih anak untuk
Cara yang dilakukan orangtua dalam berolahraga atau bermain yang dapat
hal ini adalah menasehati anak secara merangsang otot-otot anak.
langsung apabila anak melakukan 3) Kecerdasan
kesalahan, dan memberikan pendidikan Kecerdasan merupakan keterampilan
moral dengan menggunakan cerita serta dalam berfikir untuk menyelesaikan suatu
lagu-lagu anak. Holden (2003) berpendapat masalah. Upaya mengembangkan
bahwa pembelajaran musik dapat kecerdasan emosi anak juga harus
mempengaruhi ingatan verbal. Kegiatan ini dilakukan dengan melatih anak berfikir
dapat dilakukan dengan cara menata kata- logis dan mampu memecahkan masalah
kata atau rumus-rumus yang ingin dihafal dengan baik. Hal ini dilakukan untuk
di-kemas dalam potongan atau kelompok membiasakan anak agar mengontrol
kata, kemudian dilantunkan menggunakan emosinya, dan berpikir panjang sebelum

Copyright © 2020, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 1 (4), Maret 2020 – 61
Arif Wijayanto

bertindak. Orangtua di wilayah Kelurahan Pemaparan diatas menunjukan


Krobokan membiasakan anak untuk bahwa peran orang tua sebagai pendidik
berfikir sebelum bertindak, dan tidak sangat besar dalam mengembangkan aspek
mengedepankan emosi sesaat sebelum kesadaran diri dan manajemen suasana
dicari akar suatu permasalahan atau hati. Peran orangtua sebagai pendidik ini
peristiwa. Misalnya pada saat anak terlibat sesuai dengan apa yang disampaikan oleh
perselisihan dengan teman mainnya, para Ulwan (Sudiapermana, 2012) yang
orangtua akan membiasakan anak untuk menjelaskan tugas-tugas orang tua sebagai
menceritakan kronologi peristiwa dan pendidik yaitu: 1) mendidik iman, 2)
melatih anak untuk berfikir bagaimana mendidik moral, 3) mendidik fisik, 4)
yang benar dan bagaimana yang salah, serta mendidik intelektual, 5) mendidik psikis, 6)
bagaimana yang harus mereka lakukan mendidik sosial, 7) mendidik seksual.
setelahnya. Hal ini sesuai dengan hasil 2. Peran orang tua sebagai pengasuh
penelitian yang dilakukan oleh Fauziyah Pola asuh yang tepat akan
(2005) yang mengungkapkan bahwa salah membentuk anak yang memiliki
satu metode yang harus digunakan untuk kecerdasan emosional yang positif.
mengembangkan kecerdasan emosi adalah Kemampuan mengolah emosi dengan baik
dengan membuat anak aktif dan terlibat. pada diri sendiri dan orang lain,
4) Jiwa menggunakan perasaan - perasaan itu
Kecerdasan emosi tidak bisa terlepas untuk memandu pikiran dan tindakan.
dari jiwa anak. Cara orangtua alam Tanggungjawab utama pengasuhan anak
mendidik jiwa anak adalah dengan rutin adalah di tangan orangtua. Pola asuh sangat
memberikan afirmasi positif setiap hari. Hal penting peranannya dalam pembentukan
ini membuat anak selalu berfikir positif, kepribadian pokok anak secara emosi,
termasuk ketika ada masalah yang sosial, motivasi dan intelektual. Baumrind
mempengaruhi emosinya. Orangtua juga (Santrock, 2002) mengungkapkan bahwa
membiasakan untuk mengenalkan macam- pola asuh orangtua sangat mempengaruhi
macam emosi kepada anak (senang, sedih, perkembangan tempramen anak usia dini
takut, marah, dan sebagainya) sehingga dan dia membagi konsep pola asuh
ketika anak mengalami salah satu emosi itu, orangtua menjadi empat bagian yaitu: 1)
anak bisa bercerita kepada orangtua apa Autokratis/ototarian (otoriter): Ditandai
yang sedang ia rasakan dan bisa dengan adanya aturan-aturan yang kaku
menemukan solusi untuk penenang dari orang tua dan kebebasan anak sangat
jiwanya. di batasi. Gaya ini biasanya mengakibatkan
5) Sosial perilaku anak yang tidak bisa bersaing
Kecerdasan emosi mempengaruhi secara sosial. 2) Demokratis/otoritatif.
perilaku sosial anak. Salah satu aspek dari Ditandai dengan adanya sikap terbuka
kecerdasan sosial adalah kecerdasan emosi, antara orang tua dan anak. Anak yang
yaitu kemampuan untuk memahami memiliki orang tua otoritatif sering kali
oranglain dan bertindak bijaksana dalam ceria, bisa mengendalikan diri dan mandiri,
berhubungan dengan oranglain (Thorndike dan berorientasi pada prestasi. Gaya ini
dalam Goleman , 2000). Hal itu disadari biasanya mengakibatkan perilaku anak
oleh orangtua di wilayah Kelurahan yang bisa bersaing secara sosial. 3) Permisif.
Krobokan. Para orangtua berusaha untuk Ditandai dengan adanya kebebasan tanpa
menciptakan lingkungan sosial yang batas pada anak untuk berperilaku sesuai
kondusif (tenang, minim konflik, bersih dan dengan keinginannya sendiri. Hasilnya,
damai) demi terciptanya lingkungan yang anak tidak pernah belajar mengendalikan
ramah anak. Lingkungan yang demikian, perilakunya sendiri dan selalu berharap
akan mempengaruhi kecerdasan emosi mendapatkan keinginannya. Gaya
anak menjadi lebih baik, karena minim pengasuhan ini biasanya mengakibatkan
konflik dan keributan. inkompetensi sosial anak, terutama

