Anda di halaman 1dari 9

OPTIMALISASI KECERDASAN KINESTETIK ANAK USIA DINI MELALUI

BERMAIN
Oleh: Aris Priyanto (Guru SMAN 1 Yogyakarta)
Abstrak
Di tengah terpuruknya prestasi tim nasional Indonesia dan berbagai persoalan di negeri ini
seperti tawuran antar pelajar, bentrokan antar warga, dan lain-lain sumber daya manusia yang
berkualitas bisa jadi tumpuan harapan sebagai titik awal untuk bangkit. Sumber daya manusia
yang berkualitas tersebut harus dipersiapkan sejak dini, mulai dari usia dini sebagai masa the
golden age sampai jenjang pendidikan tinggi, sehingga dapat menjadi manusia dewasa yang
berkualitas. Ada beberapa tolak ukur sumber daya manusia yang berkualitas, salah satu
diantaranya adalah tingkat kecerdasan.
Semua kecerdasan telah ada di otak manusia sejak lahir. Kecerdasan terkait dengan
pertumbuhan dan perkembangan otak. Kapasitas kecerdasan, 50% terjadi ketika anak berusia 4-6
tahun, 80% ketika berusia 8 tahun dan titik puncaknya pada usia 18 tahun. Setelah lahir,
pertumbuhan dan perkembangan otak berjalan cukup pesat sampai anak berusia sekitar 18 bulan
dan masa emasnya sampai pada sekitar usia 5-6 tahun. Untuk mengoptimalkan fungsi otak
dibutuhkan nutrisi yang baik, stimulasi yang memadai, dan derajat kesehatan yang baik.
Bergerak, aktivitas dan latihan fisik melalui metode permainan merupakan salah satu cara
menstimulasi otak. Selanjutnya, bagaimana cara membentuk generasi muda yang cerdas?
Apakah aktivitas fisik melalui pendidikan jasmani yang menggunakan metode bermain dapat
mengembangkan kecerdasan otak khususnya pada fungsi kinestetik? Jawaban tersebut
diharapkan dapat menjadi titik tolak pengembangan generasi muda yang cerdas dan kompetitif di
masa kini dan masa mendatang.
Kata kunci: Anak usia dini, bermain. kecerdasan kinestetik.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Dalam rangka mewujudkan tatanan pendidikan yang mandiri dan berkualitas sebagaimana
diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, perlu dilakukan
berbagai upaya strategis dan integral yang menunjang penyelenggaraan pendidikan. Kesempatan
memperoleh pendidikan yang berkualitas berlaku untuk semua (education for all), mulai dari
usia dini sebagai masa usia emas sampai jenjang pendidikan tinggi. Pasal 28 Undang-Undang No
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum memasuki jenjang pendidikan dasar yang
merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut. Pendidikan PAUD ini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan
yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik,
kecerdasan, sosio emosional, bahasa dan komunikasi.
Pemahaman yang mendalam tentang proses belajar anak usia dini diperlukan agar para
pendidik mampu merencanakan, mengembangkan serta menggunakan sumber belajar dan
berbagai bentuk permainan untuk kepentingan pendidikan anak usia dini. Sumber belajar dan
alat permainan yang digunakan dapat dipilih dari bahan di sekitar anak, sehingga perlu dicari
solusi atau alternatif kegiatan serta pemilihan alat, bahan dan macam-macam bentuk permainan
yang diperlukan. Materi dapat dikembangkan sesuai dengan potensi lingkungan setempat,
sehingga anak dapat menghargai lingkungan sekitarnya.
Program pendidikan usia dini selalu berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat.
Namun kesukaan anak sesungguhnya tidak berubah yaitu bermain dan beraktivitas. Kesukaan
anak-anak bermain tersebut perlu diarahkan pada kegiatan yang bermanfaat. Anak dapat diberi
pilihan yang menarik dan produktif sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, optimalisasi
kecerdasan kinestetik anak usia dini menjadi sangat penting dan pendidikan anak usia dini
menempati posisi strategis dalam pengembangan sumber daya manusia yang cerdas.
Pembahasan Pengenalan tentang Otak
Sejak lahir semua kecerdasan telah ada di otak manusia.Meskipun demikian, bagaimanakah
kecerdasan manusia itu dapat dikembangkan? Setiap otak manusia terbagi atas tiga bagian, yang
disebut sebagai otak triune.Tiap-tiap bagian otak berkembang pada waktu yang berbeda,
mempunyai syaraf tertentu, dan mengatur tugas tugas tertentu pula.

