Anda di halaman 1dari 24

OTAK, PENDIDIKAN,

DAN EMOSI
KELOMPOK 3
ANGGOTA
01 02 03

KAMILIYA LITA OKTAVIANA


DWI MEUTHIA
BUNGA
THARASYA
AFIFAH KUSUMA
(K8120056)
(K8120042) (K8120044)

04 05 06

RAHUTI SEPTRIA RAHMA


WENING ADELIA AZHARI
(K8120061) YUSRA
(K8120069) (1905111927)
HAKIKA
TOTAK

Otak adalah salah satu organ manusia yang sangat vital dan kompleks, karena otak memiliki
kemampuan untuk mengendalikan keseluruhan dari indera manusia.

Menurut Agus Nggermanti (2001), di dalam otak setidaknya terdapat Sembilan sub-
komponen. Neocertex yaitu lapisan paling luar dan hanya dimiliki oleh manusia,
dimana lapisan ini memungkunkan manusia untuk memiliki kemampuan membaca,
menulis, mempelajari bahasa, berhitung, melukis, dan sebagainya.

A.M. Rukky Santoso (2011) mengatakan bahwa pada otak terdapat ratusan miliar
neuron yang memiliki tiga puluh miliar sel yang bekerja sama.
HAKIKAT
PENDIDIKA
N
Secara formal pendidikan itu dilaksanakan sejak usia dini sampai
perguruan tinggi. Adapun secara hakiki pendidikan dilakukan
seumur hidup sejak lahir hingga dewasa. Waktu kecil pun dalam
UU 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pendidikan anak usia dini
yang notabene anak-anak kecil sudah didasari dengan pendidikan
yang mengajarkan nilai-nilai moral yang baik agar dapat
membentuk kepribadian dan potensi diri sesuai dengan
perkembangan anak.
Tujuan pendidikan itu juga ditanamkan sejak manusia masih dalam
kandungan, lahir, hingga dewasa yang sesuai dengan perkembangan
dirinya.
Ketika masih kecil pun pendidikan sudah dituangkan dalam UU 20
Sisdiknas 2003, yaitu disebutkan bahwa pada pendidikan anak usia dini
bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi diri sesuai
dengan tahap perkembangan peserta didik (Depdiknas 2003: 11).
Dengan demikian tujuan pendidikan juga mengalami perubahan
menyesuaikan dengan perkembangan manusia.
Di samping itu terdapat 6 fungsi pendidikan (Depdiknas 2004: 4), yaitu:
• Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin kepada anak.
• Mengenalkan anak pada dunia sekitarnya.
• Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik.
• Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi.
• Mengembang ketrampilan, kreativitas, dan kemampuan yang dimiliki anak.
• Menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar.
Ciri-ciri etika pendidikan:
1. Etika tetap berlaku meskipun tidak ada orang lain yang
menyaksikan.
2. Etika sifatnya absolute atau mutlak.
3. Dalam etika terdapat cara pandang dari sisi batiniah manusia.
4. Etika sangat berkaitan dengan perbuatan atau perlakuan manusia.
HAKIKAT
EMOSI

Emosi adalah kondisi tergerak (a state of being moved) yang memiliki komponen
penghayatan perasaan subyektif, impuls untuk berbuat dan kesadaran
(awareness) tentang perasaan yang dihayatinya (Semiawan, 1997; 153).
Feldman (1997) mendefinisikan emosi sebagai perasaan-perasaan yang dapat
mempengaruhi perilaku dan pada umumnya mengandung komponen fisiologis
dan kognitif.

Goleman (1997) menyatakan bahwa emosi adalah perasaan dan pikiran khas,
yakni suatu keadaan biologik dan psikologik.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan emosi
adalah keadaan yang kuat dan kompleks yang
diikuti oleh ekspresi motorik serta mengandung
unsur afeksi dan pikiran yang khas, yang
mempengaruhi perilaku. Keadaan afeksi yang
disadari dapat berupa kegembiraan, ketakutan,
kebencian, cinta dan sebagainya.
HUBUNGAN
ANTARA OTAK,
PENDIDIKAN,
DAN EMOSI
Otak rasional berpusat di cortex cerebri atau
bagian luar otak besar yang berwarna abu-abu.
Volumenya cukup besar sampai mencapai 80%
1.Otak Rasional
dari volume seluruh otak. Besarnya volume
dan Pembelajaran
cortex cerebri memungkinkan manusia berpikir
secara rasional dan menjadikan manusia
sungguh sebagai manusia. Semakin beradab
dan berbudaya, manusia akan menggeser
perilakunya lebih ke pusat berpikir rasional.
Cortex cerebri ini terbelah menjadi otak kiri dan kanan. Otak kiri dengan
cara berpikir yang linier dan sekuensial, dan otak kanan dengan
kreativitasnya akan bekerjasama untuk memahami dan memecahkan
permasalahan secara holistik. Sistem pendidikan yang baik harus dapat
menyediakan model pembelajaran untuk optimalisasi kedua belah otak.
Quantum learning berpijak pada prosedur kerja dua belahan otak ini
(Agus, 2001).

Dalam cortex cerebri terdapat lobus frontal (di dahi), lobus occipital (di
kepala bagian belakang), lobus temporal (di seputaran telinga), dan
lobus parietal (di puncak kepala). Lobus frontal bertanggung jawab
untuk kegiatan berpikir, perencanaan, dan penyusunan konsep. Lobus
temporal bertanggung jawab terhadap persepsi suara dan bunyi.
Memori dan kegiatan berbahasa (terutama pada otak kiri) juga menjadi
tanggung jawab lobus ini.
Lobus parietal bertanggung jawab juga untuk kegiatan berpikir
terutama pengaturan memori. Bekerjasama dengan lobus occipital
ia turut mengatur kerja penglihatan. Lobus-lobus menjadi penting
karena mereka menyokong cortex cerebri yang mengemban fungsi
vital terutama untuk berpikir rasional dan daya ingat.