Copyright © 2020, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 1 (4), Maret 2020 – 62
Arif Wijayanto

kurangnya pengendalian diri. 4) Laissez diri, populer, lebih sukses di sekolah dan
faire. Ditandai dengan sikap acuh tak acuh lebih mampu menguasai gejolak emosi,
orang tua terhadap anaknya. Anak – anak menjalin hubungan yang manis dengan
ini cenderung tidak memiliki kemampuan orang lain, dapat mengelola stress dan
sosial. Gaya ini biasanya mengakibatkan memiliki kesehatan mental yang baik
inkompetensi sosial anak, terutama (Chandri, dkk, 2014).
kurangnya pengendalian diri. 3. Peran orang tua sebagai motivator
Pola asuh orang tua merupakan Orangtua berperan dalam mencari
interaksi antara anak dan orang tua selama dan menemukan perkembangan potensi
mengadakan kegiatan pengasuhan meliputi anak, baik potensi afektik, kognitif maupun
orang tua mendidik, membimbing, dan psikomotorik. Slameto (2010) bahwa
mendisiplinkan serta melindungi anak orangtua memiliki andil dalam mendukung
untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan keberhasilan anaknya terutama dalam hal
norma-norma yang ada dalam masyarakat memotivasi anaknya dalam belajar.
(Hurlock, 2002) Motivasi yang diberikan oleh orangtua
Pada wilayah Kelurahan Krobokan kepada anak ini tidak hanya sebatas kata-
Semarang Barat, pola asuh yang diterapkan kata, tetapi juga dalam bentuk tindakan
para orangtua yang terdiri dari 10 keluarga sehingga mampu mebangkitkan semangat
menggunakan pola asuh demokratis. Tidak dan motivasi belajar anak. Beberapa peran
semua kemauan anak selalu dituruti oleh orangtua dalam meningkatkan motivasi
orang tua. Hal ini tentu saja mengakibatkan belajar anak yaitu : terlibat dalam kegiatan
anak menangis, Namun orang tua belajar anak, memperhatikan kondisi anak
memberikan pengertian kepada anak baik fisik maupun psikis, memahami dan
mengapa hal itu tidak dipenuhinya. mengatasi kesulitan belajar anak, dan
Orangtua dengan bijaksana membimbing memberikan fasilitas belajar yang memadai.
anak mengenali emosi dan memberikan Cara orang tua di Kelurahan
kesempatan kepada anak untuk Krobokan untuk memotivasi anaknya
mengungkapkan emosinya tersebut. Hal ini untuk mengembangkan kecerdasan emosi
diakui orangtua lebih efektif dalam adalah dengan memberikan semangat
mengembangkan kecerdasan emosi anak, kepada anak untuk perilaku baik. Para
dibandingkan dengan memarahi dan orang tua di Kelurahan Krobokan Semarang
membatasi kesempatan anak untuk Barat, memberikan semangat kepada anak-
mengungkapkan emosinya, misalnya anaknya dengan cara memberikan reward.
melarang anak untuk marah atau menangis. Reward yang diberikan dapat berupa pujian
Sejalan dengan hasil penelitian di atau hadiah-hadiah yang akan diberikan
atas, Pola asuh demokratis memiliki kepada anak jika anak melakukan perilaku
beberapa komponen yaitu control tinggi, baik. Selain itu juga memberikan bantuan
bersikap responsif terhadap kebutuhan kepada anak dalam menghadapi kesulitan
anak, memberi penjelasan tentang dampak belajarnya dengan pemberian penjelasan
perbuatan baik dan buru. Penerapan pola pada bagian yang sulit dimengerti oleh anak
asuh demokratis ini orangtua akan mampu (Hangesti, 2019).
mendorong perilaku anak untuk merasa Pernyataan diatas sesuai dengan teori
percaya diri, bersikap sopan, bersahabat, kebutuhan Maslow (Koltko, 2006),
mau bekerjasama, memiliki rasa ingin tahu kebutuhan akan penghargaan merupakan
yang tinggi, dan berorientasi terhadap salah satu kebutuhan mendasar dari setiap
prestasi (Hidayah, dkk, 2013). Hal tersebut individu. Dalam hal ini, anak memiliki
akan mendorong perkembangan kebutuhan untuk diberi pujian, diberi
kecerdasan emosi anak sehingga mencapai hadiah atau diberi penghargaan dalam
kecerdasan emosi pada tingkat yang tinggi. bentuk lain agar termotivasi untuk
Anak yang memiliki kecerdasan emosi melakukan kebaikan yang dalam
tinggi adalah anak yang Bahagia, percaya pengembangan kecerdasan emosional anak