Gambar 1. Tiga bagian dasar otak manusia (otak triune)
Otak reptil atau batang otak merupakan bagian otak yang bertanggung jawab atas fungsi-
fungsi motor-sensor, yakni pengetahuan tentang realitas fisik yang yang berasal darai panca
indera.Disebut otak reptil karena otak ini berkaitan dengan isnting mempertahankan hidup.Jika
anak merasa tidak aman, otak reptil ini spontan bangkit dan bersiaga.
Yang kedua adalah sistem limbik, yang terletak terletak dibagian tengah otak.Bagian otak ini
mempunyai fungsi emosi dan kognitif.Disebut otak mamalia, karena sistem limbik yang sangat
canggih ini juga merupakan bagian otak yang dimiliki mamalia.Otak ini menyimpan perasaan
manusia, pengalaman yang menyenangkan, memori, dan kemampuan belajar.
Yang ketiga adalah neokorteks, merupakan materi otak terbesar (80% dari seluruh materi
otak).Pada otak neokorteks inilah kecerdasan-kecerdasan manusia berada. Neokorteks mengatur
proses bernalar, berfikir intelektual, membuat keputusan, bahasa, kendali motorik sadar, dan
ciptakan gagasan nonverbal.
Pada anak usia 4-6 tahun, otak reptil dan otak mamalianya telah berkembang sekitar 80%.
Pada saat itulah berbagai kecerdasan anak terbuka. Jika hingga usia 4-6 tahun anak diperlakuakn
dengan baik, terstimulasi dengan berbagai aktivitas jasmani yang menyenangkan dan berolah
pikir, maka ketiga bagian otak akan berkembang dengan baik.Nutrisi yang baik, derajat
kesehatan yang baik dan stimulasi yang memadai melaui aktivitas pendidikan jasmani yang baik
membantu perkembangan otak reptil dan otak mamalia. Bahkan, karena aktivitas pendidikan
jasmani mampu mengerakan gagasan, memecahkan masalah, mendatangkan kegembiraan
sekaligus, maka neokorteks anak pun semakin terangsang. Semakin terangsang otak anak dengan
aktivitas intelektual dan interaksi lingkungan, semakin banyak jalinan yang dibuat antarsel di
dalam neokorteks(de Porter & Hernacki, 1999).
Selain teori otak triune di atas, otak manusia juga dibagi berdasarkan teori belahan otak,
yakni otak kanan dan otak kiri. Cara berpikir otak kanan adalah acak, tidak teratur, holistik, dan
intuitif. Otak kanan berkaitan dengan aspek perasaan, emosi, spasial, pengenalan bentuk dan
pola, musik, humor, warna, imajinasi, dan kreativitas. Otak kiri bercara pikir logis, urut,
sistematis, dan rasional. Otak kiri berkaitan dengan ekspresi bahasa, berpikir logis, dan berpikir
simbolis.
Melalui gambar 2 dapat dilihat bahwa otak manusia merupakan satu kesatuan. Walaupun
otak memiliki bagian-bagian yang diidentifikasi dari sudut bentuk dan fungsinya, kesemuanya
merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi. Oleh karena itu, kesemuanya harus
dipelihara dengan baik, melalui perawatan, stimulasi yang terus menerus, dan pemberian
kesempatan yang memadai.