Pemanfaatan pendekatan otak secara keseluruhan (Whole Brain


Approach) dengan mengacu pada belahan otak kiri dan kanan akan
secara jelas memperlihatkan tidak dapatnya dipisahkan masalah
kognisi dengan emosi sebagai satu kesatuan.
Otak emosional berpusat di sistem limbik. Sistem
ini secara evolusi jauh lebih tua daripada bagian
cortex cerebri. Hal ini menunjukkan bahwa
perkembangan otak manusia dimulai dengan
pikiran emosional sebelum pikiran rasional
berfungsi untuk merespon lingkungannya.
2. Otak Keputusan bijak dan cerdas merupakan hasil
Emosional dan kerjasama antara otak emosional dengan otak
Pembelajaran rasional.
Kecerdasan emosional bertumpu pada
hubungan antara perasaan, watak, dan naluri
moral. Banyak bukti menunjukkan bahwa sikap
etik dasar dalam kehidupan berasal dari
kemampuan emosional yang melandasinya.
Kecerdasan emosional pada dasarnya
terdiri atas lima wilayah yaitu:
1)mengenali emosi diri;
2)mengelola emosi;
3)memotivasi diri;
4)mengenali emosi orang lain,
5)membina hubungan.
Otak spiritual berpusat di noktah Tuhan
yang ditemukan oleh Ramachandran di
lobus temporal. Pada bagian inilah
3. Otak Spiritual kesadaran tingkat tinggi manusia yaitu
dan Pembelajaran eksistensi diri tereksplorasi. Kesadaran
tersebut dibangun oleh adanya sel-sel
kelabu dalam otak manusia. Bila sel-sel ini
bekerja lahirlah pikiran rasional yang
merupakan titik pijak awal menuju
kesadaran tingkat tinggi manusia.
Ada empat bukti penelitian yang memperkuat dugaan adanya potensi
spiritual dalam otak yaitu potensi untuk membentuk kesadaran sejati
manusia tanpa pengaruh pancaindra dan dunia luar. Keempat bukti
tersebut adalah:

1) Osilasi 40Hz yang ditemukan Denis Pare dan Rudolpho. Dengan


alat MEG (Magneto Encephalograph) ditemukan bahwa gerakan-
gerakan saraf akan berlangsung secara terpadu pada tingkatan
frekuensi 40Hz
2) Alam bawah sadar kognitif yang ditemukan oleh Joseph de Loux
3) God Spot pada daerah temporal yang ditemukan oleh
Ramachandran
4)Somatic Marker yang ditemukan oleh Antonio Damasio
(Taufiq, 2003).
Otak spiritual, tempat terjadinya kontak dengan Tuhan, hanya
akan berperan jika otak rasional dan pancaindra telah difungsikan
secara optimal. Dengan demikian seorang pencari ilmu tidak akan
mendapatkan hidayah dari Tuhan jika ia tidak memaksimalkan
fungsi otak rasional dan pancaindranya. Kesadaran diri
sesungguhnya merupakan fungsi internal dari otak manusia.
Tanpa rangsangan dari luar sekalipun kesadaran diri tetap ada.

Salah satu cara mengoptimalkan otak spiritual adalah melihat


permasalahan secara utuh, mengkaji yang tersirat dari yang terlihat,
dan merenungkannya.
Optimalisasi Otak
dalam Sistem
Pendidikan

Optimalisasi otak pada dasarnya adalah menggunakan seluruh bagian otak secara bersama-
sama dengan melibatkan sebanyak mungkin indra secara serentak. Penggunaan berbagai
media pembelajaran merupakan salah satu usaha membelajarkan seluruh bagian otak, baik
kiri maupun kanan, rasional maupun emosional, atau bahkan spiritual
Fungsi Emosi pada
Anak Usia Dini
Pertama, perilaku emosi anak yang ditampilkan merupakan sumber penilaian
lingkungan sosial terhadap dirinya. Penilaian lingkungan sosial ini akan
menjadi dasar individu dalam menilai dirinya sendiri.

Kedua, emosi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dapat


mempengaruhi interaksi sosial anak melalui reaksi-reaksi yang ditampilkan
lingkungannya.

Ketiga, emosi dapat mempengaruhi iklim psikologis lingkungan, artinya jika ada
yang ditampilkan dapat menentukan iklim psikologis lingkungan.

Keempat, ketegangan emosi yang dimiliki anak dapat mengahambat atau


mengganggu aktivitas motorik dan mental anak. Seorang anak yang
mengalami stress atau ketakutan menghadapi suatu situasi, dapat
menghambat anak tersebut untuk melakukan aktivitas.
1.Karakteristik Perkembangan
Emosi pada Anak Usia Dini
Karakteristik emosi pada anak berbeda dengan
karakteristik yang terjadi pada orang dewasa, dimana
karakteristik emosi pada anak itu antara lain:
a) berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba,
b) terlihat lebih hebat atau kuat,
c) bersifat sementara atau dangkal,
d) lebih sering terjadi,
e) dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya,
f) reaksi mencerminkan individualitas.
Terima kasih!
Apakah ada yang ingin ditanyakan?

Anda mungkin juga menyukai