Copyright © 2020, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 1 (4), Maret 2020 – 63
Arif Wijayanto

sangat berpengaruh besar. Orang tua dapat Orang tua di wilayah ini mengakui
memberikan reward saat anak menunjukan bahwa anak-anak bayak meniru perilaku
kemampuanya mengendalikan emosinya orang tuanya sehari-hari. Pernyataan ini
dengan baik. Hal tersebut akan mendorong sesuai dengan teori bandura (Ainiyah, 2017)
anak untuk lebih mengendalikan emosinya yang mengatakan bahwa proses mengamati
sehari-hari. Seperti yang dilakukan dan meniru perilaku dan sikap orang lain
beberapa orang tua di Kelurahan Krobokan, sebagai model merupakan tindakan belajar.
para orang tua mengakui memberikan anak Oleh karena itu para orang tua di wilayah
mereka hadiah ketika anak bisa mengontrol ini memanfaatkan hal ini untuk melatih
tangisannya, hadiah tersebut berupa jalan- emosional anak setiap hari. Beberapa orang
jalan mengitari komplek Kelurahan. Hadiah tua mengakui jarang melakukan
semacam ini diakui para orang tua sangat pertengkaran di depan anak-anak mereka
ampuh untuk menenangkan emosi anak. untuk menghindari perilaku anak yang
Penjelasan diatas menunjukan bahwa pemarah. Selain itu, orang tua juga
peran orang tua sebagai motivator untuk berusaha bersikap tenang dan sabar dalam
anak sangat besar. Hal ini akan menghadapi anak, agar dalam diri anak juga
mempengaruhi perkembangan kecerdasan tumbuh sikap-sikap baik tersebut.
emosional anak usia dini di kelurahan Perilaku baik yang dicontohkan orang
krobokan semarang barat, khususnya tua, akan dilakukan anak ketika di rumah
dalam aspek motivasi diri. maupun di luar rumah. Perilaku anak yang
4. Peran orang tua sebagai model baik akan memudahkan anak untuk bergaul
Peran sebagai model disini artinya dengan teman sebayanya. Selain itu,
orangtua sebagai teladan bagi anak. Anak perilaku-perilaku buruk yang jarang dilihat
secara langsung mendapatkan gambaran anak pada orang tuanya akan
yang nyata mengenai sikap dan menghindarkan mereka dari masalah-
perbuatan yang baik dan buruk ataupun masalah dengan teman sebayanya.
yang sesuai atau tidak sesuai dengan Penjelasan di atas menunjukan bahwa
lingkungan di sekitarnya. Oleh karenanya peran orang tua sebagai model sangat besar.
orangtua harus benar-benar berhati-hati Mengingat anak merupakan peniru yang
dalam betutur kata maupun bertindak sangat baik. Selain itu peran orang tua
khususnya di hadapan anak usia dini. sebagai model juga mempengaruhi
Seperti kita ketahui, masa usia dini kecerdasan emosional anak terutama pada
merupakan masa meniru (Imitation), pada aspek ketrampilan sosial.
masa ini anak menjadi peniru yang sangat
baik, bukan hanya terhadap objek-objek
SIMPULAN
yang dia lihat tetapi juga pada tokoh-tokoh
khayal yang sering ditampilkan pada televisi Berdasarkan hasil penelitian dan
(Hendarti: 2013). pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
Kecenderungan anak untuk meniru peran orangtua dalam mengembangkan
kebiasaan ayah dan ibu mereka lebih besar kecerdasan emosi anak di Kelurahan
dari pada meniru anggota keluarga lain Krobokan Kecamatan Semarang Barat
dirumah yang sama, seperti kakek, nenek, adalah: 1) Peran Orangtua sebagai pendidik,
saudara mereka atau pembantu. Hal ini Peran orang tua sebagai pendidik dalam
disebabkan, keberadaan orang tua menjadi mengembangkan kecerdasan emosi anak