Gambar 2. Otak manusia
Masalah utama, mengapa anak harus dirangsang melalui permainan yang mengasah semua
kecerdasannya adalah karena tidak satu pun bagian otak yang bekerja secara sempurna tanpa
adanya rangsang dari bagian yang lain. Howard Gardner melalaui teori multiple intelligences
menyatakan bahwa sembilan kecerdasan manusia berkaitan dengan semua bagian otak, terutama
otak bagian kanan dan otak kiri. Hal ini sejalan dengan pernyataan De Porter dan Hernacki
(1999), bahwa kecerdasan dapat berkembang dengan baik apabila terpenuhi syarat berikut:
struktur saraf bagian bawah harus cukup berkembang agar energi dapat mengalir ke tingkat yang
lebih tinggi, anak harus merasa aman secara fisik dan emosional, harus ada model pemberian
rangsangan yang wajar.
Pendidikan Jasmani
Untuk dapat memenuhi tantangan berupa gerak perubahan dinamik yang disebabkan oleh
pengaruh globalisasi dewasa ini, yang menempatkan pembangunan modal manusia(human
capital) dan modal sosial(social capital) dalam kedudukan strategis, maka arah pembaharuan
pendidikan jasmani adalah untuk mendukung pembaharuan pendidikan pada umumnya. Istilah
modal manusia menunjuk kepada pengertian tentang sifat-sifat psikologis, keterampilan yang
berubah dan berkembang sebagai akibat pendidikan.
Dimensi keutuhan pribadi tersebut, telah ditegaskan dalam UU Pendidikan No. 4 Tahun
1950, Pasal 9: Untuk membentuk keseimbangan antara pertumbuhan jasmani dan
perkembangan rohani, maka pendidikan jasmani diselenggarakan disemua jalur
sekolah.Definisi pendidikan jasmani yang lebih mutakhir, tercantum dalam keputusan
Pemerintah tahun 1987 (SK Mendikbud No. 413/U/1987). Definisi tersebut berbunyi:
Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan melalui aktivitas jasmani yang
bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual, dan
emosional.
Konsep pendidikan jasmani tersebut berakar pada filsafat pendidikan John Dewey yang
memahami hakekat peserta didik sebagai manusia utuh, kesatuan jiwa dan badan yang melumat
satu sama lain dan harus dikembangkan seiring sejalan.
Metode Bermain
Metode mengajar merupakan cara atau jalan yang ditempuh untuk menyajikan tugas-tugas
ajar yang pada dasarnya berupa kerja fisik dan keterampilan. Guru pendidikan jasmani perlu
mempertimbangkan, apa metode yang paling tepat sehingga keterampilan itu dapat dikuasai
dalam waktu yang tidak terlalu lama. Bermain merupakan metode yang paling efektif untuk
mematangkan perkembangan anak (Yeniar Indriana, 2008).Bemain merupakan faktor yang
paling berpengaruh dalam periode perkembangan diri anak.Kegiatan bermain mempengaruhi
perkembangan keenam aspek perkembangan anak, yaitu aspek kesadaran diri, emosional, sosial,
komunikasi, kognisi dan keterampilan motorik (Catron & Allen, 1999).
Aktivitas-aktivitas di kelas yang diprakasai dan dirancang guru dapat dikatakan
menggunakan metode bermain apabila menyediakan berbagai pilihan bagi anak, menyenangkan,
dan ada interaksi di antara anak.Sementara bagi guru, suatu kegiatan dapat dikatakan bermain
apabila mengandung unsur eksplorasi, eksperimentasi, penemuan dan evaluasi.
Tabel 1 Persepsi Anak tentang Kontinum Bermain-Bekerja
Bermain Bekerja
HAKIKAT KEGIATAN
Bebas mengeksploitasi
benda
Aktifitas mungkin
Didesain guru tapi
Memungkinkan penemuan
Dan kreatifitas
Kegiatan dirancang dan di
bawah perintah guru
Orientasi produk
Umumnya melibatkan
Benda lain atau
manipulatif
Kegiatan diseleksi
Sendiri tapi memerlukan
Konsentrasi atau
Perhatian detail
Biasanya melibatkan
Pensil dan kertas
Tidak perlu
kesungguhan
Berorientasi proses
Permainan beraturan dan
bermuatan akademik
Kadang-kadang
Membutuhkan
Kesungguhan. Proyek
(di TK)
KETERLIBATAN ANAK
Berpusat pada minat
anak
Minat berpusat pada guru
Tetapi tersedia pilihan
Untuk anak
Membutuhkan konsentrasi
dan aktivitas kognisi anak
Aktif secara fisik,
sedikit
Konsentrasi mental/
Aktivitas kognisi

Fisik, biasanya, tidak aktif
Dapat berinteraksi
secara
Bebas dengan
pasangan
Dapat berinteraksi secara
Bebas dengan pasangan
Kadang-kadang ada
Interaksi dengan pasangan
Selalu menyenangkan Biasanya menyenangkan Kadang menyenangkan
KETERLIBATAN GURU
Sedikit harapan guru Umumnya ada evaluasi
guru
Berpusat pada harapan
Dan niat guru
Jarang dievaluasi guru

Keluaran di evaluasi
guru
Jarang dievaluasi guru

Jarang dievaluasi guru
Dikutip dari Lisa A. Wing (1996)
Stimulasi terhadap Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan gerak-kinestetik berkaitan dengan kemampuan menggunakan gerak seluruh tubuh
untuk mengekspresikan ide dan perasaannya serta keterampilan mempergunakan tangan untuk
mencipta atau mengubah sesuatu.Kecerdasan ini meliputi kemampuan fisik yang spesifik, seperti
koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan dan keakuratan menerima
rangsang, sentuhan, dan tekstur.
Stimulasi kecerdasan kinestetik terjadi pada saat bermain.Pada saat bermain itulah anak berusaha
melatih koordinasi otot dan gerak. Stimulasi kinestetik terjadi dalam wilayah-wilayah berikut:
koordinasi mata-tangan dan mata-kaki, seperti menggambar, menulis, memanipulasi objek,
menaksir secara visual, melempar, menendang, menangkap;
keterampilan lokomotor, seperti berjalan, berlari, melompat, berbaris, meloncat, mencongklak,
merayap, berguling, dan merangkak;
keterampilan nonlokomotor, seperti membungkuk, menjangkau, memutar tubuh, merentang,
mengayun, berjongkok, duduk, berdiri;
kemampuan mengontrol dan mengatur tubuh seperti menunjukkan kesadaran tubuh, kesadaran
ruang, kesadaran ritmik, keseimbangan, kemampuan untuk mengambil start, kemampuan
menghentikan gerak, dan mengubah arah (Catron & Allen, 1999).
Anak yang cerdas dalam gerak-kinestetik terlihat menonjol dalam kemampuan fisik (terlihat lebih
kuat, lebih lincah) daripada anak-anak seusianya. Mereka cenderung suka bergerak, tidak bisa duduk
diam berlama-lama, mengetuk-ngetuk sesuatu, suka meniru gerak atau tingkah laku orang lain yang
menarik perhatiannya, dan senang pada aktivitas yang mengandalkan kekuatan gerak seperti mamanjat,
berlari, melompat, berguling. Selain itu, anak yang cerdas dalam gerak-kinestetik suka menyentuh
barang-barang.Mereka suka bermain tanah liat dan menunjukkan minat yang tinggi ketika diberi tugas
yang berkaitan dengan keterampilan tangan.
Anak yang memiliki kecerdasan gerak-kinestetik memiliki koordinasi tubuh yang baik.Gerakan-
gerakan mereka terlihat seimbang, luwes, dan cekatan.Mereka cepat menguasai tugas-tugas motorik
halus seperti menggunting, melipat, menjahit, menempel, merajut, menyambung, mengecat, dan
menulis.Secara artistik mereka kemampuan menari dan menggerakkan tubuh mereka dengan luwes dan
lentur.
Guru dapat memfasilitasi anak-anak yang memiliki kecerdasan ini dengan memberi kesempatan
pada mereka untuk bergerak. Pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga anak-anak leluasa