sosok yang intensitas pertemuanya lebih usia dini di Kelurahan Krobokan ini
erat dengan mereka. Penemuan ini dapat ditunjukkan dengan: a) Mendidik moral
dimanfaatkan oleh orang tua di kelurahan anak sesuai dengan norma agama dan
krobokan semarang barat untuk masyarakat, b) Melatih Fisik Anak, c)
membentuk emosional anak menjadi lebih Mendidik Kecerdasan Anak, d) Mendidik
baik. Jiwa Anak, d) Mendidik Sosial Anak. 2)
Peran Orangtua sebagai pengasuh, pola

Copyright © 2020, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 1 (4), Maret 2020 – 64
Arif Wijayanto

asuh yang diterapkan para orangtua adalah Revolusi Kecerdasan Abad 21.
pola asuh demokratis, Penerapan pola asuh Bandung: Alfabeta.
demokratis ini orangtua akan mampu
mendorong perilaku anak untuk merasa Fauziah, P. Y. 2005. Mengembangkan
percaya diri, bersikap sopan, bersahabat, Kecerdasan Emosi Anak Sejak Dini.
mau bekerjasama, memiliki rasa ingin tahu Diklus, 10(5).
yang tinggi, dan berorientasi terhadap
prestasi. 3) Peran orangtua sebagai Goleman, D. 2000. Kecerdasan Emosional,
motivator, Sebagai Motivator orangtua Mengapa El Lebih Penting Dari 10.
memberikan motivasi kepada anak dengan Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
cara memberi penghargaan terhadap
Hangesty, A.H. 2019. Peran Orangtua
prestasi anak dengan memberi hadiah
Dalam Meningkatkan Motivasi
maupun kata-kata pujian. 4) Peran
Belajar Peserta Didik Usia 6-12 Tahun
Orangtua sebagai model, Anak secara
langsung mendapatkan gambaran yang (Studi Kasus Pada Program Home
nyata mengenai sikap dan perbuatan Visit Di Homeschooling Sekolah
yang baik dan buruk ataupun yang sesuai Dolan Malang). J+ Plus Unesa, 7(3).
atau tidak sesuai dengan lingkungan di
Hayati, N. 2011. Peran Orang Tua Dalam
sekitarnya.
Pendidikan Anak Usia Dini.
Yogyakarta: UNY
DAFTAR PUSTAKA
Hidayah, R., Yunita, E., & Utami, Y. W. 2015.
Ainiyah, Q. 2017. Social learning theory dan
Hubungan Pola Asuh Orangtua
perilaku agresif anak dalam
Dengan Kecerdasan Emosional Anak
keluarga. Al-Ahkam: Jurnal Ilmu
Usia Prasekolah (4-6 Tahun) di Tk
Syari'ah dan Hukum, 2(1).
Senaputra Kota Malang. Jurnal
Beck, Joan. 1992. Asih Asah Asuh: Mengasuh Keperawatan, 4(2).
Anak Dan Mendidik Anak Agar
Holden, Constance. 2003. 'Mozart Effect'
Cerdas. Cet. Ke-4. Semarang: Dhara
Revisted, Science. Wa-shington:
Prize.
August 15, 2003. Vol. 301, Iss. 5635; pg.
Campbell, Don. 2000. Efek Mozart Bagi 914. Website:
Anak-anak, Meningkatkan Daya Pikir, http://proquest.umi.com/pqd-
Kesehatan, dan Kreativitas Anak web?did=05685101&sid=13&Fmt=3&cl
Melalui Musik (Alex Tri Kantjono ientId=68516&RQT-
Widodo, penerjemah). Jakarta: PT =309&VName=PQD.
Gramedia Pustaka Utama.
Hurlock, Eb. 2002. Perkembangan Anak.
Chandri, D. M., Marmawi, R., & Yuniarni, D. Jilid 2, Edisi 6,Penerbit Erlangga,
Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Jakarta.
Terhadap Kecerdasan Emosional Anak
Koltko-Rivera, M. E. 2006. Rediscovering the
Usia 5-6 Tahun. Jurnal Pendidikan
later version of Maslow's hierarchy of
Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 3(7).
needs: Self-transcendence and
Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. opportunities for theory, research, and
Bandung: Pt Remaja Rosdakarya. unification. Review of general
psychology, 10(4), 302-317.
Effendy, N. 2005. Dasar-Dasar Keperawatan
Keluarga. Edisi 4. Jakarta: Buku
Kedokteran Ecg Efendi,A. 2005.