bergerak dan memiliki peluang untuk mengaktualisasikan dirinya secara bebas.Pembelajaran dapat
dilakukan di luar ruangan seperti meniti titian, berjalan satu kaki, senam irama, merayap, dan lari jarak
pendek.Permainan yang bermuatan akademis sangat membantu anak-anak menyalurkan kebutuhan
mereka untuk bergerak.
Rangsang terhadap kecerdasan gerak-kinestetik membantu perkembangan dan pertumbuhan anak.
Sesuai dengan sifat anak, yakni suka bergerak, proses belajar hendaklah memperhatikan
kecenderungan ini. Anak-anak dengan kecenderungan kecerdasan ini belajar dengan menyentuh,
memanipulasi, dan bergerak.Mereka memerlukan kegiatan belajar yang bersifat kinestetik dan
dinamis.Mereka membutuhkan akses ke lapangan bermain, lapangan rintangan, kolam renang, dan
ruang olah raga.Oleh karena itu, proses pembelajaran yang menuntut konsentrasi anak dalam konteks
pasif (duduk tenang di kelas) hendaklah dikurangi.
Menurut Gardner, kecerdasan gerak-kinestetik mempunyai lokasi di otak serebelum (otak kecil),
basal ganglia (otak keseimbangan) dan motor korteks. Kecerdasan ini memiliki wujud relatif bervariasi,
bergantung pada komponen-komponen kekuatan dan fleksibilitas serta domain seperti tari dan olah raga.
Kecerdasan kenestetik dapat dirangsang melalui permainan-permainan yang memungkinkan anak
bergerak dengan tumpuan otot dan keseimbangan, keluwesan dan kelenturan, serta gerakan-gerakan
motorik halus seperti menjahit, melukis, menulis, atau menganyam.
Berikut ini beberapa contoh bentuk-bentuk permainan yang dapat menstimulasi kinestetik untuk usia
4-5 tahun (Tadkiroatun Musfiroh, 2008). Tujuan umum permainan mengembangkan kecerdasan
kinestetik.Permainan Jalan Rupa-rupa, tujuan permainan untuk merangsang penguasaan
keseimbangan tubuh dan kelincahan gerak. Permainan Jalan Mangkuk. Tujuan untuk mengembangkan
penguasaan keseimbangan tubuh dan penguasaan kelincahan gerak. Permainan Patung Direjen.
Tujuan untuk merangsang keluwesan dan kelenturan tubuh, mengeksplorasi gerakan tangan, jari, dan
pergelangan tangan, mengembangkan penguasaan keimbangan tubuh.Permainan Jalan Binatang
Tujuan untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar, merangsang kesinkronan gerak motorik kasar
dan motorik halus.
Tabel 11. Indikator Ketercapaian Stimulasi Kinestik Anak Usia 4 5 Tahun
JUDUL PERMAINAN INDIKATOR KETERCAPAIAN

Jalan Rupa rupa
Anak menikmati permainan
Anak dapat berjalan dengan tangan terbentang, berjalan
mundur, dengan tangan ke atas dan ke bawah, dan variasi
lain

Jalan Mangkuk
Anak terlibat aktif dalam permainan
Anak dapat brjalan sambil membawa mangkuk berisi air

Patung Dirijen
Anak terlibat aktif dalam permainan
Anak dapat melakukan gerakan dirijen
Anak mampu berdiam diri dalam posisi gerak tertentu

Jalan Binatang
Anak teribat aktif dalam permainan
Anak dapat menirukan berbagai gerak binatang