Copyright © 2020, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah


Diklus : Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 1 (4), Maret 2020 – 65
Arif Wijayanto

Kusumawati, H. 2013. Pendidikan karakter Slameto. 2010. Belajar dan Faktor yang
melalui lagu anak-anak. Imaji: Jurnal mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Seni dan Pendidikan Seni, 11(2) Cipta

Musfiroh, Tadkiroatun. 2003. Bercerita Sudiapermana, Elih. 2012. Pendidikan


untuk Anak Usia Dini : Panduan bagi Keluarga Sumberdaya Pendidikan
Guru Sepanjang Hayat. Bandung: Edukasia

Naisaban, Ladislaud. 2004. Para Psikolog Utami, N. R. 2019. Pengembangan


Terkemuka Dunia. Hakarta: Grasindo. Instrumen Kecerdasan Emosional
Usia 5-6 Tahun. Jurnal Pelita Paud,
Patton, Patricia. 2000. EQ Landasan untuk
4(1), 124-138.
Meraih Sukses Pribadi dan Karir,
terjemahan Hermes. Jakarta: Mitra
Media.

Permono, H. 2013. Peran orangtua dalam


optimalisasi tumbuh kembang anak
untuk membangun karakter anak usia
dini. Taman Kanak-kanak. Jakarta :
Ditjen Dikti

Rahmawati, Andes. 2007. Skripsi: Peran


Pendidikan Keluarga Terhadap
Kecerdasan Emosional Anak Usia
Dini. Semarang.

Salisch, Maria Von. 2001. Journal: Children’s


Emotional Development: Challenges
In Their Relationship To Parents,
Peers, And Friend. (Online)
Http://Www.Sagepub.Com/Kgrantst
udy/Articles/10/Von%20salisch.Pdf,
Diunduh Pada Tanggal 10 Februari
2014

Santrock, J. W. 2002. Life span development:


Perkembangan masa hidup. Jakarta:
Erlangga, 31.

Shapiro, L. 2001. Mengajarkan Emotional


Intelligence Pada Anak. Jakarta:
Gramedia

Siringoringo, S. N. 2018. Hubungan Pola


Asuh Orang Tua Terhadap Kecerdasan
Emosi Siswa. Jurkessutra (Jurnal
Kesehatan Surya Nusantara), 6(2), 35-
44.

Copyright © 2020, Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah

Anda mungkin juga menyukai