Maronce Manik - manik
Anak menikmati permainan
Anak dapat memasukan senar ke dalam lubang manik
manik & menalikan senar (dengan bantuan)
Mengambil dengan Penjepit Anak menikmati permainan
Dikutip dari Tadkiroatun Musfiroh (2008)
Contoh-contoh permainan stimulasi kinestetik untuk anak usia 5-6 tahun. Tujuan Umum permainan
ini merangsang: gerak motorik kasar, kemampuan menjaga keseimbangan, membuat gerakan-gerakan
yang luwes, keterampilan motorik. Permainan Tinggi-tingian. Tujuan merangsang kecerdasan kinestetik
dan penguasaan keseimbangan tubuh.PermainanLompat kodok.Tujuan merangsang kelenturan
gerakan yang bertumpu pada kekuatan otot kaki, penguasaan keseimbangan tubuh.Permainan Tarian
alam Tujuan merangsang kecerdasan gerak kinestetik melalui gerakan-gerakan yang luwes.Permainan
Jahit jelujur.Tujuan merangsang kecekatan dan kelenturan gerak motorik halus.Permainan Jaring laba-
laba.Tujuan merangsang koordinasi motorik halus.
Tabel. 12 Indikator Ketercapaian Stimulasi Kinestetik Anak Usia 5 6
JUDUL PERMAINAN INDIKATOR KOMPETENSI


Tinggi tinggian
Anak terlibat aktif dalam permainan (melakukan,
memperhatikan lompatan teman)
Anak dapat melompat 10 kali dengan penuh
semangat

Lompat Kodok
Anak terlibat aktif dalam permainan
Anak dapat melompat dalam posisi jongkok seperti
katak


Tarian Alam
Anak menikmati permainan
Anak dapat menari dengan tema tertentu dengan
gerakan yang luwes
Anak dapat mengikuti irama musik dengan gerakan

Jahit Jelujur
Anak terlibat aktif dalam permainan
Anak dapat menautkan kertas dengan jahit jelujur
(melalui lubang kertas dan benang)


Jaring Laba - laba
Anak terlibat aktif dalam permainan
Anak dapat menali tiga batang lidi membentuk
lingkaran (lihat gambar)
Anak dapat mengaitkan benang ke lidi membentuk
jaring laba - laba
Dikutip dari Tadkiroatun Musfiroh (2008)
Penutup
Pembelajaran pendidikan jasmani dengan metode yang tepat, baik dan terstruktur sangat
membantu dalam menstimulus fungsi kecerdasan kinestetik anak. Aktivitas fisik, melalui pendidikan
jasmani yang menyenangkan selain bermanfaat untuk kesehatan pada umumnya, tetapi ternyata juga
sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang otak. Stimulasi yang paling baik pada anak-anak adalah
melalui bermain. Bermain sangat penting bagi perkembangan anak.Bermain adalah sumber
perkembangan dan membentuk the zone of proximal development (ZDP) (Vygotsky, 1967 dalam Hoorn,
1999).

Daftar Pustaka
Catron, Carol E. & Allen, Jan. 1999. Early Childhood Curriculum A Creative-Play Modell. New
Jersey : Merill, Prentice-Hall.
Eliyawati, Cucu, 2005. Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar Untuk Anak Usia Dini.
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta.
Gardner, Howard. 1993. Multiple Intelligences : The Theory in Practice A Reader. New York: Basic
Books.
Hoorn, et/al. 1999.Play at the Centre of the Curriculum. New Jersey : Merill, Prentice Hall.
Indriana, Yeniar. 2008. Optimalisasi Potensi Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain. UNY.
Keputusan Pemerintah Tahun 1987 (SK Mendikbud No. 413/U/1987), 1987.Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Laksmi Ambardini, Rachmah, 2008. Peran Pendidikan Jasmani terhadap Perkembangan Kognitif
Peserta Didik.Makalah.SMAN 1 Yogyakarta.
Lutan, Rusli, dkk. 2002. Supervisi Pendidikan Jasmani.Jakarta: Departemen Pedidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Musfiroh, Tadkiroatun, 2008. Cerdas Melalui Bermain. Jakarta : PT Grasindo
Sukadiyanto, 2008.Peranan Pendidikan Jasmani terhadap Perkembangan Otak.Makalah.SMAN 1
Yogyakarta.


OPTIMALISASI KECERDASAN

Anda mungkin juga menyukai